print.makalah
DESCRIPTION
houTRANSCRIPT
TEORI CIPP EVALUATION DAN TEORI DISCREPANCY
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Program BK
Dosen Pengampu:
Dr. Eko Nusantoro. M. Pd. Kons
Zakki Nurul Amin, S. Pd
Oleh:
Amalia Rizky Susanti (1301412029)
Widya Ari Kusumadini (1301412042)
Aulya Ramadhina Devi Listiawan (1301412113 )
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang diridhoi Allah SWT.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Program BK,
didalamnya membahas tentang apa yang dimaksud teori CIPP Evaluation dan
teori Discrepancy.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih pada seluruh pihak yang
membantu atas terselesaikannya makalah ini. Penyusun sadar bahwa dalam
penyusunan paper ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
penyusun. Maka, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penyusun
dan kepada para pembaca pada umumnya.
Semarang, April 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman judul ..................................................................................................1
Kata Pengantar .................................................................................................2
Daftar Isi ..........................................................................................................3
BAB I Pendahuluan .........................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................4
1.2 Rumusan masalah .................................................................................5
1.3 Manfaat .................................................................................................5
BAB II Pembahasan ........................................................................................6
2.1 Teori CIPP Evaluation ..........................................................................6
2.2 Teori Discrepancy .................................................................................12
BAB III Penutup ..............................................................................................15
Kesimpulan .................................................................................................15
Daftar Pustaka ..................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dalam manajemen bimbingan dan konseling. Melalui penilaian yang akurat
akan dapat memberikan : (a) umpan balik bagi konselor yang selanjutnya
dipakai sebagai upaya memperbaiki dan mengembangkan program bimbingan
dan konseling tahun berikutnya, (b) informasi kepada pihak pimpinan sekolah,
guru mata pelajaran dan orang tua tentang perkembangan sikap dan perilaku
serta pencapaian tugas perkembangan pada setiap peserta didik. Namun pada
kenyataannya bahwa kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan
Konseling di Sekolah, belum ada penetapan kriteria yang bisa dijadikan
sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling, hal tersebut
sudah lama menjadi persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang sudah dilakukan sejak lama. Pada
masa yunani, evaluasi telah dilakukan walaupun masih dalam bentuk yang
sederhana dan kurang profesional. Misalkan saja socrtates yang membuat
evaluasi sederhana terhadap pelajaran yang ia berikan kepada murid-muridnya.
Pada tahun 1970, evaluasi baru menjadi suatu kajian yang dianggap sebagai
studi tersendiri dan dianggap sebagai suatu profesi yang profesional. Hal ini
ditandai dengan banyaknya ahli yang memiliki perhatian pada bidang evaluasi
diberbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, sosial, serta kesehatan.
Para ahli evaluasi tersebut kemudian mengemukakan berbagai macam
model evaluasi. Setiap model evaluasi memiliki arakteristiknya masing-masing
berkenaan dengan konsep dasar, metode , serta fokus evaluasi. Stufflebeaum
mencatat pada tahun 1980an telah ada disekitar lima puluh model evaluasi
(stufflebeaum & Shinkfield 1985:49). Dalam bidang bimbingan dan konseling,
model-model evaluasi yang sering digunakan untuk mengevaluasi program
bimbingan dan konseling diantaranya adalah Model CIPP yang dikembangkan
oleh Stufflebeaum dan kawan-kawan, serta discrepancy.
4
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian teori CIPP Evoluation?
2. Apa saja komponen dalam teori CIPP Evaluation?
3. Apakah pengeritian teori Discrepancy?
1.3 Manfaat Penyusunan
1.Mengetahui dan memahami definisi teori CIPP Evaluation.
2.Mengetahui dan memahami komponen yang ada dalam teori CIPP
Evaluation.
3.Mengetahui dan memahami definisi teori Discrepancy.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori CIPP Evaluation
a. Pengertian Teori CIPP Evaluation
Teori CIPP Evaluation (Context, Input, Process, Product) yang
dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.
