grand design pembangunan kependudukan kota binjai …
TRANSCRIPT
GRAND DESIGN PEMBANGUNANKEPENDUDUKAN KOTA BINJAI
2015-2040
GRAND DESIGN PEMBANGUNANKEPENDUDUKAN KOTA BINJAI
2015-2040
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Sambutan Walikota Binjai
Segala puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, atas rahmat-Nya,
sehingga penyusunan dokumen ini
dapat diselesaikan. Kerja Keras
semua pihak kerja yang secara
bertahap, berhasil menyelesaikan
dokumen acuan bagi Pembangunan
Kependudukan di Kota Binjai.
Masukan dari berbagai pihak telah
memberikan manfaat bagi
pelaksanaan pembangunan
kependudukan secara lintas sektor.
Bertitik tolak pada Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, dimana
tersirat bahwa pembangunan adalah mencakup semua dimensi dan
aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan kondisi
ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi
mendatang sehingga menunjang kehidupan bangsa.
i
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang
meningkat dianggap tidak merisaukan. Akan tetapi, bagi sebagian yang
lain, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap sebagai salah
satu hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan secara luas.
Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan jumlah penduduk akan
mempengaruhi demand yang kemudian harus dipatuhi oleh lainnya,
misalnya penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang
dan papan.
Jumlah penduduk yang besar tidak akan menjadi kekuatan
pembangunan nasional apabila tidak disertai dengan penduduk yang
berkualitas dan memiliki daya saing karena penduduk yang berkualitas
tinggi akan mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Namun sebaliknya, penduduk dengan jumlah besar dengan laju
pertumbuhan yang sangat cepat dan berkualitas rendah akan menjadi
beban pembangunan dan memperlambat tercapainya kesejahteraan
rakyat karena tujuan pembangunan yang sebenarnya dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk itu sendiri. Kemajuan
suatu bangsa ditentukan oleh kualitas kesehatan, pendidikan dan daya
beli keluarga dan penduduknya tidak hanya karena kekayaan sumber
daya alamnya.
Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat.
Pertama adalah perubahan kewenangan pemerintahan daerah ( otonomi
daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan komitmen pentingnya
pembangunan kependudukan berkelanjutan. Dan kedua, sejalan dengan
perubahan pemerintahan tersebut, maka kepada Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), diharapkan mampu untuk menyusun, melaksanakan serta
melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan, termasuk di
dalamnya kebijakan kependudukan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut diatas, maka sudah sewajarnya Kota
Binjai merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa
mendatang, yaitu dalam bentuk Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK) Tahun 2015-2040.
ii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan
sebagai arah bagi kebijakan kependudukan di masa depan juga
diharapkan dapat sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP) Kota Binjai, dalam konteks pelaksanaan dan kebijakan
diperlukan kerja sama antar instansi.
Atas kerjasama yang dibangun selama ini dan telah selesainya
penyusunan dokumen ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak dan khususnya Tim Perumus Penyusunan Grand Design
Pembangunan Kependudukan Kota Binjai yang telah berkonstribusi
secara aktif. Semoga dokumen ini bermanfaat dalam rangka pencapaian
Visi dan Misi Kota Binjai.
Binjai, Desember 2019
2015
WALIKOTA BINJAI
MUHAMMAD IDAHAM
iii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040
PEMERINTAH KOTA BINJAI
DAFTAR ISI
SAMBUTAN WALIKOTA BINJAI ............................................... i
DADTAR ISI ............................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Dasar Hukum ....................................................................... 6
1.3. Visi ....................................................................................... 7
1.4. Misi ...................................................................................... 8
1.5. Arah Kebijakan ..................................................................... 9
1.6. Tujuan ................................................................................. 9
1.7. Sasaran ................................................................................ 10
1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan
Kota Binjai dengan Dokumen Perencanaan Lain .................. 11
BAB II KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN .................. 13
2.1 Peta Kota Binjai ................................................................. . 13
2.2 Kewilayahan ...................................................................... . 13
2.3 Kondisi Geografis .............................................................. 15
BAB III KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI ............................ 16
3.1 Kuantitas Penduduk ............................................................... 16
3.1.1 Jumlah Penduduk ....................................................... 16
3.1.2 Kepadatan Penduduk .................................................. 17
3.1.3 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) ................... 18
3.1.4 Penduduk Lanjut Usia (Lansia) .................................... 20
3.1.5 Perilaku Fertilitas ........................................................ 21
3.1.6 Keluarga Berencana ..................................................... 22
3.1.7 Program Pendewasaan Usia Kawin Pertama ............... 24
3.1.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun
2015-2040 ................................................................... 25
3.1.9 Proyeksi Angka Beban Ketergantugan Penduduk
Kota Binjai Tahun 2015-2040 ...................................... 33
iv
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040
PEMERINTAH KOTA BINJAI
3.2 Kualitas Penduduk ................................................................. 35
3.2.1 Aspek Pendidikan ........................................................ 35
3.2.2 Aspek Kesehatan ......................................................... 37
3.2.3. Aspek Ekonomi .......................................................... 38
3.2.4. Proyeksi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kota Binjai Tahun 2015-2040 ..................................... 40
3.3 Persebaran dan Mobilitas Penduduk ........................................ 42
3.3.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk .......................... 42
3.3.2 Proyeksi Perkembangan Mobilitas Kota Binjai Tahun
2015 – 2040 .................................................................. 45
3.4 Pembangunan Keluarga ........................................................... 47
3.4.1 Proyeksi Indikator Pembangunan Keluarga
di Kota Binjai Tahun 2015-2040 ................................. 50
3.5 Pembangunan Manajemen Data Base Kependudukan .............. 51
3.5.1 Proyeksi Realisasi Indikator Data Base Administrasi
Kependudukan di Kota Binjai Tahun 2015-2040 .......... 54
BAB IV KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG .... 56
4.1 Kekuatan .................................................................................. 56
4.2 Kendala .................................................................................... 58
4.3 Tantangan ............................................................................... 59
4.4 Peluang ..................................................................................... 60
BAB V ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN
YANG DIINGINKAN ........................................................ 62
5.1 Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan
dan Pokok-Pokok Pembangunan ............................................. 65
5.2 Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk
Yang Diinginkan dan Pokok – Pokok Pembangunan ................ 79
5.3 Roadmap Pembangunan Keluarga Yang diinginkan dan
Pokok Pokok Pembanganunan ................................................. 83
5.4 Roadmap Pembangunan Database Kependudukan Diinginkan
dan Pokok Pokok Pembangunan .............................................. 88
BAB VI PENUTUP .................................................................... 94
DADTAR PUSTAKA ................................................................. 95
v
1
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk mencapai sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang nasional
yakni terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang
maju dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam suasana kehidupan bangsa
Indonesia yang serba serasi, selaras, dan seimbang serta
berkesinambungan dalam hubungannya antar sesama manusia,
manusia dengan masyarakat dan manusia dengan alam lingkungannya,
serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain dari itu sesuai dengan Visi Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Kota Binjai Tahun 2005-2025 bahwa Visi Pemerintah Kota
Binjai terwujudnya kota cerdas yang layak huni, berdaya saing dan
berwawasan lingkungan menuju binjai yang sejahtera.
Maka perlu diadakan upaya pembangunan kependudukan dan keluarga
berkualitas supaya terwujud keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dalam
rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Pelaksanaan kebijakan kependudukan di Kota Binjai hingga saat ini
telah menunjukkan keberhasilannya, terutama jika dilihat dari sisi
kuantitas penduduk telah terjadi penurunan angka kelahiran total atau
Total Fertility Rate (TFR) dari 2,42 anak pada tahun 2010 menjadi 2,24
pada tahun 2015 dan penurunan pertumbuhan penduduk secara
konsisten selama periode 2010-2015 yakni turun dari 1,46 % priode
2010-2014 menjadi 1,22 % pada tahun 2014-2015.
Pertumbuhan penduduk yang meningkat akan menjadi salah satu
hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan secara luas jika tidak
diiringi dengan peningkatan kualitas penduduknya. perubahan jumlah
penduduk akan mempengaruhi demand yang harus dipenuhi oleh sektor
lainnya, berupa penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang,
pangan dan papan dan energi.
2
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Ketersedian pangan yang tidak terpenuhi akibat dari peningkatan
jumlah penduduk yang tidak terkontrol menjadikan kekhawatiran yang
sangat serius bagi kelangsungan hidup penduduk.
Demikian juga halnya dengan kebutuhan dasar lainnya. Memang
hubungan antara keduanya tidak bersifat eksklusif karena ada beberapa
faktor lain yang mempengaruhi kompleksitas hubungan, yaitu teknologi
dan organisasi. Akan tetapi aspek kependudukan merupakan aspek
penting dalam pembangunan dan tidak dapat diabaikan.
Isu strategis lainnya yang terkait dengan perkembangan kuantitas
penduduk di Kota Binjai adalah perubahan komposisi penduduk,
khususnya menurut umur. Dengan tren perubahan komposisi
penduduk menurut umur di masa lalu, yang menjadikan Kota Binjai
saat ini telah mencapai tahap windows of opportunity (Jendela
Kesempatan). Hal ini hanya terjadi karena pengelolaan kuantitas
penduduk, khususnya fertilitas, dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Jika tidak, maka tahap tersebut tidak terjadi di Kota Binjai.
Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka ketergantungan
yang paling rendah dalam perkembangan perubahan komposisi
penduduk menurut umur. Kondisi tersebut disertai dengan besarnya
jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah penduduk usia
anak-anak, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Tahap ini
merupakan kesempatan yang hanya datang sekali dan harus direspons
dengan kebijakan yang memadai agar opportunity berubah menjadi
bonus demografi. Jika tahap ini terjadi dan tidak ada intervensi yang
tepat, maka kesempatan tersebut akan berubah menjadi bencana
(disaster).
Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya jauh sebelum
terjadinya era bonus demografi telah disusun suatu arah dan
pentahapan pencapaian pembangunan kuantitas dan kualitas penduduk
yang mampu mendorong terealisasinya tahap pemanfaatan peluang
bonus demografi tersebut.
Selain persoalan yang terkait dengan pertumbuhan dan komposisi
penduduk, Kota Binjai masih dihadapkan pada masalah ketimpangan
distribusi penduduk antar kecamatan. Persoalan ketimpangan distribusi
penduduk pada dasarnya erat kaitannya dengan persoalan ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Di satu pihak ketimpangan
distribusi penduduk melahirkan persoalan over-population yang
3
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
ditunjukkan antara lain adanya kepadatan penduduk yang tidak sesuai
dengan tata ruang pemukiman dan tekanan perkembangan penduduk,
di pihak lain muncul persoalan optimalisasi sumber daya alam,
khususnya di daerah yang kaya sumber daya alam tetapi jumlah
penduduknya sedikit.
Persoalan kependudukan yang dihadapi Kota Binjai menjadi lebih
komplek karena selain masalah kuantitas dan mobilitas, juga
dihadapkan pada persoalan kualitas penduduk (terutama bidang
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi) yang
tergambar dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Permasalahan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk pada
akhirnya bukan hanya menggambarkan persoalan kependudukan, tetapi
lebih dari itu, persoalan tersebut merupakan permasalahan
pembangunan yang sedang dihadapi. Hal tersebut berkaitan juga
dengan pemikiran secara konseptual bahwa hubungan antara
kependudukan dan pembangunan ekonomi bersifat resiprokal (atau
timbal balik). Dari satu sisi, ketika variabel kependudukan diletakkan
sebagai variabel bebas, maka setiap intervensi untuk mengatasi
permasalahan kependudukan tersebut akan memberikan kontribusi
untuk mengatasi masalah pembangunan lainnya.
Perubahan lingkungan strategis, baik pada skala internasional,
nasional, maupun regional, menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi dinamika kebijakan kependudukan. Pada skala
internasional, kesepakatan hasil ICPD (International Conference on
Population and Development) di Kairo tahun 1994, serta SDGs
(Sustainable Development Goalds) dan juga kesepakatan internasional
lainya, telah menyebabkan perubahan orientasi kebijakan
kependudukan. Sebagai contoh, prinsip-prinsip ICPD yang belum
sepenuhnya tertuang dalam UU No. 10 Tahun 1992 menjadi salah satu
pertimbangan penting dilakukannya amandemen UU tersebut yang
kemudian menjadi UU No.52 Tahun 2009. Arah kebijakan
pembangunan kependudukan dan hasil ICPD yang menekankan
pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telah mewarnai program
Keluarga Berencana pasca-ICPD.
Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA)
ICPD yang mencakup tujuan penting kebijakan kependudukan dan
pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam
4
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal, anak
dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,
termasuk Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. Kesepakatan
hasil SDGs sangat berpengaruh dalam mengarahkan pembangunan
kependudukan. Target yang tertuang dalam SDGs, menjadi rujukan
pokok penentuan indikator pencapaian pembangunan kependudukan
sampai dengan saat ini.
Bukan hanya dalam konteks pembangunan kependudukan, arah
kebijakan pembangunan secara umum juga sangat diwarnai dan
dipengaruhi oleh sasaran SDGs.
Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat;
Pertama adalah perubahan kewenangan pemerintahan daerah (otonomi
daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan komitmen pentingnya
pembangunan kependudukan berkelanjutan dari para pimpinan daerah,
termasuk Pemerintah Kota Binjai.
Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka
pemerintah Kota Binjai akan mampu untuk menyusun, melaksanakan,
serta melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan, termasuk
didalamnya kebijakan pembangunan kependudukan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya
Pemerintah Kota Binjai merumuskan acuan bagi pembangunan
kependudukan di masa mendatang, berupa kebijakan umum dalam
bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK). Hal ini
merupakan tindak lanjut atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 serta penjabaran
dari RPJP Provinsi Sumatera Utara 2005-2025 RPJPD Kota Binjai
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan
kebijakan kependudukan melalui pembentukan Kelompok Kerja
(working group).
Melalui Keputusan Walikota Binjai Nomor 188.45-434/K/Tahun 2018
tanggal 28 Juni 2018 Tentang Panitia Pelaksana Kegiatan Penyusunan
Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Binjai Tahun 2015-
2040, telah terbentuk lima kelompok kerja untuk menyusun GDPK yang
masing - masing bertanggung jawab untuk menyusun grand design
5
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
termasuk roadmap pembangunan kependudukan, kelima kelompok
kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk
(Kelompok Kerja I)
2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok
Kerja II)
3. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan
Mobilitas Penduduk (Kelompok Kerja III)
4. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja IV)
5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan
(Kelompok Kerja V)
Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan telah
menghasilkan konsep grand design. Hasil dari kelima kelompok kerja
tersebut merupakan sumber utama dalam penyusunan GDPK
pembangunan kependudukan ini. Dengan kata lain dokumen GDPK ini
merupakan integrasi dan penyerasian hasil kerja dari kelima kelompok
kerja tersebut. Diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan
dan acuan bagi perumusan program atau kegiatan operasional untuk
mengatasi permasalahan kependudukan di Kota Binjai serta
mengintegrasikannya dengan dokumen pembangunan yang lainnya.
GDPK merupakan arahan kebijakan dalam tahapan lima tahunan
pembangunan kependudukan Kota Binjai dengan melihat target
pencapaian sampai dengan tahun 2040. Dengan demikian, dalam
dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang berisi kebijakan yang
diperlukan untuk tiap lima tahunan sampai tahun 2040, sehingga dapat
diperoleh gambaran yang jelas berkenaan dengan upaya-upaya yang
perlu diambil oleh setiap OPD/sektoral/lembaga dalam mendukung
implementasi pembangunan kependudukan di Kota Binjai.
Selain itu, penyusunan GDPK juga memperhatikan beberapa dokumen
yang telah ada terlebih dahulu, misalnya Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kota Binjai, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kota Binjai (RPJMD).
Diharapkan dengan menggunakan referensi tersebut, GDPK yang
dihasilkan merupakan dokumen yang komprehensif, akomodatif, dan
terstruktur.
6
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
1.2. Dasar Hukum
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan Grand
Design Pembangunan Kependudukan adalah sebagai berikut :
1. Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kota Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092).
2. Undang - Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan.
3. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
4. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
5. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
6. Undang - Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
7. Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
8. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir
Miskin.
9. Undang - Undang No. 35 tahun 2010 Tentang Narkotika.
10. Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
11. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan.
12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara.
13. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
14. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
15. Peraturan Presiden RI Nomor 153 Tahun 2014 Tentang Grand Design
Pembangunan Kependudukan.
16. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo
(Mebidangro).
7
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
17. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86
Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta
tata cara perubahan rencana pembangunan jangka panjang daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah.
19. Perda Pemprov SU No. 12 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2005-2025.
20. Perda Kota Binjai Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Binjai Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kota Binjai Tahun 2013 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Kota Binjai.
21. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai 2011-2030.
22. Perda Kota Binjai Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Binjai Tahun
2016 – 2021.
23. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 32 Tahun 2014 Tentang
Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara Tahun
2011-2035.
24. Keputusan Walikota Binjai Nomor 188.45-434/K Tahun 2018
Tanggal 28 Juni 2018 Tentang Panitia Pelaksana Kegiatan
Penyusunana Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota
Binjai Tahun 2015-2040.
1.3. Visi
“Tercapainya penduduk yang terkendali dan berkualitas sebagai
modal pembangunan untuk Terwujudnya Kota Cerdas Yang Layak
Huni, berdaya saing dan berwawasan lingkungan menuju binjai yang
sejahtera”. Penekanan visi pada pembangunan kependudukan adalah
jawaban kunci terhadap terjadinya “windows of opportunity” sehingga
8
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
“bonus demografi” dapat dimanfaatkan sebagai modal dasar
pembangunan.
