print pidana
TRANSCRIPT
![Page 1: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS HUKUM PIDANA
KLIPING ANALISIS KASUS
Oleh :
Yunita Permana Sarry (094254022)
Siti Kuswaroh (094254039)
JURUSAN PMPKN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
![Page 2: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Contoh Kasus Dengan Unsur Kesengajaan
a. Kasus : Pembunuhan
b. Ulasan berita :
Liputan6.com, Batam: Sebuah kotak kayu berisi
jasad manusia ditemukan di kawasan Batam
Center, Kelurahan Baloi Permai, Batam Kota,
Kepulauan Riau, 3 Maret silam. Penemuan ini
dilaporkan warga ke kantor kepolisian terdekat.
Saat kotak yang panjangnya 1,5 meter dibuka,
jasad laki-laki itu berada dalam posisi telungkup
dan tak bisa dikenali. Tim forensik Kepolsian Kota Besar Barelang dan
aparat Kepolisian Sektor Batam Kota menduga korban tewas akibat tindak
kekerasan. Menurut Kepala Forensik Poltabes dokter Novita, di bagian
kepala korban ada beberapa bagian tulang hilang. Selain itu,di dada juga
terdapat irisan yang bentuknya persegi. “Di dalamnya kita tak temukan
sisa jaringan organ dalam,” kata Novita. “Di betis juga terdapat irisan.”
Sehari kemudian, identitas jenazah itu dikenali bernama Fahmi Iswandi
(30). Kasus ini terungkap setelah aparat Polsekta Batam Kota melakukan
evakuasi. Saat itu, kepala Polsekta Batam Kota, AKP Suka Irawanto,
mencurigai seseorang yang berada di antara kerumunan warga yaitu
Harun.
Setelah ditangkap Harun mengakui telah membunuh teman sejak
kecilnya,Fahmi, karena Fahmi mengaku punya ilmu kebal. Nah untuk
membuktikan kekebalan Fahmi, Harun melakukan uji coba dengan
memukul kepala Fahmi dengan martil. Pembunuhan dilakukan jam dua
belas malam. Waktu itu Harun membangunkan Fahmi yang sedang tidur
dan mengajak Fahmi katanya untuk mengintip orang yang sedang pacaran
di semak-semak belakang tempat tinggal mereka, kawasan perumahan liar
![Page 3: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/3.jpg)
depan SLTP 12, kawasan Legenda Malaka, Kota Batam. “Dia bangun dan
ikut saya. Saat itu dia cuma pake celana pendek, nggak pake baju”, ujar
Harun.
Harun mengajak Fahmi ke semak-semak. Fahmi beberapa kali
bertanya tentang posisi orang yang sedang pacaran. Harun pura-pura
mundur. Dengan posisi itu, Harun yang sebelumnya sudah mempersiapkan
martil, leluasa memukuli kepala Fahmi. “Dia langsung jatuh, sempat teriak
sekali, darahnya kena muka saya. Terus saya pergi cuci muka dulu”,
ungkap Harun. Setelah cuci muka, Harun kembali dan memukuli kepala
Fahmi sebanyak tiga kali
Harun mengaku menghabisi nyawa korban, Oktober 2009 silam. Setelah
membunuh, tersangka kemudian mengambil organ tubuh bagian dalam
Fahmi untuk dimakan. Selama beberapa bulan hingga ditemukan 3 Maret
2010, pelaku menyimpan mayat korban.
Organ tubuh tersebut dimakannya setiap malam Jumat yang
menurut Harun berguna untuk meningkatkan ilmu kebal serta kesaktian.
“Saya pukul pakai martil sekali, lalu saya sembunyi di sumur, saya tunggu
setengah jam dia diam saja, terus saya belah perutnya, dan saya ambil hati
dan jantung untuk saya makan” kata Harun. Kepolisian Daerah Kepulauan
Riau kemudian menghadirkan tenaga psikiater untuk memeriksa kejiwaan
Harun. Pada awalnya, polisi meragukan kejiwaan tersangka. Dari hasil
pemeriksaan, Harun memakan organ tubuh Fahmi dalam kondisi sehat
alias normal. Atas perbuatannya itu, Harun dijerat pasal pembunuhan
berencana dengan ancaman hukuman di atas lima tahun.
