tinjauan pustaka antosianin

37
BAB II TEVJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras 2.1.1 Deskripsi Beras Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain diselimuti sekam (epicarp), beras juga memiliki struktur lapisan kulit dalam yang disebut pericarp, yang terdiri atas 2-3 lapis sel yang dibatasi selapis sel kubik bernama aleuron. Lapisan ini melingkupi bagian dalam biji yang disebut endosperm. Sedangkan lembaga yang merupakan bakal benih tanaman melekat pada bagian pangkalnya. Gambar bagian-bagian butir beras dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1. Bagian-bagian seka m Lapisa

Upload: alahzab

Post on 30-Dec-2015

211 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Antosianin

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

BAB II

TEVJAUAN PUSTAKA

2.1 Beras

2.1.1 Deskripsi Beras

Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia. Selain diselimuti sekam (epicarp), beras juga

memiliki struktur lapisan kulit dalam yang disebut pericarp, yang terdiri

atas 2-3 lapis sel yang dibatasi selapis sel kubik bernama aleuron. Lapisan

ini melingkupi bagian dalam biji yang disebut endosperm. Sedangkan

lembaga yang merupakan bakal benih tanaman melekat pada bagian

pangkalnya.

Gambar bagian-bagian butir beras dapat dilihat pada gambar 2.1

berikut ini.

Gambar 2.1. Bagian-bagian Butir Beras

Sumber: http://www.chem-is-try.org

sekam

Lapisan dedak

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

Tanaman padi merupakan tanaman semusim. Termasuk golongan

rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub kelas : Commelinidae

: Cyperales :

Poaceae

Genus : OryzaL.

Species : Oryza sativa L.

(http://plant.usda.gov/classification.html)

Masyarakat menggolongkan beras menjadi tiga golongan, yakni

beras putih (dipisahkan lagi menjadi pulen dan pera), beras hitam, dan

beras merah. Gambar beras merah dan beras hitam dapat dilihat pada

gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2. Beras hitam dan beras merah

Sumber: http://bumiganesa.com/

Ordo

Familia

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

2.1.2 Manfaat Beras Merah Dan Beras Hitam

Beras merah dan beras hitam mempunyai manfaat bagi kesehatan

manusia, diantaranya adalah: (Ridiah, 2010)

a. Mencegah penuaan dini,

b. Mencegah beri-beri pada bayi,

c. Mencegah sembelit,

d. Mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan,

e. Mencegah kanker dan penyakit degeneratif,

f. Meningkatkan perkembangan otak,

g. Menurunkan kadar gula darah (baik untuk penderita diabetes), ,

h. Menurunkan kolesterol darah,

i. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, j.

Memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan chirosis), k.

Sebagai antioksidan, 1. Mencegah anemia.

2.1.3 Kandungan Beras Merah Dan Beras Hitam

Beras merah dan beras hitam adalah sumber protein yang baik,

sumber mineral seperti selenium, dan juga mengandung unsur gizi lain,

terutama vitamin-vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B,

yaitu vitamin Bl dalam jumlah yang cukup serta mengandung serat yang

cukup tinggi. Selain itu, mengandung senyawa fitokimia seperti fenolat

dan lignan.

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

Pada beras merah, aleuron mengandung gen yang memproduksi

antosianin sebagai sumber warna merah atau ungu, sedangkan pada beras

hitam, aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan

intensitas tinggi sehingga warna beras menjadi ungu pekat mendekati

hitam. Kandungan pigmen beras hitam merupakan yang paling baik di

antara berbagai jenis beras berwarna lainnya (Ridiah, 2010). Pigmen

antosianin pada beras berwarna tidak hanya terdapat pada perikarp dan

tegmen (lapisan kulit) beras, tetapi juga pada setiap bagian gabah bahkan

pada bagian tanaman lainnya seperti kelopak daun (Suardi, 2008). Pigmen

tersebut mengandung senyawa flavonoid yang kadarnya lima kali lipat dari

pada beras putih.