Stufflebeam merupakan ahli evaluasi yang mengusulkan
evaluasi melalui pendekatan yang berorientasi kepada
pengambilan keputusan. Stufflebeam memberikan tekanan
pada 3 hal, yaitu :
1. Bahwa evaluasi merupakan proses sistematis yang terus
menerus.
2. Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu :
a. Menyatakan pertanyaan yang menuntut jawaban dan
informasi yang spesifik untuk digali.
b. Membangun data yang relevan.
c. Menyediakan informasi karir (kesimpulan) yang menjadi
bahan pertimbangan mengambil keputusan.
3. Evaluasi memberikan dukungan pada proses mengambil
keputusan dengan memilih salah satu alternatif pilihan dan
melakukan tindak lanjut atas keputusan tersebut.
Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi seharusnya
memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk
membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi
seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, meningkatkan
akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai
fenomena. Menurut Stufflebeam, evaluasi seharusnya dapat
memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap program.
Lebih daripada itu, menurutnya penelaahan menyeluruh
terhadap program harus dilakukan melalui sebuah cara yang
6
sistematis. Stufflebeam melihat evaluasi sebagai sebuah
tahapan yang sistematis dan menyeluruh. Pada akhirnya, ia
melihat terdapat empat komponen evaluasi yang juga
merupakan tahapan dalam evaluasi.
b. Komponen Teori CIPP Evaluation
1.Evaluasi Konteks (Context evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu objek,
seperti institusi, program, populasi target, atau orang, dan
juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan.
Stufflebeam mengemukakan bahwa objektivitas utama
dari tipe ini adalah untuk menelaah status objek secara
keseluruhan, untuk mengidentifikasi kekurangan untuk
mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kekurangan, untuk
mendiagnosis masalah sehingga dapat ditemukan solusi
yang dapat memperbaikinya, dan secara umum untuk
memberikan gambaran karakteristik lingkungan/setting
program (Stufflebeam&Shienfield, 1985:169). Evaluasi
konteks juga bertujuan untuk melihat apakah tujuan yang
lama dan prioritas terhadapnya telah sesuai dengan
kebutuhan yang seharusnya dilayani. Apapun yang
menjadi fokus objeknya, hasil dari evaluasi konteks harus
menyediakan dasar untuk penyesuaian (pemantapan)
tujuan dan prioritas, serta terget perubahan yang
dibutuhkan.
Tujuan evaluasi konteks dilakukan untuk menyediakan
alasan yang rasional bagi konselor dan administrator
dalam menentukan tujuan dan kompetensi siswa, yang
7
mana semua itu akan membantu membentuk program
dan highlight berbagai elemen struktur dalam kebutuhan
akan perhatian. Disinilah, evaluator harus mendefinisikan
lingkungan (environment) dimana program dilaksanakan,
mengidentifikasikan berbagai kebutuhan yang tidak
diakomodir,dan menentukan kenapa kebutuhan ini belum
diakomodir. Evaluasi ini dicapai melalui seperangkat
penilaian berdasarkan penelaahan (assesment) atas
kebutuhan pelanggan (customers), penentuan atas
kelebihan dan kekurangan program terkini, dan
menyetujui prioritas program.
2.Evaluasi Input (Input Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk
membantu menentukan program yang membawa pada
perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input
mempermasalahkan apakah strategi yang dipilih untuk
mencapai tujuan program sudah tepat. Evaluasi ini diakukan
dengan menelaah dan menilai secara kritis pendekatan
yang relevan yang dapat digunakan
(Stufflebeam&Shienfield, 1985:173). Evalausi ini merupakan
pendahuluan atau tanda kesuksesan, kegagalan, dan
efisiensi atas usaha untuk melakukan perubahan. Trotter et
al (1998) menambahkan bahwa evaluasi input ini juga dapat
dipandang sebagai bagaimana sumber-sumber sistem yang
ada disekolah dapat digunakan untuk memberikan
dukungan pada praktik dan strategi yang dipilih (Trotter et
al., 1998:138).
