produksi protein dan antosianin pucuk kolesom … · melalui teknik budidaya pertanian harus...

183
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN+KALIUM DAN INTERVAL PANEN HILDA SUSANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: lykhue

Post on 19-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN

PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)

DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN+KALIUM DAN

INTERVAL PANEN

HILDA SUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 3: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Produksi Protein dan

Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild) dengan

Pemupukan Nitrogen+Kalium dan Interval Panen adalah karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

Hilda Susanti

A262080011

Page 4: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 5: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

ABSTRACT

HILDA SUSANTI. Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) with Nitrogen+Potassium Application and

Harvest Interval. Under direction of SANDRA ARIFIN AZIZ, MAYA MELATI,

and SLAMET SUSANTO.

The research was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia

from November 2009 until December 2010 to increase waterleaf shoot protein

and anthocyanin production with nitrogen+potassium application and harvest

interval. The research consisted of 4 experiments. The first experiment was

conducted from November 2009 until Februari 2010 to study the effect of

different levels of nitrogen+potassium and harvest interval on waterleaf shoot

protein and anthocyanin production. The result showed that combination of 100

kg urea/ha + 100 kg KCl/ha and 15 days harvest interval gave the highest protein

production (4.72 g/plant). The highest anthocyanin production was resulted by

treatments of 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (152.23 µmol/plant) and 10 days

harvest interval (165.27µmol/plant), but it was not influenced by interaction

between level of N+K fertilizer and harvest interval. The second experiment was

conducted from April until July 2010 to study the effect of different harvest

intervals and splitting application of nitrogen+potassium on waterleaf shoot

protein and anthocyanin production. The result showed that combination of 15

days harvest interval and three times fertilization with total dosages of 150 kg

urea+ 150 kg KCl/ha produced the highest protein production (13.90 g/plant) and

anthocyanin (250.61 µmol/plant) of marketable shoots. The third experiment was

conducted from April until July 2010 to study the effect of foliar application of

nitrogen+potassium and harvest interval on waterleaf shoot. The result showed

that 4 times of foliar application and 100 kg urea + 100 kg KCl/ha of basal

fertilizer produced the highest shoot protein (5.69 g/plant) and anthocyanin

production (109.44 µmol/plant) on the waterleaf which harvested every 15 days

interval. The fourth experiment was conducted from October until December

2010 to study the effect of soil and foliar applications of nitrogen+potassium

fertilizer on waterleaf shoot protein and anthocyanin production. The result

showed that the highest protein and anthocyanin production of waterleaf shoot for

75 days were produced by 100% soil application of N+K; protein production was

16.98 g/plant while anthocyanin production was 170.27µmol/plant. From those 4

experiments, it can be concluded that to obtain the highest protein and

anthocyanin production, waterleaf must be harvested every 15 days from 30 until

75 days after planting. Furthermore, waterleaf must be fertilized in three steps

with 100 kg urea + 100 kg KCl/ha at planting, 25 kg urea + 25 kg KCl/ha at 30

and 60 days after planting. The correlation between protein or anthocyanin

content with the growth and other physiologis components were not consistent.

Keywords : leafy vegetable, protein, anthocyanin, fertilizer, harvest.

Page 6: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 7: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

RINGKASAN

HILDA SUSANTI. Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum

triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Nitrogen+Kalium dan Interval

Panen. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ, MAYA MELATI, dan

SLAMET SUSANTO.

Kolesom merupakan sayuran bergizi berkhasiat obat karena mengandung

protein dan antosianin pada pucuknya. Peningkatan kualitas pucuk kolesom

melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk

menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Practices/GAP) sayuran kolesom yang dapat diterapkan oleh masyarakat luas.

Penelitian untuk meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

dengan pemupukan nitrogen+kalium dan interval panen telah dilakukan di kebun

percobaan IPB, Leuwikopo, Bogor.

Percobaan pertama untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis pupuk

nitrogen+kalium dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin

pucuk kolesom telah dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Februari

2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2

faktor dan 3 ulangan. Dua faktor tersebut adalah dosis pupuk N+K (50 kg urea +

50 kg KCl/ha, 50 kg urea + 100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg KCl/ha, 100 kg

urea + 100 kg KCl/ha) dan interval panen (30, 15, dan 10 hari). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dosis pupuk 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen

15 hari memberikan produksi protein pucuk kolesom tertinggi yaitu sebesar 4.72

g/tanaman. Produksi antosianin pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh masing-

masing perlakuan 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (152.23 µmol/tanaman) atau

interval panen 10 hari (165.27 µmol/tanaman), namun tidak dipengaruhi oleh

interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Terdapat korelasi positif antara

kandungan protein dengan klorofil; kandungan antosianin dengan gula;

kandungan antosianin dengan semua komponen pertumbuhan, kecuali bobot

kering daun.

Percobaan ke dua untuk mempelajari pengaruh berbagai pemupukan N+K

secara bertahap dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin

pucuk kolesom telah dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010. Penelitian

menggunakan rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Dua faktor

tersebut adalah interval panen (15 dan 30 hari) dan pemupukan N+K bertahap

yang meliputi frekuensi dengan total dosis N+K yang berbeda (1 kali dengan 100

kg urea + 100 kg KCl/ha, 3 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 5 kali

dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 3 kali dengan 150 kg urea + 150 kg KCl/ha,

5 kali dengan 150 kg urea + 150 kg KCl/ha). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa interaksi antara perlakuan interval panen 15 hari dengan pemupukan

bertahap pada frekuensi 3 kali dengan total dosis 150 kg urea+ 150 kg KCl/ha

menghasilkan produksi protein (13.90 g/tanaman) dan antosianin (250.61

µmol/tanaman) tertinggi dalam pucuk kolesom layak jual. Kandungan protein

berkorelasi positif dengan klorofil.

Percobaan ke tiga untuk mempelajari pengaruh aplikasi pemupukan N+K

melalui daun pada dua interval panen terhadap produksi protein dan antosianin

Page 8: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pucuk kolesom telah dilaksanakan pada bulan april sampai juli 2010. Penelitian

pot menggunakan rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor

pertama adalah interval panen yaitu 15 dan 30 hari. Faktor ke dua adalah aplikasi

pupuk daun N+K yang meliputi frekuensi penyemprotan pupuk daun dengan dosis

pupuk dasar N+K yang berbeda yaitu 0 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha,

2 kali dengan 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 4 kali dengan 50 kg urea + 50 kg

KCl/ha, 2 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 4 kali dengan 100 kg urea +

100 kg KCl/ha. Konsentrasi pupuk daun yang digunakan adalah 0.2% urea + 0.1%

KCl. Penyemprotan pupuk daun sebanyak 4 kali dan pemberian pupuk dasar

sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen 15 hari sekali

menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi yaitu masing-

masing sebesar 5.69 g/tanaman dan 109.44 µmol/tanaman. Kandungan protein

berkorelasi positif dengan klorofil dan gula.

Percobaan ke empat dilakukan untuk mempelajari pengaruh berbagai

aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui tanah dan daun terhadap produksi protein

dan antosianin pucuk kolesom pada bulan Oktober sampai Desember 2010.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 ulangan dan

4 perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dengan atau tanpa aplikasi pupuk

melalui daun. Perlakuan tersebut adalah aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui

tanah (150 kg urea + 150 kg KCl); aplikasi 100, 75, dan 50% dosis pupuk N+K

melalui tanah dengan penambahan aplikasi pupuk daun 0.2% urea dan 0.1% KCl.

Pemupukan melalui tanah dilakukan pada 0, 30, dan 60 HST, sedangkan aplikasi

pupuk daun dilakukan pada 15, 30, 45, dan 60 HST. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi selama 75

HST dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan perlakuan aplikasi 100% dosis

pupuk N+K melalui tanah, yaitu berturut-turut sebesar 16.98 g/tanaman dan

170.27 µmol/tanaman. Kandungan protein dan antosianin tidak berkorelasi

dengan semua komponen pertumbuhan dan fisiologis lainnya.

Berdasarkan hasil 4 percobaan maka dapat disimpulkan bahwa usaha

peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom selama periode

tanam 75 hari yang dapat dijadikan informasi awal dalam penyusunan panduan

Good Agriculture Practices (GAP) sayuran kolesom adalah melalui pemanenan

pucuk setiap 15 hari sekali, penggunaan 5 ton pupuk kandang ayam/ha dan 50 kg

SP-18/ha sebagai pupuk dasar, serta pemupukan urea + KCl yang dilakukan

dalam 3 tahapan yaitu 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha pada saat tanam, 25 kg urea +

25 kg KCl/ha pada 30 dan 60 HST. Kandungan protein mengalami peningkatan

sejalan dengan pertambahan umur tanaman pada masa vegetatif dan akan

mengalami penurunan pada masa reproduktif. Kandungan antosianin akan

menurun sejalan dengan pertambahan umur tanaman dan akan mengalami

peningkatan kembali pada saat kolesom mengalami stres abiotik akibat

pemanenan yang intensif. Kandungan protein secara konsisten tidak berkorelasi

dengan biomassa tanaman dan kandungan antosianin, sedangkan kandungan

antosianin secara konsisten tidak berkorelasi dengan kandungan klorofil. Korelasi antara kandungan protein dengan klorofil dan gula, maupun kandungan antosianin

dengan biomassa tanaman dan gula bervariasi antar percobaan.

Kata Kunci : Sayuran daun, protein, antosianin, pemupukan, pemanenan

Page 9: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 10: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 11: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN

PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)

DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN+KALIUM DAN

INTERVAL PANEN

HILDA SUSANTI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Mayor Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 12: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M. Si

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M. Si

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

Dr. Ir. Yul H. Bahar

Page 13: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Judul Disertasi : Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum

triangulare (Jacq.) Wild) dengan Pemupukan

Nitrogen+Kalium dan Interval Panen

Nama : Hilda Susanti

NIM : A262080011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.

Ketua

Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Agr

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Mayor Agronomi dan Hortikultura Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 16 Januari 2012 Tanggal Lulus :

Page 14: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 15: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian adalah budidaya sayuran berkhasiat obat, dengan judul Produksi Protein

dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild) dengan

Pemupukan Nitrogen+Kalium dan Interval Panen.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S; Dr.

Ir. Maya Melati, M.S, M.Sc; dan Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Agr selaku

pembimbing yang telah banyak memberikan masukan berupa pengalaman, saran,

dan kritik, serta membukakan cakrawala pemikiran. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional atas beasiswa selama

penulis menjalankan pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan

pascasarjana di IPB, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan atas bantuan

sebagian dana penelitian, serta kepada ayah, ibu, suami dan seluruh keluarga atas

segala dukungannya.

Sebuah artikel berjudul Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf

Shoots (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) at Different Levels of

Nitrogen+Potassium and Harvest Intervals yang merupakan bagian dari disertasi

diterbitkan pada Jurnal Agronomi Indonesia, Agustus 2011, volume 39, nomor 2,

halaman 119-123.

Page 16: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 17: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pelaihari pada tanggal 31 Januari 1980 dari ayah

Syakhril Syukur, B.Sc dan ibu Tuti Hariyati. Penulis merupakan putri ke dua dari

tiga bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan dr. R.M.N. Haryono

Novianto dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Agung Haryo Susanto.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi Fakultas

Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan lulus pada tahun 2002. Penulis

diterima di Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 2004

dan lulus pada tahun 2006. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor

pada Mayor Agronomi dan Hortikultura Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada

tahun 2008 dengan beasiswa dari Departemen Pendidikan Nasional RI.

Penulis bekerja sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas Lambung

Mangkurat sejak tahun 2002. Selama mengikuti program S3, penulis menjadi

Ketua Forum Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura SPs IPB peride 2009-2010.

Page 18: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 19: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. v

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vi

PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

Latar Belakang ……………………………………………………. 1

Rumusan Masalah ………………………………………………… 3

Tujuan Penelitian …………………………………………………. 4

Hipotesis …………………………………………………………. 4

Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………. 5

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………. 7

Kolesom …………………………………………………………. 7

Antosianin ………………………………………………………… 8

Protein ……………………………………………………………. 10

Pemupukan ……………………………………………………….. 12

Nitrogen …………………………………………………………. 12

Kalium …………………………………………………………… 14

Pupuk Daun ……………………………………………………… 15

Pemanenan ………………………………………………………. 15

KEADAAN UMUM PENELITIAN ……………………………………. 17

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK

NITROGEN+KALIUM DAN INTERVAL PANEN ……………………. 21

Abstrak …………………………………………………………… 21

Pendahuluan ……………………………………………………… 22

Bahan dan Metode ……………………………………………… 23

Waktu dan Tempat ………………………………………. 23

Bahan dan Alat …………………………………………… 22

Metode Penelitian ………………………………………… 24

Pelaksanaan Percobaan ……………………………………. 25

Pengamatan ………………………………………………. 26

Hasil dan Pembahasan ………………………………………….. 27

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ………………………… 27

Komponen Fisiologis Tanaman …………………………….. 27

Komponen Pertumbuhan Tanaman ………………………… 39

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk

Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan

Fisiologis …………………………………………………….. 44

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom …………… 45

Kesimpulan ………………………………………………………. 46

Page 20: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP

NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN ……………. 47

Abstrak ………………………………………………………… 47

Pendahuluan …………………………………………………… 48

Bahan dan Metode ……………………………………………… 49

Waktu dan Tempat ………………………………………… 49

Bahan dan Alat …………………………………………… 49

Metode Penelitian ………………………………………. 49

Pelaksanaan Percobaan ……………………………………. 51

Pengamatan ……………………………………………… 52

Hasil dan Pembahasan …………………………………………. 52

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam …………………………. 52

Komponen Fisiologis Tanaman ……………………………. 53

Komponen Pertumbuhan Tanaman ……………………… 64

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk

Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan

Fisiologis …………………….. ……………………………… 69

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom ………… 70

Kesimpulan ……………………………………………………… 70

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN

NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN ……………. 71

Abstrak ………………………………………………………. 71

Pendahuluan …………………………………………………. 72

Bahan dan Metode ……………………………………………… 73

Waktu dan Tempat ………………………………………. 73

Bahan dan Alat …………………………………………… 73

Metode Penelitian ………………………………………. 73

Pelaksanaan Percobaan …………………………………… 74

Pengamatan ……………………………………………… 75

Hasil dan Pembahasan …………………………………………. 76

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam …………………………. 76

Komponen Fisiologis Tanaman ……………………………. 77

Komponen Pertumbuhan Tanaman ………………………. 86

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk

Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan

Fisiologis ……………………..………………………………. 92

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom…………….. 93

Kesimpulan …………………………………………………… 94

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI

PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN ……. 95

Abstrak ………………………………………………………… 95

Pendahuluan …………………………………………………. 96

Bahan dan Metode ……………………………………………. 97

Page 21: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Waktu dan Tempat ……………………………………. 97

Bahan dan Alat ………………………………………… 97

Metode Penelitian ……………………………………… 97

Pelaksanaan Percobaan ………………………………… 98

Pengamatan …………………………………………… 99

Hasil dan Pembahasan ………………………………………… 100

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ………………………… 100

Komponen Fisiologis Tanaman ……………………………. 101

Komponen Pertumbuhan Tanaman ….……………………… 107

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk

Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan

Fisiologis ……………………..………………………………. 110

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom ……………. 110

Kesimpulan …………………………………………………… 111

PEMBAHASAN UMUM ………………………………………. 113

KESIMPULAN ………………………………………… 129

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. 131

LAMPIRAN ……………………………………………………… 145

Page 22: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 23: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Profil asam amino dari daun kolesom dan rekomendasi FAO/WHO ...... 11

2 Data iklim penelitian pada bulan Nopember 2009-Desember 2010 ....... 17

3 Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang

berbeda selama 80 HST .......................................................................... 24

4 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman .................................................................................................. 27

5 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan dosis pupuk N+K pada umur 20, 50 dan 80 HST .................. 30

6 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan dosis pupuk N+K umur 80 HST .................... 31

7 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan dosis pupuk N+K pada umur 20, 50 dan 80 HST .................. 34

8 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dan interval panen pada umur 20, 50 dan 80 HST .............. 36

9 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan dosis pupuk N+K pada umur 20, 50 dan 80 HST .................. 38

10 Bobot basah pucuk kolesom pada berbagai interval panen dan dosis

pupuk N+K umur 20, 50, dan 80 HST ................................................... 41

11 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara

interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 50 dan 80 HST serta

total selama 80 hari ................................................................................. 42

12 Bobot basah dan kering daun, batang, dan umbi kolesom pada berbagai

interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 80 HST ...................... 43

13 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom

dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada

berbagai perlakuan dosis pupuk N+K dan interval panen pada umur 80

HST ........................................................................................................... 44

14 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual pada

berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K ....................................... 45

Page 24: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

15 Produksi protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan dosis pupuk N+K ............................................ 45

16 Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang

berbeda selama 90 hari ............................................................................ 50

17 Pemupukan bertahap nitrogen dan kalium berdasarkan waktu dan total

dosis ......................................................................................................... 50

18 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman (percobaan II) ............................................................................ 53

19 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K dan interval panen pada umur 30, 60, dan 90

HST .......................................................................................................... 55

20 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan tahapan pemupukan N+K pada umur 90 HST

................................................................................................................... 56

21 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ........... 58

22 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ........... 60

23 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 90 HST ...... 61

24 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ........... 63

25 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen

dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ...................... 65

26 Bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total selama

90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan

bertahap N+K .......................................................................................... 66

27 Bobot basah dan kering kolesom umur 90 HST pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K .................................................... 68

28 Bobot basah dan kering umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K ............ 69

29 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin umur 90 HST dengan

berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada berbagai

interval panen dan pemupukan bertahap N+K ........................................ 69

Page 25: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

30 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual selama 90

hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan

bertahap N+K ............................................................................................ 70

31 Aplikasi pupuk N+K melalui daun dengan berbagai frekuensi

penyemprotan dan dosis pupuk dasar urea + KCl .................................. 74

32 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman (percobaan III) .......................................................................... 76

33 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ............ 79

34 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ............ 81

35 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ............ 84

36 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ............ 86

37 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen

dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ....................... 84

38 Bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total selama

90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi

pupuk daun N+K ...................................................................................... 89

39 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada

berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K .......................... 90

40 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada

berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

.................................................................................................................. 91

41 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada

berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ........................... 92

42 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom umur

90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis

kolesom pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ... 93

43 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual pada

berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

selama 90 hari .......................................................................................... 93

Page 26: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

44 Berbagai perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun .......... 98

45 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

kolesom (percobaan IV) .......................................................................... 100

46 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N + K melalui tanah dan daun selama 90 hari ............................. 102

47 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ............................... 103

48 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ................................. 105

49 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ................................ 107

50 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ........................................... 108

51 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari

dengan berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ............... 109

52 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari

dengan berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun .. .............. 110

53 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom umur

90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis

kolesom pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K melalui tanah dan

daun ......................................................................................................... 110

54 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual selama 75

hari pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun .............. 111

Page 27: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan kegiatan penelitian …….……………………………………… 6

2 Foto tanaman kolesom …….………………………………………… 7

3 Struktur umum antosianin …………………………………………… 9

4 Jalur biosintesis antosianin ……………………………………………. 10

5 (a) Kerusakan yang ditimbulkan oleh secondary pathogen; (b)

kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang …………………………… 19

6 (a) Kuncup daun gejala penyakit busuk batang dan akar; (b) kolesom

yang terserang penyakit busuk batang ………………………………… 19

7 Daun yang terserang penyakit bercak merah …….……………………. 20

8 (a) Pigmen antosianin yang terdapat pada batang; (b) pigmen

antosianin yang terdapat pada daun kolesom ……..…………………… 20

9 Setek kolesom berukuran panjang 10 cm ……………………………… 23

10 Pucuk kolesom berukuran panjang 10 cm ……………………………… 26

11a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 30 hari ………….………………… 28

11b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 15 hari …………………………… 28

11c Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 10 hari ……..….…………………. 28

12a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 30 hari ………..…………………. 32

12b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 15 hari ………..…………………. 33

12c Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 10 hari …….….…………………. 33

13a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 30 hari pada umur 20, 50, dan 80

HST ……………………………………………………………..…… 34

13b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 15 hari pada umur 20, 50, dan 80

HST ……………………………………………………………….…… 35

Page 28: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

13c Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 10 hari pada umur 20, 50, dan 80

HST ……………………………………………………………….…… 35

14a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N+K dengan interval panen 30 hari pada umur 20, 50, dan 80 HST ….. 37

14b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N+K dengan interval panen 15 hari pada umur 20, 50, dan 80 HST … 37

14c Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N+K dengan interval panen 10 hari pada umur 20, 50, dan 80 HST …. 38

15a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N+K dengan interval panen 30 hari …….……………………………. 39

15b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N+K dengan interval panen 15 hari ….……………………………… 40

15c Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N+K dengan interval panen 10 hari ….……………………………… 40

16a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari …………………………………………………………… 54

16b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari …………………………………………………………… 54

17a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari …….……………………………………………………. 57

17b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari …….……………………………………………………. 57

18a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari ……………………………………………………….…. 59

18b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari ……………………………………………………….…. 59

Page 29: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

19a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan

bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari …. 62

19b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan

bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 30 hari … 62

20a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan

bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari … 64

20b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan

bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari …. 65

21a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan

interval panen 15 hari …………………………..……………………… 77

21b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan

interval panen 30 hari …………………..……………………………… 78

22a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis)

dengan interval panen 15 hari ………………………………………… 80

22b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis)

dengan interval panen 30 hari ………………………………………….. 81

23a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan

interval panen 15 hari ………………………………………………….. 83

23b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan

interval panen 30 hari …………………………………………………. 83

24a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan

interval panen 15 hari …………………………………………………. 85

24b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan

interval panen 30 hari ………………………………………………….. 85

25a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen

15 hari ………………………………..………………………………… 86

Page 30: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

25b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen

15 hari …………………………………………………………………. 87

26 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun ………….………………………… 101

27 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun …………………………. 103

28 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun ………..………………………… 104

29 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun …………………………………… 106

30 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

N+K melalui tanah dan daun ………….……………………………… 108

31 Mekanisme antosianin sebagai modulator sinyal stres ………………... 121

32 Jalur mekanisme biosintesis protein dan antosianin ………………….. 122

Page 31: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil analisis sifat kimia tanah ................................................................ 147

2 Metode Lowry untuk analisis protein ..................................................... 148

3 Metode analisis antosianin dan klorofil .................................................. 150

4 Metode penentuan gula total ................................................................... 151

Page 32: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 33: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kolesom merupakan salah satu tumbuhan gulma yang berkhasiat obat.

Tumbuhan ini asli dari Amerika Tropis dan pada tahun 1915 diimpor ke Jawa

melalui Suriname (Heyne 1987). Kolesom aman dikonsumsi berdasarkan uji

toksisitas akut (Nugroho 2000). Bagian tanaman yang dapat dikonsumsi adalah

umbi dan daun. Umbi tanaman ini cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia

sebagai obat kuat dalam campuran minuman dan telah lama digunakan nenek

moyang kita sebagai pengganti ginseng (Panax ginseng) karena ada kesamaan

morfologi akar, sedangkan daun kolesom dapat dikonsumsi segar sebagai sayur

lalapan (Hargono 1995; Hernani et al. 2002).

Daun kolesom memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat karena

memiliki nilai gizi dan antioksidan yang tinggi. Kandungan gizi yang terkandung

dalam 100 g bahan kering adalah 4.6 g protein, 1.0 g serat, 4.4 g karbohidrat, 280

mg asam askorbat, 2.44 mg Ca, 6.10 mg K, 2.22 mg Mg, 0.28 mg Na, dan 0.43

mg Fe (Mensah et al. 2008).

Salah satu gizi penting yang terdapat pada daun kolesom adalah protein.

Kolesom mengandung 18 macam asam amino. Kandungan asam amino tertinggi

yang terkandung di dalamnya adalah asam glutamat (586.3 g/kg) dan leusin

(563.8 g/kg). Berdasarkan kandungan tersebut maka kolesom menjadi salah satu

dari 3 sayuran terpilih di Afrika selain Amaranthus cruentus dan Telferia

occidentalis yang direkomendasikan sebagai sayuran murah sumber protein

karena kemampuannya dalam mensintesis asam amino (Fasuyi 2007).

Penelitian Susanti et al. (2008) menunjukkan bahwa daun kolesom

mengandung bahan bioaktif flavonoid, steroid, dan alkaloid. Hasil penelitian

Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa salah satu senyawa flavonoid yang

telah terdeteksi adalah antosianin. Menurut Castañeda-Ovando et al. (2009),

antosianin merupakan pigmen penting pada jaringan tanaman yang menentukan

warna jingga, merah tua, merah muda, violet dan biru. Peranannya terhadap

kesehatan manusia adalah sebagai antioksidan alami. Studi epidemiologi

menunjukkan bahwa sayuran yang mengandung antioksidan dapat melindungi

Page 34: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

tubuh dari kerusakan oksidatif dengan menghambat radikal bebas dan oksigen

reaktif.

Usaha peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom diduga

dapat dilakukan dengan pemupukan. Penelitian kolesom dengan menggunakan

pupuk kandang ayam yang dilakukan oleh Susanti et al. (2008) mendapatkan

bahwa dosis pupuk kandang ayam 5 ton/ha dapat direkomendasikan sebagai

pupuk dasar dalam budidaya kolesom. Penelitian Mualim et al. (2009)

menunjukkan bahwa produksi antosianin kolesom juga dipengaruhi oleh

pemupukan anorganik dan unsur yang menjadi faktor pembatas pada produksi

antosianin kolesom adalah kalium, namun dosis pupuk kalium yang memberikan

produksi antosianin kolesom yang optimal belum diketahui. Mengingat kolesom

yang dikonsumsi diharapkan mengandung protein yang tinggi maka pemupukan

nitrogen diperlukan. Kombinasi antara pemupukan kalium dan nitrogen perlu

diketahui untuk mendapatkan daun kolesom yang mengandung protein dan

antosianin yang tinggi.

Pucuk kolesom dapat dipanen berkali-kali (Sugiarto 2006), namun umur

produksi pucuk kolesom hanya berkisar 2 bulan kemudian menurun (Fontem &

Schipper 2004). Pemanenan pucuk kolesom diduga mengakibatkan tanaman

memerlukan hara tambahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan

rejuvenasi, pertumbuhan, dan produksi. Oleh karena itu perlu dipelajari teknik

pemupukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman agar dapat diperpanjang

umur produksinya. Salah satu usaha yang mungkin dapat dilakukan adalah

pemberian pupuk N dan K melalui tanah dan daun secara bertahap.

Penelitian mengenai pemberian pupuk N secara bertahap telah dilakukan

pada tanaman lain. Pemberian pupuk N secara bertahap berdasarkan frekuensi

dan dosis yang diberikan dapat meningkatkan kualitas dan kandungan protein

gandum (Garrido-Lestache et al. 2004; Delin et al. 2005; Fuertes-Mendizabal et

al. 2010). Pemberian pupuk N dan K melalui tanah secara bertahap berdasarkan

waktu dan dosis yang diberikan untuk memperpanjang umur produksi,

meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom belum dilakukan.

Pemberian pupuk N dengan konsentrasi 2% urea melalui daun dapat

meningkatkan kandungan klorofil, protein, dan menunda senescence pada

Page 35: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

tanaman blackgram (Sritharan et al. 2005). Pemberian pupuk K melalui daun

dapat meningkatkan klorofil, hara mineral, serta kualitas buah tomat (Chapagain

& Wiesman 2004). Aplikasi kombinasi pupuk N dan K melalui daun yang

dilakukan oleh Marman (2010) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun

dengan konsentrasi 0.2% urea dan 0.1% KCl dapat meningkatkan produksi dan

kandungan klorofil pucuk kolesom.

Teknik pemanenan seperti cara panen, waktu panen pertama dan interval

panen memainkan peranan penting untuk mendapatkan produksi maksimum dari

pucuk tanaman yang dipangkas (Patterson et al. 1998). Pemanenan dengan cara

pemangkasan pucuk pada tanaman Arabidopsis thaliana dapat meningkatkan

kandungan antosianin (Li & Strid 2005). Interval panen diduga juga

mempengaruhi produksi dan kandungan protein daun. Kandungan protein pada

Napier grass dan Cratylia argentea mengalami penurunan ketika interval panen

diperpanjang (Manyawu et al. 2003; Sanchez et al. 2007). Penelitian mengenai

interval panen daun kolesom terhadap produksi protein dan antosianin belum

dilakukan.

Peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom sebagai

sayuran berkhasiat obat sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk

menyusun pedoman praktek budidaya yang baik (Good Agriculture Practice/

GAP) sayuran kolesom. Sejauh ini belum ada pedoman praktek budidaya yang

baik untuk tanaman kolesom yang relevan dengan kondisi Indonesia (Indo-GAP).

Rumusan Masalah

Kolesom merupakan sayuran bergizi berkhasiat obat karena mengandung

protein dan antosianin. Pemanenan pucuk dapat dilakukan berkali-kali tetapi

dengan masa produksi yang terbatas, oleh karena itu diperlukan usaha untuk

memperpanjang masa produksi, meningkatkan produksi protein dan antosianin

dari pucuk kolesom yang dipanen.

Unsur N dan K merupakan unsur yang paling dominan terlibat dalam

proses metabolisme primer dan sekunder tanaman. Pemberian kedua unsur ini

dalam bentuk kombinasi pupuk diharapkan dapat meningkatkan produksi protein

dan antosianin dari pupuk kolesom. Belum ada hasil penelitian yang memberikan

Page 36: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

informasi mengenai teknik pemupukan yang meliputi penentuan dosis pupuk,

metode dan waktu aplikasi yang tepat terhadap produksi protein dan antosianin

pucuk kolesom. Pemberian pupuk N dan K melalui daun sebagai pelengkap dari

pupuk yang diberikan melalui tanah diharapkan dapat membantu untuk

meningkatkan produksi protein dan antosianin kolesom karena pemberian pupuk

daun menawarkan metode pemberian hara kepada tanaman yang lebih cepat

daripada aplikasi melalui tanah.

Interval panen merupakan bagian dari teknik pemanenan yang juga perlu

diperhatikan untuk menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom.

Interval panen yang tepat diperlukan untuk memberikan waktu yang cukup untuk

meningkatkan rejuvenasi dan proses penyembuhan luka jaringan yang cepat pasca

pemanenan agar tidak menurunkan produksi dan menyebabkan kematian

tanaman.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

1. Mempelajari respon produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

terhadap aplikasi pupuk nitrogen + kalium melalui tanah dan daun serta

kombinasi keduanya pada berbagai interval panen.

2. Mempelajari keterkaitan antara pertumbuhan tanaman kolesom dengan

perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk.

3. Mempelajari keterkaitan antar komponen fisiologis tanaman kolesom

dengan perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk.

4. Memberikan informasi awal untuk penyusunan GAP sayuran kolesom.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan dosis pupuk nitrogen+kalium yang diberikan melalui tanah

dan daun serta kombinasi keduanya pada interval panen tertentu dapat

meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom.

2. Perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk terkait dengan

perubahan pertumbuhan tanaman kolesom.

Page 37: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

3. Perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk terkait dengan

perubahan komponen fisiologis lain pada tanaman kolesom.

Ruang Lingkup Penelitian

Berbagai percobaan yang saling terkait diperlukan untuk menjawab tujuan

dan menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan. Oleh karena itu, penelitian

ini dibagi menjadi 4 percobaan yang saling terkait, yaitu (1) penentuan dosis

pupuk nitrogen + kalium dan interval panen; (2) pemupukan nitrogen + kalium

secara bertahap berdasarkan frekuensi dan dosis pupuk dasar pada interval panen

tertentu; (3) aplikasi pupuk nitrogen + kalium melalui daun dengan berbagai

frekuensi penyemprotan dan dosis pupuk dasar pada interval panen tertentu; (4)

aplikasi pemupukan nitrogen + kalium melalui tanah dan daun. Gambar 1

memperlihatkan rangkaian percobaan tersebut yang tertuang dalam bagan alir

penelitian.

Page 38: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 1 Bagan alir penelitian

Percobaan IV

Aplikasi kombinasi pemupukan N+K melalui tanah dan

daun

Percobaan I

Penentuan dosis pupuk N+K dan interval panen

Output :

Dosis pupuk N+K standar dan interval panen

terbaik

Output :

Frekuensi pemberian pupuk N+K melalui tanah

dengan dosis pupuk dasar tertentu dan interval

panen terbaik

Percobaan II

Pemupukan N+K secara bertahap berdasarkan

frekuensi dan dosis pupuk dasar pada interval

panen tertentu

Percobaan III

Aplikasi pupuk N+K melalui daun dengan

berbagai frekuensi penyemprotan dan dosis

pupuk dasar pada interval panen tertentu

Output :

Frekuensi penyemprotan pupuk N+K melalui

daun dengan dosis pupuk dasar tertentu dan

interval panen terbaik

Percobaan pendahuluan :

Penentuan dosis konsentrasi pupuk

N+K melalui daun

Output :

Dosis konsentrasi terbaik pupuk

N+K melalui daun

Output :

Metode aplikasi pemupukan N+K terbaik

1. Peningkatan produksi protein dan antosianin

pucuk kolesom

2. Informasi awal untuk penyusunan GAP sayuran kolesom

Page 39: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

TINJAUAN PUSTAKA

Kolesom

Kolesom merupakan tanaman sukulen yang memiliki lintasan

metabolisme C3 dan inducible CAM (Crassulacean Acid Metabolism) (Pieters et

al. 2003). Tumbuhan ini asli dari Amerika Tropis dan pada tahun 1915 diimpor ke

Jawa melalui Suriname (Heyne 1987). Tanaman ini diklasifikasikan ke dalam

divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa

Caryophyllales, suku Portulacaceae, marga Talinum. Sinonim tanaman ini secara

botani adalah Talinum racemosum Rohrbach (Hutapea 1994).

Gambar 2 Foto tanaman kolesom

Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang tumbuh tegak. Batang

tanaman ini berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan, sedangkan

batang bagian tengah sampai ujung berwarna hijau (Wahyuni & Hadipoentyanti

1999). Daunnya berbentuk oblongus-spatulatus, hijau muda, tebal berdaging,

filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi, daunnya

memiliki tipe dorsiventral, stomata parasitik (epidermis atas dan bawah),

parenkim daun (jaringan sponsa) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk

roset dan kelenjar minyak atsiri, berkas pembuluh kolateral. Bunganya berwarna

merah jambu keunguan. Bentuk tangkai bunga adalah segitiga dan bentuk

rangkaian bunganya adalah tandan (racemus). Bunga mekar pada pagi hari.

Buahnya berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau kekuningan, dan berisikan

biji hitam mengkilat. Biji dari kolesom berbentuk lonjong pipih dan berdiameter

± 1 mm. Akarnya menebal (membengkak) menyerupai akar ginseng (Panax

ginseng). Masyarakat sering sukar membedakan antara kolesom (Talinum

triangulare) dan som jawa (Talinum paniculatum). Ciri-ciri anatomi kedua jenis

Page 40: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

tanaman tersebut sukar dibedakan. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri

morfologinya yaitu filotaksis, tipe infloresensi, bentuk buah, warna, dan waktu

bunga mekar. Som jawa memiliki filotaksis berhadapan, tipe infloresensi malai

(panicula) dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsula (bulat

dan berwarna merah-coklat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa & Prajogo

1999).

Kolesom aman dikonsumsi berdasarkan uji toksisitas akut (Nugroho

2000). Umbi akarnya dimanfaatkan untuk mengobati neurasthenia (kelelahan

tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) setelah sembuh dari penyakit kronik

(Hargono 2005), dan obat lemah syahwat (Hutapea 1994). Penelitian Susanti et

al. (2008) menunjukkan bahwa akar kolesom mengandung alkaloid, steroid,

saponin, dan tanin.