Metabolit sekunder yang utama dalam beras hitam adalah

antosianin (Choi, et al, 2010). Total antosianin bebas dalam bahan yaitu

sebesar 99,5-99,9% dengan jenis sianidin-3-glukosida, sianidin-3-

rutinosida dan peonidin-3-glukosida (Zhang, et al, 2010). Metabolit

sekunder yang utama dalam beras merah adalah proantosianidin.

Proantosianidin merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki

aktivitas antioksidan yang tinggi. Selain itu, terdapat pula tanin dan

antosianin dalam jumlah lebih kecil dibandingkan proantosianidin (Oki, et

al, 2002).

Struktur proantosianidin yang terdapat pada beras merah dapat

dilihat pada gambar 2.3.

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

Gambar 2.3 Struktur Proantosianidin Sumber:

http://www.phytochemicals.info/proanthocyanidins

Struktur sianidin dan peonidin yang terdapat pada beras merah

dapat dilihat pada gambar 2.4.

HO,

H3C

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

OH

OH

OH

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

Sianidin Peonidin

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

Gambar 2.4 Struktur Sianidin dan Peonidin

Sumber: fedMan, 1997)

2.2 Antosianin

Antosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu "anthos" yang berarti

bunga dan "kyanos" yang berarti biru gelap. Senyawa ini merupakan

sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut di dalam air dan

tersebar luas di dunia tumbuh-tumbuhan.

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

10

Struktur dasar antosianin ini terdiri atas 2-fenil-benzopirilium atau

flavilium klorida dengan sejumlah subtitusi gugus hidroksi dan metoksi.

Sebagian besar antosianin memiliki struktur 3,5,7-trihidroksiflavilium

klorida dan bagian gula biasanya terikat pada gugus hidroksil pada karbon

3 (pada gambar 2.5)

Berikut adalah struktur umum antosianin:

Gambar 2.5 Struktur Umum Antosianin >

Sumber: (edMan, 1997)

Sementara itu, subsitusi pada cincin aromatik pada jenis-jenis

senyawa antosianin diperlihatkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Subsitusi pada Cincin Aromatik pada Jenis Senyawa Antosianin

senyawa Subtitusi pada cincin

aromatik3' 5'

Pelargonidin

Sianidin

Delfinidin

Peonidin

Petunidin

Malvinidin

-H

-OH -

OH -

OCH3 -

OCH3 -

OCH3

-H

-H

-OH

-H

-OH -

OCH3

Sumber: (Kowalczyk, 2003)

-OH

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

11

Substituen gugus hidroksil dan metoksil mempengaruhi warna

antosianin. Peningkatan gugus hidroksil cenderung menguatkan warna

menjadi lebih berwarna biru sedangkan peningkatan jumlah gugus

metoksil meningkatkan kemerahan. (deMan, 1997)

Antosianin merupakan suatu senyawa polifenol yang dapat

berfungsi sebagai antioksidan. Antosianin yang merupakan senyawa

golongan flavonoid adalah antioksidan yang efektif untuk inaktivasi

radikal hidroksil dan peroksil. Aktivitas antioksidan suatu senyawa

polifenol dipengaruhi oleh hidroksilasi dan terdapatnya gugus gula yang

disebut sebagai glikosida. Antosianin dengan gugus hidroksi bebas

mempunyai aktivitas dalam mengikat radikal dan adanya gugus hidroksi

lebih dari satu terutama pada cincin B akan meningkatkan aktivitas

antioksidannya (Sunarni, 2007). Mekanisme kerja antioksidan senyawa

polifenol berdasarkan atas kemampuannya dalam mendonorkan atom

hidrogen dan mengkelat ion-ion logam serta menghambat inisiasi logam

untuk melakukan oksidasi lipid. Setelah mendonorkan satu atom hidrogen,

senyawa fenolik menjadi radikal yang kurang reaktif dibandingkan radikal

bebas. Hal ini disebabkan radikal fenolik ini terstabilkan secara resonansi

sehingga tidak mudah bereaksi kembali dengan radikal yang lain.