1.4. Misi
1. Menempatkan aspek kependudukan sebagai titik sentral
pembangunan dan mengintegrasikan kebijakan kependudukan
kedalam kebijakan pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan
lingkungan hidup
2. Mendorong tercapainya jejaring (networking) kebijakan antar
pemangku kepentingan di daerah dalam membangun tata kelola
kependudukan untuk mendukung terciptanya pembangunan
berkelanjutan
3. Menciptakan sinkronisasi antar berbagai peraturan daerah dan
kebijakan pemerintah Kota Binjai tentang kependudukan
4. Memfasilitasi perkembangan kependudukan kearah yang seimbang
antara jumlah, struktur, dan persebaran penduduk dengan
lingkungan hidup, baik yang berupa daya dukung alam maupun
daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial dan
budaya
5. Mengintegrasikan pembangunan ekonomi secara sinergis antar
wilayah pertumbuhan dengan wilayah lainnya menjadi suatu sistem
wilayah pengembangan ekonomi yang mampu menarik gerak
keruangan penduduk yang aman, nyaman, cepat, dan terjangkau
6. Membangun potensi dan sinergisitas faktor kependudukan, baik
pada level individu, keluarga maupun masyarakat untuk
meningkatkan kualitas penduduk yang mendukung pembangunan
berkelanjutan
7. Membangun keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan
harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender serta mampu
merencanakan sumber daya keluarga dan jumlah anak yang ideal
yakni 2 anak.
8. Mewujudkan migrasi tenaga kerja internal, regional dan
internasional secara terarah, tertib, teratur, dan terlindungi
9. Membuka peningkatan partisipasi masyarakat dan transparansi
kebijakan dalam membangun tata kelola kependudukan yang
berpusat pada manusia, termasuk membangun sistem informasi dan
data base kependudukan yang transparan dan akuntabel.
9
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
10. Membangun kesadaran, sikap, dan kebijakan bagi kesamaan hak
dan kewajiban antar kelompok, termasuk kesadaran gender bagi
terciptanya kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang demi
tercapainya tujuan pembangunan.
1.5. Arah Kebijakan
1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak
asasi sebagai prinsip utama
2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi
semua pemangku kepentingan, baik di daerah maupun masyarakat
3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai
titik sentral pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek)
maupun penikmat (objek) pembangunan
4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari
usaha untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan
informasi kependudukan yang valid dan dapat dipercaya.
1.6. Tujuan
Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya
kualitas penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting
dalam mencapai kemajuan bangsa dan masyarakat kota Binjai sendiri.
Hal itu dilakukan melalui pencapaian tujuan Pembangunan
Kependudukan.
Tujuan Pembangunan Kependudukan Kota Binjai tersebut dikaitkan
dengan isu-isu strategis daerah yang ada untuk penanganan secara
komprehensif yang disesuaikan dengan kondisi dan tipologi Kota Binjai.
Untuk itu diperlukan adanya landasan kerangka pikir sebagai acuan
umum guna mendapatkan permasalahan, isu-isu strategis, kebijakan
dan program kegiatan spesifik, dan tetap sinergis dengan tujuan
pembangunan secara umum baik secara nasional maupun wilayah serta
Daerah Kota Binjai. Berikut ini disajikan landasan kerangka pikir
penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi
Sumatera Utara (Gambar 1.1).
10
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
1.7. Sasaran
1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang
berdasarkan pada pendekatan hak asasi manusia untuk
meningkatkan kualitas penduduk dalam rangka mencapai
pembangunan berkelanjutan
2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas
penduduk dengan cara pengendalian angka kelahiran, penurunan
angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk
3. Pencapaian penduduk yang berkualitas melalui pembangunan
keluarga yang bercirikan ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi,
cerdas dan berkarakter serta mampu merencanakan sumber daya
keluarga secara optimal
4. Pembangunan data base kependudukan melalui pengembangan
sistem informasi data kependudukan yang akurat, dapat dipercaya,
dan terintegrasi.
“Mencapai penduduk yang terkendali dan
berkualitas sebagai modal pembangunan untuk
Terwujudnya Kota Cerdas Yang Layak Huni, berdaya saing dan berwawasan lingkungan
menuju binjai yang sejahtera”
Peningkatan
Kualitas Penduduk
Pengendalian
Kuantitas Penduduk
Penataan Persebaran dan Pengaturan
Mobilitas Penduduk
Pembangunan
Keluarga
Pengembangan Sistem Informasi dan Data Base Kependudukan Yang Berkualitas dan Terintegrasi
Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama Tahun 2015-2040
11
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Binjai
dengan Dokumen Perencanaan Lain
Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen
rumusan perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk
jangka waktu 25 tahun ke depan dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang
berisi tentang kecenderungan parameter kependudukan, isu-isu penting
kependudukan dan program-program pembangunan kependudukan
yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas
penduduk, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk,
pembangunan keluarga, serta pembangunan manajemen data base dan
informasi kependudukan.
Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Binjai baik dalam
jangka panjang maupun jangka menengah adalah merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional, Pembangunan Sumatera Utara dan
Pembangunan Kota Binjai Tujuannya secara makro ialah tercapainya
kondisi kependudukan yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor
penting dalam mencapai kemajuan masyarakat dan bangsa, khususnya
di Kota Binjai.
Oleh karena itu, Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Binjai
disusun dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan masyarakat
Kota Binjai dalam mencapai kesejahteraannya melalui peningkatan
indeks pembangunan manusia yang berlandaskan pengembangan
pendidikan, kesehatan dan ekonomi melalui penyerasian kebijakan yang
meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas
penduduk, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk,
pembangunan keluarga, serta pembangunan manajemen data base dan
informasi kependudukan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disamping dokumen grand
design pembangunan kependudukan nasional tahun 2011-2035, grand
design pembangunan kependudukan Sumatera Utara Tahun 2011-2035,
maka grand design Pembangunan Kependudukan Kota Binjai Tahun
2015-2040 juga disusun dengan memperhatikan dokumen rencana
pembangunan lain yang telah ada masih berlaku seperti Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Sumatera Utara,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Binjai, Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Binjai, dan Rencana Strategis Kota Binjai dan
12
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
lain sebagainya yang dipandang berhubungan dengan pembangunan
kependudukan. Secara skematis kerangka pikir perumusan Grand
Design Pembangunan Kependudukan Kota Binjai tersaji dalam gambar
berikut (Gambar 1.2)
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Grand Design Pembangunan
Kependudukan
Gambar 1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2002-2025
CITA2
BANGSA KESEJAHTERAAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM
GDPK IPM
Pendidikan
Kesehatan
Ekonomi
1. Pengendalian
Kuantitas Penduduk
2. Peningkatan
Kualitas
Penduduk 3. Pembangunan
keluarga
4. Penataan
persebaran dan
pengaturan mobilitas
penduduk
5. Pembangunan
managemen
database dan
informasi
kependudukan
1. Program Pengendalian
Kuantitas
Penduduk
2. Program
Peningkatan Kualitas
Penduduk
3. Program
Pembangunan
keluarga
4. Program Penataan persebaran dan
pengaturan
mobilitas
penduduk
5. Program
Pembangunan
managemen
database dan
informasi
Kependudukan
13
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
BAB II
KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN
2.1 Peta Kota Binjai
2.2 Kewilayahan
Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2 dikelilingi oleh Kabupaten Deli
Serdang. Batas area di sebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, di
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang, disebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten
Langkat.
14
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Gambar 2.1. Luas Wilayah Kota Binjai
Binjai terdiri dari 5 (lima) kecamatan, 37 (tiga puluh tujuh) kelurahan dan
284 Lingkungan. Adapun komposisi dari setiap kecamatan adalah sebagai
berikut :
Kecamatan Binjai Selatan terdiri dari 8 (delapan) kelurahan : Tanah Merah,
Bhakti Karya, Tanah Seribu, Pujidadi, Binjai Estate, Rambung Barat,
Rambung Dalam dan Rambung Timur
Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan : Berngam, Satria,
Tangsi, kartini, Setia, Binjai, Pekan Binjai
Kecamatan Binjai Timur terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan : Mencirim,
Tunggurono, Dataran Tinggi, Timbang Langkat, Tanah Tinggi, Sumber
Mulyorejo, Sumber Karya
Kecamatan Binjai Utara terdiri dari 9 (Sembilan) kelurahan : Pahlawan,
Jatinegara, Nangka, Jati Makmur, Kebun Lada, Damai, Cengkeh Turi, Jati
Karya, Jati Utomo
Kecamatan Binjai Barat terdiri 6 (enam) Kelurahan : Bandar Senembah,
Limau Mungkur, Limau Sundai, Payaroba, Sukamaju dan Sukaramai.
15
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel. 2.1. Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan Menurut
Kecamatan di Kota Binjai Tahun 2015
KECAMATAN KELURAHAN LINGKUNGAN
(1) (2) (3)
Binjai Selatan 8 61
Binjai Kota 7 51
Binjai Timur 7 65
Binjai Utara 9 64
Binjai Barat 6 43
KOTA BINJAI 37 284
2.3 Kondisi Geografis
Secara geografis, Kota Binjai berada pada 3 31’ 40’’ – 3 40’ 2’’ Lintang
Utara dan 98 27’ 3’’ – 98 32’ 32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m di atas
permukaan laut. Kota Binjai adalah daerah yang beriklim tropis dengan
2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dan
musim kemarau biasanya ditandai dengan jumlah hari hujan pada tiap
bulan terjadinya musim.
Letak dan Geografis Kota Binjai, 2015
Letak Astronomis
3° 31' 40" - 3° 40' 2" Lintang Utara, 98° 27' 3" - 98° 32' 32" Bujur Timur
Luas Wilayah ± 90,23 km2
Tinggi di Atas Permukaan
Laut
± 28 m
Batas-batas-:
Utara
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang
Timur Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Selatan
Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Barat Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat
16
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
BAB III
KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI
3.1. Kuantitas Penduduk
3.1.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Binjai berdasarkan hasil sensus penduduk tahun
2010 sebanyak 246.154 meningkat menjadi 264.687 jiwa pada Tahun
2015 (Hasil Proyeksi). Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk
periode 2010-2015 adalah 1,46% dan terjadi penurunan pada priode
2014-2015 menjadi 1,22% setiap tahun. Secara kecamatan, bahwa
Kecamatan Binjai Kota terjadi penurunan yang drastis yakni -0,51
dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 30.190 jiwa turun
menjadi 29.161 jiwa pada tahun 2015.
Tabel: 3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Binjai Jumlah Penduduk
dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Binjai 2010, 2014, dan 2015
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan
Penduduk per Tahun
(%)
2010 2014 2015 2010-
2015
2014-
2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Binjai Selatan 48.423 52.575 53.493 2,01 1,66
Binjai Kota 30.190 29.427 29.161 -0,69 -0,51
Binjai Timur 53.926 57.616 58.394 1,60 1,33
Binjai Utara 70.392 75.058 76.034 1,55 1,29
Binjai Barat 43.233 46.814 47.605 1,94 1,60
Kota Binjai 246.154 261.490 264.687 1,46 1,22
Sumber : Kota Binjai Dalam Angka 2016
Dari data pada Kota Binjai Dalam Angka Tahun 2017 menunjukkan
bahwa penduduk Kota Binjai tahun 2015 ada sebanyak 264.687 jiwa
dengan komposisi penduduk laki-laki berjumlah 132.197 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan 132.490 jiwa dengan sexrasio 99,78 dan
jika dilihat dari wilayah kecamatan, terlihat bahwa proporsi penduduk
perempuan lebih banyak tinggal di kecamatan Binjai Kota dengan
sexrasio 95,87, Binjai Selatan 97,87, kecamatan Binjai Timur dengan
sexrasio 98,87. Sebaliknya, penduduk laki-laki yang lebih banyak di
17
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
kecamatan Binjai Barat dengan rasio 103,86 dan kecamatan Binjai Utara
dengan sexrasio 101.87, Dari tabel berikut memperlihatkan penduduk
menurut jenis kelamin dan sek rasio penduduk Kota Binjai pada tahun
2015 sbb:
Tabel 3.2. Jumlah dan Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis
Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Binjai, 2015
Kecamatan
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
Binjai Selatan 26.459 27.034 53.493 97,87
Binjai Kota 14.273 14.888 29.161 95,87
Binjai Timur 29.031 29.363 58.394 98,87
Binjai Utara 38.181 37.853 76.034 101,87
Binjai Barat 24.253 23.352 47.605 103,86
Kota Binjai 132.197 132.490 264.687 99,78
Sumber : Kota Binjai Dalam Angka 2016
3.1.2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk KotaBinjai terus mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tahun 2015, kepadatan
penduduk Kota Binjai sebesar 2.933 jiwa per km² dengan penduduk
terpadat di Kecamatan Binjai Kota, yaitu 7.078 jiwa per km², Kecamatan
Binjai Barat 4.384 jiwa per km². Selanjutnya, berdasarkan hasil sensus
penduduk 2010, kepadatan penduduk Kota Binjai Tahun 2000 sebesar
2.375 jiwa perkm2 dan pada tahun 2010 sebanyak 2.726 jiwa perkm2,
artinya selama kurun waktu lima belas tahun (2000-2015) telah terjadi
peningkatan jumlah kepadatan penduduk sebanyak 558 jiwa perkm2
atau sebanyak 37,2 jiwa perkm2 setiap tahunnya.
18
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai, 2015
Kecamatan
Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan
Penduduk (jiwa/km2)
Km2 % Jiwa %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Binjai Selatan 29,96 33,2 53.493 20,21 1.785
Binjai Kota 4,12 4,57 29.161 11,02 7.078
Binjai Timur 21,7 24,05 58.394 22,06 2.691
Binjai Utara 23,59 26,14 76.034 28,73 3.223
Binjai Barat 10,86 12,04 47.605 17,98 4.384
Kota Binjai 90,23 100 264.687 100 2.933
Sumber : Kota Binjai Dalam Angka 2016
Kontribusi pertambahan penduduk dari aspek jumlah kelahiran bayi
(fertilitas) rata-rata per tahun sebanyak 5.259 jiwa sedangkan kontribusi
dari migrasi sebanyak 993 jiwa. Dari segi distribusi dan persebaran
terdapat Kecamatan Binjai Kota yang memiliki luas wilayah seluas 4,57%
dari luas wilayah Kota Binjai dihuni oleh penduduk sebanyak 29.11 jiwa
atau sekitar 11,02% dari jumlah penduduk Kota Binjai, sebaliknya di
Kecamatan Binjai Selatan yang luas wilayahnya 29,96 km2 atau 33,2%
dihuni oleh penduduk sebanyak 53.493 jiwa atau sebanyak 20,21 dari
jumlah penduduk Kota Binjai. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran
penduduk di Kota Binjai belum merata.
3.1.3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan
antara banyaknya penduduk usia non produktif (umur di bawah 15
tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya penduduk yang
termasuk produktif (penduduk umur 15-64 tahun). Rasio ketergantungan
atau rasio beban tanggungan dalam batasan studi demografi sering
disebut sebagai “age dependency ratio”. Hal ini dikarenakan rasio ini lebih
merupakan perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua
dengan penduduk usia kerja.
Secara aspek ekonomi, rasio beban ketergantungan dapat menggambar-
kan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia
kerja. Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut,
19
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
untuk usia muda dan usia lanjut, dapat diketahui kelompok umur mana
yang berkontribusi paling besar atau sedikit dalam rasio ketergantungan
total. Keadaan ini, diduga sebagai akibat meningkatnya kondisi
perekonomian yang semakin maju. Selaras dengan beberapa hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa semakin maju perekonomian suatu
Negara atau daerah semakin kecil rasio beban ketergantungan.
Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila ditelusuri dari struktur
umur. atau komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
merupakan komponen penting dalam demografi. Hampir semua
pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan pembahasan
komponen umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur penduduk
antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur penduduk
dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian dan
migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang
lain. Faktor-faktor sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi
struktur umur penduduk lewat ketiga variabel demografi di atas.
Menurut teori demografi dikatakan struktur penduduk umur muda,
apabila kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya
besar (lebih dari 35%), sedang besarnya kelompok penduduk usia 65
tahun ke atas lebih kurang 3%. Sebaliknya, suatu daerah atau negara
dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang
berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35% dari
seluruh penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar
15% (Mantra, 1985).
20
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok
Umur dan Kota Binjai Tahun 2015
Kelompok Umur Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0 - 4 13.299 12.798 26.097
05-09 12.666 11.890 24.556
10-14 11.894 11.345 23.239
15 - 19 12.401 12.257 24.658
20 - 24 12.346 12.422 24.768
25 - 29 11.280 11.458 22.738
30 - 34 10.414 10.304 20.718
35 - 39 9.838 10.047 19.885
40 - 44 8.858 9.121 17.979
45 - 49 8.007 8.378 16.385
50 - 54 7.090 7.136 14.226
55 - 59 5.561 5.828 11.389
60 - 64 3.699 3.678 7.377
65 + 4.844 5.828 10.672
Jumlah 132.197 132.490 264.687
Beban
Ketergantungan - - 47,40
Jika dilihat komposisi umur penduduk, ternyata di Kota Binjai sudah
memasuki bonus demografi. Hal ini ditunjukkan dari persentase
penduduk umur non produktif (di bawah 15 tahun) sebesar 73.892 jiwa
dan penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 10.672 dengan umur usia
produktif (15-64) sebanyak 180.123 jiwa sehingga angka depedency
rasionya adalah sebesar 47,40 Artinya setiap 100 penduduk usia
produktif hanya menanggung sekitar 47 penduduk yang usia non
produktif.
3.1.4. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)
Selanjutnya, bila diperhatikan dinamika penduduk lanjut usia dengan
batasan 60 tahun ke atas, ternyata padatahun 2015 penduduk usia 60
tahun keatas (lansia)sekitar 18.049 jiwa (6,82 %)
Oleh karena itu dimasa-masa mendatang jika tidak diantisipasi akan
menimbulkan masalah-masalah seperti kerentanan penduduk usia
lanjut, beban ekonomis dan penyediaan panti-panti jompo. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu bagi pemerintah atau swasta
21
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
menciptakan lapangan kerja yang ideal bagi para lansia sehingga pada
akhir usia mereka masih potensil dan produktif seperti beternak unggas,
kerajinan tangan dan usaha rumah tangga lainnya. Disamping itu, upaya
yang telah dilaksanakan Dinas Sosial KotaBinjai dalam membina
penduduk lanjut usia melalui Proyek Penyantunan Lanjut Usia dan Anak
Terlantar dengan program bimbingan sosial dan keterampilan serta paket
Usaha Lanjut Usia disamping peningkatan prasarana panti perlu
ditingkatkan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan peningkatan
pendapatan penduduk sehingga memiliki saving yang cukup guna
membiayai kebutuhan pada saat lansia.