Daun tanaman kolesom memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat

karena memiliki nutrisi dan antioksidan yang penting. Kandungan gizi dan

mineral dalam 100 g bahan kering daun kolesom adalah 4.4 g karbohidrat, 4.6 g

protein, 1.0 g serat, dan 280 mg asam askorbat; sedangkan kandungan mineralnya

adalah 2.44 mg kalsium (Ca), 6.10 mg kalium (K), 2.22 mg magnesium (Mg),

0.28 mg natrium (Na), dan 0.43 mg besi (Fe) (Mensah et al. 2008). Penduduk

Kalimantan Selatan menggunakan daun kolesom sebagai campuran bedak wajah

(Susanti et al. 2008). Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa daun kolesom

mengandung antosianin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Ofusori et al.

(2008) menyatakan bahwa kandungan antioksidan dari ekstrak daun kolesom

dapat memberikan pengaruh baik terhadap persyarafan otak dan meningkatkan

kemampuan kognitif pada tikus albino Swiss. Hasil penelitian Odukoya et al.

(2007) menunjukkan bahwa nilai aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kolesom

adalah 19.76% dengan kandungan fenol total dan asam askorbat masing-masing

sebesar 21.83 dan 116.35 mg/ 100 g bobot kering.

Antosianin

Antosianin (dari bahasa Yunani, anthos artinya bunga dan kyanos artinya

biru) merupakan pigmen penting dalam tanaman yang menentukan warna jingga,

merah tua, merah muda, violet dan biru pada tanaman. Pigmen ini merupakan

Page 41: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

senyawa fenolik yang dapat larut dalam air dan termasuk dalam kelompok

flavonoid. Umumnya antosianin banyak terdapat pada jaringan epidermis, tetapi

juga terdapat pada jaringan palisade dan spon mesofil daun, kulit buah, dan umbi

(Oren-Shamir 2009).

Struktur dasar dari antosianin adalah antosianidin. Antosianidin atau

aglikon terdiri dari cincin aromatik (A) yang berikatan dengan cincin heterosiklik

(C) yang berisikan oksigen dan diikat oleh ikatan karbon-karbon pada cincin

aromatik ketiga (B). Ketika antosianidin dijumpai dalam bentuk glikosida, maka

disebut antosianin. Antosianin sangat tidak stabil dan peka terhadap kerusakan.

Stabilitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, suhu, struktur kimia,

cahaya, pelarut, enzim, flavonoid, protein, dan ion metal (Castañeda-Ovando et al.

2009).

Gambar 3 Struktur umum antosianin (Castañeda-Ovando et al. 2009)

Antosianin disintesis dalam jalur biosintesis shikimat dan menggunakan

fenilalanin sebagai prekursornya (Gambar 4). Enzim-enzim yang bekerja adalah

PAL (phenylalanineammonialyase), CHS (chalcone synthase), CHI (chalcone

isomerase), F3H (flavonone 3-hydroxylase), F3‘H (flavonoid 30-hydroxylase),

DFR ( dihydroflavonol reductase), LDOX ( anthocyanidin synthase), GST

(glutathione-S-transferase) (Guo et al.2001).

Antosianin pada tanaman berfungsi sebagai tabir terhadap cahaya

ultraviolet B dan melindungi kloroplas terhadap intensitas cahaya tinggi.

Antosianin juga dapat berperan sebagai sarana transport untuk monosakarida dan

sebagai pengatur osmotik selama periode kekeringan dan suhu rendah. Secara

umum, antosianin diyakini dapat meningkatkan respon antioksidan tanaman untuk

Page 42: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pertahanan hidup pada stres biotik atau abiotik. Selain itu, antosianin juga

memainkan peranan penting dalam reproduksi tanaman yaitu menarik polinator

yang dapat membantu dalam penyerbukan bunga (Mori et al. 2007).

Gambar 4 Jalur biosintesis antosianin (Guo et al.2001)

Antosianin dianggap sebagai komponen penting pada nutrisi manusia

sebagai antioksidan yang lebih tinggi daripada vitamin C dan E. Senyawa ini

dapat menangkap radikal bebas dengan sumbangan atom hidrogen fenolik.

Antosianin dapat ditransportasikan dalam tubuh manusia dan menunjukkan

aktivitas sebagai antitumor, antikanker, antivirus, anti peradangan, menghambat

agregasi trombosit, menurunkan permeabilitas dinding kapiler darah dan

meningkatkan kekebalan tubuh (Stintzing & Carle 2004).

Protein

Protein merupakan suatu rantai panjang dari asam amino yang saling

berkaitan satu sama lain dengan ikatan peptida, di mana kutub positifnya adalah

gugus amino (NH2) dan kutub negatifnya adalah gugus karboksil (COOH).

Komposisi dan ukuran tiap protein bergantung kepada jenis dan sub unit asam

aminonya. Umumnya terdapat 18 sampai 20 jenis asam amino yang berbeda dan

Page 43: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

sebagian besar protein mempunyai secara lengkap 20 asam amino. Perbedaan

tersebut menyebabkan beragamnya bobot molekul protein. Sebagian besar

protein tumbuhan yang telah dicirikan mempunyai bobot molekul > 40 000 g/mol

(juga disebut dalam satuan Dalton) (Campbell & Farrell 2006).

Konsumsi protein sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai zat

pembangun, struktur setiap enzim atau bertindak sebagai enzim, dan reseptor yang

sangat penting dalam metabolisme dalam tubuh (Cseke et al. 2006). Protein

merupakan sumber N untuk tubuh dalam pembentukan zat-zat yang mengandung

N dan sebagai sumber asam amino esensial yang tidak dapat dibentuk dalam

tubuh. Selain itu, protein dapat juga digunakan untuk energi kerangka karbon

asam amino yang dikonversi menjadi glukosa (asam amino glukogenik) dan

disimpan sebagai glikogen atau trigliserida (Montgomery et al. 1993).

Tabel 1 menunjukkan profil asam amino dari daun kolesom yang

dibandingkan dengan kandungan asam amino untuk diet manusia yang dianjurkan

oleh FAO/WHO (1973) dalam satuan g/kg asupan sayuran daun.

Tabel 1 Profil asam amino daun kolesom dan rekomendasi FAO/WHO

Jenis

Asam amino

Kandungan asam amino

Kolesom Rekomendasi FAO/WHO (1973)

……………….. g/kg ………………….

Alanin 382.5

Asam aspartat 438.1

Arginin 372.5

Glisin 350.6

Asam glutamat 586.3

Histidin 125.6

Isoleusin 351.3 250.0

Lisin 167.5 343.7

Metionin 131.3

Sistein 81.3

Met+Sis 212.5 218.8

Leusin 563.8 437.5

Serin 251.3

Treonin 256.3 250.0

Fenilalanin 388.1

Valin 381.3 312.5

Tirosin 294.4 375.0

Triptofan 113.8 62.5

Sumber : Fasuyi (2007)

Page 44: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 1 menunjukkan bahwa kolesom mengandung 18 asam amino.

Kandungan asam amino tertinggi yang terkandung di dalam daun kolesom adalah

asam glutamat (586.3 g/kg) dan leusin (563.8 g/kg). Berdasarkan kandungan

tersebut maka kolesom direkomendasikan menjadi salah satu dari 3 sayuran

terpilih di Afrika selain Amaranthus cruentus dan Telferia occidentalis sebagai

sayuran daun sumber protein karena kemampuannya dalam mensintesis asam

amino (Fasuyi 2007). Aletor & Adeogun (1995) menyatakan kandungan protein

daun kolesom berdasarkan bobot basah adalah 2.5 g/100 g.

Pemupukan

Ketersediaan hara pada media tanam merupakan faktor yang sangat

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan hara pada

media tanam dapat dilakukan melalui usaha pemupukan. Pemupukan pada

umumnya dapat diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah,

namun pupuk juga dapat dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan pada daun

(Hardjowigeno 2007).

Nitrogen

Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan

tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau

pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang, dan akar. Tanaman

mengabsorpsi N pada waktu tanaman tumbuh aktif, tetapi tidak selalu pada

tingkat kebutuhan yang sama. Banyaknya N yang dapat diabsorpsi tiap hari per

satuan berat tanaman adalah maksimum pada saat masih muda dan berangsur-

angsur menurun dengan bertambahnya usia tanaman (Hardjowigeno 2007).

Unsur N sangat berperan dalam meningkatkan produksi dan kualitas

sayuran. Peningkatan dosis pupuk N sejalan dengan peningkatan biomassa dan

kandungan nitrat pada sayur kubis dan bayam (Chen et al. 2004). Fontem &

Schippers (2004) menyatakan bahwa kolesom sangat membutuhkan unsur N

selama hidupnya. Saat kekurangan N, daun-daun tampak kuning dan gugur.

Kehilangan N dari kloroplas pada daun-daun yang tua menghasilkan daun yang

Page 45: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

kuning atau klorosis. Klorosis tampak pertama kali pada daun yang terletak di

bawah.

Nitrat (NO3) dan amonium (NH4) adalah sumber utama N anorganik yang

diserap oleh tumbuhan. N anorganik harus mengalami proses asimilasi untuk

menjadi senyawa organik, terutama asam amino yang diperlukan untuk

pembentukan protein. NH4 dapat digunakan langsung untuk sintesis asam amino,

sedangkan NO3 harus direduksi menjadi NH4 terlebih dahulu. Reduksi NO3

menjadi NH4 merupakan proses asimilasi yang memerlukan energi oksidasi dari

karbohidrat dan terbagi dalam 2 reaksi utama. Reaksi pertama adalah mereduksi

NO3 menjadi nitrit (NO2) yang dikatalisis oleh enzim nitrat reduktase, sedangkan

reaksi ke dua adalah pengubahan NO2 menjadi NH4 yang dikatalisis oleh enzim

nitrit reduktase. NH4 baik yang berasal dari asimilasi NO3 maupun yang diserap

langsung oleh akar agar dapat digunakan dalam sintesis asam amino maka harus

dirubah menjadi glutamat dan glutamin yang dikatalisis oleh enzim glutamat

synthetase dan glutamine synthetase. Modifikasi biokimia dari glutamat dan

glutamin yang dihasilkan dari reaksi transaminasi menghasilkan 20 asam amino

yang dibutuhkan untuk pembentukan protein. Rangka karbon untuk berbagai asam

amino diperoleh dari siklus Calvin, glikolisis, dan siklus krebs (Marschner 1995).

Delgado et al. (2005) menyatakan bahwa pemberian N yang berlebihan

dapat menurunkan kandungan total antosianin pada anggur tempranillo, namun

pemberian N dalam dosis yang cukup dibutuhkan untuk membentuk antosianin

pada tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Szostak et al. (2005)

yang menunjukkan bahwa pemberian 0-30 kg N/ha tidak mempengaruhi

kandungan senyawa flavonoid pada biji buckwheat, namun kandungan tersebut

mengalami penurunan secara nyata pada pemberian 60 kg N/ha.

Hasil penelitian Mualim et al. (2009) pada tanaman kolesom menunjukkan

bahwa unsur N tidak menjadi faktor pembatas pembentukan antosianin, namun

perlakuan pemupukan NK (100 kg urea/ha dan 100 kg KCl/ha) memberikan

produksi antosianin tertinggi (59.34 mol/tanaman) pada petakan yang

menggunakan media tanah dan pupuk kandang sapi dalam penelitian tersebut.

Page 46: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Kalium

Kalium merupakan unsur yang sangat mobil dalam tanaman. Unsur

kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari kalium

akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif

nitrat, fosfat atau unsur lain, baik di dalam tanah maupun di dalam tanaman.

Kalium diserap tanaman dalam jumlah mendekati atau bahkan kadang-kadang

melebihi jumlah nitrogen.

Kalium dapat diberikan ke dalam tanah melalui pupuk organik dan

anorganik. Pupuk anorganik yang sering digunakan diantaranya adalah kalium

klorida (KCl). Pupuk KCl mengandung 50-52% K (60-63% K2O). Pupuk

tersebut bervariasi dalam warnanya yaitu merah muda, merah tua, coklat, atau

putih. Variasi warna tersebut tergantung kepada penambangan dan proses

pembuatannya. Bentuk pupuk kalium lainnya adalah kalium sulfat (K2SO4) dan

kalium nitrat (KNO3) yang masing-masing mengandung 50-52% dan 44% K2O

(Havlin et al. 2005).

Kalium pada tanaman berperan dalam proses fisiologis dan metabolisme

dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, serta mempertinggi daya

tahan terhadap cekaman kekeringan dan penyakit (Hardjowigeno 2007). Proses

fotosintesis membutuhkan K+. Pada proses fotosintesis, K sangat esensial melalui

beberapa fungsi antara lain sintesis ATP, produksi dan aktivitas enzim fotosintesis

spesifik, absorbsi CO2 melalui stomata daun, serta menjaga netralitas elektron

selama fotofosforilasi dalam kloroplas. Pergerakan tanaman seperti membuka dan

menutupnya stomata digerakkan oleh K+ melalui tekanan turgor. Selain itu,

akumulasi K+ dalam sel juga mengendalikan tekanan osmotik dan digunakan

untuk pembesaran sel dan daun. Peranan K dalam sintesis protein adalah untuk

aktivasi enzim yang terlibat dalam reaksi dan pemanjangan ikatan peptida

(Szczerba et al. 2009).

Penelitian Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa kalium sangat

dibutuhkan dalam produksi kolesom. Unsur K menjadi faktor pembatas pada

semua komponen produksi yaitu daun, batang, cabang, dan tajuk, serta daun segar

layak jual. Unsur K juga berperan sebagai faktor pembatas dalam produksi

antosianin. Rata-rata produksi antosianin nyata tertinggi sebesar 39.60

Page 47: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

mol/tanaman didapatkan dari perlakuan pemupukan 100 kg KCl/ha. Menurut

Delgado et al. (2006), apabila K diberikan dalam jumlah yang berlebihan akan

menurunkan kandungan antosianin jika tidak disertai dengan pemberian N dalam

dosis yang cukup.

Pupuk Daun

Pupuk daun adalah pupuk yang dapat larut dalam air dengan aplikasi

langsung disemprotkan ke daun. Pupuk daun dapat berupa unsur mikro, makro

dan mikro, atau makro saja. Unsur hara yang diberikan melalui metode ini akan

menembus kutikula atau stomata daun dan kemudian memasuki sel. Kelebihan

pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara berjalan

lebih cepat sehingga dapat segera mengetahui perbaikan defisiensi tanaman.

Frekuensi pemberian pupuk daun dapat dilakukan 2 sampai 3 kali dalam interval

waktu yang pendek, terutama jika defisiensi hara tanaman sudah berat (Havlin et

al. 2005). Kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar

akan menyebabkan kerusakan daun, yaitu terjadinya nekrosis dan terbakar

(Tagliavini et al. 2002).

Penelitian Chapagan dan Wiesman (2004) menunjukkan bahwa pemberian

pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 1% pada 40, 70, dan 100 HST dapat

meningkatkan kandungan klorofil, glukosa, padatan terlarut total, dan N total

tomat dibandingkan tanpa pupuk daun. Pemberian pupuk N melalui daun dengan

konsentrasi 1% yang dilakukan oleh Smolen dan Sady (2009) dapat meningkatkan

kandungan nitrat, nitrogen total, dan penyerapan N pada wortel. Aplikasi

kombinasi pupuk N dan K melalui daun yang dilakukan oleh Marman (2010)

menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun dengan konsentrasi 0.2% urea dan

0.1% KCl dapat meningkatkan produksi dan kandungan klorofil pucuk kolesom.

Penelitian pengaruh pemberian N dan K melalui daun terhadap kandungan

protein dan antosianin pucuk kolesom belum pernah dilakukan.

Pemanenan

Pemanenan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan pada

budidaya tanaman obat. Kegiatan ini harus dilakukan secara benar karena akan

Page 48: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

berpengaruh terhadap mutu dan zat berkhasiat yang terkandung di dalam tanaman

obat. Periode panen merupakan waktu yang diperlukan untuk memanen hasil

tanaman terhitung mulai dari tanaman tersebut ditanam. Waktu panen tanaman

obat tidak seluruhnya tergantung pada umur tanaman, tetapi didasarkan pada

pemanfaatannya. Hampir semua bagian dari tanaman obat dapat dimanfaatkan

maka waktu panen juga beragam; ada tanaman obat yang dipanen pada waktu

pertumbuhan vegetatif dan ada pula yang dipanen pada masa pertumbuhan

generatif (Syukur & Hernani 2003).

Penelitian mengenai umur dan frekuensi panen terhadap pertumbuhan dan

produksi pucuk kolesom telah dilakukan oleh Sugiarto (2006). Penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara umur dan frekuensi panen tanaman

kolesom yang ditanam pada wadah plastik (polybag). Interaksi keduanya secara

nyata mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah pucuk setiap kali

panen. Kombinasi perlakuan umur panen 8 MST dan interval panen 3 minggu

nyata menghasilkan jumlah tajuk tertinggi setiap kali panen yaitu sebanyak 20

pucuk/tanaman. Penelitian tersebut tidak mempelajari pengaruh waktu dan

interval panen terhadap kandungan senyawa kimia kolesom.

Penelitian Li & Strid (2005) menunjukkan bahwa pemanenan dengan cara

pemangkasan pucuk pada tanaman Arabidopsis thaliana dapat meningkatkan

kandungan antosianin. Antosianin meningkat secara linear antara 2-8 hari setelah

pemangkasan yang menyebabkan tanaman berubah menjadi ungu. Hal ini diduga

karena pemangkasan dapat menginduksi ekspresi gen CHS yang mengkode

enzim chalcone synthase. Enzim chalcone synthase adalah enzim yang berperan

dalam biosintesis antosianin.

Interval panen diduga juga dapat mempengaruhi produksi dan kandungan

protein daun. Kandungan protein pada Napier grass mengalami penurunan dari

204 g/kg BK menjadi 92 g/kg BK ketika interval panen diperpanjang dari 2

minggu menjadi 8 minggu (Maryawu et al. 2003). Hal ini sejalan dengan

penelitian Sanchez et al. (2007) yang menunjukkan bahwa kandungan protein

pada Cratylia argentea mengalami penurunan dari 219 g/kg BK menjadi 185

g/kg BK ketika interval panen diperpanjang dari 8 minggu menjadi 16 minggu.

Page 49: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

KEADAAN UMUM PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Bogor.

Hasil analisis tanah yang dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan

Sumber Lahan Fakultas pertanian IPB (lampiran 1) menunjukkan bahwa tanah

yang digunakan pada penelitian ini tergolong netral dengan pH H2O sebesar 6.90.

Kapasitas tukar kation tanah tergolong sedang yaitu 16.46 me/100 g sehingga

memungkinkan tanah mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik

bagi tanaman. Tekstur tanah yang digunakan tergolong berliat karena kandungan

liatnya lebih dari 30%.

Tabel 2 menunjukkan data mengenai temperatur, kelembaban, dan curah

hujan selama penelitian berlangsung. Data diambil dari Stasiun Klimatologi

Darmaga Bogor yang terletak pada 06.33 LS, 106.45 BT, dan elevasi 190 m.

Tabel 2 Data iklim penelitian pada bulan Nopember 2009-Desember 2010

Bulan Temperatur (

0C)

Kelembaban

(%)

Curah

hujan

(mm/

bulan) Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata

Percobaan I

Nopember 2009 26.3 31.8 23.2 81.0 407.0

Desember 2009 26.1 31.8 22.9 85.0 258.2

Januari 2010 25.3 30.2 22.9 88.0 252.0

Pebruari 2010 25.0 31.8 23.3 85.0 460.7

Percobaan II &

III

April 2010 27.1 33.2 23.2 77.0 43.0

Mei 2010 26.7 32.7 23.7 84.0 331.0

Juni 2010 25.9 31.2 23.1 85.9 303.4

Juli 2010 25.8 31.5 22.9 84.0 237.0

Percobaan IV

Oktober 2010 25.4 31.5 22.7 86.0 436.2

Nopember 2010 25.0 31.6 23.2 82.0 284.3

Desember 2010 25.5 30.3 22.9 83.0 177.3

Perlakuan interval panen sangat mempengaruhi waktu pembungaan

tanaman. Kolesom yang mendapatkan perlakuan interval panen 30 dan 15 hari

pada percobaan 1 masing-masing secara berurutan berbunga pada umur 40 dan 50

HST, sedangkan kolesom yang dipanen 10 hari sekali tidak sempat berbunga

Page 50: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

karena intensifnya pemanenan. Kolesom yang mendapatkan perlakuan interval

panen 30 hari pada percobaan II berbunga pada umur 45 HST, sedangkan

kolesom yang dipanen 15 hari sekali berbunga pada umur 50 HST. Waktu

pembungaan pada percobaan III tampak seragam yaitu pada umur 50 HST baik

pada kolesom yang mendapatkan perlakuan interval panen 30 hari maupun 15

hari, sedangkan pada percobaan IV sebagian besar tanaman telah berbunga pada

umur 60 HST. Keseragaman dinilai berdasarkan kriteria bahwa ≥70% tanaman

pada suatu perlakuan telah berbunga.

Frekuensi panen yang terlalu sering mengakibatkan tanaman yang dipanen

dengan interval 10 hari sekali hanya dapat menghasilkan pucuk sampai umur 60

HST saja. Perlakuan tersebut dapat mempersingkat umur produksi dan

mempercepat kematian tanaman. Kolesom yang mendapatkan interval panen 15

dan 30 hari sekali dapat menghasilkan pucuk sampai umur 90 HST meskipun

ukuran pucuk semakin mengecil sejalan dengan pertambahan umur tanaman.

Pembungaan yang terjadi tidak menghalangi munculnya pucuk pasca pemanenan.

Perbedaan perkembangan tajuk sangat terlihat antara kolesom yang ditanam di

lahan dengan wadah plastik (polybag). Kolesom yang ditanam di lahan

menghasilkan tajuk yang lebih berkembang dan banyak cabang daripada kolesom

di wadah plastik. Kolesom yang ditanam di wadah plastik cenderung

perkembangannya vertikal sehingga tanaman tampak lebih tinggi daripada

kolesom yang ditanam di lahan.

Gambar 5 memperlihatkan kerusakan daun kolesom akibat secondary

pathogen dan belalang yang menyerang tanaman kolesom selama percobaan

berlangsung. Secondary pathogen menyebabkan hilangnya epidermis daun dan

meninggalkan lubang kecil pada permukaan daun, sedangkan belalang

menimbulkan kerusakan daun berupa robekan akibat gigitan mulutnya.

Penyakit yang menyerang adalah penyakit yang menimbulkan busuk

batang dan akar. Gejala awal dari adanya penyakit ini adalah menguncupnya

daun kolesom pada siang hari, beberapa hari kemudian batang berwarna coklat

sampai hitam dan berlendir (Gambar 6). Bila dicabut, maka umbi telah busuk

dan daging umbi berwarna merah darah serta menimbulkan bau tidak sedap.

Penyakit pada umumya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 60 HST.

Page 51: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tanaman yang mengalami busuk batang dan akar segera dicabut dan dijauhkan

dari lokasi percobaan agar tidak menular ke tanaman lainnya.

Gambar 5 (a) Kerusakan yang ditimbulkan oleh secondary pathogen; (b)

Kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang.

Gambar 6 (a) Kuncup daun gejala penyakit busuk batang dan akar; (b) Kolesom

yang terserang penyakit busuk batang.

Penyakit yang hanya dijumpai pada percobaan II dan IV adalah penyakit

yang menyebabkan bercak merah di bagian belakang permukaan daun (Gambar

7). Daun yang terserang penyakit ini segera dipetik dari tanaman agar tidak

terjadi penularan yang lebih luas. Kondisi ini menyebabkan menurunnya bobot

basah total tanaman. Serangan hama dan penyakit yang terjadi pada percobaan ini

masih di bawah ambang batas ekonomis sehingga belum membutuhkan

penanganan serius.

a b

a b

Page 52: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 7 Daun yang terserang penyakit bercak merah.

Pigmen antosianin sangat terlihat nyata pada daun dan batang tanaman

yang diduga telah terinfeksi penyakit di percobaan IV (Gambar 8). Pigmen

antosianin tersebut berwarna keunguan tampak pada bagian belakang permukaan

daun dan cabang yang mendukung daun tersebut.

Gambar 8 (a) Pigmen antosianin yang terdapat pada batang; (b) Pigmen

antosianin yang terdapat pada daun kolesom.

a b

Page 53: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN

PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA

BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN+KALIUM

DAN INTERVAL PANEN

Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare

(Jacq.) Willd) at Different Rates of Nitrogen+Potassium and Harvest Intervals

Abstrak

Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis pupuk nitrogen+kalium

dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga,

Bogor, Indonesia pada bulan November 2009 sampai Februari 2010. Penelitian

menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor dan 3 ulangan.

Kedua faktor tersebut adalah dosis pupuk N+K (50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg

urea +100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg KCl/ha, 100 kg urea +100 kg KCl/ha)

dan interval panen (30, 15, dan 10 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen 15 hari

menghasilkan produksi protein pucuk kolesom tertinggi yaitu sebesar 4.72

g/tanaman. Produksi antosianin pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh masing-

masing perlakuan 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (152.23 µmol/tanaman) atau

interval panen 10 hari (165.27 µmol/tanaman), namun tidak dipengaruhi oleh

interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Ditemukan korelasi positif antara

kandungan protein dan klorofil; kandungan antosianin dan gula; kandungan

antosianin dan semua komponen pertumbuhan, kecuali bobot kering daun.

Kata Kunci : sayuran daun, protein, antosianin, pemupukan, panen

Abstract

The experiment was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from

November 2009 until Februari 2010 to study the effect of different rates of

nitrogen+potassium and harvest intervals on waterleaf shoot (Talinum

triangulare (Jacq.) Willd) protein and anthocyanin production. A randomized

complete block design was used with three replications of two factors, which were

rates of N+K fertilizer (50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg urea +100 kg KCl/ha,

100 kg urea + 50 kg KCl/ha, 100 kg urea +100 kg KCl/ha) and harvest intervals

(30, 15, dan 10 days). The result showed that combination of 100 kg urea + 100

kg KCl/ha and 15 days harvest interval gave the highest protein production (4.72

g/plant). The highest anthocyanin production was resulted by treatments of 100

kg urea+ 100 kg KCl/ha (152.23 µmol/plant) or 10 days harvest interval

(165.27µmol/plant), but it was not influenced by interaction between rates of

N+K fertilizer and harvest interval. There was a positive correlation between

protein and chlorophyll content; anthocyanin and sugar content; anthocyanin

content and all growth components ,except leaf dry weight.

Keywords : leafy vegetable, protein, anthocyanin, fertilization, harvest

Page 54: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Pendahuluan

Kolesom (Talinum triangulare) merupakan tanaman yang aman

dikonsumsi berdasarkan uji toksisitas akut (Nugroho 2000). Daun kolesom

memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat karena memiliki nutrisi dan

senyawa bioaktif yang penting bagi kesehatan. Salah satu nutrisi penting yang

terdapat pada daun kolesom adalah protein yang mengandung 18 macam asam

amino, di mana kandungan asam amino tertinggi yang terkandung di dalamnya

adalah asam glutamat (586.3 g/kg) dan leusin (563.8 g/kg) (Fasuyi 2007).

Penelitian Susanti et al. (2008) menunjukkan bahwa daun kolesom mengandung

senyawa bioaktif flavonoid, steroid, dan alkaloid. Penelitian Mualim et al. (2009)

menunjukkan bahwa salah satu senyawa flavonoid yang telah terdeteksi adalah

antosianin. Menurut Castañeda-Ovando et al. (2009), antosianin merupakan

pigmen penting pada tanaman yang berperan sebagai antioksidan alami bagi

kesehatan manusia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ofusori et al. (2008)

yang menunjukkan bahwa kandungan antioksidan dari ekstrak daun kolesom

dapat memberikan pengaruh baik terhadap syaraf otak dan meningkatkan

kemampuan kognitif.

Peningkatan produksi dan kualitas sayuran daun dapat dilakukan melalui

usaha pemupukan. Hasil penelitian Chen et al. (2004) menunjukkan bahwa

semakin tinggi dosis pupuk N sampai pada dosis optimal (0.30 g/kg tanah) pada

sayuran daun Brassica campestris L., Brassica chinensis var. Oleifera Makino et

nenoto, dan Spinacia oleracea L. dapat meningkatkan aktivitas nitrat reduktase

yang diperlukan dalam sintesis protein. Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa

unsur kalium merupakan faktor pembatas dalam produksi antosianin daun

kolesom. Kombinasi perlakuan pemupukan N dan K (100 kg urea/ha dan 100 kg

KCl/ha) memberikan produksi antosianin tertinggi, namun dosis kombinasi

pemupukan N dan K yang optimal untuk mendapatkan daun kolesom yang

mengandung protein dan antosianin yang tinggi belum diketahui.

Tanaman kolesom dapat dipanen berkali-kali dengan cara memangkas

pucuk dengan masa produksi hanya berkisar 2 bulan (Fontem & Schippers 2004;

Sugiarto 2006). Interval panen berpengaruh penting terhadap produksi biomassa,

nilai nutrisi, potensi pertumbuhan kembali, dan ketahanan hidup spesies setelah

Page 55: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

dipanen (Man & Wiktorsson 2003). Pemanenan dengan cara pemangkasan pucuk

pada Arabidopsis thaliana dapat meningkatkan kandungan antosianin (Li & Strid

2005). Kandungan protein pada Napier grass dan Cratylia argentea mengalami

penurunan ketika interval panen diperpanjang (Manyawu et al. 2003; Sanchez et

al. 2007). Penelitian mengenai interval panen daun kolesom terhadap kandungan

protein dan antosianin belum dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dosis pupuk

nitrogen+kalium dan interval panen yang dapat meningkatkan produksi protein

dan antosianin pada pucuk kolesom.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Februari 2010,

bertempat di kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis komponen

fisiologis tanaman dilakukan di laboratorium Plant Analysis and Chromatography,

sedangkan analisis komponen pertumbuhan dilakukan di Laboratorium Molecular

Marker and Spectrophotometry UV-VIS Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain setek kolesom

berukuran panjang 10 cm (Gambar 9), pupuk kandang ayam petelur, urea, KCl,

SP-18, arang sekam.

Gambar 9 Setek kolesom berukuran panjang 10 cm

Page 56: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Peralatan yang digunakan antara lain kantong plastik (polybag) berukuran

40 cm x 50 cm (kapasitas 10 kg), spektrofotometer shimadzu UV-1800, sentrifuge

heraeus labofuge-400R.

Metode Penelitian

Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok lengkap dengan

2 faktor (Two factor experiment in randomized complete block design). Faktor

pertama adalah interval panen yaitu 30, 15, dan 10 hari dengan jadwal panen yang

tercantum pada Tabel 3. Faktor kedua adalah dosis pupuk N + K yaitu 50 kg urea

+ 50 kg KCl/ha, 50 kg urea + 100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg KCl/ha, dan

100 kg urea + 100 kg KCl/ha.

Tabel 3 Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang

berbeda selama 80 HST

Interval

panen

(hari)

HST Total

panen

(kali) 20 30 35 40 50 60 65 70 80

30 √ √ √ 3

15 √ √ √ √ √ 5

10 √ √ √ √ √ √ √ 7 Keterangan : √ = panen. HST = hari setelah tanam.

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali

sehingga diperoleh 36 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri dari 10

tanaman.

Model statistik untuk rancangan acak kelompok faktorial adalah sebagai

berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor dosis pupuk N + K taraf ke-i, faktor

interval panen taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan dosis pupuk N + K taraf ke-i (i = 1, 2,3, 4)

βj = pengaruh perlakuan interval panen taraf ke-j (j = 1, 2, 3)

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan dosis pupuk N + K ke-i dengan

interval panen ke-j

Page 57: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

ρk = pengaruh kelompok ke-k (k = 1, 2, 3)

εijk = pengaruh galat percobaan perlakuan dosis pupuk N + K ke-i, interval

panen ke-j, dan kelompok ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh

nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan bahan tanam. Bahan tanam yang digunakan adalah setek karena

tingkat keberhasilannya lebih tinggi daripada biji (Susanti et al. 2008). Pembibitan

dilakukan lebih dahulu untuk keperluan bahan tanam agar mendapatkan bibit yang

seragam. Pembibitan dilakukan 2 bulan sebelum tanam. media tanam yang

digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang ayam petelur (2:1/v:v).

Penyiapan media tanam. Media tanam yang digunakan adalah campuran

antara tanah dan arang sekam (3:2/v:v). Pupuk kandang ayam diberikan sebanyak

25 g/polybag atau setara dengan 5 ton/ha yang telah dicampur 2 minggu sebelum

tanam. Sebelum penanaman dilakukan analisis sifat fisik dan kimia terhadap

tanah dan pupuk kandang ayam. Media tanam disiapkan dengan memasukkan

campuran media tersebut ke dalam polybag.

Penanaman. Setek batang ditanam di polybag yang telah berisi media

tanam. Setek batang diambil dari bibit yang memiliki pertumbuhan sehat dan

seragam pada persemaian. Setek batang yang digunakan berukuran panjang 10

cm dan tanpa daun. Pangkal batang dipotong miring. Batang yang dipilih adalah

batang yang berwarna hijau. Setiap polybag ditanam 1 tanaman. Pemberian

pupuk kalium dan nitrogen sesuai dosis perlakuan diberikan pada saat setek

tanaman telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna. Pupuk SP-18 diberikan

pula dengan dosis 50 kg/ha untuk semua perlakuan.

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,

penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan

sekali sehari pada pagi hari pada awal pertumbuhan dan 2 hari sekali jika tajuk

telah berkembang. Penyiangan dilakukan setiap saat secara manual sehingga pot

perlakuan bebas dari gulma. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan

memperhatikan gejala serangan.

Page 58: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Panen. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom

sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari

setiap cabang yang ada (Gambar 10).

Gambar 10 Pucuk kolesom berukuran panjang 10 cm

Pengamatan

Pengamatan meliputi komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman.

Komponen fisiologis tanaman

1. Analisis kandungan protein kasar pucuk dilakukan pada umur 20, 50, dan

80 hari menggunakan metode Lowry dengan kurva standar dari Bovin

Serum Albumin (Waterborg 2002) (Lampiran 2).

2. Analisis kandungan antosianin dan klorofil total pucuk dilakukan pada

umur 20, 50, dan 80 hari dengan menggunakan metode Sims & Gamon

(2002) (Lampiran 3).

3. Analisis gula total pucuk dilakukan pada umur 20, 50, dan 80 hari dengan

menggunakan metode antronic (Yemm & Willis 1954) (Lampiran 4).

Komponen pertumbuhan tanaman

1. Bobot basah pucuk layak jual (g) diukur pada saat panen tanaman umur

20, 50, dan 80 hari dengan cara menimbang hasil pangkasan pucuk yang

dihasilkan setiap individu tanaman.

2. Bobot basah tanaman total (g) terdiri atas daun, batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen 80 HST dengan menggunakan timbangan.

3. Bobot kering tanaman total (g) terdiri atas daun, batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen 80 HST dengan menggunakan timbangan

setelah dioven pada suhu 105 C selama 2 hari.

Page 59: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Hasil dan Pembahasan

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman

Variabel Pengamatan

Perlakuan

KK(%) Dosis pupuk

N + K

Interval

Panen

Interaksi

Kandungan protein 20 HST tn tn tn 14.15

Kandungan protein 50 HST ** ** tn 24.58

Kandungan protein 80 HST ** ** ** 12.95

Kandungan antosianin 20 HST tn tn tn 20.64

Kandungan antosianin 50 HST tn tn tn 29.27

Kandungan antosianin 80 HST tn tn tn 13.20

Kandungan klorofil total 20 HST tn tn tn 8.95

Kandungan klorofil total 50 HST tn tn tn 28.59

Kandungan klorofil total 80 HST ** tn tn 21.30

Kandungan gula total 20 HST tn tn tn 36.98

Kandungan gula total 50 HST tn ** tn 47.60

Kandungan gula total 80 HST tn ** tn 35.21

Bobot basah pucuk 20 HST ** tn tn 15.79

Bobot basah pucuk 50 HST ** ** ** 6.87

Bobot basah pucuk 80 HST ** ** ** 12.58

Bobot basah pucuk total ** ** ** 10.11

Bobot basah daun total ** ** tn 12.65

Bobot kering daun total ** ** tn 15.51

Bobot basah batang total ** ** tn 10.97

Bobot kering batang total ** ** tn 9.67

Bobot basah umbi total ** ** tn 10.59

Bobot kering umbi total ** ** tn 10.62

Produksi protein ** ** ** 20.64

Produksi antosianin * ** tn 22.10 Keterangan : * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; ** = berbeda nyata menurut uji F

pada taraf 1%; tn = tidak nyata. KK = koefisien keragaman.