(Muchtandi, 2009)

Antosianin seperti pigmen alam lainnya memiliki stabilitas rendah.

Degradasi dapat terjadi selama ekstraksi, pemurnian, pengolahan dan

penyimpanan pigmen (deMan, 1997). Stabilitas antosianin sangat

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

12

dipengaruhi oleh struktur kimia dan konsentrasi antosianin, pH,

temperatur, keberadaan enzim, oksigen dan cahaya, serta keberadaan

senyawa lain seperti asam askorbat, pigmen, protein, logam, dan gula.

Selain itu, substituen (gugus gula dan asil) pada aglikon juga

mempengaruhi kestabilan antosianin. Hidrolisis gugus gula pada molekul

antosianin merupakan penyebab terjadinya degradasi pigmen. Antosianin

mengalami degradasi dengan beberapa kemungkinan mekanisme yaitu

merubah warna antosianin menjadi produk larut tidak berwarna atau

berwarna coklat serta produk tidak larut.

Degradasi antosianin juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang

terlalu tinggi dapat menaikkan degradasi antosianin. Keberadaan

temperatur dan pH saling memiliki keterkaitan. Temperatur naik pada pH

2-4. Naiknya temperatur tersebut dapat menginduksi rusaknya struktur

antosianin dengan mekanisme terjadinya hidrolisis ikatan glikosidik

antosianin dan menghasilkan aglikon-aglikon yang labil, serta terbukanya

cincin pirilium sehingga terbentuk gugus karbinol dan kalkon yang tidak

berwarna (Satyatama, 2008). Oleh sebab itu, temperatur yang tinggi dapat

menyebabkan warna pada antosianin menjadi tidak stabil. Degradasi

termal mengikuti kinetika orde satu. Temperatur yang tinggi dan pH yang

tinggi menyebabkan degradasi antosianin yang menghasilkan produk

berupa 3 derivat asam benzoat juga suatu tribenzaldehida sebagai produk

akhir degradasi (Riata, 2010)

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

13

Pada kondisi pH asam, warna antosianin adalah merah karena

struktur antosianin utamanya berada dalam bentuk kation flavilium yang

berwarna merah. Peningkatan pH (pH 4 - 6 ) menunjukkan warna

antosianin memudar karena kation flavilium yang berwarna merah

mengalami hidrasi menjadi bentuk struktur tidak berwarna karbinol.

Sedangkan pada pH 7 dan 8, warna antosianin menjadi biru keunguan

disebabkan pembentukan struktur kuinoidal biru yang tidak stabil

(Luthana, 2010). Pada pH tinggi, senyawa ini cepat terhidrolisis menjadi

kalkon yang terionisasi sempurna. Hal inilah yang menyebabkan

antosianin mudah rusak pada kondisi pH tinggi. Selain itu, antosianin juga

dapat terdegradasi oleh adanya oksigen dan oksidasi enzimatik, misalnya

oleh polifenol oksidase, yang menghasilkan perubahan warna yang

signifikan. (deMan, 1997)

Antosianin berperan dalam menghambat terjadinya penuaan,

kemerosotan daya ingat dan kepikunan, polip, asam urat, penderita,

penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan penyakit-penyakit

degeneratif, seperti arteosklerosis. Selain itu, antosianin juga memiliki

kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik terhadap

mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan olahannya,

mencegah gangguan pada fungsi hati, antihipertensi dan menurunkan

kadar gula darah. (Hasyim, 2010)

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

14

2.3 Antioksidan

Antioksidan secara umum didefinisikan sebagai suatu senyawa

yang dapat memperlambat atau mencegah proses oksidasi senyawa lain.

