inventarisasi dan kajian kebijakan · pdf fileiv bab iv analisis kependudukan dan penetapan...
TRANSCRIPT
1
INVENTARISASI DAN KAJIAN KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
TERHADAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH TINGKAT PROPINSI DAN
KABUPATEN/KOTA
PERWAKILAN
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU
2
DAFTAR ISI
Hal
I BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Penduduk Indonesia dan Permasalahan
3. Tujuan Penulisan
………………………
……………………...
………………………
………………………
1
1
2
3
II BAB II Kebijakan Kependudukan dan KB
1. Visi dan Misi Program Kependudukan dan KB
2. Grand Strategi
3. Road Map
………………………
………………………
………………………
………………………
4
4
4
7
III BAB III Analisis Kebijakan Kependudukan
Pembangunan Pemerintah Daerah Propinsi dan
Kabupaten
1. Gambaran Umum
2. Kebijakan Pembangunan Pemerintah Daerah
- Propinsi Bengkulu
- Kota Bengkulu
- Kabupaten Bengkulu Utara
- Kabupaten Kaur
- Kabupaten Kepahiang
- Kabupaten Mukomuko
- Kabupaten Seluma
………………………
………………………
………………………
10
10
11
IV BAB IV Analisis Kependudukan dan Penetapan
Parameter
1. Kondisi Diinginkan
2. Analisis Penduduk hasil Sensus Penduduk Tahun
2010
3. Penetapan Parameter Propinsi Bengkulu
a. Demografi
b. Keluarga Berencana
………………………
………………………
………………………
………………………
23
23
23
26
3
c. Sosial, Ekonomi, Pertanian
V BAB V Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
2. Saran
………………………
………………………
………………………
35
35
35
4
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga “ penduduk sebagai modal dasar dan
faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan
berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan
pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal
antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran
penduduk, kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah kebijakan pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini sekaligus mempertimbangkan
kesejahteraan penduduk dimasa mendatang, kebijakan pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan
kesejahteraan penduduk generasi mendatang.
Walaupun secara geografis Provinsi Bengkulu belum menghadapi masalah
kependudukan yang belum begitu mengkhawatirkan dalam arti kemampuan untuk
menampung jumlah penduduknya, namun perlu disadari bahwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,6 dan angka TFR sebesar 2,5 diperkirakan
setiap 25 tahun penduduk Bengkulu akan berlipat 2 kali jumlahnya, yang
disebabkan antara lain oleh struktur umur penduduk yang kurang menguntungkan
dan tingginya angka kelahiran PUS muda umur 15-19 tahun.
Variabel tingkat pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan kemampuan
daerah untuk menyediakan lapangan kerja dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat secara kuantitatif dan kualitatif. Menurut Malthus bahwa
tingkat pertumbuhan penduduk berjalan relative lebih cepat dibanding proses
penyediaan sumber daya ( resourses ) yang dibutuhkan, dengan demikian jelas
5
bahwa pertumbuhan penduduk yang relative tinggi akan menimbulkan masalah
yang tidak sederhana terutama masalah social, ekonomi, stabilitas politik dan lain
sebagainya.
2. Penduduk Indonesia dan Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang kependudukan semakin
kompleks, bukan lagi berkaitan dengan indikator umum kependudukan, seperti
pengendalian jumlah penduduk, penurunan angka fertilitas, penurunan angka
kematian bayi, anak serta migrasi penduduk, akan tetapi telah bergeser pada isu-
isu yan lebih luas berkaitan dengan lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan,
hak azasi manusia, keseteraan gender, kesehatan reproduksi, penduduk usia
lanjut, pengangguran dan kemiskinan.
Di Indonesia ada empat aspek kependudukan yang menjadi kendala dan
tantangan yang cukup berat, yaitu :
a. kuantitas, penduduk Indonesia berjumlah sangat besar, yaitu nomor empat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dewasa ini
penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 240 juta jiwa dengan angka
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yaitu sekitar 1,49% per tahun sesuai
hasil Sensus Penduduk 2010 yang lalu.
b. Kualitas penduduk yang relatif masih rendah. Kualitas penduduk yang masih
rendah ini ditandai antara lain dengan angka kematian yang masih tinggi,
pendidikan yang rendah, angka kemiskinan yang masih besar jumlahnya, serta
secara umum Indeks Pembangunan Manusia yang masih ditataran bawah.
c. Persebaran penduduk Indonesia persebarannya sangat tidak merata. Sekitar
58% penduduk tinggal di Pulau Jawa dan Madura yang luas areanya hanya
sekitar 7% dari luas Indonesia. Jumlah penduduk yang tidak merata dan
berjejal di suatu wilayah akan memberikan beban yang berat bagi wilayah yang
bersangkutan termasuk masalah lingkungan (environmental stress) seperti
kerusakan hutan (termasuk bakau), kerusakan terumbu karang, masalah air
6
bersih (water management), sampah, terumbu karang, pendangkalan sungai,
serta polusi udara yang parah.
d. Data, informasi, dan administrasi kependudukan yang perlu dibenahi. Kartu
tanda penduduk (KTP) dan pencatatan atau registrasi penduduk berkenaan
dengan kelahiran, kematian, kedatangan, dan kepergian belum bisa dilakukan
dengan tertib, disiplin, serta cermat sesuai ketentuan.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan untuk melakukan identifikasi dan menginventarisasi
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan Kependudukan dan Program KB di
Propinsi Bengkulu baik tingkat propinsi maupun kabupaten dalam rangka
mensinergiskan kebijakan kependudukan dan Keluarga Berencana dalam
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas,
kualitas, dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung
lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang
berkelanjutan.
7
BAB II KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
1. VISI DAN MISI PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB A. Visi :
“Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015 “
B. Misi :
1. Menyelenggarakan pembangunan Keluarga Berencana dalam rangka :
Penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja
Pemenuhan hak-hak reproduksi
Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga peserta KB
2. Melaksanakan pengendalian penduduk melalui :
Penyerasian kebijakan pengendalian penduduk
Penetapan parameter penduduk
Penyediaan analisis data dan informasi pengendalian penduduk dan
pembangunan Keluarga Berencana
3. Strategi :
Menyerasikan kebijakan pengendalian penduduk
Menggerakkan dan memberdayakan stakeholder, mitra kerja dan
masyarakat
Menata kelembagaan
Memperkuat Sumber Daya Manusia pegawai dan tenaga program
Meningkatkan pembiayaan
2. GRAND STRATEGI
a. Visi dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk adalah:
Terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah,
struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup baik yang berupa
8
daya dukung alam maupun daya tampung lingkungan, tetapi juga dengan kondisi
perkembangan sosial dan budaya masyarakat.
b. Misi dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk adalah:
Misi dari Grand Design pengendalian Kuantitas Penduduk mencakup dua hal
berikut:
1. Membangun komitmen para pemangku kepentingan dan penentu kebijakan
(prime stakeholders) tentang penting dan strategisnya upaya pengendalian
kuantitas penduduk bagi pembangunan berkelanjutan;
2. Membentuk atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan
(regulasi) yang mendukung upaya pengendalian kuantitas penduduk.
c. Kebijakan
Terdapat tiga arah kebijakan yang dirumuskan dalam Grand Design
Pengendalian Kuantitas Penduduk, yaitu:
1. Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui penetapan
perkiraan angka fertilitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk;
2. Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dimaksudkan agar kuantitas
penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan;
3. Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan tidak hanya pada tingkat
nasional tetapi juga pada tingkat daerah secara berkelanjutan.
d. Aspek
Untuk mengatasi masalah kependudukan yang demikian kompleks, serta
sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pemerintah
membuat semacam grand design pembangunan kependudukan di Indonesia,
yang terdiri dari dari 5 (lima) aspek pembangunan kependudukan, yaitu:
9
1. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk;
2. Grand Design Peningkatan Kualitas Penduduk;
3. Grand Design Pengarahan Mobilitas Penduduk;
4. Grand Design Pembangunan Keluarga.
5. Grand Design Pembangunan Data-Base Kependudukan.
e. Tujuan Grand Design :
1. Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas
penduduk nasional 2010-2035;
2. Menjadi pedoman bagi penyusunan Road Map pengendalian kuantitas
penduduk 2010-2014, 2015-2019, 2020-2024, 2025-2029, dan 2030-2034.
