problematika sistem pendidikan indonesia

31
Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014 TUGAS MATA KULIAH PANCASILA PROBLEMATIKA SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA Disusun oleh : Alvan Despriyadi 44213110018 Dian Lestari 44213110005 Jaya SH Panggabean 44213110035 Novitasari 44213110029 Rizki Maulana 44213110071

Upload: jaya-panggabean

Post on 28-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Membahas tentang Kebijakan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

TRANSCRIPT

Page 1: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

PROBLEMATIKA SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun oleh :

Alvan Despriyadi 44213110018

Dian Lestari 44213110005

Jaya SH Panggabean 44213110035

Novitasari 44213110029

Rizki Maulana 44213110071

Page 2: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 1

BAB 1 PENDAHULUAN

Setiap Negara mempunyai sistem pendidikan yang berbeda-beda dengan

penekanan pada variabel tertentu didalam pendidikan. Pada variable tersebut

terkandung tujuan yang akan dicapai baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Sehingga akan memberikan arah bagi negara tersebut untuk menciptakan manusia

dan bentuk Negara yang mereka inginkan berdasarkan sumber daya manusia yang

mereka rencana berdasarkan sistem pendidikan.

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di

Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,

pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud) , dahulu bernama Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua

penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan

tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah

menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur

melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 serta sebagaimana yang tercantum pula dalam

Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

1.1 PENDAHULUAN

Page 3: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 2

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta

bertanggung jawab.

Semenjak jaman kemerdekaan, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah

menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu

penjajahan. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui

organisasi politik, perjuangan kearah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur

pendidikan.

Pancasila yang kita akui dan terima sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa

kita, yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari - hari, dijadikan pula filsafat

pendidikan kita.

Seperti dinyatakan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1968, Pancasila adalah jiwa

seluruh rakyat Indonesia dan negara kita. Di samping itu, bagi kita Pancasila

sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Kesadaran dan cita-cita moral

Pancasila sudah berurat, berakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia, yang

mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai kebahagiaan, jika dapat

dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia

secara pribadi, dalam hubungan dengan alam, dalam hubungan manusia dengan

Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah, dan kebahagiaan rohaniah.

Seperti kita ketahui, Pancasila terdiri atas :

1. Ketuhanan yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan / perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1.2 DASAR PEMIKIRAN

Page 4: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 3

Dalam undang-undang tentang dasar pendidikan dan pengajaran disekolah, bab III,

pasal 4, tercantum " Pendidikan dan pengajaran berdasarkan asas-asas yang

termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan

atas kebudayaan kebangsaan Indonesia”. Asas - asas itu seyogyanya diwujudkan

dalam pendidikan di sekolah maupun di luar rumah. Asas - asas yang masih bersifat umum

itu masih perlu diuraikan agar lebih jelas untuk dijadikan pedoman dalam pendidikan.

Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila menjamin hak setiap warga Indonesia memuja Tuhan dan memeluk

agamanya masing-masing. Bahwa agama dipentingkan oleh pemerintah nyata

dengan diwajibkannya pelajaran agama di sekolah, dari SD sampai Perguruan

Tinggi. Sekolah berkewajiban membantu anak-anak hidup menurut agamanya

sambil memupuk rasa toleransi, pengertian dan rasa hormat terhadap penganut

agama lain.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Nasionalisme yang melewati batas, yakni "chauvinisme" dapat mengandung bahaya,

karena mendewakan negara sendiri sambil memandang rendah terhadap bangsa-

bangsa lain. Nasionalisme yang berlebihan sering menimbulkan peperangan dan

karena itu harus dibatasi. Kerja sama antar bangsa menjadi syarat mutlak bila kita

ingin mencegah pemusnahan umat manusia dari permukaan bumi ini. Sila

Kemanusiaan dalam Pancasila menghargai manusia dan menghormati setiap

bangsa. Atas dasar Kemanusiaan kita turut berusaha memelihara perdamaian

dunia.

Sila Persatuan Indonesia

Sila ini merupakan dorongan yang kuat dalam membebaskan Tanah Air kita dari

belenggu penjajahan dan kolonialisme. Sila ini dianggap sangat penting dalam

menciptakan pendidikan nasional. Kesatuan Bangsa dan Negara merupakansyarat

mutlak dalam pembangunan negara kita. Telah sering kesatuan negara kitadiancam

oleh perpecahan, namun tetap tegak teguh dengan perkasa. Sekolah berkewajiban

untuk memupuk rasa kebangsaan, rasa kesatuan dan persatuan dalam hati sanubari

Page 5: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 4

tiap anak. Mereka harus dengan rasa bangga dapatmengatakan ''Saya anak

Indonesia" dari daerah mana pun mereka berasal.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Asas ini mempunyai pengaruh penting dalam pendidikan, antara lain dalam

huhungan orang tua atau guru terhadap anak. Anak pun manusia penuh danharus

dihormati pendapatnya, harus diberi kesempatan mengeluarkan pendapatnyasecara

bebas, diturutsertakan dalam diskusi dalam hal-hal yang menyangkut dirinya. Sikap

demokrasi menghapuskan sisa-sisa sikap feodalisme dan kolonialisme yang

bertindak otokratis dan otoriter. Dalam metode mengajar punlebih banyak diadakan

diskusi dalam suasana bebas namun berdisiplin. Anak wanita diberi kesempatan

yang sama untuk menempuh pendidikan apa pun sampai tingkat yang setinggi-

tingginya.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mempunyai hak yang sama dalam memilih wakil rakyat belum cukup. Setiap orang

ingin agar kebutuhannya sehari-hari dipenuhi, seperti makan yang cukup, pakaian,

kesempatan berekreasi, memiliki rumah sendiri, menyekolahkan anak sampai

tingkat yang setinggi-tingginya, mendapatkan pekerjaan, dan menikmati hari tua

yang tenang.