8
Evaluasi input bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi program,
desain prosedur di mana strategi akan diimplementasikan.
Input dalam program bimbingan dan konseling dapat berapa
jumlah sumber daya manusia dalam divisi bimbingan dan
konseling, dukungan keuangan, ruangan, perlatan seperti
komputer, software, serta media bimbingan.
Evaluasi input ini dapat dilakukan dengan menggunakan
metode menginventarisasi dan menganalisis sumber-
sumber yang tersedia, baik guru bimbingan dan konseling,
ataupun material, strategi solusi, relevansi desain prosedur,
kepraktisan dan biaya, kemudian dibandingkan dengan
kriteria yang ditetapkan berdasarkan telaah literatur, atau
dengan mengunjungi program yang telah berhasil, atau
berdasrkan ahli.
3.Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk
melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan
strategi yang telah direncanakan. Dalam ungkapan lain,
Stufflebeam mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan
pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi
perencanaan (Stufflebeam & Shienfield, 1985:175). Evaluasi
proses bertujuan untuk mengindetifikasikan atau
memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat
dalam desain prosedur atau implementasinya. Evaluasi
proses juga bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai
dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan
menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.
Evaluasi proses ini dapat dilakukan dengan memonitor
kegiatan, berinteraksi terus-menerus, serta dengan
9
mengobservasi kegiatan dan staff. Hal ini dapat melibatkan
pengukuran pre-test dan post-test terhadap pengetahuan
dan ketrampilan, mengobservasi perilaku tertentu pada
siswa, self-report mengenai perbaikan tingkah laku,
penilaian performance rutin (tingkat, testerstandar,
portofolio), self-study yang terus-menerus, studi kasus
individual, kehadiran dan data kedisiplinan, kesesuaian
antara program dan pelaksanaan, keterlaksanaan program,
pengukuran sosiometri, serta hambatan-hambatan yang
ditemui.
4.Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk
mengukur, menginterpretasikan dan menilai pencapaian
program (Stufflebeam & Shienfield, 1985:176). Feedback
atas pencapaian / prestasi ini penting selama pelaksanaan
program dan sebagai sebuah kesimpulan. Evaluasi produk
juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian
terhadap iuran (outcome) dan menguhubungkan semua itu
dengan objektif, konteks, dan informasi proses serta untuk
menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program.
Evaluasi produk dapat dilakukan dengan membuat definisi
operasional dan mengukur criteria objektif, melalui
mengumpulkan penilaian dari stake-holder, dengan unjuk
kerja (performance) baik dengan menggunakan analisis
secara kuantitatif, maupun kualitatif ( Trotter et al,
1998:136). Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui
pengeruh program pada tujuan yang ditetapkan, sedangkan
analisis kualitatif dapat digunakan untuk memperkaya
informasi mengenai aspek produk.
10
SIM
UL
TA
N
TUJUAN
EVALUASIKONTEKS
PERENCANAANKEPUTUSAN
EVALUASI INPUT
STRUKTURISASIKEPUTUSAN
AKTUAL
RECYLINGKEPUTUSAN
EVALUASIPRODUK
IMPLEMENTASIKEPUTUSAN
EVALUASIPROSES
Bagan I. DinamikaAksi Model CIPP
Apabila ditinjau berdasarkan tujuan, model CIPP diatas
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, meiliputi tujuan
(intention) dan yang telah terjadi (actual). Keempat
komponen evaluasi CIPP bukanlah komponen yang berdiri
sendiri-sendiri akan tetapi komponen yang saling
berinteraksi secara dinamis (Isaac & William, 1984 : 12)
11
Berdasarkan diagram diatas, maka keempat komponen
dalam model evaluasi CIPP dapat kita kelompokkan
berdasarkan pelaksanaan program dan penekanan masing-
masing komponen tersebut. Pada diagram di atas dapat
terlihat garis putus-putus vertikal yang membagi diagram
menjadi dua bagian. Bagian sebelah kiri merupakan
kelompok komponen CIPP yang termasuk dalam kelompok
tujuan, artinya evaluasi konteks dan evaluasi input
merupakan evaluasi yang dilakukan dalam rangka
mengevaluasi bagian dari program yang masih bersifat
perencanaan bukan pelaksanaan. Sedangkan bagian
sebelah kanan, yaitu komponen evaluasi proses dan produk
merupakan evaluasi yang dilakukan dalam rangka
mengevaluasi bagian dari program yang sedang atau sudah
dilaksanakan.