3. Menjadi pedoman bagi lembaga serta pemerintah daerah dalam
perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan.
4. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi
penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi,
pertumbuhan, serta persebaran penduduk.
5. Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya
dukung alam dan daya tampung lingkungan secara nasional melalui
pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan
mobilitas penduduk.
f. Sasaran Umum Grand Design
Sasaran fertilitas diarahkan pada pencapaian kondisi penduduk tumbuh
seimbang (PTS) pada tahun 2015 yang ditandai dengan :
1. TFR sebesar 2,1 per wanita diturunkan pada tahun 2020 TFR sebesdar 1,85
2. NRR sebesar 1 per wanita pada tahun 2015 dan pada tahun 2020 NRR
menjadi 0,89 per wanita.
10
3. Angka kematian bayi (IMR) pada tahun 2015- 2020 menjadi 21 per 1000
kelahiran hidup dan menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup pada kurun waktu
2030-2035.
g. Ukuran Keberhasilan
Keberhasilan dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini
akan dilihat dari sejauh mana sasaran-sasaran kependudukan tersebut dapat
dicapai pada setiap periode waktu, seperti pemakaian kontrasepsi, angka
kelahiran total, Net Reproduction Rate, angka kelahiran kasar, laju pertumbuhan
penduduk, serta jumlah penduduk. Termasuk juga di dalamnya adalah sasaran-
sasaran mortalitas seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup.
h. Strategi Pelaksanaan
Di tingkat nasional, strategi pelaksanaan dari Grand Design Pengendalian
Kuantitas Penduduk ini mencakup dua hal pokok, yaitu: (1) Menyangkut
penyempurnaan regulasi nasional yang terkait dengan upaya pengendalian
kuantitas penduduk; dan (2) Melalui penyelesaian Peraturan Pemerintah dan
regulasi ikutan sebagai penjabaran Undang-Undang No. 52 tahun 2009.
Di tingkat kementrian, lembaga atau pemerintah daerah, strategi
pelaksanaan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini berkaitan
dengan: (1) Implementasi kebijakan atau program yang berkaitan dengan
komponen-komponen pengendalian kuantitas penduduk; dan (2) pelaksanaan
upaya pengendalian fertilitas, penurunan mortalitas, dan pengarahan mobilitas
penduduk.
3. ROAD MAP
a. Tujuan Road Map
Grand design pengendalian kuantitas penduduk ini mencakup kurun waktu
2010 sampai dengan 2035. Pada setiap periode lima tahun dari tahun 2010 akan
11
dibuat semacam road map untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran
pengendalian kuantitas penduduk telah dapat dicapai, baik yang mencakup
fertilitas, mortalitas, maupun persebaran.
Dengan demikian tujuan dari road map ini adalah agar secara sistematis
dan terencana diketahui sasaran-sasaran yang harus dicapai pada setiap
periode, serta kebijakan, strategi, dan program yang perlu dilakukan.
b. Sasaran Kependudukan
1. Fertilitas
Pada tahun 2015 diharapkan peserta KB di Indonesia akan berjumlah
sebesar 70% dari pasangan usia subur (PUS) dengan 65% adalah pemakai
kontrasepsi modern, pada tahun 2035 peserta KB di Indonesia akan
berjumlah 80% dari PUS dengan 75% adalah peserta KB modern.
Angka Fertilitas Total (TFR) diharapkan menurun pada tahun 2015
diperkirakan angka fertilitas total akan menurun mencapai kondisi penduduk tumbuh seimbang (replacement level fertiliy) dengan TFR sebesar 2,1 per
wanita atau Net Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per wanita. Angka
fertilitas ini secara konsisten diharapkan terus menurun sehingga pada tahun
2035 Angka Fertilitas Total di Indonesia mencapai 1,85 per wanita dan Net
Reproduction Rate sebesar 0,89 per wanita. Di sisi lain angka kelahiran kasar
(Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada
tahun 2015 menjadi 13,19 per 1000 penduduk pada tahun 2035.
Pada tahun 2015 diharapkan laju pertumbuhan penduduk akan
menurun menjadi 1,05% pada tahun 2035 laju pertumbuhan penduduk akan
menjadi 0,6%. Dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk tersebut
diperkirakan total penduduk Indonesia pada tahun 2015 mendekati 250 juta
jiwa dan meningkat menjadi sekitar 280 juta jiwa pada tahun 2035.
12
2. Mortalitas
Penurunan angka fertilitas tersebut di atas juga akan diikuti oleh
penurunan angka mortalitas secara berlanjut. Angka kematian bayi (IMR)
akan menurun dari 21,29 per 1000 kelahiran pada kurun waktu 2010-2015
menjadi 11,52 per 1000 kelahiran pada periode tahun 2030-2035. Angka
kematian anak juga diharapkan menurun secara konsisten dari 24,95 per
1000 kelahiran pada kurun waktu 2010-2015 menjadi 12,92 per 1000
kelahiran pada periode 2030-2035.
Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi dan anak, angka
harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) juga meningkat. Pada
tahun 2010-2015 diharapkan angka harapan hidup mencapai 72,22 tahun
(angka harapan hidup laki-laki 70,15 tahun sedangkan perempuan 74,32
tahun). Pada periode 2030-2035 diperkirakan angka harapan hidup mencapai
76,48 tahun (angka harapan hidup laki-laki sebesar 74,26 tahun sedangkan
perempuan 78,73 tahun).
Patut dicatat bahwa penurunan angka fertilitas akan menyebabkan
proporsi penduduk usia muda akan semakin menurun dan sebaliknya
proporsi penduduk usia tua akan semakin meningkat. Meningkatnya
penduduk usia tua akan berakibat pada peningkatan angka kematian kasar
(Crude Death Rate/CDR). Pada tahun 2010-2015 diperkirakan CDR sebesar
6,28 per 1000 penduduk, sedikit meningkat menjadi 7,62 per 1000 penduduk
pada periode 2030- 2035.
13
BAB III ANALISIS KEBIJAKAN
KEPENDUDUKAN PEMBANGUNAN BEKELANJUTAN
PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN
1. Gambaran Umum
Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran
penduduk sedang kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah kebijakan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini sekaligus
kesejahteraan penduduk dimasa mendatang dalam rangka meningkatkan taraf
hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan kesejahteraan penduduk
generasi mendatang.
Kebijakan kependudukan adalah langkah-langkah dan program yang
membantu tercapainya tujuan ekonomi, sosial, demografis,dan tujuan umum
lainnya dengan jalan memenuhi variabel-variabel utama demografi, besar
penduduk dan pertumbuhannya, serta perubahan dan ciri-ciri
demografisnya.(Kartono Wirosuhardjo dan Eko Ganiarto).
Kebijakan kependudukan dapat dibedakan antara kebijakan yang
mempengaruhi variabel kependudukan dan kebijakan yang menanggapi
perubahan-perubahan dalam bidang kependudukan.
Dalam analisa kebijakan kependudukan ingin mengkaji antara kebijakan
yang mempengaruhi variabel kependudukan secara langsung melalui keluarga
berencana dengan kebijakan pemerintah yang menanggapi perubahan dalam
bidang kependudukan sifatnya kearah kualitatif.
Secara umum kebijakan kependudukan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah baik tingkat propinsi sampai dengan tingkat kabupaten/kota, yang tercermin
melalui visi, misi, kebijakan dan prioritas RPJMD masing-masing pemerintah
daerah semuanya mengarah pada kebijakan pembangunan berwawasan
kependudukan, dimana penduduk selain sebagai obyek dan subyek dari
pembangunan itu sendiri dan telah memperhatikan pembangunan berkelanjutan
14
dimana selain untuk memenuhi kebutuhan sekarang juga dalam kebutuhan
generasi lanjut.