Komponen Fisiologis Tanaman

Kandungan Protein

Kandungan protein pucuk kolesom layak jual dengan berbagai dosis

pupuk urea + KCl pada interval panen 30, 15, dan 10 hari secara berurutan

ditunjukkan oleh Gambar 11a, 11b, dan 11c.

Page 60: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 11a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N + K dengan interval panen 30 hari

Gambar 11b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N + K dengan interval panen 15 hari

Gambar 11c Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N + K dengan interval panen 10 hari

0

2

3

5

6

8

9

11

12

14

15

20 50 80Kan

du

ngan

pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

0235689

11121415

20 35 50 65 80Kan

du

ngan

Pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu Pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

0

2

3

5

6

8

9

11

12

14

15

20 30 40 50 60 70 80

Kan

du

ngan

pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 61: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 11a, 11b, dan 11c menunjukkan bahwa semua perlakuan dosis

pupuk urea + KCl pada berbagai interval panen menghasilkan kandungan protein

pucuk kolesom layak jual yang mengalami peningkatan seiring pertambahan umur

panen sampai umur 50 HST dan selanjutnya mengalami penurunan pada panen

berikutnya. Ketiadaan pucuk kolesom layak jual yang dapat dipanen

mengakibatkan tidak ada data kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada

umur 70 dan 80 HST pada tanaman yang dipanen dengan interval 10 hari.

Kandungan protein yang terus meningkat hingga umur 50 HST diduga

terkait dengan kisaran waktu fase vegetatif kolesom. Fase vegetatif tanaman

menjadikan pucuk merupakan organ yang paling aktif melakukan proses

metabolisme dan aktivitas ini akan menurun pada saat tanaman memasuki fase

reproduktif. Fase reproduktif yang ditandai oleh munculnya bunga pada

percobaan ini terjadi antara umur 40-60 HST. Kemudian kandungan protein akan

terus menurun pada saat tanaman memasuki masa senescence. Masa senescence

terlihat pada umur 80 HST dimana daun-daun dewasa kolesom telah menguning

akibat kekurangan hara N.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea + KCl dengan

berbagai dosis tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan protein pucuk

kolesom layak jual pada umur 20 HST. Diduga bahwa kandungan protein pucuk

kolesom pada umur yang masih muda ini ditentukan oleh kapasitas metabolisme

tanaman yang dibatasi oleh fase pertumbuhan tanaman. Artinya berapapun

jumlah hara yang diberikan tidak dapat meningkatkan kandungan protein pucuk

kolesom karena ada kapasitas maksimum sintesis protein pada umur tertentu.

Pemanenan pucuk yang dimulai pada umur 20 HST menyebabkan perlakuan

interval panen tidak berpengaruh terhadap kandungan protein pucuk layak jual

pada umur 20 HST.

Semakin tinggi total dosis pupuk urea + KCl yang diberikan maka

semakin tinggi pula kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 50

HST. Semakin panjang interval panen akan menurunkan kandungan protein.

Pucuk kolesom yang dipanen setiap 15 atau 10 hari menghasilkan kandungan

protein pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan kolesom yang dipanen

setiap 30 hari sekali pada umur 50 HST. Kandungan protein pucuk layak jual

Page 62: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pada semua perlakuan telah mengalami penurunan pada pemanenan umur 80

HST. Perlakuan interval panen 10 hari tidak dibandingkan karena tidak

menghasilkan pucuk layak jual pada umur 80 HST, sehingga interval panen

tersebut tidak dapat direkomendasikan pada budidaya kolesom karena akan

memperpendek masa produksi pucuk kolesom.

Tabel 5 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan dosis pupuk N + K pada umur 20, 50, dan 80 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

20 50 80

…………………..mg/g bb……………………….

Interval panen (hari)

30 3.54 7.99 b 4.72 b

15 3.93 9.77 a 6.33 a

10 3.57 8.78 ab -

Dosis pupuk urea + KCl

(kg/ha)

50 + 50 3.38 7.91 c 4.31 c

50 + 100 3.74 8.51 b 4.73 c

100 + 50 3.94 8.39 b 5.97 b

100 + 100 3.66 10.60 a 7.09 a

Interaksi tn tn ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. - = tidak

ada pucuk.

Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 80 HST

dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan dosis pupuk urea + KCl dan interval

panen. Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk 100 kg urea + 100 kg

KCl/ha atau 100 kg urea + 50 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen setiap 15

hari sekali menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom tertinggi. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa peningkatan unsur N lebih dibutuhkan dibandingkan

unsur K dalam pembentukan protein dalam pucuk kolesom. Namun,

keseimbangan hara merupakan faktor kunci yang berpengaruh terhadap kualitas

hasil tanaman. Kombinasi antara unsur N dan K dalam dosis yang tepat sangat

dibutuhkan untuk pembentukan protein karena kedua unsur tersebut merupakan

unsur yang sangat fundamental dalam proses biokimianya. Marschner (1995)

menjelaskan bahwa unsur N yang diberikan melalui akar akan dimetabolisme

untuk membentuk asam amino yang akan ditransportasikan ke tajuk yang

Page 63: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

selanjutnya membentuk ikatan peptida untuk menghasilkan protein, sedangkan

Szczerba et al. (2009) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam

aktivasi enzim dan pemanjangan ikatan peptida pada proses pembentukan protein.

Tabel 6 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan dosis pupuk N + K umur 80 HST

Dosis pupuk urea +

KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

30 15

…………… mg/g bb……………..

50 + 50 3.97 c 4.64 bc

50 + 100 4.38 c 5.07 bc

100 + 50 4.70 bc 7.24 a

100 + 100 5.84 b 8.35 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah.

Kandungan protein pucuk kolesom yang dipanen dengan interval 15 hari

lebih tinggi dibandingkan dengan kolesom yang dipanen dengan interval 30 hari.

Hal ini disebabkan karena pemanenan pucuk secara periodik dengan interval

panen yang lebih pendek mengakibatkan peningkatan aktivitas rejuvenasi dan

menjadikan pucuk kolesom menjadi sink utama translokasi hara N yang akan

digunakan untuk sintesis asam amino menjadi protein pada pucuk muda,

sedangkan pemanenan pucuk dengan interval waktu yang lebih panjang akan

memberikan peluang waktu lebih cepat bagi kolesom untuk memasuki masa

reproduktif dan terjadi remobilisasi kandungan hara N dari pucuk kepada organ

sink lain yang menyebabkan sintesis protein pada pucuk menurun. Penurunan

kandungan protein yang disebabkan karena interval panen yang panjang juga

ditemukan oleh Manyawu et al. (2003) dan Sarwar et al. (2006) pada rumput

Napier dan Pennisetum.

Kandungan Antosianin

Gambar 12a dan 12b secara berurutan menunjukkan bahwa kandungan

antosianin pada pucuk kolesom layak jual pada berbagai perlakuan dosis pupuk

urea + KCl dengan interval panen 30 dan 15 hari terus mengalami penurunan

sejalan dengan pertambahan umur panen. Gambar 12c menunjukkan bahwa

kandungan antosianin mengalami penurunan hingga umur 50 HST dan kemudian

terjadi peningkatan kembali pada umur 60 HST, namun kandungan antosianin

Page 64: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pada umur 60 HST tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan

kandungan antosianin pada umur 20 HST.

Kandungan antosianin tertinggi pada gambar 12a, 12b, dan 12c terdapat

pada kolesom yang dipanen pada umur 20 HST. Hasil ini menunjukkan bahwa

pucuk kolesom mengakumulasi antosianin lebih tinggi pada awal pertumbuhan

vegetatif dan akan terjadi penurunan kandungan antosianin sejalan dengan

pertambahan umur. Adanya peningkatan kandungan antosianin pucuk pada umur

60 HST pada kolesom yang mendapatkan perlakuan pupuk urea + KCl yang

dipanen setiap 10 hari sekali kemudian diikuti oleh ketiadaan pucuk pada umur 70

dan 80 HST menunjukkan bahwa peningkatan kandungan antosianin pucuk

kolesom dapat berperan sebagai penanda bahwa tanaman telah mengalami

cekaman yang mengakibatkan tanaman mengalami senescence yang lebih cepat.

Oleh karena itu, pemanenan pucuk kolesom setiap 10 hari sekali dapat dianggap

sebagai pemanenan yang sangat intensif dan tidak memberikan waktu yang lebih

panjang untuk proses recovery jaringan tanaman. Berdasarkan penjelasan Hatier

& Gould (2008) mengenai berbagai macam stres pada tanaman yang dapat

menginduksi pigmen antosianin, maka pemanenan yang terlalu intensif dapat

dikategorikan sebagai pelukaan jaringan yang menyebabkan stres abiotik.

Gambar 12a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

dosis pupuk N + K dengan interval panen 30 hari

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

20 50 80

Kan

du

ngan

An

tosi

an

in

mol/

g b

b)

Waktu Pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 65: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 12b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

dosis pupuk N + K dengan interval panen 15 hari

Gambar 12c Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

dosis pupuk N + K dengan interval panen 10 hari

Tabel 7 menunjukkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom pada

umur 20, 50, dan 80 HST tidak dipengaruhi oleh berbagai dosis pupuk urea + KCl

yang diberikan pada awal tanam dan interval panen. Diduga berbagai dosis pupuk

urea + KCl yang diberikan masih berada dalam selang kecukupan yang sama

untuk pembentukan antosianin. Hasil percobaan ini dapat menjelaskan bahwa

dosis 100 kg urea + 100 kg KCl/ha yang merupakan kombinasi terbaik untuk

pembentukan antosianin pada pucuk kolesom pada penelitian Mualim et al.

(2009) tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kandungan

antosianin pucuk kolesom yang dipanen secara berulang. Penelitian pengaruh

kombinasi dosis pupuk N+K pada tanaman anggur yang dilakukan oleh Delgado

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

20 35 50 65 80

Kan

du

ngan

An

tosi

an

in

mol/

g b

b)

Waktu Pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha50 kg urea + 100 kg

KCl/ha100 kg urea + 50 kg

KCl/ha100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

20 30 40 50 60 70 80

Kan

du

ngan

an

tosi

an

in

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 66: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

et al. (2006) menunjukkan bahwa peningkatan kandungan antosianin dapat

dilakukan dengan pemberian kombinasi antara dosis K tinggi dengan N sedang.

Tabel 7 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan dosis pupuk N + K umur 20, 50, dan 80 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

20 50 80

………………µmol/g bb………………

Interval panen (hari)

30 0.49 0.28 0.16

15 0.47 0.30 0.10

10 0.48 0.27 -

Dosis pupuk urea + KCl (kg/ha)

50 + 50 0.44 0.32 0.11

50 + 100 0.49 0.28 0.13

100 + 50 0.51 0.28 0.12

100 + 100 0.48 0.26 0.14

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak

nyata – = tidak ada pucuk.

Kandungan Klorofil

Gambar 13a, 13b, dan 13c masing-masing secara berurutan menunjukkan

bahwa kolesom yang mendapatkan berbagai perlakuan dosis pupuk urea + KCl

pada semua interval panen menghasilkan kandungan klorofil pucuk yang

mengalami penurunan sejalan pertambahan umur tanaman.

Gambar 13a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 30 hari pada umur 20, 50, dan

80 HST

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

20 50 80

Kan

du

ngan

klo

rofi

l (µ

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 67: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 13b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 15 hari pada umur 20, 50, dan

80 HST

Gambar 13c Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N+K dengan interval panen 10 hari pada umur 20, 50, dan

80 HST

Tabel 8 menunjukkan bahwa berbagai dosis pupuk urea + KCl yang hanya

mempengaruhi kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada umur 80 HST.

Semakin tinggi jumlah dosis pupuk urea yang dikombinasikan dengan berapapun

dosis pupuk KCl menyebabkan semakin tinggi pula kandungan klorofil pucuk

kolesom yang dipanen pada umur 80 HST. Hal ini dapat terlihat bahwa

pemberian pupuk 100 kg urea + 50 kg KCl/ha atau 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

diperlukan untuk menghasilkan kandungan klorofil pucuk kolesom tertinggi pada

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

20 50 80Kan

du

ngan

klo

rofi

l (µ

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

20 50 80Kan

du

ngan

klo

rofi

l (µ

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 10 hari

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100

kg KCl/ha

100 kg urea + 50

kg KCl/ha

100 kg urea + 100

kg KCl/ha

Page 68: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

umur 80 HST. Interval panen tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil

pucuk kolesom layak jual pada umur 20, 50, dan 80 HST.

Tabel 8 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan dosis pupuk N+K umur 20, 50, dan 80 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

20 50 80

………………..µmol/g bb………………

Interval panen (hari)

30 1.90 0.85 0.26

15 1.78 0.98 0.31

10 1.75 0.91 -

Dosis pupuk urea + KCl (kg/ha)

50 + 50 1.74 0.87 0.19 c

50 + 100 1.80 0.93 0.28 bc

100 + 50 1.95 0.85 0.32 ab

100 + 100 1.75 1.02 0.38 a

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak nyata. – = tidak ada pucuk.

Respon kolesom terhadap berbagai dosis pupuk urea + KCl untuk

menghasilkan kandungan klorofil pucuk memperlihatkan bahwa unsur N lebih

berpengaruh terhadap kandungan klorofil pucuk kolesom dibandingkan unsur K.

Hal ini mendukung pernyataan Fridgen & Varco (2004) dan Havlin et al. (2005)

bahwa N merupakan unsur utama untuk sintesis molekul klorofil pada kloroplas,

sedangkan unsur K tidak memberikan pengaruh langsung terhadap kandungan

klorofil daun. Namun, kekurangan hara K dapat mengakibatkan kerusakan

klorofil yang ditandai dengan munculnya nekrosis pada daun tanaman.

Hasil penelitian pada tanaman kapas dan gandum menunjukkan bahwa

kandungan klorofil pada daun tanaman dapat digunakan sebagai indikator status N

tanaman sehingga keterkaitan antara klorofil dan N pada tanaman dapat pula

dikaitkan dengan semua elemen yang terlibat dalam metabolisme sel yang

menggunakan N sebagai hara utama terutama protein (Bronson et al. 2003;

Houles et al. 2007). Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa dosis pupuk sebesar

100 kg urea + 100 kg KCl/ha atau 100 kg urea + 50 kg KCl/ha yang diberikan

pada awal tanam menghasilkan kandungan protein (lihat Tabel 6) dan klorofil

pucuk kolesom tertinggi pada umur 80 HST.

Page 69: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Kandungan Gula

Gambar 14a, 14b, dan 14c menunjukkan bahwa kandungan gula pucuk

kolesom mengalami peningkatan dari umur 20 sampai 50 HST kemudian

mengalami penurunan pada umur 80 HST pada semua perlakuan dosis pupuk urea

+ KCl dengan berbagai interval panen.

Gambar 14a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N + K dengan interval panen 30 hari pada umur 20, 50, dan

80 HST

Gambar 14b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N + K dengan interval panen 15 hari pada umur 20, 50, dan

80 HST

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

20 50 80

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

20 50 80

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 70: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 14c Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis

pupuk N + K dengan interval panen 10 hari pada umur 20, 50, dan

80 HST

Tabel 9 menunjukkan bahwa kandungan gula pucuk kolesom hanya

dipengaruhi oleh interval panen. Semakin panjang interval panen maka akan

semakin tinggi pula kandungan gula pucuk kolesom. Pemanenan pucuk dengan

interval 30 hari dapat menghasilkan kandungan gula tertinggi pada umur 50 dan

80 HST.

Tabel 9 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen

dan dosis pupuk N+K umur 20, 50, dan 80 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

20 50 80

……………….mg/g bb………………

Interval panen (hari)

30 1.44 1.04 a 0.54 a

15 1.29 0.64 b 0.25 b

10 1.35 0.57 b -

Dosis pupuk urea+KCl

(kg/ha)

50 + 50 1.19 0.79 0.32

50 + 100 1.31 0.87 0.44

100 + 50 1.75 0.86 0.33

100 + 100 1.19 0.48 0.50

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak

nyata. – = tidak ada pucuk.

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

20 50 80

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 10 hari

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 71: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Interval panen yang lebih panjang dapat menghasilkan kandungan gula

tertinggi kemungkinan karena kolesom pada perlakuan ini memiliki peluang

untuk mengakumulasi C pada pucuk lebih besar daripada perlakuan yang

mendapatkan interval panen yang lebih pendek karena memiliki luas daun efektif

yang lebih banyak untuk berfotosintesa. Simon et al. (2004) & Teixera et al.

(2007) menyatakan bahwa pemanenan daun dengan interval panen yang lebih

pendek akan mengurangi daun yang berpotensi untuk meningkatkan laju

fotosintesis, sehingga akan mengurangi asimilasi C untuk tanaman. Inisiasi tunas

baru untuk membentuk pucuk kembali setelah pemanenan akan mengakibatkan

mobilisasi cadangan N organik dan C organik akan dilepaskan pada respirasi

sebagai energi yang dibutuhkan untuk aktivitas pertumbuhan, sehingga

kandungan gula akan lebih rendah.

Komponen Pertumbuhan Tanaman

Bobot Basah Pucuk Layak Jual

Gambar 15a dan 15b secara berurutan menunjukkan bahwa bobot basah

pucuk kolesom layak jual mengalami peningkatan dari umur 20 HST sampai 50

HST kemudian mengalami penurunan pada semua perlakuan dosis pupuk urea +

KCl dengan interval panen yang berbeda.

Gambar 15a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N + K dengan interval panen 30 hari

0

10

20

30

40

50

60

20 50 80

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu pemanenan (HST)

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl

100 kg urea + 100

kg KCl/ha

Page 72: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 15b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N + K dengan interval panen 15 hari

Gambar 15c menunjukkan bahwa bobot basah pucuk kolesom layak jual

yang dipanen dengan interval 10 hari mengalami peningkatan dari umur 20

sampai 40 HST kemudian mengalami penurunan. Kolesom yang mendapat

perlakuan interval panen 10 hari memiliki masa produksi yang lebih pendek

karena menghasilkan pucuk layak jual hanya sampai umur 60 HST.

Gambar 15c Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk

N + K dengan interval panen 10 hari

0

10

20

30

40

50

60

20 35 50 65 80

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

0

10

20

30

40

50

60

20 30 40 50 60 70 80

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu pemanenan (HST)

50 kg urea + 50 kg

KCl/ha

50 kg urea + 100 kg

KCl/ha

100 kg urea + 50 kg

KCl/ha

100 kg urea + 100 kg

KCl/ha

Page 73: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Adanya fluktuasi bobot basah pucuk layak jual selama periode tanam 80

hari yang disebabkan oleh berbagai berbagai dosis pupuk urea + KCl dan interval

panen menunjukkan bahwa peningkatan bobot basah pucuk hanya terjadi pada

saat fase vegetatif tanaman dan menurun pada saat memasuki fase reproduktif

tanaman. Semakin pendek interval panen yang menandakan semakin tinggi

intensitas panen maka akan menurunkan hasil yang lebih cepat dibanding interval

panen lainnya.

Semakin tinggi total dosis pupuk urea + KCl yang diberikan pada awal

tanam maka akan semakin tinggi pula bobot basah pucuk kolesom yang

dihasilkan pada umur 20 HST, sedangkan bobot basah pucuk kolesom umur 50

dan 80 HST dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan dosis pupuk urea+KCl

dan interval panen (Tabel 10). Bobot basah pucuk tertinggi pada umur 50 HST

dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan pupuk sebesar 100 kg urea + 100

kg/ha KCl dan dipanen 15 hari sekali. Namun, bobot basah pucuk tertinggi pada

umur 80 HST dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan pupuk sebesar 100 kg

urea + 100 kg KCl/ha atau 100 kg urea + 50 kg KCl/ha yang dipanen setiap 30

hari dan telah berbunga.

Tabel 10 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen

dan dosis pupuk N+K umur 20, 50, dan 80 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

20 50 80

……………….g/tanaman………………

Interval panen (hari)

30 16.66 31.23 b 7.27 a

15 17.18 45.17 a 5.19 b

10 17.28 21.09 c -

Dosis pupuk urea+KCl (kg/ha)

50 + 50 14.82 c 24.34 d 4.22 c

50 + 100 18.42 ab 31.24 c 6.05 b

100 + 50 15.56 bc 35.01 b 7.11 a

100 + 100 19.37 a 39.41 a 7.55 a

Interaksi tn ** ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05. tn = tidak nyata. – = tidak ada pucuk.

Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pada umur 80 HST, kolesom

yang dipanen dengan interval yang lebih pendek tidak mampu lagi menghasilkan

produksi pucuk maksimal karena intensifnya pemanenan.

Page 74: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 11 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara

interval panen dengan dosis pupuk N+K pada umur 50 dan 80 HST

serta total selama 80 hari

Dosis pupuk

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

30 15 10

…………50 HST (g/tanaman)……….

50 + 50 26.85 fg 28.86 ef 17.31 i

50 + 100 28.39 ef 44.43 c 20.91 hi

100 + 50 31.81 e 50.21 b 23.01 gh

100 + 100 37.88 d 57.19 a 23.15 gh

…………80 HST (g/tanaman)……….

50 + 50 5.33 b 3.10 c -

50 + 100 6.42 b 5.69 b -

100 + 50 8.34 a 5.87 b -

100 + 100 8.98 a 6.11 b -

…………total (g/tanaman)……….

50 + 50 46.27 h 74.55 cd 68.80 de

50 + 100 52.75 gh 96.27 b 84.54 bc

100 + 50 55.12 fgh 107.93 a 86.29 bc

100 + 100 66.49 def 112.67 a 92.97 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Data bobot basah pucuk kolesom pada umur 80 HST yang terdapat pada

Tabel 11 mendukung hasil penelitian Fontem & Schipper (2004) yang

menunjukkan bahwa kolesom yang sudah berbunga masih dapat menghasilkan

pucuk, walaupun ukuran pucuk semakin kecil. Pupuk sebesar 100 kg urea + 100

kg KCl/ha atau 100 kg urea + 50 kg KCl dengan interval panen 15 hari

diperlukan untuk menghasilkan total bobot basah pucuk layak tertinggi selama

peride tanam 80 hari.

Bobot Basah dan Kering Tanaman

Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah dosis urea + KCl dan

semakin panjang interval panen pucuk yang diberikan akan meningkatkan

biomassa kolesom. Kolesom yang mendapatkan perlakuan interval panen 10 hari

tidak dapat menghasilkan pucuk layak jual pada umur 80 HST, tetapi tanaman

masih hidup dan memiliki biomassa yang dapat diukur.

Pemberian pupuk dengan dosis melebihi 50 kg urea + 50 kg KCl dalam

percobaan ini dapat meningkatkan bobot basah daun, batang, dan akar. Namun,

Page 75: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

bobot basah yang tinggi tidak selalu selaras dengan bobot kering. Bobot kering

daun, batang, dan umbi kolesom dipengaruhi oleh unsur N, di mana terlihat

bahwa semakin tinggi dosis pupuk urea yang diberikan maka semakin tinggi pula

bobot keringnya. Hal ini menunjukkan bahwa unsur N tampak lebih dominan

untuk meningkatkan biomassa kolesom. Pengaruh N terhadap produksi bobot

kering tanaman dijelaskan oleh Peng et al. (2010) melalui peranan N terhadap

peningkatan indeks luas daun dan kandungan N per unit luas daun untuk

mendukung peningkatan laju fotosintesis. Namun, unsur N secara tunggal tanpa

unsur K tidak dapat meningkatkan biomassa. Kanzikwera et al. (2001) dan

Csizinsky (2002) menyatakan bahwa keberadaan unsur K dalam jumlah yang

cukup sangat diperlukan untuk pembentukan biomassa tanaman karena unsur K

sangat berperanan penting untuk aktivasi enzim dan meningkatkan transport

asimilat dari daun ke bagian tanaman lainnya.

Tabel 12 Bobot basah dan kering daun, batang, dan umbi kolesom pada berbagai

interval panen dan dosis pupuk N+K umur 80 HST

Perlakuan Daun Batang Umbi

BB BK BB BK BB BK

……………………… g/tanaman…………………………….

Interval

Panen (hari)

30 35.76 a 2.15 a 31.03 a 2.64 a 15.16 a 2.53 a

15 29.96 b 1.93 b 24.99 b 2.26 b 11.50 b 1.93 b

10 21.51 c 1.43 c 18.66 c 1.61 c 6.65 c 1.06 c

Dosis pupuk

urea+KCl

(kg/ha)

50 + 50 25.16 b 1.24 c 20.99 b 1.95 c 9.81 b 1.65 b

50 + 100 28.65 ab 1.83 b 24.38 ab 2.09 bc 11.70 a 1.82 ab

100 + 50 31.22 a 2.05 b 26.53 a 2.25 ab 11.20 ab 1.91 a

100 + 100 32.61 a 2.22 a 27.67 a 2.39 a 11.69 a 1.99 a

Interaksi tn tn tn tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. BB= bobot basah . BK = bobot kering. tn = tidak nyata.

Kolesom yang dipanen dengan interval 30 hari menghasilkan biomassa

yang lebih tinggi daripada yang dipanen dengan interval 15 hari. Diduga hal ini

terjadi karena interval panen yang lebih panjang menyebabkan tanaman

mendapatkan waktu yang cukup untuk proses pertumbuhan dan perkembangan

Page 76: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

organ lain seperti perluasan daun, pemanjangan batang dan pembentukan umbi.

Perluasan daun yang lebih banyak pada kolesom yang dipanen dengan interval 30

hari penting untuk meningkatkan aktivitas fotosintesis sehingga menghasilkan

asimilat yang lebih banyak untuk terbentuknya akumulasi bahan kering tanaman,

sedangkan interval panen yang lebih pendek menyebabkan translokasi N dan

penggunaan asimilat untuk rejuvenasi dan sintesis protein pada pucuk. Mann &

Wiktorsson (2003) dan Hare et al. (2004) melaporkan bahwa interval panen yang

lebih panjang akan menghasilkan biomassa yang lebih tinggi karena translokasi

asimilat dapat digunakan secara proporsional untuk membentuk biomassa, di

mana terjadi peningkatan proses lignifikasi dan pembentukan serat untuk

memperkuat dinding sel tanaman.

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis

Kandungan protein pucuk kolesom dalam percobaan ini tidak berkorelasi

dengan semua komponen pertumbuhan tanaman, sedangkan kandungan antosianin

berkorelasi positif dengan komponen pertumbuhan tanaman yang meliputi bobot

basah pucuk dan daun serta bobot basah dan kering batang serta umbi.

Kandungan protein berkorelasi positif dengan kandungan klorofil, sedangkan

kandungan antosianin berkorelasi positif dengan kandungan gula (Tabel 13).

Tabel 13 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom

dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada

berbagai perlakuan interval panen dan dosis pupuk N + K pada umur

80 HST

Protein Antosianin

………………… % …....................

Antosianin -20.13

Klorofil 88.66** 14.19

Gula -19.18 88.91**

Bobot basah pucuk 12.12 83.61**

Bobot basah daun total 12.89 88.25**

Bobot basah batang 6.39 93.27** Bobot basah umbi -45.58 90.15**

Bobot kering daun total 45.09 64.29

Bobot kering batang 4.28 92.49**

Bobot kering umbi -38.77 92.48** Keterangan : ** = sangat nyata

Page 77: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

Perkalian antara total bobot basah pucuk layak jual dengan total protein

dan antosianin pucuk kolesom selama periode tanam 80 hari menghasilkan

produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual (Tabel 14). Produksi

protein pucuk kolesom layak jual dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan

dosis pemupukan N+K dan interval panen. Pemberian pupuk dengan dosis

melebihi 50 kg urea + 50 kg KCl atau pemanenan pucuk kolesom dengan interval

15 dan 10 hari memberikan produksi antosianin pucuk kolesom layak jual

tertinggi.

Tabel 14 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual pada

berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K

Perlakuan Produksi protein

(g/tanaman)

Produksi antosianin

(µmol/tanaman)

Interval panen (hari)

30 0.90 c 84.58 b

15 3.45 a 157.72 a

10 2.28 b 165.47 a

Dosis pupuk urea+KCl (kg/ha)

50 + 50 1.45 c 104.97 b

50 + 100 2.16 b 139.64 a

100 + 50 2.38 b 146.85 a

100 + 100 2.85 a 152.23 a

Interaksi ** tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. ** = sangat nyata. tn = tidak nyata.

Kolesom membutuhkan pupuk sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

dengan pemanenan pucuk setiap 15 hari sekali untuk menghasilkan produksi

protein pucuk layak jual tertinggi (Tabel 15).

Tabel 15 Produksi protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan dosis pupuk N+K

Dosis pupuk

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

30 15 10

…………… … g/tanaman………………

50 + 50 0.68 g 1.98 def 1.68 ef

50 + 100 0.83 g 3.24 bc 2.40 cde

100 + 50 0.86 g 3.84 bc 2.44 cde

100 + 100 1.23 fg 4.72 a 2.61 cd Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Page 78: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Kesimpulan

Produksi protein dan antosianin pucuk layak jual tertinggi dihasilkan oleh

kolesom yang mendapatkan pupuk sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl dan dipanen

setiap 15 hari sekali. Ditemukan korelasi positif antara kandungan protein dan

klorofil; kandungan antosianin dan gula; kandungan antosianin dan semua

komponen pertumbuhan, kecuali bobot kering daun.

Page 79: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN

PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)

DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM

PADA DUA INTERVAL PANEN

Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare

(Jacq.) Willd) with Split Application of Nitrogen+Potassium Fertilizer at Two

Harvest Intervals

Abstrak

Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai pemupukan N+K secara bertahap

dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga,

Bogor, Indonesia pada bulan April sampai Juli 2010. Penelitian menggunakan

rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Dua faktor tersebut

adalah interval panen (15 dan 30 hari) dan pemupukan N+K bertahap yang

meliputi frekuensi dan total dosis urea+KCl (1 kali dan 100 kg urea + 100 kg

KCl/ha (kontrol), 3 kali dan 100 kg urea +100 kg KCl/ha, 5 kali dan 100 kg urea

+100 kg KCl/ha, 3 kali dan 150 kg urea +150 kg KCl/ha, 5 kali dan 150 kg urea

+150 kg KCl/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan

interval panen 15 hari dengan pemupukan bertahap pada frekuensi 3 kali dan total

dosis 150 kg urea+ 150 kg KCl/ha menghasilkan produksi protein (13.90

g/tanaman) dan antosianin (250.61 µmol/tanaman) tertinggi pucuk kolesom layak

jual. Kandungan protein berkorelasi positif dengan klorofil pucuk kolesom.

Kata Kunci : Pucuk layak jual, protein, antosianin, pemupukan, panen

Abstract

The experiment was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from

April until July 2010 to study the effect of different harvest intervals and splitting

of nitrogen+potassium application on waterleaf shoot (Talinum triangulare

(Jacq.) Willd) protein and anthocyanin production. A split plot design was used

with three replications of two factors. The first factor was harvest interval (15 and

30 days) and the second factor was frequency of fertilization splitted with different

total dosages of urea+KCl (one times with the total of 100 kg urea +100 kg

KCl/ha (control), three times with the total of 100 kg urea +100 kg KCl/ha, five

times with the total of 100 kg urea +100 kg KCl/ha, three times with the total of

150 kg urea +150 kg KCl/ha, five times with the total of 150 kg urea +150 kg

KCl/ha) . The result showed that combination of harvest interval at 15 days and

three times fertilization with the total dosage 150 kg urea+ 150 kg KCl/ha

produced the highest protein production (13.90 g/plant) and anthocyanin (250.61

µmol/plant) of marketable shoots. There was a positive correlation between

protein and chlorophyll content.

Keywords : Marketable shoot, protein, anthocyanin, fertilization, harvest

Page 80: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Pendahuluan

Kolesom pada saat ini telah dianggap sebagai tanaman asli Indonesia yang

berkhasiat obat karena penyebarannya di berbagai wilayah Indonesia dan telah

digunakan sejak zaman nenek moyang kita (Andarwulan et al. 2010).

Peningkatan kualitas pucuk kolesom sebagai sayuran berkhasiat obat harus terus

dilakukan karena mengandung protein (Mensah et al. 2008) dan antosianin

(Mualim et al. 2009) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom sangat ditentukan oleh

teknik budidaya dan faktor lingkungan. Teknik budidaya dengan berbagai dosis

pemupukan N+K dan interval panen untuk meningkatkan kandungan protein dan

antosianin pucuk kolesom telah dilakukan terlebih dahulu dalam rangkaian

penelitian ini, di mana pemberian pupuk hanya dilakukan pada awal tanam saja

dan pemanenan pertama dilakukan pada umur 20 HST. Percobaan tersebut

menghasilkan dosis pupuk standar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha untuk

menghasilkan produksi protein dan antosianin tertinggi selama 80 hari. Namun,

produktivitas dan kualitas pucuk kolesom yang dipanen berulang hanya sampai

umur 50 hari kemudian menurun. Hal ini diduga bahwa umur tanaman pada saat

pemanenan pertama dilakukan masih terlalu muda sehingga pemangkasan pucuk

kolesom secara berulang akan mempercepat penurunan kemampuan rejuvenasi

dan produksi. Faktor lain yang diduga menyebabkan penurunan kualitas pucuk

kolesom adalah pemberian pupuk N+K seluruhnya pada awal pertumbuhan tidak

dapat diserap seluruhnya oleh tanaman. Oleh karena itu perlu mengubah umur

panen pertama menjadi 30 HST dan mempelajari teknik pemupukan untuk

mendukung pertumbuhan tanaman agar dapat meningkatkan umur produksi dan

kualitas pucuk kolesom.

Peningkatan hasil dan kualitas tanaman dapat dilakukan dengan metode

pemupukan bertahap yang menggabungkan antara jumlah dosis, waktu, dan

frekuensi pupuk yang diberikan (Grant et al. 2001). Penelitian mengenai

pemberian pupuk N secara bertahap telah dilakukan pada tanaman lain.

Pemberian pupuk N secara bertahap berdasarkan frekuensi dan dosis yang

diberikan dapat meningkatkan kualitas dan kandungan protein gandum (Garrido-

Lestache et al. 2004; Delin et al. 2005; Fuertes-Mendizabal et al. 2010). Belum

Page 81: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

ada informasi mengenai pengaruh pemberian pupuk N atau K secara bertahap

terhadap kandungan antosianin tanaman. Pemberian pupuk N dan K melalui

tanah secara bertahap berdasarkan frekuensi dan dosis untuk meningkatkan

produksi protein dan antosianin pucuk kolesom belum dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari teknik pemupukan

N+K secara bertahap berdasarkan frekuensi dan total dosis melalui tanah pada dua

interval panen untuk meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk

kolesom.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010, bertempat di

kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis komponen fisiologis tanaman

dilakukan di laboratorium Plant Analysis and Chromatography, sedangkan

analisis komponen pertumbuhan dilakukan di Laboratorium Molecular Marker

and Spectrophotometry UV-VIS Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas

Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain setek kolesom

berukuran panjang 10 cm, pupuk kandang ayam petelur, urea, KCl, SP-18, arang

sekam, dan bahan-bahan analisis kimia. Peralatan yang digunakan antara lain

oven listrik, spektrofotometer shimadzu UV-1800, dan sentrifuge heraeus

labofuge-400R.

