prof

52
Tugas Evaluasi Kinerja Program Puskesmas Pembimbing: Prof.Dr.dr.Charles Surjadi, MPH, PhD

Upload: guadelupe-maria-melisa-wiriadinata

Post on 23-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Prof

Tugas Evaluasi Kinerja Program Puskesmas

Pembimbing: Prof.Dr.dr.Charles Surjadi, MPH, PhD

Page 2: Prof

BAB IIIANALISA SITUASI

Page 3: Prof

3.1 Data umum dan data khusus3.1.1 Data umum3.1.2 Data khusus

3.1 Data3.1.1 Data umum3.1.2 Data khusus

Page 4: Prof

• Data umum– Data kependudukan– Jumlah kelahiran– Tingkat pendidikan– Akses dan transportasi

Page 5: Prof

Data umum

1. Data geografis– Alamat Puskesmas– Luas wilayah– Batas-batas (U, S, B, T)– Kondisi geografis

• topologi:=...m di atas permukaan laut• Geologi• Suhu rata-rata• Lokasi dan transportasi Puskesmas

2. Data demografis– Jumlah penduduk– Jumlah RW– Jumlah balita– Jumlah kader aktif– Jumlah RW siaga– Jumlah Posyandu– Distribusi penduduk

Page 6: Prof

Data khusus

• Angka kematian Ibu dan Bayi• Fasilitas Kesehatan KIA di Kelurahan Sunter

Agung I• Posyandu• RW Siaga• Fasilitas Kesehatan Puskesmas Kelurahan

Sunter Agung I• Pengguna Jampersal

Page 7: Prof

Data khusus

• Jumalh kunjungan Ibu hamil bulan...-...• Jumlah imunisasi TT1 dan TT2 Bumil• Pemberian tablet besi pada Bumil• Jumlah deteksi ibu berisiko tinggi• Jumlah ibu dengan Hb<11 g%

Page 8: Prof

Data Primer

Page 9: Prof

Didapat dari koordinator Program ANC Puskesmas Kelurahan Sunter Agung I (Bidan Evyliana Tarigan)

Metode: wawancara dan observasi

Page 10: Prof

1. Jenis-jenis kegiatan ANC di Puskesmas Sunter Agung

• Pembinaan dan pelatihan kader ANC• Upaya pengadaan media promosi kesehatan

ANC melalui pembagian tugas kepada petugas puskesmas yang bertanggung jawab dalam pengadaan promosi kesehatan.

Page 11: Prof

1. Jenis-jenis kegiatan ANC di Puskesmas Sunter Agung (2)

• Sosialisasi program JAMPERSAL (ANC, persalinan, pelayanan nifas, KB gratis) dan pembentukkan kelas ibu hamil di posyandu

• Upaya kerjasama dengan RW Siaga dalam meningkatkan pelaksanaan program GSI (Gerakan Sayang Ibu) melalui pendataan ibu hamil dan kunjungan antenatal, pelaporan RESTI, pemanfaatan tabulin, ambulan ibu hamil

Page 12: Prof

2. Jumlah Penyuluhan

• Penyuluhan secara perorangan ibu hamil saat periksa kandungan.

• Penyuluhan kelas ibu hamil tidak selalu dilakukan secara rutin dan topiknya pun tidak selalu mengenai ANC. Dan tidak berjalan apabila bidan Evy sedang berhalangan mengunjungi posyandu.

Page 13: Prof

3. Proses Pelaksanaan ANC

• Kader melakukan penyuluhan pada kelas ibu hamil namun tidak rutin

• Bidan bertugas melakukan pelayanan antenatal, namun jarang dibantu oleh perawat.

Page 14: Prof

4. Pencatatan dan Pelaporan

• Terdapat evaluasi dan rapat setiap 2 bulan sekali membahas kegiatan penyuluhan yang telah berlangsung.

• Terdapat evaluasi dan laporan mengenai kegiatan posyandu setiap bulan dan kelas ibu hamil tiap 2 bulan.

• Terdapat pencatatan bumil pada register kohort ibu, KMS bumil dan buku laporan harian

• Terdapat laporan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan perawatan antenatal

Page 15: Prof

5. Kendala Pelaksanaan

• Kader kurang aktif dan belum dapat bekerja secara mandiri dan masih perlu bimbingan petugas puskesmas agar kegiatan berjalan lancar.

• Tidak semua puskes kelurahan kec. Tanjung priuk memiliki perencanaan dan melaksanakan kegiatan ini.