3.1.5. Perilaku Fertilitas
Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Angka fertilitas (kelahiran) sangat erat hubungannya
dengan tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dengan bidang
keluarga berencana. Ukuran yang sering digunakan untuk melihat angka
fertilitas yang umum digunakan adalah angka kelahiran total (Total
Fertlity Rate = TFR). Mengacu ukuran TFR, maka berdasarkan Sensus
Penduduk 2010 angka TFR sebesar 2,42 anak yang diproyeksikan pada
tahun 2015 angka kelahiran total (TFR) Kota Binjai tahun 2015 adalah
2,24 anak, keadaan ini sudah mendekati kondisi ideal untuk
menciptakan Net Reproduction Rate (NRR=1) untuk menuju Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS) dan Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP).
Perkembangan angka kelahiran atau angka TFR kota Binjai dari tahun
2010 sampai tahun 2015 adalah sbb :
22
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Gambar 3.1. Perkembangan angka Kelahiran Total (Total Fertility
Rate/TFR) Kota Binjai dari tahun 2010 - 2015
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010 dan Proyeksi
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan untuk
mengupayakan penurunan fertilitas. Mengetahui faktor-faktor tersebut
sangat berguna dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
penurunan fertilitas. Banyak studi empirik telah menunjukkan adanya
peranan faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pada bahasan ini dicoba
untuk ditelusuri peranan keluarga berencana, umur perkawinan
pertama, budaya dan pendidikan.
3.1.6. Keluarga Berencana
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah program untuk
membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga merencanakan
kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga
berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka generasi
mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat
melanjutkan pembangunan. Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam mengendalikan
jumlah dan pertumbuhan sertastrukturumur penduduk juga diikuti
dengan peningkatan kualitas penduduk.
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal hamil dan melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pemakaian alat kontrasepsi
akan mempengaruhi fertilitas wanita melalui status fekunditasnya
23
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
(kemampuan melahirkan). Melalui pemakaian alat KB wanita dapat
mengatur panjang-pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan.
Perkembangan program pengendalian kelahiran dengan menggunakan
cara-cara kontrasepsi (PIL, IUD, Kondom, Suntik, MOP, MOW) bagi
penduduk, tidak dapat terlepas dari pengetahuan, sikap dan praktek
Keluarga berencana. Adapun pengetahuan, sikap, dan praktek KB dari
seluruh penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi
penduduk seperti tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah, desa
atau kota.
Berdasarkan Kota Binjai Dalam Angka Tahun 2016 menunjukkan bahwa
pemakaian kontrasepsi Peserta KB Aktif) di Kota Binjai adalah sebanyak
28.323 atau 73.43 % dari Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 38.574
pasangan, dengan persebaran peserta KB hampir merata disetiap
kecamatan, antara 71,82% dikecamatan Binjai Timur (terendah) dengan
74,67 % dikecamatan Binjai Barat (tertinggi).
Tabel : 3.5. Realisasi Pencapaian Target Akseptor Keluarga Berencana Baru Menurut Kecamatan di Kota
Binjai, 2015
Kecamatan
Pasangan Usia
Subur
Akseptor Aktif Akseptor
Baru Banyaknya Persentase
thd PUS
(1) (2) (3) (4) (5)
Binjai Selatan 7.482 5.555 74,24 1.584
Binjai Kota 4.656 3.414 73,32 841
Binjai Timur 8.067 5.794 71,82 944
Binjai Utara 11.550 8.468 73,32 1.212
Binjai Barat 6.819 5.092 74,67 1.021
Kota Binjai 38.574 28.323 73,43 5.602
Sumber : Kota Binjai Dalam Angka 2016
Sedangkan perkembangan peserta KB menurut Pemakaian alat
kontrasepsi menunjukan bahwa alat kontrasepsi Suntik KB adalah
alat/obat kontrasepsi yang paling umum dipakai oleh peserta KB di Kota
Binjai yakni sebanyak 11.954 atau 42,21 % dan yang kedua adalah
pengguna pil sebanyak 9.510 akseptor atau 33.58%. sedangkan peserta
KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
sebanyak 5.987 akseptor atau 21,14%.
24
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel . 3.6. Jumlah Pasangan Usia Subur dan Peserta KB Aktif Menurut
Kecamatan di Kota Binjai, 2015
Kecamatan Jumlah
PUS
Peserta KB Aktif
IUD MOW MOP KONDOM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Binjai Selatan 7.482 446 224 8 108
Binjai Kota 4.656 351 388 45 151
Binjai Timur 8.067 315 268 13 148
Binjai Utara 11.550 421 367 31 352
Binjai Barat 6.819 310 284 9 113
Kota Binjai 38.574 1.843 1.531 106 872
3.1.7. Program Pendewasaan Usia Kawin Pertama
Variabel umur pada waktu kawin pertama sangat dipengaruhi oleh
variabel pendidikan dan status ekonomi. Wanita yang berpendidikan
lebih tinggi yang otomatis status ekonominya tinggi pula akan menunda
saat perkawinannya, karena wanita-wanita tersebut akan lama
menghabiskan waktunya dibangku sekolah, dapat disimpulkan bahwa
wanita yang berpendidikan lebih tinggi dan status ekonomi lebih tinggi
pula akan menunda masa perkawinannya, sehingga peluang untuk
mempunyai anak yang lebih banyak akan berkurang dan dengan
sendirinya akan menekan tingkat fertilitas.
Di Kota Binjai pada tahun 2011 median rata-rata kawin pertama wanita
umur 21,51 tahun, sedangkan pada tahun 2015 umur 21,95 terjadi
kecenderungan kenaikan dalam pendewasaan usia kawin pertama.
Kecamatan Peserta KB Aktif
MKJP/% Implan Suntikan Pil Jumlah
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Binjai Selatan 623 2.392 1.754 5.555 1.301 23,42
Binjai Kota 333 1.146 1.000 3.414 1.117 32,72
Binjai Timur 274 2.808 1.968 5.794 870 15,02
Binjai Utara 787 3.443 3.067 8.468 1.606 18,97
Binjai Barat 490 2.165 1.721 5.092 1.093 21,47
Kota Binjai 2.507 11.954 9.510 28.323 5.987 21,14
Tabel Lanjutan
25
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Kecenderungan peningkatan Usia kawin pertama ini ditandai dengan
terjadinya perubahan semakin mengecilnya persentase kawin pertama
pada kelompok umur muda yakni pada kelompok umur 10-16 dari
6,84% turun menjadi 2,67 %, dan kelompok umur 17-18 dari 15,92%
menjadi 8,23%, sedangkan pada kelompok umur 19-24 tahun terjadi
peningkatan dari 56,69% menjadi 71,96%. Dari tabel berikut
memperlihatkan perkembangan program usia kawin pertama di Kota
Binjai sbb :
Tabel : 3.7. Persentase Perempuan Usia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di
Kota Binjai, 2011 dan 2015
Usia Perkawinan Pertama 2011 2015
(1) (2) (3)
10-16 6,84 2,67
17-18 15,92 8,23
19-24 56,69 71,96
25-34 19,57 17,04
55+ 0,99 0,9
Rata-rata Usia Perkawinan pertama 21,51 21,95
Sumber : Kota Binjai Dalam Angka 2016
Walaupun kecenderungan umur kawin pertama wanita ini telah
menunjukkan peningkatan, tetapi tentunya rata-rata umur kawin
tersebut masihlah relatip muda. Dengan demikian program KB dalam
upaya penundaan usia kawin harus lebih ditingkatkan.
3.1.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2015-2040
Proyeksi jumlah penduduk merupakan perhitungan jumlah penduduk
(menurut komposisi umur dan jenis kelamin) dimasa yang akan datang
berdasarkan asumsi perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Hasil proyeksi dan asumsi diharapka dapat menjadi arah perencanaan
pembangunan ekonomi maupun pembangunan sektor lainnya. Proyeksi
mengenai jumlah serta stuktur penduduk merupakan persyaratan
minimal untuk rencana pembangunan. Hasil perhitungan proyeksi
penduduk Kota Binjai menunjukkan kenaikan, pada tahun 2015 jumlah
penduduk Kota Binjai sebesar 264.687 jiwa dan diperkirakan menjadi
308.228 jiwa pada tahun 2040.
26
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Trend perkembangan jumlah penduduk Kota Binjai dari tahun 2015
sampai 2040 dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Proyeksi Penduduk Kota Binjai 2015-2040
264,687
279,302
290,871
299,297304,801
308,228
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Sedangkan angka laju pertumbuhan penduduk terjadi penurunan setiap
tahunnya periode 2015 – 2020 sebesar 1,22 % dan periode 2035-2040
menjadi 0,22 %, sehingga laju pertumbuhan penduduk selama periode
2015-2040 terjadi penurunan sebesar 1 %.
Trend perkembangan laju pertumbuhan penduduk Kota Binjai dari
tahun 2015 sampai dengan 2040 dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar : 3.3 Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk
Kota Binjai 2015–2040
Selanjutnya, untuk melihat perubahan komposisi penduduk , dapat
diperhatikan perubahan gambaran piramida penduduk melalui siklus
kohor lima tahunan. Pola Piramida penduduk tahun 2015
menunjukkan pola yang tidak menggembung lagi atau menyerupai
27
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
“Candi Borobudur”, tetapi sudah berubah lebih ramping menyerupai
“Candi Prambanan” hingga periode akhir proyeksi. Ini mengindikasikan
bahwa selama periode 2020-2040 penduduk di Kota Binjai disamping
akan mengalami penurunan pertumbuhan secara terus menerus, juga
akan ditandai dengan perubahan struktur penduduk yang ideal.
Dengan demikian pencapaian target jumlah penduduk tanpa
pertumbuhan tahun 2040 masih merupakan tantangan berat untuk
Kota Binjai.
Tabel 3.8. Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2015
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 13.299 12.772 26.071
5-9 12.667 11.998 24.665
10-14 11.894 11.276 23.170
15-19 12.401 11.867 24.268
20-24 12.346 12.080 24.426
25-29 11.279 11.170 22.449
30-34 10.413 10.506 20.919
35-39 9.838 9.967 19.805
40-44 8.858 9.035 17.893
45-49 8.006 8.321 16.327
50-54 7.091 7.444 14.535
55-59 5.561 5.790 11.351
60-64 3.700 3.894 7.594
65-69 2.224 2.605 4.829
70-74 1.470 1.933 3.403
75+ 1.150 1.832 2.982
Jumlah 132.197 132.490 264.687
Sumber : Kota Binjai Dalam Angka 2016
Gambar 3. 4. Piramida Penduduk Kota Binjai 2015
15 10 05 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
Perempuan Laki-laki
28
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.9. Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2020
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 12.561 12.122 24.683
5-9 12.848 12.309 25.157
10-14 12.671 12.142 24.813
15-19 12.732 12.549 25.281
20-24 12.918 12.777 25.695
25-29 11.494 11.631 23.125
30-34 10.493 10.338 20.831
35-39 10.115 10.438 20.553
40-44 9.373 9.714 19.087
45-49 8.660 9.018 17.678
50-54 7.827 7.925 15.752
55-59 6.377 6.902 13.279
60-64 4.815 4.904 9.719
65-69 3.248 3.443 6.691
70-74 1.802 1.903 3.705
75+ 1.350 1.903 3.253
Jumlah 139.284 140.018 279.302
Sumber : Proyeksi Tim Penyusun GDPK
Gambar 3.5 Piramida Penduduk Kota Binjai 2020
29
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.10 Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2025
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 11.804 11.495 23.299
5-9 12.096 11.691 23.787
10-14 12.793 12.584 25.377
15-19 13.503 13.453 26.956
20-24 13.178 13.078 26.256
25-29 11.965 11.977 23.942
30-34 10.631 10.501 21.132
35-39 10.131 10.480 20.611
40-44 9.588 10.107 19.695
45-49 9.124 9.625 18.749
50-54 8.437 8.550 16.987
55-59 7.022 7.690 14.712
60-64 5.514 5.834 11.348
65-69 4.226 4.612 8.838
70-74 2.645 2.643 5.288
75+ 1.661 2.233 3.894
Jumlah 144.318 146.553 290.871
Sumber : Proyeksi Tim Penyusun GDPK
Gambar 3.6 Piramida Penduduk Kota Binjai 2025
30
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.11 Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2030
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 11.139 10.947 22.086
5-9 11.366 11.083 22.449
10-14 12.031 11.931 23.962
15-19 13.615 13.914 27.529
20-24 13.947 13.989 27.936
25-29 12.172 12.224 24.396
30-34 11.050 10.797 21.847
35-39 10.251 10.631 20.882
40-44 9.592 10.138 19.730
45-49 9.325 10.014 19.339
50-54 8.889 9.128 18.017
55-59 7.575 8.299 15.874
60-64 6.082 6.508 12.590
65-69 4.852 5.496 10.348
70-74 3.458 3.564 7.022
75+ 2.334 2.956 5.290
Jumlah 147.678 151.619 299.297
Sumber : Proyeksi Tim Penyusun GDPK
Gambar 3.7. Piramida Penduduk Kota Binjai 2030
31
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2035
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 10.613 10.523 21.136
5-9 10.736 10.560 21.296
10-14 11.316 11.312 22.628
15-19 12.807 13.193 26.000
20-24 14.041 14.438 28.479
25-29 12.873 13.065 25.938
30-34 11.235 11.018 22.253
35-39 10.663 10.936 21.599
40-44 9.716 10.290 20.006
45-49 9.338 10.055 19.393
50-54 9.100 9.508 18.608
55-59 7.994 8.867 16.861
60-64 6.577 7.033 13.610
65-69 5.371 6.143 11.514
70-74 3.994 4.273 8.267
75+ 3.173 4.040 7.213
Jumlah 149.547 155.254 304.801
Sumber : Proyeksi Tim Penyusun GDPK
Gambar 3.8. Piramida Penduduk Kota Binjai 2035
32
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Kota Binjai Tahun 2040
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 10.360 10.364 20.724
5-9 10.263 10.185 20.448
10-14 10.715 10.804 21.519
15-19 12.061 12.527 24.588
20-24 13.201 13.680 26.881
25-29 12.960 13.480 26.440
30-34 11.885 11.785 23.670
35-39 10.847 11.170 22.017
40-44 10.119 10.608 20.727
45-49 9.476 10.227 19.703
50-54 9.131 9.567 18.698
55-59 8.203 9.254 17.457
60-64 6.903 7.537 14.440
65-69 5.831 6.666 12.497
70-74 4.454 4.808 9.262
75+ 3.931 5.166 9.097
Jumlah 150.400 157.828 308.228
Sumber : Proyeksi Tim Penyusun GDPK
Gambar 3.9 Piramida Penduduk Kota Binjai 2040
33
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
3.1.9. Proyeksi Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kota Binjai Tahun 2015-2040
Angka beban ketergantungan (depedency ratio) adalah angka yang
menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas
penduduk usia non produktif. Keberhasilan penurunan angka beban
ketergantungan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan penurunan
angka kelahiran atau disebut Total Fertility Rate (TFR). Berdasarkan
Hasil Supas tahun 2015 Angka TFR Kota Binjai sudah berkisar 2,24
anak dan sejalan dengan keberhasilan program pengendalian
penduduk di Kota Binjai angka TFR pada Tahun 2040 akan mencapai
1,85 anak. Perkiraan perkembangan penurunan angka kelahiran Kota
Binjai dari tahun 2015 – 2040 dapat diperlihatkan dalam gambar
sebagai berikut :
Gambar 3.10. Proyeksi Angka Total Fertility Rate (TFR)
Kota Binjai Tahun 2015 –2040
Perkiraan angka beban ketergantungan penduduk Kota Binjai
menunjukkan penurunan secara signifikan terhadap keberhasilan
pengendalian jumlah penduduk. Angka beban ketergantunan pada
tahun 2015 setiap 100 penduduk usia produktif hanya menanggung
sekitar 47 orang penduduk usia non produktif. Angka ini suatu berkah
bagi daerah dimana jumlah tenaga kerja produktif sudah mulai
34
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
melimpah dan tentunya hal ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai
kemajua pembangunan infrastruktur dan industri serta pemberdayaan
ekonomi penduduk. Angka beban ketergantungan ini akan mencapai
titik paling rendah pada tahun 2035 yaitu pada posisi 43,27 yang
artinya setiap 100 orang usia produktif hanya menanggung sekitar 43
orang. Sejalan dengan meningkatnya semua sektor terutama
pembangunan kesehatan, pendidikan dengan dampak meningkatnya
usia harapan hidup pada tahun 2040 , angka beban ketergantungan
mulai sedikit meningkat menjadi 43,57 atau sekitar 44. Angka beban
ketergantungan akan dapat dipertahan apabila angka kelahiran masih
bisa dikendalikan apabila rata rata jumlah anak masih sekitar 2
orang. Tren perkiraan angka beban ketergantingan penduduk Kota
Binjai yang berlansung dari tahun 2015 sampai tahun 2040
diperlihatkan sebagai berikut.
Gambar 3.11 Proyeksi Angka Beban Ketergantungan Penduduk
Kota Binjai 2015 – 2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
35
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
3.2. Kualitas Penduduk
3.2.1. Aspek Pendidikan
Dalam rangka mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui
pendidikan, baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal.
Untuk menghadapi persaingan global Kota Binjai ikut berperan
mewujudkan cita-cita dan tujuan pemerintah dalam membangun
sumber daya yang berkualitas.
Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut
memperhitungkan adanya perubahan penduduk, terutama usia muda
yang masih sekolah. Ukuran yang banyak digunakan disektor
pendidikan, seperti pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan
perubahan jumlah murid yang mampu ditampung disetiap jenjang
sekolah. Dengan demikian, naiknya persentase jumlah murid tidak
dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah.
Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya
jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan
ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk
sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau
malah semakin rendah.
Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan Pemerintah
Kota Binjai, karena pendidikan menjadi penentu yang paling utama
dari daya saing suatu daerah.