Page 6: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 5

Pendidikan nasional pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia pembangunan yang ber-

Pancasila, yang kemudian diuraikan dalam sejumlah butir-butir sebagai penjelasan

makna tiap sila, diuraikan selanjutnya dalam tujuan-tujuan yang lebih kongkrit

berupa tujuan - tujuan institusional, antara lain yang harus dicapai oleh tiap tingkatan

dan jenis sekolah.

Dalam Tap. MPR No.II / MPR / 1988 tentang GBHN tercantum : Pendidikan nasional

berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,

yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri,

cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan nasional harus juga mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa

cinta kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan

mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap,

perilaku yang inovatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu

mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri

serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.

2

2.1 TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB 2

PEMBAHASAN

Page 7: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 6

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional memuat penjelasan tentang satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis

pendidikan, dan jenjang pendidikan yang secara satu persatu akan dijelaskan.

a. Satuan Pendidikan

Satuan pendidikan (sekolah atau luar sekolah) menyelenggarakan kegiatan belajar-

mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.

b. Jalur Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan

sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan

pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar

secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan

pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar

yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.

c. Jenis Pendidikan

Sistem pendidikan nasional terdiri dari tujuh jenis pendidikan yaitu pendidikan

umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan,

pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.

2.2 SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Page 8: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 7

d. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas: Pendidikan

Dasar; Pendidikan Menengah; dan Pendidikan Tinggi. Selain jenjang pendidikan di

atas, diselenggarakan pendidikan prasekolah. Jenjang pendidikan yang termasuk

jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar

sekolah baik di lembaga pemerintah, nonpemerintah, maupun sektor swasta dan

masyarakat.

Pendidikan Dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program

pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di

sekolah lanjutan tingkat pertama. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terdiri dari dua

jenis sekolah yang berbeda yaitu sekolah umum dan sekolah keterampilan.

Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan

serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk

hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi

persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar merupakan pendidikan wajib belajar yang memberikan para siswa

dengan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai tambahan pada pendidikan dasar,

terdapat Madrasah Ibtidaiyah, yang setingkat dengan Sekolah Dasar dan Madrasah

Tsanawiyah yang setingkat dengan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama umum yang

berada di bawah pengelolaan Departemen Agama.

Pendidikan Menengah disiapkan untuk lulusan pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar

biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan keagamaan. Pendidikan menengah

diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam

sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan tinggi. Lama pendidikan tiga tahun untuk sekolah umum dan tiga atau

empat tahun untuk sekolah kejuruan. Sebagai tambahan, pada sekolah menengah,

Page 9: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 8

terdapat Madrasah Aliyah yang setingkat dengan sekolah menengah umum yang

berada dalam pengelolaan Departemen Agama.

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang terdiri dari

pendidikan akademik dan profesional. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan

pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan

tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau

universitas. Lama pendidikan tinggi tiga tahun untuk program diploma atau empat

tahun untuk program sarjana. Sesudah tingkat sarjana dapat meneruskan ke

program Pascasarjana selama dua tahun dan dapat meneruskan ke program Doktor

tiga tahun kemudian.

Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum

memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau

di jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi

pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain,

serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak diperuntukan anak

usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara kelompok

bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga tahun.

Jenis pendidikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan keagamaan,

pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan.

Pendidikan luar sekolah dapat meliputi kursus-kursus, kelompok belajar seperti

Paket A, Paket B, Paket C dan Kejar Usaha dan kegiatan lainnya seperti magang.

Page 10: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 9

Pendidikan Indonesia dapat dikatakan semakin hari kualitasnya makin rendah. Salah

satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya

para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan

kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang

dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali

masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan

anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman

dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan

kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya

berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang

sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan

pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih

parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya,

kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah.

Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan

lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.

2.3 PROGRAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Page 11: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 10

3.1 PROGRAM WAJIB BELAJAR

Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Program ini mewajibkan

setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada

jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD)

atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP)

atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Program pendidikan wajib belajar di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1950. Dalam

UU nomor 4 tahun 1950, UU nomor 12 tahun 1954 telah ditetapkan bahwa setiap

anak usia 8-14 tahun terkena pendidikan wajib belajar. Namur program pendidikan

wajib belajar yang dicanangkan oleh pemerintah belum dapat berialan sebagaimana

mestinya, karena adanya pergolakan pohtik secara tetus-menerus.

Peningkatan pendidikan wajib belajar menjadi pendidikan wajib belalar 9 tahun

dengan harapan terwujud pemerataan pendidikan dasar (SD dan SLIP) yang

bermutu serta lebih menjangkau penduduk daerah terpencil. Hal ini sesuai dengan

UU No: 2 tahun 1989 tentang stern pendidikan nasional, kemudian lebih dipertegas

lagi di dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional sebagaimana yang tertuan pada pasal 34 sebagai berIkut:

(1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib

belajar.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar

minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

BAB 3 PROGRAM

PENDIDIKAN

Page 12: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 11

(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh

lembaga pendidikan. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Gerakan pendidikan wajib belajar sebagai suatu gerakan nasional dan sekaligus

sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional dimulai sejak Pelita IV.

Pada 2 Mei 1984, Presiden Soeharto mencanangkan dimulainya pelaksanaan dan

penyelenggaraan pendidikan wajib belajar. Pada tahap ini, penyelenggaraan

pendidikan wajib belajar masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar (6 tahun).