Metode Penelitian

Percobaan disusun berdasarkan rancangan petak terpisah (split plot design)

dengan interval panen sebagai petak utama dan pemupukan bertahap

nitrogen+kalium sebagai anak petak. Petak utama terdiri atas dua taraf interval

panen yaitu 15 dan 30 hari. Dua interval panen tersebut adalah interval panen

Page 82: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

terbaik yang didapatkan dari percobaan I dengan jadwal pemanenan yang

tercantum pada Tabel 16.

Tabel 16 Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang

berbeda selama 90 hari

Interval panen

(hari)

Umur panen (HST)

30 45 60 75 90

15 √ √ √ √ √

30 √ √ √ Keterangan : √ = panen. HST = hari setelah tanam.

Anak petak terdiri atas lima taraf pemupukan bertahap nitrogen+kalium

yang meliputi frekuensi dan total dosis pemberian pupuk urea + KCl seperti yang

disajikan pada Tabel 17. Kontrol merupakan dosis urea + KCl (kg/ha) yang

memberikan produksi protein dan antosianin tertinggi pada percobaan I.

Tabel 17 Pemupukan bertahap nitrogen dan kalium berdasarkan waktu dan total

dosis

Frekuensi, total

dosis urea + KCl

(kg/ha)

Umur tanaman (HST)

0 15 30 45 60

…………………Dosis urea + KCl (kg/ha)………………

1 kali, 100+100

(kontrol) 100+100 - - - -

3 kali, 100+100 50+50 - 25+25 - 25+25

5 kali, 100+100 50+50 12.5+12.5 12.5+12.5 12.5+12.5 12.5+12.5

3 kali, 150+150 100+100 - 25+25 - 25+25

5 kali, 150+150 100+100 12.5+12.5 12.5+12.5 12.5+12.5 12.5+12.5 Keterangan : 100 + 100 adalah dosis terbaik masing-masing urea + KCl yang diberikan pada

percobaan I. Pemupukan pada umur 30, 45, dan 60 HST dilakukan setelah panen.

Terdapat 10 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali

sehingga diperoleh 30 unit percobaan.

Model statistik untuk rancangan petak terpisah adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi +κk +δik +βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan petak utama ke-i, anak petak ke-j

dan ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan interval panen taraf ke-i

κk = pengaruh ulangan ke-k

Page 83: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

δik = galat petak utama

βj = pengaruh perlakuan pemupukan bertahap N+K taraf ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan petak utama ke-i dengan anak

petak ke-j

εijk = pengaruh galat karena pengaruh faktor interval panen taraf ke-i dan

faktor pemupukan bertahap N+K ke-j pada ulangan ke-k

i = interval panen (1,2)

j = pemupukan bertahap N+K (1,2,3,4,5)

k = ulangan (1,2,3)

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh

nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Percobaan

Penyiapan lahan. Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan

sisa tanaman hasil pertanaman sebelumnya. Tanah pada lahan kemudian

digemburkan dan dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 5 m sebanyak 30 petakan.

Pupuk kandang ayam sebanyak 5 ton/ha dan arang sekam sebanyak 2 ton/ha

diberikan dengan cara dilarik per baris tanam 2 minggu sebelum tanaman

dipindah ke lapang.

Penanaman. Bibit yang berasal dari setek batang ditanam di lahan dengan

jarak 100 cm x 50 cm. Setek dapat ditumbuhkan lebih dahulu pada polybag kecil

di persemaian. Penanaman dilakukan apabila bibit yang berasal dari setek batang

telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna (± 5-7 hari di persemaian). Bibit

yang ditanam tersebut adalah bibit yang memiliki pertumbuhan yang sehat dan

seragam pada persemaian. Pemupukan dilakukan sesuai perlakuan pada dosis dan

waktu yang telah ditentukan.

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,

penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan

sekali sehari pada pagi hari dan disesuaikan dengan musim. Penyiangan

dilakukan setiap saat secara manual sehingga petak perlakuan bebas dari gulma.

Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala

serangan.

Page 84: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Panen. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom

sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari

setiap cabang yang ada pada umur panen yang telah ditentukan. Hasil panen

dibersihkan dan dipersiapkan untuk berbagai pengujian laboratorium.

Pengamatan

Pengamatan meliputi komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman.

Komponen fisiologis tanaman

1. Analisis kandungan protein kasar pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan

90 hari dengan menggunakan metode Lowry.

2. Analisis kandungan antosianin dan klorofil total pucuk dilakukan pada

umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode Sims & Gamon

(2002).

3. Analisis gula total pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan

menggunakan metode antronic (Yemm & Willis 1954).

Komponen pertumbuhan tanaman :

1. Bobot basah pucuk layak jual (g) diukur pada saat panen tanaman umur

30, 60, dan 90 hari dengan cara menimbang hasil pangkasan pucuk yang

dihasilkan setiap individu tanaman.

2. Bobot basah tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen tanaman umur 90 hari dengan menggunakan

timbangan.

3. Bobot kering tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen tanaman umur 90 hari dengan menggunakan

timbangan setelah dioven pada suhu 105 C selama 2 hari.

Hasil dan Pembahasan

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen kimia dan pertumbuhan tanaman

dapat dilihat pada Tabel 18.

Page 85: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 18 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman

Variabel Pengamatan

Perlakuan

KK(%) Interval

panen

Pupuk

N+K

Interaksi

Kandungan protein 30 HST tn tn tn 19.45

Kandungan protein 60 HST ** ** tn 12.38

Kandungan protein 90 HST ** ** ** 31.88

Kandungan antosianin 30 HST tn tn tn 20.11

Kandungan antosianin 60 HST tn tn tn 18.56

Kandungan antosianin 90 HST ** tn tn 14.88

Kandungan klorofil total 30 HST tn * tn 19.56

Kandungan klorofil total 60 HST tn ** tn 17.34

Kandungan klorofil total 90 HST ** ** ** 11.75

Kandungan gula total 30 HST tn tn tn 23.97

Kandungan gula total 60 HST tn tn tn 21.56

Kandungan gula total 90 HST ** * tn 15.84

Bobot basah pucuk 30 HST * * tn 18.32

Bobot basah pucuk 60 HST ** ** ** 10.26

Bobot basah pucuk 90 HST * ** tn 29.64

Bobot basah pucuk total ** ** ** 7.51

Bobot basah daun total * ** tn 18.61

Bobot kering daun total tn ** tn 20.43

Bobot basah batang total * ** tn 18.61

Bobot kering batang total tn ** tn 22.15

Bobot basah umbi total * ** ** 15.36

Bobot kering umbi total ** ** ** 14.82

Produksi protein ** ** ** 28.66

Produksi antosianin ** ** ** 15.13 Keterangan : * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; ** = berbeda sangat nyata

menurut uji F pada taraf 1%; tn = tidak nyata. KK = koefisien keragaman.

Komponen Fisiologis Tanaman

Kandungan Protein

Gambar 16a dan 16b secara berurutan menunjukkan bahwa pemupukan

urea+KCl secara bertahap menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom layak

jual yang bervariasi dari 2.76 -13.53 dan 2.35 - 7.04 mg/g bb masing-masing pada

interval panen 15 dan 30 hari. kandungan protein terus meningkat dari umur 30

sampai 90 HST dalam pucuk kolesom yang mendapatkan pupuk sebanyak 3 kali

dengan total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha pada interval panen 15 hari dan

Page 86: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

sebanyak 5 kali dengan total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha pada interval

panen 30 hari. Perlakuan pemupukan urea + KCl dengan berbagai frekuensi dan

total dosis urea + KCl lainnya pada interval panen 15 maupun 30 hari mengalami

peningkatan dari umur 30 sampai 60 HST kemudian menurun. Kolesom yang

mendapatkan perlakuan kontrol dan pemupukan sebanyak 3 kali dengan total

dosis 100 kg urea + 100 kg KCl/ha pada interval panen 15 hari tidak memiliki

data mengenai kandungan protein pada umur 90 hari karena ketiadaan pucuk

kolesom layak jual.

Gambar 16a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari

Gambar 16b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari

0

2

4

6

8

10

12

14

16

30 45 60 75 90

Kan

du

ngan

Pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu Pemanenan (HST)

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

0

2

4

6

8

10

12

14

16

30 60 90

Kan

du

ngan

Pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu Pemanenan (HST)

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

Page 87: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 19 menunjukkan bahwa pemanenan pucuk dengan interval 15 hari

dapat menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom layak jual lebih tinggi

dibandingkan interval panen 30 hari, sedangkan pemberian pupuk sebanyak 3 dan

5 kali dengan total dosis sebesar 150 kg urea + 150 kg KCl/ha masing-masing

dapat meningkatkan kandungan protein sebesar 46.32 dan 33.39% dibandingkan

kontrol pada umur 60 HST. Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada

umur 90 HST mendapatkan pengaruh interaksi antara perlakuan interval panen

dan pemupukan N+K secara bertahap.

Tabel 19 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K dan interval panen umur 30, 60 dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…………………. mg/g bb……………….

Interval panen (hari)

15 3.08 7.32 a 8.33 a

30 3.23 5.55 b 4.59 b

Frekuensi, total dosis urea+KCl

(kg/ha)

1 kali, 100+100 3.34 5.57 b 2.35 b

3 kali, 100+100 3.05 5.39 b 2.95 b

5 kali, 100+100 2.93 5.64 b 3.71 b

3 kali, 150+150 3.49 8.15 a 10.18 a

5 kali, 150+150 2.98 7.43 a 7.43 a

Interaksi tn tn ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. bb= bobot basah. ** = sangat nyata. tn = tidak nyata.

Tabel 20 menunjukkan bahwa kolesom membutuhkan pemberian pupuk

sebanyak 3 kali dengan total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha dan dipanen 15

hari sekali untuk dapat menghasilkan kandungan protein pucuk layak jual

tertinggi pada umur 90 HST. Kolesom yang mendapatkan total dosis pupuk

urea+KCl dan interval panen yang sama namun frekuensi pemberian pupuk

sebanyak 5 kali justru menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom yang lebih

rendah. Diduga bahwa kolesom memerlukan dosis pupuk yang lebih besar pada

setiap kali tambahan pemupukan urea + KCl frekuensi pupuk urea+KCl dan

waktu pemberian yang tepat untuk menghasilkan kandungan protein pucuk yang

lebih tinggi. Pemupukan urea + KCl sebanyak 3 kali memberikan 50% dosis

pupuk yang lebih besar untuk setiap kali tambahan pemupukan dibandingkan

Page 88: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

frekuensi 5 kali. Hasil ini memberikan gambaran bahwa frekuensi pemupukan

yang lebih rendah dengan dosis pupuk yang lebih besar setiap kali aplikasi akan

lebih terdistribusi sepanjang siklus perkembangan tanaman dan memberikan hasil

yang lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi pemupukan yang lebih sering

namun dengan dosis pupuk yang lebih kecil setiap kali aplikasi.

Tabel 20 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual dengan berbagai

kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K pada

umur 90 HST

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

15 30

……………… mg/g bb……………….

1 kali, 100+100 - 2.35 d

3 kali, 100+100 - 2.95 d

5 kali, 100+100 3.63 cd 3.79 cd

3 kali, 150+150 13.53 a 6.84 bc

5 kali, 150+150 7.83 b 7.04 bc Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. - = tidak ada pucuk

Pucuk kolesom yang dipanen dengan interval panen 15 hari pada umur 90

HST menghasilkan kandungan protein sebesar 81.48% yang lebih tinggi jika

dibandingkan pucuk kolesom yang dipanen dengan interval panen 30 hari. Hal ini

karena rejuvenasi akibat pemanenan pucuk dengan interval yang lebih pendek

menyebabkan translokasi N yang lebih besar ke pucuk muda sebagai organ sink

yang kuat. Akumulasi N tersebut akan digunakan sebagai unsur utama dalam

sintesis asam amino untuk pembentukan protein. Pemanenan pucuk kolesom

dengan interval panen 30 hari mengakibatkan kolesom berbunga lebih awal yang

menandainya fase reproduktif bagi tanaman. Pembungaan yang terjadi akan

mengakibatkan penurunan kapasitas penyerapan N dan akan terjadi mobilisasi N

yang tersimpan dalam pucuk kepada organ lain, sehingga terjadi penurunan

sintesis protein pada pucuk.

Kandungan Antosianin

Kandungan antosianin pucuk kolesom dengan berbagai perlakuan

pemupukan bertahap urea + KCl menghasilkan kandungan antosianin pucuk

Page 89: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

kolesom yang bervariasi dari 0.07- 0.20 dan 0.09 – 0.28 µmol/g bb masing-

masing pada interval 15 dan 30 hari (Gambar 17a dan 17b).

Gambar 17a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari

Gambar 17b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari

Kandungan antosianin pucuk kolesom yang mendapatkan berbagai

perlakuan pemupukan bertahap urea + KCl pada pemanenan 15 hari sekali

cenderung meningkat dari umur 60 sampai 90 HST (Gambar 17a), sedangkan

kandungan antosianin kolesom yang mendapatkan berbagai perlakuan

pemupukan bertahap urea + KCl pada pemanenan 30 hari sekali cenderung

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

30 45 60 75 90

Kan

du

ngan

an

tosi

an

in (

µm

ol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

30 60 90

Kan

du

nga

n a

nto

sian

in (

µm

ol/

g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

1 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha3 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha5 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha3 kali, 150 kg urea

+ 150 kg KCl/ha5 kali, 150 kg urea

+ 150 kg KCl/ha

Page 90: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

menurun dari umur 20 sampai 60 HST kemudian mengalami peningkatan kembali

pada umur 90 HST (Gambar 17b).

Perlakuan interval panen berpengaruh terhadap kandungan antosianin

pucuk kolesom pada umur 90 HST, di mana pemanenan pucuk kolesom dengan

interval 15 hari menghasilkan kandungan antosianin 46.15% lebih tinggi

dibandingkan dengan interval 30 hari (Tabel 21). Padahal pada percobaan

sebelumnya tidak ditemukan pengaruh interval panen terhadap kandungan

antosianin pucuk kolesom selama periode tanam 80 hari. Diduga bahwa

pemanenan setiap 15 hari sekali selama periode tanam 90 hari menimbulkan stres

bagi kolesom sehingga menghasilkan kandungan antosianin yang lebih tinggi.

Stres yang terjadi karena jaringan tanaman mendapatkan pelukaan jaringan dalam

waktu yang relatif lama, sehingga energi banyak terbuang untuk proses rejuvenasi

dan respirasi. Hal ini dapat mendukung pernyataan Hatier & Gould (2008) bahwa

antosianin dapat berperan sebagai sinyal stres bagi tanaman.

Tabel 21 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60 dan 90

HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

……….………µmol/g bb…………………

Interval panen (hari)

15 0.12 0.11 0.19 a

30 0.14 0.10 0.13 b

Frekuensi, total dosis urea+KCl

(kg/ha)

1 kali, 100+100 0.11 0.10 0.11

3 kali, 100+100 0.11 0.12 0.13

5 kali, 100+100 0.08 0.11 0.16

3 kali, 150+150 0.15 0.10 0.16

5 kali, 150+150 0.20 0.12 0.18

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak nyata.

Kandungan klorofil

Gambar 18a dan 18b masing-masing secara berurutan menunjukkan

bahwa kandungan klorofil pucuk kolesom yang mendapatkan berbagai

Page 91: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pemupukan urea + KCl secara bertahap dengan interval panen 15 dan 30 hari

yang diukur pada umur 30, 60, dan 90 HST mengalami peningkatan pada umur 60

HST kemudian menurun pada umur 90 HST, kecuali kandungan klorofil pucuk

kolesom pada perlakuan pemupukan urea + KCl secara bertahap dengan interval

panen 15 hari yang terus meningkat hingga umur 90 HST.

Gambar 18a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari

Gambar 18b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

30 60 90

Kan

du

ngan

klo

rofi

l (µ

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

30 60 90

Kan

du

nga

n k

loro

fil

(µm

ol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

Page 92: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 22 menunjukkan bahwa kolesom yang mendapatkan pupuk standar

sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha pada awal tanam menghasilkan kandungan

klorofil pucuk tertinggi pada umur 30 HST, yaitu pada perlakuan kontrol,

pemupukan bertahap urea + KCl sebanyak 3 dan 5 kali dengan total dosis 150 +

150 kg/ha. Semakin besar dosis pupuk urea + KCl yang ditambahkan pada

tahapan pemupukan berikutnya maka akan meningkatkan kandungan klorofil

pucuk kolesom sebesar 43.58 dan 29.09% dibandingkan kontrol pada umur 60

HST yaitu secara berurutan pada pemupukan bertahap urea + KCl sebanyak 3 dan

5 kali dengan total dosis 150 + 150 kg/ha pada umur 60 HST. Peningkatan

kandungan klorofil sampai umur 60 HST dengan peningkatan dosis pupuk urea+

KCl sangat penting untuk meningkatkan aktivitas fotosintesis kolesom, karena

periode ini merupakan masa vegetatif kolesom yang ditandai dengan produksi

pucuk yang tinggi. Kandungan klorofil pucuk kolesom pada umur 90 HST

dipengaruhi oleh interaksi antara interval panen dan pemupukan bertahap urea +

KCl.

Tabel 22 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…….………µmol/g bb…………………

Interval panen (hari)

15 0.87 0.94 1.05 a

30 0.96 0.96 0.79 b

Frekuensi, total dosis urea+KCl

(kg/ha)

1 kali, 100+100 0.97 a 0.78 c 0.47 d

3 kali, 100+100 0.77 b 0.72 c 0.44 d

5 kali, 100+100 0.78 b 0.94 b 0.86 c

3 kali, 150+150 0.88 ab 1.12 a 1.02 b

5 kali, 150+150 0.97 a 1.10 a 1.21 a

Interaksi tn tn ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. ** = sangat nyata. tn = tidak nyata. bb=bobot basah.

Tabel 23 memperlihatkan kandungan klorofil pada berbagai kombinasi

antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K pada umur 90 HST.

Pemberian pupuk urea + KCl sebanyak 3 kali atau 5 kali dengan total dosis 150

kg urea + 150 kg KCl/ha pada interval panen 15 hari dan sebanyak 5 kali dengan

Page 93: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha pada interval panen 30 hari, diperlukan

untuk menghasilkan kandungan klorofil pucuk kolesom tertinggi pada umur 90

HST.

Tabel 23 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai

kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur

90 HST

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

15 30

…………….. µmol/g bb………………

1 kali, 100+100 - 0.47 e

3 kali, 100+100 - 0.44 e

5 kali, 100+100 0.76 d 0.97 bc

3 kali, 150+150 1.12 ab 0.93 cd

5 kali, 150+150 1.26 a 1.16 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. - : tidak ada pucuk.

Adanya peningkatan kandungan klorofil pucuk kolesom yang terus

meningkat sampai umur 90 HST diduga mencerminkan bahwa pupuk yang

diberikan terutama unsur N dapat memenuhi kebutuhan kolesom untuk

melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan sampai umur 90 HST sehingga

tidak terjadi senescence dini. Senescence pada daun merupakan fase terakhir dari

perkembangan tanaman yang meliputi perubahan biokimia dan fisiologi tanaman.

Ohe et al. (2005) menyatakan bahwa kloroplas merupakan tempat yang pertama

kali dikatabolisme pada masa senescence, sehingga menyebabkan kandungan

klorofil akan semakin menurun selama perkembangan senescence tanaman dan

terkait dengan penurunan aktivitas fotosintesis.

Kandungan Gula

Gambar 19a dan 19b masing-masing secara berurutan menunjukkan

bahwa kandungan gula dalam pucuk yang diukur pada umur 30, 60, dan 90 HST

pada kolesom yang mendapatkan perlakuan pemupukan bertahap urea + KCl

dengan interval panen 15 dan 30 hari mengalami peningkatan pada umur 60 HST

kemudian mengalami penurunan pada umur 90 HST.

Perlakuan interval panen dan pemupukan bertahap urea + KCl hanya

berpengaruh terhadap kandungan gula pucuk kolesom pada umur 90 HST.

Kolesom yang dipanen dengan interval 30 hari menghasilkan kandungan gula

Page 94: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pucuk yang lebih tinggi sebesar 22.94% daripada kolesom yang dipanen dengan

interval 15 hari, sedangkan pemupukan bertahap urea + KCl dengan berbagai

frekuensi dan total dosis dapat meningkatkan kandungan gula pucuk sebesar 40 –

45.52% dibandingkan kontrol (Tabel 24).

Gambar 19a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 15 hari

Gambar 19b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai

pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval

panen 30 hari

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

30 60 90

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

30 60 90

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

Page 95: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Interval panen yang lebih panjang dapat menghasilkan kandungan gula

tertinggi diduga karena kolesom pada perlakuan ini memiliki peluang untuk

mengakumulasi C pada pucuk lebih besar daripada perlakuan yang mendapatkan

interval panen yang lebih pendek karena memiliki luas daun efektif untuk

berfotosintesis. Gula merupakan kelompok karbohidrat hasil fotosintesis dengan

unsur karbon (C) sebagai rangkanya yang dapat ditranslokasikan dan disimpan

sebagai cadangan dalam organ tumbuhan. Simon et al. (2004) & Teixera et al.

(2007) menyatakan bahwa pemanenan daun dengan interval panen yang lebih

pendek akan mengurangi daun yang berpotensi untuk meningkatkan laju

fotosintesis, sehingga akan mengurangi asimilasi C untuk tanaman. Inisiasi tunas

baru untuk membentuk pucuk kembali setelah pemanenan akan mengakibatkan

mobilisasi cadangan N organik dan C organik akan dilepaskan pada respirasi

sebagai energi yang dibutuhkan untuk aktivitas pertumbuhan, sehingga

kandungan gula akan lebih rendah.

Tabel 24 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60 dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…………………. mg/g bb………………….

Interval panen (hari)

15 1.81 2.34 1.70 b

30 1.95 2.59 2.09 a

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

1 kali, 100+100 1.73 2.49 1.45 b

3 kali, 100+100 2.16 2.50 2.11 a

5 kali, 100+100 1.85 2.65 1.87 ab

3 kali, 150+150 1.84 2.36 2.03 a

5 kali, 150+150 1.85 2.33 2.09 a

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak nyata.

Penambahan pupuk secara bertahap dengan berbagai frekuensi dan total

dosis pupuk urea + KCl tidak dapat meningkatkan kandungan gula pucuk

kolesom, kecuali terhadap kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh

pemupukan urea + KCl secara bertahap terhadap kandungan gula pucuk kolesom

sangat rendah. Belum ada hasil penelitian lain yang menjelaskan mengenai

Page 96: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

pengaruh pemberian kombinasi pupuk N dan K secara bertahap yang meliputi

waktu pemberian dan total dosis terhadap kandungan gula melainkan hanya

melaporkan pengaruh N dan K secara terpisah saja. Hasil penelitian Wang et al.

(2006) menunjukkan bahwa peningkatan gula total daun oleh peningkatan dosis N

sangat bervariasi tergantung kepada posisi daun dan membentuk kurva parabola

terhadap peningkatan dosis N, sedangkan penelitian Zhao-Hui et al. (2008)

menunjukkan bahwa kandungan gula pada tanaman sayur dipengaruhi oleh

peningkatan dosis K pada berbagai aplikasi pemupukan N.

Komponen Pertumbuhan Tanaman

Bobot Basah Pucuk Layak Jual

Gambar 20a dan 20b secara berurutan menunjukkan bahwa perlakuan

pemupukan urea + KCl yang meliputi frekuensi dan total dosis pada interval

panen 15 dan 30 hari masing-masing menghasilkan bobot basah pucuk kolesom

layak jual yang bervariasi dari 16.84 – 105.16 dan 15.43 – 60.94 g/tanaman.

Gambar 20a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan

N+K bertahap (frekuensi, total dosis) pada interval panen 15 hari

Peningkatan bobot basah pucuk layak jual pada interval panen 15 hari

terdapat dari umur 30 sampai 45 HST kemudian mengalami penurunan hingga

umur 90 HST. Kolesom yang mendapatkan perlakuan kontrol dan pemupukan

bertahap urea+KCl sebanyak 3 kali dengan total dosis sebesar 100 kg urea + 100

kg KCl/ha tidak menghasilkan pucuk layak jual pada umur 75 dan 90 HST.

Peningkatan bobot basah pucuk kolesom layak jual pada interval panen 30 hari

0

20

40

60

80

100

120

30 45 60 75 90

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu Pemanenan (HST)

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

Page 97: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

terdapat dari umur 30 sampai umur 60 HST kemudian mengalami penurunan pada

umur 90 HST, kecuali pada perlakuan kontrol yang terus mengalami penurunan

hingga umur 90 HST.

Gambar 20b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan

N +K bertahap (frekuensi, total dosis) pada interval panen 30 hari

Tabel 25 menunjukkan bahwa interval panen dan pemupukan bertahap

urea + KCl mempengaruhi bobot basah pucuk kolesom pada umur 60 dan 90 hari.

Tabel 25 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan

pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

……………. g/tanaman……………...

Interval panen

15 hari 27.44 54.91 a 15.69 b

30 hari 25.18 43.72 b 28.01 a

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

1 kali, 100+100 27.39 23.42 d 7.72 d

3 kali, 100+100 25.74 31.94 c 9.19 d

5 kali, 100+100 25.02 54.55 b 19.96 c

3 kali, 150+150 23.62 70.83 a 41.15 a

5 kali, 150+150 29.77 65.83 a 31.26 b

Interaksi tn ** tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05. tn = tidak nyata; ** = sangat nyata

0

20

40

60

80

100

120

30 60 90

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu pemanenan (HST)

1 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

5 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

3 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

5 kali, 150 kg urea +

150 kg KCl/ha

Page 98: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Kolesom yang dipanen dengan interval 30 hari menghasilkan bobot pucuk

kolesom layak jual yang lebih tinggi sebesar 78.52% dibandingkan interval panen

15 hari pada umur 90 HST. Padahal kolesom yang dipanen dengan interval 15

hari menghasilkan bobot pucuk kolesom layak jual yang lebih tinggi sebesar 8.97

dan 25.59% dibandingkan interval panen 30 hari masing-masing pada umur 30

dan 60 HST. Hal ini memperlihatkan bahwa pemanenan pucuk yang lebih

intensif pada interval panen 15 hari memberikan bobot pucuk yang lebih tinggi di

masa vegetatif dan memiliki batasan waktu untuk berproduksi maksimal sehingga

di akhir masa tanam menghasilkan bobot pucuk yang semakin menurun.

Penurunan bobot pucuk terjadi karena ukuran pucuk yang dipanen semakin kecil

dari panen sebelumnya.

Tabel 26 menunjukkan bahwa Bobot basah pucuk kolesom layak jual

umur 60 HST dan total selama 90 hari mendapatkan pengaruh interaksi antara

perlakuan interval panen dan pemupukan bertahap urea + KCl.

Tabel 26 Bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total selama

90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan

bertahap N+K

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

15 30

Bobot basah pucuk layak jual

60 HST (g/tanaman)

1 kali, 100+100 27.31 ef 19.54 f

3 kali, 100+100 31.74 e 32.13 e

5 kali, 100+100 63.78 bc 45.31 d

3 kali, 150+150 80.98 a 60.68 c

5 kali, 150+150 70.71 b 60.94 c

Total Bobot basah pucuk layak

jual (g/tanaman)

1 kali, 100+100 135.29 c 61.42 e

3 kali, 100+100 141.88 c 75.04 ef

5 kali, 100+100 262.10 b 89.85 d

3 kali, 150+150 307.67 a 131.98 c

5 kali, 150+150 289.58 a 126.29 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05. BB = bobot basah.

Kolesom memerlukan interval panen 15 hari dan pemupukan urea + KCl

sebanyak 3 kali dengan total dosis 150 + 150 kg /ha untuk dapat menghasilkan

bobot basah pucuk layak jual tertinggi pada 60 HST. Pupuk urea + KCl yang telah

Page 99: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

diberikan pada kombinasi perlakuan tersebut sampai umur 60 HST adalah sebesar

125 kg urea + 125 kg KCl/ha. Total dosis pupuk yang diberikan tersebut masih

lebih rendah dibandingkan pemupukan urea + KCl sebanyak 5 kali dengan total

dosis 150 + 150 kg /ha pada interval panen yang sama yaitu sebesar 137.5 kg

urea + 137.5 kg KCl/ha pada umur 60 HST tetapi perlakuan ini menghasilkan

bobot basah pucuk kolesom yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

frekuensi pemupukan dan dosis pupuk yang ditambahkan memegang peranan

penting dalam menentukan bobot basah pucuk. Frekuensi pemupukan yang terlalu

sering tetapi dosis pupuk yang ditambahkan lebih rendah tidak dapat mencukupi

kebutuhan hara tanaman. Secara keseluruhan, Kolesom memerlukan interval

panen 15 hari dan frekuensi pemberian pupuk urea + KCl sebanyak 3 atau 5 kali

dengan total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha untuk dapat menghasilkan total

bobot basah pucuk kolesom layak jual tertinggi selama 90 hari.

Bobot Basah dan Kering Tanaman

Tabel 27 menunjukkan bahwa semakin panjang interval panen maka akan

meningkatkan biomassa kolesom, yaitu batang dan umbi pada umur panen 90

HST. Diduga hal ini terjadi karena interval panen yang lebih panjang

menyebabkan tanaman mendapatkan waktu yang cukup untuk proses

pertumbuhan dan perkembangan organ lain seperti perluasan daun, pemanjangan

batang dan pembentukan umbi. Perluasan daun yang lebih banyak pada kolesom

yang dipanen dengan interval 30 hari penting untuk meningkatkan aktivitas

fotosintesa sehingga menghasilkan asimilat yang lebih banyak untuk terbentuknya

akumulasi bahan kering tanaman, sedangkan interval panen yang lebih pendek

menyebabkan translokasi N dan penggunaan asimilat untuk rejuvenasi dan

sintesis protein pada pucuk. Mann & Wiktorsson (2003) dan Hare et al. (2004)

melaporkan bahwa interval panen yang lebih panjang akan menghasilkan

biomassa yang lebih tinggi karena translokasi asimilat dapat digunakan secara

proporsional untuk membentuk biomassa, di mana terjadi peningkatan proses

lignifikasi dan pembentukan serat untuk memperkuat dinding sel tanaman.

Semakin tinggi frekuensi dan total dosis urea + KCl (kg/ha) akan

meningkatkan biomassa, kecuali untuk bobot kering umbi. Pemupukan bertahap

Page 100: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

dengan total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha dengan frekuensi pemberian 3

dan 5 kali dapat menghasilkan bobot basah dan kering tajuk kolesom yang lebih

tinggi dibandingkan kontrol dan pemupukan bertahap urea+KCl lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk urea+KCl sangat penting

untuk membentuk biomassa tajuk kolesom.

Tabel 27 Bobot basah dan kering kolesom umur 90 HST pada berbagai interval

panen dan pemupukan bertahap N+K

Perlakuan Daun Batang Umbi

BB BK BB BK BB BK

……………………… g/tanaman ………………………….

Interval panen

(hari)

15 115.12 16.58 160.52 b 21.23 b 18.04 b 2.34 b

30 149.99 18.36 285.33 a 27.77 a 37.94 a 7.69 a

Frekuensi, total

dosis urea+KCl

(kg/ha)

1 kali, 100+100 58.81 b 13.17 b 142.14 b 16.45 d 24.71bc 4.20 c

3 kali, 100+100 94.37 b 15.55 b 149.49 b 18.38 cd 21.79 c 4.19 c

5 kali, 100+100 90.55 b 14.11 b 187.74 b 24.76 bc 30.99 a 6.79 a

3 kali, 150+150 235.55 a 23.79 a 320.00 a 31.03 ab 33.65 a 5.55 b

5 kali, 150+150 183.51 a 20.75 a 315.29 a 31.88 a 28.81 ab 4.36 c

Interaksi tn tn tn tn ** **

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. BB = bobot basah. BK=bobot kering. ** = sangat nyata. tn =

tidak nyata.

Kolesom yang dipanen 30 hari sekali dan mendapatkan pupuk N+K

sebanyak 5 kali dengan total dosis 100 kg urea + 100 kg KCl/ha diperlukan untuk

menghasilkan bobot basah dan kering umbi kolesom pada umur 90 HST (Tabel

28). Hasil ini menunjukkan bahwa bobot basah dan kering umbi tertinggi yang

dihasilkan oleh kolesom menggunakan total dosis urea+KCl yang lebih rendah

bila dibandingkan dengan bobot basah dan kering tajuk. Hal ini diduga bahwa

dosis total N+K yang lebih tinggi akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman

dibandingkan untuk pertumbuhan organ reproduktif seperti umbi. Kanzikwera et

al. (2001) melaporkan bahwa interaksi antara N+K pada dosis yang tinggi akan

menghasilkan bahan kering yang rendah pada umbi, karena kedua unsur ini pada

Page 101: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

dosis yang tinggi akan lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk dengan

menginduksi kerja fitohormon dan sitokinin.

Tabel 28 Bobot basah dan kering umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai

kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

15 30

………BB umbi (g/tanaman)…….

1 kali, 100+100 27.00 c 22.42 c

3 kali, 100+100 3.59 e 39.97 b

5 kali, 100+100 13.07 d 48.92 a

3 kali, 150+150 25.68 c 41.61 ab

5 kali, 150+150 20.84 c 36.78 b

………BK umbi (g/tanaman)…….

1 kali, 100+100 3.44 d 4.97 c

3 kali, 100+100 0.28 e 8.09 b

5 kali, 100+100 1.50 e 12.09 a

3 kali, 150+150 3.23 d 7.88 b

5 kali, 150+150 3.26 d 5.45 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05. BB = Bobot basah. BK = Bobot kering.

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis

Kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom dalam percobaan ini

tidak berkorelasi dengan semua komponen pertumbuhan tanaman. Kandungan

protein pucuk kolesom berkorelasi positif dengan kandungan klorofil (Tabel 29).

Tabel 29 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom

umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis

kolesom pada berbagai interval panen dan pemupukan bertahap N+K

Protein Antosianin

………………..% .........................

Antosianin 64.78

Klorofil 82.34** 63.60

Gula -0.34 -10.05

Bobot basah pucuk 64.12 14.36

Bobot basah daun total 69.37 19.06

Bobot basah batang 13.59 25.53

Bobot basah umbi -19.69 -35.79

Bobot kering daun total 73.12 15.79

Bobot kering batang 24.87 -55.71

Bobot kering umbi -42.38 -64.61 Keterangan : ** = sangat nyata

Page 102: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

Kualitas pucuk kolesom layak jual yang dibudidayakan selama 90 hari

dapat diukur dari produksi protein dan antosianin yang masing-masing

merupakan hasil perkalian antara bobot basah total pucuk kolesom dengan

kandungan total protein dan antosianin. Pemanenan pucuk kolesom dengan

interval 15 hari sekali dan pemupukan urea + KCl secara bertahap sebanyak 3 kali

dan total dosis 150 kg urea+ 150 kg KCl/ha diperlukan untuk menghasilkan

produksi protein dan antosianin pucuk kolesom tertinggi selama 90 hari (Tabel

30).

Tabel 30 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual selama 90

hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan

bertahap N+K

Frekuensi, total dosis

urea+KCl (kg/ha)

Interval panen (hari)

15 30

Produksi protein (g/tanaman)

1 kali, 100+100 2.56 de 0.67 e

3 kali, 100+100 2.50 de 1.06 de

5 kali, 100+100 5.51 c 1.11 de

3 kali, 150+150 13.90 a 3.10 d

5 kali, 150+150 9.77 b 2.61 de

Produksi antosianin

(µmol/tanaman)

1 kali, 100+100 65.38 d 19.95 f

3 kali, 100+100 70.59 d 31.49 ef

5 kali, 100+100 164.42 c 30.87 ef

3 kali, 150+150 250.61 a 58.33 de

5 kali, 150+150 215.17 b 81.17 d Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

uji DMRT 0.05.