36
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.14 Persentase Penduduk Usia 7–24 Tahun Menurut
Jenis Kelamin, Kelompok Umur Sekolah, dan
Partisipasi Sekolahdi Kota Binjai, 2015
Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Sekolah
Partisipasi Sekolah
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih
Sekolah
Tidak
Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4)
Laki-Laki
7‒12 - 100,0 -
13‒15 - 97,7 2,3
16‒18 0,2 76,8 23,1
19‒24 - 28,2 71,8
7‒24 - 70,4 29,6
Perempuan
7‒12 - 100 -
13‒15 1,4 98,6 -
16‒18 - 86,2 13,8
19‒24 - 38,1 61,9
7‒24 0,2 77,1 22,7
Laki-laki + Perempuan
7‒12 - 100 -
13‒15 0,9 97,2 1,8
16‒18 0,8 82,5 16,7
19‒24 - 36,5 23,5
7‒24 0,1 73,7 26,2 Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
Dari data Angka Partisipasi Sekolah Kota Binjai Tahun 2015, terlihat
bahwa penduduk usia 7-12 tahun yang mengikuti pendidikan SD
sebanyak 100%, baik bagi penduduk laki-laki maupun penduduk
perempuan, namun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi
kecenderungan terjadinya peningkatan persentase partisipasi
penduduk perempuan terhadap dunia pendidikan mulai meningkat
dibandingkan dengan penduduk laki-laki, hal ini ditandai dengan data
partisipasi kelompok perempuan usia 13-15 yang mengikuti pendidikan
SLTP sebanyak 98,6%, sedangkan untuk kelompok laki-laki 97,7%,
dikelompok usia16‒18 tahun perempuan yang mengikuti pendidikan
SLTA sebanyak 86,2% sedangkan laki-laki hanya 76,8%, demikian pula
dengan kelompok usia 19‒24 tahun perempuan yang mengikuti
pendidikan tinggi sebanyak 38,1% sedangkan laki-laki hanya 28,2%.
37
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Disamping itu data diatas menunjukkan masih banyak anak yang
tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi diatasnya
(putus sekolah). Hal ini disebabkan masih rendahnya minat dan
dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih
tinggi. Disamping masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat
yang berpenghasilan rendah.
Selanjutnya, rata-rata lama sekolah di Kota Binjai 10,28 tahun, yang
mencerminkan, secara rata-rata, penduduk Kota Binjai sudah
memasuki pendidikan sampai kelas satu SLTA atau baru
menyelesaikan pendidikan di SLTP dan dengan harapan lama sekolah
13,56.
Tabel : 3.15 Angka Harapan Hidup, Angka Harapan Lama Sekolah, RatarataLama Sekolah dan Indeks
Pembangunan Manusia Kota Binjai, 2010 –2015
Tahun Angka
Harapan Hidup
Harapan Lama
Sekolah
Rata-rata Lama
Sekolah IPM
(1) (2) (3) (4) (5)
2010 71,20 11,90 9,48 70,54
2011 71,25 11,92 9,61 70,85
2012 71,29 12,31 9,74 71,54
2013 71,34 12,63 9,75 72,02
2014 71,39 13,00 9,77 72,55
2015 71,59 13,56 10,28 73,81
Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
3.2.2. Aspek Kesehatan
Variabel penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
ditandai dengan status gizi balita dan merupakan prasyarat dasar
untuk meningkatkan daya saing bangsa karena status gizi anak akan
mempengaruhi tingkat kesehatan fisik dan kecerdasan anak yang
akhirnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas secara ekonomis.
Menurut data Kota Binjai Dalam Angka Tahun 2015 Kota Binjai masih
mengalami terjadinya kasus bayi lahir dengan status gizi kurang
sebanyak 32 bayi dan gizi buruk sebanyak 38 bayi.
38
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Dari data pada tabel 3.16 dan 3.17 dibawah menunjukkan bahwa
Balita Gizi Kurang di Kota Binjai yang masih termasuk kategori tinggi
ada dikecamatan Binjai Kota sebanyak 15 kasus, Binjai Timur 11
kasus, sedangkan status gizi buruk tertinggi terdapat di Binjai Selatan
11 kasus, Binjai Utara 11 kasus dan Binjai Timur 10 kasus. Disamping
itu masih terdapat 3 orang bayi yang lahir pada tahun 2015 yang berat
badannya kurang dari 2.500 gram dari 5,795 bayi lahir hidup.
Tabel 3.16 Prevalensi Status Gizi Menurut Kecamatan di
Kota Binjai
Kecamatan Status Gizi
Lebih Baik Kurang Buruk
(1) (2) (3) (4) (5)
Binjai Selatan - - - 11
Binjai Kota - - 15 3
Binjai Timur - - 11 10
Binjai Utara - - 3 11
Binjai Barat - - 3 3
Kota Binjai - - 32 38
Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
Tabel 3.17. Perkiraan Persalinan dan Jumlah Bayi Lahir Hidup
di Kota Binjai 2010-2015
Tahun
Perkiraan Berat Bayi Lahir
Hidup
Jumlah Persalinan
< 2.500
Gram
2.500
Gram
(1) (2) (3) (4)
2010 5.641 - 4.204 4.204
2011 5.452 3 5.653 5.656
2012 5.492 6 5.486 5.429
2013 5.536 - 5.534 5.534
2014 5.738 8 5.455 5.463
2015 5.795 3 5.265 5.268
Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
3.2.3. Aspek Ekonomi
Penduduk miskin di Kota Binjai yang berada diatas garis kemiskinan
setiap tahun terus mengalami perbaikan, dimana tahun tahun 2011
sebesar 7,0 %, tahun 2012 sebesar 6,72%, tahun 2013 sebesar 6,75%,
dan tahun 2014 menjadi sebesar 6,38 %. Secara umum penurunan
tingkat kemiskinan di Kota Binjai terjadi penurunan baik secara
39
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
kumulatif maupun persentase seperti yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel. 3.18 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota
Binjai, 2011 – 2014
Tahun
Garis
Kemiskinan Penduduk Miskin
(rupiah) Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4)
2011 285.185 17.391 7,00
2012 295.265 17.200 6,72
2013 305.596 17.500 6,75
2014 310.384 16.720 6,38
Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
Menurut data yang ada bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga
yang berlaku tahun 2010 di Kota Binjai mencapai Rp. 20.073,67
dengan perkembangan terjadi peningkatan pada tahun 2013 menjadi
27.227,36 dan menjadi 31.914,70
Tabel 3.19 Perkembangan PDRB Kota Binjai Atas Dasar Harga Berlakudan Harga Konstan ( Tahun
Dasar 2010), 2010-2015
Tahun Atas Dasar Harga
Berlaku Atas Dasar Harga
Konstan
(1) (2) (3)
2010 20.073,00 20.073,67
2011 22.025,54 22.025,54
2012 24.162,56 21.819,83
2013 27.227,36 23.352,48
2014* 29.230,22 23.841,40
2015** 31.914,70 24.826,32
40
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.20. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Tahun Dasar 2010) di Kota Binjai (Rp. 000.000), 2011-2015
Lapangan Usaha Tahun
2011 2012 2013 2014* 2015**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
248.085,1
253.018,6
243.758,6
244.003,7
244.682,6
Pertambangan dan
Penggalian
187.566,9
192162,3
196.409,1
200.494,4
204.361,3
Industri Pengolahan 641.942,7 656.812 692.438,1 718.787,2 746.816,0
Pengadaan Listrik dan Gas 8.041,3 8.519,0 8.983,2 9.766,9 10.402,5
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
5.226,2
5.838,2
6.524,8
7.296,6
8.112,3
Konstruksi 542.967,9 602.097,2 667.906,4 742.778,7 807.325,5
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.450.821,7
1.546.495,4
1.646.972,1
1.752.758,5
1.850.760,9
Transportasi dan Pergudangan
385.701,1
419.121,0
453.968,5
491.298,1
528.508,8
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
360.028,5
369.977,0
379.357,4
387.897,8
401.716,5
Informasi dan Komunikasi 117.204,3 132.018,9 148.640,1 167.190,3 187.680,3
Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
3.2.4. Proyeksi Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kota Binjai
Tahun 2015-2040
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)
merupakan adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek
huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh
dunia.Indeks Pembangunan Manusia yang ditetapkan oleh UNDP
merupakan alat untuk mengukur kualitas serta kesejahteraan
penduduk, sebagai upaya melihat keberhasilan pembangunan suatu
negara maupun tingkat wilayah pemerintahan. IPM merupakan indikator
penting dalam melihat keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu,
pemerintah dan masyarakat harus berupaya untuk meningkatkan IPM
setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan,
41
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
pengendalian penduduk (populasi), pengentasan kemiskinan, serta
peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan sangat
diperlukandalam rangka meningkatkan angka IPM. Dengan demikian
angka IPM perlu di proyeksikan sebagai bahan acuan perencaan
pembangunan kualitas penduduk kedepannya.
Perkembangan angka IPM Kota Binjai pada tahun 2010 sebesar 70,54
dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 73,81 dan diproyeksi sampai
tahun 2040 juga menunjukkan tren pengkatan. Hal tersebut dapat dilihat
dalam tabel proyeksi sebagai berikut :
Gambar 3.12 Proyeksi IPM Kota Binjai Tahun 2015 - 2040
42
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
3.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk
3.3.1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Kota Binjai dilihat dari persebarannya, Kecamatan Binjai
Utara merupakan daerah yang mempunyai penduduk paling banyak
jumlahnya yakni sebanyak 76.034 jiwa atau sekitar 28,73% dari jumlah
penduduk Kota Binjai menghuni pada wilayah seluas 23,59 km2 atau
sekitar 26,14 dari luas wilayah Kota Binjai, sementara di kecamatan
Binjai Kota jumlah penduduknya 28.161 jiwa atau 11,02% yang
menghuni wilayah seluas 4,12 atau sekitar 4,57% dari luas wilayah
Kota Binjai.
Sementara itu rata-rata kepadatan penduduk Kota Binjai setiap km2
adalah sebanyak 2.933 jiwa, dan daerah kecamatan yang paling padat
adalah kecamatan Binjai Kota dengan rata-rata kepadatannya 7.078
jiwa per km2 dan kecamatan yang rendah atau jarang kepadatan
penduduknya adalah kecamatan Binjai Selatan yang dihuni oleh rata-
rata 1.785 jiwa perkm2
Tabel : 3.21 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai,
2015
Kecamatan
Luas Wilayah Jumlah
Penduduk Kepadatan
Km2 % Jiwa % Penduduk
(jiwa/km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Binjai Selatan 29,96 33,2 53.493 20,21 1.785
Binjai Kota 4,12 4,57 29.161 11,02 7.078
Binjai Timur 21,7 24,05 58.394 22,06 2.691
Binjai Utara 23,59 26,14 76.034 28,73 3.223
Binjai Barat 10,86 12,04 47.605 17,98 4.384
Kota Binjai 90,23 100 264.687 100 2.933
Sumber : Binjai Dalam Angka Tahun 2016
Salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk dan
menjadi salah satu faktor yang mendorong perubahan kondisi sosial
ekonomi suatu wilayah adalah mobilitas penduduk. Mobilitas
penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan penurunan daya
dukung dan daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk dialami
oleh daerah perkotaan merupakan salah satu potret yang
43
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
mencerminkan data jumlah penduduk yang besar menempati luas
daerah yang sangat terbatas.
Fenomena ini merupakan salah satu indikator ketidak merataan
persebaran penduduk cerminan banyaknya penduduk desa yang
pindah ke kota. Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada
lingkungan hidup antara lain ketersediaan air bersih, ketersediaan
pangan, ketersediaan lahan, ketersediaan udara bersih, pencemaran
lingkungan dan pendidikan.
Mobilitas adalah proses gerak penduduk dari suatu wilayah menuju
wilayah lain dalam jangka waktu tertentu. Pelaku mobilitas penduduk
adalah orang yang melakukan mobilitas, terdiri dari mobilitas
penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas
penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, dan salah
satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang
mula-mula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam
sektor non pertanian. Mobilitas penduduk horizontal, atau mobilitas
penduduk geografi adalah gerak (movement) penduduk yang melintas
batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu
tertentu.
Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas
penduduk horizontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang
mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu (space and time
concept). Batas wilayah umumnya digunakan batas administratif,
misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan
(dusun). BPS mendefinisikan, seseorang disebut migran apabila orang
tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan
lamanya tinggal di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih.
Seseorang disebut juga migran walau berada di propinsi tujuan kurang
dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau
tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.
Dalam menganalisis mobilitas penduduk para ahli juga menggunakan
istilah Migrasi Internal, seperti transmigrasi yaitu perpindahan
penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Sebaliknya
urbanisasi, merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota,
umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin memperoleh
44
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa. Migrasi penduduk antar
propinsi dan migrasi desa-kota merupakan perwujudan kebijakan
pembangunan dengan orientasi pada pertumbuhan ekonomi,
khususnya industri dan jasa yang umumnya berlokasi di kota-kota
besar termasuk di pulau Jawa.
Perubahan pola mobilitas sangat tergantung pada perkembangan
wilayah di suatu daerah. Jika wilayah-wilayah tersebut dapat
mengembangkan kewenangan (otonomi) yang lebih luas bagi
pembangunannya sendiri akan menjadi penarik bagi mobilitas
penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, diharapkan
dapat menyeimbangkan mobilitas penduduk yang selama ini sangat
terpusat pada kota-kota besar. Kondisi ini tidak dapat terjadi secara
otomatis, tapi tergantung pada keberhasilan pengembangan wilayah
dan kota (permukiman).
Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk non permanen
adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain
dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Pergerakan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain, terkait dengan usaha untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kebutuhan sosial
lainnya. Data mobilitas sirkuler sukar didapat, disebabkan para pelaku
mobilitas sirkuler tidak memberitahu kepergian mereka kepada kantor
desa di daerah asal, begitu juga dengan kedatangan mereka di daerah
tujuan.
Di Kota Binjai sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 setiap
tahunnya terjadi pertambahan penduduk yang disebabkan oleh
migrasi, dimana jumlah penduduk yang masuk atau Migrasi In lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang keluar atau
Migrasi Out, sehingga jumlah pertambahan penduduk selama enam
tahun dari tahun 2010-2015 adalah sebanyak 5.959 jiwa atau rata-rata
satu tahunnya sebanyak 993 jiwa (0,38%) dari jumlah penduduk Kota
Binjai.
45
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.22 Migrasi Risen dan Migrasi Netto Kota Binjai,
2010 – 2015
Tahun Migrasi Masuk
Migrasi Keluar
Migrasi Netto
(1) (2) (3) (4)
2010 11.170 10,213 957
2011 11,341 10,370 972
2012 11,505 10,519 986
2013 11, 663 10, 664 999
2014 11,820 10,807 1,013
2015 11,986 10.959 1,027
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2016
3.3.2 Proyeksi Perkembangan Mobilitas Kota Binjai Tahun 2015-2040
Mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk dari satu tempat
ke tempat lainnya. Adanya mobilitas karena banyaknya faktor faktor
yang mempengaruhi, antara lain untuk memperoleh sesuatu yang tidak
tersedia di daerah asalnya. Namun pada umumnya karena alasan
ekonomi.
Mobilitas penduduk ada yang bersifat sementara dan ada pula yang
bersifat permanen. Mobilitas penduduk yang sifatnya sementara disebut
mobilitas penduduk non permanen. Perkembangan mobilitas di Kota
Binjai menunjukkan bahwa migrasi masuk lebih besar dibanding
migrasi keluar. Pada tahuhn 2010 migrasi masuk 11.170 dan migrasi
keluarnya 10.113 orang, sehingga migrasi netto nya 957 orang.
Demikian juga pada tahun 2015 migrasi masuk sebanyak 11.986 orang
dan migrasi keluar 10.959 orang dan migrasi netto nya 1.027 atau
0,39% dari jumlah penduduk tahun 2015.
46
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Gambar: 3.13. Proyeksi Persentase Migrasi Netto Kota Binjai
tahun 2015- 2040.
0.388 0.390
0.393
0.398
0.404
0.409
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Selanjutnya untuk melihat perkembangan angka kumulatif mobilitas
penduduk terhadap pola pertumbuhan penduduk kedepan yang
kaitannya dengan kontribusi migrasi masuk maupun migrasi keluar,
sangat perlu di gambarkan dalam proyeksikan tren perkembangannya.
Dengan adanya tren peningkatan angka perkembangan migrasi di Kota
Binjai mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2040, tentunya
bahwa Kota binjai merupakan wilayah yang masuk dalam kawasan
pembangunan Medan Binjai dan Deli Serdang akan menjadi wilayah
alternatif pemukiman dan sekaligus menjadi wilayah penyumbang
migrasi komuter bagi wilayah sekitarnya.
Gambar 3.14 Proyeksi Jumlah Migrasi Masuk dan Keluar
Penduduk Kota Binjai Tahun 2015 – 2040
1,027 1,089 1,144 1,191 1,230 1,260
11,986 12,712 13,349 13,905 14,362 14,707
10,959 11,622 12,205 12,714 13,132 13,447
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Migrasi Netto Antar Kab/Kota - Migrasi Masuk - Migrasi Keluar
47
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
3.4 Pembangunan Keluarga
Pembangunan keluarga ditujukan agar Terwujudya keluarga Indonesia
yang berkualitas berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa
kepada Tuhan YME yang meliputi: Keluarga yang bertakwa kepada
Tuhan YME, yaitu keluarga berdasarkan pernikahan yang sah menurut
hukum negara dan agama, Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri,
dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan
jumlah anak ideal (dua), Keluarga yang berketahanan sosial, keluarga
yang memiliki perencanaan sumber daya keluarga, keluarga
berwawasan nasional, yang mampu mengembangkan kepribadian dan
budaya bangsa Indonesia, Keluarga yang berkontribusi kepada
masyarakat yang mampu berperan serta dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan dan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya
serta keluarga. Hal ini tertuang dalam konsep pembangunan keluarga
dalam upaya untuk dapat mewujudkan keluarga sejahtera harus
mampu menjalankan 8 fungsi keluarga. Delapan fungsi keluarga
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN )
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Agama, Benar adanya apabila agama itu menjadi pedoman
untuk bertindak baik. Hal itu tidak bisa dilepaskan jadi keluarga.
Agama akan mengajarkan tentang membimbing dan mengajarkan,
untuk menciptkan harmonis dalam keluarga.
