repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/rendy...

159
ANALISIS TRANSAKSI LAHAN PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (S.P.) Disusun oleh: Rendy Setiawan NIM : 1110092000019 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H

Upload: dangkhanh

Post on 27-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

ANALISIS TRANSAKSI LAHAN PERTANIAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PENDAPATAN PETANI

(Studi Kasus: Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian (S.P.)

Disusun oleh:

Rendy Setiawan

NIM : 1110092000019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/ 1436 H

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

ANALISIS TRANSAKSI LAHAN PERTANIAN DAN

DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi,

Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

Rendy Setiawan

NIM: 1110092000019

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian (S.P) pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

ANALISIS TRANSAKSI LAHAN PERTANIAN DAN

DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi,

Propinsi Jawa Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian (S.P)

Oleh :

RENDY SETIAWAN

NIM : 1110092000019

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Transaksi Lahan Pertanian dan Dampaknya

Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan,

Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)”, yang ditulis oleh Rendy Setiawan. NIM

1110092000019, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, pada hari Rabu, tanggal 16 September 2015. Skripsi Ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program

Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, September 2015

Rendy Setiawan

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Rendy Setiawan

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 Maret 1992

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat lengkap : Taman Wisma Asri Jalan Salak 3, Blok A5.

No. 2, RT 02 RW 013 Kelurahan Teluk

Pucung Kecamatan Bekasi Utara

No. Handphone : 081545714911

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN

1996 – 1998 : TK Al-Manaar Bekasi

1998 - 2004 : SDN Harapan Baru 3 Bekasi

2004 - 2007 : SMP Negeri 3 Bekasi

2007 – 2010 : SMA Mutiara 17 Agustus Bekasi

2010 – 2015 : Program Sarjana (S-1) Agribisnis,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (UIN) Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2004-2006 : Anggota Palang Merah Remaja SMPN 3

2007-2009 : Anggota OSIS Divisi Kesenian dan

Olahraga SMA Mutiara 17 Agustus

2013 : Ketua Anggota KKN “Raja Muda”

PENGALAMAN KERJA

2013 : Magang di PT. Godong Ijo

2013 : Magang di PT. Daya Agro Mitra Mandiri

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

i

RINGKASAN

Rendy Setiawan. Analisis Transaksi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap

Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten

Bekasi, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan Iskandar Andi Nuhung dan

Rahmi Purnomowati

Dalam Periode 2008-2012 Konversi Lahan di Kabupaten Bekasi

mengurangi penggunaan lahan basah mencapai 2.108 ha. Penggunaan lahan basah

yang berkurang diiringi dengan peningkatan penggunaan lahan kering mencapai

2.108 ha, penggunaan lahan basah biasa digunakan untuk persawahan, kebun,

ladang, tegalan, dll. Sedangkan lahan kering biasa digunakan untuk perumahan,

bangunan, industri dan fasilitas umum lainnya. Desa Buni Bakti adalah salah satu

dari 9 Desa yang ada pada Kecamatan Babelan yang merupakan 1 dari 23

Kecamatan di Kabupaten Bekasi. Berkurangnya lahan persawahan di desa ini pun

terjadi, pada tahun 2012-2013 luas panen menurun mencapai 217 ha, produksi

padi sawah menurun 2.498 ton serta. Penurunan ini disebabkan konversi lahan

pertanian yang diawali dari transaksi lahan oleh para petani kepada pembeli lahan

di daerah tersebut. Pembangunan pertambangan dan industri di Desa Buni Bakti

mendorong berubahnya penggunaan lahan disana, terdapat PT. Pertamina, PT.

Tesco dan PT. Cikarang Listrindo yang aktif di daerah tersebut. Lahan yang

awalnya dimiliki oleh petani setempat, mereka lepas kepada pembeli ataupun

pengembang dengan beberapa alasan terutama karena ekonomi. Kuatnya

dorongan dan desakan dari dalam maupun luar diri petani membuat mereka tidak

kuasa untuk melepas lahan mereka.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi petani dalam menjual lahan mereka. Faktor-faktor yang

diteliti adalah faktor internal dari dalam diri petani. Pengambilan data dilakukan

pada bulan Januari-April 2015 di Desa Buni Bakti, data terdiri dari dua jenis yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan kuisioner yang

ditujukan kepada petani/warga setempat yang menjual lahan mereka. Sedangkan

data sekunder diambil dari data Badan Pusat Statistik, BP3K, dan kantor desa

setempat.