Kesimpulan

Produksi protein dan antosianin pucuk layak jual tertinggi selama 90 hari

dihasilkan oleh kolesom yang dipanen setiap 15 hari sekali dan mendapatkan

pupuk N+K dengan dosis total 150 kg urea + 150 kg KCl/ha dalam 3 kali tahapan

pemberian (0, 30, dan 60 HST). Terdapat korelasi positif antara kandungan

protein dan klorofil pucuk kolesom.

Page 103: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK

KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN

APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA

INTERVAL PANEN

Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare

(Jacq.) Willd) with Foliar Application of Nitrogen+Potassium under Two

Harvest Intervals

Abstrak

Penelitian untuk mempelajari pengaruh aplikasi pemupukan N+K melalui daun

pada dua interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga,

Bogor, Indonesia pada bulan April sampai Juli 2010. Penelitian pot menggunakan

rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah

interval panen yaitu 15 dan 30 hari. Faktor kedua adalah aplikasi pupuk daun

N+K yang meliputi frekuensi penyemprotan pupuk daun dengan berbagai dosis

pupuk dasar urea+KCl yaitu 0 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha (kontrol),

2 kali dengan 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 4 kali dengan 50 kg urea + 50 kg

KCl/ha, 2 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 4 kali dengan 100 kg urea +

100 kg KCl/ha. Penyemprotan pupuk daun sebanyak 4 kali dengan pemberian

pupuk dasar sebesar 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen 15

hari sekali menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi yaitu

masing-masing sebesar 5.69 g/tanaman dan 109.44 µmol/tanaman. Kandungan

protein berkorelasi positif dengan kandungan klorofil dan gula.

Kata Kunci: Tanaman obat, pucuk layak jual, protein, antosianin, pupuk daun

Abstract

The experiment was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from

April until July 2010 to study the effect of foliar application of

nitrogen+potassium and harvest interval on waterleaf shoot (Talinum triangulare

(Jacq.) Willd) protein and anthocyanin production. A split plot design was used

with three replications of two factors,i.e harvest intervals (15 and 30 days) and

foliar spraying frequencies with different dosages urea+KCl of basalt fertilizer

(zero with 100 kg urea+100 kg KCl/ha (control), 2 times with 50 kg urea+50 kg

KCl/ha, 4 times with 50 kg urea+50 kg KCl/ha, 2 times with 100 kg urea+100 kg

KCl/ha, 4 times with 100 kg urea+100 kg KCl/ha). The result showed that 4 times

of foliar spraying with 100 kg urea + 100 kg KCl/ha of basalt fertilizer produced

the highest shoot protein (5.69 g/plant) and anthocyanin production (109.44

µmol/plant) on the waterleaf which harvested every 15 days interval. There was a

positive correlation between protein with chlorophyll and sugar content.

Keywords : Medicinal plant, marketable shoot, protein, anthocyanin, foliar

application

Page 104: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Pendahuluan

Pemanfaatan kolesom sebagai tanaman sayuran berkhasiat obat harus terus

dikembangkan melalui usaha budidaya pertanian. Percobaan sebelumnya dalam

rangkaian penelitian ini mendapatkan dosis pupuk standar sebesar 100 kg urea

dan 100 kg KCl/ha untuk menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk

kolesom tertinggi selama 80 hari. Namun, umur produksi kolesom yang dipanen

berulang tersebut hanya berkisar 50 hari dan kemudian menurun. Pemanenan

pucuk kolesom diduga mengakibatkan tanaman memerlukan hara tambahan yang

dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan rejuvenasi dan memperpanjang

umur produksi.

Aplikasi pupuk melalui daun pada konsentrasi tertentu dapat dijadikan

pilihan sebagai metode pemberian nutrisi tambahan kepada tanaman karena lebih

mudah diabsorbsi dan cepat didistribusikan melalui jaringan daun daripada

aplikasi tanah (Stancheva et al. 2005). Keuntungan lain dari aplikasi pupuk

melalui daun adalah dapat memberikan suplai hara pada saat kondisi tanah

membatasi penyerapan hara oleh akar atau pada saat periode pertumbuhan cepat

dimana permintaan akan hara melebihi suplai akar (del Amor & Cuadra-Crespo

2011). Aplikasi pupuk daun N dapat mengurangi jumlah N yang diberikan ke

tanah karena kelebihan N di tanah dapat merusak lingkungan dan menurunkan

produksi tanaman (Fernandez-escobar 2009).

Aplikasi pupuk daun N dan K sebagai suplemen dari pemupukan tanah

telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk N

berupa urea 2% melalui daun dapat meningkatkan kandungan klorofil, protein,

dan menunda senescence pada tanaman blackgram (Sritharan et al. 2005).

Pemberian pupuk K melalui daun dapat meningkatkan klorofil, hara mineral, serta

kualitas buah pada tomat (Chapagain & Wiesman 2004). Aplikasi kombinasi

pupuk N dan K melalui daun yang dilakukan oleh Marman (2010) menunjukkan

bahwa pemberian pupuk daun dengan konsentrasi urea 0.2% dan K 0.1% dapat

meningkatkan produksi dan kandungan klorofil pucuk kolesom.

Penelitian pengaruh frekuensi pemberian pupuk daun N dan K terhadap

produksi protein dan antosianin pucuk kolesom belum dilakukan. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

Page 105: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

dengan aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui daun pada berbagai interval

panen.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010, bertempat di

kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis komponen fisiologis tanaman

dilakukan di laboratorium Plant Analysis and Chromatography, sedangkan

analisis komponen pertumbuhan dilakukan di Laboratorium Molecular Marker

and Spectrophotometry UV-VIS Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas

Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain setek kolesom

berukuran panjang 10 cm, pupuk kandang ayam petelur, urea, KCl, SP-18, arang

sekam. Peralatan yang digunakan antara lain kantong plastik (polybag) berukuran

40 cm x 50 cm (kapasitas 10 kg), spektrofotometer shimadzu UV-1800, sentrifuge

heraeus labofuge-400R.

Metode Penelitian

Percobaan disusun berdasarkan rancangan petak terpisah (split plot design)

dengan interval panen sebagai petak utama dan aplikasi pupuk N+K melalui daun

sebagai anak petak.

Petak utama terdiri atas dua taraf interval panen yaitu 15 dan 30 hari.

Keduanya adalah interval panen terbaik yang didapatkan dari percobaan I. Anak

petak terdiri atas lima taraf aplikasi pupuk N+K melalui daun yang terdiri atas

berbagai frekuensi penyemprotan dan dosis pupuk dasar urea + KCl (Tabel 31).

Kontrol merupakan dosis urea + KCl (kg/ha) yang memberikan produksi protein

dan antosianin tertinggi pada percobaan I.

Terdapat 10 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali

sehingga diperoleh 30 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri dari 10

tanaman.

Page 106: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 31 Aplikasi pupuk N+K melalui daun dengan berbagai frekuensi

penyemprotan dan dosis pupuk dasar urea + KCl

Dosis pupuk dasar

urea+KCl (kg/ha)

Frekuensi

penyemprotan

(kali)

Waktu penyemprotan (HST)

15 30 45 60

100 + 100 0 (kontrol) - - - -

50 + 50 2 - √ - √

50 + 50 4 √ √ √ √

100 + 100 2 - √ - √

100 + 100 4 √ √ √ √ keterangan : √ = konsentrasi pupuk daun sebesar 0.2% urea + 0.1% KCl (Marman 2010)

Model statistik untuk rancangan petak terpisah adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi +κk +δik +βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan petak utama ke-i, anak petak ke-j

dan ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan interval panen taraf ke-i (1,2)

κk = pengaruh ulangan ke-k (1, 2, 3)

δik = galat petak utama

βj = pengaruh perlakuan aplikasi pupuk daun N+K taraf ke-j (1,2,3,4,5)

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan petak utama ke-i dengan anak

petak ke-j

εijk = pengaruh galat karena pengaruh faktor interval panen taraf ke-i dan

faktor aplikasi pupuk daun N+K ke-j pada ulangan ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh

nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Percobaan

Penyiapan media tanam. Media tanam yang digunakan adalah campuran

antara tanah dan arang sekam (3:2/v:v). Pupuk kandang ayam diberikan sebanyak

25 g/polybag atau setara dengan 5 ton/ha yang telah dicampur 2 minggu sebelum

tanam. Sebelum penanaman dilakukan analisis sifat fisik dan kimia terhadap

tanah dan pupuk kandang ayam. Media tanam disiapkan dengan memasukkan

campuran media tersebut ke dalam polybag.

Page 107: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Penanaman. Setek batang yang digunakan berukuran panjang 10 cm dan

tanpa daun. Pangkal batang dipotong miring. Setiap polybag ditanam 1 tanaman.

Pemberian pupuk nitrogen dan kalium melalui tanah sesuai dosis perlakuan

diberikan pada saat setek tanaman telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna.

Pupuk SP-18 diberikan pula dengan dosis 50 kg/ha untuk semua perlakuan.

Aplikasi pupuk melalui daun sesuai perlakuan diberikan dengan menyemprotkan

larutan pupuk menggunakan sprayer pada seluruh permukaan daun sampai basah

dan larutannya menetes ke tanah.

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,

penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan

sekali sehari pada pagi hari dan disesuaikan dengan musim. Penyiangan

dilakukan setiap saat secara manual sehingga pot perlakuan bebas dari gulma.

Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala

serangan.

Panen. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom

sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari

setiap cabang yang ada. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman

kolesom sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang

ditegakkan dari setiap cabang yang ada pada umur panen yang telah ditentukan.

Panen pertama dilakukan pada 30 HST untuk semua perlakuan.

Pengamatan

Pengamatan meliputi komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman.

Komponen fisiologis tanaman

1. Analisis kandungan protein kasar pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan

90 hari dengan menggunakan metode Lowry.

2. Analisis kandungan antosianin dan klorofil total pucuk dilakukan pada

umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode Sims & Gamon

(2002).

3. Analisis gula total pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan

menggunakan metode antronic (Yemm & Willis 1954).

Page 108: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Komponen pertumbuhan tanaman :

1. Bobot basah daun layak jual (g) diukur pada saat panen tanaman umur 30,

60, dan 90 hari dengan cara menimbang hasil pangkasan pucuk yang

dihasilkan setiap individu tanaman.

2. Bobot basah tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen 90 HST dengan menggunakan timbangan.

3. Bobot kering tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen 90 HST dengan menggunakan timbangan

setelah dioven pada suhu 105 C selama 2 hari.

Hasil dan Pembahasan

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

kolesom selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

tanaman

Variabel Pengamatan

Perlakuan KK

(%) Interval

panen

Pupuk Interaksi

Kandungan protein 30 HST tn ** tn 21.52

Kandungan protein 60 HST ** ** tn 9.08

Kandungan protein 90 HST * ** tn 16.22

Kandungan antosianin 30 HST tn tn tn 14.59

Kandungan antosianin 60 HST tn tn tn 12.20

Kandungan antosianin 90 HST tn tn tn 18.59

Kandungan klorofil total 30 HST tn tn tn 9.96

Kandungan klorofil total 60 HST tn ** tn 11.11

Kandungan klorofil total 90 HST ** ** tn 12.83

Kandungan gula total 30 HST tn tn tn 11.41

Kandungan gula total 60 HST tn tn tn 10.04

Kandungan gula total 90 HST tn ** tn 14.63

Bobot basah pucuk 30 HST tn * tn 20.50

Bobot basah pucuk 60 HST ** ** ** 8.49

Bobot basah pucuk 90 HST ** ** tn 11.53

Bobot basah pucuk total tn * tn 8.03

Bobot basah daun total ** ** ** 7.82

Bobot kering daun total * * tn 33.35

Bobot basah batang total ** ** ** 6.61

Page 109: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Lanjutan Tabel 32

Variabel Pengamatan

Perlakuan

Interval

panen

Pupuk Interaksi

KK

(%)

Bobot kering batang total ** ** tn 16.73

Bobot basah umbi total ** ** ** 9.98

Bobot kering umbi total ** ** tn 16.90

Produksi protein ** ** ** 17.45

Produksi antosianin ** ** ** 8.94 Keterangan : * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; ** = berbeda nyata menurut uji F

pada taraf 1%; tn = tidak nyata. KK = koefisien keragaman.

Komponen Fisiologis Tanaman

Kandungan Protein

Gambar 21a dan 21b menunjukkan bahwa kandungan protein pucuk layak

jual kolesom yang mendapatkan aplikasi pupuk daun urea + KCl masing-masing

pada interval panen 15 dan 30 hari mengalami peningkatan sampai umur 60 HST,

kemudian terus mengalami penurunan hingga umur 90 HST. Kandungan protein

pucuk kolesom dengan berbagai aplikasi pupuk daun urea + KCl tersebut

bervariasi dari 3.95 – 11.57 dan 3.92 – 10.1 mg/g bb masing-masing pada interval

panen 15 dan 30 hari.

Gambar 21a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk

dasar) dengan interval panen 15 hari

0

2

4

6

8

10

12

14

30 45 60 75 90

Kan

du

ngan

pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

0 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

2 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

4 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

Page 110: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 21b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk

dasar) dengan interval panen 30 hari

Tabel 33 menunjukkan bahwa pemanenan pucuk kolesom yang baru

dimulai pada umur 30 HST menyebabkan kandungan protein pucuk kolesom

layak jual pada umur 30 HST belum dipengaruhi oleh perlakuan interval panen.

Perlakuan kontrol dan semua aplikasi pupuk daun urea + KCl yang menggunakan

pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha menghasilkan kandungan

protein pucuk kolesom yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kolesom yang

mendapatkan pupuk dasar yang lebih rendah pada umur 30 HST. Hal ini

menunjukkan bahwa kolesom membutuhkan pupuk urea + KCl yang diberikan

melalui tanah pada awal tanam dalam jumlah yang lebih besar karena unsur N

dan K sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan metabolisme

protein pada pucuk. Aplikasi pupuk daun urea+KCl dengan frekuensi

penyemprotan sebanyak 4 kali dan pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

untuk dapat meningkatkan kandungan protein sebesar 16.18 dan 28.21%

dibandingkan kontrol masing-masing pada umur 60 dan 90 HST. Hasil ini

menunjukkan bahwa pupuk urea+KCl yang diberikan melalui daun kolesom harus

dilakukan dengan frekuensi yang lebih sering untuk memberikan kecukupan hara

N+K dalam sintesis protein. Yildirim (2007) menyatakan bahwa aplikasi pupuk

urea melalui daun akan mempercepat metabolisme N dan sintesis protein karena

urea memiliki ukuran molekul yang kecil, kelarutannya tinggi, dan cepat diserap

0

2

4

6

8

10

12

14

30 60 90

Kan

du

ngan

pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

0 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

2 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

4 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

Page 111: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

oleh kutikula. Abad et al. (2004) melaporkan bahwa peningkatan frekuensi

penyemprotan pupuk N melalui daun dapat meningkatkan kandungan protein

gandum. Namun, Borowski & Michalek (2009) menegaskan bahwa penyemprotan

pupuk N+K merupakan suatu sinergi terbaik yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kandungan protein tanaman. Penyemprotan pupuk urea secara

tunggal tidak dapat menghasilkan protein secara sempurna tanpa kehadiran pupuk

K. Unsur K penting untuk pembentukan protein karena ion K+

berperan sebagai

aktivator atau koenzim beberapa enzim yang dibutuhkan dalam meningkatkan

kandungan nitrat daun dan sintesis protein.

Tabel 33 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

……………mg/g bb……………..

Interval panen (hari)

15 5.36 10.00 a 6.94 a

30 5.67 7.91 b 6.01 b

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk

dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 6.35 a 9.33 b 6.77 b

2 kali, 50+50 3.93 b 7.07 d 4.14 c

4 kali, 50+50 4.65 b 8.18 c 5.82 b

2 kali, 100+100 6.48 a 9.38 b 6.99 b

4 kali, 100+100 6.18 a 10.84a 8.68 a

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak

nyata

Pemanenan pucuk dengan interval 15 hari menghasilkan kandungan

protein yang lebih tinggi sebesar 26.42 dan 13.40% dibandingkan kontrol masing-

masing secara berurutan pada umur 60 dan 90 HST. Hal ini diduga karena

rejuvenasi akibat pemanenan pucuk dengan interval yang lebih pendek akan

menyebabkan pucuk menjadi organ sink yang kuat, sehingga terjadi akan terjadi

translokasi N ke pucuk muda. Akumulasi N tersebut akan digunakan sebagai

unsur utama dalam sintesis asam amino untuk pembentukan protein. Pemanenan

pucuk kolesom dengan interval panen 30 hari mengakibatkan kolesom berbunga

lebih awal yang menandainya fase dewasa bagi tanaman. Pembungaan yang

Page 112: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

terjadi akan mengakibatkan penurunan kapasitas penyerapan N dan akan terjadi

mobilisasi N yang tersimpan dalam pucuk kepada organ lain, sehingga terjadi

penurunan sintesis protein pada pucuk. Penelitian Kabi & Bareeba (2008)

menunjukkan bahwa interval panen yang panjang akan mempercepat

pendewasaan tanaman yang ditandai dengan peningkatan biomassa, lignifikasi

dan serat pada daun, sehingga menurunkan kandungan protein pada daun Morus

Alba dan Calliandra calothyrsus. Peristiwa tersebut juga dilaporkan oleh

Manyawu et al. (2003) dan Sarwar et al. (2006) sebagai penyebab penurunan

kandungan protein pada rumput Napier dan Pennisetum.

Kandungan Antosianin

Gambar 22a dan 22b secara berurutan menunjukkan bahwa kandungan

antosianin pucuk kolesom layak jual yang mendapatkan berbagai aplikasi pupuk

daun N+K pada interval panen 15 dan 30 hari meningkat pada umur 90 HST.

Kandungan antosianin pucuk kolesom dengan berbagai aplikasi pupuk daun urea

+ KCl tersebut bervariasi dari 0.14 – 0.20 dan 0.13 – 0.26 µmol/g bb masing-

masing pada interval panen 15 dan 30 hari.

Gambar 22a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar) dengan interval panen 15 hari

0

0.1

0.2

0.3

30 45 60 75 90

Kan

du

ngan

an

tosi

an

in (

µm

ol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

0 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

2 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

4 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

Page 113: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 22b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 30 hari

Tabel 34 menunjukkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom layak

jual pada umur 30, 60, dan 90 HST tidak dipengaruhi oleh interval panen dan

aplikasi pupuk daun maupun interaksi keduanya.

Tabel 34 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

……………µmol/g bb……………

Interval panen (hari)

15 0.15 0.15 0.18

30 0.15 0.14 0.20

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 0.15 0.16 0.21

2 kali, 50+50 0.15 0.17 0.18

4 kali, 50+50 0.16 0.14 0.20

2 kali, 100+100 0.15 0.14 0.17

4 kali, 100+100 0.16 0.14 0.19

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak

nyata

Berdasarkan hasil pada Tabel 34 dapat diduga bahwa peningkatan

kandungan antosianin yang terjadi pada umur 90 HST diduga disebabkan oleh

0

0.1

0.2

0.3

30 60 90

Kan

du

ngan

an

tosi

an

in (

µm

ol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

0 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

2 kali,50 kg urea + 50

kg KCl/ha

4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha

2 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

4 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

Page 114: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

stres abiotik terhadap perpanjangan periode panen hingga umur 90 HST. Stres

terjadi karena tanaman mendapatkan pelukaan mekanik secara terus-menerus dan

memaksa tanaman untuk terus berejuvenasi yang membutuhkan suplai hara dan

energi yang cukup, sedangkan penyerapan hara tanaman secara alami akan

menurun dengan pertambahan umur. Hal ini juga sejalan dengan hasil percobaan

sebelumnya yang memperlihatkan bahwa perpanjangan periode panen dari umur

80 menjadi 90 HST pada kolesom yang mendapatkan pemupukan urea+KCl

secara bertahap melalui tanah akan menyebabkan peningkatan kandungan

antosianin pucuk kolesom pada umur 90 HST.

Kandungan Klorofil

Gambar 23a dan 23b menunjukkan bahwa kandungan klorofil pucuk yang

diukur pada umur 30, 60, dan 90 HST pada kolesom yang mendapatkan berbagai

aplikasi pupuk daun N+K masing-masing secara berurutan pada interval panen 15

dan 30 hari mengalami peningkatan pada umur 60 HST kemudian mengalami

penurunan pada umur 90 HST.

Tabel 35 menunjukkan bahwa semakin sering penyemprotan pupuk urea +

KCl melalui daun dan semakin tinggi dosis pupuk dasar maka semakin tinggi pula

kandungan klorofil pucuk kolesom pada umur 60 dan 90 HST. Aplikasi pupuk

daun urea + KCl sebanyak 4 kali dengan dosis pupuk dasar sebesar 100 kg urea +

100 kg KCl/ha dapat meningkatkan kandungan klorofil sebesar 26.50 dan 60.71%

dibandingkan kontrol masing-masing secara berurutan pada umur 60 dan 90 HST.

Peningkatan kandungan klorofil melalui aplikasi pupuk urea + KCl melalui daun

juga ditemukan oleh Borowski & Michalek (2009) pada daun bayam

dibandingkan jika unsur urea dan KCl diaplikasikan masing-masing secara

tunggal.

Pemanenan kolesom dengan interval 15 hari menghasilkan kandungan

klorofil pucuk yang lebih tinggi sebesar 17.86% dibandingkan interval 30 hari.

Kandungan klorofil yang lebih tinggi pada interval panen yang lebih pendek

diduga karena aktivitas rejuvenasi yang lebih tinggi menyebabkan pucuk menjadi

sink yang kuat untuk translokasi hara N. Keterkaitan antara hara N dan klorofil

dijelaskan oleh Netto (2005) dan Arregui et al. (2006) karena sintesis klorofil

Page 115: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

memerlukan hara N sebagai unsur utamanya sehingga klorofil dapat dijadikan

parameter sederhana untuk mengukur kandungan N daun.

Gambar 23a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 15 hari

Gambar 23b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 30 hari

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

30 60 90

Kan

du

ngan

klo

rofi

l (µ

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

0 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha2 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha4 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

30 60 90Kan

du

ngan

klo

rofi

l (µ

mol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

0 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha2 kali, 50 kg urea

+ 50 kg KCl/ha4 kali, 50 kg urea

+ 50 kg KCl/ha2 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha4 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha

Page 116: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 35 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval

panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60 dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…………µmol/g bb………………

Interval panen (hari)

15 0.91 0.81 0.33 a

30 0.92 0.81 0.28 b

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk

dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 0.97 0.83 bc 0.28 bc

2 kali, 50+50 0.84 0.50 d 0.24 c

4 kali, 50+50 0.88 0.77 c 0.26 bc

2 kali, 100+100 0.92 0.89 b 0.30 b

4 kali, 100+100 0.98 1.05 a 0.45 a

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb= bobot basah. tn=tidak nyata.

Kandungan Gula

Gambar 24a dan 24b masing-masing secara berurutan menunjukkan

bahwa kandungan gula pucuk yang diukur pada umur 30, 60, dan 90 HST pada

kolesom yang mendapatkan berbagai aplikasi pupuk daun dengan interval panen

15 dan 30 hari cenderung mengalami penurunan sejalan dengan pertambahan

umur tanaman, kecuali pada perlakuan aplikasi pupuk daun sebanyak 2 dan 4 kali

masing-masing dengan dosis pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan

interval panen 15 hari mengalami peningkatan pada umur 90 HST.

Tabel 36 menunjukkan bahwa interval panen dan aplikasi pupuk daun

urea+KCl tidak mempengaruhi kandungan gula pucuk kolesom pada umur 30 dan

60 HST. Frekuensi penyemprotan pupuk daun sebanyak 2 dan 4 kali dengan

pupuk dasar 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha masing-masing menghasilkan

kandungan gula pucuk kolesom yang lebih tinggi sebesar 33.80 dan 28.19%

dibandingkan kontrol pada umur 90 HST. Aplikasi pupuk daun sebanyak 2 dan 4

kali dengan pupuk dasar 50 kg urea + 50 kg KCl/ha masing-masing menghasilkan

kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan kontrol pada umur 90 HST.

Page 117: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Frekuensi penyemprotan pupuk daun urea + KCl sebanyak 2 atau 4 kali

masing-masing menghasilkan kandungan gula yang tidak berbeda nyata baik pada

kolesom yang mendapatkan pupuk dasar 50 kg urea + 50 kg KCl/ha maupun 100

kg urea+ 100 kg KCl/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk urea +

KCl melalui daun hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap kandungan

gula dalam pucuk kolesom dibandingkan dosis pupuk dasar urea + KCl melalui

tanah.

Gambar 24a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 15 hari

Gambar 24b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 30 hari

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

30 60 90

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

0 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha4 kali,50 kg urea +

50 kg KCl/ha2 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha4 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

30 60 90

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

0 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha2 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha4 kali, 100 kg urea +

100 kg KCl/ha

Page 118: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 36 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen

dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…………………..mg/g bb…………………

Interval panen (hari)

15 2.19 1.93 1.40

30 2.06 2.07 1.54

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 1.93 2.02 1.42 b

2 kali, 50+50 2.14 2.09 1.11 c

4 kali, 50+50 2.22 1.86 1.10 c

2 kali, 100+100 2.26 1.92 1.90 a

4 kali, 100+100 2.08 2.12 1.82 a

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn=tidak

nyata

Komponen Pertumbuhan Tanaman

Bobot Basah Pucuk Layak Jual

Gambar 25a menunjukkan bahwa kolesom yang mendapatkan perlakuan

berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun urea + KCl pada interval panen

15 hari menghasilkan bobot basah pucuk layak jual yang bervariasi dari 8.94 –

36.18 g/tanaman.

Gambar 25a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 15 hari

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

30 45 60 75 90

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu pemanenan (HST)

0 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha2 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha4 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha

Page 119: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Bobot basah pucuk layak jual pada Gambar 25a mengalami peningkatan

dari umur 30 sampai 60 HST kemudian mengalami penurunan, kecuali pada

perlakuan kontrol dan aplikasi pupuk daun sebanyak 2 kali dengan total dosis 50

kg urea+50 kg KCl/ha.

Gambar 25b menunjukkan bahwa kolesom yang mendapatkan perlakuan

berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun urea + KCl pada interval panen

30 hari menghasilkan bobot 10.15 – 43.43 g/tanaman. Bobot basah pucuk layak

jual tersebut mengalami peningkatan dari umur 30 sampai 60 HST kemudian

mengalami penurunan untuk semua perlakuan aplikasi pupuk daun urea + KCl.

Penurunan yang terjadi pada umur 90 HST menghasilkan bobot basah pucuk

layak jual yang lebih tinggi daripada umur 30 HST; kecuali pada kolesom yang

mendapatkan perlakuan kontrol atau aplikasi pupuk daun sebanyak 2 kali dengan

pupuk dasar sebesar 50 kg urea + 50 kg KCl/ha melalui tanah pada pemanenan

pucuk 15 hari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan bobot basah pucuk

yang mencerminkan aktivitas rejuvenasi akan berlangsung singkat pada kolesom

yang dipanen dengan interval yang lebih pendek dan mendapatkan dosis pupuk

urea + KCl yang lebih rendah.

Gambar 25b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar)

dengan interval panen 30 hari

Tabel 37 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk daun urea + KCl

dengan frekuensi 4 kali dan dosis pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

30 60 90

Bob

ot

basa

h p

ucu

k l

ayak

ju

al

(g/t

an

am

an

)

Waktu Pemanenan (HST)

0 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha2 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha4 kali, 50 kg urea +

50 kg KCl/ha2 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha4 kali, 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha

Page 120: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

KCl/ha dapat menghasilkan bobot pucuk kolesom layak jual yang lebih tinggi

sebesar 11.16% dibandingkan kontrol pada umur 30 HST. Diduga bahwa aplikasi

pupuk daun urea + KCl sejak umur 15 HST dapat meningkatkan bobot basah

pucuk layak jual dibandingkan perlakuan lain yang mendapatkan dosis pupuk

dasar yang sama.

Tabel 37 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen

dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…………………..mg/g bb…………………

Interval panen (hari)

15 13.75 24.48 b 14.45 b

30 12.19 36.02 a 31.55 a

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 14.52 ab 22.16 c 16.53 c

2 kali, 50+50 11.27 bc 19.95 c 10.24 d

4 kali, 50+50 10.75 c 38.15 a 31.47 a

2 kali, 100+100 12.17 bc 31.17 b 24.00 b

4 kali, 100+100 16.14 a 39.80 a 32.76 a

Interaksi tn ** tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. ** = sangat

nyata. tn = tidak nyata

Tabel 37 juga menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan interval

panen dan aplikasi pupuk daun mempengaruhi bobot basah pucuk layak jual

kolesom pada umur 60 HST. Pemanenan pucuk dengan interval 15 hari

menghasilkan bobot basah pucuk yang lebih rendah pada umur 90 HST sebesar

54.26% dibandingkan interval 30 hari pada umur 90 HST. Padahal hasil

percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa Pemanenan pucuk dengan interval

15 hari menghasilkan bobot basah pucuk yang lebih tinggi. Diduga bahwa

pemanenan pucuk yang dimulai pada umur 30 hari dan perpanjangan masa

produksi hingga 90 hari menyebabkan kolesom yang dipanen dengan interval 15

hari akan menghasilkan bobot pucuk yang lebih tinggi di awal vegetatif dan

kemudian kemampuannya untuk berrejuvenasi cepat menurun. Aplikasi pupuk

daun urea + KCl sebanyak 4 kali dengan dosis pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg

KCl/ha atau 50 kg urea + 50 kg KCl/ha dapat menghasilkan bobot basah pucuk

Page 121: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

yang lebih tinggi masing-masing sebesar 98.19 dan 90.38% dibandingkan kontrol

pada umur 90 HST. Kolesom pada umur 90 HST diduga telah mengalami

penurunan produksi pucuk karena telah berada pada masa senescence. Daun-daun

bagian bawah telah rontok dan menguning karena telah terjadi remobilisasi hara.

Diduga frekuensi penyemprotan pupuk N+K yang lebih sering akan memberikan

kecukupan hara untuk memenuhi proses rejuvenasi daun. Jabeen & Ahmad (2009)

menyatakan bahwa aplikasi pupuk daun N dan K sampai pada dosis tertentu

sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menunda

senescence daun. Interaksi kedua unsur ini sangat sangat efektif diserap oleh sel

daun sebagai anion dan kation, sehingga dapat menghambat aktivitas asam absisat

dan meningkatkan aktivitas sitokinin yang berpengaruh langsung terhadap

pertumbuhan tanaman.

Tabel 38 menunjukkan bahwa bobot basah pucuk layak jual tertinggi pada

umur 60 HST dihasilkan oleh kolesom yang dipanen setiap 30 hari sekali dan

mendapatkan aplikasi pupuk sebanyak 4 kali dengan pupuk dasar sebesar 100 kg

urea + 100 kg KCl/ha atau 50 kg urea + 50 kg KCl/ha.

Tabel 38 Bobot basah total pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total

selama 90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan

aplikasi pupuk daun N+K

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan,

dosis pupuk dasar urea+KCl

(kg/ha))

Interval panen (hari)

15 30

BB pucuk layak jual 60 HST (g/tanaman)

0 kali, 100+100 13.31 e 31.01 cd

2 kali, 50+50 12.19 e 27.71 d

4 kali, 50+50 34.02 bc 42.28 a

2 kali, 100+100 26.68 d 35.67 bc

4 kali, 100+100 36.18 b 43.43 a

BB pucuk layak jual total (g/tanaman)

0 kali, 100+100 76.25 c 69.59 cd

2 kali, 50+50 55.28 e 58.43 de

4 kali, 50+50 121.67 a 92.14 b

2 kali, 100+100 104.49 b 79.55 c

4 kali, 100+100 133.02 a 99.39 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Page 122: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Kombinasi antara interval panen 15 hari dengan aplikasi pupuk urea + KCl

melalui daun sebanyak 4 kali dan dosis pupuk dasar urea + KCl sebesar 50 + 50

atau 100 + 100 kg/ha menghasilkan total bobot basah pucuk layak jual tertinggi

selama 90 hari.

Bobot Basah dan Kering Tanaman

Bobot basah daun, batang, dan umbi pada umur 90 HST dipengaruhi oleh

interaksi antara perlakuan interval panen dan aplikasi pupuk daun urea + KCl

(Tabel 39).

Tabel 39 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada

berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Perlakuan Bobot basah

Daun Batang Umbi

………………. g/tanaman…………….

Interval panen (hari)

15 42.17 b 81.95 b 17.04 b

30 68.86 a 116.15 a 27.28 a

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 59.46 b 102.94 b 22.03 c

2 kali, 50+50 26.25 d 69.60 d 11.90 d

4 kali, 50+50 46.36 c 88.92 c 19.39 c

2 kali, 100+100 64.02 b 107.05 b 25.55 b

4 kali, 100+100 81.49 a 126.73 a 31.96 a

Interaksi ** ** ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. ** = sangat nyata.

Pemanenan pucuk setiap 30 hari sekali dan aplikasi pupuk urea + KCl

melalui daun sebanyak 4 kali dengan dosis pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100

kg KCl/ha menghasilkan bobot basah daun total, batang, dan umbi tertinggi pada

panen terakhir kolesom umur 90 HST (Tabel 40). Kolesom yang mendapatkan

frekuensi penyemprotan yang sama namun mendapatkan interval panen yang

lebih pendek akan menghasilkan bobot basah tanaman yang lebih rendah. Hal ini

diduga karena pasokan hara yang didapatkan tanaman melalui aplikasi pupuk

daun pada interval panen yang lebih pendek akan digunakan untuk proses

Page 123: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

rejuvenasi; sedangkan pada interval panen yang lebih panjang akan digunakan

untuk pembesaran ukuran dan peningkatan biomassa tanaman.

Peningkatan biomassa tanaman yang meliputi bobot kering daun total,

batang, dan akar dipengaruhi oleh perlakuan interval panen dan frekuensi

penyemprotan pupuk N+K masing-masing secara tunggal (Tabel 41).

Tabel 40 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada

berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun

N+K

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

Interval panen (hari)

15 30

Bobot basah daun (g/tanaman)

0 kali, 100+100 50.19 de 68.72 c

2 kali, 50+50 5.60 g 46.90 e

4 kali, 50+50 34.48 f 58.24 d

2 kali, 100+100 47.68 de 80.36 ab

4 kali, 100+100 72.99 bc 90.09 a

Bobot basah batang (g/tanaman)

0 kali, 100+100 88.61 f 117.27 bc

2 kali, 50+50 36.13 h 103.07 de

4 kali, 50+50 70.72 g 107.12 cd

2 kali, 100+100 93.68 ef 120.43 b

4 kali, 100+100 120.59 b 132.86 a

Bobot basah umbi (g/tanaman)

0 kali, 100+100 19.56 cd 24.49 c

2 kali, 50+50 7.17 f 16.63 de

4 kali, 50+50 13.87 e 24.91 c

2 kali, 100+100 19.56 cd 31.53 b

4 kali, 100+100 25.06 c 38.85 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Tabel 41 menunjukkan bahwa interval panen 30 hari menghasilkan

biomassa kolesom tertinggi yang meliputi bobot kering daun, batang, dan umbi.

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hare et al. (2004) bahwa interval panen yang

lebih panjang akan mempercepat pendewasaan tanaman yang meningkatkan

produksi polisakarida dan lignin pada dinding sel yang merupakan komponen dari

bahan kering tanaman. Pemupukan urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan

pupuk daun sebanyak 4 kali dan dosis pupuk dasar 100 kg urea+100 kg KCl/ha

menghasilkan bobot kering daun, batang, dan akar tertinggi. Ini membuktikan

Page 124: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

bahwa kolesom membutuhkan frekuensi penyemprotan yang sering sebagai

suplemen dari pupuk dasar yang diaplikasikan lewat tanah untuk peningkatan

bobot keringnya. Borowski & Michalek (2009) menyatakan bahwa penyemprotan

pupuk N+K dalam bentuk urea+KCl merupakan asosiasi terbaik untuk

menghasilkan biomassa yang tinggi pada tanaman. Tatar et al. (2010)

melaporkan bahwa N secara tunggal tidak dapat meningkatkan biomassa tanaman

tanpa berinteraksi dengan K, sedangkan Sawan et al. (2009) menjelaskan bahwa

K berperanan untuk meningkatkan laju fotosintesis, laju asimilasi CO2, dan

memfasilitasi pergerakan karbon yang penting untuk pembentukan biomassa

tanaman.