2. Fungsi sosial budaya, menanamkan pada anggota keluarga sesuatu
yang baik dengan mengajarkan pola tingkah laku serta nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Fungsi cinta dan kasih sayang Bukan rahasia lagi bahwa pondasi
membangun keluarga atas dasar cinta dan kasih sayang. Cinta yang
begitu besar akan terlihat dalam keluarga. Rasa empati, dan juga
ingin membahagiakan keluarga jelas akan muncul disela-sela
kebersamaan.
4. Fungsi Perlindungan, Keluarga yang harmonis akan menciptakan
rasa yang aman di dalam keluarga. Rasa aman itu akan timbul
dengan sendirinya. Kebiasaan yang diciptakan keluarga, secara tidak
langsung akan membuat kita terbiasa dan nyaman berada di zona
itu.
5. Fungsi Reproduksi, Sebagaimana kodrat manusia, ialah menyukai
lawan jenis. Dan apabila sudah saling menyukai maka tinggal
48
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
melanjutkan ke jenjang yang serius yakni pernikahan untuk
membuat keluarga.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, Sebagai makhluk sosial, tentu
kita wajib bersosialisasi. Sebagai keluarga, tentu kita memiliki
tetangga. Akrab dengan tetangga juga akan menambah keharmonisan
suatu keluarga. Fungsi lainnya ialah fungsi pendidikan
7. Fungsi ekonomi, Pembagian tugas ini seperti ayah yang mencari
nafkah dan ibu yang mengurus rumah tangga rumah. Semuanya
berkaitan dengan yang namanya ekonomi. Ibu mengatur keuangan
dirumah. Apabila tidak efiensi dalam mengurus kebutuhan rumah
juga akan menimbulkan ketidak harmonisan.
8. Fungsi lingkungan, agar keluarga mampu mengajarkan bagaimana
hidup di lingkungan yang aman, bersih dan sehat. Menjelaskan
bagaimana dampak apabila kita tidak menjaga lingkungan.
Sebagian keluarga di Kota Binjai dalam kondisi sangat rentan
(kemampuan keluarga melaksanakan fungsinya menjadi lemah)
terhadap kecepatan kemajuan dan perubahan perkembangan global
baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sehingga dampaknya
banyak terjadi berbagai tindakan dan kondisi yang melemahkan
penduduk sebagai sumber daya manusia yang mampu bersaing
ditengah penduduk dunia. Dari aspek pembangunan keluarga akan
mempunyai dampak terhadap kelangsungan ketahanan keluarganya,
hal ini terlihat salah satunya dari aspek angka perceraian yang terus
meningkat, Dari tahun 2011 jumlah kasus perceraian ada sebanyak
215 kasi dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 324 kasus
perceraian atau 33,6%. Data kasus perceraian dapat diperlihatkan
sebagai berikut :
Tabel : 3.23. Banyaknya Nikah, Talak, dan Cerai di Kota Binjai, 2015
Tahun Nikah Talak Cerai
(1) (2) (3) (4)
2011 2.480 72 215
2012 2.554 84 253
2013 2.526 85 266
2014 2.399 79 324
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2016
49
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Demikian juga untuk aspek ekonomi keluarga, masih terjadi kondisi
jumlah keluarga pra sejahtera yang masih cukup banyak sekitar
11,6 % dari total jumlah keluarga, hal ini dapat dilihat dari tabel :
Tabel : 3.24. Jumlah Keluarga Pra-S dan KS-1 Kota Binjai
Tahun Jumlah Keluarga
Pra-S & KS-1 Jumlah Keluarga %
2016
7.338 63.384 11,6
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2016
Sadangkan angka kemiskinan perkembangannya masih sangat
menghawatirkan dimana pada tahun 2010 ada 7,33% dan mengalami
penurunan menjadi 6,38% pada tahun 2014, namun pada tahun 2015
justru naik lagi menjadi 7,03% . Angka perkembangan penduduk
miskin di Kota Binjai dapat dilihat melalui grafik berikut:
Gambar 3.15 Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kota Binjai, 2015
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2016
Disamping itu terdapat keluarga yang termasuk penyandang masalah
sosial mulai dari anak terlantar, lansia terlantar, kekerasan dalam
rumah tangga, anak jalanan, ketergantungan narkoba, HIV/Aids,
eksploitasi anak, pekerja anak, penduduk berkebutuhan khusus dan
lain sebagainya yang jumlahnya masih cukup banyak.
50
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel : 3.25. Balita, Anak terlantar, dan Anak jalanan,
Kota Binjai
Balita
Terlantar Anak Terlantar Anak Jalanan
Tahun
2016
62 1.761 145
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2017
Oleh sebab itu pembangunan keluarga menjadi sangat penting sebagai
institusi atau unit terkecil tempat penduduk bersosialisasi yang harus
dijadikan parameter dan sasaran pembangunan kependudukan dan
sebagai indikator keberhasilannya adalah seberapa besar tingkat
kemampuan keluarga dapat melaksanakan fungsinya.
3.4.1 Proyeksi Indikator Pembangunan Keluarga Di Kota Binjai Tahun
2015-2040
Pembangunan keluarga sebagai upaya mewujudkan keluarga berkualitas
yang hidup dalam lingkungan yang sehat sekaligus untuk meningkatkan
kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan
masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.Secara spesifik pembangunan keluarga dapat
meningkatkan terbangunnya Ketahanan Keluarga mulai dari Balita dan
Anak dalam mencapai memenuhi Hak Tumbuh Kembang Anak.
terbangunnya Ketahanan Keluarga Remaja dalam menyiapkan
Kehidupan Berkeluarga, meningkatnya kualitas Lansia dan
Pemberdayaan Keluarga Rentan sehingga mampu berperan dalam
Kehidupan Keluarga dan terwujudnya Pemberdayaan Ekonomi
Keluarga untuk meningkatkan Kesejahteraan Keluarga. Faktor utama
dalam meningkatkan kualitas dan keluarga yang sejahtera tentunya
bagaimana semua keluarga yang ada diwilayah pemerintahan
terpenuhinya kebutuhan dasar (basic need) kehidupan. Dengan kata lain
pembangunan harus memberi dampak dapat mengurangi dan
menurunkan angka penduduk miskin maupun keluarga pra sejahtera
setidaknnya dapat menurunkan angka ketidakmampuan para keluarga
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan
51
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
juga oleh kelangkaan dan minimnya sarana dan prasarana kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan, ekonomi dan
pekerjaan
Dengan adanya angka proyeksi indikator pembangunan keluarga
diharapkan dapat memberikan masukan ke depan dalam rangka
mencapai keluarga berkualitas yang sejahtera dan bahagia. Tren
perkembangan indikator pembangunan keluarga di kota Binjai dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2040 sebagai berikut :
Gambar 3.16 Proyeksi Persentase Jumlah Penduduk Miskin,
Keluarga Pra Sejahtera dan Perceraian
Di Kota Binjai Tahun 2015-2040
3.5. Pembangunan Manajemen Data Base Kependudukan
Dalam pembangunan Kependudukan, Administrasi Kependudukan
sebagai suatu sistem merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Negara dalam rangka
pemberian perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk, melalui
pelayanan publik dalam bentuk dokumen kependudukan (Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan dokumen Akte-akte Catatan Sipil).
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan secara
Nasional dalam menyediakan Data Penduduk (Database
Kependudukan) yang terjamin akurasinya dan terkini, Pemerintah
mempunyai 3 (tiga) program strategis, yaitu :
1. Melaksanakan pemutakhiran Data Kependudukan
52
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
2. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK)
3. Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik
Adapun tahapan pelaksanaan 3 (tiga) Program yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Pemutakhiran Data Kependudukan
Dilaksanakan disemua Kecamatan dengan ketentuan sebagai
berikut :
Semua Kecamatan yang diprogramkan pemutakhiran data harus
selesai pada tahun 2020 akan dilakukan penerbitan dan
distribusi administrasi kependudukan kepada penduduk per
keluarga.
b. Penerbitan NIK
Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2018 sampai dengan
Tahun 2020.
c. e-KTP di Kota Binjai dilakukan mengikuti jadwal yang dibuat oleh
pemerintah provinsi dan pusat yang target penyelesaiannya pada
akhir tahun 2020.
Adapun kendala-kendala dalam e-KTP sebagai berikut :
Peralatan e-KTP rusak.
Data tertahan di server kecamatan.
Kesalahan dalam pencetakan fisik e-KTP.
Data dasar (database kependudukan) adalah kumpulan berbagai jenis
data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan
saling berhubungan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras
dan jaringan komunikasi data untuk itu, diperlukan adanya penataan
Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil dan Pengelolaan Informasi
Administrasi Kependudukan.
Untuk mewujudkan database kependudukan yang akurat diperlukan 2
(dua) kegiatan yang paling mendasar yaitu:
1. Kegiatan pelayanan harian pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil termasuk e-KTP yang bertujuan agar semua
peristiwa kependudukan akibat LAMPID (Lahir, Meninggal,
Pindah dan Datang) tercatat dalam database kependudukan
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung
53
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
jawab dan kewajiban pemerintah melalui dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil dan para Camat dibawah koordinasi
Pemerintah Kota Binjai dan Provinsi.
2. Kegiatan konsolidasi dan pembersihan data ganda kependudukan
dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) online yang didukung dengan perekaman
sidik jari dan iris mata dalam perekaman e-KTP. Pelaksanaan
kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Kementrian
Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Kependudukan dan
Pencatatan Sipil. Saat ini sedang dibangun sistem Administrasi
Kependudukan (SIAK) dalam kerangka Administrasi Kependudukan
yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
1. Sistem Pendaftaran Penduduk (Dafduk)
Pencatatan Biodata penduduk per keluarga
Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan
Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan
Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.
2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)
Pencatatan Kelahiran
Pencatatan Lahir Mati
Pencatatan Perkawinan
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
Pencatatan Perceraian
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pencatatan Kematian
Pencatatan pengangkatan, pengesahan dan pengakuan anak
Pencatatan perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan
Pencatatan peristiwa penting.
54
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 3.26. Rekapitulasi Kepemilikan Akte Kelahiran,
Kematian Perkawinan dan Perceraian Tahun 2013,
2014, dan 2015
NO Kecamatan
PENERBITAN AKTE
Kelahiran Kematian Perkawinan Perceraian
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2013 9.409 98 452 14
2 2014 8.741 134 521 10
3 2015 7.585 160 466 25
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
Adapun kendala yang menyebabkan masih rendahnya angka kepemilikan
administrasi kependudukan antara lain :
- Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya Akte tersebut sebagai bukti
legalitas administrasi kependudukan.
- Kurangnya sosialisasi tentang proses pengurusan administrasi kependudukan.
3.5.1. Proyeksi Realisasi Indikator Data Base Administrasi kependudukan
Di Kota Binjai Tahun 2015-2040
Administrasi kependudukan pada hakikatnya adalah tanggung jawab
pemerintah untuk memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap
status kependudukan setiap orang melalui pencatatan peristiwa
penting dan peristiwa kependudukan serta penerbitan
dokumen kependudukan.
Kementerian Dalam Negeri cq. Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, telah melakukan pendataan penduduk dengan
membangun database penduduk yang sistematik, terstruktur dan saling
berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras
dan jaringan komunikasi data. Untuk mendukung pendataan penduduk
tersebut telah disahkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Administrasi Kependudukan.
Kedepannya menjadi sangat penting ada sasaran cakupan yang harus
menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan sistem data base
55
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
kependudukan, grand design memproyeksikan indikator capaian yang
harus terealisasi sampai tahun 2040 sebagai berikut :
Tabel 3.27. Proyeksi Realisasi indikator Data Base Administrasi Kependudukan Di Kota Binjai tahun 2015-2040
NO REALISASI ADM
PENDUDUK 2019 2020 2025 2030 2035 2040
1 AKTE LAHIR 36,14 46,91 57,68 68,46 79,23 90,00
2 AKTE KAWIN 68,00 70,40 72,80 75,20 77,60 80,00
3 E- KTP 70,02 73,02 76,01 79,01 82,00 85,00
4 KARTU KELUARGA 88,82 90,06 91,29 92,53 93,76 95,00
56
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
BAB IV
KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG
Semua indikator kuantitas penduduk, kualitas penduduk, pembangunan
keluarga, mobilitas penduduk dan juga pembangunan data base
memperlihatkan masih adanya berbagai kondisi yang dihadapkan pada
persoalan-persoalan untuk memeratakan hasil – hasil pembangunan.
Untuk itu perlu dibahas secara singkat mengenai kekuatan, kendala,
tantangan, dan peluang dalam upaya pembangunan kependudukan di Kota
Binjai.
4.1 Kekuatan
Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Kota
Binjai saat ini telah memiliki kekuatan antara lain ;
1. Dalam aspek kuantitas penduduk, angka kelahiran (Total Fertility
Rate/TFR) menunjukkan tren penurunan dari sekitar 2,42 anak
pada tahun 2010 menjadi 2,24 anak pada tahun 2015. Serta
memiliki penduduk struktur umur usia produktif (15-64 Thn)
sebesar 180.123 jiwa dan penduduk non produktif sebanyak 73.892
jiwa sehingga angka beban ketergantungan (depedencyratio) nya
sebesar 47. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif hanya
menanggung sekitar 47 penduduk. Disamping itu terjadi
peningkatan usia kawin pertama dari 19,4 tahun menjadi 22,1 tahun
pada tahun 2011 sekitar 21,51 tahun meningkat pada tahun 2015
menjadi umur 21,95 tahun.
2. Dari segi kualitas Penduduk tingkat Indek Pembangunan Manusia
(IPM) penduduk Kota Binjai Tahun 2015 menjadi 73,81 % naik dari
70,5 pada tahun 2010, dengan rata-rata lama bersekolah 10,8
tahun, angka kematian bayi Tahun 2015 telah mencapai 16,31per
100.000 serta angka harapan hidup Tahun 2015 sudah 71,59 tahun,
demikian pula tingkat pendapatan perkapita penduduk Kota Binjai
yang semakin meningkat serta tingkat partisipasi kaum perempuan
dalam bidang perekonomian semakin tinggi partisipasinya.
57
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
3. Mobilitas penduduk Kota Binjai baik permanen maupun
nonpermanen (sirkuler), frekuensinya meningkat dan semakin lama
semakin cepat, dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport
dan komunikasi yang memadai dan modern serta lebih dipengaruhi
oleh pengembangan perekonomian pada bidang industri dan
pengolahan serta jasa, kemudian terdapat migrasi in (masuk) yang
cukup banyak, berarti setiap tahunnya menerima penduduk usia
produktif yang akan menjadi modal sumber daya manusia yang
potensial.
4. Dalam aspek Pembangunan Keluarga di Kota Binjai telah memiliki
data mikro keluarga sehingga dapat diketahui jumlah keluarga yang
telah sejahtera dan yang belum sejahtera. Saat ini terdapat keluarga
yang sejahtera sebanyak 88,40 % yang semakin lama semakin
meningkat. Dengan adanya Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
(PPKS) yang secara rutin beroperasional dalam bimbingan pra nikah,
tentunya akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan keluarga
mempunyai kemampuan menyejahterakan keluarganya tersebut
menjadi potensi yang cukup besar dalam dalam mewujudkan
keluarga berkulitas.
5. Dari segi data base dan informasi kependudukan sudah memiliki
berbagai sumber data baik dari hasil Sensus Penduduk, SDKI,
Susenas, hasil pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara
rutin/reguler, serta hasil sensus, survei dan data statistik rutin
sektor lainnya.
6. Dalam aspek dukungan lainnya adanya dukungan politis dan
dukungan operasional dari semua pihak baik dari Pemerintah Kota
Binjai termasuk lembaga legislatif, telah memberikan perhatian,
dorongan dan dukungan yang sangat besar dalam pembangunan
kependudukan di Kota Binjai dengan dituangkannya kedalam
RPJPD, RPJMD. Serta adanya jaringan kelembagaan sampai tingkat
lini lapangan dan partisipasi masayarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kependudukan seperti PPKBD, Sub PPKBD serta
kader PKK, kader KB dan tenaga serta kader lainnya.
58
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
4.2. Kendala
Walaupun penyelenggaraan Pembangunan Kependudukan di Kota Binjai
yang telah memberikan dampak positif tidak terlepas dari kendala yang
dihadapi antara lain :
1. Jumlah penduduk dengan laju pertumbuhan yang masih cukup tinggi
di Kota Binjai dan distribusinya masih kurang merata meskipun telah
terjadi penurunan fertilitas yang cukup bermakna dari tahun
sebelumnya.
2. Dampak desentralisasi dan otonomi daerah terhadap perkembangan
Pembangunan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga mengakibatkan kurangnya terjadi saling
bersinergi tentang Visi dan Misi diantara Pemangku Kebijakan
Pembangunan Kependudukan (Pengendalian Kuantitas,
Pengembangan Kualitas, Penataan Mobilitas, Pembangunan Keluarga
dan Data Base Penduduk) serta Pemangku Kebijakan Pembangunan
lainnya.
3. Terjadinya pengalihan tugas tenaga lapangan program Kependudukan
dan KB serta jumlah yang berkurang mengakibatkan berkurangnya
kinerja program di lapangan.
4. Dalam Aspek Kualitas penduduk kendala/kelemahan yang masih
terjadi kasus gizi buruk dan gizi kurang, masih terdapat penduduk
usia13-16 tahun yang tidak bersekolah di tingkat SLTA. Dalam bidang
kesejahteraan masih terdapat penduduk miskin walaupun setiap
tahun terjadi penurunan.
5. Dalam aspek mobiltas penduduk masih terdapat berbagai
kendala/kelemahan, antara lain menjadi daerah yang angka migrasi
innya tinggi, artinya kemungkinan akan terjadi dampak dari
masuknya penduduk luar menjadi timbulnya masalah ekonomi, sosial
dan budaya.
6. Dari segi pembangunan keluarga masih terdapat keluarga yang
berada pada tahap keluarga pra sejahtera yakni keluarga yang belum
memiliki kemampuan dan ketahanan dalam memenuhi kebutuhan
dasar keluarga baik dari segi sandang, pangan, papan maupun
kebutuhan lainnya seperti pendidikan dan kesehatan, serta
59
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
terjadinya kasus perceraian yang setiap tahunnya meningkat serta
masih terjadinya kasus anak yang menjadi korban kekerasan yang
masih tinggi.
7. Dalam bidang data base dan informasi kependudukan masih belum
adanya suatu sistem manajemen pengelolaan data dan informasi
kependudukan terintegrasi, akurat, dipercaya dan mudah diakses.
