preskas benjolan di leher (avamira g99141015)

33
1. Keluhan utama pasien THT-KL A. Keluhan di telinga: Nyeri telinga Keluar cairan dari telinga Telinga berdenging/berdengung Gangguan pendengaran Telinga terasa penuh Telinga gatal Benda asing dalam telinga Benjolan di daun telinga Pusing berputar B. Keluhan di hidung: Hidung tersumbat Pilek/sekret hidung Bersin Rasa nyeri di daerah muka dan kepala Perdarahan dari hidung Gangguan penghidu C. Keluhan di tenggorok: Nyeri tenggorok Nyeri menelan Dahak di tenggorok Sulit menelan Rasa sumbatan di tenggorok Suara serak Batuk 1

Upload: siska-dewi-agustina

Post on 12-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Benjolan di leher THT

TRANSCRIPT

Page 1: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

1. Keluhan utama pasien THT-KL

A. Keluhan di telinga:

Nyeri telinga

Keluar cairan dari telinga

Telinga berdenging/berdengung

Gangguan pendengaran

Telinga terasa penuh

Telinga gatal

Benda asing dalam telinga

Benjolan di daun telinga

Pusing berputar

B. Keluhan di hidung:

Hidung tersumbat

Pilek/sekret hidung

Bersin

Rasa nyeri di daerah muka dan kepala

Perdarahan dari hidung

Gangguan penghidu

C. Keluhan di tenggorok:

Nyeri tenggorok

Nyeri menelan

Dahak di tenggorok

Sulit menelan

Rasa sumbatan di tenggorok

Suara serak

Batuk

D. Keluhan di kepala-leher:

Benjolan di kepala/leher

Nyeri kepala/leher

1

Page 2: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

2. Benjolan pada Leher

A. Anatomi dan Fisiologi Leher

Leher adalah daerah tubuh yang terletak di antara pinggir bawah mandibula di sebelah

atas dan incisura suprasternalis serta pinggir atas clavicula di sebelah bawah.

Dinding leher disusun oleh beberapa muskulus, seperti:

1. Platysma

2. M. Sternokleidomastoideus

3. M. Trapezius

4. M. Splenius Capitis

5. M. Levator Scapulae

6. Mm. Suprahyoidei, yang terdiri dari: M. Digastricus venter anterior dan venter

posterior, M. Stylohyoideus, M. Mylohyoideus, M. Geniohyoideus.

7. Mm. Infrahyoidei, yang terdiri dari: M. Sternohyoideus, M. Sternothyroideus,

M. Thyrohyoideus, M. Omohyoideus.

8. Mm. Scaleni, yang terdiri dari: M. Scalenus anterior, M. Scalenus medius, M.

scalenus posterior, M. Scalenus minimus.

Muskulus sternokleidomastoideus membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar

yaitu trigonum colli anterior dan trigonum colli posterior.

1. Trigonum colli anterior terbagi menjadi:

Trigonum muscular : dibentuk oleh linea mediana, musculus

omohyoid venter superior, dan musculus sternokleidomastoideus.

Trigonum caroticum : dibentuk oleh musculus omohyoid venter

superior, musculus sternokleidomastoideus, musculus digastricus venter

posterior.

Trigonum submentale : dibentuk oleh venter anterior musculus

digastricus, os. hyoid dan linea mediana.

2

Page 3: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Trigonum submandibulare : dibentuk oleh mandibula, venter posterior

musulus digastricus, dan venter anterior musculus digastricus

2. Trigonum colli posterior terbagi menjadi:

Trigonum supraclavicular : dibentuk oleh venter inferior musculus

omohyoid, clavicula dan musculus sternokleidomastoideus.

Trigonum occipitalis : dibentuk oleh venter inferior musculus

omohyoid, musculus trapezius dan musculus sternokleidomastoideus

Gambar 1. Anatomi Leher

Persarafan pada daerah leher secara umum dibagi menjadi 4 saraf superfisial yang

berhubungan dengan tepi posterior otot sternokleidomastoid. Saraf-saraf tersebut

mempersarafi kulit di daerah yang bersangkutan. Saraf tersebut dibagi menjadi:

1. N. Oksipitalis minor (C2)

2. N. Auricularis magnus (C2 dan C3)

3. N. Cutaneus anterior (cutaneus colli, C2 dan C3)

3

Page 4: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

4. N. Supraklavikularis (C3 dan C4).

Keempat saraf ini berasal dari komponen nervi cervicalis II, III, dan IV serta

terlindung di bawah otot. Selain itu, didaerah leher terdapat 4 nervi craniales yang ikut

menginervasi, antara lain:

1. N. Vagus, keluar melalui Foramen Jugularis, mempersarafi saluran pernafasan dan

saluran pencernaan.