Tabel 41 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada

berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Perlakuan Bobot kering

Daun batang Umbi

………………. g/tanaman………………

Interval panen (hari)

15 2.30 b 4.04 b 2.28 b

30 3.22 a 5.89 a 3.39 a

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 3.30 ab 5.23 ab 3.27 ab

2 kali, 50+50 1.98 c 3.83 c 1.62 d

4 kali, 50+50 2.19 bc 4.55 bc 2.39 c

2 kali, 100+100 2.77 abc 5.17 ab 3.15 b

4 kali, 100+100 3.57 a 6.06 a 3.79 a

Interaksi tn tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

pada uji DMRT 0.05.

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis

Kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom dalam percobaan ini

tidak berkorelasi dengan semua komponen pertumbuhan tanaman. Kandungan

protein pucuk kolesom tidak berkorelasi dengan kandungan antosianin, namun

berkorelasi positif dengan kandungan klorofil dan gula (Tabel 42).

Page 125: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 42 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom

umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis

kolesom pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Protein Antosianin

………………. % .......................

Antosianin 30.72

Klorofil 65.89** -12.04

Gula 66.43** -25.71

Bobot basah pucuk 11.80 -47.64

Bobot basah daun total 52.68 -6.03

Bobot basah batang 41.45 -10.57

Bobot basah umbi 54.45 -10.23

Bobot kering daun total 48.56 10.63

Bobot kering batang 30.13 -2.56

Bobot kering umbi 48.56 34.53 Keterangan : ** = sangat nyata

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

Pemberian pupuk urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan daun

sebanyak 4 kali dan dosis pupuk dasar 100 kg urea+100 kg/ha KCl pada kolesom

yang dipanen 15 hari sekali menghasilkan produksi protein dan antosianin

tertinggi selama 90 hari (Tabel 43).

Tabel 43 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual pada

berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun

N+K selama 90 hari

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan, dosis

pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

Interval panen (hari)

15 30

Produksi protein (g/tanaman)

0 kali, 100+100 3.02 c 1.48 e

2 kali, 50+50 1.63 df 0.83 e

4 kali, 50+50 4.22 b 1.59 de

2 kali, 100+100 4.21 b 1.57 de

4 kali, 100+100 5.69 a 2.36 cd

Produksi antosianin

(µmol/tanaman)

0 kali, 100+100 61.45 d 38.10 efg

2 kali, 50+50 46.09 e 30.02 g

4 kali, 50+50 99.25 b 42.56 ef

2 kali, 100+100 80.61 c 36.13 fg

4 kali, 100+100 109.44 a 47.69 e Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Page 126: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Kesimpulan

Produksi protein dan antosianin pucuk layak jual tertinggi selama 90 hari

dihasilkan oleh kolesom yang dipanen dengan interval 15 hari serta mendapatkan

pemupukan urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan daun sebanyak 4 kali dan

pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha. Terdapat korelasi positif antara

kandungan protein dengan klorofil dan gula pucuk kolesom.

Page 127: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK

KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA

BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM

MELALUI TANAH DAN DAUN

Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare

(Jacq.) Willd) at different Combination soil and foliar applications of

Nitrogen+Potassium fertilizer

Abstrak

Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai aplikasi pupuk nitrogen+kalium

melalui tanah dan daun terhadap kandungan protein dan antosianin pucuk

kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo,

Dramaga, Bogor, Indonesia pada bulan Oktober sampai Desember 2010.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 ulangan dan

4 perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dengan atau tanpa aplikasi daun.

Perlakuan tersebut adalah aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui tanah (150 kg urea + 150 kg KCl); aplikasi 100, 75, dan 50% dosis pupuk N+K melalui tanah

dengan penambahan aplikasi pupuk daun 0.2% urea dan 0.1% KCl. Pemupukan

melalui tanah dilakukan pada 0, 30, dan 60 HST, sedangkan aplikasi pupuk daun

dilakukan pada 15, 30, 45, dan 60 HST. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi selama 75 HST dihasilkan oleh

kolesom yang mendapatkan perlakuan aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui

tanah, yaitu berturut-turut sebesar 16.98 g/tanaman dan 170.27 µmol/tanaman.

Kata Kunci : Sayuran daun, tanaman obat, nilai gizi, pigmen, pupuk

Abstract

The experiment was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from

October until December 2010 to study the effect of soil and foliar applications of

nitrogen+potassium fertilizer on waterleaf shoot (Talinum triangulare (Jacq.)

Willd) protein and anthocyanin production. A randomized complete block design

was used with 3 replications and 4 treatments. The treatments were different rates

of N+K for soil application with or without foliar application, they were 100%

N+K rates of soil application (150 kg urea + 150 kg KCl/ha); 100, 75, and 50%

N+K rates of soil application added with foliar application of 0.2% urea and

0.1% KCl. Fertilizers were applied on soil on 0, 30, and 60 days after planting,

while foliar applications were conducted on 15, 30, 45, and 60 days after

planting. The result showed that the highest protein and anthocyanin production

of waterleaf shoot for 75 days were produced by 100% soil application of N+K;

protein production was 16,98 g/plant while anthocyanin production was

170,27µmol/plant.

Keywords : leafy vegetable, medicinal plant, nutritive value, pigment, fertilizer

Page 128: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Pendahuluan

Peningkatan kualitas pucuk kolesom sebagai sayuran berkhasiat obat

melalui teknik budidaya pertanian harus tetap dilakukan sebagai langkah untuk

mendapatkan standar operasional budidaya yang dapat diterapkan oleh

masyarakat luas. Dua percobaan sebelumnya dalam rangkaian penelitian ini telah

menghasilkan konsep pemupukan bertahap untuk peningkatan produksi protein

dan antosianin pucuk kolesom baik melalui tanah maupun daun. Produksi protein

dan antosianin pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh pemupukan bertahap

melalui tanah pada frekuensi pemupukan 3 kali dengan dosis pupuk berturut-turut

sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha pada saat tanam dan 25 kg urea + 25 kg

KCl/ha masing-masing pada umur 30 dan 60 HST, sedangkan pemupukan

bertahap melalui daun pada frekuensi penyemprotan 4 kali (15 hari sekali) dengan

pupuk dasar 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha. Konsentrasi pupuk daun yang

digunakan adalah 0.2% urea + 0.1% KCl yang merupakan konsentrasi pupuk

N+K terbaik terhadap produktivitas pucuk kolesom pada penelitian Marman

(2010). Produksi pucuk dari hasil percobaan-percobaan tersebut hanya meningkat

sampai umur 60 HST kemudian mengalami penurunan hasil pada panen

berikutnya. Kemungkinan kolesom masih membutuhkan peningkatan hara untuk

meningkatkan kemampuan rejuvenasi, sehingga diperlukan teknik pemupukan

yang dapat meningkatkan produksi protein dan antosianin.

Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa teknik pemupukan

berupa kombinasi aplikasi pupuk melalui tanah dan daun dapat meningkatkan

produksi dan kualitas tanaman gandum (Abad et al. 2004; Garrido-Lestache et al.

2005; Varga & Svecnjak 2006). Keuntungan dari kombinasi aplikasi pupuk N

melalui tanah dan daun adalah dapat mengurangi resiko pemupukan N yang

berlebihan pada tanah, antara lain pencucian N dan eutrofikasi (Fernandez-

Escobar et al. 2009). Penelitian mengenai kombinasi aplikasi pupuk N+K melalui

tanah dan daun pada kolesom belum dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi protein dan

antosianin pada pucuk kolesom dengan aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui

tanah dan daun.

Page 129: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2010,

bertempat di kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis komponen

pertumbuhan dilakukan di Laboratorium Molecular Marker and

Spectrophotometry UV-VIS, sedangkan analisis komponen fisiologis tanaman

dilakukan di laboratorium Plant Analysis and Chromatography Departemen

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain setek kolesom

berukuran panjang 10 cm, pupuk kandang ayam petelur, urea, KCl, SP-18, arang

sekam, dan bahan-bahan analisis kimia. Peralatan yang digunakan antara lain

spektrofotometer shimadzu UV-1800, sentrifuge heraeus labofuge-400R.

Metode Penelitian

Percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok

dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Empat perlakuan yang diberikan adalah dosis

N+K melalui tanah dengan atau tanpa pupuk daun yaitu 100% dosis N+K melalui

tanah; 100, 75, dan 50% dosis N+K melalui tanah ditambah dengan pemupukan

melalui daun dengan konsentrasi 0.2% urea dan 0.1% KCl. Tabel 44 memberikan

penjelasan secara rinci mengenai berbagai perlakuan tersebut.

Model statistika untuk rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Ti + βj + εij

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i (1, 2, 3, 4) dan ulangan ke-j (1,

2, 3)

µ = nilai rata-rata umum

Ti = pengaruh perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ke-

i (i = 1, 2, 3, 4)

βj = pengaruh blok ke-j (j = 1, 2, 3)

εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan aplikasi pupuk N+K

melalui tanah dan daun ke-i (1, 2, 3, 4) dan ulangan ke-j (1, 2, 3).

Page 130: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh

nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

Tabel 44 Berbagai perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

Aplikasi pupuk

N+K

Waktu aplikasi (HST)

0 15 30 45 60

100% pupuk via tanah 100 kg

urea + 100

kg KCl/ha

- 25 kg urea

+ 25 kg

KCl/ha

- 25 kg urea

+ 25 kg

KCl/ha

100% pupuk via tanah

+ daun

100 kg

urea + 100

kg KCl/ha

√ √ 25 kg urea

+ 25 kg

KCl/ha

√ √ 25 kg urea

+ 25 kg

KCl/ha

75% pupuk via tanah +

daun

75 kg urea

+ 75 kg

KCl/ha

√ √ 18,75 kg

urea

+18,75 kg

KCl/ha

√ √ 18,75 kg

urea

+18,75 kg

KCl/ha

50% pupuk via tanah +

daun

50 kg urea

+ 50 kg

KCl/ha

√ √ 12,50 kg

urea

+12,50 kg

KCl/ha

√ √ 12,50 kg

urea

+12,50 kg

KCl/ha Keterangan : √ = aplikasi pupuk daun dengan konsentrasi 0.2% urea + 0.1% KCl (Marman 2010).

Pelaksanaan Percobaan

Penyiapan lahan. Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan

sisa tanaman hasil pertanaman sebelumnya. Tanah pada lahan kemudian

digemburkan dan dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 5 m sebanyak 15 petakan.

Pupuk kandang ayam sebanyak 5 ton/ha dan arang sekam sebanyak 2 ton/ha

diberikan dengan cara dilarik per baris tanam 2 minggu sebelum tanaman

dipindah ke lapang.

Penanaman. Setek ditumbuhkan lebih dahulu pada polybag kecil di

persemaian. Penanaman dilakukan apabila bibit yang berasal dari setek batang

telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna (± 5-7 hari di persemaian). Bibit

yang berasal dari setek batang ditanam di lahan dengan jarak 100 cm x 50 cm.

Pemupukan urea + KCl dilakukan sesuai perlakuan pada dosis dan waktu yang

Page 131: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

telah ditentukan. Pupuk SP-18 sebanyak 50 kg/ha diberikan pada saat tanam

untuk semua perlakuan.

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,

penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan

sekali sehari pada pagi hari dan disesuikan dengan musim. Penyiangan dilakukan

setiap saat secara manual sehingga petak perlakuan bebas dari gulma.

Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala

serangan.

Panen. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom

sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari

setiap cabang yang ada pada umur panen yang telah ditentukan. Panen pertama

dilakukan pada 30 HST untuk semua perlakuan.

Pengamatan

Pengamatan meliputi komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman.

Komponen fisiologis tanaman

1. Analisis kandungan protein kasar pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan

90 hari dengan menggunakan metode Lowry.

2. Analisis kandungan antosianin dan klorofil total pucuk dilakukan pada

umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode Sims & Gamon

(2002).

3. Analisis gula total pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan

menggunakan metode antronic (Yemm & Willis 1954).

Komponen pertumbuhan tanaman :

1. Bobot basah daun layak jual (g) diukur pada saat panen tanaman umur 30,

60, dan 90 hari dengan cara menimbang hasil pangkasan daun yang

dihasilkan setiap individu tanaman.

2. Bobot basah tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen terakhir dengan menggunakan timbangan.

3. Bobot kering tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen terakhir dengan menggunakan timbangan

setelah dioven pada suhu 105 C selama 2 hari.

Page 132: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Hasil dan Pembahasan

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

kolesom yang ditanam selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 45.

Tabel 45 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan

kolesom

Variabel pengamatan

Perlakuan pemupukan

N+K melalui tanah

dan daun

KK

(%)

Kandungan protein 30 HST tn 22.69

Kandungan protein 45 HST tn 13.15

Kandungan protein 60 HST tn 14.25

Kandungan protein 75 HST tn 23.00

Kandungan protein 90 HST tn 17.25

Kandungan antosianin 30 HST tn 3.19

Kandungan antosianin 45 HST tn 39.17

Kandungan antosianin 60 HST tn 13.33

Kandungan antosianin 75 HST tn 12.30

Kandungan antosianin 90 ST * 12.62

Kandungan klorofil 30 HST tn 8.29

Kandungan klorofil 45 HST tn 10.58

Kandungan klorofil 60 HST tn 12.79

Kandungan klorofil 75 HST tn 9.23

Kandungan klorofil 90 HST * 12.79

Kandungan gula 30 HST tn 17.38

Kandungan gula 45 HST tn 47.64

Kandungan gula 60 HST tn 21.00

Kandungan gula 75 HST ** 11.16

Kandungan gula 90 HST tn 31.09

Bobot pucuk layak jual 30 HST * 7.13

Bobot pucuk layak jual 45 HST * 29.61

Bobot pucuk layak jual 60 HST tn 10.97

Bobot pucuk layak jual 75 HST ** 12.40

Bobot pucuk layak jual 90 HST ** 7.77

Bobot basah daun 90 HST ** 8.71

Bobot basah batang 90 HST ** 7.96

Bobot basah umbi 90 HST ** 9.24

Bobot kering daun 90 HST ** 10.83

Bobot kering batang 90 HST ** 18.31

Bobot kering umbi 90 HST tn 24.51 Produksi protein 75 hari * 16.12

Produksi antosianin 75 hari * 15.92 Keterangan : * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; ** = berbeda nyata menurut uji F

pada taraf 1%; tn = tidak nyata. KK = koefisien keragaman.

Page 133: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Komponen Fisiologis Tanaman

Kandungan protein

Gambar 26 menunjukkan bahwa kandungan protein pucuk kolesom layak

jual mengalami peningkatan dari umur 30 sampai umur 60 HST, kemudian terus

mengalami penurunan pada umur 75 sampai 90 HST. Kandungan protein tersebut

bervariasi dengan kisaran nilai dari 5.35 sampai 19.51 mg/g bb. Kandungan

protein yang dihasilkan selama 90 hari masih lebih rendah dibandingkan

kandungan protein daun kolesom yang dilaporkan oleh Aletor & Adeogun (1995)

yaitu sebesar 25 mg/g bb.

Gambar 26 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun

Berbagai aplikasi pemupukan N+K melalui tanah dan daun tidak

berpengaruh terhadap kandungan protein pucuk kolesom layak jual umur 30-90

HST (Tabel 46). Hal ini diduga bahwa kolesom memiliki batasan kapasitas

penyerapan pupuk sehingga semua perlakuan tersebut diserap dalam jumlah yang

sama untuk menghasilkan kandungan protein pucuk atau adanya faktor

penggangu yang mempengaruhi penyerapan hara oleh kolesom baik melalui akar

dan daun untuk menghasilkan nilai kandungan protein yang berbeda. Delin et al.

(2005) menyatakan bahwa pemupukan yang terdiri atas unsur N tidak selalu

dapat meningkatkan kandungan protein karena beberapa hal, yaitu terganggunya

penyerapan hara oleh adanya infeksi penyakit, waktu pemberian pupuk yang tidak

tepat, dan kehilangan hara N oleh pengaruh cuaca dan lingkungan. Abad et al.

0

5

10

15

20

25

30 45 60 75 90

Kan

du

ngan

pro

tein

(m

g/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

100% pupuk via tanah

100% pupuk via tanah

+ daun

75% pupuk via tanah

+ daun

50% pupuk via tanah

+ daun

Page 134: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

(2004) juga melaporkan bahwa peningkatan pemupukan N akan berpengaruh

terhadap kandungan protein baik melalui aplikasi tanah dan daun apabila keadaan

hara tanah sebelumnya berada pada titik suboptimal.

Tabel 46 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari

Perlakuan Waktu pemanenan (HST)

30 45 60 75 90

….……….............. mg/g bb……………………..

100% pupuk via tanah 5.79 8.91 18.07 9.40 7.29

100% pupuk via tanah

+ daun

6.73 8.45 17.56 9.24 6.58

75% pupuk via tanah +

daun

5.35 7.95 19.51 9.78 8.97

50% pupuk via tanah +

daun

5.42 7.26 13.47 9.25 7.19

Keterangan : bb = bobot basah.

Faktor umur tanaman kolesom yang dipanen secara berulang terlihat

memberikan pengaruh terhadap peningkatan dan penurunan kandungan protein.

Peningkatan kandungan protein hingga umur 60 HST menunjukkan bahwa

kandungan protein pucuk terus meningkat pada saat kolesom dalam masa

vegetatif dan menurun pada saat kolesom telah berbunga atau memasuki masa

reproduktif akibat remobilisasi hara N ke organ lain. Hal ini didukung oleh

pernyataan Noquet et al. (2004) dan Varga & Svecnjak (2006) bahwa sintesis

protein pada pucuk terkait dengan ketersedian dan penggunaan senyawa N yang

terakumulasi pada pucuk, kemudian keadaan ini dapat berubah akibat remobilisasi

senyawa N ke organ lainnya yang dikendalikan oleh kapasitas sink pada saat masa

reproduktif karena terjadi penurunan serapan hara N.

Kandungan Antosianin

Gambar 27 menunjukkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom

dengan perlakuan berbagai aplikasi pupuk urea+KCl melalui tanah dan daun

menghasilkan kandungan antosianin yang bervariasi dari 0.08 sampai 0.14 µmol/g

bb. Kandungan antosianin pucuk kolesom terlihat mengalami peningkatan pada

umur 90 HST dari seluruh waktu pemanenan yang lain.

Page 135: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 27 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

Tabel 47 menunjukkan bahwa berbagai aplikasi pupuk urea + KCl melalui

tanah dan daun tidak mempengaruhi kandungan antosianin pada umur 30-75 HST.

Aplikasi dosis pupuk urea + KCl melebihi 50% melalui tanah dengan atau tanpa

penambahan pupuk melalui daun dapat meningkatkan kandungan antosianin pada

pucuk kolesom pada umur 90 HST.

Tabel 47 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari

Perlakuan Waktu pemanenan (HST)

30 45 60 75 90

………………….. µmol/g bb……………………

100% pupuk via tanah 0.14 0.09 0.10 0.09 0.17 ab

100% pupuk via tanah

+ daun

0.14 0.12 0.11 0.11 0.21 a

75% pupuk via tanah +

daun

0.14 0.13 0.10 0.11 0.19 ab

50% pupuk via tanah +

daun

0.14 0.08 0.10 0.11 0.15 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah

Data yang tercantum dalam Tabel 47 menunjukkan bahwa pupuk daun

tidak berperan penting terhadap peningkatan kandungan antosianin pucuk

kolesom. Peningkatan kandungan antosianin pucuk kolesom yang sejalan dengan

peningkatan dosis pupuk urea + KCl melalui tanah selama 90 hari

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

30 45 60 75 90Kan

du

ngan

an

tosi

an

in (

µm

ol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

100% pupuk via tanah

100% pupuk via tanah

+ daun

75% pupuk via tanah +

daun

50% pupuk via tanah

+daun

Page 136: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

memperlihatkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom mengikuti ritme

pertumbuhan tanaman yang dibatasi oleh dosis pupuk urea + KCl, sehingga

menimbulkan dugaan bahwa antosianin merupakan komponen fisiologis

permanen dalam pucuk kolesom yang konsentrasinya mengikuti ritme

pertumbuhan. Hasil ini bertentangan dengan konsep yang dinyatakan oleh

Kytridis et al. (2008) dan Peng et al. (2008) bahwa peningkatan kandungan

antosianin akan terjadi pada tanaman yang defisit hara N.

Kandungan Klorofil

Gambar 28 menunjukkan bahwa kandungan klorofil cenderung mengalami

peningkatan dari umur 30 sampai 60 HST kemudian mengalami penurunan pada

umur 75 dan 90 HST. Pola tersebut menyerupai peningkatan dan penurunan

kandungan protein pucuk kolesom layak jual. Kandungan klorofil dapat dikaitkan

dengan kandungan protein pucuk kolesom karena keduanya sama-sama

membutuhkan unsur N dalam biosintesisnya. Netto (2005) menyatakan bahwa

hubungan yang erat antara akumulasi N dengan kandungan klorofil karena

mayoritas N pada daun terkandung dalam molekul klorofil sehingga kandungan

klorofil yang menunjukkan tingkat kehijauan dapat mencerminkan status N dalam

tanaman. Status N yang tinggi dapat meningkatkan kandungan protein dalam

pucuk.

Gambar 28 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai

aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

30 45 60 75 90

Kan

du

nga

n k

loro

fil

(µm

ol/

g b

b)

Waktu pemanenan (HST)

100% pupuk via tanah

100% pupuk via tanah +

daun

75% pupuk via tanah +

daun

50% pupuk via tanah +

daun

Page 137: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 48 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk N+K tidak

memberikan pengaruh terhadap kandungan klorofil pucuk kolesom selama masa

vegetatif (30-60 HST). Hal ini diduga bahwa kandungan klorofil pucuk kolesom

tersebut memiliki kandungan maksimal selama masa vegetatif dalam keadaan

cukup hara yang dapat dipenuhi oleh semua perlakuan tersebut. Namun,

Venkatesan et al. (2005) melaporkan bahwa peningkatan kandungan klorofil tidak

dapat tercapai hanya dengan pemberian pupuk N+K saja. Penambahan unsur P

merupakan syarat mutlak yang dapat memberikan perbedaan hasil yang nyata,

sedangkan pada percobaan pupuk SP-18 hanya diberikan sekali pada awal tanam

dengan jumlah yang sama untuk seluruh perlakuan.

Tabel 48 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari

Perlakuan Waktu pemanenan (HST)

30 45 60 75 90

………………….. µmol/g bb……………………

100% pupuk via tanah 1.29 1.59 1.78 1.71 0.96 a

100% pupuk via tanah

+ daun 1.13 1.75 1.78 1.45 0.67 b

75% pupuk via tanah +

daun

1.14 1.60 1.65 1.70 1.00 a

50% pupuk via tanah +

daun

1.21 1.73 1.57 1.39 0.78 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah

Pola yang ditunjukkan oleh Tabel diatas menunjukkan bahwa peningkatan

dan penurunan kandungan klorofil sangat dipengaruhi oleh umur tanaman

kolesom. Peningkatan kandungan klorofil secara umum yang terlihat pada umur

30-60 HST diduga berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang semakin

meningkat pada masa vegetatif tanaman. Kemudian penurunan kandungan

klorofil pada umur 75-90 HST diduga karena tanaman telah memasuki masa

reproduktif dan menjelang senescence. Choinski et al. (2003) menjelaskan bahwa

kandungan klorofil yang rendah pada awal pertumbuhan terjadi karena rendahnya

laju fotosintesis, CO2 interselular, dan konduktansi stomata. Kandungan klorofil

akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Gossauer & Engel (1996) melaporkan bahwa kandungan klorofil akan

menurun pada saat memasuki masa reproduktif karena perkembangan proplastid

Page 138: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

untuk kloroplas terbagi untuk pembentukan kromoplas yang biasanya berisikan

banyak karotenoid daripada klorofil.

Kandungan Gula

Gambar 29 menunjukkan bahwa kandungan gula pucuk kolesom layak

jual sangat fluktuatif dan membentuk pola yang tidak teratur. Namun, kandungan

gula pucuk kolesom ini terlihat meningkat pada umur 90 HST.

Gambar 29 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi

pupuk N+K melalui tanah dan daun

Tabel 49 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk urea + KCl melalui tanah

dan daun tidak berpengaruh terhadap kandungan gula pucuk kolesom pada umur

30-60 HST. Kandungan gula yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan

pada umur 30-60 HST diduga karena kolesom masih berada pada fase vegetatif

dalam kondisi yang relatif normal. Fase vegetatif merupakan suatu fase dalam

pertumbuhan tanaman dimana aktivitas fotosintesa meningkat dan hasil asimilat

berupa gula akan ditransportasikan kebagian lain tanaman sebagai sink, sehingga

tidak terjadi akumulasi pada pucuk. Hasil penelitian McCormick et al. (2008)

pada daun tebu menunjukkan bahwa 80% hasil asimilat berupa sukrosa akan

ditranslokasikan ke organ lain pada periode fotosintesis.

Peningkatan kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada umur 75 HST

dapat diperoleh dengan cara meningkatkan dosis pupuk urea+KCl melalui tanah

dan daun yaitu pada perlakuan 100% pupuk via tanah + daun. Namun,

kesimpulan yang dapat diberikan pada hasil percobaan ini tidak dapat dijelaskan

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

30 45 60 75 90

Kan

du

ngan

gu

la (

mg/g

bb

)

Waktu pemanenan (HST)

100% pupuk via tanah

100% pupuk via tanah

+ daun

75% pupuk via tanah +

daun

50% pupuk via tanah

+daun

Page 139: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

dengan baik karena kandungan gula yang tertinggi tersebut tidak berbeda nyata

dengan kandungan gula pada perlakuan 50% pupuk via tanah + daun. Diduga ada

faktor lain di luar perlakuan pada percobaan ini yang mempengaruhi adanya

perbedaan kandungan gula pada pucuk kolesom pada umur 75 HST. Peningkatan

kandungan gula yang terjadi pada umur 90 HST diduga terkait dengan masa

senescence, di mana kolesom telah mengalami gangguan dalam penyerapan hara

dan air yang menyebabkan gangguan translokasi karbohidrat ke organ lain

sehingga terjadi akumulasi gula pada daun. Akumulasi karbohidrat pada daun

yang terjadi pada masa senescence ditemukan juga oleh de Lacerda et al. (2003)

pada tanaman sorgum.

Tabel 49 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari

Perlakuan Waktu pemanenan (HST)

30 45 60 75 90

…………………....mg/g bb….…………………

100% pupuk via tanah 1.18 1.35 0.98 0.86 b 1.07

100% pupuk via tanah

+ daun 1.62 1.23 0.90 1.13 a 1.94

75% pupuk via tanah +

daun

1.23 1.76 0.82 0.76 b 1.35

50% pupuk via tanah +

daun

1.10 1.60 1.22 1.09 a 1.17

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah

Komponen Pertumbuhan Tanaman

Bobot Basah Pucuk Layak Jual

Gambar 30 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot basah pucuk

kolesom dari umur 30 sampai umur 60 hari, kemudian terjadi penurunan pada

umur 75 hingga 90 hari.

Perlakuan aplikasi pemupukan N+K memberikan pengaruh sangat nyata

terhadap bobot basah pucuk kolesom layak jual selama 90 hari, kecuali pada

bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST (Tabel 50).

Page 140: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 30 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

N+K melalui tanah dan daun

Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada umur 30, 45, 75, 90 HST

menunjukkan bahwa aplikasi pupuk 100% via tanah dengan dosis total 150 kg

urea + 150 kg KCl/ha menghasilkan bobot basah pucuk kolesom layak jual

tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

pupuk N+K bertahap yang hanya diaplikasikan melalui tanah lebih baik daripada

perlakuan kombinasi antara aplikasi tanah dan daun, walaupun pada umur 60 HST

semua perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Penurunan hasil

yang terjadi pada umur 75 dan 90 HST menunjukkan bahwa penambahan pupuk

daun yang diberikan pada saat 60 HST tidak dapat meningkatkan aktivitas

rejuvenasi kolesom dan memperpanjang masa produksi.

Tabel 50 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk

N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari

Perlakuan Waktu pemanenan (HST)

30 45 60 75 90

…..…………………. g/tanaman…..……………………

100% pupuk via tanah 29.36 a 114.04 a 143.33 117.04 a 81.70 a

100% pupuk via tanah

+ daun 27.38 ab 77.17 ab 141.17 76.90 b 31.33 d

75% pupuk via tanah

+ daun 25.43 bc 64.92 b 131.16 54.05 c 52.39 c

50% pupuk via tanah

+ daun 23.42 c 47.74 b 120.01 44.04 c 68.54 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

30 45 60 75 90

Bob

ot

basa

h p

ucu

k

(g/t

an

am

an

)

Waktu pemanenan (HST)

100% pupuk via

tanah100% pupuk via

tanah + daun75% pupuk via tanah

+ daun50% pupuk via tanah

+ daun

Page 141: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Bobot Basah dan Kering Tanaman

Tabel 51 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara pupuk N+K

yang diaplikasikan melalui tanah dan daun tidak dapat memberikan peningkatan

hasil dibandingkan perlakuan aplikasi 100% pupuk via tanah.

Tabel 51 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari pada

berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

Perlakuan Bobot basah

Daun Batang Umbi

…………………… g/tanaman……………………..

100% pupuk via tanah 517.69 a 595.45 a 58.59 a

100% pupuk via tanah +

daun 391.62 b 450.22 b 46.41 b

75% pupuk via tanah +

daun 421.88 b 475.39 b 49.48 b

50% pupuk via tanah +

daun 303.96 c 363.45 c 34.73 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Tabel 52 menunjukkan bahwa perlakuan 100% pupuk urea + KCl via

tanah menghasilkan bobot kering daun dan batang tertinggi pada kolesom yang

dipanen umur 90 hari, sedangkan perlakuan aplikasi pupuk urea + KCl tidak

berpengaruh terhadap bobot kering umbi kolesom. Hal ini menunjukkan bahwa

penambahan pupuk urea + KCl melalui daun tidak diperlukan untuk

meningkatkan bobot basah dan bobot kering kolesom. Padahal beberapa

penelitian terdahulu (Sultana et al. 2001; Sawan et al. 2009) menyatakan bahwa

aplikasi pupuk N+K melalui daun akan meningkatkan biomassa tanaman.

Kemungkinan perlakuan 100% pupuk via tanah yaitu sebesar 150 kg urea + 150

kg KCl/ha dalam percobaan ini telah mencukupi kebutuhan hara untuk

pertumbuhan dan perkembangan kolesom sehingga aplikasi pupuk daun pada

kolesom menjadi tidak efektif. Pendapat yang dikemukakan oleh Xiaoping et al.

(2008) menyatakan bahwa biomassa tanaman tidak dapat meningkat bahkan

menurun dengan peningkatan dosis N apabila konsentrasi N lebih tinggi daripada

nilai kritis N pada tanaman tersebut.

Page 142: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Tabel 52 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari pada

berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

Aplikasi pupuk N+K Bobot kering

Daun Batang Umbi

.............................g/tanaman………………….

100% pupuk via tanah 35.54 a 44.68 a 9.63

100% pupuk via tanah

+ daun 21.30 bc 22.33 b 6.68

75% pupuk via tanah

+ daun 23.33 b 26.84 b 6.38

50% pupuk via tanah

+ daun 17.52 c 29.04 b 5.56

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis

Kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom dalam percobaan ini

tidak berkorelasi dengan semua komponen pertumbuhan tanaman dan fisiologis

lainnya (Tabel 53).

Tabel 53 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom

umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis

kolesom pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

Protein Antosianin

………………. % ……………….

Antosianin -1.89

Klorofil 80.87 -24.19

Gula -35.86 85.89

Bobot basah pucuk 12.04 -37.89

Bobot basah daun total 16.49 24.48

Bobot basah batang 11.14 18.91

Bobot basah umbi 18.34 33.98

Bobot kering daun total 4.48 -1.44

Bobot kering batang -1.33 -50.46

Bobot kering umbi -13.28 0.80 Keterangan : ** = sangat nyata

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

Adanya penurunan kandungan protein dan bobot basah pucuk, serta sinyal

stres pada kolesom yang ditunjukkan oleh peningkatan kandungan antosianin

pada umur 90 HST menyebabkan pemanenan pucuk kolesom sampai umur 90

Page 143: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

HST tidak dianjurkan karena dapat menurunkan kualitas pucuk dan melemahkan

tanaman. Berdasarkan hasil ini maka umur produksi pucuk kolesom layak jual

ditentukan sampai umur 75 HST.

Tabel 54 memperlihatkan data produksi protein dan antosianin pucuk

kolesom yang merupakan hasil perkalian antara bobot basah total pucuk kolesom

dengan masing-masing kandungan total protein dan antosianin pucuk kolesom

selama 75 hari. Produksi protein dan antosianin tertinggi dihasilkan oleh

perlakuan aplikasi pemupukan 100% via tanah yang diberikan secara bertahap

dengan dosis total 150 kg urea + 150 kg KCl/ha.

Tabel 54 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual selama 75

hari pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun

Perlakuan Produksi protein

(g/tanaman)

Produksi antosianin

(µmol /tanaman)

100% pupuk via tanah 16.98 a 170.27 a

100% pupuk via tanah + daun 13.61 ab 155.52 a

75% pupuk via tanah + daun 12.26 b 130.11 ab

50% pupuk via tanah + daun 9.31 b 100.11 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Kendati produksi protein pucuk kolesom layak jual tertinggi tersebut tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 100% pupuk via tanah + daun dan produksi

antosianin pucuk kolesom layak jual tertinggi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan 100% pupuk via tanah + daun atau 75% via tanah + daun, tetapi atas

pertimbangan kemudahan aplikasi maka aplikasi pemupukan 100% via tanah

yang diberikan secara bertahap dapat direkomendasikan untuk budidaya kolesom.

Kesimpulan

Produksi protein dan antosianin pucuk layak jual tertinggi selama 75 hari

dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan aplikasi pupuk N+K yang diberikan

100% melalui tanah sebesar 150 kg urea + 150 kg KCl/ha dalam 3 tahapan yaitu

100 kg urea+ 100 kg KCl/ha pada saat tanam dan 25 kg urea + 25 kg KCl/ha

masing-masing pada 30 dan 60 HST.

Page 144: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 145: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

PEMBAHASAN UMUM

Respon Kolesom terhadap Pemupukan Nitrogen + Kalium dan

Interval Panen

Aplikasi pupuk N+K sangat berpengaruh terhadap produksi protein dan

antosianin pucuk kolesom. Dosis pupuk sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

merupakan dosis standar yang dapat dijadikan sebagai pupuk dasar dalam

budidaya kolesom karena dapat menghasilkan produksi protein dan antosianin

pucuk kolesom yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk urea + KCl

yang lebih rendah, namun dosis pupuk urea + KCl yang diberikan hanya pada

awal tanam tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan hara kolesom selama masa

tanam 80 hari. Hal ini dapat terlihat dengan adanya penurunan hasil setelah umur

50 hari. Oleh karena itu dilakukan percobaan pemupukan secara bertahap dengan

meningkatkan total dosis urea + KCl.