Sementara jenazah Fahmi dimakamkan di kampung halamannya di Desa
Pagerbarang, Tegal, Jawa Tengah, 10 Maret lalu. Korban yang
menyandang gelar sarjana muda kesehatan ini dikenal sebagai pribadi
yang baik serta supel kepada tetangga. Keluarga mengaku ikhlas dan
berharap tersangka mendapat hukuman yang setimpal.(BOG)
*Sumber :
![Page 4: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/4.jpg)
Liputan6.com dengan penambahan dari Indonesia headline.com dan
klip21.com
c. Analis kasus
Unsur – unsur
Berdasarkan kasus, pelaku dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana.
Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan
dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun
“.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana tersebut adalah :
1. Barangsiapa, adalah subyek hukum dimana subyek hukum yang
dapat dimintai pertanggungjawaban menurut hukum pidana adalah
Naturlijk person, yaitu manusia. Menurut doktrin, tindak pidana
melekat pada pelakunya.
Dalam kasus, yang dapat dimintai pertanggungjawaban
adalah Harun, sebab dia merupakan pelaku tunggal dimana dia
mengakui dirinya telah membunuh Fahmi, dan Harun tidak
memenuhi pengecualian yang diatur oleh ketentuan yang ada.
2. Sengaja, Adalah pelaku memiliki kehendak dan keinsyafan untuk
menimbulkan akibat tertentu yang telah diatur dalam perundang-
undangan yang didorong oleh pemenuhan nafsu (motif).
Dalam kasus, Pelaku memiliki kehendak dan keinsyafan
untuk memukulkan martil ke kepala Harun agar Harun mati sebab
didorong oleh motif ingin mengetahui kebenaran pengakuan Harun
yang menyatakan dirinya memiliki ilmu kebal dimana tindak
![Page 5: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/5.jpg)
pidana tersebut telah diatur dalam pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana
3. Dengan rencana lebih dahulu, artinya terdapat waktu jeda antara
perencanaan dengan tindakan yang memungkinkan adanya
perencanaan secara sistematis terlebih dahulu lalu baru diikuti
dengan tindakannya.
Dalam kasus, tidak dijelaskan mengenai waktu perencanaan
dengan waktu tindakan, namun dijelaskan bahwa sebelumnya
pelaku mempersiapkan alat yaitu martil terlebih dahulu yang
menunjukkan adanya niat pelaku untuk merampas nyawa korban.
Selain itu berdasarkan kronologis kejadian sejak korban
dibangunkan dari tidur hingga korban dikelabui untuk mengikuti
pelaku ke semak-semak untuk kemudian dibunuh, merupakan
kronologis yang terjadi akibat sebelumnya telah dipikirkan terlebih
dahulu.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) KUHP
“ Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan” . Berdasarkan pasal tersebut, Tidak ada suatu tindak pidana
yang dapat dipidana tanpa ada peraturan tertulis yang mengaturnya
terlebih dahulu. Dalam pasal 1 ayat (1) tersebut mengandung asas-asas
hukum pidana, yaitu :
1. Asas legalitas
Bahwa harus ada peraturan tertulis yang mengatur tindakan
tersebut
2. Asas larangan berlaku surut
Maka seseorang dalam melakukan suatu tindakan tidak perlu
merasa terikat pada undang-undang yang tidak diancam pidana
![Page 6: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/6.jpg)
walaupun kelak ditentukan sebagai tindak pidana sebab tidak ada
undang undang yang berlaku surut atau mundur waktunya.
3. Asas larangan analogi
Bahwa dilarang dalam menyelesaikan suatu perkara yang
sebenarnya tidak terdapat perumusannya dalam ketentuan tertulis
dengan menggunakan pasal yang mirip dengan kejahatan itu.