Page 16: Prof

Didapat dari Kartu Status Ibu Hamil di Puskesmas Kelurahan Sunter Agung I dengan usia kehamilan ≥ 9 bulan, yakni Kartu Ibu Hamil, Lahir, dan Nifas (F-KIA-001) periode Maret 2012 hingga Februari 2013

Metode: Pencatatan

Page 17: Prof

Kegiatan Jumlah Bumil Target

K-1 44 95%

K-4 30 90%

Fe-1 44 95%

Fe-3 36 90%

TT1 44 95%

TT2 38 90%

Resti Nakes 6 10%

Resti Non Nakes 0 5%

1. Jumlah bumil dengan usia kehamilan ≥ 9 bulan yang mengalami anemia= 7 orang2. Data kematian ibu maternal= nol3. Data kematian bayi baru lahir= nol4. Data kejadian penyakit tetanus neonatorum= nol

Page 18: Prof

DATA SEKUNDER

Page 19: Prof

LAPORAN REKAPITULASI PELAYANAN KIA PUSKES KELURAHAN SUNTER AGUNG I

METODE: PENCATATAN

Page 20: Prof

Jumlah Kematian Bayi Akibat Tetanus Neonatorum

• Tidak ada data yang pasti, yang disajikan hanya data kematian bayi baru lahir yang hasilnya nol, dan data kejadian penyakit tetanus neonatorum yang hasilnya nol.

Page 21: Prof

LAPORAN TAHUNAN PUSKES KELURAHAN SUNTER AGUNG I TAHUN 2012

METODE: PENCATATAN

Page 22: Prof

1. Data Geografis

• Akses dan transportasi untuk menjangkau Puskes Kelurahan Sunter Agung I sangat mudah dan bervariasi.

• Puskes dapat dilalui sepeda motor, becak, bajaj, dan mobil.

• Puskesmas terletak di dalam gang dengan jarak ± 200 m dari jalan utama.

Page 23: Prof

Sarana Kesehatan KIA di wilayah kerja Puskes Kelurahan

• Rumah sakit (1)• Rumah bersalin swasta (0)• Bidan praktek swasta (2)• Praktek dokter umum (2)• Puskesmas (1)• Balai pengobatan (0)• Klinik 24 jam (0)• Posyandu (20)• Dukun beranak (0)• RW Siaga (4)

Page 24: Prof

REKAPITULASI HASIL PENDATAAN KELUARGA TINGKAT KELURAHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN SUNTER AGUNG I TAHUN 2012

METODE: PENCATATAN

Page 25: Prof

Data demmografi

• Angka kelahiran berdasarkan profil kesehatan kelurahan Sunter Agung I 2012, jumlah kelahiran sebesar 338 jiwa.

Page 26: Prof

KESIMPULAN

• Data Primer dan Sekunder sudah cukup lengkap dan jelas disajikan dalam laporan ini.

Page 27: Prof

Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target.

G = E – ORumus :

G : GapE : Expected (target yang ingin dicapai)O : Outcome (data yang didapat dari lapangan)

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 yang rendahE = 90% O = 68,18%G = 21,82% sehingga diberi skor 1

Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe3 masih rendahE = 90% O = 81,90%G = 8,10% sehingga diberi skor 1

Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 masih rendahE = 90% O = 86,36%G = 3,64% sehingga diberi skor 1

Persentase Drop out TT1 dan TT2 yang masih tinggiE = <10% O = 13,63%G = 3,63% sehingga diberi skor 1

Cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendahE = 5% O = 0%G = 5% sehingga diberi skor 1

Page 28: Prof

Prioritas masalah

Page 29: Prof

Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan

Page 30: Prof

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 yang rendah : skor 5

K-4 merupakan kunjungan minimal empat kali dalam pelayanan antenatal yang dinilai penting bagi ibu hamil. • Deteksi dini faktor resiko tinggi pada ibu hamil

dapat segera dikenali• Ibu mendapat pelayanan imunisasi TT dan

pemberian Fe sesuai jadwal yang ditetapkan.• Bila kunjungan tidak dilakukan rutin angka

kesakitan dan kematian ibu dan neonatus akan meningkat.

Page 31: Prof

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 yang rendah : skor 5

K-4 merupakan kunjungan minimal empat kali dalam pelayanan antenatal yang dinilai penting bagi ibu hamil. • menggambarkan cakupan pelayanan antenatal secara lengkap

yang memenuhi standar pelayanan dan waktu kunjungan yang ditetapkan serta dapat menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah.