Hasil dari model regresi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh

nayata terhadap motivasi petani dalam menjual lahan di Desa Buni Bakti adalah

umur, harga tanah, luas lahan dan jumlah tanggungan keluarga, sementara lama

pendidikan tidak berpengaruh nyata. Transaksi lahan di Desa Buni Bakti ini

banyak diperantarai oleh calo tanah. Pemakain lahan oleh pembeli banyak

digunakan untuk investasi dan dijual kembali, karena banyak spekulan tanah yang

memang ingin mengambil keuntungan ketika mereka menjual kembali lahan

tersebut mengingat harga tanah meningkat di tiap tahunnya. Beberapa petani

menjual lahan mereka kepada perusahaan yang aktif di daerah tersebut. Dampak

dari transaksi lahan yang dilakukan oleh petani di desa tersebut terhadap

pendapatan mereka ada yang berdampak negatif dan ada yang positif. Sedangkan

terhadap mata pencaharian mereka beberapa petani ada yang tetap menjadi petani

garap dengan menggarap lahan pemilik tanah dengan sistem sewa, beberapa dari

mereka ada yang membuka usaha seperti warung, toko ataupun berdagang namun

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

ii

tidak meninggalkan pekerjaan sebagai petani. Terdapat juga yang meninggalkan

pekerjaan sebagai petani sepenuhnya dan beralih kepada kegiatan

wirausaha/bisnis, dan beberapa dari mereka yang meninggalkan pekerjaan mereka

sebagai petani untuk bekerja sebagai sekuriti, guru maupun karyawan.

Dampak lain dari penjualan lahan ini adalah rusaknya lingkungan desa

sekitar karena pembangunan industri dan juga lahan yang terbengkalai karena

tidak digunakan untuk bertani. Karena perluasan kegiatan industri, kelestarian

peninggalan sejarah Situs Buni pun terancam eksistensinya.

Kata kunci: Transaksi, Lahan Pertanian, Pendapatan Petani, Konversi Lahan.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat,

karunia dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis

Transaksi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi

Kasus Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa

Barat)” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan

sahabatnya yang telah membawa umat manusia ke jalan kebaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya, terselesaikan skripsi ini

bukan merupakan kerja keras sendiri namun berkat bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang mendalam atas dukungan dan partisipasi yang telah diberikan. Ucapan

terima kasih, penulis berikan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta H. Johnny Sabaruddin, B.Sc dan Hj. Erni Rositha

yang tidak pernah lelah memberikan dorongan, masukan, nasihat, semangat

serta bantuan moril maupun materi sehingga penulis dilancarkan dalam

penulisan skripsi.

2. Abang ku Chandra Riyadhi, yang selalu membantu baik tenaga maupun

pikiran dan menjadi tempat sharing bagi penulis agar menjadi lebih baik lagi.

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

iv

3. Tante ku Novita Hiramoto, yang membantu dalam hal masukan, saran,

materi, dan selalu memberi semangat untuk penulis dalam menyelesaikan

studi ini. Arigatou Gozaimasu Oba-chan.

4. Bapak Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

5. Bapak Dr. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis,

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta jajarannya.

6. Bapak Dr. Iskandar Andi Nuhung, MS dan Ibu Rahmi Purnomowati, SP,

M.Si selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan masukan,

bimbingan, serta meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.

7. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan Drs. Acep Muhib, MM selaku dosen

penguji I dan II yang telah meluangkan waktu untuk penulis dan menjadi

penguji yang baik serta bijaksana.

8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis yang telah mengajarkan

penulis ilmu-ilmu yang bermanfaat terkait agribisnis. Semoga ilmu yang

diberikan dapat penulis gunakan dan aplikasikan dengan baik ke depannya.