Pemupukan secara bertahap dengan total dosis lebih tinggi dan 2/3 dosis

tersebut diberikan pada saat tanam, dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi

kolesom. Pemupukan urea + KCl dengan total dosis 150 kg urea + 150 kg KCl/ha

yang terbagi dalam 3 tahapan pemberian yaitu 100 kg urea + 100 kg KCl/ha pada

saat tanam; 25 kg urea + 25 kg KCl/ha masing-masing pada 30 dan 60 HST

mampu memberikan produksi protein dan antosianin tertinggi pada kolesom yang

dipanen sebanyak 3 kali selama periode tanam 90 hari. Tiga tahapan waktu

pemberian pupuk urea + KCl tersebut dapat direkomendasikan dalam budidaya

kolesom karena merupakan waktu yang bertepatan dengan masa perkembangan

kolesom yang membutuhkan peningkatan hara. Pemberian pupuk urea + KCl

pada awal tanam dibutuhkan kolesom untuk memulai pertumbuhan vegetatif, 30

HST merupakan masa perkembangan batang dan cabang, sedangkan 60 HST

merupakan masa transisi dari vegetatif ke reproduktif dan pembentukan umbi.

Pemberian pupuk urea + KCl pada umur 60 HST berperan penting untuk

meningkatkan kandungan hara dalam organ vegetatif agar tidak terjadi penurunan

hara secara drastis dan senescence dini pada saat terjadi remobilisasi hara ke

organ reproduktif. Pemberian pupuk urea + KCl dengan total dosis yang sama

tetapi dengan frekuensi yang lebih tinggi dalam percobaan ini menghasilkan

Page 146: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

produksi protein dan antosianin yang lebih rendah karena dosis urea + KCl yang

diberikan pada setiap aplikasi menjadi lebih rendah dan tidak mencukupi

kebutuhan hara kolesom.

Upaya lain yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi protein dan

antosianin serta memperpanjang masa produksi kolesom adalah penambahan

pupuk melalui daun. Kombinasi antara pemupukan 0.2% urea + 0.1% KCl yang

diberikan secara bertahap melalui daun dengan pemupukan urea + KCl yang

diberikan melalui tanah hanya pada saat tanam atau secara bertahap bersamaan

dengan waktu aplikasi pupuk melalui daun menunjukkan bahwa pemberian pupuk

urea + KCl melalui daun tidak dapat meningkatkan produksi protein dan

antosianin pucuk kolesom jika dibandingkan dengan pemupukan urea + KCl

secara bertahap melalui tanah saja. Oleh karena itu, pupuk urea + KCl cukup

diberikan secara bertahap melalui tanah saja untuk meningkatkan produksi protein

dan antosianin pucuk kolesom.

Respon kolesom terhadap interval panen tampaknya terkait dengan

beberapa hal, yaitu proses recovery, rejuvenasi, dan organ source-sink. Proses

rejuvenasi pada kolesom akan berjalan lambat bahkan menurun apabila waktu

yang tersedia untuk proses recovery setelah pemanenan sangat pendek atau tidak

ada karena dilanjutkan dengan pemanenan berikutnya. Rejuvenasi yang terjadi

akibat pemanenan pucuk kolesom mengakibatkan pucuk kolesom menjadi organ

sink yang kuat dibandingkan organ lainnya. Kompetisi antara organ sink dapat

terjadi dengan perubahan interval panen. Pentingnya waktu yang cukup untuk

proses recovery pasca pemanenan dijelaskan oleh Kabi & Bareeba (2008) sebagai

sesuatu yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi tanaman karena

pemanenan merupakan proses pelukaan terhadap jaringan tanaman.

Interval panen 15 hari dapat direkomendasikan untuk budidaya kolesom

yang mengutamakan hasil dan kualitas pucuk. Pemanenan pucuk dengan interval

15 hari menghasilkan produksi protein dan antosianin yang lebih tinggi selama

periode tanam 80 atau 90 hari dibandingkan pemanenan pucuk dengan interval 10

dan 30 hari. Pemanenan pucuk dengan interval panen 15 hari dapat menunda

waktu pembungaan dan masa senescence, tetapi tidak dapat menghambat

munculnya bunga setelah panen ke tiga yang menyebabkan penurunan hasil yang

Page 147: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

ditandai dengan ukuran pucuk yang mengecil. Hal ini menunjukkan bahwa

kolesom memiliki masa rejuvenasi yang terbatas yang menyebabkan penurunan

hasil dengan meningkatnya umur tanaman dan frekuensi panen.

Pemanenan pucuk kolesom dengan interval panen 10 dan 30 hari tidak

dapat direkomendasikan pada budidaya kolesom. Interval panen 10 hari

menyebabkan aktivitas rejuvenasi kolesom yang rendah, lebih cepat mengalami

penurunan hasil dan kualitas pucuk serta masa produksi yang lebih pendek

dibandingkan perlakuan interval panen yang lebih panjang. Masa produksi yang

pendek hanya sampai umur 60 HST ditandai dengan senescence dini yang diduga

terjadi akibat masa recovery pasca pemanenan yang pendek. Pemanenan pucuk

yang terlalu intensif dapat merusak jaringan dan mempercepat kematian.

Pemanenan pucuk dengan interval panen 30 hari menyebabkan kolesom lebih

cepat memasuki masa reproduktif yang ditandai dengan munculnya bunga dan

buah. Pemanenan yang dilakukan setelah masa reproduktif menghasilkan pucuk

dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan masa vegetatif. Oleh karena

itu akumulasi produksi pucuk selama periode tanam dengan interval panen 30 hari

menjadi rendah.

Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom yang mendapatkan

perlakuan pemupukan urea + KCl dan interval panen yang sama menunjukkan

fluktuasi antar percobaan dalam penelitian ini. Kolesom yang ditanam pada

kondisi curah hujan yang lebih tinggi menghasilkan bobot basah pucuk total,

kandungan protein dan antosianin yang lebih tinggi pula. Kolesom yang ditanam

pada kondisi curah hujan yang sama tetapi dalam wadah tanam yang berbeda

menghasilkan produksi protein dan antosianin yang berbeda pula. Penanaman

kolesom dalam polybag menghasilkan bobot basah pucuk total yang lebih rendah,

kandungan protein dan antosianin yang lebih tinggi dibandingkan penanaman di

lahan. Berdasarkan paparan tersebut, maka penanaman kolesom harus

memperhatikan pula wadah tanam dan pengairan yang baik untuk mendapatkan

produksi protein dan antosianin pucuk layak jual yang tinggi.

Page 148: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Keterkaitan antara Pertumbuhan Tanaman Kolesom dengan

Perubahan Kandungan Protein dan Antosianin

Perubahan kandungan protein pucuk sebagai respon atas berbagai

perlakuan pupuk urea + KCl dan interval panen pada seluruh percobaan dalam

penelitian ini tidak memiliki keterkaitan dengan perubahan biomassa yang

menjadi parameter pengamatan komponen pertumbuhan, sedangkan keterkaitan

antara perubahan kandungan antosianin dengan perubahan biomassa bervariasi

antar percobaan.

Korelasi positif antara kandungan antosianin pucuk dengan biomassa

kolesom yang meliputi bobot basah daun dan pucuk, bobot basah dan kering

batang maupun umbi hanya terjadi pada saat kolesom mendapatkan perlakuan

pemupukan urea + KCl yang hanya diberikan pada awal tanam dan pemanenan

berulang selama periode tanam 80 hari. Keterkaitan tersebut bertentangan dengan

beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kandungan antosianin akan

berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan tanaman yang dicerminkan oleh

biomassa tanaman (Kytridis et al. 2008; Guo et al. 2011). Korelasi positif antara

kandungan antosianin dengan biomassa dapat terjadi dengan mengikuti konsep

―over flow metabolism‖ yang menyatakan pada saat hasil fotosintesis melebihi

kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, maka kelebihan C akan disumbangkan

untuk biosintesis metabolit sekunder berbasis C (Matsuki 1996). Jika konsep ini

dikaitkan dengan pertumbuhan kolesom, maka ada kemungkinan bahwa kolesom

mengalami suatu kondisi yang menyebabkan suatu urgensi pembagian hasil

asimilasi secara proporsional untuk pembentukan biomassa dan biosintesis

antosianin. Tidak diketahui secara pasti kondisi apa yang menyebabkan

terjadinya peristiwa tersebut dalam percobaan ini, namun tampaknya ini

merupakan suatu mekanisme kolesom untuk mempertahankan eksistensi

pertumbuhannya dalam suatu kondisi tidak menguntungkan bagi peningkatan

biomassa tanaman yang membutuhkan sinergisme dengan antosianin. Manetas

(2006) menyatakan bahwa peranan antosianin seringkali tidak dapat diketahui

secara pasti karena sangat tergantung kepada spesies, fase perkembangan tanaman

dan lingkungan. Adanya korelasi positif antara kandungan senyawa metabolit

berbasis C dengan biomassa yang dianggap mengikuti konsep ―over flow

Page 149: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

metabolism‖ ditemukan oleh Mosaleeyanon et al. (2005) pada tanaman

Hypericum perforatum L. Korelasi positif antara kandungan antosianin dengan

biomassa tanaman terdapat pada hasil penelitian Yu-fan et al. (2008) pada ubi

jalar, namun hasil ini tidak konsisten pada berbagai varietas dan fase

perkembangan tanaman.

Perubahan kandungan antosianin pucuk tidak memperlihatkan keterkaitan

dengan biomassa kolesom pada percobaan pemupukan urea + KCl secara bertahap

baik melalui tanah dan daun maupun kombinasi keduanya yang dipanen secara

periodik selama periode tanam 90 hari. Hal ini dapat disebabkan karena

pemberian pemupukan urea + KCl secara bertahap baik melalui tanah dan daun

maupun kombinasi keduanya pada kolesom yang dipanen secara periodik mampu

memberikan keseimbangan antara laju rejuvenasi dan pertumbuhan total tanaman.

Pernyataan ini didasarkan pada biomassa yang lebih besar antara kolesom yang

mendapatkan pupuk urea + KCl secara bertahap dibandingkan diberikan hanya

pada awal tanam. Oleh karena itu, konsep ―over flow metabolism‖ tidak berlaku

pada kolesom yang mendapatkan pemupukan urea + KCl secara bertahap.

Perubahan kandungan protein dan bobot basah pucuk pada setiap

percobaan terlihat memiliki pola yang sama yaitu mengikuti fase perkembangan

tanaman. Kandungan protein dan bobot basah pucuk kolesom terus meningkat

seiring dengan pertambahan umur tanaman dalam masa vegetatif dan mengalami

penurunan pada saat memasuki masa reproduktif. Pola perubahan kandungan

protein dan bobot basah pucuk yang sama mengikuti fase perkembangan tanaman

juga ditemukan oleh Abbasi et al. (2011) pada tanaman bayam yang mendapatkan

perlakuan berbagai interval panen dan dosis pupuk N.

Peningkatan bobot basah pucuk pada masa vegetatif kolesom terjadi

karena peningkatan aktivitas rejuvenasi pasca pemanenan pucuk yang berulang

dan pemupukan urea + KCl. Unsur N dan K yang terkandung dalam pupuk

tersebut sangat berperan dalam peningkatan bobot basah pucuk sejalan dengan

penjelasan Kanzikwera et al. (2001) yang menyatakan bahwa sinergisme antara

unsur N dan K menyebabkan peningkatan sitokinin yang merupakan fitohormon

penting untuk pertumbuhan vegetatif. Srivastava (2002) menunjukkan bahwa

Page 150: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

sitokinin dapat mendorong aktivitas pembelahan dan pembesaran sel pada

jaringan tumbuhan.

Peningkatan aktivitas rejuvenasi akan menyebabkan pucuk menjadi organ

sink yang kuat, oleh karena itu terjadi translokasi hara yang tinggi ke pucuk.

Akumulasi hara N pada pucuk menyebabkan antara lain peningkatan asam amino

yang disintesis menjadi protein, sehingga protein yang terkandung dalam pucuk

sebenarnya merupakan deposit sementara asam amino pada masa vegetatif

sebelum diremobilisasi ke organ lain.

Penurunan kandungan protein dan bobot basah pucuk setelah umur 50 atau

60 hari terjadi karena kolesom memasuki masa reproduktif yang menyebabkan

terjadinya kompetisi dalam pembagian asimilat antara pucuk dengan organ sink

lain yang terbentuk. Kompetisi tersebut menyebabkan menurunnya suplai asimilat

dari tajuk ke akar, sehingga pertumbuhan akar terganggu dan terjadi penurunan

penyerapan hara N oleh akar. Peng et al. (2010) melaporkan bahwa perbedaan

laju penyerapan hara N oleh akar antara masa vegetatif dan reproduktif ditentukan

oleh jumlah permintaan hara yang dikendalikan oleh potensial pertumbuhan tajuk.

Penurunan penyerapan hara oleh akar pada masa reproduktif

mengakibatkan remobilisasi hara N dari pucuk ke organ reproduktif sehingga

terjadi penurunan kandungan protein pada pucuk kolesom. Mekanisme

remobilisasi N yang dilaporkan oleh Barneix (2007) menunjukkan bahwa

remobilisasi dilakukan oleh enzim proteolitik yang menghidrolisis protein daun

dan melepaskan asam amino untuk ditransportasikan ke organ sink lain.

Konsentrasi asam amino yang dilepaskan tergantung kepada total konsentrasi N

dan metabolisme fotosintesis, sedangkan komposisi asam amino tergantung

kepada spesies tanaman. Pentingnya remobilisasi hara N dari daun dijelaskan

oleh Noquet et al. (2004) sebagai bentuk konservasi hara dalam tanaman untuk

menjamin kelangsungan hidupnya selama siklus perkembangan tanaman.

Penurunan bobot basah pucuk yang terjadi pada masa reproduktif karena

pucuk yang dihasilkan mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan pada

masa vegetatif. Menurunnya bobot basah pucuk kolesom pada masa reproduktif

dapat mencerminkan adanya penurunan aktivitas meristem apikal. Penurunan

produksi pucuk tanaman anggur pada saat aktivitas meristem apikal menurun

Page 151: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

dilaporkan oleh Grechi et al. (2007) karena rendahnya suplai hara N ke pusat

pertumbuhan pucuk untuk pembentukan materi dinding sel baru (xyloglucan).

Percobaan pemupukan urea + KCl secara bertahap baik melalui tanah dan

daun atau kombinasi keduanya menunjukkan bahwa kandungan klorofil memiliki

pola perubahan yang sama dengan kandungan protein dan bobot basah pucuk

selama fase pertumbuhan kolesom, sedangkan pemupukan urea + KCl yang

diberikan hanya pada awal tanam menghasilkan kandungan klorofil pucuk

kolesom yang terus menurun sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Hal ini

menunjukkan bahwa kandungan klorofil dapat menjadi indikator sederhana dalam

menentukan kecukupan hara bagi kolesom.

Perubahan kandungan antosianin pucuk berdasarkan fase pertumbuhan

kolesom dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 pola, yaitu : (1) terus menurun

sejalan dengan pertambahan umur tanaman; (2) terus menurun sejalan dengan

pertambahan umur tanaman kemudian mengalami peningkatan pada umur 60 atau

90 HST. Meskipun demikian, kandungan antosianin selalu terdeteksi pada pucuk

kolesom sejak awal panen baik pada umur 20 maupun 30 HST hingga panen

terakhir baik pada umur 80 maupun 90 HST. Hal ini menunjukkan bahwa

antosianin merupakan tipe komponen yang permanen dalam pucuk kolesom dan

bukan tipe inducible anthocyanin.

Kandungan antosianin pucuk kolesom yang terus mengalami penurunan

sejalan dengan pertambahan umur tanaman terjadi pada saat kolesom

mendapatkan perlakuan pemupukan urea + KCl hanya pada awal tanam dan

dipanen setiap 15 atau 30 hari sekali selama periode 80 hari. Peristiwa ini

menunjukkan bahwa antosianin dalam pucuk kolesom lebih banyak terakumulasi

pada masa awal pertumbuhan saja dan diduga antosianin dalam fase ini berperan

sebagai juvenile anthocyanin. Istilah tersebut digunakan oleh Chalker-Scott

(2002) yang menunjukkan bahwa antosianin pada pucuk berperan sebagai penjaga

turgor sel dalam level yang tinggi sehingga mendorong ekspansi dinding sel untuk

perkembangan daun sampai pada ukuran yang optimal. Penurunan yang terjadi

dengan pertambahan umur terjadi karena adanya pengenceran pigmen antosianin

pada jaringan sejalan peningkatan pertumbuhan.

Page 152: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Penurunan kandungan antosianin pucuk sejalan dengan pertambahan umur

tanaman kemudian kembali meningkat pada umur 60 HST terjadi pada kolesom

yang mendapatkan perlakuan pemupukan urea + KCl hanya pada awal tanam dan

dipanen setiap 10 hari sekali selama periode 80 hari, sedangkan peningkatan

kembali kandungan antosianin pada umur 90 HST terjadi pada kolesom yang

mendapatkan pemupukan urea + KCl secara bertahap yang dipanen 15 atau 30

hari sekali dengan panen terakhir pada umur 90 HST. Berdasarkan deskripsi

tersebut maka peningkatan kembali kandungan antosianin pucuk kolesom dalam

masa pertumbuhan tanaman karena kolesom mengalami stres abiotik yang

disebabkan oleh (1) peningkatan frekuensi panen; (2) pertambahan umur panen

terakhir. Stres yang dialami kolesom yang mendapatkan perlakuan interval panen

10 hari menyebabkan senescence dini sehingga hanya dapat memproduksi pucuk

sampai umur 60 HST saja.

Peningkatan kandungan antosianin pada saat kolesom mengalami stres

akibat pemanenan pucuk dapat dikaitkan dengan peranan antosianin sebagai

modulator sinyal stres dan antioksidan dengan mekanisme yang berlaku umum

pada tanaman seperti yang dilaporkan oleh Hatier & Gould (2008) dan

ditunjukkan oleh Gambar 31.

Laporan Hatier & Gould (2008) menjelaskan bahwa stres yang dialami

oleh tanaman membawa serta gelombang reactive oxygen species (ROS) misalnya

H2O2 yang membahayakan tanaman dengan menggangu berbagai proses

metabolisme sel. Tanaman harus memiliki suatu mekanisme untuk menurunkan

atau menetralkan ROS untuk mencegah kerusakan oksidatif. Salah satunya

adalah dengan cara memproduksi antosianin pada sel daun. Antosianin

berinteraksi langsung dengan sinyal stres dengan cara menyerap sebagian energi

cahaya pada kloroplas untuk mengurangi laju produksi ROS karena kloroplas

merupakan tempat akumulasi ROS pada saat tanaman mengalami cekaman.

selanjutnya antosianin juga bertindak sebagai antioksidan untuk melindungi

jaringan tanaman yang sehat dengan memerangkap berbagai radikal bebas dalam

vakuola untuk menghambat pergerakan, melemahkan dan mengatur

keseimbangan ROS dalam sel.

Page 153: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Gambar 31 Mekanisme antosianin sebagai modulator sinyal stres. Interaksi positif

(panah) dan negatif ( T bar) (Hatier & Gould 2008)

Keterkaitan antar Komponen Fisiologis Kolesom dengan

Perubahan Kandungan Protein dan Antosianin

Kandungan protein pucuk kolesom dari berbagai percobaan dalam

penelitian ini secara konsisten menunjukkan tidak ada keterkaitan dengan

kandungan antosianin dan secara konsisten berbagai perlakuan pemupukan urea +

KCl sampai pada dosis tertentu hanya berpengaruh terhadap kandungan protein

dan tidak berpengaruh terhadap kandungan antosianin pucuk kolesom. Konsep

mengenai kompetisi antara biosintesis kandungan protein dan antosianin untuk

memperoleh fenilalanin dalam jalur shikimat (Gambar 32) sehingga menghasilkan

korelasi negatif antara keduanya seperti yang dikemukakan oleh Bragazza &

Freeman (2007) dan Stefanelli et al. (2010) tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Merujuk pada data yang terdapat pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa

kandungan asam amino tertinggi yang terdapat pada daun kolesom adalah asam

glutamat, leusin, dan asam aspartat maka protein yang dihasilkan oleh daun

Page 154: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

kolesom lebih banyak disintesis melalui senyawa asam α-ketoglutarat dan

oksaloasetat yang berasal dari siklus krebs dibandingkan dengan jalur shikimat.

Oleh karena itu, kemungkinan sintesis protein melalui siklus krebs merupakan

penyebab ketiadaan korelasi antara kandungan protein dan antosianin. Siklus

krebs merupakan fase respirasi dalam sel tumbuhan yang merupakan kelanjutan

dari glikolis, sedangkan jalur shikimat merupakan serangkaian reaksi yang

menghasilkan asam amino aromatik dan senyawa fenol dengan menggunakan

asam shikimat sebagai prekursor. Asam shikimat terbentuk dari fosfoenolpiruvat

dari lintasan respirasi glikolisis dan eritrosa-4-fosfat dari lintasan pentosa fosfat.

Ketiadaan korelasi antara protein dan antosianin juga ditemukan oleh Vaknin et

al. (2005) pada bunga Brunfelsia calycina yang menunjukkan bahwa degradasi

protein tidak menyebabkan perubahan terhadap kandungan antosianin.

Gambar 32 Jalur mekanisme biosintesis protein dan antosianin (Sullivan 1998)

Page 155: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Berdasarkan penjelasan Oren-Shamir (2009) mengenai pigmen antosianin

pada berbagai organ tanaman, maka pigmen antosianin yang terdeteksi pada

pucuk kolesom yang selalu berwarna hijau mengindikasikan bahwa kandungan

antosianin tersebut berada pada level rendah dan diproduksi dengan laju

biosintesis yang lambat. Oleh karena itu, tampaknya kolesom memiliki suatu

mekanisme sendiri untuk terus memproduksi antosianin dengan jumlah tertentu

dan menjadi komponen yang permanen dalam pucuk kolesom dalam siklus

hidupnya tanpa mengganggu sintesis protein.

Perubahan kandungan protein pucuk kolesom pada berbagai percobaan

dalam penelitian ini secara konsisten menunjukkan keterkaitan yang erat dan

berkorelasi positif terhadap kandungan klorofil, kecuali pada percobaan

kombinasi pupuk urea + KCl yang diberikan melalui tanah dan daun. Keterkaitan

antara kandungan protein dan klorofil pucuk kolesom disebabkan oleh keterkaitan

biosintesis antara keduanya yang secara umum juga terjadi pada tanaman lain.

Heldt (2005) menyatakan bahwa sintesis protein dan klorofil membutuhkan

glutamat sebagai prekursor. Glutamat merupakan hasil asimilasi N yang telah

melalui siklus metabolisme dalam sel. Mekanisme sintesis protein dan klorofil

dengan prekursor glutamat dijelaskan oleh Richter et al. (2010) melalui langkah-

langkah sebagai berikut : (1) glutamat berligasi dengan tRNAglu

menjadi glutamyl

tRNA reductase (Glu-tRNA) dikatalisis oleh glutamyl–tRNA synthetase (GluRS);

(2) Glu-tRNA memasuki 2 percabangan biosintesis tanpa kompetisi; (3)

percabangan 1 : Glu-tRNA ditransaminasi menghasilkan protein ; (4) percabangan

2 : Glu-tRNA direduksi menjadi glutamat 1- semialdehyde (GSA) oleh enzim

glutamyl-tRNA reductase (GluTR) yang kemudian ditransaminasi menjadi 5-

aminolevulinic acid (ALA) yang diubah menjadi klorofil sebagai produk akhir.

Keterkaitan antara sintesis protein dan klorofil dengan perkembangan plastida

juga telah ditemukan oleh Drum & Margulies (1970) pada daun buncis

(Phaseolus vulgaris) yang menunjukkan bahwa kemampuan plastida untuk

mensintesis protein akan meningkat selama plastida aktif berkembang dan

membelah untuk membentuk struktur lamela kloroplas dalam proses sintesis

klorofil. Plastida merupakan organel yang akan berkembang menjadi kloroplas

untuk menghasilkan klorofil, selain itu plastida juga merupakan bagian dari

Page 156: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

ribosom yang memiliki kromosom sirkular sebagaimana enzim untuk duplikasi

gen, ekspresi gen, dan sintesis protein.

Ketiadaan korelasi antara kandungan protein dan klorofil dalam pucuk

yang terjadi pada saat kolesom mendapatkan kombinasi pemupukan urea + KCl

yang diberikan melalui tanah dan daun karena perlakuan tersebut hanya

mempengaruhi kandungan klorofil dan tidak berpengaruh terhadap kandungan

protein pucuk kolesom. Pengaruh yang berbeda ini menunjukkan bahwa sintesis

protein pucuk kolesom memiliki sensitivitas yang lebih tinggi daripada klorofil

terhadap pemupukan urea + KCl. Sensitivitas sintesis protein pucuk kolesom

diduga terkait dengan perubahan kondisi larutan sel sebagai respon terhadap

pemupukan urea + KCl yang diberikan. Sideris (1946) menyatakan bahwa

perubahan kemasaman atau pH larutan sel dengan nilai yang tidak sesuai dengan

titik isoelektrik protein akan mempengaruhi sintesis protein dan mengubah

korelasi antara protein dan klorofil. Ketiadaan korelasi antara protein dan klorofil

ditemukan oleh Botha et al. (2006) pada daun kentang karena perbedaan pengaruh

kandungan N terhadap kandungan protein dan klorofil antar kultivar.

Seluruh percobaan dalam penelitian ini menunjukkan secara konsisten

bahwa tidak terdapat keterkaitan antara kandungan antosianin dengan klorofil

pucuk kolesom. Hal ini dapat mencerminkan bahwa antosianin dalam pucuk

kolesom tidak berperan penting sebagai photoprotectant. Penjelasan ini

didasarkan hasil laporan Stintzing & Carle (2004), Kytridis et al. (2008), dan

Oren-Shamir (2009) yang menyatakan bahwa antosianin dapat berperan sebagai

photoprotectant pada saat kandungan klorofil masih rendah atau terdegradasi

sehingga terdapat korelasi negatif antar keduanya.

Keterkaitan antara kandungan protein dan gula pucuk kolesom sangat

bervariasi antar percobaan. Korelasi antara kandungan protein dan gula tidak

ditemukan dalam pucuk kolesom yang dipanen secara periodik dan mendapatkan

pemupukan urea + KCl baik yang dilakukan hanya pada awal tanam maupun

secara bertahap melalui tanah atau kombinasi melalui tanah dan daun. Ketiadaan

korelasi tersebut dapat dipahami karena secara konsisten peningkatan kandungan

protein pucuk kolesom yang dipanen secara periodik sejalan dengan peningkatan

dosis urea+KCl sampai pada dosis tertentu, sedangkan kandungan gula sangat

Page 157: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

fluktuatif dan tidak memperlihatkan pola yang jelas. Adanya fluktuasi gula dalam

pucuk kolesom diduga terkait dengan mekanisme sintesis gula yang dijelaskan

oleh Heldt (2005) bahwa sintesis gula sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi fotosintesis seperti CO2, cahaya, dan temperatur. Oleh karena itu,

akumulasinya pada daun tergantung kepada laju fotosintesis dan penggunaan

asimilat pada organ lain.

Korelasi positif antara protein dan gula dalam pucuk kolesom yang

dipanen secara periodik ditemukan pada percobaan berbagai frekuensi

penyemprotan pupuk urea + KCl melalui daun setelah pemberian pupuk urea +

KCl melalui tanah pada saat tanam. Belum ada penelitian yang membuktikan

secara pasti tentang korelasi positif antara kandungan protein dan gula. Aplikasi

pupuk urea + KCl melalui daun diduga merupakan penyebab utama terjadinya

korelasi positif antara kandungan protein dan gula dalam pucuk kolesom. Hal ini

mengacu pada hasil penelitian Smolen & Sady (2009) pada tanaman wortel yang

menunjukkan bahwa aplikasi pupuk daun menyebabkan penurunan reaksi apoplas

sel daun sehingga meningkatkan aktivitas enzim acid invertase yang

menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, kemudian melalui reaksi

biokimia kedua molekul ini berperan sebagai penyedia ―C skleton‖ yang

digunakan untuk penggabungan N menjadi senyawa organik N. Peristiwa ini

menyebabkan peningkatan akumulasi gula pada daun wortel sejalan dengan

peningkatan sintesis senyawa organik N dan menurunkan translokasi gula ke

organ lain.

Pengaruh pemupukan urea + KCl dan interval panen terhadap kandungan

antosianin dan gula pucuk kolesom dalam penelitian ini sangat tidak konsisten,

sehingga mempengaruhi korelasi antara keduanya. Korelasi positif antara

kandungan antosianin dan gula pada penelitian ini ditemukan pada percobaan

berbagai dosis pupuk urea + KCl yang diberikan hanya pada awal tanam pada

berbagai interval panen, di mana semakin panjang interval panen akan

meningkatkan baik kandungan antosianin dan gula. Korelasi tersebut mendukung

hasil penelitian Hara et al. (2003) pada hipokotil lobak yang menunjukkan bahwa

gula berperan sebagai molekul sinyal dengan cara mengaktifkan gen yang

mengkodekan enzim chalcone synthase (pembentukan naringenin chalcone) dan

Page 158: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

anthocyanidin synthase (pembentukan anthocyanidins) dalam biosintesis

antosianin.

Adanya perbedaan pengaruh pupuk urea + KCl dan interval panen

terhadap kandungan antosianin dan gula menjadikan korelasi antar keduanya tidak

ditemukan lagi pada percobaan-percobaan berikutnya. Mengacu kepada berbagai

hasil penelitian diduga bahwa ketidakstabilan korelasi antara kandungan

antosianin dan gula dalam pucuk kolesom terjadi karena beragamnya mekanisme

gula dalam mempengaruhi biosintesis antosianin, antara lain:

1. Respon gula terhadap biosintesis antosianin tampaknya lebih dipengaruhi

oleh perubahan fluks/aliran transportasi gula dibandingkan kandungan

gula dalam sel daun. Gangguan transportasi gula dalam floem yang

ditemukan oleh Murakami et al. (2008) menyebabkan akumulasi gula

yang sejalan dengan peningkatan antosianin dalam daun mapel, sedangkan

berbagai konsentrasi gula yang diaplikasikan dalam penelitian Hara et al.

(2003) tidak dapat meningkatkan kandungan antosianin daun lobak.

2. Respon gula terhadap biosintesis antosianin merupakan pengaruh interaksi

gula dengan fitohormon. Pernyataan ini didasarkan pada hasil penelitian

Hiratsuka et al. (2001) pada tanaman anggur menunjukkan aktivasi

ekspresi gen dalam biosintesis antosianin oleh gula dimediasi oleh hormon

ABA.

Adanya korelasi yang tidak konsisten antara antosianin dan gula yang

terkandung dalam pucuk dapat menunjukkan bahwa pucuk kolesom bukan organ

yang tepat untuk mempelajari kedua senyawa tersebut. Penelitian Hara et al.

(2003) menunjukkan bahwa kerkaitan antara kandungan antosianin dan gula

dalam pucuk lobak tidak dapat dipelajari dengan baik karena pucuk bukan

merupakan tempat akumulasi kedua senyawa tersebut. Konsistensi korelasi antara

kandungan antosianin dan gula pada berbagai penelitian terlihat pada organ

reproduktif tanaman yaitu bunga dan buah (Hiratsuka et al. 2001; Hara et al.

2003; Bodelon et al. 2010).

Page 159: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Potensi Pucuk Kolesom sebagai Sayuran Bergizi Berkhasiat Obat

Kandungan protein pucuk tertinggi pada seluruh percobaan ini yaitu

sebesar 19.51 mg/g bobot basah atau sebesar 1.95%. Kandungan protein ini

masih lebih rendah daripada kandungan protein daun kolesom berdasarkan bobot

basah yang dilaporkan oleh Aletor & Adeogun (1995) dan Saidu & Jideobi yaitu

masing-masing secara berurutan sebesar 2.50 dan 2.52%. Perbedaan lokasi dan

iklim dalam pelaksanaan penelitian dapat menyebabkan perbedaan kandungan

protein tersebut.

Kandungan antosianin pucuk tertinggi pada seluruh percobaan yaitu

sebesar 0.22 µmol/g bobot basah tetapi kadar tersebut tidak dapat dibandingkan

karena belum ada penelitian yang memberikan standar untuk kandungan

antosianin dalam sayuran daun. Meskipun dengan kadar yang beragam, namun

antosianin selalu tersedia dalam pucuk kolesom pada semua umur panen dan

dapat memberikan fungsi antioksidan pada saat dikonsumsi.

Peningkatan kandungan protein dan antosianin secara bersamaan dalam

pucuk kolesom layak jual tidak dapat dicapai pada penelitian ini. Meskipun

demikian, produksi protein dan antosianin pucuk kolesom selama masa tanam

dapat dijadikan parameter yang menggambarkan total kandungan protein dan

antosianin yang terakumulasi dalam pucuk kolesom yang dihasilkan dan dapat

dijadikan pertimbangan dalam budidaya sayuran kolesom yang mengutamakan

hasil dan kualitas.

Upaya peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

dengan pemupukan nitrogen+kalium dan interval panen dalam penelitian ini dapat

memberikan informasi awal dalam rangka penyusunan GAP sayur kolesom

berkhasiat obat karena telah memenuhi sebagian dari tujuan dan ruang lingkup

pedoman budidaya buah dan sayur yang baik berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian No.48/Permentan/OT.140/2009. Tujuan dari penyusunan GAP yang

telah terpenuhi adalah meningkatkan produksi dan produktivitas serta mutu hasil,

sedangkan perlakuan pemupukan dan interval panen termasuk dalam ruang

lingkup GAP.

Page 160: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 161: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Usaha peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom selama

periode tanam 75 hari yang dapat dijadikan informasi awal dalam

penyusunan panduan Good Agriculture Practices (GAP) sayuran kolesom

adalah melalui pemanenan pucuk setiap 15 hari sekali, penggunaan 5 ton

pupuk kandang ayam/ha dan 50 kg SP-18/ha sebagai pupuk dasar, serta

pemupukan urea + KCl yang dilakukan dalam 3 tahapan yaitu 100 kg urea

+ 100 kg KCl/ha pada saat tanam, 25 kg urea + 25 kg KCl/ha pada 30 dan

60 HST.

2. Kandungan protein mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan

umur tanaman pada masa vegetatif dan akan mengalami penurunan pada

masa reproduktif, sedangkan kandungan antosianin akan menurun sejalan

dengan pertambahan umur tanaman dan akan mengalami peningkatan

kembali pada saat kolesom mengalami stres abiotik akibat pemanenan

yang intensif.

3. Kandungan protein pucuk kolesom secara konsisten tidak berkorelasi

dengan kandungan antosianin dan biomassa tanaman. Korelasi antara

kandungan protein dengan klorofil dan gula bervariasi antar percobaan.

4. Kandungan antosianin pucuk kolesom secara konsisten tidak berkorelasi

dengan kandungan klorofil. Korelasi antara kandungan antosianin dengan

gula dan biomassa tanaman bervariasi antar percobaan.

Page 162: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 163: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

DAFTAR PUSTAKA

Abad A, Lloveras J, Michelena A. 2004. Nitrogen fertilization and foliar urea

effects on durum wheat yield and quality and on residual soil nitrate in

irrigated Mediterranean conditions. Field Crops Research 87 : 257-269.

Abbasi D, Rouzbehan Y, Rezaei J. 2011. Effect of harvest date and nitrogen

fertilization rate on the nutritive value of amaranth forage (Amaranthus

hypochondriacus). Animal Feed Science and Technology [Article in

Press]. doi:10.1016/J.anifeedsci.2011.09.014.

Aletor VA, Adeogun OA. 1995. Nutrient and anti-nutrient components of some

tropical leafy vegetables. Food Chemistry 53: 375-379.

An LV, Frankow-Lindberg BE, Lindberg JE. 2003. Effect of harvesting interval

and defoliation on yield and chemical composition of leaves, stems and

tubers of sweat potato (Ipomeae batatas L. (Lim.)) plant parts. Field

Crops Research 82 : 49-58.