Berdasarkan kasus pembunuhan diatas, maka tersangka dapat
dikenakan hukuman sebab telah ada peraturan tertulis yang
mengatur larangan pembunuhan sebelum tindak pidana dilakukan,
yaitu pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana
Terdapat adagium yang terkenal mengenai kesalahan yaitu “Geen straf
zonder schuld” (tiada suatu hukuman tanpa kesalahan atau tiada
pemidanaan tanpa adanya kesalahan).
1. Kesengajaan/Dolus
Adalah kehendak untuk melaksanakan suatu tindakan yang
didorong oleh pemenuhan nafsu (motif). Untuk mewujudkan
tindakannya, ada tiga tahapan yaitu adanya motif, adanya
kehendak, dan adanya tindakan.
Kesengajaan terbagi atas :
1. Kesengajaan dengan dasar mengetahui, termasuk delik formil
2. Kesengajaan dengan dasar menghendaki, termasuk delik
materil
Kasus pembunuhan tersebut masuk kedalam kesengajaan
dengan dasar menghendaki, sebab menghendaki akibat yang terjadi
dari tindakan membunuh tersebut, yaitu matinya korban.
![Page 7: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/7.jpg)
Sedangkan dalam hal bentuk / corak kesengajaan maka
gradasi kesengajaannya yaitu :
1. Kesengajaan dengan maksud, adalah terjadinya suatu tindakan atau
akibat tertentu adalah perwujudan dari maksud atau tujuan dan
pengetahuan pelaku
2. Kesengajaan dengan kesadaran tujuan yang pasti mengenai
tujuan/keharusan/akibat perbuatan
3. Kesengajaan dengan menyadari kemungkinan (kesengajaan
bersyarat)
Kasus pembunuhan tersebut termasuk dalam kesengajaan
dengan maksud, karena terjadinya tindakan yaitu pemukulan
dengan martil, atau akibat tertentu yaitu kematian yang
direncanakan oleh pelaku guna dimakan organ tubuh bagian
dalamnya untuk kekebalan, adalah perwujudan dari maksud atau
tujuan dan pengetahuan pelaku.
Dalam analisis dari segi pembagian dolus dihubungkan dengan
sasaran, yaitu :
1. Dolus Determinatus, adalah jika yang hendak dijadikan korban
perbuatan yang disengaja itu sudah ditentukan orangnya.
2. Dolus Indeterminatus, adalah kehendak dan keinsyafan untuk
menimbulkan akibat pada sembarang sasaran (tidak ditentukan)
3. Dolus Alternativus, kehendak berupa pilihan
4. Dolus Generalus, sasaran jamak
5. Dolus Inderectus, akibat timbul sebenarnya bukan kehendak dan
tujuan pelaku
6. Dolus Premiditatus, kesengajaan yang direncanakan terlebih
dahulu
Kasus pembunuhan tersebut masuk pada Dolus
determinatus sebab pelaku dengan kehendaknya dan keinsyafannya
melakukan pemukulan martil agar korban tewas.
![Page 8: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/8.jpg)
2. Contoh Kasus Dengan Unsur Kelalaian
a. Kasus : Ambruknya Jembatan Kukar
b. Ulasan Berita :
Polri Temukan Unsur Kelalaian Dalam Ambruknya
Jembatan Kukar
Polri menemukan dugaan pidana dalam ambruknya Jembatan
Kutai Kartanegara, Kaltim. Polri mengindikasikan adanya unsur
kelalaian dalam proses perbaikan dan perawatan jembatan itu.
“Kelalaian banyak, karena sudah diingatkan, kalau akan dikerjakan
tolong distop kendaraan. Itu salah satu unsur terjadinya kealpaaan,” jelas
Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Sutarman di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Rabu (7/12/2011).
Dia menjelaskan pasal pidana juga sudah disiapkan bagi pihak-
pihak yang diduga melakukan pelanggaran. “Untuk 359 dan 360 KUHP
indikasinya cukup kuat. Kita tengah kumpulkan buktinya,” jelaesnya.