Garis putus-putus horizontal yang membagi diagram
menjadi dua bagian menujukkan bahwa keempat komponen
model evaluasi CIPP dapat dikelompokkan pada dua bagian.
Bagian yang pertama adalah bagian atas, dimana evaluasi
konteks dan evaluasi produk merupakan evaluasi yang
memiliki penekanan pada hasil, sedangkan bagian bawah,
dimana terdapat evaluasi input dan evaluasi proses
menunjukkan bahwa kedua evaluasi tersebut memberikan
focus pada proses.
Berdasarkan alur yang ada pada diagram diatas, dapat
dipahami bahwa evaluasi konteks merupakan evaluasi yang
dilakukan untuk merencanakan keputusan melalui
penelaahan kebutuhan untuk menetapkan tujuan. Setelah
tujuan ditetapkan, maka menstrukturisasikan keputusan
12
dalam arti agar tujuan dapat tercapai maka diperlukan
strategi. Menentukan strategi yang tepat dilakukan melalui
evaluasi input. Strategi yang dirancang kemudian dterapkan
dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan. Hal inilah yang
membuat dalam diagram terdapat keterangan bahwa
evaluasi konteks dan evaluasi produk dilakukan secara
simultan. Evaluasi proses untuk melihat implementasi dari
strategi yang dipilih, sedangkan evaluasi produk untuk
melihat apakah tujuan telah tercapai. Evaluasi produk ini
kemudian menjadi dasar untuk menentukan keputusan
mengenai program.
B. Teori Discrepancy
a. Pengertian Teori Discrepancy
Menurut Gibson dalam Sopiah (2008;172) teori ini pertama kali
dipelopori oleh Porter pada tahun 1961 yang menjelaskan bahwa kepuasan
kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan dengan
kenyataan. Kemudian Locke pada tahun 1961, menambahkan bahwa
seorang karyawan akan merasa puas bila kondisi yang aktual
(sesungguhnya) sesuai dengan harapan atau yang diinginkan. Semakin
sesuai antara harapan seseorang dengan kenyataan yang dihadapi maka
orang tersebut akan semakin puas.
Dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan
antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas
minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat ternyata
lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas
lagi walaupun terdapat discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh
kenyataan yang dirasakan itu di bawah standar minimum sehingga menjadi
13
negative discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang
terhadap pekerjaan.
Pegawai disini dapat diartikan sebagai konselor yang telah melaksanakan
program. Apabila keberhasilan program melebihi dari apa yang
dibayangkan/diharapkan maka konselor tersebut menjadi puas, sebaliknya
apabila yang keberhasilan yang diperoleh lebih kecil dari apa yang
diharapkan anak menyebabkan konselor tidak puas.
Menurut Wexley dan Yukl (1977) teori-teori tentang kepuasan kerja ada
tiga macam yang lazim dikenal salah satunya adalah teori Perbandingan
Intrapersonal (Discrepancy Theory). Wexley dan Yulk mengemukakan
bahwa kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu
merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh
diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari
pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh
individu tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi
individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya
ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan
antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan
besar.