• K-4 juga dinilai memegang peranan yang penting dalam usaha menurunkan AKI, sebab dengan K-4 telah dilakukan pemantauan kondisi ibu hamil selama periode kehamilannya hingga persiapan ibu jika akan melahirkan nantinya.

• Terlaksananya K-4 diharapkan faktor resiko tinggi pada ibu hamil dapat segera dikenali, diberi pencegahan dan penanganan lebih dini terutama berhubungan dengan rencana melahirkan nantinya ataupun kehamilan yang akan datang sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil dan terutama menurunkan AKI.

Page 32: Prof

Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe3 masih rendah : skor 4

• Pemberian tablet besi erat kaitannya dalam mengurangi kejadian anemia yang lebih berat pada ibu hamil.

• Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat membahayakan ibu dan janin, bila anemia yang terjadi berat dengan kadar hemoglobin kurang dari 8 g% dapat terjadi payah jantung, resiko keguguran dan resiko kelahiran bayi sebelum waktunya, serta memungkinkan terjadinya perdarahan yang lebih banyak sewaktu melahirkan dan mengancam jiwa ibu.

• Pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lebih beresiko lahir dengan berat lahir rendah dan perkembangan otak yang mungkin dapat terganggu.

• Namun untuk mencegah agar anemia yang lebih berat tidak terjadi, tidak harus dengan mengkonsumsi suplemen tablet besi saja, sebab selain tablet besi masih ada sumber makanan yang juga mengandung zat besi diantaranya adalah sayur-sayuran dan hati ayam.

Page 33: Prof

Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 masih rendah : skor 4

• Pemberian imunisasi TT merupakan upaya untuk mengeliminasi tetanus neonatal dan maternal dimana insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari 1 tetanus neonatorum (TN) dalam 1.000 kelahiran hidup.

• Dengan pemberian imunisasi TT sebanyak tiga dosis kepada semua WUS (wanita usia subur) termasuk wanita hamil akan diperoleh kekebalan terhadap tetanus kurang lebih selama 10 tahun.

• Namun jika ibu tidak mendapatkan imunisasi TT2 sewaktu hamil tetapi mendapatkan imunisasi TT1 dan TT calon pengantin sebelum menikah di Kantor Urusan Agama (KUA), sebenarnya telah terbentuk kekebalan terhadap tetanus ini hanya saja masih kurang optimal.

• Meskipun imunisasinya tidak lengkap, masih ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum yakni mendapatkan persalinan yang bersih dan aman dibantu oleh tenaga kesehatan yang terampil.

Page 34: Prof

Persentase Drop out TT1 dan TT2 yang masih tinggi : skor4

• Pemberian Imunisasi TT WUS yang didapat sesuai jadwal interval yang telah ditetapkan yakni sebanyak lima kali suntikan tetanus toksoid untuk menimbulkan kekebalan yang optimal dalam pencegahan tetanus neonatorum.

• Dengan mendapatkan imunisasi TT lengkap, maka angka kematian bayi akibat tetanus juga dapat ditekan. Namun seperti telah dijelaskan sebelumnya, tetanus neonatorum dapat pula dicegah dengan cara persalinan yang bersih dan aman.

Page 35: Prof

Cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah : skor 3

• Deteksi ibu hamil dengan resiko tinggi secara dini oleh masyarakat dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut sehingga dapat mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat proses reproduksi (kehamilan, persalinan, masa nifas). Dengan deteksi dini maka dapat segera diambil keputusan untuk tindakan selanjutnya termasuk rujukan.

• Deteksi yang dilakukan masyarakat adalah ibu hamil dengan faktor resiko dan butuh waktu yang cukup lama untuk diobservasi/diintervensi serta memerlukan waktu lama untuk terjadinya komplikasi bahkan sampai kematian. Apabila ibu hamil rutin memeriksakan kandungannya maka kejadian yang tidak diinginkan dapat diantisipasi dan jumlah ibu yang meninggal akibat proses reproduksi akan berkurang.

Page 36: Prof

Sumber daya yang tersedia

Page 37: Prof

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 yang rendah : skor 4

• Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 rendah karena ibu hamil tidak datang untuk memeriksakan kehamilannya. Hal ini umumnya disebabkan karena kurangnya informasi dimana ibu hamil tersebut tidak mengetahui manfaat dan pentingnya pemeriksaan antenatal serta akibat yang dapat terjadi jika mereka tidak memeriksakan kehamilannya terutama bagi ibu hamil yang memiliki resiko tinggi sehingga pada pelaksanaannya mereka sering tidak rutin datang untuk memeriksakan kehamilannya.