Di dalam GBHN 1993, dicantumkan bahwa pemerintah harus berupaya untuk

memperluas kesempatan pendidikan baik pendidikan dasar, pendidikan menengah

kejuruan, maupun pendidikan profesional, melalui jalur sekolah dan jalur luar

sekolah. Dalam rangka memperluas kesempatan belajar pendidikan dasar, maka

pada tanggal 2 Mel 1994 pemerintah mencanangkan program pendidikan wajib

belajar 9 tahun. lebih lanjut dikemukakan bahwa tahap penting dalam pembangunan

pendidikan adalah meningkatkan pendidikan wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun.

Pendidikan wajib belajar 9 tahun menganut konsepsi pendidikan semesta (universal

basic education), yaitu suatu wawasan untuk membuka kesempatan pendidikan

dasar. Jadi sasaran utamanya adalah menumbuhkan aspirasi pendidikan orang tua

dan peserta didik yang telah cukup umur untuk mengikuti pendidikan, dengan

maksud untuk meningkatkan produktivitas angkatan kerja secara makro. Maksud

utamanya adalah agar anak-anak memiliki kesempatan untuk terus belajar sampai

dengan usia 15 tahun, dan sebagai landasan untuk belajar lebih lanjut baik dijenjang

pendidikan lebih tinggi maupun di dunia kerja.

Pelaksanaan pendidikan wajib belajar 9 tahun telah diatur lebih luas di dalam UU

No: 20 tahun 2003 bahwa sistem pendidikan nasional memberi hak kepada setiap

warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu dan juga berhak mendapat

kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat (pasal 5 ayat 1 dan 5). Bagi

Page 13: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 12

warga negara yang memiliki kelainan emosional, mental, intelektual, dan atau sosial

serta warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak

memperoleh pendidikan khusus.

Demikian juga warga negara di daerah terpencil atau terkebelakang serta

masyarakat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus (pasal 5

ayat 2, 3 dan 4). Lebih jauh dijelaskan bahwa pendidikan wajib belajar 9 tahun bagi

anak usia 7 sampai 15 tahun harus diselenggarakan oleh pemerintah (pusat),

pemerintah daerah, dan masyarakat tanpa dipungut biaya.

Merujuk pada paparan yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa ciri-

ciri pelaksanaan pendidikan wajib belajar-9 tahun di Indonesia adalah;

1. tidak bersifat paksaan melainkan persuasif,

2. tidak ada sansi hukum,

3. tidak diatur dengan Undang-Undang tersendiri, dan

4. keberhasilan diukur dengan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin

meningkat.

Selain itu, Program wajib belajar 9 tahun ini diperkuat dengan Instruksi Presiden

Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan

Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

Tujuan Program Wajib Belajar 9 tahun :

1. Meminimalisir jumlah anak putus sekolah

2. Meningkatkan kualitas bangsa Indonesia

3. Memperbaiki citra Nusantara di mata Internasional

3.2 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Untuk menunjang program wajib belajar 9 tahun, pemerintah memberikan dukungan

melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), yaitu program pemerintah yang pada

dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi

satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun

Page 14: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 13

demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang

diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.

Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi

nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan

operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana

pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara

teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

Sungguhpun sudah ada program yang namanya Bantuan Operasional Sekolah

(BOS), tetapi masih banyak anak Indonesia yang kesulitan mengakses pendidikan di

sekolah dasar dan menengah. Menurut hemat pemerintah, dana BOS seharusnya

bisa mengurangi beban masyarakat dalam membiayai pendidikan, terutama sekali

untuk menunjang pencapaian program wajib belajar 9 tahun. Untuk tahun 2012 ini,

pemerintah mengeluarkan anggaran dana bos dengan perincian bahwa tiap anak

SD akan menerima Rp 580,000 dan SMP menerima Rp 710,000/siswa/tahun.

Tetapi, sebagaimana dengan program-program pemerintah lainnya, program dana

BOS menemui banyak masalah dalam operasionalnya. Dalam beberapa bulan

terakhir, banyak sekali sekolah di Indonesia yang belum bisa mencairkan dana untuk

anak-anak sekolah ini. Seperti beberapa kota di Jawa Barat, pencairan dana BOS

bisa terlambat hingga berbulan-bulan. Kejadian serupa juga terjadi terhadap 10

kabupaten di Sulawesi Selatan.

Begitu pula, ketika sudah sampai di tangan sekolah-sekolah, dana BOS tidak

dipergunakan sebagaimana mestinya: menggratiskan biaya seluruh siswa miskin di

tingkat SD dan SMP dari biaya operasional pendidikan. Sebaliknya, banyak temuan

menunjukkan bahwa dana BOS justru dipergunakan untuk kepentingan lain seperti

dipergunakan untuk pembangunan gedung sekolah, ruang kelas, membiayai study

tour, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut temuan ICW, 60% sekolah yang

menerima dana BOS diduga menyelewengkan dana tersebut.

Page 15: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 14

Dana BOS belum mengurangi beban mereka membiayai sekolah anak-anaknya.

Sebagai misal, kendati ada yang namanya program BOS, tetapi siswa juga masih

berhadapan dengan begitu banyak pungutan. Berbagai bentuk pungutan yang paling

sering dilakukan adalah uang masuk, uang pembangunan, pakaian dan seragam

sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kelemahan lain program BOS, sebagaimana juga program sosial neoliberal lainnya,

adalah jumlah dana terbatas dan temporer (tergantung rejim politik yang berkuasa).

Dana BOS hanya bisa menutupi sebagian kecil kebutuhan operasional pendidikan

setiap siswa, sementara kebutuhan lain seperti transport, buku, tas, baju seragam

hampir tidak tertutupi. Belum lagi, setiap tahun dipastikan terjadi kenaikan biaya

kebutuhan hidup dan peralatan sekolah.