Karakteristik antioksidan adalah kemampuannya untuk memberikan satu

elektron kepada radikal bebas sehingga bersifat stabil, karena itu

antioksidan dapat menghambat terjadinya reaksi berantai dari

pembentukan radikal bebas. (Sa'ad, 2009)

2.3.2 Penggolongan Antioksidan

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat dikelompokkan

menjadi antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen terdapat

secara alamiah di dalam tubuh sedangkan antioksidan eksogen dari luar

, tubuh. Antioksidan eksogen sendiri dibedakan menjadi antioksidan sintetik

(antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan

antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). (Sunarni,

2007)

Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya

untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil

hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil

hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut

merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk

tujuan komersial. (Sunarni, 2007)

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

15

Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa

antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan,

senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses

pengolahan, senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan

ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan.

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa

fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid,

bioflavanoid, vitamin C, tokoferol, P-karoten, katekin, resveratrol, turunan

asam sinamat, kumarin, dan asam-asam organik polifungsional. Kelompok

flavonoid utama adalah flavanol, flavanon, isoflavon, katekin,

proantosianidin dan antosianin. Sementara turunan asam sinamat meliputi

asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan Iain-lain. (Muchtaridi,

2005)

2.3.2 Mekanisme Antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan dibagi menjadi dua yaitu a. Mekanisme

pemutusan reaksi berantai radikal bebas dengan mendonorkan atom

hidrogen. Antioksidan (AH) dapat memberikan atom hidrogen secara

cepat pada radikal bebas (R», ROO), sementara radikal antioksidan (A»)

yang terbentuk memiliki keadaan yang lebih stabil dibanding radikal bebas

tersebut. Contoh antioksidan ini adalah flavanoid, tokoferol dan senyawa

tiol yang dapat memutus rantai reaksi propagasi dengan menyumbang

elektron pada peroksi radikal

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

16

dalam asam lemak (Sa'ad, 2009). Berikut adalah reaksi yang mungkin

terjadi antara radikal bebas dengan antioksidan:

• AH + R» -> A« + RH

• AH + ROO ->■ A» + ROOH

• AH + RO -> A» + ROH

b. Memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar

mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal

bebas ke bentuk yang lebih stabil. Mekanismenya antara lain

menghilangkan penginisiasi radikal oksigen maupun enzim yang

menginisiasi reaksi radikal yaitu dengan menghambat enzim

pengoksidasi, menginisiasi enzim pereduksi dan mereduksi oksigen

tanpa membentuk spesies radikal yang reaktif. Contoh antioksidan

sekunder ini adalah vitamin C, betakaroten, asam urat, bilirubin,dan

albumin. (Sa'ad, 2009)

2.4 Uji Aktivitas Antioksidan

Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa atau

ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan

persen penghambatan. Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan

dengan beberapa metode di antaranya CUPRAC, DPPH, dan FRAP. Akan

tetapi dalam penelitian ini digunakan pengukuran aktivitas antioksidan

dengan metode DPPH.

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

17

2.4.2 Metode CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant capacity)

Pada metode CUPRAC, kompleks bis- neokuproin-tembaga(II)

akan mengoksidasi senyawa antioksidan dan mengalami reduksi

membentuk kompleks bis-neokuproin-tembaga(I). Secara visual hal ini

dapat dilihat dari perubahan warna kompleks larutan dari biru toska

menjadi kuning.

2.4.2 Metode DPPH (l,l-difenil-2-pikrilhidrazil)

Suatu metode sederhana yang dikembangkan untuk menentukan

aktivitas antioksidan dari suatu bahan pangan adalah menggunakan radikal

DPPH (2,2-diphenyl-l-picrylhidrazyl). Uji DPPH adalah suatu metoda

kolorimetri yang efektif dan cepat untuk memperkirakan aktivitas

antiradikal. Uji kimia ini secara luas digunakan dalam penelitian produk

alami yang berfungsi sebagai antioksidan dan untuk menguji seberapa

besar aktivitas ekstrak dalam bereaksi dengan radikal bebas. Radikal

DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak

stabil dengan absorbansi kuat pada Amax 515 nm dan berwarna ungu

gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan

tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin kuat suatu senyawa antioksidan dalam

mendonorkan atom hidrogen maka semakin tinggi aktivitas

antioksidannya. Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer,

dan dihubungkan terhadap konsentrasi (Sunarni, 2007).