2. N. Glossopharyngeus, keluar bersama N. Vagus , terletak diantara karotis interna dan

jugularis interna. Merupakan saraf motorik untuk M. Stylopharyngeus.

3. N. Asesorius, yang terdiri dari komponen radix cranialis dan radix spinalis.

Merupakan motorik untuk otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius, sedangkan

cabang cervicalnya bertugas sebagai saraf sensorik.

4. N. Hypoglossus, keluar melalui cranial hypoglossus, merupakan motorik untuk lidah.

Sedangkan untuk vaskularisasi, aliran darah menuju kepala dibawa melalui arteri

carotis dan arteri vertebralis. Arteri vertebralis dalam rongga kepala bersatu membentuk arteri

basilaris. Memberikan cabang-cabangnya pada struktur intracranial, tidak ada cabang-cabang.

A. carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna.

A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan viscera dari

kepala dan leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose,

sehingga dengan mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah

satu cabangnya.

Gambar 2 Vaskularisasi arteri kepala leher

4

Page 5: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Aliran darah balik dari kepala dan leher dialirkan melalui sistem jugularis (anterior,

eksterna, interna, posterior) dan beberapa plexus venosus (pterygoid, orbital, vertebral,

perilaryngeal, esophageal). Dari semua aliran darah balik ini v. jugularis internalah yang

paling penting.

Gambar 7 Vaskularisasi vena leher

Pada leher terdapat sekitar 75 buah kelenjar limfe yang terdapat pada setiap sisi leher,

kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis assesorius. Kelenjar limfe

yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfe pada rangkaian jugularis

interna.

Kelenjar limfe servikal dibagi ke dalam gugusan superfisial dan gugusan profunda.

Kelenjar limfe superfisial menembus lapisan pertama fascia servikal masuk kedalam gugusan

kelenjar limfe profunda. Meskipun kelenjar limfe nodus kelompok superfisial lebih sering

terlibat dengan metastasis, keistimewaan yang dimiliki kelenjar kelompok ini adalah

sepanjang stadium akhir tumor, kelenjar limfe nodus kelompok ini masih signifikan terhadap

terapi pembedahan.

Kelenjar limfe profunda sangat penting karena kelompok kelenjar ini menerima aliran

limfe dari membran mukosa mulut, faring, laring, glandula saliva dan glandula thyroidea

seperti halnya pada kepala dan leher.

Hampir semua bentuk radang dan keganasan kepala dan leher akan melibatkan

kelenjar getah bening leher bila ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di leher,

perhatikan ukurannya, apakah nyeri atau tidak, bagaimana konsistensinya, apakah lunak

5

Page 6: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

kenyal atau keras, apakah melekat pada dasar atau kulit. Menurut Sloan Kattering Memorial

Cancer Center Classification, kelenjar getah bening leher dibagi atas 5 daerah penyebaran.

Gambar 2 Daerah penyebaran kelenjar limfe leher

Keterangan :

I. Kelenjar yang terletak di segitiga submentale dan submandibulae

II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar getah bening jugularis

superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikalis posterior.

III. Kelenjar getah bening jugularis di antara bifurkatio karotis dan persilangan

Musculus omohioid dengan musculus sternokleidomastoideus dan batas

posterior musculus sternokleidomastoideus.

IV. Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior dan supraklavikula

V. Kelenjar getah bening yang berada di segitiga posterior servikal.

Gambar 3 Penyebaran kelenjar limfe di kepala dan leher

6

Page 7: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

1. Kelenjar limfe occipitalis : terletak diatas os occipitalis pada apeks

trigonum cervicalis posterior. Menampung aliran limfe dari kulit kepala

bagian belakang. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke dalam

kelenjar limfe cervicalis profundi.

2. Kelenjar limfe retroaurikular : terletak di atas permukaan lateral processus

mastoideus. Mereka menampung limfe sebagian kulit kepala di atas auricula

dan dari dinding posterior meatus acusticus externus. Pembuluh limfe eferen

mencurahkan isinya ke dalam kelenjar limfe cervicalis profundi.

3. Kelenjar limfe parotid : terletak pada atau di dalam glandula parotis.

Menampung limfe dari sebagian kulit kepala di atas glandula parotis, dari

permukaan lateral auricula dan dinding anterior meatus acusticus externus, dan

dari bagian lateral palpebra. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke

dalam kelenjar limfe cervicalis profundi.

4. Kelenjar submandibulare : terletak sepanjang bagian bawah dari

mandibula pada kedua sisi lateral, pada permukaan atas glandula

submandibularis dibawah lamina superfisialis. Menerima aliran limfe dari

struktur lantai dari mulut. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke

dalam kelenjar limfe cervicalis profundi.

5. Kelenjar submentale : terletak dibawah dari mandibula dalam

trigonum submentale. Menerima aliran dari lidah dan cavum oral. Pembuluh

limfe eferen mencurahkan isinya ke dalam kelenjar limfe submandibularis dan

cervicalis profundi.