Oleh karena itu, untuk mencegah bocornya dana BOS yang sudah kecil itu,

partisipasi aktif rakyat juga sangat dibutuhkan. Sudah saatnya, selain komite sekolah

yang sudah ada, masyarakat luas juga aktif dalam mengontrol penggunaan dana

BOS ini.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan

oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran

yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang

pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan

dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan

tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum

biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang

dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan

menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara

menyeluruh.

3.1

3.2

3.3 KURIKULUM PENDIDIKAN

Page 16: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 15

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, tujuan pendidikan bersumber kepada

falsafah Bangsa Indonesia. Dari masa ke masa, dunia pendidikan di Indonesia

sudah mengalami beberapa kurikulum (±10 kurikulum), mulai dari kurikulum 1947

sampai dengan sekarang kurikulum 2013.

Berikut ini adalah empat kurikulum yang terakhir diterapkan dalam pendidikan di

Indonesia :

a. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya memadukan kurikulum-kurikulum

sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan

dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh

beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.

Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Akhirnya,

Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.

b. Tahun 2004 – Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), setiap pelajaran diurai berdasar

kompetensi yang harus dicapai siswa. Kurikulum ini cenderung Sentralisme

Pendidikan, kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci dan Daerah/Sekolah

hanya melaksanakan. Kurikulum yang tidak disahkan oleh Keputusan/Peraturan

Menteri Pendidikan ini mengalami banyak perubahan dibandingkan kurikulum

sebelumnya baik dari orientasi, teori-teori pembelajaran pendukungnya bahkan

jumlah jam pelajaran dan durasi tiap jam pelajarannya.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah baru menguji cobakan KBK di sejumlah

sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa saja. Hasilnya

kurang memuaskan. Maka sebagian pakar pendidikan menganggap bahwa pada

tahun 2004 tidak terjadi perubahan kurikulum, yang ada adalah Uji Coba Kurikulum

di sebagian sekolah yang disebut dengan KBK untuk kemudian disempurnakan

pada tahun 2006.

Page 17: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 16

c. Tahun 2006 – Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Awal 2006 uji coba KBK dihentikan dan muncullah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi

pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan

Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol pada kurikulum ini adalah lebih

konstruktif sehingga guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan

pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah

berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL),

standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk

setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Jadi pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian

merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) di bawah koordinasi dan

supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

d. Kurikulum 2013

Pada Kurikulum 2013 ini, terdapat sembilan sistem penilaian, yaitu penilaian diri,

ulangan harian, ujian tengah semester, ujian sekolah, ujian nasional, ujian tingkat

kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, penilaian proyek, dan penilaian

autentik. Sembilan sistem penilaian itu dibuat berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Sistem

Penilaian Pendidikan. Penilaian diri, dilakukan oleh masing-masing siswa dengan

mengamati kemampuan sendiri. Ulangan, beberapa ujian dan proyek bisa dilakukan

secara tertulis atau dinilai dengan angka. Sembilan sistem penilaian berdasarkan

Permendikbud, mengisyaratkan ujian tengah semester, ujian sekolah dan ujian

nasional masih ada dalam Kurikulum 2013. Sistem penilaian itu berlaku bagi semua

jenjang sekolah percontohan.

3.4 SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Era globalisasi ditandai dengan persaingan sangat ketat dalam bidang teknologi,

manajemen dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

diperlukan penguasaan teknologi agar dapat meningkatkan nilai tambah,

memperluas keragaman produk (barang/jasa) dan mutu produk.

Page 18: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 17

Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas dan efisien proses

peningkatan mutu pendidikan di tanah air. Sedangkan keunggulan SDM akan

menentukan kelangsungan hidup, perkembangan dan pemenangan persaingan

pada era global ini secara berkelanjutan dengan dukungan teknologi dan

manajemen yang kuat sebagai ciri khas sekolah efektif.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga pendidikan atau sekolah yang bisa

menghasilkan SDM yang unggul sehingga bisa bersaing dalam era globalisasi ini.

Sekolah atau lembaga pendidikan tersebut yang bertaraf internasional ini disebut

dengan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis standar nasional

pendidikan (SNP) Indonesia, berkualitas internasional dan lulusannya berdaya saing

internasional. Dimana SBI ini juga merupakan suatu kebijakan pemerintah Indonesia

untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional agar memiliki daya saing dengan

negara-negara maju lainnya. Kebijakan pemerintah mengenai SBI tersebut tertuang

dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) : “Pemerintah dan atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf

internasional”.

Kebijakan pemerintah mengenai Sekolah Bertaraf Internasional selain didukung

secara konstitusi dalam UU, SBI juga merupakan proyek prestisius , karena akan

dibiayai oleh Pemerintah Pusat 50%, Pemerintah Propinsi 30%, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota 20%. Padahal, untuk setiap sekolahnya saja Pemerintah Pusat

mengeluarkan 300 juta rupiah setiap tahun paling tidak selama 3 (tiga) tahun dalam

masa rintisan tersebut.

Selain itu SBI atau Sekolah Bertaraf Internasional di mata masyarakat Indonesia tak

bisa lepas dari bilingual sebagai medium of instruction, multi media dalam

pembelajaran di kelas, berstandar internasional, ataupun sebagai sekolah prestisius

dengan jalinan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara anggota OECD

Page 19: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 18

maupun lembaga-lembaga tes/sertifikasi internasional, seperti Cambridge, IB,

TOEFL/TOEIC, ISO, dan lain-lain.

3.5 INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN

Sebuah penekanan penting bahwa infrastruktur pendidikan di negeri ini tidak

terbilang jelek, hanya saja teramat sangat senjang antara kota besar dan daerah

khususnya pedesaan. Kelayakan infrastruktur memainkan peranan penting bagi

terselenggaranya proses pembelajaran yang memanusiakan manusia.

Mensubjeknya sumber daya pembangunan.