Kebijakan pembangunan oleh pemerintah daerah baik propinsi maupun
kabupaten/kota tercermin dalam visinya semuanya mengarah pada kemakmuran
rakyat/manusia, yang dijabarkan melalui misinya dalam rangka meningkatkan
kemakmuran dengan meningkatkan taraf ekonomi, pendidikan, kesehatan,akhlak
manusia, sosial dan budaya, sehingga untuk mensinergiskan dan menyerasikan
kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan penduduk dan keluarga berencana
perlu adanya penguatan komitmen antara Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana khususnya perwakilan Propinsi Bengkulu dengan pemerintah daerah
baik propinsi maupun kabupaten/kota dengan melakukan advokasi dan KIE selain
mitra kerja juga pada Kepala Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota juga
mempromosikan kajian-kajian kependudukan juga rencana intervensi
kependudukan sehingga ada satu tekad kebulatan memakmurkan penduduk
propinsi Bengkulu.
Penguatan komitmen dengan sinergis dan menyeserasikan Kependudukan
dan Keluarga Berencana dapat dilakukan melalui kajian pada visi dan misi serta
kebijakan masing-masing pemerintah daerah baik tingkat propinsi dan
kabupaten/kota.
2. Kebijakan Pembangunan Pemerintah Daerah A. Kebijakan Propinsi Bengkulu
Kebijakan pembangunan berkelanjutan pemerintah daerah Propinsi
Bengkulu tercermin pada visi pemerintah daerah Propinsi Bengkulu tahun 2011 –
2015 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Bengkulu yang Maju dan Sejahtera”, yang
mengandung makna bahwa masyarakat Bengkulu dalam lima tahun ke depan
harus maju dan sejahtera yang ditandai dengan meningkatnya angka pertumbuhan
ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan angka pendapatan perkapita
serta menurunnya angka kemiskinan dan angka pengangguran.
Dalam mewujudkan visi dari pemerintah daerah Propinsi Bengkulu tahun 2011 –
2015 dijelaskan melalui misi yaitu :
15
1. Mewujudkan perekonomian rakyat yang berdaya saing, dengan menciptakan
iklim investasi dengan cara optimalisasi pengelolaan investasi dalam rangka
mewujudkan struktur perekonomian yang kokoh dengan menjadikan industri
rakyat sebagai motor penggerak dan industri perdagangan dan jasa sebagai
pendukung.
Mewujudkan perekonomian rakyat dengan melakukan revitalisasi pertanian ,
kelautan dan perikanan dengan meningkatkan peranan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dan Koperasi sebagai pelaku ekonomi yang berdaya saing
tinggi
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan sejahtera dengan cara
melakukan optimalisasi peran sumber daya manusia, kelembagaan dan kegiatan
keagamaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan beragama, melakukan
perluasan dan pemerataan akses pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu
dan relevansi pendidikan, melakukan perluasan dan pemerataan akses
kesehatan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan, meningkatkan
kualitas pelayanan kesejahteraan sosial, peran, potensi dan prestasi pemuda
dan olahraga, serta meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan
serta kesejahteraan dan perlindungan anak
3. Mengembangkan sumber daya alam, lingkungan hidup, infrastruktur dasar
dengan meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dengan cara
meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
pengelolaan kawasan rawan bencana, pembangunan, pengembangan dan
pemeliharaan infrastruktur darat, laut dan udara, pembangunan dan
pengembangan infrastruktur dasar penunjang
4. Menyelenggarakan pemerintahan yang profesional dan akuntabel serta
mewujudkan sistem politik, hukum dan keamanan yang mengayomi masyarakat
dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabel, sistem
pemerintahan dan sumber daya aparatur yang profesional, membangun sistem
politik dan kerjasama antar pemerintah daerah sehingga mampu menciptakan
stabilitas dan kemajuan daerah, menegakkan supremasi hukum, dan keamanan
dengan cara meningkatnya kontribusi, kualitas dan kuantitas hasil Penelitian,
16
Teknologi, informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan daerah
Sedangkan kebijakan prioritas dalam RPJMD Propinsi Bengkulu tahun 2011 –
2015 adalah :
a. Sumber daya manusia (pendidikan, kesehatan, pemuda olahraga,
pemberdayaan perempuan-KB)
b. Kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan
c. Revitalisasi pertanian, ketahanan pangan serta pengelolaan sumber daya
perikanan dan kelautan yang berkelanjutan
d. Infrastruktur dasar (bina marga, cipta karya, irigasi, perhubungan,
telekomunikasi dan energi)
e. Sumber daya alam, lingkungan hidup dan penanggulangan bencana
f. Pariwisata, kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi
g. Pemerintahan, hukum dan ketertiban umum
B. Kota Bengkulu
Kebijakan pembangunan berkelanjutan dari pemerintah daerah Kota
Bengkulu tercermin pada visi dari pemerinah daerah yaitu : Menuju Masyarakat Kota
Bengkulu yang Bermartabat dan Makmur” dijabarkan melalui tujuh misi yaitu :
1. Mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam kehidupan antar umat beragama dan berakhlak mulia, toleran hukum dan
damai.
2. Meningkatkan ekonomi berbasis kerakyatan yang bertumpu pada kekuatan lokal,
terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang aktif, produktif mandiri
dan berdaya saing serta berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Beberapa kebijakan dalam pembangunan kelanjutan yaitu mengembangkan
usaha kecil dan menengah (UKM) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing,
pengembangan penelitian dan pengembangan manajemen produksi;
peningkatan kompetensi dan keterampilan tenaga kerja; alih teknologi dan
17
perluasan pasar; meningkatkan Kesejahteraan petani dan nelayan dan ketahanan
pangan dengan cara meningkatkan kualitas SDM petani/nelayan dan
mempertahankan kelestarian lingkungan hidup.
3. Meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelayanan
kesehatan serta menciptakan lapangan pekerjaan demi terwujudnya kehidupan
masyarakat yang makmur.
Kebijakan melakukan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun untuk
mewujudkan pemerataan pendidikan dasar yang bermutu melalui upaya penarikan
kembali siswa putus sekolah dan lulusan SD termasuk SDLB, MI dan Paket A
yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B serta upaya
menurunkan angka putus sekolah harus dioptimalkan dalam menurunkan secara
signifikan jumlah penduduk yang buta aksara serta memperluas dan pemerataan
bagi masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan formal dari berbagai
jenjang dan jenis pendidikan; juga memperluas (diversifikasi) layanan pendidikan
nonformal yang meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.
Menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal yang bermutu dan berdaya
saing serta memilki relevansi dengan dunia kerja; menurunkan kesenjangan
partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat dengan memberikan akses
yang lebih besar kepada kelompok masyarakat miskin.
Mengembangkan kurikulum baik nasional maupun lokal yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni serta
perkembangan global, regional, nasional dan lokal termasuk pengembangan
kinestetika dan integrasi pendidikan kecakapan hidup untuk meningkatkan etos
kerja dan kemampuan kewirausahaan peserta didik; pendidikan kewirausahaan
dan karya alternatif mahasiswa
Menyediakan materi dan peralatan pendidikan (teaching and learning materials)
terkini baik yang berupa materi cetak seperti buku pelajaran maupun yang
18
berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan alam sekitar serta meningkatkan
jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya dengan
mempertimbangkan peningkatan jumlah peserta didik dan ketepatan lokasi
Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan sebagai
ilmu pengetahuan, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar
kompetensi, penunjang administrasi pendidikan, alat bantu manajemen satuan
pendidikan, dan infrastruktur pendidikan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk
dalam pembiayaan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat
serta dalam peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan
Menata sistem pembiayaan pendidikan yang berprinsip adil, efisien, efektif,
transparan dan akuntabel termasuk penerapan pembiayaan pendidikan berbasis
jumlah siswa (student-based financing) dan peningkatan anggaran pendidikan
hingga mencapai 20 persen dari APBD guna melanjutkan usaha-usaha
pemerataan dan penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan dan
sarana-prasarana kesehatan, meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga
kerja, Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan sosial, meningkatkan akses
pelayanan kesehatan.