6. Kelenjar supraclavicular : terletak didalam cekungan diatas clavicula,

lateral dari persendian sternum. Menerima aliran dari bagian dari cavum

toraks dan abdomen.

Kelenjar limfe merupakan organ limfoid perifer yang berhubungan dengan sirkulasi

pembuluh limfatik aferen dan eferen dan melalui venula pascakapiler berendotel tinggi.

Sejumlah tipe sel membentuk kerangka dan stroma penyokong kelenjar kapiler. Fibroblas

adalah tipe sel dominan pada kapsul dan trabekula kelenjar limfe. Lalu lintas kelenjar limfe

melalui jalur aferen dan eferen. Limfe aferen mengandung limfosit makrofag dan antigen

memasuki kelenjar limfe melalui ruang subkapsul dan mengalir melalui daerah parakorteks

dan medula ke dalam sinus medula yang menyatu membentuk pembuluh limfatik eferen.

Kelenjar limfe berfungsi sebagai tempat sel yang memperkenalkan antigen, sel T dan

sel B berkontak dengan antigen yang dengan struktur tertentu meningkatkan interaksi sel T,

7

Page 8: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

sel B dan sel-sel yang mempresentasikan antigen secara optimum. Dalam keadaan normal,

interaksi seperti itu menyebabkan efisiensi pengenalan antigen, aktivasi lengan reaksi imun

seluler dan humoral dan berakhir dengan pembasmian antigen.

Gambar 4 Aliran drainase kelenjar limfe

B. Patofisiologi Benjolan pada Leher

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada leher, seperti

trauma, infeksi, hormon, neoplasma dan kelainan herediter. Faktor-faktor ini bekerja dengan

caranya masing-masing dalam menimbulkan benjolan. Hal yang perlu ditekankan adalah

tidak selamanya benjolan yang ada pada leher timbul karena kelainan yang ada pada leher.

Tidak jarang kelainan itu justru berasal dari kelainan sistemik seperti limpoma dan TBC.

Hampir semua struktur yang ada pada leher dapat mengalami benjolan entah itu

kelenjar tiroid, paratiroid dan getah bening, maupun benjolan yang berasal dari struktur

jaringan lain seperti lemak, otot dan tulang.

Infeksi dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada leher melalui beberapa cara yang

di antaranya berupa benjolan yang berasal dari invasi bakteri langsung pada jaringan yang

terserang secara langsung maupun benjolan yang timbul sebagai efek dari kerja imunitas

tubuh yang bermanifestasi pada pembengkakan kelenjar getah bening.

Mekanisme trauma dalam menimbulkan benjolan pada leher agak menyerupai

mekanisme infeksi. Hanya saja trauma yang tidak disertai infeksi sekunder pada umumnya

tidak menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.

8

Page 9: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Jika jaringan tubuh manusia terkena rangsangan berupa trauma dan reaksi imun, maka

otomatis sel-sel akan mengalami gangguan fisiologis. Sebagai responnya, sel tubuh terutama

mast sel dan sel basofil akan mengalami granulasi dan mengeluarkan mediator radang berupa

histamin, serotonin, bradikinin, sitokin berupa IL-2, IL-6 dan lain-lain. Mediator-mediator

radang ini terutama histamin akan menyebabkan dilatasi arteriola dan meningkatkan

permeabilitas venula serta pelebaran intraendothelialjunction. Hal ini mengakibatkan cairan

yang ada dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sehingga timbul benjolan pada

daerah yang terinfeksi ataupun terkena trauma. Infeksi dapat menimbulkan pembesaran

kelenjar limfe karena apabila mekanisme pertahanan tubuh berfungsi baik, sel-sel pertahanan

tubuh seperti makrofag, neutrofil dan sel T akan berupaya memusnahkan agen infeksius

sedangkan agen infeksius itu sendiri berupaya untuk menghancurkan sel-sel tubuh terutama

eritrisot agar bisa mendapatkan nutrisi. Kedua upaya perlawanan ini akan mengakibatkan

pembesaran kelenjar limfe karena bekerja keras untuk memproduksi sel limfoid maupun

menyaring sel tubuh yang mengalami kerusakan dan agen infeksius yang masuk agar tidak

menyebar ke organ tubuh lain.

Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma entah itu di otot, sel

limfoid, tulang maupun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya terjadi displasia dan

metaplasia pada sel matur akibat berbagai faktor sehingga diferensiasi sel tidak lagi

sempurna. Displasia ini menimbulkan sejumlah kelainan fisiologis molekuler seperti

peningkatan laju pembelahan sel dan inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram. Hal ini

berakibat pada proliferasi sel tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya benjolan

pada jaringan. Neoplasma dapat terjadi pada semua sel yang ada di leher entah itu kelenjar

tiroid-adenoma tiroid, lemak-lipoma, kartilago-kondroma, jaringan limfe-limfoma maupun

akibat dari metastase kanker dari organ di luar leher.

