presentation refrat anastesi rendy aprian priatama dan rani gita ellenora

Click here to load reader

Upload: rendyaprianpriatama

Post on 09-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nn

TRANSCRIPT

Slide 1

Rani Gita Ellenora 10310307Rendy Aprian Priatama10310315Pembimbingdr. H. Nano Sukarno, Sp. ANdr. Teguh Santoso Effendi, Sp. AN-KIC,.M,Kesdr. Andika Chandra Putri, Sp. AN

KEPANITERAAN KLINIK SENIORFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI DAERAHLAMPUNGBAGIAN/SMF ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI RSUD DR. SOEKARDJO TASIKMALAYA TAHUN 2015

REFERAT ONE DAY SURGERY

Latar BelakangOne Day Surgery atau ambulatory surgery merupakan salah satu bentuk proses pelayanan berupa tindakan bedah / operasi terhadap kasus tertentu tanpa memerlukan rawat inap di rumah sakit, sehinggga dapat mengurangi biaya yang harus dibayar oleh pemakai jasa pelayanan ODS tersebut.

Ambulatory anesthesia (outpatient anesthesia) telah terbukti aman, praktis, biaya murah dan dapat dilakukan di berbagai fasilitas termasuk rumah sakit, freestanding surgery center dan kantor ahli bedah. Anastesi akan dilakukan dan diawasi oleh seorang ahli anestesiologi. Saat ini diperkirakan 20-40% dari seluruh pembedahan dapat secara ambulatoryTujuan Penulis dan Manfaat

Adapun tujuan referat ini diantaranya adalah untuk memberikan gambaran ringkas mengenai One Day Surgery.

Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta pembaca mengenai One Day Surgery. Selain itu, referat ini juga akan dijadikan untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK Malahayati di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.

Tinjauan pustakaAmbulatory anesthesia adalah pelayanan anestesia untuk pembedahan, yang secara medis diduga tidak akan memerlukan perawatan menginap pascabedah. Dalam bahasa Indonesia, ambulatory anesthesia disamakan dengan pengertian anastesi tanpa rawat inap atau pasien ODC (One-day Care). Keuntungan Ambulatory Anesthesia

1. Biaya lebih murah.2. Kemudahan menjadwalkan pembedahan. Pasien dapat memilih jam yang sesuai, terutama untuk anak dan lanjut usia. 3. Tidak tergantung kapasitas rumah sakit, tidak usah menunggu kamar kosong di rumah sakit.4. Berkurangnya insidens medication errors. 5. Menjaga privasi pasien. 6. Pasien lebih cepat kembali ke lingkungan rumah terutama untuk pasien anak dan usia lanjutSyarat Obat Ambulatory Anesthesia

1. Induksi cepat dan lancar.2. Analgesia dan anestesia cukup baik.3. Cukup dalam untuk pembedahan.4. Masa pulih sadar cepat.5. Komplikasi anestesia pasca bedah minimal(mual, muntah, nyeri kepala, hipoksia).

Syarat Bedah Ambulator Anesthesia Kriteria Pasien Sehat termasuk status fisik ASA 1 atau ASA 2 dengan penyakit atau kelainan sistemik yang terkendali. Tidak ada riwayat pascabedah atau anestesia yang kurang baik, misalnya mual atau muntah yang lama atau nyeri pasca bedah yang sulit ditanggulangi dengan anelgetika peroral. Walaupun umur tidak merupakan faktor seleksi mutlak tetapi pasien dewasa muda dan anak (kecuali bayi prematur di bawah 6 bulan) lebih dapat diterima. Pasien mengerti dan memahami instruksi prabedah dan pascabedah atau anestesiaKriteria PembedahanPembedahan yang dapat dilakukan secara ambulatory harus memenuhi kriteria: Lama pembedahan tidak melebihi 60 menit. Pembedahan yang terlalu lama akanmenimbulkan efek akumulasi anestetik sehingga masa pulih sadar pasien jugaberlangsung lama. Pembedahan superfi sial, bukan tindakan bedah di dalam kranium, toraks, atauabdomen (kecuali laparoskopi). Tidak memerlukan pelemas otot yang sempurna. Tidak banyak menimbulkan perubahan fisiologis. Diduga tidak menyebabkan banyak perdarahan. Kemungkinan komplikasi pascabedah rendah sekaliMacam Tindakan Bedah Ambulatory Anesthesia