4. Menegakkan supremasi hukum dan rasa keadilan masyarakat dengan
mengedepankan peran perempuan pada pengambilan kebijakan publik yang
setara, demokratis dalam keragaman dan penegakan hak azazi manusia”.
5. Mewujudkan tata pemerintahan yang bersih, jujur dan berwibawa, dengan
menempatkan aparatur pemerintah secara profesional dan proporsional dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana untuk mendukung
peningkatan kemakmuran masyarakat, dengan meningkatkan, membangun dan
memelihara infrastruktur pelayanan publik; mengembangkan aksesibilitas
pelayanan umum terhadap sentra-sentra kegiatan masyarakat; mewujudkan
19
sistem transportasi untuk menunjang produktivitas dan mobilitas publik;
mengembangkan kemampuan mitigasi terhadap bencana
7. Meningkatkan pembinaan dan pelestarian adat dan budaya daerah dalam
kehidupan sosial yang berkelanjutan, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap
pengaruh globalisasi”
C. Kabupaten Bengkulu Utara
Kebijakan pembangunan berkelanjutan dari pemerintah daerah Kabupaten
Bengkulu Utara tercermin pada visi dari pemerinah daerah yaitu : Terwujudnya
Masyarakat Bengkulu Utara yang Maju dan Bermartabat.
Untuk mewujudkan dari Visi tersebut, maka dilaksanakan melalui kebijakan yang
tercermin pada misi sebagai berikut :
1. Memajukan perekonomian masayarakat berbasis potensi dan sumberdaya
daerah serta pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
2. Membangun dan mengembangkan infrastruktur daerha terpadu..
3. Meningkatkan Daya saing dan pengembangan produk unggulan daerah.
4. Mewujudkan SDM berkualitas melalui akses ketersediaan pendidikan dan
kesehatan yang bermutu.
5. Mewujudkan pelayanan public yang prima, tata kelola pemerintahan yang baik
dan bersih.
6. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur.
7. Memberikan ruang seluas-luasnya bagi perempuan dalam pembangunan.
8. Mendorong berkembangnya masyarakat yang religious, berbudaya dan memiliki
karakter bkooperatif, kolaboratif, produktif dan kompetitif.
Serta dalam PRIORITAS RPJMD TAHUN 2011 – 2016, meliputi :
1. Peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan.
2. Peningkatan kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan.
3. Peningkatan infrastruktur (jalan, jembatan dan irigasi teknis).
4. Peningkatan penanganan lingkungan hidup dan penanggulangan bencana alam.
5. Peningkatan investasi daerah.
20
6. Perwujudan pemerintahan yang baik dan bersih.
D. Kabupaten Kaur
Kebijakan pembangunan berkelanjutan dari pemerintah daerah Kabupaten
Bengkulu Utara tercermin pada visi dari pemerinah daerah yaitu : Kabupaten Kaur
Maju dan Sejahtera berbasiskan keunggulan Sumber Daya Manusia dan Ekonomi
Lokal.
Untuk mewujudkan dari Visi tersebut, maka dilaksanakan melalui kebijakan yang
tercermin pada misi sebagai berikut :
Misi 1, Mewujudkan Pemerataan, Kualitas dan Relevansi Pelayanan Pendidikan.
Dengan cara perbaikan Kualitas Pendidikan dengan Memperbaiki Proses Belajar
Mengajar, peningkatan Iklim Akademik lingkungan dan rumah, perluasan
pemerataan pendidikan di wilayah terisolir, pengembangan sistem guru kunjung,
pengembangan Pendidikan dan Pelatihan kecakapan hidup berbasis sumber daya
lokal. Pelatihan pengolahan hasil pertanian, pemanfaatan sumber daya hutan,
pengolahan hasil laut.
Misi 2, Memperluas dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan, dengan cara
revitalisasi RSUD dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat, peningkatan
Sarana/Prasarana terutama di daerah terpencil, jumlah tenaga medis khususnya
diwilayah terpencil, kuantitas dan kualitas posyandu.
Peningkatan kualitas gizi masyarakat, pengembangan sarana informasi kesehatan
ibu dan anak .
Misi 3, Membangun dan Mengembangkan Infrastruktur Secara Terintegrasi dengan
kebijakan perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan, perbaikan
jalan dan jembatan yang rusak, program jebol Isolasi di daerah terisolir,
pengembangan pembangkit tenaga air listrik dan tenaga surya, sarana PLTS dan
listrk aki.
Perbaikan rumah rakyat yang layak huni dan perbaikan model hunian, pemenuhan
kebutuhan sarana air bersih yang layak konsumsi.
21
Misi 4. Membangun Ekonomi Kerakyatan yang Berbasis Sumber Daya Modal
dengan mengembangkan kerja cerdas melalui Peningkatan Produktivitas Tenaga
Kerja, revitalisasi Pertanian secara umum melalui, peningkatan dan perbaikan jalan
produksi dan pengairan, pengembangan model pertanian rakyat, pemberantasan
hama babi, pemanfaatan sumberdaya lokal untuk peternakan, peningkatan
pemeliharaan, penangkapan dan pengolahan ikan, pengembangan industri berbasis
sumber daya alam, pengembangan industry berbasis sumber daya alam,
pengembangan insdustri kecil dan rumah tangga, pengembangan system keuangan
skala mikro (micro finance).
Misi 5. Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Sistem Pemerintahan yang baik.
Misi 6. Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan.
Pengembangan usaha pengolahan Sumber Daya Alam dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan, pemanfaatan sumberdaya dengan memperhatikan
regerasinya, pemanfaaatan limbah untuk system produksi, pemilihan usaha dengan
memperhatikan siklus kehidupan.
E. Kabupaten Kepahiang
Kebijakan pembangunan berkelanjutan dari pemerintah daerah Kabupaten
Kepahiang tercermin pada visi dari pemerinah daerah yaitu : Kepahiang Kabupaten
Asri Laksana Emas dan Intan. Kabupaten Kepahiang terdepan dalam Industri dan
Pariwisata Berbasis Pertanian dan Sumber Daya Manusia, dengan program Ikan,
Kebun, Tanaman pangan hortikultura dan Ternak, dengan pengembangan SILUNA .
Untuk mewujudkan dari Visi tersebut, maka dilaksanakan melalui kebijakan yang
tercermin pada misi sebagai berikut :
Menerapkan pelaksanaan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa (Good
Governance); dengan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat; pembangunan
ekonomi dengan skala prioritas kesejahteraan masyarakat; membangun prasarana
dan sarana perekonomian daerah; peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) melalui pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan perluasan
kesempatan belajar bagi masyarakat; memanfaatkan Potensi Daerah dan
mengelola potensi Sumber Daya Alam (SDA) secara Optimal dan berkelanjutan;
22
mengembangkan program kependudukansebagai modal utama pembangunan;
meningkatkan pemberdayaan masyarakat (people empowerment)secara
berkeadilan; Membangunkehidupan sosial budaya masyarakat yang berkaulitas;
menyediakan kesempatan kerja dan meningkatkan kualitas kerja.
F. Kabupaten Mukomuko
Kebijakan pembangunan berkelanjutan dari pemerintah daerah Kabupaten
Mukomuko tercermin pada visi dari pemerinah daerah yaitu : “ Terbebasnya
Kabupaten Mukomuko dari ketertinggalan Pada Tahun 2015 Menuju Terwujudnya
Landasan Pembangunan yang Kokoh”. Dalam mewujudkan diarahkan pada 3 hal
pokok yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui pengentasan kemiskinan dan
pemerataan pembangunan.