9. Bapak Dayatulloh dan Bapak Muhdi Sastra selaku Kepala Desa Buni Bakti

dan Sekretaris Desa Buni Bakti yang telah mengizinkan serta membantu

penulis melakukan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Putut dan Bapak Romelih selaku pagawai Dinas Pertanian Kabupaten

Bekasi dan Anggota penyuluh pertanian Desa Buni Bakti yang telah rela

meluangkan waktu serta membantu penulis melakukan penelitian guna

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

v

menyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk Bapak Romelih, terima kasih pak

sudah ajak saya jalan-jalan ke pelosok Bekasi yang belum saya jamah.

11. Sahabat seperjuangan Rumindo Warrior: Radit, Adhitia, Rian, Andhika yang

selalu menjadi saudaraku telah mendukung, memberi masukan, saling berbagi

dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, sebagai

teman makan sepermainan Dot-A dan teman berbisnis Domu Brownies.

Masa-masa indah itu takkan kulupakan sampai kapanpun, stick together guys!

12. Teman-teman Agribisnis 2010 : Eel, Adam, Shano, Iqbal, Bagus Tole, Devi,

Adha, Malisa, Uwi, Tisa, Gega, Desi, Udinesse, Doeng, Uda „Mertua Edan‟,

Alam, Ihsan, Elly dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

13. Kekasih, Diah Anugraheni S.E. yang selalu berada di samping penulis selama

dua tahun ini memberikan semangat, segenap cinta dan kekuatan untuk bisa

menyelesaikan sripsi ini, makasih ya yaangee for everything, loveya :*

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangannya.

Oleh sebab itu , penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis mengharapkan

penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, Aamiin aamiin Ya Rabbal Alamiin,

Wassalamualaikum, Wr, Wb.

Jakarta, September 2015

Rendy Setiawan

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN........................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. iii

DAFTAR ISI………………………………………………..................... vi

DAFTAR TABEL………………………………………….................... x

DAFTAR GAMBAR………………………………………................... xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………................... xii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian............................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan.................................................................................. 10

2.1.1 Penguasaan Lahan..................................................... 14

2.1.2 Landreform (Perombakan Tanah)............................. 16

2.1.3 Land Rent (Sewa Tanah)........................................... 18

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Tanah......................................................................... 21

2.1.5 Harga Lahan.............................................................. 23

2.1.6 Produktifitas Lahan................................................... 24

2.2 Konsep Petani .................................................................... 26

2.2.1 Pendapatan Rumah Tangga Petani............................ 32

2.2.2 Motivasi Sosial Ekonomi........................................... 33

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

vii

2.3 Pendekatan Pembangunan.................................................. 37

2.4 Konversi Lahan.................................................................. 38

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Pertanian............................................................................ 43

2.5.1 Faktor Determinan Konversi Lahan......................... 43

2.5.2 Faktor Makro Konversi Lahan................................. 45

2.5.3 Faktor Mikro Konversi Lahan.................................. 46

2.6 Dampak dari Konversi Lahan Pertanian.......................... 48

2.7 Penelitian Terdahulu......................................................... 50

2.8 Kerangka Pemikiran.......................................................... 52

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 55

3.2 Jenis dan Sumber Data...................................................... 55

3.3 Teknik Pengambilan Data................................................. 56

3.4 Populasi dan Sampel.......................................................... 57

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data.............................. 57

3.6 Hipotesis............................................................................. 58

3.6.1 Uji Hipotesis.............................................................. 59

3.6.1.1 Uji Koefisien Determinasi

(R-squared)................................................. 59

3.6.1.2 Uji F............................................................ 60

3.6.1.3 Uji t............................................................. 61

3.6.2 Uji Asumsi Klasik..................................................... 62

3.6.2.1 Uji Normalitas............................................ 62

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

viii

3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas.............................. 63

3.6.2.3 Uji Multikolinearitas.................................. 64

3.7 Definisi Operasional.......................................................... 65

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kabupaten Bekasi............................................................... 67

4.1.1 Sejarah Kabupaten Bekasi......................................... 68

4.2 Kecamatan Babelan............................................................ 70

4.2.1 Sejarah Kecamatan Babelan...................................... 71

4.3 Desa Buni Bakti................................................................. 72

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Pertanian dan Lingkungan di

Desa Buni Bakti................................................................. 74