Pembedahan yang sering dijadwalkan untuk dilakukan secara ambulatory adalah bedah minor dan berlangsung kurang dari 60 menit. Contoh pembedahan:1. Mata,bedah katarak, eksisi khalazion, reparasi ptosis, koreksi strabismus, pemeriksaan mata yang memerlukan anestesi, sumbatan duktus nasolakrimalis.2. THT: tonsilektomi, adenoidektomi, antrostomi, mikrolaringoskopi, miringotomi, polipektomi, 3. Bedah umum: biopsi, ekstirpasi tumor superfisial, mammoplasti.hemoroidektomi, herniorafi , insisi dan drainase abses4. Kebidanan: biopsi, dilatasi dan kuretase, laparoskopi.5. Ortopedi: reposisi tertutup, eksotektomi, ganglionektomi, bedah minor di lengan dan kaki, dekompresi tunnel karpal.6. Urologi: sirkumsisi, sistokopi, vasektomi.7. Plastik: prosedur kosmetika: pengangkatan keloid, blefaroplasti, otoplasti.Tata Laksana

Keberhasilan pembedahan ambulatory anesthesia tergantung pada seleksi pasien, jenis pembedahan dan teknik anestesia yang tepat. Persiapan prabedah harus sama seperti pada pasien rawat inap karena risiko anestesinya juga sama. Persiapan dilakukan 1-2 hari sebelum hari pembedahan, untuk mengetahui:1. Keadaan umum pasien.Harus sebaik atau seoptimal mungkin untuk mengurangi komplikasi. Dapat diketahui dari aktivitas sehari-sehari pasien (kuat berjalan, berlari, olahraga). Pemeriksaan laboratorium darah dan urin rutin; jika meragukan, dilakukan pemeriksan khusus lain seperti foto toraks, EKG, dan lain-lain.2. Kondisi sistem pernapasan.Riwayat penyakit bronkhitis kronik, asma bronkhial, sesak napas, kebiasaan merokok.3. Kondisi sistem kardiovaskuler.Riwayat infark miokard akut, dekompensasi kordis, hipertensi berat. Riwayat infark miokard 6 bulan sebelumnya dianggap stabil.4. Penyakit ginjal, hepar, dan kelainan endokrin (diabetes melitus), kalau perludiperiksa lebih lanjut.5. Obat-obat yang sedang diminum, antara lain obat anti hipertensi, MAO inhibitor, insulin, antibiotik tertentu, kortikosteroid.6

Persiapan pra-bedah

a. Wawancara, meliputi: Penyakit yang diderita. Pembedahan atau anestesi yang pernah dialami. Pengobatan selama ini. Alergi.b. Pemeriksaan fisik, meliputi: sistem kardiovaskular sistem pernapasan sistem organ laind. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Urine rutin, Hb, leukosit, eritrosit, trombosit; syarat Hb 10 g%. Pada kasus yang secara klinis sehat, pemeriksaan laboratorium ini tidak mutlak. Pada pasien yang mempunyai penyakit ringan (ASA II) atau tersangka mengidap penyakit atau usia lebih dari 40 tahun, dimintakan pemeriksaan laboratorium lengkap (urea, N, kreatinin, gula darah).e. Pemeriksaan foto toraks dan EKG, terutama untuk penderita usia >40 tahun.f. Pemeriksaan lain yang diperlukan.Premedikasi