Patofisiolgi munculnya benjolan pada leher terkait dengan penyakit limfoma terjadi

pada level molekuler yang dipercaya dapat menyebabkan munculnya sel limfosit dengan

karakteristik ganas yang tidak dapat mati namun justru terus berproliferasi dan menumpuk

pada jaringan limfonodi. Pada pasien dengan limfoma umumnya didapatkan gen spesifik

yang dikenal sebagai gen BCL-2 yang mana sudah mengalami perubahan kromosom, dalam

kata lain sudah terjadi perubahan struktur pada gen tersebut yang mengakibatkan perubahan

ke arah keganasan. Patofisiologi dari limfoma juga melibatkan mutasi dari beberapa protein

yang bertugas mengkode beberapa gen seperti p53 dan p16, yang mana seharusnya gen ini

berperan untuk mengatur ekspresi supresi pada perkembangan tumor.

9

Page 10: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Mekanisme terjadinya benjolan berupa pembesaran kelenjar tiroid berkaitan erat

dengan gangguan pada mekanisme regulasi hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH)

yang berperan untuk mengatur pertumbuhan, diferensiasi sel, serta sekresi dari kelenjar tiroid.

Gangguan yang terjadi dalam TRH-TSH thyroid hormone axis dapat menyebabkan perubahan

dari fungsi maupun struktur dari kelenjar tiroid. Suatu rangsangan pada reseptor TSH pada

kelenjar tiroid oleh TSH, antibodi reseptor TSH atau agonis reseptor TSH dapat

menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang difus. Pembesaran kelenjar tiroid juga dapat

disebabkan oleh rendahnya jumlah produksi dari hormon tiroid yang menyebabkan

peningkatan produksi dari TSH sebagai mekanisme feedback. Peningkatan produksi dari TSH

ini untuk selanjutnya dapat meningkatkan jumlah sel serta menyebabkan hiperplasia sel

kelenjar tiroid sebagai upaya untuk mengembalikan kadar hormon tiroid yang normal dalam

darah. Jika proses ini berkelanjutan, selanjutnya akan didapatkan pembesaran dari kelenjar

tiroid. Kondisi ini umumnya didapatkan pada kondisi gangguan sintesis hormon tiroid,

defisiensi yodium, serta goitrogenik. Mekanisme lain yang dapat menimbulkan pembesaran

kelenjar tiroid terkait dengan metastasis dari sel kanker ke kelenjar tiroid.

3. Skema tindakan pada pasien dengan benjolan pada leher

Anamnesis merupakan hal pertama yang harus dilakukan pada pasien untuk

menegakkan suatu diagnosis. Anamnesis yang cermat diperlukan untuk menegakkan

diagnosis penyakit yang menyebabkan terjadinya benjolan pada leher. Perlu ditanyakan seven

secred and fundamental four dalam anamnesis mengenai keluhan utama meliputi kronologi,

lokasi, onset dan durasi, kualitas, kuantitas, hal yang memperberat dan hal yang

memperingan serta keluhan lain yang menyertai. Lalu ditambah dengan riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat status sosial dan

ekonomi serta kebiasaan pasien yang berhubungan dengan penyakit. Pada pasien yang datang

dengan keluhan utama adanya benjolan pada lehernya, perlu ditanyakan beberapa hal pokok

seperti identitas pasien yang meliputi nama, usia, tempat tinggal, dan pekerjaan; masalah

pada organ di daerah leher; awal mula benjolan tersebut didapatkan; penyebaran benjolan

(kalau ada), serta faktor risiko malignansi. sosial dan ekonomi serta kebiasaan pasien yang

berhubungan dengan penyakit.

Perlu digali lebih lanjut mengenai gejala dan tanda infeksi seperti demam, inflamasi

dan nyeri tekan. Jika tidak terdapat tanda dan gejala infeksi maka perlu diidentifikasi kondisi

10

Page 11: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

non infeksi yaitu neoplasma dan gangguan metabolisme. Perlu ditanyakan riwayat asupan zat

gizi terutaam iodium dan kalsium. Jika ditemukan riwayat penyakit keluarga berupa

neoplasma maka diagnosis dapat diarahkan ke neoplasma. Untuk membedakan tingkat

keganasan maka dapat ditanyakan onset dan kronologi perkembangan tumor.

Poin-poin anamnesis ini penting, karena dapat berguna sebagai petunjuk untuk

mengarahkan diagnosis, sebagai contoh adanya benjolan dari dalam yang bergerak ke atas

saat menelan dan terdapat tanda-tanda hiperkalsemia, makan dapat dicurigai bahwa benjolan

tersebut didapatkan dari kelenjar paratiroid.