Coba kita ambil contoh Papua, tanah kaya raya yang hingga saat ini masih dikuasai

oleh tangan asing sedangkan penduduk aslinya masih harus “merangkak” untuk

sekedar mencicipi kualitas hidup “layak”. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber

daya manusia masyarakat lokal oleh rendahnya akses pendidikan yang berkualitas.

Penyebabnya adalah rendahnya kualitas infrastruktur yang ada sehingga, salah satu

implikasinya, guru-guru sulit untuk menjangkau tempat dimana mereka harus

mengajar di pedalaman Papua. Pemerintah daerah di Papua telah menganggarkan

30% dari APBD untuk pendidikan, tapi tetap saja pemanfaatannya belum maksimal

dan belum tepat sasaran.

Kesadaran kesamaan kualitas tujuan yang timbul akan mendorong tiap individu

untuk meningkatkan kualitas infrastruktur pendidikan demi tercapainya proses

pembelajaran yang memanusiakan manusia, kembali menjadi subjek pembangunan.

Kemudian, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka pendidikan

adalah hak mutlak bagi warga negara Indonesia, dimana menjadi kewajiban bagi

pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. Berbagai daya dan upaya dikerahkan

untuk memenuhi amanat tersebut dan melibatkan seluruh alat yang dapat

dimanfaatkan, termasuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan merupakan sebuah alat di

dalam mencapai tujuan pedidikan, yaitu mencerdaskan anak bangsa, dimana di

dalam pengembangannya terbagi atas beberapa hal, yaitu infrastruktur, SDM dan

Page 20: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 19

konten. Ketiga hal tersebut dilaksanakan secara paralel, karena satu sama lain

harus saling mendukung untuk dapat menjadi sebuah alat yang lengkap untuk

dimanfaatkan di dalam pencerdasan anak bangsa.

Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah

proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara

guru dan murid, dosen dengan

mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran emp

uk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara

kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan.

Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab

seiring dengan perkembangan

zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun institut yang

masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi

kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak

seiring dengan perkembangan TIK. Sistem konvensional ini seharusnya

sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia.

Arti TIK bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau

sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal

Pemanfaatan TIK ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari

berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK untuk

pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal penggunaan TIK ini

telah bukanlah suatu wacana yang asing di negeri Paman Sam

sana. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah merupakan

kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini

merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan

bangsa-bangsa di dunia. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang

terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan

kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini

memberikan katalis bagi terjadinya perubahan mendasar.

Page 21: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 20

BAB 4 PERMASALAHAN

Hinga saat ini masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan sistem

dan program pendidikan di Indonesia yang harus diatasi dengan segera. Berbagai

upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan antara lain perbaikan

sarana, peraturan, kurikulum dsb. Akan tetapi, masih belum memprioritaskan tingkat

instruksional terutama dari aspek kesejahterannya. Beberapa masalah dan kendala

yang berkaitan dengan sistem dan program pendidikan di Indonesia, sebagai

berikut:

4.1 PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN

Program wajib belajar 9 tahun masih belum dapat berjalan sesuai rencana, itu

semua terjadi karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam

penyelenggaraannya. Adapun kendala dalam penyelenggaraan wajib belajar

sembilan tahun, diantaranya:

1. Belum semua anak usia wajib belajar 7 – 12 tahun dapat mengikuti pendidikan

di sekolah dasar karena faktor kemiskinan, geografis dan komunitas terpencil.

2. Anak usia wajib belajar belum memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak di pedesaan,

pedalaman, atau terpencil belajar dengan fasilitas yang serba kekurangan,

sebaliknya anak-anak di perkotaan fasilitas belajarnya relatif sudah memadai.

Keadaan ini menimbulkan ketidakadilan dalam memperoleh pendidikan.

3. Kekurangan guru di daerah pedalaman atau terpencil masih menjadi kendala

bagi pelayanan proses pembelajaran.

4. Kualitas guru dalam memberikan pendidikan masih bervariasi, ada guru yang

sudah memadai, ada pula yang harus dikembangkan lagi ke arah yang lebih

professional.

Page 22: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 21

5. Kemampuan guru untuk melakukan pembaharuan (inovasi) dalam proses pembelajaran masih lemah.

Permasalahan pelaksanaan program BOS bagi Wajib Belajar Dikdas 9 Tahun

sangat kompleks, baik pada skala nasional maupun regional. Walaupun berbagai

instrumen telah diterbitkan, tetapi kondisi secara umum menunjukkan bahwa

pelaksanaan program BOS belum mampu memberikan layanan pendidikan bagi

masyarakat miskin secara berkualitas. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor dan

masalah sebagai berikut :

1. Dana BOS rawan terhadap penyelewengan korupsi. Dengan diserahkannya

pengelolaan dana BOS ke daerah adalah bentuk kepercayaan pemerintah pusat.

Tetapi dalam prakteknya hal ini lebih memberi peluang kepada para pihak untuk

bertindak korupsi. Seperti penyelewengan dana yang dilakukan oleh dinas

pendidikan, dengan mentransfer hanya sebagian dana ke sekolah-sekolah yang

menjadi sasarannya. Tindakan serupa juga dilakukan oleh banyak kepala sekolah

sebagai pihak yang berwenang dalam mengelola dana BOS disekolah

menggunakan dana BOS untuk kepentingan pribadi melalui penggelapan, mark

up, atau mark down. Permasalahan seperti ini juga timbul diakibatkan oleh

panjangnya proses ataupun prosedur dalam pencairan dana BOS.

2. Pengalokasian dana BOS tidak tepat sasaran sehingga Program BOS belum

menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia.

Alokasi dana BOS dipukul rata untuk semua sekolah di semua daerah, padahal

tiap sekolah memiliki kebutuhan dan masalah berbeda. Pengalokasian dana tidak

didasarkan pada kebutuhan sekolah tapi pada ketersediaan anggaran.