• Dengan promosi yang baik termasuk penyuluhan perorangan pada ibu hamil yang berkunjung oleh tenaga kesehatan yang terampil dan partisipasi aktif dari ibu hamil itu sendiri dalam mendukung kehamilan yang sehat dengan rutin periksa sesuai jadwal yang ditetapkan selama kehamilan, maka rendahnya cakupan K-4 dinilai dapat ditanggulangi.

• Namun faktor tingginya perpindahan penduduk yang terjadi di wilayah ini merupakan salah satu hambatan dari efektifitas promosi kesehatan

Page 38: Prof

Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe3 masih rendah : skor 4

• Masih rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe3 ini berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai manfaat dan pentingnya melakukan kunjungan antenatal yang rutin sesuai jadwal ditetapkan, sehingga sering ibu hamil tidak kembali lagi datang untuk memeriksakan kehamilannya dan tidak mendapat tablet besi sesuai ketentuan sejumlah 90 tablet selama kehamilannya. Selain itu, adanya efek samping dari konsumsi tablet besi yang membuat ibu hamil merasa mual juga harus mendapat perhatian dengan memberikan informasi mengenai manfaat, akibat dan efek samping sebelum ibu hamil mengkonsumsi tablet besi.

• Tenaga kesehatan dapat memberi penjelasan mengenai efek samping yang timbul karena pemberian tablet Fe, hal ini diharapkan dapat mengurangi rasa keenggangan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe.

• Hal ini dapat ditanggulangi dengan kerjasama dari ibu hamil dan bidan. Dimana bidan harus memiliki keterampilan dalam memberikan informasi mengenai pentingnya konsumsi tablet besi sehingga ibu termotivasi untuk rutin mengkonsumsi tablet besi dan datang untuk memeriksakan kehamilannya dan juga motivasi serta partisipasi aktif dari ibu hamil. Bidan juga harus menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu hamil, tidak hanya dapat diperoleh dari suplemen tablet besi saja, melainkan juga dari sumber makanan berupa sayur-sayuran dan hati ayam untuk mencegah akibat apabila terjadi kekurangan zat besi yaitu anemia.

Page 39: Prof

Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 masih rendah : skor 4

• Cakupan bumil yang diimunisasi TT2 masih rendah disebabkan oleh karena kurangnya kesadaran dan informasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal rutin dan pentingnya mendapatkan imunisasi TT secara lengkap.

• Kebanyakan ibu hamil masih belum mengetahui manfaat dan dampak yang timbul bila tidak diimunisasi, sehingga motivasi ibu hamil untuk datang memeriksakan diri dan mendapat imunisasi menjadi rendah.

• Masalah ini dapat ditanggulangi dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan ataupun kader aktif, yang dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok.

Page 40: Prof

Persentase Drop out rate TT1 dan TT2 yang masih tinggi : skor 4

• Persentase drop out rate TT1 dan TT2 yang masih tinggi biasanya terjadi karena ibu hamil tidak tahu mengenai imunisasi TT ini, bahwa imunisasi TT ini tidak hanya diberikan sekali saja, melainkan harus dua kali selama periode kehamilannya untuk mendapatkan kekebalan yang lebih optimal.

• Oleh sebab itu diperlukan penyuluhan mengenai imunisasi TT ini kepada ibu hamil.

Page 41: Prof

Cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah : skor 3

• Cakupan deteksi ibu hamil dengan resiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah disebabkan oleh karena kurangnya motivasi untuk berpartisipasi aktif serta minimnya informasi mengenai faktor resiko tinggi pada kehamilan dan cara mengenalinya.

• Masalah ini dapat ditanggulangi dengan melakukan pelatihan bagi masyarakat dan penyuluhan mengenai faktor resiko tinggi pada ibu hamil. Upaya penanggulangan ini dapat dilakukan oleh dokter atau bidan dengan cara memberikan informasi dan pelatihan kepada kader sehingga kader mengerti, memahami dan dapat menjelaskannya kepada masyarakat luas sehingga diharapkan masyarakat luas menjadi lebih tahu dan tanggap dalam mengenali adanya faktor resiko tinggi pada ibu hamil.

• Akan tetapi, status sosial ekonomi dan pendidikan pada masyarakat dapat mempengaruhi daya tangkap masyarakat terhadap isi penyuluhan.