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

18

Reaksi dari suatu radikal bebas (DPPH) dengan antioksidan

diperlihatkan pada gambar 2.6 di bawah ini.

- - -%—N + RH ------- O :N----<( \----NH----N + R*

NO: \ ) N02

DPPH-ungu antioksidan

Gambar 2.6 Reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan

Sumber: (Sunarni, 2007)

2.4.3 Metode FRAP (ferric reducing antioxidant power) ,

Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode FRAP (ferric

reducing antioxidant power) didasarkan atas kemampuan senyawa

, antioksidan dalam mereduksi senyawa besi(III)-tripiridil-triazin menjadi

besi(II)-tripiridil triazin pada pH 3,6.

2.5 Penelitian Yang Terkait

1. Park, Young Sam, Sun-Joong Kim, and Hyo-Ihl Chang (2008)

Peneliti ini melakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan ekstrak

antosianin dari beras hitam. Aktivitas antioksidan dari ekstrak ini

dianalisis dengan berbagai metode in vitro yaitu dengan metode DPPH,

anion superoksidase, hidrogen peroksidase dan asam linoleat. Kemudian

dibandingkan dengan aktivitas antioksidan BHA, BHT, serta o-tokoferol.

Hasil yang diperoleh yaitu aktivitas antioksidan ekstrak antosianin pada

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

19

metode DPPH sebesar 55,20%, aktivitas antioksidan pada metode anion

superoksidase sebesar 54,96%, aktivitas antioksidan pada metode hidrogen

peroksida sebesar 72,67%, dan aktivitas antioksidan pada asam linoleat

sebesar 88,83%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak beras

hitam dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, yang memiliki aktivitas

yang hampir sama dengan aktivitas antioksidan pada antioksidan sintetik

seperti BHT.

2. Masanori Koguchi, Noriaki Saigusai and Yuji Teramoto (2009)

Peneliti ini melakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan dari

minuman hasil fermentasi dari beras hitam. Dari hasil analisisnya

diketahui jumlah total senyawa fenolik yang terdapat dalam minuman

tersebut adalah sebesar 0,2 mg/mL. Serta dapat diketahui bahwa aktivitas

antioksidan pada radikal DPPH dari hasil fermentasi beras hitam lebih

tinggi daripada hasil fermentasi dari beras putih.

3. N. Muntana dan S. Prasong (2010)

Peneliti ini melakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan dari tiga

kultivar beras Thailand yaitu beras putih (Horn mali 105, Supan, Saohai,

Horn Horn Chaiya dan Juni), beras merah (3256, GS 18003, 21606, 21699

dan 5718) dan beras hitam (96.041-20, 96.051-37, 96.004-49, 96.023-35

dan 96.065-42). Untuk pengujian total fenolik dilakukan dengan

menggunakan metode Folin-Ciocalteau, sedangkan untuk pengujian

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

20

aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode tiosianat dan radikal DPPH.

Dari hasil analisisnya, aktivitas antioksidan dari semua bekatul jenis ekstrak

sampel menunjukkan efisiensi yang tinggi dalam urutan sebagai berikut: beras

merah> beras hitam> beras nasi putih.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (tanpa tahun). Proanthocyanidins. [Online]. Tersedia: http://www.phytochemicals.info/proanthocyanidins. [30 Agustus 2010].

Choi, Sun Phil, et al. (2010). Protective Effects of Black Rice Bran against Chemically-Induced Inflammation of Mouse Skin. Journal of Agriculture and Food Chemistry. 53 (25): 41-45.

deMan, John M. (1997). Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB.