2. Memajukan kabupaten Mukomuko sehingga bukan lagi merupakan salah satu
daerah tertinggal
3. Mewujudkan kabupaten Mukomuko hijau.
Dalam mendukung keberhasilan di rumuskan melalui misi sebagai berikut :
a) Melanjutkan Pembangunan ekonomi kerakyatan untuk pengentasan kemiskinan
b) Melanjutkan Pembangunan infrastruktur untuk mendukung pembangunan
ekonomi, pembangunan ketahanan pangan, pengembangan industri dan
pariwisata
c) Melanjutkan Pembangunan Sumber Daya Manusia melalui peningkatan kualitas
dan kuantitas pelayanan pendidikan dan IPTEK, kesehatan, Sosial Budaya,
Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olah Raga serta pengelolaan
kependudukan.
d) Melanjutkan pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Alam dan lingkungan
Hidup untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
optimal, dengan tetap mengedepankan azas kelestarian dan berkelanjutan.
e) Memperkuat penegakan hukum dan tata kelola kepemerintahan untuk
mendukung terciptanya pemerintah yang bersih dan berwibawa.
23
G. Kabupaten Seluma
Kebijakan pembangunan berkelanjutan dari pemerintah daerah Kabupaten
Seluma tercermin pada visi dari pemerinah daerah yaitu : “ Terwujudnya
Kabupaten Seluma yang Tertib, Aman, Indah, dan Sejahtera dengan dukungan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berakhlak Mulia melalui Optimalisasi
Pemberdayaan Potensi Daerah “ .
Makna dari visi tersebut, pembangunan di kabupaten Seluma menciptakan kondisi
kabupaten yang tertib dalam penataan ruang dan pengelolaan keuangan daerah,
yang aman, damai dan kondusif serta terciptanya stabilitas daerah yang sehat dan
dinamis, dapat menciptakan pembangunan yang memberi nilai tambah bagi
pembangunan dan hasilnya-hasilnya sehingga meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi, IPM dan pendapatan per kapita serta menurunnya angka kemiskinan
serta pengangguran.
Dalam mewujudkan visi daerah dirumuskan dalam misi pembangunan dan
kebijakan daerah sebagai berikut :
1. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang tertib dan aman
2. Mewujudkan masyarakat yang adil dan demokratis
3. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera
4. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan hidup
yang berkelanjutan
5. Mewujudkan sumber daya manusia dan aparatur pemerintah yang berkualitas
Fokus dari Misi tersebut, dibagi menjadi beberapa urusan pemerintah yaitu :
1. Misi I dibagi atas urusan pengawasan, penataan ruang, kesbang, hukum
2. Misi II dibagi atas urusan politik dalam nenegri, pemberdayaan perempuan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
3. Misi III dibagi atas urusan transmigrasi, pekerjaan umum, kesehatan,
perumahan, perhubungan, sosial, KB dan Keluarga Sejahtera, koperasi dan
UKM, penanaman modal, pertanian, perdagangan, perindustrian, kebudayaan.
4. Misi IV dibagi atas urusan lingkungan hidup, kehutanan, ESDM, pariwisata,
kelautan, perikanan, mitigasi bencana
24
5. Misi V dibagi atas urusan pendidikan, perpustakaan, pemerintah umu,
kepegawaian, kependudukan dan catatan sipil, tenaga kerja, pemuda dan olah
raga, pengelolaan keuangan daerah, perencanaan pembangunan daerah
Uraian dari Visi dan Misi, agar tercapai kabupaten Seluma melaksanakan
pembangunan di kabupaten Seluma yang berorientasi kepada aspek pembinaan
yaitu :
1. Bina Manusia; merupakan pengembangan sumber daya manusia yang maju dan
berkualitas melalui peningkatan derajat kesehatan, mutu pendidikan, dan
peningkatan pengamalan ajaran agama
2. Bina Ekonomi : pengembangan ekonomi kerakyatan bertumpuh pada
pemberdayaan masyarakat melalui sektor yang dapat bersinergi dengan sektor
lain. Mewujudkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat dalam
terpenuhinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan dan lapangan kerja.
a) Bina Lingkungan : Keseimbangan dan pemerataan pembangunan secara
berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan.
b) Bina Aparatur : Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparatur
pemerintah daerah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
menyelenggarakan pemerintah yang demokratis, transparan, akuntabel,
efektif dan efisien
c) Bina Politik dan hukum meningkatkan peran lembaga politik dan masyarakat
dalam proses penetapan kebijakan publik maupun proses pengawasan.
d) Bina sosial budaya dan teknologi, meningkatnya kesadaran masyarakat yang
menjunjung tinggi budaya daerah dan kemampuan apresiasi terhadap nilai
budaya yang berkembang.
25
26
BAB IV ANALISIS KEPENDUDUKAN DAN PENETAPAN PARAMETER
PROPINSI BENGKULU 1. Kondisi Diinginkan
Dalam jangka panjang kondisi kependudukan yang diinginkan adalah
tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Dari kondisi ini
diharapkan bahwa jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan
jumlah kematian sehingga penduduk menjadi stasioner. Untuk mencapai kondisi
penduduk tumbuh seimbang (PTS), diharapkan angka kelahiran total (TFR) akan
menjadi 2,1 per wanita atau Net Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per wanita
pada tahun 2015.
2. Analisa Penduduk Sensus Penduduk Tahun 2010
a. Jumlah Penduduk Provinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun 2010 sebesar
1.715.518 dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,67 persen dengan
kepadatan penduduk 85.
Hasil proyeksi penduduk pada tahun 2010 berdasarkan sensus 2000 sebesar
1.784.500 sehingga penduduk Propinsi Bengkulu hasil Sensus Penduduk tahun
2010 masih rendah dari proyeksi tahun 2010.
Sex ratio sebesar 105 dan dalam 10 tahun median umur penduduk Provinsi
Bengkulu berada pada umur 26 tahun sedangkan pada tahun 2000 median umur
berada pada umur 22 tahun.
b. TFR Propinsi Bengkulu hasil perhitungan sementara oleh Bappenas terhadap
Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 2,50, kondisi lebih tinggi dari proyeksi
TFR sebesar 2,12.
c. NRR Propinsi Bengkulu tahun 2010 dihitung dengan program Spectrum sebesar
1, lebih tinggi dari proyeksi tahun 2010 yaitu sebesar 0,99.
d. CBR Propinsi Bengkulu tahun 2010 dihitung dengan program Spectrum sebesar
19,4 lebih tinggi dari proyeksi sebesar 18,8.
e. Angka harapan hidup 70,7 tahun.
27
f. IMR Propinsi Bengkulu tahun 2010 hasil spectrum sebesar 46,3 lebih tinggi dari
proyeksi sebesar 26,2.
g. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin sangat penting untuk
diketahui keadaan penduduk secara biologis, namun juga kondisi penduduk
secara ekonomi dan social, dengan mengetahui susunan penduduk menurut
umur dan jenis kelamin merupakan pencerminan proses demografi masa
lalunya, tetapi juga menggambarkan perkembangan kependudukan pada masa
yang akan datang melalui proses kelahiran dan kematian.
Piramida Penduduk menggambarkan komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin dari hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 sebagai berikut :
-1 0.3 1
-10 .2 8
-10.15
-9.23
-8.98
-9.22
-8.7 6
-7.5 5
-6.55
-5 .66
-4.59
-3.0 4
-2 .03
-1.36
-1.02
-1 .1 6
10.17
10.11
10.09
9 .35
9 .3 2
9.55
8 .7 2
7.69
6.48
5.46
4 .1 7
2 .66
2.0 1
1 .4 4
1.18
1.53
-15.00 -1 0.00 -5.0 0 0 .00 5.00 10.00 15 .00
0-4
5-9
1 0-1 4
1 5-1 9
2 0-2 4
2 5-2 9
3 0-3 4
3 5-3 9
4 0-4 4
4 5-4 9
5 0-5 4
5 5-5 9
6 0-6 4
6 5-6 9
7 0-7 4
75 +
PIRAMIDA PENDUDUK HASIL SENSUS 2010
Perempuan L aki-Laki
Ditinjau dari segi komposisi umur menurut golongan umur dan kelamin sebagai
berikut :
1. Penduduk golongan umur 0 – 4 tahun sebesar 10,24 persen, dengan rincian
laki-laki sebesar 10,31 persen dan perempuan 10,17 persen. Dari gambar
tersebut menunjukkan bahwa pada lima tahun yang lalu fertilitas di Propinsi
Bengkulu naik kembali hal ini terlihat pada kelompok umur tersebut melebar
28
keluar dan hasil perhitungan sementara perhitungan terhadap TFR naik dari
2,23 SDKI tahun 2007 menjadi 2,5 per wanita hasil sensus penduduk tahun
2010.