Hendaknya pengalokasian dana didasarkan pada kebutuhan sekolah, agar tidak

terjadi saling tumpang tindih antara kebutuhan dengan anggaran yang disediakan.

Adakalanya sekolah yang kebutuhannya sedikit, dan ada sekolah yang

kebutuhannya banyak. Jika anggaran semua sekolah sama, di sekolah yang

kebutuhannya sedikit akan memancing timbulnya korupsi karena anggaran yang

4.2 DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

Page 23: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 22

berlebih, sedangkan di sekolah yang kebutuhannya banyak akan tetap mengalami

kekurangan karena kebutuhannya tidak terpenuhi.

Dana BOS yang diberikan kepada setiap sekolah digunakan untuk memenuhi

kebutuhan seluruh siswa yang ada disekolah tersebut. Hal ini menurut saya

kurang tepat karena kondisi ekonomi setiap siswa yang ada pada suatu sekolah

tidaklah sama. Artinya seluruh siswa dalam sekolah tersebut, baik yang kaya atau

mampu hingga siswa yang tidak mampu semuanya diberikan subsidi.

Sesungguhnya yang berhak untuk mendapatkan subsidi pendidikan itu adalah

siswa yang miskin yang tidak mampu untuk mengenyam atau mengakses

pendidikan.

3. Program BOS belum berpotensi meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan disebabkan masih terdapat berbagai pemungutan-pemungutan biaya

yang sangat membebani siswa. Program Dana BOS yang bertujuan untuk

memberikan layanan pendidikan gratis bagi seluruh siswa miskin. Adanya

berbagai pungutan-pungutan biaya terhadap siswa, hal ini menjadi salah satu opsi

yang menunjukkan bahwa program pemberian Dana BOS tidak konsisten dengan

apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Uang yang dikeluarkan oleh orang tua

murid cenderung tidak berkurang walaupun sudah ada dana BOS. Dana BOS

sesungguhnya belum bisa dikatakan menggratiskan biaya pendidikan meskipun

Dana BOS telah memberikan SPP gratis bagi seluruh siswa, karena pada

kenyataaannya biaya di luar SPP lebih besar daripada SPP. Program Dana BOS

sebagai salah satu upaya untuk memantapkan wajib belajar pendidikan dasar 9

tahun memang belum dapat sepenuhnya memberikan layanan yang memadai,

hal ini dikarenakan terbatasnya sumber dana yang digunakan operasional

sekolah. Sumber dana sekolah yang berasal dari orang tua/wali siswa, bantuan

APBD maupun dari dana BOS belum dapat menjangkau memberikan layanan

bagi siswa miskin berkisar secara keseluruhan, tetapi justru dengan program BOS

sekolah agak bisa bernafas sehingga dapat memberikan kontribusi pengentasan

kemiskinan bidang pendidikan sekitar 20% - 25%. Pencapaian rata-rata angka

partisipasi kasar di jenjang SMP/MTs secara nasional 2009/2010 mencapai 98,11

persen atau di atas target 95 persen. Artinya, masih ada sekitar 1,89 persen

Page 24: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 23

penduduk usia SMP yang tidak sekolah. Meskipun dana BOS belum cukup untuk

seluruh operasional sekolah, akan tetapi sudah sangat membantu kelancaran

operasional sekolah, bagaimanapun kenyataan dana BOS memberikan kontribusi

sekolah cukup besar jika dibandingkan dengan bantuan APBD yang relatif kecil.

4.3 KURIKULUM PENDIDIKAN Kurikulum pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah yang harus diperbaiki.

Pasalnya kurikulum di Indonesia hampir setiap tahun mengalami perombakan dan

belum adanya standar kurikulum yang digunakan. Pada tahun 2013, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan melakukan perubahan kurikulum pendidikan nasional

untuk menyeimbangkan aspek akademik dan karakter. Kurikulum pendidikan

nasional yang baru selesai digodok pada Februari 2013 itu rencananya segera

diterapkan setelah melewati uji publik beberapa bulan sebelumnya. Berikut ini

adalah beberapa masalah kurikulum :

1. Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks. Jika dibandingkan dengan kurikulum di

negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini

akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang

materi yang harus dikuasainya. Siswa harus berusaha keras untuk memahami

dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa

tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih

untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi

tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa

kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang. Selain

berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru akan

semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru

akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun

masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan

materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.

2. Kurikulum di Indonesia yang cenderung fokus pada kemampuan intelektual

membuat bakat atau soft skill siswa tidak berkembang. Padahal, sebenarnya

bakat siswa bermacam-macam dan tidak bisa dipaksa harus berada di suatu

bidang saja.

Page 25: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 24

3. Seringnya Berganti Nama. Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami

perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama

semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak

positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama

kurikulum mampu disajikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab. Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana

yang cukup banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah

baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih

berpotensi untuk kemajuan pendidikan.

4. Mengingat sering adanya perubahan kurikulum pendidikan akan membuat

proses belajar mengajar terganggu. Karena fokus pembelajaran yang dilakukan

oleh guru akan berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru. Terlebih jika inti

kurikulum yang digunakan berbeda dengan kurikulum lama sehingga

mengakibatkan penyesuaian proses pembelajaran yang cukup lama.

5. Perlu adanya penyesuaian regulasi. Untuk mengimplementasi sebuah kurikulum

baru perlu ada kajian regulasi yang sudah ada. Terkadang terdapat beberapa

regulasi lama yang bertentangan dengan konsep kurikulum yang baru. Tentu

saja hal ini akan berkenaan dengan waktu dan dana besar yang dibutuhkan.