Andarwulan N, Batari R, Sandrasari DA, Bolling B, Wijaya H. 2010. Flavonoid

content and antioxidant activity of vegetables from Indonesia. Food

Chemistry 121: 1231-1235.

Andrew M, Raven JA, Sprent JL, Lea PJ. 2007. Is shoot growth correlated to

leaf protein concentration. Trends in Plant Science 12 (12): 531-532.

Arregui LM, Lasa B, Lafarga A, Iraneta I, Baroja E, Quemada M. 2006.

Evaluation of chlorophyll meter as tools for N fertilization in winter under

humid Mediterranean conditions. European Journal of Agronomy 24:

140-148.

Barneix AJ. 2007. Physiology and Biochemistry of source-regulated protein

accumulation in the wheat grain. Journal of Plant Physiology 164 : 581-

590.

Bellomo MG, Fallico B. 2007. Anthocyanins, chlorophylls and xanthophylls in

pistachio nuts (Pistacia vera). Journal of Food Composition and Analysis

20: 352-359.

Bernstein N, Loffe M, Luria G, Bruner M, Nishri Y, Philosof-hadas S, Salim S,

Bori I, Matan E. 2011. Effects of K and N nutrition on function and

production of Ranunculus asiaticus. Pedosphere 21(3): 288–301.

Bodelon OG, Blanch M, Sanchez-Ballesta MT, Escribano MI, Merodio C. 2010.

The effect of high CO2 levels on anthocyanin composition, antioxidant

activity and soluble sugar content of strawberries stored at low non-

freezing temperature. Food Chemistry 122:673-678.

Page 164: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Borowski E, Michalek S. 2009. The effect of foliar feeding of potassium salts

and urea in spinach on gas exchange, leaf yield and quality. Acta

Agrobotanica 62 (1): 155–162.

Botha EJ, Zebarth BJ, Leblon B. 2006. Non-destructive estimation of potato leaf

chlorophyll and protein contents from hyperspectral measurements using

the PROSPECT radiative transfer model. Canadian Journal of Plant

Science 86 : 279-291.

Bragazza L, Freeman C. 2007. High nitrogen availability reduces polyphenol

content in Sphagnum peat. Science of the Total Environment 377:439-443.

Bronson KF, Chua TT, Booker JD, Keeling JW, Lascano RJ. 2003. In season

nitrogen status sensing in irrigated cotton : II. Leaf nitrogen and biomass.

Soil Science Society of America Journal 67:1439-1448.

Campbell MK, Farrell SO. 2006. Biochemistry. 5th

edition. USA : Thomson

Learning, Inc. 689 p.

Castañeda-Ovando A, Pacheco-Hernández ML, Páez-Hernández ME, Rodríguez

JA, Galán-Vidal CA. 2009. Chemical studies of anthocyanins : a review.

Food Chemistry 113:859-871.

Chapagain BP, Wiesman Z. 2004. Effect of Nutri-Vant-PeaK foliar spray on

plant development, yield, and fruit quality in greenhouse tomatoes.

Scientia Horticulturae 102 : 177–188.

Chalker-Scott L. 2002. Do anthocyanins function as osmoregulators in leaf

tissues? Advance of Botanical Research 37: 103-127.

Chen BM, Wang ZH, Li SX, Wang GX, Song HX, Wang NX. 2004. Effects of

nitrate supply on plant growth, nitrate accumulation, metabolic nitrate

concentration and nitrate reductase activity in three leafy vegetables.

Plant Science 167 : 635–643.

Choinski JR, Ralph P, Eamus D. 2003. Changes in photosynthesis during leaf

expansion in Corymbia gummifera. Australian Journal of Botany 51: 111-

118.

Cseke LJ, Kirakosyan A, Kaufman PB, Warber SL, Duke JA, Brielmann HL.

2006. Natural Product from Plant. USA : Taylor & Francis Group. 691

p.

Davis MR et al. 2007. Relationships between soil and foliar nutrients in young

densely planted mini-plots of Pinus radiata and Cupressus lusitanica. Forest Ecology and Management 240: 122–130.

de Lacerda CF, Cambraia J, Oliva MA, Ruiz HA, Prisco JT. 2003. Solute

accumulation and distribution during shoot and leaf development in two

Page 165: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

sorghum genotypes under salt stress. Environmental and Experimental

Botany 49: 107-120.

del Amor FM, Cuadra-Crespo P. 2011. Gas exchange and antioxidant response

of sweet pepper to foliar urea spray as affected by ambient temperature.

Scientia Horticulturae 127: 334–340.

Delgado R, Gonzalez M, Martin P. 2006. Interaction effects of nitrogen and

potassium fertilization on anthocyanin composition and chromatic features

of Tempranillo grapes. International Journal of Vine and Wine 40(3):141-

150.

Delin S, Linden B, Berglund K. 2005. Yield and protein response to fertilizer

nitrogen in different parts of a cereal field: potential of site-spesific

fertilization. European Journal of Agronomy 22: 325-336.

Dong S, Cheng L, Scagel CF, Fuchigami LH. 2002. Nitrogen absorption,

translocation and distribution from urea applied in autumn to leaves of

young potted apple (Malus domestica) trees. Three Physiology 22: 1305-

1310.

Drum HE, Margulies MM. 1970. In vitro protein synthesis by plastids of

Phaseolus vulgaris. Plant Physiology 45: 435-442.

Fasuyi AO. 2006. Nutritional potentials of some tropical vegetable leaf meals :

Chemical characterization and functional properties. African Journal of

Biotechnology 5(1) : 49-53.

Fasuyi AO. 2007. Bio-nutritional evaluations of three tropical leaf vegetables

(Telfaria occidentalis, Amaranthus cruentus and Talinum triangulare) as

sole dietary protein sources in rat assay. Food Chemistry 103:757-765.

Fernandez-escobar, Marin L, Sanzhez-Zamora MA, Garcia-Novelo JM, Molina-

Soria C, Parra MA. 2009. Long-term effects of N fertilization on

cropping and growth of olive trees and on N accumulation in soil profile.

European Journal of Agronomy 31: 223–232.

Ferrise R, Triossi A, Stratonovitch P, Bindi M, Martre P. 2010. Sowing date and

Nitrogen fertilisation effect on dry matter and nitrogen dynamics for

durum wheat: An experimental and simulation study. Field Crops

Research 117: 245-257.

Field TS, Lee DW, Holbrook NM. 2001. Why leaves turn red in autumn. The

role of anthocyanin in senescing leaves of red-osier dogwood. Plant

Physiology 127: 566-574.

Fontem DA, Schippers RR. 2004. Talinum triangulare (Jacq.) Willd.

http//prota2: vegetables/legumes record/Talinum 20%triangulare_En.htm

[1 April 2010].

Page 166: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Fridgen JL, Varco JJ. 2004. Dependency of cotton leaf nitrogen, chlorophyll, and

reflectance on nitrogen and potassium availability. Agronomy Journal

96:63-69.

Fuertes-Mendizabal T, Aizpurua A, Moro MBG, Estavillo. 2010. Improving

wheat breadmaking quality by splitting the N fertilizer rate. European

Journal of Agronomy 33: 52-61.

Garrido-Lestache E, Lopez-Bellido RJ, Lopez-Bellido L. 2004. Effect of N rate,

timing and splitting and N type on bread-making quality in hard red spring

wheat under rainfed Mediterranean conditions. Field Crops Research 85:

213-236.

Garrido-Lestache E, Lopez-Bellido RJ, Lopez-Bellido L. 2005. Durum wheat

quality under Mediterranean conditions as affected by N rate, timing and

splitting, N form and S fertilization. European Journal of Agronomy 23:

265-278.

George E, Seith B. 1998. Long-term effects of high nitrogen supply to soil on the

growth and nutritional status of young Norway spruce trees.

Environmental Pollution 102: 301-306.

Gonzalez-Salvatierra C, Andrade JL, Escalante-Erosa F, Garcia-Sosa K, Pena-

Rodriguez LM. 2010. Antioxidant content in two CAM bromeliad

species as a response to seasonal light changes in a tropical dry deciduous

forest. Journal of Plant Physiology 167: 792–799.

Gossauer A, Engel N. 1996. New Trends in Photobiology (Invited Review) :

Chlorophyll catabolism- structures, mechanisms, conversions. Journal of

Photochemistry and Photobiology B: Biology 32: 141-151.

Grant CA, Brown KR, Racz GJ, Bailey LD. 2001. Influence of source, timing

and placement of nitrogen on grain yield and nitrogen removal of durum

wheat under reduced and conventional tillage management. Canadian

Journal of Plant Science 81:17-27.

Grechi I, Vivin Ph, Hilbert G, Milin S, Robert T, Gaudil‘ere J-P. 2007. Effect of

light and nitrogen supply on internal C:N balance and control of root-to-

shoot biomass allocation in grapevine. Environmental and Experimental

Botany 59 :139–149.

Guiboileau A, Sormani R, Meyer C, Masclaux-Daubresse C. 2010. Senescence

and death of plant organs: Nutrient recycling and developmental

regulation. Comptes Rendus Biologies 333 : 382–391.

Guo R, Yuan G, Wang Q. 2011. Sucrose enhances the accumulation of

anthocyanins and glucosinolates in Broccoli sprouts. Food Chemistry 129

(20) : 1080-1087.

Page 167: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Hara M, Oki K, Hoshino K, Kuboi T. 2003. Enhancement of anthocyanin

biosynthesis by sugar in radish (Raphanus sativus) hypocotyl. Plant

Science 164: 259-265.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Cetakan ke-6. Jakarta : Akademika

Pressindo. 288 hal.

Hare MD, Tatsapong P, Lunpha A, Wongpichet K. 2004. Effect of plant spacing,

cutting and nitrogen on establishment and production of Digitaria

milanjiana cv. Jarra in north-east Thailand. Tropical Grasslands 38:217-

226.

Hargono D. 2005. Menambah energi tubuh dengan bahan alami. Herba 35 : 18-

21.

Hatier JHB, Gould KS. 2008. Foliar anthocyanins as modulator of stress signals.

Journal of Theoretical Biology 253: 625-627.

Havlin JL, Tisdale SL, Beaton JD, Nelson WL. 2005. Soil Fertility and

Fertilizer. An Introduction to Nutrien Management. 7th

Edition. New

Jersey : Pearson Prentice Hall. 515 p.

Heldt H-W. 2005. Plant Biochemistry. 3rd

edition. USA : Elsevier Academic

Press. 630 p.

Hernani, Nugroho YA, Hayati E. 2002. Identifikasi senyawa kimia akar kolesom

(Talinum triangulare). Buletin Tanaman Rempah dan Obat XIII (1).

Herrera A. 1999. Effect of photoperiod and drought on the induction of

crassulacean acid metabolism and the reproduction of plants of Talinum

triangulare. Canadian Journal of Botany 77 : 404-409.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Litbang Departemen

Kehutanan, penerjemah; Jakarta : Yayasan Sarana Wana Jaya.

Terjemahan dari : De Nuttige Planten Van Indonesie.

Hiratsuka S, Onodera H, Kawai Y, Kubo T, Itoh H, Wada R. 2001. ABA and

sugar effects on anthocyanin formation in grape berry cultured in vitro.

Scientia Horticulturae 90:121-130.

Hortensteiner S. 2006. Chlorophyll degradation during senescence. Annual

Review of Plant Biology 57: 55-57.

Houles V, Guerif M, Mary B. 2007. Elaboration of a nitrogen nutrition indicator

for winter wheat based on leaf area index and chlorophyll content for

making nitrogen recommendations. European Journal of Agronomy 27: 1-

11.

Hui LZ et al. 2008. Effect of N and K fertilizers on yield and quality of

greenhouse vegetable crops. Pedosphere 18(4):496-502.

Page 168: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Hung KT, Cheng DG, Hsu YT, Kao CH. 2010. Abscisic acid-induced hydrogen

peroxide is required for anthocyanin accumulation in leaves of rice

seedlings. Journal of Plant Physiology 165 : 1280—1287.

Hutapea JR. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Jakarta : Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.

Jabeen R, Ahmad R. 2009. Alleviation of the adverse effects of salt stress by

foliar application of sodium antagonistic essential minerals on cotton

(Gossypium Hirsutum). Pakistan Journal of Botany 41(5): 2199-2208.

Jeppsson N. 2000. The effect of fertilizer rate on vegetative growth, yield and

fruit quality, with special respect to pigments, in black chokeberry (Aronia

melanocarpa) cv. ‗Viking‘. Scientia Horticulturae 83:127-137.

Kabi F, Bareeba FB. 2008. Herbage biomass production and nutritive value of

mulberry (Morus alba) and Calliandra calothyrsus harvested at different

cutting frequencies. Animal Feed Science and Technology 140:178-190.

Kangatharalingam N, Pierce ML, Bayles MB, Essenberg M. 2002. Epidermal

anthocyanin production as an indicator of bacterial blight resistance in

cotton. Physiological and Molecular Plant Pathology 61: 189-195.

Kanzikwera CR, Tenywa JS, Osiru DSO, Adapala E, Bhagsari AS. 2001.

Interactive effect of nitrogen and potassium on dry matter and nutrien

partioning in true potato seed mother plants. African Crop Science

Journal 9(1):127-146.

Khan AS, Malik AU, Pervez MA, Saleem BA, Rajwana IA, Shaheen T, Anwar R.

2009. Foliar application of low-biuret urea and fruit canopy position in

the tree influence the leaf nitrogen status and physico-chemical

characteristics of kinnow mandarin(citrus reticulata blanco). Pakistan

Journal of Botany 41(1): 73-85.

Kovacik J, Klejdus B, Backor M, Repcak M. 2007. Phenylalanine ammonia-lyase

activity and phenolic compounds accumulation in nitrogen-deficient

Matricaria chamomilla leaf rosettes. Plant Science 172: 393-399.

Kytridis VP, Karageorgou, Levizou E, Manetas Y. 2008. Intra-species variation

in transient accumulation of leaf anthocyanin in Cistus cretius during

winter : Evidence that anthocyanins may compesate for an in inherent

photosynthetic and photoprotective in interiority of the red-leaf phenoype.

Journal of Plant physiology 162 : 952-959.

Leesawatwong M, Jamjod S, Kuo J, Dell B, Rerkasem B. 2005. Nitrogen fertilizer

increases seed protein and milling quality of rice. Cereal Chemistry 82 :

588–593.

Page 169: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Li S, Strid A. 2005. Anthocyanin accumulation and changes in CHS and PR-5

gene expression in Arabidopsis thaliana after removal at the inflorence

stem (decapitation). Plant Physiology and Biochemistry 43 : 521–525

Linder MC. 1992. Nutrional Biochemistry and Metabolism. Elsevier Science

Publishing Company, Inc. 781 p.

Lopez-Bellido L, Lopez-Bellido RJ, Castillo JE, Lopez-Bellido FJ. 2001. Effect

of long-term tillage, crop rotation and nitrogen fertilization on bread-

making quality of hard red spring wheat. Field Crops Research 72: 197-

210.

Man NV, Wiktorsson H. 2003. Forage yield, nutritive value, feed intake and

digestibility of three grass species as affected by harvest frequency.

Tropical Grassland 37:101-110.

Manetas Y, Petropoulou Y, Psaras GK, Drinia A. 2003. Exposed red

(anthocyanic) leaves of Quercus cocifera display shade characteristics.

Functional Plant Biology 30:265-270.

Manetas Y. 2006. Why some leaves are anthocyanic and why most anthocyanic

leaves are red? Flora 201: 163-177.

Manyawu GJ, Chakoma C, Sibanda S, Mutis C, Chakoma IC. 2003. The effect

of harvesting interval on herbage yield and nutritive value of napier grass

and hybrid Pennisetum. Asian-Australian Journal of Animal Science

16(7):996-1002.

Marman M. 2010. Pengaruh kombinasi pupuk N-K melalui daun terhadap

produksi pucuk daun kolesom (Talinum triangulare Wild) [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants (2nd

edition). London :

Academic Press Limited. 889 p.

Matsuki M. 1996. Regulation of plant phenolic synthesis: from biochemistry to

ecology and evolution. Australian Journal of Botany 44: 613–634.

McCormic AJ, Cramer MD, Watt DA. 2008. Regulation of photosynthesis by

sugars in sugarcane leaves. Journal of Plant Physiology 165 : 1817-1829.

Mensah JK, Okoli RI, Obodo JO, Eifediyi K. 2008. Phytochemical, nutritional

and medical properties of some leafy vegetable consumed by Edo people

of Nigeria. African Journal of Biotechnology 7 (14) : 2304-2309.

Miyasaka SC, Hansen JD, Mc Donal TG, Fukumoto GK. 2007. Effects of

nitrogen and potassium in kikuyu grass on feeding by yellow sugarcane

aphid. Crop Protection 26: 511-517.

Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1993. Biochemistry : A

Case-Oriented Approach. Iowa : C.V. Mosby Company. 1377 p.

Page 170: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Mori K, Yamamoto NG, Kitayama M, Hashizume K. 2007. Loss of

anthocyanins in red-wine grape under high temperature. Journal of

Experimental Botany 58(8) : 1935-1945.

Mosaleeyanon K, Zobayed SMA, Afreen F, Kozai T. 2005. Relationships

between net photosynthetic rate and secondary metabolite contents in St.

John‘s wort. Plant Science 169 : 523–531.

Mualim L, Aziz SA, Melati M. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam

pada produksi antosianin daun kolesom. Jurnal Agronomi Indonesia 37

(1) : 55-61.

Murakami PF, Schaberg PG, Shane JB. 2008. Stem girdling manipulates leaf

sugar concentrations and anthocyanin expression in sugar maple trees

during autumn. Tree Physiology 28: 1467-1473.

Netto AT, Campostrini E, de Oliveira JG, Bressan-Smith RE. 2005.

Photosynthetic pigments, nitrogen, chlorophyll a fluorescence and SPAD-

502 readings in coffee leaves. Scientia Horticulturae 104: 199-209.

Ning H, Liu Z, Wang Q, Lin Z, Chen S. 2009. Effect of nitrogen fertilizer

application on grain phytic acid and protein. Journal of Cereal Science

50: 49–55

Noquet C, Avice J-C, Rossato L, Beauclair P, Henry M-P, Ourry A. 2004.

Effects of altered source-sink relationships on N allocation and vegetative

storage protein accumulation in Brassica napus L. Plant Science 166:

1007-1018.

Nugroho YA. 2000. Khasiat dan keamanan som jawa (Talinum paniculatum

Gaertn) dan kolesom (Talinum triangulare Wild). http :// digilib. litbang.

depkes. go. id/ go. php? node = 132 jkpkbppk-gdl-res-2001-yun-198-

kolesom [8 Maret 2009].

Odukoya OA, Agha SII, Segun FI, Sofidiya MO, Ilori OO. 2007. Antioxidant

activity of selected Nigerian green leafy vegetables. American Journal of

Food Technology 2 (3) : 169-175.

Ofusori DA et al. 2008. Waterleaf (Talinum triangulare) enhances cerebral

function in Swiss Albino Mice. Journal of Neurological Sciences

(Turkish) 25(4) : 239-246.

Ohe M, Rapolu M, Mieda T, Miyagawa Y, Yabuta Y, Yoshimura K, Shigeoka S.

2005. Decline in leaf photooxidative-stress tolerance with age in tobacco.

Plant Science 168 : 1487-1493.

Oren-Shamir M. 2009. Does anthocyanin degradation play a significant role in

determining pigment concentration in plants? Plant Science 177 : 310-316.

Patil RP, Chetti MB, Hiremath SM. 2009. Influence of agrochemical on morpho-

physiological characters yield and yield component of sugarcane under

Page 171: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

moisture stress. Karnataka Journal of Agricultural of Science 22(4): 759-

761.

Patterson RT, Karanja GM, Roothaert RL, Nyaata OZ, and Kariuki IW. 1998. A

review of tree fodder production and utilization within smallholder

agroforestry systems in Kenya. Agroforestry Systems 41: 181-199.

Peng M, Hudson D, Schofield A, Tsao R, Yang R, Gu H, Bi YM, Rothstein SJ.

2008. Adaptation of Arabidopsis to nitrogen limitation involves induction

of anthocyanin synthesis which is controlled by the NLA gene. Journal of

Experimental Botany 59(11) : 2933-2944.

Peng Y, Niu J, Peng Z, Zhang F, Li C. 2010. Shoot growth potential drives N

uptake in maize plants and correlates with root growth in the soil. Field

Crops Research 115: 85-93.

Pieters AJ, Tezara W, Herrera A. 2003. Operation of the xanthophyll cycle and

degradation of D1 protein in the inducible CAM plant, Talinum

triangulare, under water deficit. Annals of Botany 92 : 393-399.

Restrepo-Diaz H, Benlloch M, Navarro C, Ferna´ndez-Escobar R. 2008.

Potassium fertilization of rainfed olive orchards. Scientia Horticulturae

116: 399–403.

Richter A, Peter E, Pors Y, Lorenzen S, Grimm B, Czarnecki O. 2010. Rapid

dark repression of 5-aminolevulinic acid synthesis in green barley leaves.

Plant & Cell Physiology 51 (5) : 670-681.

Ronen E. 2000. Foliar feeding : Another successful way of feeding plants.

http://www.haifachem.com/download/files/foliar.pdf [15 pebruari 2011].

Rubio-Covarrubias OA, Brown PH, Weinbaum SA, Johnson RS, Cabrera RI.

2009. Evaluating foliar nitrogen compounds as indicators of nitrogen

status in Prunus persica trees. Scientia Horticulturae 120: 27-33.

Saidi MM, Ngouajio FM, Itulya, Ehler J. 2007. Leaf Harvesting initiation time

and frequency affect biomass partitioning and yield of cowpea. Crop

Science 47:1159-1166.

Saidu AN, Jideobi NG. 2009. The Proximate and elemental Analysis of some

Leafy Vegetables Grown in Minna and Environs. Journal of Applied

Science and Environmental Management 13 (4):21-22.

Sanchez E, Soto JM, Garcia PC, Lopez-Lefebre LR, Rivero RM, Ruiz JM,

Romero L. 2000. Phenolic compounds and oxidative metabolism in green

bean plants under nitrogen toxicity. Australian Journal of Plant

Physiology 27 : 272-277

Page 172: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Sanchez NR, Ledin S, Ledin I. 2007. Biomass production and nutritive

composition of ―Cratylia argentea‖ under different planting densities and

harvest intervals. Journal of Sustainable Agriculture 29(4) : 5-22.

Santa IGP, Prajogo SB. 1999. Studi taksonomi Talinum paniculatum (JACQ.)

Gaertn. dan Talinum triangulare (JACQ.) Willd. Warta Tumbuhan Obat

Indonesia 5(4) : 9-10.

Sarrwy SMA, Mohamed EA, Hasan HAS. 2010. Effect of foliar sprays with

potassium nitrate and mono-potassium phosphate on leaf mineral contents,

fruit set, yield and fruit quality of picual olive trees grown under sandy soil

conditions. American-Eurasian Journal of Agricultural & Environmental

Scence 8(4):420-430.

Sarwar M, Nisa M, Khan MA, Mushtaque M. 2006. Chemical composition,

herbage yield and nutritive value of Panicum antidole and Pennisetum

orientale for Nili buffaloes at different clipping intervals. Asian-

Australian Journal of Animal Science 19(2):176-180.

Sawan ZM, Fahmy AH, Yousef SE. 2009. Direct and residual effects of nitrogen

fertilization, foliar application of potassium and plant growth retardant on

Egyptian cotton growth, seed yield, seed viability and seedling vigor. Acta

Ecologica Sinica 29: 116–123.

Sideris CP. 1946. Chrophyll and protein interrelationships in Ananas comosus

(L.) Merr. Plant Physiology : 160-173.

Sideris CP, Young HY. 1945. Effect of Potassium on chlorophyll, acidity,

ascorbic acid, and carbohydrates of Ananas comosus (L.) Merr. Plant

Physiology 20(4): 649-670.

Simon JC, Jacquet A, Decau ML, Goulas E, Dily FL. 2004. Influence of

cutting frequency on the morphology and the C and N reserve status of

two cultivars of white clover (Trifolium repens L.). European Journal of

Agronomy 20: 341-350.

Sims DA, Gamon JA. 2002. Relationships beetween leaf pigment content and

spectral reflectance across a wide range of species, leaf structures, and

development stages. Remote Sensing of Environment 81:337-354.

Smolen S, Sady W. 2009a. The effect of various nitrogen fertilization and foliar

nutrition regimes on the concentrations of nitrates, ammonium ions, dry

matter and N-total in carrot (Daucus carota L.) roots. Scientia

Horticulturae 119: 219–231.

Smolen S, Sady W. 2009b. The effect of various nitrogen fertilization and foliar

nutrition regimes on the concentrations of sugar, carotenoid and phenolic

compounds in carrot (Daucus carota L.). Scientia Horticulturae 120 : 315-

324.

Page 173: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Sritharan N, Aravazhi A, Vanangamudi M. 2005. Effect of foliar spray of

nutrients and plant growth regulators (PGRs) for yield maximazation in

blackgram. Madras Agricultural Journal 92 (4-6): 301-307.

Srivastava LM. Plant Growth and Development : Hormones and Environment.

USA : Academic Press. 722 p.

Stagnari F, Bitetto VD, Pisante M. 2007. Effects of N fertilizers and rates on

yield, safety and nutrients in processing spinach genotypes. Scientia

Horticulturae 114: 225–233.

Stancheva I, Geneva M, Zehirov G, Georgiev G. 2005. Effect of foliar fertilizer

concentration on the biomass accumulation and nitrate assimilation rate of

milk thistle (Silybum marianum L.). Proceeding of the Balkan Scientific

conference of Biology in Plovdiv (Bulgaria) from 19th

till 21st

of May

2005: 343-348.

Stefanelli D, Goodwin I, Jones R. 2010. Minimal nitrogen and water use in

horticulture: Effects on quality and content of selected nutrients. Food

Research International 43: 1833-1843.

Stino RG, Fayed TA, Ali MM, Alaa SA. 2010. Enhancing fruit quality of Florida

Prince Peaches by some foliar treatments. Journal of Horticultural

Science & Ornamental Plants 2(1): 38-45.

Stintzing FC, Carle R. 2004. Functional properties of anthocyanins and betalains

in plants, food, and in human nutrition. Trends in Food Science &

Technology 15 : 19-38.

Sugiarto NT. 2006. Pengaruh umur dan frekuensi panen pada produksi pucuk

kolesom (Talinum triangulare Wild.) [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sultana N, Ikeda T, Kashem MA. 2001. Effect of foliar spray of nutrient

solutions on photosynthesis, dry matter accumulation and yield in

seawater-stressed rice. Environmental and Experimental Botany 46: 129–

140.

Susanti H, Aziz SA, Melati M. 2008. Produksi Biomassa dan bahan bioaktif

kolesom (Talinum triangulare (Jacq) Willd ) dari berbagai asal bibit dan

dosis pupuk kandang ayam. Buletin Agronomi 36 (1) : 48-55.

Syukur C, Hernani. 2003. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta : Penebar

Swadaya. 136 hal.

Szczerba MW, Britto DT, Kronzucker HJ. 2009. K+ transport in plants :

physiology and molecular biology. Journal of Plant Physiology 166 : 447-466.

Page 174: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Szostak D, Burda S, Podolska G. 2005. Effect of N fertilization and Growth

regulator on buckwheat yield and some phenolic compounds in seeds.

Proceedings of the 10th

international symposum on buckwheat : 313-317.

Tagliavini M, Drahorad W, Dalla VJ. 2002. Preface. Acta Horticulturae : 594.

Tatar O, Ilker E, Tonk FA, Aygun H, Caylak O. 2010. Impact of different

nitrogen and potassium application on yield and fiber quality of ramie

(Boehmeria nivea). International Journal of Agriculture & Biology

12:369-372.

Teixera EI, Moot DJ, Brown HE, M Keith, Pollock KM. 2007. How does

defolition management impact on yield, canopy forming processes and

light interception of lucerne (Medicago sativa L.) crops? European

Journal of Agronomy 27: 154–164.

Tisdale SL, Nelson WL. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. 3th

Edition. New

York : Mc Millan.

Tsukaya H, Ohshima T, Naito S, Chino M, Komeda Y. 1991. Sugar dependent

expression of the CHS-A gene for chalcone synthase from petunia in

transgenic Arabidopsis. Plant Physiology 97: 1414-1421.

Umar S, Bansal SK, Imas P, Magen H. 1999. Effect of foliar fertilization of

potassium on yield, quality, and nutrient uptake of groundnut. Journal of

Plant Nutrition 22(11): 1785-1795.

Vaknin H, Bar-Akiva A, Ovadia R, Nissim-Levi A, Forer I, Weiss D, Oren-

Shamir M. 2005. Active anthocyanin degradation in Brunfelsia calycina

(yesterday-today-tomorrow) flowers. Planta 222:19-26.

Venkatesan S, Murugesan S, Pandian VKS, Ganapathy MNK. 2005. Impact of

sources and doses of potassium on biochemical and greenleaf parameters

of tea. Food Chemistry 90: 535-539.

Wahyuni S, Hadipoentyanti E. 1999. Karakteristik Talinum paniculatum Gaertn.

dan Talinum triangulare Willd. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 5(4) :

5-6.

Wang S, Zhu Y, Jiang H, Cao W. 2006. Positional differences in nitrogen and

sugar concentrations of upper leaves relate to plant N status in rice under

different N rates. Field Crop Research 96:224-234.

Wang WH, Kohler B, Cao FQ, Liu LH. 2008. Molecular and physiological

aspect of urea transport in higher plants. Plant Science 175: 467-477.

Waterborg JH. 2002. The Lowry method for protein in : Walker JM (ed). The

protein protocols handbook. 2nd

Ed. New Jersey : Humana Press Inc. p 7-

9.

Page 175: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Xiaoping X, Yizhuo S, Wenqi G, Zhiguo Z. 2008. Accumulation characteristics

of biomass and nitrogen and critical nitrogen concentration dilution model

of cotton reproductive organ. Acta Ecologica Sinica 28 (12) : 6204-6211.

Yemm EW, Willis AJ. 1954. The estimation of carbohydrates in plant extracts

by antrone. Biochemistry Journal 57: 508-514.

Yu-Fan F, Min C, Xiao-li Y, Qi-tang Z, Zhi-hua L, Chun-Xian Y, Ping H. 2008.

Variation laws of anthocyanin content in roots and their relationships with

major economic traits in purple-fleshed sweetpotato [Ipomoea batatas (L.)

Lam]. Agricultural Sciences in China 7(1): 32-40.

Zhao-Hui L, Li-Hua J, Xiao-Lin L, Hardrter R, Wen-Jun Z, Yu-Lan Z, Dong-

Feng Z. 2008. Effect of N and K Fertilizers on Yield and Quality of

Greenhouse Vegetable Crops. Pedosphere 18(4): 496–502.

Page 176: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 177: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

LAMPIRAN

Page 178: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture
Page 179: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Lampiran 1 Hasil Analisis sifat kimia tanah

Page 180: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Lampiran 2 Metode Lowry untuk analisis protein (Waterborg 2002)

Peralatan :

- Mortar

- Pipet Mohr (volumetrik)

- Pipet mikro 1 mL

- Microtube 2 mL

- Tabung reaksi 10 mL

- Waterbath

- Spektrofotometer

Bahan :

- Na-Phosphate

- Reagen A : 7 mM K-Na Tartrate.4H2O (garam Rochelle); 0.81 M Na2CO3

dalam 500 mL NaOH 1 N; H2O sampai 1 L bisa tahan 2 sampai 3 bulan.

- Reagen B : 70 mM K-Na Tartrate. 4H2O; 40 mM CuSO4.5H2O dalam 10 mL

NaOH 1 N; H2O sampai 100 mL.

- Reagen C : 1 mL Folin-Ciocalteu dilarutkan dengan 15 mL H2O.

- Standar Bovin Serum Albumin (BSA).

Prosedur :

A. Ekstraksi

1 mL 0.01 M buffer Na-Phosphate (pH 6) ditambahkan ke dalam 100 mg

jaringan yang telah digerus halus kemudian di sentrifuge. 5-200 µL

supernatan ditera menjadi 1 mL dalam buffer ekstrak yang digunakan untuk

penentuan protein.

B. Penentuan

1. Supernatan ditambahkan 0.90 mL Reagent A lalu dikocok dan diinkubasi

selama 10 menit pada suhu 500 C kemudian dinginkan.

2. Tambahkan 0.10 mL Reagent B lalu kocok dan diinkubasi selama 10

menit pada suhu kamar.

Page 181: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

3. Tambahkan 3 mL Reagent C dengan cepat dan diinkubasi selama 10 menit

pada suhu 500 C kemudian dinginkan sampai suhu kamar.

4. Ukur absorbans pada 650 nm.

C. Perhitungan

Protein µg/g = A x (B/Wt) x fp

Keterangan :

A = protein dalam ekstrak (µg/mL)

B = volume ekstrak (mL)

Wt = Bobot contoh (g)

fp = faktor pengencer

Page 182: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Lampiran 3 Metode analisis antosianin dan klorofil (Sims & Gamon 2002)

Cara kerja :

1. Sampel daun diambil yang telah terbentuk sempurna.

2. Sampel daun segar diberi pelubang untuk diambil sampel luasan daun

berbentuk lingkaran dan diukur diameternya.

3. Sampel tersebut digerus dengan menggunakan mortal porselen dan

ditambahkan 2 ml asetris, kemudian masukkan ke mikrotube 2 ml.

4. Sampel dalam mikrotube di centrifuge 14 000 rpm selama 10 menit

5. Pipet 1 ml supernatan, tambahkan 3 ml asetris, lalu masukkan ke dalam tabung

reaksi

6. Pengukuran absorban menggunakan spektrofotometer UV/VIS pada panjang

gelombang 663, 647, dan 537 nm.

Perhitungan :

Antosianin total (µmol/cm2) = ((0.08173 x A537) – (0.00697 x A647) –

(0.002228 x A663) x fp x vol)) / luas daun

Klorofil a (µmol/cm2) = ((0.01373 x A663) – (0.000897 x A537) –

(0.003046 x A647) x fp x vol)) / luas daun

Klorofil b (µmol/cm2) = ((0.02405 x A647) – (0.004305 x A537) –

(0.005507 x A663) x fp x vol)) / luas daun

Klorofil total = klorofil a + klorofil b

A = nilai absorban pada panjang gelombang

fp = faktor pengencer

vol = volume

Konversi µmol/cm2 ke µmol/g dengan cara menghitung terlebih dahulu bobot

basah sampel per luasan daun.

Page 183: PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM … · melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture

Lampiran 4 Metode penentuan gula total (Yemm & Willis 1954)

Peralatan

Mortar dan Pestle

Pipet Mohr ; Volumetrik

Pipet Mikro 1mL

Gelas Piala 100mL

Kertas saring

Tabung Reaksi 10mL

Labu takar 50mL

Waterbath

Spektrofotometer

Bahan

Ethanol 80%

Anthrone 1%

Standar Glukosa

Prosedur

A. Ekstraksi

1 g daun segar digerus bersama dengan ethanol 80% 10mL lalu disaring

kedalam gelas piala 100mL, bilas dengan 10 mL ethanol 80%. Uapkan

ethanol diatas penangas air sampai tidak tercium bau alkohol. Tera sampai 50

mL menggunakan labu takar (larutan A)

B. Penentuan

1. Siapkan 1mL larutan A ditambah air 1mL; 2 mL blanko (H2O) ; 2mL deret

standar Glukosa dengan konsentrasi 25;50;100;250;500 ug/mL

2. Tambahkan 5mL Anthrone lalu kocok, inkubasi 12 menit pada suhu

100OC

3. Dinginkan sampai suhu kamar

4. Ukur Absorbans pada 620nm

5. Hitung konsentrasi contoh dengan menggunakan kurva kalibrasi standar

C. Perhitungan

Gula total = A x (B/Wt) x fp

A = gula dalam ekstrak (ug/mL)

B = volume ekstrak (mL)

Wt= Bobot contoh (g)

fp = faktor pengencer