• Seringkali deteksi resiko tinggi tidak dapat dilakukan karena masalah keterampilan dan ketersediaan alat medis, misalnya hipertensi perlu dideteksi menggunakan tensimeter dan diperlukan pula stetoskop, pemeriksaan gemeli, sungsang, anemia, dan penyakit kronis lain seperti diabetes.

Page 42: Prof

Keuntungan sosial yang diperoleh.

Page 43: Prof

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 yang rendah : skor 4

• Dengan kunjungan antenatal yang rutin dan sesuai jadwal yang ditentukan dengan minimal kunjungan K4, ibu hamil memperoleh banyak keuntungan, diantaranya kehamilan yang sehat dimana ibu dapat mengikuti dan mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin termasuk informasi mengenai cara mengenali secara dini resiko tinggi dalam kehamilan yang memerlukan penanganan segera ke fasilitas kesehatan, memperoleh tablet besi penambah darah dan suntikan imunisasi tetanus serta obat-obatan lain yang diperlukan, informasi mengenai cara perawatan diri selama hamil, kebutuhan makanan, tanda bahaya dan persiapan persalinan nantinya.

• Namun beberapa ibu hamil juga merasa malas untuk memeriksakan kehamilannya pada saat K4 karena ketika usia kehamilan sudah mencapai trimester 3, mereka mulai merasa perlu lebih banyak istirahat di rumah ataupun pulang ke kampung halamannya sehingga dapat diurus oleh keluarganya.

Page 44: Prof

Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet besi Fe3 masih rendah : skor 2

• Jumlah konsumsi tablet besi sesuai yang ditetapkan adalah sebanyak 90 tablet selama periode kehamilan. Tablet besi tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada setiap ibu hamil yang datang untuk memeriksakan dirinya saat kunjungan antenatal, namun kadang ibu hamil enggan mengkonsumsi tablet besi secara rutin karena efek samping yang ditimbulkan berupa rasa mual dan konstipasi.

Page 45: Prof

Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 masih rendah : skor 3

• Pemberian imunisasi TT lengkap pada WUS, termasuk imunisasi TT2 pada ibu hamil bermanfaat dalam mendapatkan kekebalan tubuh yang optimal dan menurunkan kejadian penyakit tetanus maternal dan neonatal sehingga diharapkan meningkatkan keberhasilan dalam eliminasi tetanus neonatorum. Namun menurut masyarakat luas dengan informasi yang sedikit mengenai imunisasi TT ini, imunisasi TT2 dianggap memiliki efek yang sama dengan TT1 sehingga bila sudah mendapatkan imunisasi TT1 dirasakan sudah cukup, tidak perlu ditambah TT2 atau TT ulang lagi.

Page 46: Prof

Persentase Drop out rate TT1 dan TT2 yang masih tinggi : skor 3

• Persentase drop out rate TT1 dan TT2 ini berhubungan juga dengan imunisasi TT2 yang diperoleh ibu hamil, sebab imunisasi TT2 hanya dianggap masyarakat sebagai pelengkap , ibu hamil menganggap sudah cukup apabila diberikan satu kali suntikan TT1 saja sehingga tidak terlalu menarik perhatian masyarakat. Dalam mencegah kejadian tetanus neonatorum selain dengan imunisasi TT juga dengan persalinan yang bersih dan aman.

Page 47: Prof

Cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat masih sangat rendah : skor 3

• Keuntungan sosial yang didapatkan dari deteksi dini ibu hamil dengan resiko tinggi oleh non-tenaga kesehatan adalah dapat mengenali secara dini tanda–tanda resiko tinggi pada kehamilan tanpa ibu hamil tersebut mengeluarkan biaya. Kemudian jika ditangani secara dini, maka dapat mencegah terjadinya komplikasi maupun kematian pada bumil.

• Penanganan masalah ini jelas memberi keuntungan bagi bumil, dan selanjutnya berkontribusi terhadap penurunan AKI dan AKB, Namun hal ini butuh waktu dan kesediaan masyarakat dan kader untuk ikut dalam penyelesaian masalah.

• Namun beberapa ibu hamil menganggap apabila sudah ada keluhan maka ibu tersebut akan langsung memeriksakannya ke tenaga kesehatan karena lebih hemat waktudan terpercaya.

Page 48: Prof

Tabel prioritas masalah

Page 49: Prof
Page 50: Prof
Page 51: Prof
Page 52: Prof

Terima kasih