Pada umumnya tidak diberikan premedikasi, kecuali pasien terlalu gelisah atau sulit dikendalikan. Obat-obat premedikasi selain harus memenuhi tujuan premedikasi juga harus bersifat short acting dan diberikan dalam dosis rendah.untuk anak-anak dapat diberi diazepam 0,1mg/kg BB per oral. Untuk antimuntah, diberi droperidol 0,25-1,5 mg IV (50-75 g/kgBB IV) sebagai premedikasiRanitidin, metoklopramid atau natrium sitrat dapat digunakan sebagai profilaksis aspirasi. Ranitidin dikatakan lebih poten dan spesifik mengurangi produksi asam lambung dan menurunkan volume gaster. Metoklopramid meningkatkan tonus sfingter esofagus bagian bawah yang akan memfasilitasi pengosongan gaster.5

Teknik Anestesi

Teknik anestesi untuk pasien ambulatory harus memenuhi kriteria:a. Induksi cepat, lancar dan menyenangkan.b. Pemeliharaan anestesi cukup sempurna,aman dan menyenangkan bagi pasien dan pembedah.c. Bebas dari rasa sakit, takut, dan pemulihannya cepat tanpa komplikasi (mual,muntah, vertigo, dan lain-lain).d. Tonus simpatis/refleks protektif cepat kembali.Dapat dipilih:1. Teknik anestesia lokal (topikal, infiltrasi,f eld block). Paling aman, sederhana dan dapat dilakukan oleh ahli bedah. Penderita harus kooperatif.2. Anestesi regional (spinal atau epidural) Terbatas pada beberapa kasus saja (sangat selektif ). Tidak disenangi oleh pasien muda. Kesulitan yang timbul:a. Adanya blok simpatis sampai saat-saat pemulihan (bahaya hipotensi).b. Efek samping nyeri kepala sering terjadi.

3. Anestesi umumPada dasarnya tidak berbeda dengan anestesia pada pembedahan-pembedahan elektif. Bedanya hanya menghindari obat yang menyebabkan masa pulih sadar lama.Induksi propofol 2-2,5 mg/kgBB i.v lebih digemari dibandingkan tiopental 3-7 mg/ kgBB IV karena efek samping propofol minimal dan pulih sadarnya cepat. Nyeri suntikan propofol IV dapat dikurangi atau dihilangkan dengan memberikan lidokain 10-20 mg IV sebelumnya. Pada bayi dan anak induksi pilihan ialah halotan atau sevofluran.Rumatan dapat menggunakan inhalasi halotan, enfluran, isofluran, desfluran atau sevofluran. Rumatan anestesia intravena hanya menggunakan propofol 4-12 mg/kgBB/jam dengan bantuan opioid fentanil 1g/kgBB.Sungkup laring sering digunakan mengingat pemasangannya tidak memerlukan pelumpuh otot, asalkan puasa pasien cukup lama. Penggunaan pelumpuh otot, jika perlu pilihannya adalah golongan nondepolarisasi kerja singkat misalnya mivakurium atau rekuronium.Adanya sungkup laring, mengurangi penggunaan pelumpuh otot dan pipa trakea.Pada penggunaan pelumpuh otot, usahakan tanpa menggunakan penawar neostigmin pada akhir operasi yang kadang-kadang menyebabkan nyeri otot.

Pemantauan

Selama anestesia berlangsung harus selaludiawasi:1. Pernapasan: tanda-tanda sumbatan jalan napas: napas berbunyi, retraksi ototdada, napas paradoksal. Tanda-tanda depresi pernapasan: napas dangkal sekali.2. Kardiovaskuler: hipertensi, hipotensi, syok, aritmia, bradikardia, takikardia, tanda-tanda henti jantung.3. Warna: sianosis atau pucat4. Suhu: hipotermia, hipertermia. Hal-hal tersebut harus segera diatasiRuang Pulih Sadar (RPS)Sarana ruang pulih sadar diperlukan bila jumlah pembedahan ambulatory banyak dan rutin. Perlengkapan ruang pulih sadar untuk bedah ambulatory sama dengan yang untuk bedah elektif, seperti O2, alat pengisap, obat-obat, alat-alat untuk keadaan darurat dan perawat terlatih untuk resusitasi jantung paru. Pasien dapat dikeluarkan dari ruang pulih bila: sadar penuh, kooperatif, tanda tanda vital baik, refleks proteksi baik dan komplikasi-komplikasi lain tidak ada, tidak ada perdarahan ulang, rasa sakit hebat, mual dan muntah Khusus untuk pasien dengan pipa endotrakea saat anestesia perlu diawasi minimal 2 jam, karena risiko edema laringKomplikasi Pascabedah