2. Penduduk golongan umur 5 – 9 tahun sebesar 10,20 persen dengan rincian
laki-laki 10,28 persen dan perempuan 10,11persen, diasumsikan tingkat
kematian dari balita rendah
3. Penduduk golongan umur 10 – 14 tahun sebesar 10,12 persen dengan
rincian laki-laki sebesar 10,15 persen dan perempuan 10,09
persen.Kelompok umur tersebut dapat diasumsikan sepuluh tahun
mendatang kelompok tersebut akan berumur 20 – 24, dimana perlu
dipersiapkan lapangan pekerjaan dan tingkat kenaikan dari pasangan
keluarga baru, sehingga perlu dipersiapkan KIE pada calon pengantin
4. Kelompok Umur 25 – 29 tahun dipakai sebagai asumsi tingkat fertilitas
dimana pada kelompok tersebut merupakan bentuk pasangan kelompok
keluarga muda. Pada 25 tahun yang lalu di Propinsi Bengkulu fertilitas tinggi
dan diasumsikan fertilitas di Propinsi Bengkulu akan tetap tinggi hal ini terlihat
pada kelompok umur 25 – 29 tahun perempuan lebih tinggi dibandingkan
pada kelompok laki-laki, sehingga untuk mencegah fertilitas tinggi perlu
peningkatan dari Keluarga Berencana.
5. Kelompok umur muda 0 – 14 tahun sebagai kelompok umur tidak produktif di
Propinsi Bengkulu hasil sensus 2010 sebesar 30,56 persen, kelompok umur
kerja 15 – 64 tahun sebesar 65,17 persen dan kelompok umur tua yang tidak
produktif yaitu 65 keatas sebesar 3,93 persen bila dilihat per jenis kelamin
maka penduduk jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 65 keatas
lebih tinggi artinya angka kematian lebih rendah dan derajat kesehatan lebih
tinggi.
6. Rasio ketergantungan hasil sensus penduduk tahun 2010 sebesar 53 per 100
penduduk usia kerja
h. Penyebaran Penduduk menurut Geografis
Penyebaran penduduk per Kabupaten/Kota tidak merata, Kota Bengkulu terbesar
yaitu 308.544 dengan sex ratio 101,33 dan kepadatan pendudukan 2.135 jiwa
29
per km2, disusul Bengkulu Utara sebesar 257.675 dengan sex ratio 105,99 dan
kepadatan penduduk 58 sedangkan terendah kabupaten Lebong sebesar 99.215
dengan sex ratio 104,77 dan kepadatan penduduk 51 dan Kabupaten Bengkulu
Tengah sebesar 98.333 sex ratio 105,83 dan kepadatan penduduk sebesar 87.
HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX KEPADATAN LPP PROYEKSI
RATIO TAHUN 2015
1701 BENGKULU SELATAN 72,078 70,862 142,940 101.72 121 1.20 151,725.00 1702 REJANG LEBONG 125,321 121,466 246,787 103.17 163 0.63 254,659.00 1703 BENGKULU UTARA 132,583 125,092 257,675 105.99 58 2.03 284,913.00 1704 KAUR 55,991 51,908 107,899 107.87 46 1.30 115,097.00
1705 SELUMA 89,354 84,153 173,507 106.18 72 1.24 184,535.00 1706 MUKOMUKO 81,226 74,527 155,753 108.99 39 2.49 176,134.00 1707 LEBONG 50,762 48,453 99,215 104.77 51 1.58 107,305.00 1708 KEPAHIANG 63,996 60,869 124,865 105.14 188 1.10 131,885.00 1709 BENGKULU TENGAH 50,560 47,773 98,333 105.83 87 1.74 107,191.00 1771 BENGKULU 155,288 153,256 308,544 101.33 2,135 2.48 348,749.00
170X BENGKULU 877,159 838,359 1,715,518 104.63 87 1.67 1,862,193.00 .
2. Penetapan Parameter Propinsi Bengkulu ( 2010 2035) dengan TFR 2,10
Dalam rangka mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang pada tahun 2015 dengan
ketentuan tersebut diatas, serta memperhatikan hasil sementara sensus penduduk
tahun 2010 yang tidak menguntungkan, maka perlu ditetapkan parameter penduduk
yang disusun sebagai road map khusus Propinsi Bengkulu dengan skenario TFR
tahun 2015 sebesar 2,1 per wanita dan tahun 2035 sebesar 1,95 per wanita dengan
dibagi menjadi kelompok lima tahunan sebagaimana gambaran dibawah ini.
30
a. Demografi
1. Penduduk
Program Spectrum merupakan salah satu tool atau alat analisis dampak
kependudukan serta perencanaan, dari hasil perhitungan spektrum dengan
skenario TFR pada tahun 2015 sebesar 2,10 dan pada tahun 2035 sebesar
1,95 maka diproyeksikan pada tahun 2015 jumlah penduduk sebesar
1.835.330 dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 936.167 dan penduduk
perempuan 899.163 dan pada tahun 2035 penduduk di Propinsi Bengkulu
sebesar 2.242.193 dengan rincian penduduk laki-laki sebesar 1.131.724 dan
penduduk perempuan sebesar 1.110.469.
Doubling Time Berapa jumlah pendudukl meningkat dua kali lipat dari
keadaan sekarang, apabila pertumbuhan terus berlanjut. Pada tahun 2015
diproyeksi terjadi penduduk meningkat dua kali lipat dari keadaan sekarang
sekitar 12 tahun, pada tahun 2035 sebesar 16 tahun.
Penduduk kelompok umur 0 – 4 tahun pada tahun 2015 sebesar 8,61 persen
dan tahun 2035 turun menjadi 6,9 persen, kelompok umur 15 – 49 pada
tahun 2015 sebesar 56,46 dan pada tahun 2035 turun menjadi 50,67 persen,
penduduk usia kerja 15 – 64 tahun sebesar 67,97 persen dan turun pada
tahun 2035 sebesar 68,65 persen, Wanita Usia Subur 15 – 49 tahun sebesar
56,77 persen dan pada tahun 2035 sebesar 50,2 persen selengkapnya
dalam tabel
2. Fertilitas
Fertilitas dalam pengertian demografi merupakan kemampuan riil seorang
wanita atau sekelompok untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah
bayi yang dilahirkan hidup.
a. Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total yaitu: rata-rata
jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa
31
reproduksinya, jika wanita tersebut mengikuti angka fertilitas pada
tahun yang bersangkutan.
Dengan skenario TFR tahun 2015 sebesar 2,1 per wanita dan tahun 2035
TFR sebesar 1,95 per wanita maka pada tahun 2020 TFR sebesar 2,06,
tahun 2025 TFR sebesar 2,02 dan TFR tahun 2030 sebesar 1,99.
b. Angka Reproduksi Kotor (Gross Reproduction Rate = GRR) adalah jumlah
kelahiran hidup bayi perempuan dari suatu kohor perempuan sepanjang
masa reproduksinya, dengan asumsi tdk ada yg meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya, dengan skenario TFR tahun 2015
sebesar 2,1 per wanita maka GRR tahun 2015 di propinsi Bengkulu
sebesar 1,02 per 1.000 perempuan umur 15 – 49 tahun, dan pada tahun
2035 sebesar 0,95 . per 1.000 perempuan umur 15 – 49 tahun.
c. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR)
Banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahun) dibagi jumlah
penduduk pertengahan tahun pada periode yg sama. CBR tahun 2015
sebesar 17,9 per 1.000 penduduk dan tahun 2020 sebesar 17 per 1.000
penduduk, tahun 2025 sebesar 16,1 per 1.000 penduduk, tahun 2035
sebesar 14,1 per 1.000 penduduk.