Selain anamnesis, hal yang penting untuk diperhatikan adalah pada pemeriksaan fisik,

pada pemeriksaan fisik, komponen utama yang diperlukan adalah pada inspeksi dan palpasi.

Pada inspeksi dapat dilihat letak benjolan tersebut yang mana dapat mengarahkan ke petunjuk

diagnosis, selain itu juga dapat dilihat adakah tanda-tanda lain, seperti kulit yang kemerahan

yang menunjukkan tanda inflamasi, ataukah ada jaringan nekrotik, dilihat juga apakah

pembesarannya simetris atau tidak. Pada palpasi diperhatikan mengenai ukuran, kuantitas dan

kualitas masa. Identifikasi bentuk, permukaan, konsistensi, isi, terfiksasi atau tidak, serta

nyeri tekan. Masa dari kelenjar tiroid akan ikut bergerak saat menelan. Masa yang berupa

abses dan kista akan terasa lunak atau seperti balon yang berisi air saat digerakkan.

Sedangkan masa yang berupa neoplasma akan terasa pejal pada perabaan.

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy), USG leher, serta CT-Scan.

Pada penyakit yang dicurigai penyebabnya adalah infeksi perlu juga diperiksa kultur bakteri

penyebabnya.

11

Page 12: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

12

Page 13: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Flowchart Benjolan di Leher

4. Diagnosis banding yang mungkin pada benjolan di leher

I. Kongenital

a. Higroma Kistik

Higroma kistik berasal dari sistem limfe sehingga secara patologi anatomi lebih tepat

disebut kistik limfangioma. Higroma kistik dapat terjadi pada anak lelaki maupun anak

perempuan dengan rasio yang sama. Kebanyakan (75%) higroma kistik terdapat di leher.

Sekitar 75% kasus terjadi saat lahir maupun masa neonatus.

Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri

atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik, berbenjol-benjol dan lunak. Permukaannya

halus dan lepas dari kulit, dan sedikit melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di

regio trigonum posterior colli. Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif

tampak terang sebagai jaringan tembus cahaya.

Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi suatu saat dapat cepat membesar

karena radang dan menimbulkan gejala gangguan pernafasan akibat pendesakan saluran nafas

seperti trakea, orofaring, maupun laring. Bila terjadi perluasan ke arah mulut dapat timbul

gangguan menelan. Perluasan ke aksila dapat menyebabkan penekanan pleksus brakialis

dengan berbagai gejala neurologik.

13

CT-Scan FNAB

Gangguan Hormonal

NeoplasmaKultur

Massa di Leher

Infeksi Non Infeksi

Pemeriksaan Darah Rutin

Page 14: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

b. Kista Branchial

Kelainan brankial dapat berupa fistel, kista, dan tulang rawan ektopik. Arkus brankial

ke-3 membentuk os hioid, sedangkan arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu

rawan tiroid, krikoid, dan aritenoid.

Fistel kranial dari tulang hioid yang berhubungan dengan meatus akustikus eksternus

berasal dari celah brankial pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir depan

m.sternokleidomastoideus berasal dari celah brankial kedua. Fistel yang masuk ke sinus

piriformis berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah brankial keempat tidak pernah

ditemukan. Sinus atau fiste mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup

sebagian.

Fistel brankial sisa celah brankial ke-2 akan terdapat tepat di depan

m.sternokleidomastoideus. bila penutupan terjadi sebagian, sisanya dapat membentuk kista

yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang. Bila terbuka ke kulit, akan terjadi fistel. Bila

masih ada sinus tonsilaris, fistel selalu berjalan melalui percabangan a.karotis.

Pada anamnesis diketahui kista merupakan benjolan sejak lahir. Fistel terletak di

depan m.sternocleidomastoideus dan mengeluarkan cairan. Fistel yang buntu akan

membengkak dan merah, atau merupakan lekukan kecil yang dapat ditemukan unilateral atau

bilateral.

a. Kista Ductus Tiroglosus

Benjolan kista duktus tiroglosus terdapat di sekitar os. Hyoid, di garis tengah, dan ikut

bergerak waktu menelan atau pada penjuluran lidah.

Duktus yang menandai jaringan bakal tiroid akan bermigrasi dari foramen sekum di

pangkal lidah ke daerah di ventral laring dan mengalami obliterasi. Obliterasi yang tidak

lengkap akan membentuk kista. Kista terletak di garis tengah, di cranial atau kaudal dari os.

Hyoid. Bila terletak di bagian depan tulang rawan dari os. Hyoid mungkin tergeser sedikit ke

paramedian. Jika di tarik kearah kaudal, umumnya teraba atau terlihat sisa duktus berupa tali

halus di subkutis.

Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher, dapat di atas

atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa tertekan di

tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas, bulat, mudah

digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau

menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm, kadang-kadang lebih besar. Bila

14

Page 15: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di

atasnya berwarna merah.