4.4 SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Sejak digulirkan kebijakan SBI, pemerintah menuai pujian dan juga kritikan, baik itu

pujian bahwa kebijakan SBI merupakan langkah maju untuk memperbaiki kualitas

pendidikan Indonesia, maupun kritikan bahwa konsep ini tidak didahului dengan

studi secara mendalam. Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah tentang SBI tersebut :

1. Konsep SNP+X kurang jelas

Dalam kurikulum SBI ada rumus SNP+X. Artinya Standar Nasional Pendidikan

ditambah atau diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam dengan standar

internasional dari salah satu anggota OECD atau lembaga tes/sertifikasi internsional.

Faktor X dalam rumus di atas tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas. Konsep ini

Page 26: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 25

tidak menjelaskan lembaga/negara tertentu yang harus diadaptasi/diadopsi

standarnya, dan faktor apa saja yang harus ditambah / diperkaya / dikembangkan /

diperluas / diperdalam. Apakah sistem pembelajaran bahasanya, teknologinya,

ekonominya, dan lain-lain. Sehingga mungkin ini merupakan strategi agar target

yang hendak dikejar menjadi longgar dan sulit untuk diukur.

2. Potensi terjadi Sistem Pendidikan yang Bersifat Diskriminatif dan

Eksklusif.

Penyelenggaraan SBI akan melahirkan konsep pendidikan yang diskriminatif (hanya

diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kemampuan/kecerdasan unggul) dan

ekslusif (pendidikan bagi anak orang kaya).

3. SBI lebih cenderung menggunakan perencanaan pend idikan dengan

Pendekatan Cost Effectivenes (efektivitas biaya).

Pendekatan Cost Effectiveness adalah pendekatan yang menitikberatkan

pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mendapatkan hasil pendidikan yang

seoptimal mungkin, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan ini hanya

diadakan jika benar-benar memberikan keuntungan yang relatif pasti, baik bagi

penyelenggara maupun peserta didik. Konsekuensi dari pendekatan ini adalah tidak

semua anak dapat mengenyam pendidikan di SBI, sebab SBI lebih menekankan

efektivitas pendidikan dalam mencapai hasil yang optimal baik secara kuantitas

maupun kualitas, sehingga input pun diambil dari anak-anak yang memiliki

kemampuan unggul, baik secara akademik, emosional, spiritual bahkan finansial.

4. Potensi terjadi komersialisasi pendidikan

Lahirnya SBI bisa membawa dampak komersialisasi pendidikan kepada para

pelanggan jasa pendidikan, semisal masyarakat, siswa atau orang tua. Indikasi ini

nampak ketika sekolah SBI menarik puluhan juta kepada siswa baru yang ingin

masuk sekolah SBI. Hal ini dilakukan dengan dalih bahwa sekolah tersebut bertaraf

internasional, dilengkapi dengan sistem pembelajaran yang mengacu pada negara

anggota OECD, menggunakan teknologi informasi canggih, bilingual, dan lain-lain.

Page 27: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 26

5. Tujuan pendidikan yang misleading

Selama ini siswa SBI dihadapkan pada 2 kiblat ujian, yakni UNAS dan Cambridge

misalnya. Beberapa sekolah nasional plus yang selama ini dirancang untuk

mengikuti dua kiblat tersebut mengakui bahwa sangat sulit mereka untuk mengikuti

dua kiblat sekaligus.

Penentuan kiblat ini perlu dipertimbangkan lagi karena jika yang hendak dituju

adalah peningkatan kualitas pembelajaran dan output pendidikan, maka mengadopsi

atau berkiblat pada sistem ujian Cambridge ataupun IB bukanlah jawabannya.

Bahkan, sebenarnya menggerakkan semua potensi terbaik pendidikan di Indonesia

untuk berkiblat ke sistem Cambridge adalah sebuah pengkhianatan terhadap tujuan

pendidikan nasional itu sendiri. Di negara-negara maju seperti Singapura, Australia

dan New Zealand, pemerintah tidak membiarkan sistem pendidikan luar ataupun

internasional macam Cambridge ataupun IB masuk dan digunakan dalam kurikulum

sekolah mereka. Hanya sekolah yang benar-benar berstatus International School

dengan siswa asing saja yang boleh mengadopsi sistem pendidikan lain.

6. Konsep SBI cenderung lebih menekankan pada alat daripada proses.

Indikasi ini nampak ketika penyelenggaraan SBI lebih mementingkan alat/media

pembelajaran yang canggih, bilingual sebagai medium of instruction, berstandar

internasional, daripada proses penanaman nilai pada peserta didik. Prof Djohar

menyatakan bahwa tuntutan pendidikan global jangan diartikan hanya

mempersoalkan kedudukan pendidikan kita terhadap rangking kita dengan negara-

negara lain, akan tetapi harus kita arahkan kepada perbaikan pendidikan kita demi

eksistensi anak bangsa kita untuk hidup di alam percaturan global, dengan

kreativitasnya, dengan EI-nya dan dengan AQ-nya, dan dengan pengetahuannya

yang tidak lepas dari kenyataan hidup nyata mereka.

7. Konsep ini berangkat dari asumsi yang salah tent ang penguasaan bahasa

Inggris sebagai bahasa pengantar dan hubungannya de ngan nilai TOEFL.

Penggagas mengasumsikan bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam

bahasa Inggris maka guru harus memiliki TOEFL >500. Padahal tidak ada hubungan

Page 28: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 27

antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bahasa

Inggris. Skor TOEFL yang tinggi belum menjamin kefasihan dan kemampuan orang

dalam menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris. TOEFL lebih cenderung

mengukur kompetensi seseorang, padahal yang dibutuhkan guru sekolah bilingual

adalah performance-nya, dan performance ini banyak dipengaruhi faktor-faktor non-

linguistic.