3. Mortalitas (Kematian)
Mortalitas adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yg bisa terjadi setiap saat setelah dilahirkan hidup :
a. Angka kematian kasar (Crude Death Rate = CDR) adalah banyaknya
kematian pada suatu periode (tahun) tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun pada periode/tahun yang sama, pada tahun
2015 dengan skenario TFR sebesar 2,10 dan tahun 2035 TFR sebesar
1,95, maka tahun 2015 angka kematian kasar sebesar 5,03 per 1.000
penduduk tahun 2020 sebesar 5,37 tahun 2025 sebesar 5,83 tahun 2025
sebesar 6,46 dan tahun 2035 sebesar 7,22 per 1.000 penduduk
32
b. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate ) adalah : jumlah kematian
bayi berumur dibawah 1 tahun selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.
Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan.
IMR pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 40,8 per 1.000 kelahiran
hidup selanjutnya tahun 2020 sebesar 38,7 per 1,000 kelahiran hidup,
tahun 2025 sebesar 36,2 tahun 2030 sebesar 33,7 dan pada tahun 2035
sebesar 31,2 per 1.000 kelahiran hidup,
c. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi tahun 2015 sebesar 46, tahun 2020 sebesar 43 dan
tahun 2025 sebesar 41, tahun 2030 sebesar 38 dan tahun 2025 sebesar
35.
d. Jumlah Kelahiran dan Kematian
Pada tahun 2015 diproyeksikan kelahiran sebesar 32.769 dan kematian
9.237, tahun 2020 kelahiran sebesar 33.161 dan kematian 10.484 dan
tahun 2035 dengan skenario TFR sebesar 1,95 maka diproyeksikan
kelahiran sebesar 31.551 dan kematian sebesar 16.200
b. Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga
termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik
sehingga dapat mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga berkualitas akan
menghasilkan generasi berikutnya yang berkualitas juga.
Tujuan Keluarga Berencana adalah menurunkan kelahiran disamping program
lain untuk meningkatkan kualitas penduduk seperti; meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, meningkatkan kemudahan dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat, dan meningkatkan gizi dll.
1. Kesertaan ber-KB atau prevalensi kesertaan ber-KB (Contraceptive
Prevalence Rate) yang merupakan persentase Pasangan Usia Subur
33
(PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB pada tahun 2015 sebesar
70,5 persen, selanjutnya tahun 2020 sebesar 71,07 persen, tahun 2025
sebesar 71,65 persen,tahun 2030 sebesar 72,23 persen dan tahun 2035
sebesar 72,81 persen.
2. Wanita Usia Subur pada tahun 2015 dengan TFR skenario 2,10 Wanita
Usia Subur tahun 2015 sebesar 510.451, selanjutnya tahun 2020 sebesar
538.949, tahun 2025 sebesar 557.931 selanjutnya tahun 2030 sebesar
560.817 dan tahun 2035 sebesar 557.409
3. Pasangan Usia Subur pada tahun 2015 dengan TFR sebesar 2,10
Pasangan Usia Subur sebesar 367.525, tahun 2020 sebesar 388.043,
selanjutnya tahun 2025 sebesar 401.710, tahun 2030 sebesar 403.788 dan
tahun 2035 sebesar 401.334.
4. Peserta KB Aktif.
Jumlah peserta KB aktif dengan skenario TFR tahun 2015 sebesar 2,10
maka peserta KB Aktif tahun 2015 sebesar 259.098, tahun 2020 sebesar
275.798 selanjutnya tahun 2025 sebesar 287.831, dan tahun 2030 sebesar
291.657 dan tahun 2035 dengan TFR 1,95 sebesar 292.214.
Secara Mix Kontrasepsi sebagaimana dalam tabel
Peserta KB Aktif
Con Fst Inj IUD Mst Ipl Pill Total
TFR 2,10 2010 5,866 4,888 152,845 5,540 326 17,598 42,366 229,430
2015 6,979 7,851 146,852 9,596 6,398 37,513 43,910 259,098 2020 8,096 8,949 153,127 12,246 7,474 40,012 45,894 275,798 2025 9,139 9,951 156,507 14,883 8,488 41,842 47,021 287,831 2030 9,954 10,698 155,271 17,193 9,292 42,484 46,766 291,657 2035 10,662 11,329 152,271 19,325 9,996 42,649 45,981 292,214
5. Peserta KB Baru
Jumlah peserta KB Baru dengan skenario TFR tahun 2015 sebesar 2,10
maka peserta KB Baru tahun 2015 sebesar 16.484, tahun 2020 sebesar
18.040 selanjutnya tahun 2025 sebesar 19.149, dan tahun 2030 sebesar
19.928 dan tahun 2035 dengan TFR 1,95 sebesar 20.725
34
. Secara Mix Kontrasepsi sebagaimana dalam tabel
Pesera KB Baru
Fst IUD Mst Ipl Total
TFR 2,10 2010 1,080 2,352 1,172 8,788 13,392
2015 1,055 3,267 895 11,267 16,484 2020 1,156 4,031 1,000 11,853 18,040 2025 1,214 4,731 1,069 12,136 19,149 2030 1,263 5,347 1,128 12,190 19,928 2035 1,329 5,962 1,203 12,232 20,725
6. Biaya untuk KB
Biaya untuk pelayanan kontrasepsi di Propinsi Bengkulu dengan skenario
TFR tahun 2015 sebesar 2,10 dan tahun 2035 TFR sebesar 1,95 maka
dibutuhkan biaya pada tahun 2015 sebesar Rp. 7.298.323.792 dengan
biaya terbesar suntik sebesar 3.328.684.032,- kondom Rp. 111.020.656.
Pada tahun 2020 sebesar 9.520.888.224, dimana suntik sebesar Rp.
4.120.246.784, tahun 2025 sebesar Rp, 11.704.777.312, tahun 2030
sebesar Rp. 13.749.254.432 dan tahun 2035 sebesar Rp. 15.830.185.472.
c. Sosial, Ekonomi, Pertanian
1. Tenaga Kerja
Dengan skenario penduduk tahun 2015 sebesar 1.835.330 dengan TFR
2,10, diproyeksi penduduk usia kerja tahun 2015 sebesar 959.635 dan
dibutuhkan lahan kerja sebesar 20.226 dan tanggungan anak 507.316, pada
tahun 2020 jumlah angkatan kerja sebesar 1.055.978, dibutuhkan lapangan
kerja sebesar 17.215 dan tanggungan anak 490.129, pada tahun 2025 usia
angkatan kerja sebesar 1.135.604 dibutuhkan lapangan kerja sebesar
11.806, tanggungan anak 474.164, pada tahun 2030 jumlah tenaga kerja
sebesar 1.189.342, dibutuhkan lowongan kerja 9.461 dan tanggungan anak
35
sebesar 474.581, tahun 2035 usia angkatan kerja 1.233.256 dengan
dibutuhkan lowongan kerja 7.539 dengan tanggungan anak sebesar
470.781.
2. Pendidikan
a. Anak Usia SD
Dari proyeksi penduduk propinsi Bengkulu tahun 2015 sebesar
1.835.330 pada maka jumlah siswa tingkat SD sebesar 231.182, dan
dibutuhkan guru sebesar 14.449, dan kebutuhan sekolah untuk SD
sebesar 6.880, dan diproyeksikan kebutuhan biaya sebesar Rp.