II. Infeksi

a. Limfadenitis Leher Akut

Limfadenitis leher akut merupakan pembesaran kelenjar getah bening akibat

kegagalan mengatasi infeksi di daerah pertahanan regionalnya. Limfadenitis leher dapat

disebabkan oleh infeksi daerah telinga, gigi, tenggorokan, hidung. Dapat mengenai satu

kelenjar limfe atau satu kelompok kelenjar limfe, bisa unilateral atau bilateral leher.

Limfadenitis sendiri disebabkan oleh berbagai infeksi dari berbagai organisme, seperti

bakteri, virus, protozoa, riketsia, dan jamur. Nama-nama bakteri yang masuk dalam kategori

bakteri penyebab limfadenitis adalah Streptokokus beta hemolitikus. Grup A atau

stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis (gigi berlubang)

dan penyakit gusi. Difteri, Haemophilus influenza tipe b jarang menyebabkan hal ini. Untuk

penyebarannya ke kelenjar getah bening melalui infeksi pada kulit, hidung, telinga, dan mata.

Tatalaksana pada limfadenitis akut lebih disarankan untuk mengobati penyakit dasar

sebagai penyebabnya. Jika dengan konservatif atau penatalaksanaan penyakit dasar tidak

berhasil, dapat dilakukan pembedahan, namun hanya dapat menghilangkan benjoannya saja

tidak menghilangkan penyakit dasar.

b. Limfadenitis TBC

Bakteri dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai

kelenjar limfe di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan membengkak,

dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar didekatnya satu demi satu

terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu dapat terjadi juga perilimfadenitis

sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain membentuk suatu massa. Bila mengenai

kulit dapat meradang, merah, bengkak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan

jebol, mengeluarkan bahan seperti keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi

membiru, disertai sekret yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan

jaringan parut yang tipis atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan

mengeluarkan bahan seperti keju, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini disebut

skrofuloderma.

Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik. Bila terjadi abses, perlu dilakukan

aspirasi, dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan dinding abses

dan kelenjar getah bening yang bersangkutan

15

Page 16: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

c. Tiroiditis

Tiroiditis adalah peradangan kelenjar tiroid. Penyebab pasti untuk penyakit ini belum

diketahui. Fakta yang ada menunjukkan bahwa penyakit ini lebih banyak menyerang wanita

daripada pria.

Radang tiroid dapat terrjadi akut, subakut atau menahun. Radang akut biasanya

disebabkan oleh infeksi S. aureus. Tiroiditis bakterial akut sangat jarang ditemukan. Tiroiditis

subakut yang juga jarang ditemukan umumnya terjadi pada infeksi virus di saluran nafas.

Tiroiditis menahun pada umumnya adalah penyakit autoimun yang disertai kenaikan kadar

antibodi terhadap hormon tiroid/produk tiroid di dalam darah.

Gejala paling awal adalah kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme). Gejala-

gejala ini dapat berlangsung selama 3 bulan, kadang ada yang kurang dari 3 bulan. Gejala

biasanya ringan, gejala tersebut antara lain kelelahan, sering buang air besar, nafsu makan

meningkat, banyak keringat, gangguan menstruasi, iritabilitas meningkat, kram, gugup

gelisah, berat badan menurun.

d. Abses Leher Dalam

Abses leher dalam merupakan suatu kondisi abses yang terjadi di dalam ruangan

potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat dari suatu penjalaran infeksi dari

berbagai sumber diantaranya; gigi mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga

tengah, serta leher. Gejala yang umumnya muncul berupa rasa nyeri dan

pembengkakan di ruang leher dalam sesuai lokasi yang terlibat, dapat disertai dengan

kesulitan untuk membuka mulut, kesulitan menelan, maupun hipersalivasi. Penyebab

utamanya adalah akibat infeksi bakteri dari golongan Streptococcus, Staphylococcus,

atau Bacterioides. Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil (Quinsy), abses

retrofaring, abses parafaring, abses submandibula, dan angina ludovici.

III. Neoplasma

a. Karsinoma Nasofaring

Diperkirakan kira-kira 80%-90% keganasan nasopharynx adalah berkembang dari sel

epithelium. Terdapat 3 jenis carcinoma nasopharynx berdasarkan gambaran

histopatologisnya. Menurut WHO, dibagi:

WHO type 1,atau squamous karsinoma sel

WHO type 2,atau non-keratin carcinoma

WHO type 3,atau undifferentiated karsinoma

16

Page 17: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Karsinoma Nasofaring merupakan keganasan tertinggi didaerah leher dari bidang

ilmu penyakit THT . Asal tumor adalah dari epitel sel squamous pada daerah nasofaring dan

tempat predileksinya pada fossa Rossen Mulleri yang letaknya sangat tersembunyi sehingga

sulit mendiagnosis penyakit ini pada stadium dini, selain juga tanda dan gejalanya yang tidak

khas.Angka kematiannya cukup tinggi. Di Indonesia penyakit ini termasuk dalam sepuluh

besar keganasan dari seluruh tubuh. Banyak menyerang pada usia 40-60 tahun,

perbandingannya antara laki-laki dan perempuan 2,5:1

Faktor Pencetus karsinoma nasofaring ada berbagai macam, antara lain genetik, virus

(Epstein Barr), paparan karsinogen, sosial ekonomi lingkungan, ras dan keturunan serta

radang kronis nasofaring

Virus Epstein-Barr adalah berkaitan rapat dengan karsinoma nasopharynx. Titer

antibodi (imunoglobulin A) terhadap virus ini akan meningkat bagi setiap penderita

karsinoma nasofaring. Maka ia di gunakan sebagai tumor maker.untuk menilai keberkesanan

terapi.Menurut pemerhatian bahawa 80% penderita nasopharynx carsinoma menunjukkan

adanya produk BCL2. Produk ini menyebabkan terjadinya penghalangan proses apoptosis.Ini

menyebabkan perkembangan kanser tersebut. Menurut pemerhatian, memakan ikan asin dan

bahan kimia tertentu dapat memicu terjadinya kanser nasopharynx karsinoma tersebut.

Asal tumor adalah dari epitel sel squamosa pada daerah nasofaring dan tempat

predileksinya pada fossa Rossen Mulleri yang letaknya sangat tersembunyi sehingga sulit

mendiagnosis penyakit ini pada stadium dini, selain juga tanda dan gejalanya yang tidak

khas. Adapun tanda ataupun gejala yang timbul tergantung dimana perluasan tumor. Apabila

perluasannya ke arah atas, penderita akan merasakan diplopia. Apabila perluasannya ke arah

lateral, sebelumnya penderita merasakan adanya lendir dibelakang hidung terus menerus

yang tidak bisa dikeluarkan, rasa penuh ditelinga, telinga berdenging (tinitus), otalgia, adanya

radang pada telinga tengah sampai dengan terjadinya robekan gendang telinga tanpa sebab

yang jelas, dan tidak sembuh dengan pengobatan serta terjadi berulang-ulang. Hal ini karena

adanya tumor pada daerah tenggorok bagian atas (nasofaring) menutupi saluran yang menuju

keliang telinga tengah (oklusi Tuba eustachi).

Bila tumor sudah membesar (stadium lanjut), maka ia dapat meluas kerongga hidung

bagian belakang (koana) dengan keluhan adanya hidung tersumbat ataupun mimisan

bercampur dengan ingus dalam jumlah yang bervariasi . Keluhan pada tenggorok merupakan

gangguan bicara, bernafas dan menelan dapat dijumpai bila tumor sudah membesar karena

mendesak kerongga tenggorok.

17

Page 18: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Sementara keluhan penglihatan dobel, karena tumor sudah meluas kedasar tengkorak

sehingga mengakibatkan kelumpuhan pada syaraf-syaraf otot penggerak bola mata, dan mata

menjadi juling yakni nervus okulomotorius dan abdusen. Adanya gejala neurology pada

syaraf cranial seperti nyeri kepala dan nyeri disekitar wajah juga sering dijumpai pada

penderita kanker tenggorok akibat dari penekanan tumor pada syaraf disekitar kepala yakni

nervus trigeminus, glossofaringeus, vagus, assesorius .

Stadium lanjut, karsinomanya mengalami metastasis ke kelenjar getah bening

bermanifestasi sebagai benjolan yang teraba keras umumnya pada rantai kelenjar limfe

jugularis profunda superior.

b. Karsinoma Tiroid

Etiologi pasti dari Karsinoma Tiroid ini belum dapat dipastikan, karena secara umum

penyebab dari kanker itu sendiri sampai sekarang belum diketahui pasti. Namun terdapat

beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan karsinoma tiroid, yang antara lain ialah

riwayat radiasi, genetik, nodul pada tiroid, struma pada wanita lebih dari 45 tahun dan anak

anak

Karsinoma tiroid jarang ditemukan, yaitu sekitar 3 – 5% dari semua tumor malignant.

Insidennya lebih tinggi dinegara dengan struma endemik, terutama jenis tidak

berdeferensiasi. Karsinoma tiroid didapat pada segala usia dengan puncak pada usia muda

dan usia40-60 tahun

c. Karsinoma Laring

Karsinoma laring merupakan keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau

daerah lainnya di tenggorokan. Karsinoma laring jarang ditemukan pada wanita, rasio antara

laki-laki dan wanita oleh beberapa peneliti disebutkan sebesar 10-15 : 1. Data terakhir rasio

ini memperlihatkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus penderita wanita. Usia

penderita umumnya telah menginjak usia tua antara 45-75 tahun.