Hasyim, Ahsol. (2010). Ubi Jalar Kaya Antosianin Pilihan Pangan Sehat. [Online]. Tersedia: http://pangan.litbang.deptan.go.id [6 Februari 2010]

Komaharni, Anie. (2007). Ekstrak Daun Sirih Sebagai Antioksidan pada Minyak Kelapa. Skripsi. Program Studi Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang: Tidak Diterbitkan.

Kowalczyk, Edward. (2003). Anthocyanins In Medicine. Department of Human Physiology And Biophysics, Medical University In Lodz, Hallera I. PI 90-647 lodz Poland.

Lubis, Russanti. (2008). Beras Hitam, Si Buruk Rupa Bernilai Jual Tinggi. [Online].

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

Tersedia: http://bumiganesa.com [22 Januari 2010].

Masanori Koguchi, Noriaki Saigusai and Yuji Teramoto. (2009). Production and Antioxidative Activity of Mead Made From Honey and Black Rice (Oryza sativa var. Indica cv. Shiun). J. Inst. Brew. 115(3): 238-242.

Muchtaridi, dkk. (2005). Aktivitas Proantosianidin dari Akar Pakis Takur Secara In Vitro. Skipsi. Jurusan Farmasi FPMIPA UNPAD, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Muntana, N. dan S. Prasong, (2010). Study on Total Phenolic Contents and Their Antioxidant Activities of Thai White, Red and Black Rice Bran Extracts. J. Biol. Sciences, 13: 170-174.

Oki, Tomoyuki, et al. (2002). Polymeric Proanthocyanidins as Radical-Scavenging Components in Red-Hulled Rice. J. Agric. Food Chem, 50 (26): 861-1192.

46

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

47

Riata, Rita. (2010). Pengaruh Beberapa Faktor pada Komposisi dan StabilitasAntosianin dalam Black Currant. [Online]. Tersedia:http://ritariata.blogspot.com/2010/03/antosianin.html. [27 Agustus 2010].

Ridiah. (2010). Black Rice. [Online]. Tersedia:http://ridiah.wordpress.com/2010/03/31/black-rice-skripsi-yang-tertunda/ [26 Juli2010].

Riyanto, Selamet dan Faiz Faza. (2008). Beras Hitam si Lumbung Antioksidan. [Online]. Tersedia: http://www.agrina-online.com. [22 Januari 2010].

Sa'ad, Muhammad. (2009). Uji Aktivitas Penangkap Radikal Isolat A dan B Fraksi IV Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Dengan Metode DPPH. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammandiyah Surakarta, Surakarta: Tidak Diterbitkan.

Sunarni, Titik. (2007). Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.)Hook f & Th.). Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 111-116,2007.

Suardi, Didi. (2008). Potensi Beras Merah Untuk Peningkatan Mutu Pangan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Sumberdaya Genetik Pertanian.

Satoshi, Kitao, et al. (2001). Effect of Heat and pH on the Radical-scavenging Activity of Proanthocyanidin-rich Extract from Grape Seeds and Production of Konjac Enriched with Proanthocyanidin. Journal of the Japanese Society for Food Science and Technology, 8(8): 591-597.

Satyatama, Dian Indrayani. (2008). Pengaruh Kopigmentasi Terhadap Stabilitas Warna Antosianin Buah Duwet (Syzygium cumini). Tesis. Program Studi Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor, Bogor: Tidak Diterbitkan.

Park, Young Sam, Sun-Joong Kim, and Hyo-Hil Chang. (2008). Isolation Of Anthocyanin From Black Rice (Heugjinjubyeo) and Screening Of its Antioxidant Activities. Journal microbial bioteknol, 36(1): 55-60.

Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: Penerbit IPB.

Wahyudi. (2010). Reaksi Kimia yang Terjadi Ketika Memasak Nasi. [Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org. [26 Juli 2010].

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA ANTOSIANIN

48

Zhang, Ming Wei, et al. (2010). Phenolic Profiles and Antioxidant Activity of Black Rice Bran of Different Commercially Available Varieties. J. Agric. Food Chem., 58 (13): 7580-7587.