Ambulatory anesthesia tidak lepas dari komplikasi meskipun tidak berat misalnya nyeri kepala, mual, muntah-muntah nyeri pada otot, nyeri tenggorok, batuk-batuk, kurang konsentrasi.Kategori Komplikasi: Ringan: bila berlangsung 1-2 hari. Sedang: bila berlangsung 2-5 hari. Berat: bila berlangsung lebih dari 5 hariPenatalaksanaan komplikasiKomplikasi ringan biasanya tidak memerlukan tindakanRasa nyeri otot dapat dicegah dengan prekurarisasi sebelum pemberian suksinilkolin. Bila ada nyeri otot, dapat diberikan parasetamol atau analgetik oral lain.9Pascasirkumsisi dapat diberikan bupivakain 0,25% tanpa adrenalin 1 cm dari garis tengah (kanan dan kiri) di bawah fasia Buck. Dengan cara ini akan didapatkan analgesia selama 6 jam.9pada masa praanestesia pasien ambulatory mempunyai isi lambung yang lebih banyak dengan pH yang lebih rendah, dibandingkan dengan pasien yang dirawat tinggal. Karena itu, dianjurkan pemberian antasida praanestesia untuk mencegah aspirasi isi lambung.9Nyeri terlalu hebat, perdarahan, muntah berlebihan dan keadaan lain yang tidak dapat diatasi sendiri di rumah harus diatasi di rumah sakit; harus ada perjanjian dengan unit rawat tinggal untuk merawat pasien dengan penyulit berat. Rawat Inap Pasca-AmbulatoryDalam 30 hari pascapembedahan ambulatory, didapatkan 1,3% pasien kembali ke rumah sakit yang sama, 54% kembali ke unit gawat darurat, dan 46% menjalani perawatan kembali di rawat inap maupun ambulatory

Diperkirakan seperempat pasien yang terpaksa menjalani rawat inap pascapembedahan ambulatory berhubungan dengan teknik anestesiKriteria Pemulangan

Orientasi tempat, waktu, dan orang sudah baik Tanda-tanda vital telah stabil dalam 30-60 menit Mampu bergerak tanpa dibantu Mampu diberi cairan oral (tanpa muntah) Tidak ada nyeri dan perdarahan Pasien dengan induksi ketamin, baru boleh pulang setelah 4 jam. Sedangkan pasien dengan propofol atau pentotal, sudah boleh pulang dalam 2 jam. 10 Pasien yang mendapat anestesi spinal atau epidural hanya dapat dipulangkan jika fungsimotorik, sensorik dan simpatis kembali seperti sedia kala serta mampu mengosongkan kandung kemih, artinya blok telah hilang secara komplitKESIMPULANSecara medis pasien yang dioperasi dan dianestesi ambulatory, tidak memerlukan rawat inap pascabedah. Risiko ambulatory anestesia sama besarnya dengan anestesia pasien rawat inapTindakan bedah pada ambulatory anesthesia umumnya tergolong bedah minor, superfisial, tidak sulit dan cepat selesai. Risiko anestesia pada bedah mayor juga mungkin terjadi pada bedah ambulatory anesthesia. Yang diharapkan pada kasus ambulatory adalah masa pulih sadar yang cepat, tanpa penyulit berat, selama atau pascabedah sehingga pasien dapat dipulangkan pada hari yang sama.Harus dipilih obat serta teknik anestesia agar pasien dapat cepat pulih sadar kembali tanpa efek samping seperti mual, muntah, atau pusingTERIMAKASIH