104.031.887.360 pada tahun 2020 siswa sekolah SD diproyeksikan
214.713, kebutuhan guru 13.420 dan kebutuhan gedung sekolah
sebesar 6.668 serta kebutuhan biaya Rp. 104.672.468.992, selanjutnya
tahun 2025 anak siswa SD diproyeksikan 198.086, kebutuhan guru SD
sebesar 12.380 dan kebutuhan sekolah SD 6.431 sedangkan proyeksi
dana dikeluarkan pemerintah sebesar 103.994.908.672, pada tahun
2030 anak siswa SD diproyeksikan sebesar 194.830, kebutuhan guru
sebesar 12.177 dan kebutuhan sekolah sebesar 6.627 dan biaya
sebesar 109.591.945.216, untuk tahun 2035 anak siswa SD sebesar
189.850, kebutuhan guru SD 11.866 dan kebutuhan sekolah SD sebesar
6.780 serta kebutuhan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
pemerintah sebesar 113.910.087.680.
b. Anak Usia SLTP
Dari proyeksi penduduk propinsi Bengkulu tahun 2015 sebesar
1.835.330 pada maka jumlah siswa tingkat SLTP sebesar 89.286, dan
dibutuhkan guru sebesar 8.117, dan kebutuhan sekolah untuk SLTP
sebesar 2.537, dan diproyeksikan kebutuhan biaya sebesar
Rp.58.035.777.536 pada tahun 2020 siswa sekolah SLTP
diproyeksikan 93.033, kebutuhan guru 8.458 dan kebutuhan gedung
36
sekolah sebesar 2.704 serta kebutuhan biaya Rp. 62.797.271.040,
selanjutnya tahun 2025 anak siswa SLTP diproyeksikan 90.631,
kebutuhan guru SLTP sebesar 8.239 dan kebutuhan sekolah SLTP
2.697 sedangkan proyeksi dana dikeluarkan pemerintah sebesar Rp.
63.442.010.112, pada tahun 2030 anak siswa SLTP diproyeksikan
sebesar 90.419, kebutuhan guru sebesar 8.220 dan kebutuhan sekolah
sebesar 2.757 dan biaya sebesar Rp. 65.553.637.376, untuk tahun
2035 anak siswa SLTP sebesar 94.980, kebutuhan guru SLTP 8.635
dan kebutuhan sekolah SLTP sebesar 2.968 serta kebutuhan biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan pemerintah sebesar
71.235.231.744.
3. Kesehatan
Dengan skenario TFR sebesar 2,10 pada tahun 2015, menjadikan penduduk
sehat di Propinsi Bengkulu pada tahun 2015 dibutuhkan 797 dokter, 4.543
perawat, 1.134 Puskesmas, 16 Rumah Sakit, dan biaya di bidang kesehatan
sebesar Rp. 1.983.737.888.768, pada tahun 2020 dibutuhkan 962 dokter,
5.483 perawat, 1.368 Puskesmas, 19 Rumah Sakit, dan biaya di bidang
kesehatan sebesar Rp. 2.108.410.882.656, pada tahun 2025 dibutuhkan
1.176 dokter, 6.698 perawat, 1.672 Puskesmas, 23 Rumah Sakit, dan biaya
di bidang kesehatan sebesar Rp. 2.226.161.713.152, pada tahun 2030
dibutuhkan 1.461 dokter, 8.324 perawat, 2.078 Puskesmas, 28 Rumah Sakit,
dan biaya di bidang kesehatan sebesar Rp. 2.332.845.932.544, pada tahun
2035 dibutuhkan 1.865 dokter, 10.627 perawat, 2.653 Puskesmas, 36
Rumah Sakit, dan biaya di bidang kesehatan sebesar Rp.
2.423.501.357.056.
4. Pertanian
Kondisi penduduk dengan TFR 2,10 pada tahun 2015, maka akan
memberikan dampak pada bidang pertanian menyangkut luas pertanian,
konsumsi dan produksi pertanian sebagai berikut pada tahun 2015.
37
Pada tahun 2015 lahan subur sebesar 57.210 ha, konsumsi 71.578 dengan
produksi sebesar 50.265 ton, pada tahun 2020 luas subur 54.276, konsumsi
76.076 ton dengan produksi 65.918, pada tahun 2025 lahan subur pertanian
sebesar 51.830, konsumsi 80.325 dengan produksi pertanian 87.508, pada
tahun 2030 luas lahan di Propinsi Bengkulu sebesar 49.865, dengan
kebutuhan konsumsi 84.174 dan produksinya sebesar 117.603, pada tahun
2035 lahan subur seluas 48.390, dengan kebutuhan konsumsi sebesar
87.446 dan produksi sebesar 159.965.
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penduduk Propinsi Bengkulu hasil sementara sensus penduduk tahun 2010
diproyeksikan mengalami permasalahan dengan hasil sementara TFR
diproyeksikan 2,5 naik dari 2,23 SDKI 2007.
Untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang tahun 2015 dengan TFR 2,1
perlu ditingkatkan pelayanan KB. Bila TFR tahun 2015 sebesar 2,5 rata-rata
anak yang dilahirkan oleh wanita sampai masa reproduksi maka akan
menimbulkan permasalahan kependudukan.
2. Penyebaran penduduk di Propinsi Bengkulu per Kabupaten/Kota kurang
menguntungkan dimana Kota Bengkulu kepadatan dan Laju Pertumbuhan
Penduduk tertinggi
3. Kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah baik tingkat Propinsi Bengkulu
maupun Kabupaten/Kota telah memenuhi dari kebijakan pembangunan
berwawasan kependudukan dimana ada keseimbangan Sumber Daya Alam
dengan Sumber Daya Manusia dan tujuan dari pembangunan pemerintah
daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota dalam rangka mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan penduduk.
B. Saran
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana dapat disinergiskan dan
diserasikan dengan kebijakan pemerintah daerah baik propinsi maupun
kabupaten/kota yaitu :
1. Pendidikan; dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia yang unggul
dan sejahtera melalui pendidikan berwawasan kependudukan pada formal,
informal dan non formal serta pendidikan lainnya dalam rangka meiningkatkan
39
kesehatan reproduksi dan kegiatan lainnya terutama mendukung kebijakan yang
ada relevansi tenaga mutu tenaga kerja dan ekonomi kerakyatan dengan
sasaran kelompok masyarakat miskin.
Pendidikan kependudukan juga dilakukan dalam rangka meningkat Pendewaaan
Usia Kawin, Kesehatan Reproduksi Remaja, Ketahanan Keluarga melalui
kelompok Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia,
serta pendidikan kepada masyarakat tentang Kesehatan Reproduksi terutama
pengendalian penduduk.
b. Kesehatan; mendukung kebijakan pembangunan pemerintah daerah melalui
peningkatan akses pelayanan kesehatan melalui pelayanan KB terutama pada
keluarga miskin dan terpencil, peningkatan mutu pelayanan KB dengan
memenuhi kebutuhan sarana alat kontrasepsi, serta peningkatan mutu tenaga
medis melalui pelatihan bagi tenaga medis serta melalui KIE kepada Pasangan
Usia Subur.
c. Meningkatkan ekonomi berbasis kerakyatan bertumpuh kekuatan lokal, terutama
pengusaha kecil, menengah, produktif mandiri dan berdaya saing serta
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan, melalui kelompok Asosiasi
Kelompok UPPKS (AKU) atau kelompok UPPKS dan pemberian skim kredit
lunak dengan mitra kerja.
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana mendukung
peningkatan kesehatan dan kemakmuran masyarakat dengan membangun dan
memelihara infrastruktur pelayanan publik, mengembangkan aksesibilitas
pelayanan umum terhadap sentra kegiatan masyarakat meliputi melengkapi
sarana pelayanan KB baik di Rumah Sakit dan Puskesmas, sarana kegiatan di
Kelompok Ketahanan Keluarga, Kelompok KB Pria dan kelompok..