Dari pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa teori Discrepancy
merupakan teori tentang kepuasan terhadap kinerja diri dimana individu
akan merasa puas apabila kinerjanya mendapatkan hasil yang lebih dari apa
yang di harapkanya atau biasa disebut dengan Discerpancy positif,
sebaliknya apabila individu mendapatkan hasil lebih sedikit dari apa yang di
harapkanya maka akan terjadi discerpancy negatif yang mengakibatkan
individu tersebut tidak puas dengan kinerjanya. Teori ini juga dapat disebut
dengan teori ketidaksesuaian.
b. Cara mengumpulkan Informasi
Dalam model evaluasi ini, kebanyakan informasi yang diperoleh berbeda
dan dikumpulkan dengan beberapa cara, yaitu (Azizi, 2008):
14
1. Merencanakan bentuk penilaian, menentukan kemantapan suatu
program.
2. Penilaian input, bertujuan membantu pihak pengurus dengan
memastikan sumber yang diperlukan mencukupi.
3. Proses penilaian, memastikan aktivitas yang dirancang berjalan dengan
lancer dan memiliki mutu seperti yang diharapkan.
4. Penilaian hasil, judgement di tahap pencapaian suatu hasil yang
direncanakan.
c. Langkah-langkah pengembangan, aktivitas evaluasi banyak diartikan
adanya integrasi pada masing-masing komponennya.
1. Dalam definition stage (tahap definisi), staf program mengorganisir a)
gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan kemudian b) menggambarkan
sumber daya yang diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah dasar
dimana evaluasi berkelanjutan tergantung.
2. Dalam installation stage (langkah instalasi), desain/ definisi program
menjadi standar baku untuk diperbandingkan dengan penilaian operasi
awal program. Gagasannya adalah untuk menentukan sama dan
sebangun, sudah atau tidaknya program telah diterapkan sebagaimana
desainnya.
3. Dalam product stage (tahap proses), evaluasi ditandai dengan
pengumpulan data untuk menjaga keterlaksanaan program. Gagasannya
adalah untuk memperhatikan kemajuan kemudian menentukan dampak
awal, pengaruh, atau efek.
4. Dalam product stage (tahap produk), pengumpulan data dan analisa yang
membantu ke arah penentuan tingkat capaian sasaran dari outcome.
Dalam tahap 4 ini pertanyaannya adalah “Apakah sasaran program telah
dicapai?" Harapannya adalah untuk merencanakan follow up jangka
panjang pemahaman atas dampak.
15
5. (optional) tahap cost-benefit menunjukkan peluang untuk
membandingkan hasil dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang
serupa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori CIPP Evaluation (Context, Input, Process, Product), dapat
diartikan sebagai pada dasarnya evaluasi suatu program seharusnya
memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk
membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi
seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, meningkatkan
akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai
fenomena. Lebih dari pada itu, menurutnya penelaahan
menyeluruh terhadap program harus dilakukan melalui sebuah
cara yang sistematis. Pada akhirnya, terdapat empat
komponen evaluasi yang juga merupakan tahapan dalam
evaluasi.
16
Teori discrepancy, menurut Gibson dalam Sopiah (2008;172) teori
ini pertama kali dipelopori oleh Porter pada tahun 1961 yang menjelaskan
bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan
dengan kenyataan. Dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak ada
perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena
batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat ternyata
lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi
walaupun terdapat discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan
yang dirasakan itu di bawah standar minimum sehingga menjadi negative
discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap
pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Denny. 2010. Kepuasan Kerja.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-teori-tentang-kepuasan-
kerja-dan.html (diunduh pada 07 April 2015)
Bagus, Sihnu. 2012. Teori Discerpancy.
http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/discrepancy-theory-teori-
perbedaan.html (diunduh pada 07 April 2015)
Rahayu, Puji. 2013. Kepuasan Kerja Karyawan.
http://kepuasankerjakaryawan.blogspot.com/2013/09/teori-kepuasan-
kerja.html (diunduh pada 07 April 2015)
17
18