4.3. Tantangan
Disamping kekuatan dan kendala yang dihadapi, Pembangunan
Kependudukan di Kota Binjai, masih menghadapi berbagai tantangan,
antara lain :
1. Dalam aspek kuantitas, adanya dampak perkembangan pertumbuhan
penduduk yang tinggi di Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Langkat dapat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan penduduk Kota Binjai terutama di kecamatan yang
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat.
2. Dalam bidang kualitas, dengan angka beban keetergantungan yang
semakin membaik serta besarnya jumlah angkatan kerja , menjadikan
tingginya tingkat persaingan tenaga kerja yang mampu meningkatkan
SDM pada tingkat nasional maupun global.
3. Pada aspek penataan persebaran dan mobilitas, tantangan yang
dihadapi adalah masih adanya penduduk yang masuk (Migrasi In).
4. Tantangan yang dihadapi dari segi pembangunan keluarga, adalah
kecepatan perkembangan dan kemajuan global yang akan
menimbulkan semakin rentan untuk memenuhi kebutuhan dan
menjalankan fungsi keluarganya.
5. Dari aspek pelayanan pembangunan kependudukan dalam era
demokratisasi dan tuntutan hak asasi di satu sisi, serta di sisi lain
krisis ekonomi yang berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli
masyarakat dan dukungan pemerintah yang masih terbatas.
6. Terbatasnya jumlah tenaga Penyelenggara Pembangunan
kependudukan baik dalam aspek pengendalian kuantitas penduduk
(tenaga lapangan KB, kader KB ), aspek kualitas penduduk (tenaga
60
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
medis, guru), tenaga lainnya seperti tenaga pencacah administrasi
penduduk dan sebagainya untuk mengatasi masalah tersebut masih
sangat tergantung pada pemerintah pusat dan provinsi.
7. Seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi
dewasa ini, serta tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan
demokrasi dan penegakan hak-hak azasi manusia, menimbulkan pula
tantangan baru dalam upaya memberikan pelayanan yang harus
semakin berkualitas, dan meningkatkan perhatian terhadap
pemenuhan dan hak-hak penduduk, serta semakin derasnya arus
informasi dan globalisasi akan berdampak pula terhadap masuknya
nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa,
yang akan mengancam ketahanan keluarga.
4.4. Peluang
Dalam melaksanakan pembangunan kependudukan, banyak peluang -
peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Adanya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Maka Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diberi
mandat untuk melaksanakan pengendalian penduduk, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga secara nasional.
2. Adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah yang mengatur Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/kota memperjelas pembagian kewenangan pengelolaan
Program dalam bidang pengendalian penduduk dan pembangunan
keluarga dalam rangka pembangunan berwawasan kependudukan di
tingkat pusat, provinsi dan Kabupaten/kota, serta Peraturan dan
Perundang undangan lainnya yang mendukung terselenggaranya
pembangunan kependudukan di Kota Binjai.
3. Komitmen Pemerintah yang semakin tinggi terhadap pembangunan
Kependudukan menjadi bagian dari Prioritas nasional maupun daerah
dalam RPJPN dan RPJMN, RPJMD Provinsi, RPJPD Kota Binjai.
4. Perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang mendukung upaya
mewujudkan keluarga kecil berkualitas, serta menekankan kembali
61
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
peran dan fungsi keluarga dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk dan keluarga melalui peningkatan pendidikan,
pengetahuan, status kesehatan, serta pendapatan keluarga. Sikap dan
perilaku yang kondusif masyarakat ini memberikan peluang bagi
upaya-upaya pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan
keluarga dan meningkatkan kesejahteraannya, terutama dalam
memberikan peran dan kedudukan perempuan sebagai mitra sejajar
kaum pria dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi
maupun budaya.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
pengembangan dalam memberikan peluang bagi upaya-upaya
peningkatan efektifitas dan efisiensi serta mutu pelayanan
pembangunan kependudukan. Selain itu perkembangan teknologi
informasi juga memberikan peluang mempermudah penyediaan dan
akses data base dan informasi, pengembangan jaringan informasi dan
komunikasi serta pemanfaatannya, termasuk penyediaan data mikro
keluarga bersekala nasional. Disamping itu, pengembangan teknologi
tepat guna yang mampu menyediakan perangkat yang dibutuhkan
bagi pembangunan berwawasan kependudukan.
6. Meningkatnya dukungan dan partisipasi para mitra kerja dalam
mendukung penyelenggaraan pembangunan kependudukan serta
sumbangan pemikiran dan kajian ilmiah dari Universitas/Perguruan
Negeri maupun swasta para Tokoh Lintas Agama dan para
Stakeholders lainnya.
7. Keberadaan pusat pelatihan dan penelitian berbagai program dalam
Pembangunan Kependudukan. Dukungan komitmen Internasional,
yaitu adanya dan disetujuinya oleh Pemerintah Indonesia berbagai
komitmen dan kesepakatan internasional.
8. Sudah masuknya Kota Binjai dalam era peluang bonus demografi
(peduduk usia produktif 15-64 tahun jumlahnya semakin besar)
dengan depedency ratio sebesar 47, yang diproyeksikan akan
berlangsung sampai dengan tahun 2040.
9. Peluang dalam mewujudkan penambahan kawasan - kawasan ekonomi
baru.
62
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
BAB V
ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN
YANG DIINGINKAN
Kuantitas dan kualitas penduduk menjadi modal utama dalam menjamin dan
mempercepat proses terwujudnya tujuan pembangunan. Pembangunan
kependudukan dirasakan merupakan suatu hal yang sangat penting
terutama menyangkut karakteristiknya seperti pertumbuhan, kepadatan,
penyebaran, kematian dan kelahiran.
Pengetahuan tentang keadaan kependudukan sangat mempengaruhi
kebijakan yang akan ditempuh dalam berbagai bidang seperti
pendidikan, kesejahteraan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa masalah pembangunan tidak dapat terlepas dari
masalah kependudukan. Oleh karena itu strategi kebijakan pembangunan
harus berprinsip kepada integrasi kebijakan pembangunan kependudukan.
Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan
pembangunan harus menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan
prinsip tersebut pembangunan kependudukan akan berhasil. Untuk itu
strategi pertama yang harus dilakukan adalah melakukan population
mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukan dengan
mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai
pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus
mendasarkan pada pendekatan hak asasi. Untuk itu langkah pertama adalah
melakukan capacity building untuk seluruh pemangku kepentingan, baik di
provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai ketingkat kecamatan, desa dan
kelurahan.
Langkah berikutnya adalah melakukan integrasi kebijakan kependudukan
dengan kebijakan pembangunan sejak tahap perumusan, implementasi
sampai dengan evaluasi dan monitoring. Dengan memerhatikan bahwa kondisi
dari semua aspek di kecamatan-kecamatan tidak homogen, maka disparitas
yang terjadi antar kecamatan, harus menjadi pertimbangan utama dalam
merumuskan strategi. Strategi yang dirumuskan tidak harus bersifat tunggal,
tetapi disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan di setiap daerah. Oleh
63
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
karena itu, dalam menyusun strategi diperlukan mekanisme yang saling
melengkapi antara bottom-up dan top-down.
Demikian juga dengan keadaan di Kota Binjai hasil sensus penduduk 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk mencapai 246.154 jiwa menjadi
264.687 jiwa pada tahun 2015 dengan jumlah perempuan lebih banyak yakni
sebanyak 132.490 jiwa sedangkan laki-laki hanya 132.197 jiwa. Berdasarkan
kewilayahan, daerah yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan
Binjai Kota, yaitu 7.078 jiwa per km², kecamatan Binjai Barat 4.384 jiwa per
km², sedangkan paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Binjai Selatan
dengan 1.785 jiwa perkm2.
Keadaan tersebut mengisyaratkan bahwa jumlah penduduk menurut
kecamatan ternyata masih menunjukkan jumlah yang beragam. Tentunya hal
ini disebabkan oleh peranan faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang
memang berbeda-beda di setiap kecamatan. Peranan ketiga faktor tersebut
tentunya juga terkait dengan kebijakan dan program-program yang dilakukan
oleh pemerintah Kota Binjai yang telah dijalankan sebagai komitmennya
dalam keupayaan pengendalian kependudukan. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk, secara otomatis akan menjadi beban pemerintah dalam
menyediakan anggaran untuk kesehatan, pendidikan, pangan, sandang,
papan dan lainnya yang dapat terkait dengan kebutuhan rakyat. Jumlah
penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak ekonomi yang kuat
jika penduduknya berkualitas, namun jumlah penduduk yang besar akan
menjadi beban pembangunan jika tidak berkualitas.
Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka isu-isu strategis kependudukan di
Kota Binjai ke depan adalah menyangkut :
1. TFR 2,08 anak diperkirakan tercapai pada tahun 2020 diperkirakan
menurun menjadi 1,85 anak dan kondisi ini akan dipertahankan terus.
Untuk mencegah dampak negatif terhadap tujuan pengendalian penduduk
yang tumbuh seimbang.
2. Bonus demografi sedang terjadi di Kota Binjai dan diperkirakan akan
selesai selama kurun waktu 25 tahun ke depan atau sebelum tahun 2045
denganjumlahpenduduk usia angkatan kerja yang banyak, dapat menjadi
potensi memajukan Kota Binjai, tetapi juga dapat menjadi bumerang
apabila kualitas sumber daya manusia usia produktif itu rendah.
64
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
3. Menghadapi jumlah penduduk Lansia yang semakin banyak, agar tidak
menjadi beban pembangunan
4. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing serta peningkatan manajemen pendidikan
5. Angka kematian bayi dan anak serta kematian maternal, kematian akibat
penyakit infeksi, penyakit kronis dan degeneratif serta Gizi kurang/buruk
dan berat badan bayi lahir.(Data dilengkapi)
6. Program KB yang memberikan kontribusi terhadap penurunan angka
kematian Ibu melahirkan
7. Ketersediaan Tenaga kerja dalam memenuhi tuntutan tenaga kerja yang
berkualitas khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat
pertumbuhannya.(Data ditambahkan)
8. Laju pertumbuhan ekonomi membutuhkan investasi yang besar,
sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan investasi dari
masyarakat dan dunia usaha.
9. Penataan persebaran penduduk dan penataan mobilitas penduduk non
permanent serta urbanisasi. (Data ditambah)
10.Membangun keluarga Kota Binjai yang berkualitas, terhindar dari
kerentanan dalam menghadapi berbagai kondisi lingkungan
11.Database kependudukan yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaan
yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang terintegrative, mudah
diakses
Tuntutan atas kebutuhan dasar seperti diatas maka diperlukan perumusan
“Grand Design Pembangunan Kependudukan” yang di desain untuk menjadi
acuan pembangunan kependudukan meliputi pengendalian kuantitas
penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran dan
pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan
database kependudukan. Grand Design Pembangunan Kependudukan sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya ledakan penduduk dan masalah
kependudukan lainnya. Grand Design Pembangunan Kependudukan ini
65
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
mencakup besaran-besaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk
mengatasi masalah kependudukan. Secara operasional, untuk setiap periode
atau tahapan 5 (lima) tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road-map)
yang mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan
kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan
kependudukan ke depan. Road-map ini diharapkan berfungsi sebagai acuan
setiap sektor serta pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah
kegiatan dalam mendukung upaya pembangunan kependudukan.
Road-map Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup kurun
waktu 2015 sampai dengan 2040 dengan periode lima tahunan. Road-map
dibuat untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pembangunan
kependudukan telah dapat dicapai, baik yang mencakup pengendalian
kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran
dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan
pembangunan database kependudukan.Secara garis besar, tujuan road-map,
sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road-map tersaji
pada uraian berikut.
5.1 Road-map Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan dan
Pokok-Pokok Pembangunan
Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah
tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
Untuk mencapai kondisi ini jumlah bayi yang lahir diharapkan sama
(seimbang) dengan jumlah kematian sehingga penduduk menjadi
stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),
adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,0 per perempuan atau
Net Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per
perempuan. Dalam Grand Design ini TFR 2,1 diperkirakan tercapai pada
tahun 2020. Selanjutnya TFR diperkirakan menurun menjadi 2 dan NRR
menjadi 1 tahun 2023. Kondisi ini akan dipertahankan terus sampai
dengan tahun 2040 dan bahkan untuk kondisi yang tak terbatas
waktunya.
Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus
menurun sampai dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka
pada jangka panjang penduduk Indonesia bisa mengalami penurunan
seperti fenomena yang terjadi di negara-negara maju yang TFR nya telah
66
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per wanita.
Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat rendah akan
mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar
sehingga akan menyebabkan masalah tersendiri yang tidak kalah
peliknya.
Tidak kalah pentingnya adalah bahwa bonus demografi telah terjadi di
Kota Binjai dan akan selesai selama kurun waktu 10 tahun ke depan
atau pada tahun 2025. Bonus “ledakan” kaum muda dan angkatan kerja
produktif ini sangat krusial jika SDM yang tumbuh tidak berkualitas.
Bonus demografi terjadi saat mayoritas penduduk Kota Binjai adalah usia
angkatan kerja. Penduduk yang berada di usia angkatan kerja tersebut
dapat menjadi potensi bagi Kota Binjai menjadi kota yang maju, tetapi
juga dapat menjadi bumerang apabila kualitas sumber daya manusia usia
produktif itu rendah.
Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM. Salah satu tanda
bonus demografi adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen,
artinya satu orang penduduk nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang
penduduk usia produktif. Berdasarkan kelompok umur, penduduk dapat
dibedakan atas tiga kategori, yaitu muda (0-14 tahun), menengah (15-64
tahun), dan tua (65 tahun keatas). Pengelompokan penduduk yang terkait
dengan kemampuan berproduksi secara ekonomi dapat diklasifikasikan
menjadi penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif.
Penduduk non produktif terdiri dari penduduk yang berumur 0-14 tahun
dan penduduk yang berumur 65 tahun. Kelompok penduduk usia
produktif adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun. Angka beban
ketergantungan Kota Binjai sebesar 47 persen, yang artinya setiap 100
penduduk usia produktif menanggung sekitar 47 penduduk non
produktif. Hasil sensus dan proyeksi menunjukkan tren yang semakin
menurun yang berarti beban penduduk usia produktif semakin kecil
sehingga diharapkan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami
peningkatan.
Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan
angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah
menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut ditandai
dengan menurunnya angka kelahiran dan angka kematian dan disertai
67
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah struktur
umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah
lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk
usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi penduduk usia
tua (65 tahun ke atas) secara perlahan. Selanjutnya, kondisi tersebut
menyebabkan angka ketergantungan menurun yang disebut dengan
bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan jendela peluang
(windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu
pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut
telah terjadi dan hanya sekali saja dalam sejarah dan waktunya yang
sangat pendek, yaitu sekitar lima atau sepuluh tahun.
Oleh karena itu, saat ini adalah momentum yang harus dijadikan periode
investasi besar-besaran dibidang sumber daya manusia, khususnya
dibidang pendidikan. Agar tidak kehilangan momentum tersebut harus
dipastikan agar generasi muda memiliki kompetensi dan menjadi insan
yang produktif.
Dalam mewujudkan SDM tangguh dan berkualitas untuk menikmati
bonus demografi, peran serta pemerintah Kota Binjai sangat penting dan
relevan untuk bersinergi dan bekerjasama dengan pihak lain dalam
rangka mengembangkan SDM melalui penyediaan akses pendidikan dan
keterampilan yang dapat memenuhi kebutuhan spesifik dan strategis
pembangunan di daerah.
Gambar : 5.1 Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut
Indikator dan Parameter Pengendalian Kuantitas
Penduduk Kota Binjai 2015-2040
ROADMAP 2015-2020
ROADMAP
2021-2025
ROADMAP
2026-2030
ROADMAP
2031-2035
ROADMAP
2036 - 2040
Terkendalin
ya jumlah
dan laju
pertumbuha
n penduduk
Tercapainy
a kondisi
penduduk
tumbuh
seimbang
(PTS)
Bertahan
nya kondisi
penduduk
tumbuh
seimbang
(PTS)
Tercapainya
kondisi
penduduk
tumbuh
seimbang
sebagai
prasyarat
penduduk
tanpa
pertumbuha
n (PTP)
Tercapainy
a kondisi
penduduk
tanpa
pertumbuh
an PTP)
68
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut
Indikator dan Parameter Pengendalian Kuantitas
Penduduk Kota Binjai 2015 - 2040
Sumber : Tim Penyusun GDPK Kota Binjai
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua
komponen utama kependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan
penurunan mortalitas. Pengaturan fertilitas dilakukan melalui program
KB yang mengatur :
1) usia ideal perkawinan
2) usia ideal melahirkan
3) jarak ideal melahirkan
4) jumlah ideal anak yang dilahirkan.
Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya
dilaksanakan untuk membantu pasangan suami istri mengambil
keputusan dan memenuhi hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan hal
berikut :
(1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan
(2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu
(3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan
(4) peningkatan kesertaan KB pria
(5) promosi pemanfaatan air susu ibu.
Pengaturan fertilitas melalui program-program Keluarga Berencana juga
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2015-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Laju Pertubuhan
Penduduk(%) 1.22 1,05 0,80 0,56 0,36 0,22
Total Fertlity Rate (Rata-rata wanita punya
anak)
2,24 2,08 1,93 1,85 1,85 1,85
Ontraception Prevalance Rate (Persentase Kesertaan KB)
50,01 56,00 75,00 75,00 75,00 75,00
Usia Kawin Pertama bagi
Wanita 21,95 22,19 22,39 22, 62 22,80 23,00
69
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
(1) Pengintegrasian program pengendalian kuantitas dengan sektor
pembangunan lainnya
(2) Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di
semua segmentasi sasaran wilayah
(3) Penyelenggaraan pelayanan KB harus berlandaskan Hak Asasi
Manusia
(4) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama,
budaya, etika, dan hak-hak reproduksi
(5) Pendistribusian alat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur
yang penyediaannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat
Selanjutnya, penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya.
Penurunan angka kematian ini diprioritaskan pada upaya (1) penurunan
angka kematian ibu hamil, (2) penurunan angka kematian ibu
melahirkan, (3) penurunan angka kematian pasca melahirkan, serta (4)
penurunan angka kematian bayi dan anak.
Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah Kota
Binjai dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dan norma
agama. Di samping itu, upaya penurunan angka kematian difokuskan
pada (1) kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri (pasutri), (2)
keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan, (3) pencegahan dan
pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta (4) partisipasi aktif
keluarga dan masyarakat.
Untuk mencapai tahap yang diinginkan, maka strategi pengendalian
kuantitas penduduk perlu dilakukan adalah dengan mencapai
pertumbuhan penduduk yang terkendali dan pencapaian windows of
opportunity, maka pengendalian angka kelahiran sangat penting. Untuk
itu, diperlukan revitalisasi program KB di Kota Binjai. Dalam melakukan
revitalisasi program KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu
diubah orientasinya dari supply ke demand side approach. Strategi yang
dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan,
dan pemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah
penjelasan detailnya.
70
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Integrasi, adalah implementasi program KB ke dalam program
pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi. Sementara itu,
desentralisasi, dilakukan melalui lima cara.
Pertama memberikan otoritas yang lebih besar kepada kecamatan
dalam implementasi program KB, salah satunya adalah
dengan memperkuat kelembagaan dengan
mendayagunakan Balai Penyuluhan dan Tenaga Penyuluh
KB. Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan
menghindarkan overlap fungsi dan peran antara
pemerintah pusat, provinsi, dan Kota Binjai.
Kedua melakukan pemberdayaan SDM di tingkat Kota yang
didukung oleh pemerintah provinsi dalam rangka capacity
building.
Ketiga memperkuat komitmen politik dalam pelaksanaan program
KB.
Keempat memperkuat infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan
program KB di tingkat kecamatan, desa/kelurahan.
Kelima menyelenggarakan kewenangan operasional yang diberikan
ke kab/kota termasuk di kota Binjai dalam rangka
mengembangkan program dan melaksanakannya
berdasarkan kondisi spesifik.
Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara memperkuat
kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil. Tujuan
strategi ini adalah untuk lebih mengembangkan keterlibatan pihak
swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan program KB.
Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan
untuk memperkuat jejaring antar pemangku kepentingan, baik secara
vertikal maupun horizontal.
Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan
program KB difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara
memberikan subsidi pelayanan kesehatan reproduksi dan KB.
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan
nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,
71
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,
berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008
Pasal 1 ayat 5).
Paling tidak ada tiga dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan
peningkatan kualitas penduduk :
Pertama, dimensi kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan
penduduk dalam rangka menurunkan angka kematian dan
meningkatkan angka harapan hidup.
Kedua, dimensi pendidikan yakni meningkatkan kompetensi dan daya
kompetisi penduduk melalui pendidikan formal, non formal maupun
informal dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan secara
nasional, khsususnya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan
master plan pembangunan ekonomi, mengurangi kesenjangan pendidikan
menurut jenis kelamin melalui peningkatan akses perempuan untuk
memperoleh pendidikan.
Ketiga, dimensi ekonomi, yakni meningkakan status ekonomi penduduk
melalui perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran.
Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk
menurunkan angka kemiskinan.
Selanjutnya, strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek
yang sangat penting dalam pembangunan kependudukan. Di samping itu,
strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan bagian integral dari
strategi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunan keluarga, dan
pengarahan mobilitas penduduk. Penduduk merupakan pelaku,
pelaksana, dan penikmat pembangunan.
Dengan kualitas yang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan
sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Selain itu, pembangunan
tidak hanya bergantung pada sumber daya alam dan teknologi, tetapi
justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya. Dengan tersedianya
sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas,
maka tantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik.
Kualitas sumber daya manusia yang ada sekarang masih perlu
72
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
ditingkatkan agar tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya karakter
penduduk yang akan menjadi budaya "senang bekerja keras", persaingan
yang sehat, pengembangan motivasi di kalangan angkatan kerja muda
dan terdidik sehingga dapat menciptakan pekerjaan dari pada hanya
menanti pekerjaan dari sektor formal yang sangat terbatas. Program
"magang" atau "job trainning" perlu dilakukan dalam rangka
mempersiapkan angkatan kerja yang siap pakai.
Pembangunan kualitas penduduk ditentukan oleh tiga hal: pembangunan
ekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu,
kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan kualitas penduduk tahun
2040 adalah penduduk yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak
mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harus dicapai oleh seluruh
penduduk. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek
fisik dan nonfisik meliputi kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan kecerdasan.
Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak serta kematian maternal, dan mencegah
terjadinya penyakit penyakit infeksi, penyakit kronis dan degeneratif.
Untuk itu, strategi utama yang harus dilakukan adalah melakukan
pencegahan dan treatment penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan
anak-anak. Di samping itu, sejalan dengan meningkatnya penyakit kronis
dan degenratif sebagai penyebab kematian orang dewasa, maka alokasi
sumber daya kesehatan harus juga diarahkan untuk pencegahan dan
treatment penyakit tersebut.
Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat
kaitannya dengan program KB sehingga strategi yang dijalankan untuk
pelaksanaan program KB juga akan memberikan kontribusi terhadap
penurunan angka kematian maternal. Hal tersebut harus ditopang
dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal. Dari sisi
pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalah memberikan akses
yang sebesar-besarnya kepada kelompok rentan, khususnya penduduk
miskin, untuk memperoleh pendidikan. Penurunan gender gap dalam hal
akses terhadap pelayanan pendidikan juga penting sebagai prioritas,
73
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
khususnya untuk mengatasi masalah di berbagai daerah yang masih
lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuannya.
Dari sisi ekonomi, salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi
adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada masa sebelumnya.
Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari
tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga dapat juga dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
peningkatan hasil produksi dan pendapatan.
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah. Dalam kondisi
tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
output produksi yang dihasilkan, sementara pembangunan ekonomi lebih
bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi
input pada berbagai sektor perekonomian.
Pembangunan Kota Binjai telah memberikan hasil yang secara nyata
dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan
perekonomian yang didukung oleh makin meningkatnya ketersediaan
prasarana dan sarana pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan,
dan makin tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk
pendidikan dasar dan kesehatan. Dalam pelaksanaan pembangunan
ekonomi, telah banyak kemajuan yang dicapai Kota Binjai yang
ditunjukkan, baik oleh PDRB non migas per kapita maupun laju
pertumbuhannya yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, maupun taraf
kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh beberapa indikator
seperti angka melek huruf, angka kematian bayi, dan usia harapan
hidup, yang lebih baik jika dibandingkan dengan angka rata-rata
nasional.
74
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi
ketenagakerjaan di Kota Binjai ditandai dengan besarnya jumlah tenaga
kerja di sektor industri dan pengolahan. Sektor industri dan pengolahan,
yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi
Kota Binjai yang 2040 memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas
yang tinggi. Di Kota Binjai, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya
belum memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya
dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian,
untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai,
tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif
dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, memperluas
lapangan kerja, dan kesempatan usaha.
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan
investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah
terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha.
Sehubungan dengan itu, Kota Binjai harus mampu menarik dunia usaha
agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai
sumber daya pembangunan di wilayah ini. Oleh sebab itu, Kota Binjai
dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang menarik
bagi investasi masyarakat dan dunia usaha, tantangannya adalah
mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat
menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan
sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Binjai selama tahun 2011 sampai
dengan 2015 sekitar 5,8%. Pertumbuhan ini relatif lebih tinggi
dibandingkan beberapa kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil sekitar 6,0% per tahun, maka
pendapatan perkapita Kota Binjai diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan dari 27,45 juta hingga mencapai Rp 81,3 juta perjiwa pada
tahun 2040. Perekonomian Kota Binjai secara umum didominasi oleh
sektor konstruksi, perdangan, industri pengolahan, sektor pertanian,
hotel dan restauran; sektor jasa-jasa, serta sektor pengangkutan dan
komunikasi.
75
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Akhir dari peningkatan kualitas penduduk adalah terwujud kualitas
penduduk atau masyarakat Kota Binjai yang beriman, maju, mandiri,
mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan adalah :
1). Terwujudnya penduduk atau masyarakat Kota Binjai yang beriman
yaitu masyarakat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat yang mengamalkan ajaran agamanya dengan sepenuh
hati, konsisten dan konsekuen, masyarakat yang memiliki sikap
yang kuat untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama
pemeluk agama dalam bingkai keluarga besar masyarakat
KotaBinjai.
2). Terwujudnya penduduk atau masyarakat Kota Binjai yang maju,
yaitu masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan supremasi
hukum serta selalu menggunakan nurani dan akal sehat dalam
mengambil keputusan, dapat mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan global, namun tetap mempertahankan
identitas masyarakat Kota Binjai yang majemuk.
3). Terwujudnya penduduk atau masyarakat Kota Binjai yang mandiri
serta percaya diri, yaitu masyarakat yang memiliki kemampuan
untuk memanfaatkan potensi daerah dan karenanya dapat
menetapkan dan melaksanakan kebijakan pembangunan daerah
berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat itu sendiri.
4). Terwujudnya penduduk atau masyarakat Kota Binjai yang mapan
yaitu masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
secara berimbang jasmani dan rohani, memiliki daya tahan terhadap
pengaruh luar yang bersifat merusak, mampu meningkatkan
kualitas kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang semakin
layak dengan tingkat kesenjangan yang semakin kecil.
5). Terwujudnya penduduk atau masyarakat yang berkeadilan di dalam
kebhinekaan yaitu masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban
atau proporsional dalam lingkup masyarakat yang hidup secara
harmonis, sehingga tidak ada kelompok masyarakat yang merasa
terpinggirkan atau terlupakan.
76
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan
di Kota Binjai sebagai berikut ;
1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan
Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/Melek huruf serta
meningkatnya rata-rata lama sekolah, pada setiap jenjang, jalur dan
jenis pendidikan memberikan kesempatan kepada semua penduduk
usia prasekolah dan usia sekolah, baik umum, kejuruan,
keagamaan, maupun pendidikan khusus, serta memberikan
keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat yang plularistik termasuk
dalam meningkatkan pemberian pendidikan dari wajib belajar 9
tahun menjadi wajib belar 12 tahun. Demikian pula perluasan
kesempatan belajar bagi Anak luar Biasa (ALB) dan Anak
Berkebutuhan khusus (ABK), pendidikan anak usia dini,
memperbanyak pendidikan informal dengan memberdayakan
perempuan yang berdaya saing global, melaksanakan Pendidikan
Menengah Universal (PMU) yang bekualitas, sekolah kejuruan serta
mengembangkan Pendidikan tinggi sesuai kebutuhan daerah dan
berdaya saing global.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
Targetnya adalah meningkatkan mutu pelaksanaan kurikulum pada
setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan sehingga memberikan
dukungan yang berarti bagi bakal kehidupan peserta didik dimasa
depan, baik berkenaan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan local
(daerah), budi pekerti, kecakapan hidup, dan jiwa entrepreneur,
iptek, kereatif, innovatif, olah raga dan seni, kesehatan dan
lingkungan hidup. Serta aspek-apsek pembentuk karakter
kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Dengan penyiapan
berbagai fasilitas, dan melakukan pemetaan dan kesejahteraan guru
mengembangkan dan meningkatkan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di daerah yang berorientasi pada potensi daerah setempat
untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional
maupun internasional.
3. Peningkatan Manajemen pendidikan
Targetnya agar meningkatkan kemampuan pengelolaan program
pembangunan pendidikan, baik yang diselanggarakan oleh
77
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
pemerintah maupun masyarakat yang meliputi pengembangan
kurikulum, proses pembelajaran, kualifikasi dan kompetensi guru,
penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung proses edukasi.
4. Peningkatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan pencitraan Publik
Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan
pendidikan lebih partisipasif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruh
terhadap jalur, jenis dan kelembagaan satuan pendidikan.
Meningkatkan pembiayaan dan anggaran serta laporan dan
pertanggung jawabannya secara transparan pada setiap
penyelenggaraan satuan pendidikan. mensinerjikan kebijakan dan
mengatur batas-batas kewenangan penyelenggaraan evaluasi
pendidikan antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
lembaga satuan pendidikan serta meningkatkan kualitas, data dan
informasi pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya.
5. Peningkatan Peran serta Masyarakat, dunia perusahaan, dan
stake holde
Targetnya adalah diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung
jawab antara pemerintah, masyarakat dan peran serta didik sebagai
bagian dari subjek pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh
inisiatif. merintis, membangun, dan mengembangkan inovasi-inovasi
pendidikan lebih bersifat antisipatif kearah peningkatan kualitas,
relevansi dan daya saing pendidikan.
Gambar 5.2 Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang diinginkan dan Pokok-Pokok Pembangunan
ROADMAP 2015-2020
ROAD MAP
2021-2025
ROAD MAP 2026-2030
ROAD MAP 2031-2035
ROAD MAP
2036-2040
Pencapaian
kualitas
pendidikan,
kesehatan
dan
ekonomi
penduduk
yang
mapan
Peningkatan
kualitas
pendidikan,
kesehatan
dan ekonomi
yang mapan
yang
didukung
terciptanya
good
governance
Pencapaian
kualitaspend
uduk
kreatif dan
inovatif
untuk
meningkatk
an kerja
produktif
Peningkata
nkualitas
penduduk
kreatif dan
inovatif
untuk
meningkat-
kan kerja
produktif
Terwujudnya
kualitas
penduduk
yang beriman,
maju,
mandiri,
mapan dan
berkeadilan di
dalam
kebhinekaan
78
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 5.2 Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang
diinginkan dan Pokok-Pokok Pembangunan
Indikator /Parameter Periode Roadmap 2015-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Pendidikan
- Lama Sekolah
(tahun)
- Angka Partisipasi
Sekolah Usia 19-24
Tahun (%)
10,28
36,5
12,2
37,5
13,4
38,5
14,9
39,5
15,9
40,5
17,0
41,5
Kesehatan
- Angka Kematian Bayi
(per 1000 lahir
hidup)
- Angka Kematian Ibu
(per 100.000 lahir
hidup)
- Angka harapan
Hidup (tahun)
- Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
16,31
-
71,59
3
14,87
-
72,10
2
13,72
-
72,95
1
12,90
-
73,75
0
12,01
-
74,50
0
11,08
-
75,00
0
Ekonomi
- Daya Beli (ribu
rupiah perkapita
pertahun)
- Pendapatan
Perkapita (juta
rupiah)
- Gini Rasio
633,33
27,45
0,252
645,1
38,60
0,283
653,8
49,10
0,277
662,5
59,90
0,272
671,3
70,8
0,266
680,0
81,63
0,261
79
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
5.2 Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk yang
Dinginkan dan Pokok-Pokok Pembangunan
Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah
terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah
kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali. Demikian juga
halnya dengan urbanisasi, diharapkan agar penduduk tidak berbondong –
bondong datang keperkotaan yang pada gilirannya menimbulkan masalah
baru yang tidak kalah peliknya. Patut disadari bahwa urbanisasi tidak
semata-mata karena perpindahan penduduk dari desa ke kota, tetapi juga
karena daerah – daerah dengan kategori urban semakin banyak
jumlahnya karena fasilitas dan hasil pembangunan yang merata. Kondisi
persebaran penduduk yang diinginkan adalah persebaran penduduk yang
merata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi daerahnya.
Diharapkan adanya penataan dan persebaran yang proporsial sesuai daya
dukung serta daya tampung alam dan lingkungan.
Dalam upaya pencapaian kondisi yang diinginkan yaitu terjadinya
persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah kecamatan
sehingga konsentrasi penduduk terkendali maka strategi diperlukan
adalah :
Menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang
harmonis, melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena
keadaan (pengungsi), memberikan kemudahan, perlindungan, dan
pembinaan terhadap para migrant dan keluarganya.
Menciptakan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan daya dukung
dan daya tampung lingkungan.
Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu.
Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, melalui
penciptaan wirausaha baru.
Memperluas kesempatan kerja produktif.
Meningkatkan kualitas hubungan industrial yang harmonis.
Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional.
Menurunkan angka kemiskinan dan mengatasi pengangguran.
Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.
Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing
wilayah baru, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan
penyediaan pangan bagi masyarakat.
80
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perlu
dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut :
Mengupayakan peningkatan mobilitas non permanen dengan cara
menyediakan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan
administrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah
tujuan mobilitas penduduk.
Mendorong terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui
peningkatan investasi berbagai sektor penanaman modal dalam dan
luar negeri.
Mendorong dan memfasilitasi meningkatnya pemberdayaan ekonomi
produktif masyarakat melalui peningkatan peran kelompok usaha kecil
menengah menjadi berkembang dan mandiri.
Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan
mobilitas penduduk yakni :
Meningkatkan promosi daerah-daerah tujuan baru sehingga penduduk
terangsang untuk melakukan perpindahan secara spontan.
Membuat regulasi yang menguntungkan dengan sasaran
menghambat/mengurangi minat penduduk luar yang tidak berkualitas
berpindah kedaerah Kota Binjai (mobilitas bukan sekadar pemindahan
kemiskinan). Penduduk miskin adalah tanggung jawab daerah
asal/kelahiran.
Kebijakan mobilitas harus memperhatikan perkembangan–perkembangan
spesifik daerah, misalnya kemungkinan dampak masuknya penduduk ke
daerah industry baru, cara mengantisipasi dan memitigasi kemungkinan
dampak negative, dampak bagi keseimbangan penduduk lokal dan
pendatang, serta kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan
demikian, penting dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat
merespon hal-hal tersebut, misalnya melalui perda pengendalian
penduduk.
Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek
maupun menengah dan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran
pengarahan mobilitas penduduk yang antara lain meliputi hal berikut :
81
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara
penduduk pendatang dan penduduk asli
2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa
mengurangi hak hidup pendatang
3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration
selection berdasarkan kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek
politik, dan kelembagaan
4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (NGO, dan universitas)
dalam capacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas
formal
5. Pengembangan forum komunikasi antar warga di daerah-daerah
tujuan mobilitas
6. Penguatan kelembagaan keluarga migran dalam konteks kebijakan
kesehatan reproduksi
7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan
pengembangan ekonomi perdesaan sehingga mengurangi minat
penduduk desa melakukan urbanisasi
8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi
kesejahteraan yang merata sehingga semakin mengurangi distorsi
biaya hidup
9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan, Pelatihan dan
kesempatan kerja
10. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat
11. Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk
tersebut, maka perlu sejak awal dipastikan bahwa perda, perwaldan
berbagai aturan pelaksana lainnya telah dapat diselesaikan. Beberapa
peraturan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan tujuan itu
adalah sebagai berikut :
1) Penataan dan penyebaran penduduk
2) Kebijakan mobilitas penduduk non permanent
3) Kebijakan ketenagakerjaan dalam mencapai hubungan industrial
harmonis
82
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
4) Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah
5) Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah
penyangga
6) Pedoman pengelolaan urbanisasi di perkotaan
7) Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tatacara
pengumpulan data, analisis mobilitas, dan persebaran penduduk.
Sementara itu, pada tataran perda, dibutuhkan adanya perda tentang
kebijakan mobilitas penduduk.
Gambar 5.3. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas
Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2015-2020
ROADMAP 2021-2025
ROADMAP 2031-2035
Penataan
dan penyebaran
penduduk antar
daerah Kecamatan
Penataan
dan penyebaran
penduduk antar
daerah
kecamatan sesuai daya
dukung sosial dan
lingkungan
Penataan
persebarandan
Pengarahan mobilitas
penduduk
melalui pengemban
gan daerah penyangga
Peningkatanmobilitas non
permanen dengan cara
menyediakan berbagai
fasilitas sosial,
ekonomi,
budaya, dan ad ministrasi
di beberapa daerah yang
diproyeksikansebagai
daerah tujuan mobilitas
penduduk
Terjadinya
persebaran
penduduk yang lebih
merata antar
daerah kecamatan
sehingga
konsentrasipenduduk
terkendali dan
harmonis
ROAD MAP
2026-2030
ROADMAP 2036-2040
83
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikatordan
Parameter Penataan Persebaran Dan Mobilitas Penduduk
Provinsi Sumatera Utara 2015-2040
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2015-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Laju Pertubuhan
Penduduk Setiap (%) 1.22 1,05 0,80 0,56 0,36 0,22
Migrasi Neto Antar(%) 0,388 0,390 0,393 0,398 0,404 0,409
Pertumbuhan
Penduduk Perkotaan
(%)
2.08 0.28 0.56 0.84 1.22 1.60
Sumber : Tim Penyusun GDPK Kota Binjai
5.3 Roadmap Pembangunan Keluarga yang Diinginkan dan Pokok-
pokok Pembangunan
Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalah
Terwujudnya keluarga Kota Binjai yang berkualitas meliputi :
a) Keluarga yang bertaqwa kepada Tuhan YME, yaitu keluarga
Berdasarkan pernikahan yang sah menurut agama dan hukum Negara
b) Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yang
berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak yang ideal
(dua).
c) Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu keluarga yang memiliki
perencanaan sumberdaya keluarga, keluarga berwawasan nasional,
keluarga yang berkontribusi kepada bangsa dan negara serta
berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar pajak,
patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
1. Pokok-pokok pembangunan keluarga
a) Membangun keluarga yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b) Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah.
84
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
c) Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju,
mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan
gender.
d) Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan
berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan Negara.
e) Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya
keluarga.
2. Sasaran pembangunan keluarga
a) Seluruh keluarga dan semua siklus kehidupan keluarga
b) Keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan sosial
dan ekonomi.
c) Keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupun
budaya;
d) Keluarga yang bermasalah secara ekonomi, sosial, fisik dan psikis.
3. Strategi yang disuguhkan dalam pembangunan keluarga
a) Pembangunan Keluarga yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
Strategi yang dilakukan adalah melalui:
Pendidikan Agama (etika dan moral).
Pendidikan Sosial Budaya.
Indikator keberhasilannya :
Keluarga menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan
masing- masing dengan baik dan benar.
Keluarga menaati nilai, norma, dan aturan agama.
Keluarga memelihara kerukunan antar umat beragama.
4. Strategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan
perkawinan yang sah adalah dilakukan dengan hal berikut :
a) Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan.
b) Meningkatkan peran dan fungsi keluarga.
c) Komitmen Pemerintah hanya mengakui perkawinan antara laki-
laki dengan perempuan.
d) Perkawinan yang sah dilakukan menurut hukum agama dan
Negara.
85
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
e) Perkawinan mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan
masyarakat.
Indikator keberhasilannya :
a) Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan
negara.
b) Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dengan
perempuan,
c) Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga
dan masyarakat.
d) Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan
dibuktikan oleh kepemilikan akta nikah.
5. Strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat,
maju, dan Mandiri adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender.
b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat
fisik/reproduksi, sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat
lingkungan).
c) Pendidikan dan pengasuhan anak.
d) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan
keluarga.
e) Peningkatan ketahanan keluarga dengan berbasis kelembagaan
local.
Indikator keberhasilannya sebagai berikut :
a) Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi).
b) Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin,
rumah layak huni, mempunyai tabungan).
c) Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, tidak berpenyakit,
sehat fisik dan psikhis).
d) Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja).
e) Keluarga mandiri (kemandirian social ekonomi).
f) Keluarga harmonis (tidak bercerai,tidak ada kekerasan dalam
rumahtangga, tidak ada perdagangan manusia, tidak ada
kenakalan anak dan remaja).
86
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
6. Strategi Membangun keluarga yang berwawasan kebangsaan dan
sebagaiPelaku pembangunan yang memberikan kontribusi kepada
masyarakat,bangsa, dan Negara adalah melalui :
a) Pendidikan
b) Pembinaan
c) Kebudayaan
Indikator keberhasilannya adalah
a) Keluarga berketahanan sosial,
b) Berwawasan kedepan (menguasai iptek),
c) Pelaku pembangunan yang berkontribusi kepada masyarakat,
bangsa,dan negara.
7. Strategi Membangun keluarga yang mampu merencanakan
sumberdaya Keluarga adalah:
a) Merencanakan sumberdaya dengan pendampingan manajemen.
b) konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemen keuangan
rumah tangga,
c) manajemen waktu dan pekerjaan keluarga.
Indikator keberhasilannya adalah :
Keluarga mempunyai perencanaan berkeluarga.
Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.
Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.
87
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Gambar 5.4 Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan
Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator
dan Parameter Pembangunan Keluarga Kota Binjai
2015-2040
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2010-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Persentase penduduk miskin
7,03 6,54 6,29
6,05
5,75 5,55
Rata-rata banyak nya anak dalam keluarga
2,24 2.10 2.08 2.06 2,04 2,02
Persentase Keluarga Pra Sejahtera/ KS 1
11,6 10.28 8.96 7.64 6.32 5.00
Angka Perceraian 10,65 9,50 7,50 6,5 4,5 3,0
Indeks Pembangunan Gender (IPG)
90,96 91.77 92.58 93.39 94.20 95.01
Sumber: Tim Penyusun GDPK Kota Binjai
ROADMAP 2015-2020
ROADMAP 2021-2025
ROADMAP 2036-2040
ROADMAP 2031-2035
Terciptanya
kondisi keluarga
berdasarkanperkawinan
yang sah dan bertakwa
kepada
Tuhan Yang
Maha Esa
Peningkatandan
bertambah nya kondisi
keluarga berdasarkan
perkawinan yang sah dan
bertakwa
kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Terciptanya
kondisi
keluarga yang berkualitas
bercirikan
sejahtera, sehat, maju,
mandiri,
dengan jumlah anak
ideal (dua)
dalam
keharmonisan yang
berkeadilan
dan berkesetaraan
gender
Peningkatan
dan bertambahn
ya kondisi keluarga
sejahtera, sehat, maju,
mandiri, dengan
jumlah anak
ideal dua dalam
keharmonisan yang
berkeadilandan
kesetaran
gender
Terwujud
nya keluarga
kecil yang
berkualitas,
berkeadilan
dan
berkesetaraa
n gender
serta
berdaya
saing
ROAD MAP
2026-2030
88
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
5.4 Roadmap Pembangunan Database Kependudukan Diinginkan dan Pokok-Pokok Pembangunan
Kondisi yang diinginkan pada pembangunan database kependudukan
adalah terwujudnya database kependudukan yang memiliki akurasi dan
tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang
integrative, mudah diakses oleh para pemangku kepentingan, serta
menjadi bagian dari sistem pendukung keputusaan (Decision Support
System).
Dalam rangka menyikapi kondisi yang ada serta target capaian sampai
dengan tahun 2040 yang akan datang maka ditentukan arah dan
kebijakan pembangunan manajemen database dan informasi
kependudukan sebagai berikut :
1. Pembangunan sistem data dan informasi kependudukan melalui
pemantapan layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK)
2. Pengembangan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi
perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,
3. Pemantapan fungsi dan peranan Database kependudukan yang
berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan
prima administrasi kependudukan,
4. Pengembangan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal
dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada,
5. Pengembangan sistem yang telah terbangun menjadi bagian dari DSS
(Decision Support System) yang terintegratif.
Dalam upaya mencapaikondisi diinginkan maka strategi dan pokok-pokok
kebijakan dan program dilakukan terintegrasi dengan grand design
pengembangan databse kependudukan adalah meliputi tahapan :
1. Periode 2015-2020:
Fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan Sistem
Administrasi Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait
lainnya atau lebih dikenal dengan konsep Government to Government
(G2G), layanan SAK untuk masyarakat atau dikenal dengan istilah
89
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Government to Citizen (G2C), layanan Sistem Administrasi
Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan
Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan menggunakan
berbagai fituryang telah dipersiapkan maupun yang disempurnakan.
Pada periode ini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal
tunggal dengan teknologi biometrik. Pendekatan pengembangan dan
penerapan, baik sisifitur teknologi maupun dari sisi implementasi di
lapangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
2. Periode 2021-2025:
Fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikan layanan
prima untukmendukung hubungan sesama instansi pemerintah (G2G),
hubungan kepadamasyarakat (G2C) dan hubungan dengan dunia
bisnis, atau dikenal dengan Goverment to Business (G2B).
Pada periode ini, ditargetkan database kependudukan akan menjadi
acuan bagi perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia
bisnis, seperti untukkebutuhan marketing research, e-payment, e-
commerce, dan transaksi bisnis berbasis elektronik lainnya dengan
terlebih dahulu mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana
pendukung terutama dalam mempersiapkan perangkat keras maupun
perangkat lunak sistem teknologi informasinya.
3. Periode 2026–2030:
Fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan peranan
Database Kependudukan Kota Binjai terintegrasi Provinsi dan Nasional
yang berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan
layanan prima administrasi kependudukan.
Database Kependudukan Daerah ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pemerintah dan dunia bisnis.
Pada periode ini Database Kependudukan telah memiliki tingkat
kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh semua pihak.
Kepercayaan yang tinggi terhadap Database Kependudukan dapat
digunakan untuk mendukung kerja sama bidang perekonomian dan
bidang lainnya, sehingga memiliki daya saing yang tinggi untuk
menghadapi persaingan global.
90
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Pada periode ini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya
saing dan sebagai akselerator dalam mewujudkan iklim masyarakat
informasi (Information Society) dan masyarakat berpengetahuan
(Knowledge base society).
4. Periode 2031-2035:
Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yang ada
terintegrasi dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan
mengembangkan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal
dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada. Sistem
ini dikembangkan agar mudah diakses oleh pemangku kepentingan.
5. Periode 2036-2040:
Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telah
terbangun menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang
terintegratif.
Seterusnya program strategis dilakukan dalam kerangka pencapaian
kondisi diinginkan dengan terciptanya pendayagunaan data dan
informasi kependudukan sebagai sistem pendukung pengambilan
keputusan adalah meliputi :
1. Melaksanakan layanan prima Sistem Administrasi Kependudukan
(SAK) untuk sesama instansi pemerintah Government to
Government (G2G), untuk masyarakat atau Government to Citizen
(G2C), serta Layanan Sistem AdministrasiKependudukan (SAK)
untuk dunia bisnis (G2B),
2. Menjadikan database dan Informasi kependudukan sebagai
acuan bagi perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan
dunia bisnis, seperti untuk kebutuhan marketing research, e-
payment, e-commerce, dan transaksi bisnis berbasis elektronik
lainnya.
3. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama
dalam mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak
sistem teknologi informasinya.
4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia profesional yang mendukung
terselenggaranya layanan prima sistem administrasi
kependudukan
91
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
5. Memantapkan fungsi dan peranan Database dan Informasi
Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang berlandaskan
pada tertib administrasi kependudukan dan layanan prima
administrasi kependudukan.
6. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah untuk
dapat memberikan kontribusi pada pemerintah dan dunia bisnis.
7. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan memiliki
tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh semua
pihak untuk mendukung kerja sama dibidang perekonomian dan
bidang lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi
untuk menghadapi persaingan global.
8. Membangun masyarakat Binjai menjadi masyarakat informasi
(Information Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge
base society).
9. Membangun database dan Informasi kependudukan yang
terintegrasi dengan data lain terkait. mengembangkan sistem
yang terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai
lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada agar mudah
diakses oleh pemangku kepentingan.
10. Mendukung dan Menyukseskan Pelaksanaan Sensus Penduduk,
Sensus Ekonomi, Sensus Pertanian, SUPAS, SUSENAS, SDKI,
Pendataan Keluarga/Mutasi Data Keluarga dan berbagai sensus
maupun survey lainnya.
92
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Pengembangan Manajemen
Database Dan Informasi Kependudukan Diinginkan
Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan
Parameter Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi
Kependudukan Provinsi Sumatera Utara 2015-2040
Indikator
Periode Roadmap 2015-2040
2015-2020 2021-2025 2026-2030 2031-
2035 2036-2040
Indikator Kualitatif
Persentase Akte kelahiran 46,91 57,68 68,46 79,23 90,00
Persentase Akte perkawinan 70,40 72,80 75,20 77,60 80,00
Persentase E- KTP 73,02 76,01 79,01 82,00 85,00
Persentase Kartu Keluarga 90,06 91,29 92,53 93,76 95,00
Periode konsolidasi ke dalam
dan tertib administrasi
kependudukan
XXXXX XXXX XXX XX XX
Periode pelayanan prima
administrasi kependudukan
XXXX XXXXX XXXX XXX XX
Periode pengembangan
masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge base
society)
XXX XXXX XXXXX XXXX XXX
Tercipta
kondisi masyarakat
berbasis database dan
Informasi
kependuduk-an
ROADMAP 2015-2020
ROADMAP 2021-2025
ROADMAP 2031-2035
Terciptanya tertib
administrasi kependudukan
Terciptanya
pelayanan prima
administrasi kependuduka
n
Terciptanya integrasi
data dan informasi
kependuduk
-an dari berbagai
sumber dalam suatu
database dan bebas
diakses
Terciptanya pendayagun
aan data dan
informasi
kependuduk-an sebagai
sistem pendukung
keputusan
ROAD MAP
2026-2030
ROADMAP 2036-2040
93
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
Periode integrasi data dan
informasi kependudukan dari
berbagai sumber ke dalam
suatu database yang dapat
diakses oleh berbagai pihak
yang memerlukan
XXX XXXX XXXXX XXXX XXX
Periode peningkatan
pendayagunaan data dan
informasi kependudukan
sebagai Sistem Pendukung
Keputusan (Decision Support
System)
XXX XXXX XXXX XXXX XXXXX
Indikator Kuantitatif
Persentase penduduk dapat
menunjukkan catatan sipil
berupa akte kelahiran dan
lain-lain
70 80 90 100 100
Persentase penduduk
menguasai akses computer
10 20 40 60 80
94
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
BAB VI
PENUTUP
1. Dari berbagai indikator pembangunan kependuduk yang telah dilakukan
oleh pemerintah dan berbagai lapisan masyarakat Kota Binjai selama ini
baik kuantitas penduduk, kualitas penduduk, pembangunan keluarga,
mobilitas penduduk dan juga pembangunan data base penduduk
memperlihatkan adanya berbagai kondisi yang cukup menggembirakan
namun demikian masih terdapat berbagai persoalan untuk dilakukan
berbagai strategi, kebijakan dalam pembangunan kependudukan 25 tahun
mendatang.
2. Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Kota Binjai
harus memperhatikan berbagai indikator yang masih terdapat
kelemahan serta meningkatkan kekuatan yang ada terutama kekuatan
memiliki struktur umur penduduk usia produktif (15-64 Thn) sebesar
180.123 jiwa dan penduduk non produktif sebanyak 73.892 jiwa sehingga
angka beban ketergantungan (depedency rasio) nya adalah sebesar 47.
Artinya setiap 100 penduduk usia produktif hanya menanggung sekitar 47
penduduk non produktif dan kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 2014
dan akan berlangsung sebagaimana yang diproyeksikan sampai dengan
tahun 2040.
3. Oleh sebab itu kondisi terjadinya angka beban ketergantungan dibawah
50% harus tetap dipertahankan sehingga kesempatan untuk mendapatkan
serta memanfaatkan peluang bonus demografi dengan meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) benar-benar tercapai
4. Melaksanakan pembangunan kependudukan melalui strategi pening
katan berbagai kekuatan yang ada, memanfaatkan berbagai peluang
serta meminimalisir berbagai kelemahan dan ancaman pada setiap
indikator pembangunan kependudukan Kota Binjai
5. Semoga dengan komitmen yang tinggi dari semua stakeholders
pembangunan kependudukan Kota Binjai pada masa 25 tahun kedepan
sesuai dengan roadmap yang tertuang dalam dokumen Grand Design
Pembangunan Kependudukan Kota Binjai dapat terlaksana dan tercapai
dengan baik terutama melalui dukungan tim koordinasi dan
pengendalian implentasi GDPK yang akan dibentuk dan diterbitkan
Surat Keputusannya oleh Bapak Walikota Binjai.
95
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BINJAI 2015 - 2040 PEMERINTAH KOTA BINJAI
DAFTAR PUSTAKA
Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035
Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2012
BPS, Sensus Penduduk 2010
BPS, Sumatera Utara Dalam Angka 2010
BPS, Buku Hasil Susenas Tahun 2015
BPS, Bukan Hasil SUPAS Tahun 2015
BPS, Buku Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2017
BPS, Buku Binjai Dalam Angka Tahun 2017
BPS, Buku Hasil SDKI Tahun 2017