8. Kebijakan SBI bertolak belakang dengan otonomi s ekolah dan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS)

Bergulirnya otonomi sekolah melahirkan sistem Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS). Menurut Prof. Djohar, MBS digunakan sebagai legitimasi untuk menentukan

kebijakan sistem pembelajaran di sekolah. Sekolah memiliki kemerdekaan untuk

menentukan kebijakan yang diambil, termasuk kemerdekaan guru dan siswa untuk

menentukan sistem pembelajarannya. Sedangkan dalam SBI, sekolah masih

dibelenggu dengan sistem pembelajaran dari negara lain.

9. Suatu usaha pembodohan dan pengelabuan dari seko lah kepada

masyarakat.

Dengan program SBI ini Depdiknas memberikan persepsi yang keliru kepada para

orang tua, siswa, dan masyarakat bahwa sekolah-sekolah yang ditunjuknya menjadi

sekolah Rintisan tersebut adalah sekolah yang ‘akan’ menjadi Sekolah Bertaraf

Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal kemungkinan tersebut tidak

akan dapat dicapai atau bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada.

Dan ini adalah sama dengan menanam “bom waktu’. Banyak sekolah yang jelas-

jelas hendak memberi persepsi kepada masyarakat bahwa sekolah mereka telah

menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dan bukan sekedar ‘rintisan’ lagi. Suatu

usaha pembodohan dan pengelabuan dari sekolah kepada masyarakat.

4.5 INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan

dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat

Page 29: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 28

membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin

terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan

merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang

terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam menghadang

serangan informasi yang tidak berguna.

Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses : akses yang tidak merata. Hal ini

akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau

sekolah dengan dukungan sumber daya yang kuat dengan siswa atau sekolah

dengan sumber daya yang terbatas.

Page 30: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 29

BAB 5 PENUTUP

Pendidikan nasional, sebagai bagian yang integral dari seluruh kebijakan dan

program pembangunan Indonesia, memiliki nilai yang amat strategis untuk

menyiapkan masyarakat dan bangsa kita yang bermutu tinggi guna memasuki masa

depan yang lebih baik dengan rasa percaya diri yang lebih besar serta memiliki

derajat yang sama dengan masyarakat dan bangsa lain di dunia. Tujuan ini akan

dapat dicapai apabila hasil pendidikan nasional kita semakin baik dan semakin tinggi

mutunya.

Tuntutan yang terus meningkat sejak awal era reformasi agar pemerintah

mengambil langkah-langkah yang penting untuk segera melakukan pembaruan dan

penyempurnaan sistem pendidikan nasional serta memberikan prioritas yang tinggi

pada pembangunan sumber daya manusia yang bermutu menunjukkan bahwa apa

yang menjadi cita-cita luhur tersebut masih jauh dari kenyataan. Bahkan, tuntutan

seperti itu muncul karena masyarakat sendiri telah menyadari bahwa Indonesia jauh

tertinggal dari bangsa-bangsa lain dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia

yang ahli, terampil, profesional, dan tangguh untuk memasuki dunia industri modern

dengan persyaratan kerja yang semakin ketat.

BPPN mencatat bahwa salah satu hambatan yang cukup serius adalah cara

pandang dan sikap mental para penentu kebijakan yang lebih berorientasi pada

kepentingan pemerintah dan bukan pada kebutuhan peserta didik serta kepentingan

masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan kesungguhan semua komponen bangsa yang

terkait dengan masalah pendidikan, terutama para pejabat pemerintah dan kaum

politik, untuk melakukan upaya-upaya yang strategis dan tepat sasaran dalam

meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan

yang relevan, bermutu, demokratis, dan mampu mendorong percepatan

pembangunan nasional secara merata dan adil di masa depan.

Page 31: Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Pancasila Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Universitas Mercu Buana Kampus B Menteng 2013/2014

P a g e | 30

SARAN

1. Inti dari upaya pembaruan dan penyempurnaan sistem pendidikan nasional yang

berfokus pada sistem persekolahan terletak pada kemauan politik pemerintah

untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu yang diamanatkan oleh

GBHN serta merupakan cita-cita bangsa Indonesia. Atas dasar visi dan misi

yang baru seiring dengan semangat reformasi, demokratisasi, dan dinamika

perkembangan regional, nasional, dan global, maka arah kebijakan pendidikan

yang hendak dikembangkan harus berorientasi pada peserta didik atau

masyarakat belajar.

2. Dari berbagai pengalaman di bidang pendidikan nasional kita selama ini dicatat

bahwa berbagai kebijakan dan inovasi baru yang ingin diterapkan tidak selalu

diikuti oleh perubahan pada diri pemimpin dan pelaksana pendidikan. Karena

itulah budaya pendidikan yang baru hanya akan menjadi suatu kenyataan

apabila perubahan dan penyempurnaan yang dilakukan diikuti oleh perubahan

pada cara pandang dan sikap dari berbagai komponen bangsa yang terkait,

yakni pemerintah (eksekutif dan legislatif), masyarakat, pimpinan lembaga

pendidikan, para guru, dan orangtua, sesuai dengan peran dan tanggung jawab

masing-masing. Dengan pemahaman baru tersebut di atas diharapkan, selain

memungkinkan terciptanya suasana dialogis, demokratis, dan proses

pembelajaran yang kreatif dan bermutu, upaya pendidikan akan dapat

melahirkan manusia pembelajar dan masyarakat Indonesia yang gemar belajar.

3. Usul perubahan pada struktur dan sistem persekolahan yang dibahas di muka

akan memungkinkan langkah-langkah yang lebih konkrit dalam upaya penyiapan

tenaga kerja dan sumber daya manusia yang handal di masa depan serta

perubahan dan penyempurnaan dalam bidang pendidikan sangat memerlukan

dukungan sumber daya yang memadai, terutama sumber daya pendidik dan

dana.