Seperti diberitakan, Jembatan Kukar yang menghubungkan 2 wilayah
Kecamatan Tenggarong Seberang dan Kecamatan Tenggarong, ambruk
pada Sabtu (26/11/2011). Menteri PU Djoko Kirmanto menyebut
ambruknya jembatan itu terbilang langka mengingat usia jembatan baru
10 tahun. 21 Orang tewas dalam peristiwa ini.
* Sumber: http://aryonelmessi.wordpress.com
c. Analisis kasus :
Pasal 359 KUHP: Barangsiapa karena kesalahannya
(kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun.
![Page 9: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/9.jpg)
Perbuatan pidana karena kealpaan: Yang disebut kealpaan disisni
adalah jika seseorang yang melakukan tindakan pidan bukan karena niat
melakukannya tapi karena kelalaiannnya. Dalam kasus ini pihak-pihak
yang diduga melakukan pelanggaran dianggap telah melakukan
kelalaian kerena sebelumnya telah diingatkan oleh pihak Polri jika
jembatan masih dalam proses pengerjaan maka diharapkan pihak-pihak
tersebut memberikan himbauana pada para pengendara agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan sampai memakan korban tewas sejumlah
21 orang.
3. Contoh Kasus Dengan Unsur Pembelaan Diri Secara Paksa
a. Kasus : Pembunuhan
b. Ulasan Berita :
Perselingkuh Memakan Korban
Sidoarjo: Di daerah Sidoarjo Selatan pak Samad yang bekerja sebagai
pegawai pengusaha menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan, kasus ini
berawal ketika Pak Samad pamit kerja ke luar kota pada istrinya tetapi di
tengah perjalanan ia kembali pulang karena ada dokumen penting yang
ketinggalan. Ketika ia pulang ke rumah ia memergoki istrinya selingkuh
kemudian ia menebas selingkuhan istrinya hingga tewas dengan luka
sayatan di sekujur tubuh. Sebenarnya pak Samad sudah tau jika istrinya
selingkuh tapi ia hanya memendam rasa kesalnya dan baru memuncak
pada kasus pembunuhan tersebut.
*Sumber: Radar Sidoarjo 04 September 2012
![Page 10: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/10.jpg)
c. Analis Kasus
PASAL 49 KUHP: barang siapa terpaksa melakukan perbuatan
untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan
karena itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang
lain terhadap kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun
orang lain tidak di pidana.
Yang dimkasud pembelaan terpaksa/darurat adalah pembelaan
yang diberikan karena sangat mendesak terhadap serangan yang
mendesak dan tiba-tiba serta mengancam dan melawan hukum.
Unsur-unsurnya :
1. Serangan yang nyata.
a. Melawan hukum.
b. mendesak dan sekonyong-konyong mengancam.
2. Ditujukan kepada
a. Badan sendiri atau orang lain
b. Kehormatan kesusilaan, atau
c. Barang milik sendiri / orang lain
Dalam kasus ini yang di katakan sebagai pembelaan
terpaksa karena pelaku memergoki sang isti melakukan selingkuh
dengan lelaki lain sehingga ia merasa harga dirinya dilecehkan oleh
korban dan pada akhirnya pelakau mengambil tindakan untuk
menebas korban di sekujur tubuhnya hingga tewas.
![Page 11: Print Pidana](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55721207497959fc0b8fea23/html5/thumbnails/11.jpg)
UNDANG-UNDANG YANG MEMUAT KETENTUAN
PIDANA
UU NO 44 TAHUN 2008 Tentang Pornografi (Pasal 29-38)
UU NO 9 TAHUN 1975 Tentang Perkawinan (Pasal 45 Ayat 1)
UU NO 22 TAHUN 2009 Tentang Lalu Lintas (Pasal 273 - 314)
UU NO 30 TAHUN 2002 Tentang KPK (Pasal 65-67)
UU NO 9 TAHUN 1985 Tentang Perikanan (Pasal 24-29)
UU NO 13 TAHUN 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Pasal 183-
189)
UU NO 10 TAHUN 2008 Tentang Pemilu (Pasal 258-309)
UU NO 20 TAHUN 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Pasal 67-71)