Gejala awal yang memaksa penderita datang berobat umumnya karena perubahan

suara serak. Dokter yang memeriksa pertama kali biasanya menghubungkannya dengan

penyakit infeksi tuberkulosa laring. Suara serak menunjukkan adanya gangguan mekanisme

getar pita suara karena adanya penambahan masa laring, kerusakan atau kelumpuhan. Hal ini

dapat terjadi pada semua tingkat usia. Suara serak, akibat penambahan massa dapat terjadi

pada. radang atau trauma yang menyebabkan edema laring. Penambahan massa oleh tumor

disebabkan oleh perubahan struktur histologis secara bertahap. Oleh karena itu akan mudah

dibedakan kelainan suara serak secara akut dan disebabkan karena trauma, radang akut atau

benda asing, sedangkan kelainan yang berlangsung kronis mungkin disebabkan radang kronis

18

Page 19: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

atau tumor. Pada tumor laring suara serak dimulai dengan gejala hilang timbul yang berjalan

progresif dan akhirnya menetap. Biasanya gejala dini berupa suara serak pada pagi hari tanpa

disertai gejala batuk. Bilamana disertai batuk umumnya berupa batuk kering non produktif.

d. Limfoma Maligna

Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak

diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya Epstein-Barr virus yang ditemukan pada

limfoma Burkitt. Adanya peningkatan insidens penderita limfoma pada kelompok penderita

AIDS pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori yang menganggap bahwa penyakit

ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan

limfatik sekunder (seperti kelenjar limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul penyebaran

ke sumsum tulang dan jaringan lain.

IV. Penyebab Lain

Struma

Struma atau Goiter atau gondok adalah suatu keadaan pembesaran kelenjar tiroid

apapun sebabnya. Pembesaran dapat bersifat difus yang berarti bahwa seluruh kelenjar tiroid

membesar, atau nodusa yang berarti bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran

nodusa dapat dibagi lagi menjadi uninodusa, bila hanya terdapat satu nodul dan multinodular

bila terdapat lebih dari satu nodul pada satu obus atau dua lobus.

5. Obat yang dapat diberikan untuk meringankan/mengobati pasien

dengan keluhan benjolan pada leher

Pemilihan obat untuk keluhan pasien didasarkan pada etiologi penyebabnya, serta

keluhan lain yang disampaikan pasien, antara lain:

1. Infeksi

a. Bakteri

i. Amoxicilin

ii. Ciprofloxacin

iii. Levofloxacin

iv. Cefalosporin

v. Cefixime

b. Virus

i. Acyclovir

19

Page 20: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

ii. Gancyclovir

c. Jamur

i. Mikafungin

ii. Nistatin

d. Parasit

i. Spiramisin

2. Gangguan Hormon

a. Levotiroksin

b. Lugol

c. Propiltiourasil

d. Karbimazol

e. Tiamazol

3. Neoplasma

a. Bleomisin

b. Dakarbazin

c. Fluorourasil

d. Dosetaksel

e. Setuksimab

4. Anti Nyeri

a.Narkotik

1. Kodein

2. Morfin

3. Petidin

a.Non-narkotik

1. Asam mefenamat

2. Ibuprofen

3. Ketoprofen

4. Ketorolac

20

Page 21: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

DAFTAR PUSTAKA

American College of Radiology. 2011. ACR Appropriateness Criteria®: neck

mass/adenopathy.

Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar THT Edisi 6. Jakarta: UI Press.

Hall, J. E. 2010. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology: Enhanced E-book.

Elsevier Health Sciences.

Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Pembengkakan

Kelenjar Limfe dan Limpa dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th

ed. Jakarta: EGC; 1999. p. 369-72.

Kemenkes RI. 2013. Formularium Nasional. Kemenkes: Jakarta.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar kompetensi Dokter Indonesia. KKI: Jakarta.

Lymphomainfo. 2015. http://www.lymphomainfo.net/articles/lymphoma/pathophysiology-of-

lymphoma diakses pada tanggal 29 Juni 2015.

Medscape. 2015. http://emedicine.medscape.com/article/120034-overview#a5 diakses pada

tanggal 29 Juni 2015.

Sjamsuhidayat R, de Jong W. Leher dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC;

2011.

Thandar, M. A., & Jonas, N. E. 2004. An approach to the neck mass.Continuing Medical

Education, 22(5).

Wan Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi. Jakarta: UI Press.

21

Page 22: Preskas Benjolan Di Leher (Avamira G99141015)

Tugas THT - Boyolali

BENJOLAN DI LEHER

Disusun Oleh:

Avamira Rosita Pranoto G99141015

Pembimbing:

dr. Anton Christanto, M.kes, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD PANDANARANG

BOYOLALI

2015

22