5.2 Konversi Lahan di Desa Buni Bakti.................................. 76

5.3 Karakteristik Responden................................................... 78

5.4 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Transaksi Lahan

Petanian di Desa Buni Bakti.............................................. 82

5.5 Uji Hipotesis...................................................................... 92

5.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)................................ 92

5.5.2 Uji F......................................................................... 93

5.5.3 Uji t.......................................................................... 94

5.6 Uji Asumsi Klasik............................................................. 102

5.6.1 Uji Normalitas.......................................................... 102

5.6.2 Uji Heteroskedastisitas............................................ 103

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

ix

5.6.3 Uji Multikolinearitas................................................ 104

5.7 Dampak dan Implikasi Transaksi Lahan........................... 106

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan......................................................................... 113

6.2 Saran................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 116

LAMPIRAN............................................................................................. 120

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tabel Penilaian Variabel Kualitatif..................................................... 66

2. Tabel Karakteristik Responden........................................................... 78

3. Tabel Jenis Pekerjaan Responden....................................................... 80

4. Tabel Usia Responden........................................................................ 81

5. Tabel Tingkat Pendidikan Responden................................................ 82

6. Tabel Motivasi Responden Menjual Lahan........................................ 83

7. Tabel Tingkat Penyesalan Responden dalam Menjual Lahan............. 84

8. Tabel Harga Jual Lahan Responden.................................................... 85

9. Tabel Pihak Pembeli Lahan Menurut Responden......................... ...... 86

10. Tabel Mediator Pembeli Lahan Responden....................................... 87

11. Tabel Tahun Penjualan Lahan Responden......................................... 88

12. Tabel Luas Lahan yang Dijual Responden........................................ 89

13. Tabel Penggunaan Lahan Oleh Pembeli............................................ 90

14. Tabel Pendapatan Keluarga Rumah Tangga Responden per Bulan.. 90

15. Tabel Penggunaan Hasil Penjualan Lahan oleh Responden............. 91

16. Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi............................................. 93

17. Tabel Hasil Uji F (ANOVA)............................................................ 94

18. Tabel Hasil Uji Statistik t............................................................. .... 95

19. Tabel Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).................................... 103

20. Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................. .... 104

21. Tabel Hasil Uji Multikolinearitas..................................................... 105

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Gambar Kurva Permintaan dan Penawaran Lahan............................... 20

2. Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian............................................... 54

3. Gambar Perubahan Mata Pencaharian Responden............................... 108

4. Gambar Perubahan Pendapatan Responden......................................... 110

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi Peneliti............................................................................. 121

2. Tabel Luas Lahan Basah dan Lahan Kering Kabupaten Bekasi

Tahun 2008 – 2012................................................................................ 123

3. Tabel Luas Lahan Pekarangan dan Bangunan di Kabupaten Bekasi

Tahun 2008 – 2012................................................................................ 123

4. Tabel Distribusi Petani Lahan Sawah di BP3K Kecamatan Babelan

Tahun 2013............................................................................................. 124

5. Tabel Data Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Kelompok Tani

Tahun 2013............................................................................................ 124

6. Tabel Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan

Padi Sawah Kecamatan Babelan Tahun 2012 – 2013........................... 125

7. Tabel Peraturan Pemerintah yang Terkait dengan Upaya Pengendalian

Konversi Lahan Sawah.......................................................................... 125

8. Tabel Rata-Rata Pendapatan Setelah Pajak per Kapita Menurut

Golongan Rumah Tangga (ribu rupiah) Tahun 2000, 2005, 2008......... 126

9. Tabel Mata Pencaharian Responden Sebelum dan Sesudah

Menjual Lahan...................................................................................... 127

10. Tabel Perbandingan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah

Menjual Lahan....................................................................................... 129

11. Tabel Hasil Analisis Regresi................................................................ 131

12. Kuisioner Penelitian.............................................................................. 135

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi penduduk

membuat permintaan akan komoditas pangan akan semakin meningkat dari tahun

ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional pemerintah harus bekerja

keras dalam menyediakan komoditas-komoditas pangan dipasaran, salah satunya

adalah beras yang merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Makanan

pokok negara Indonesia adalah beras yang dihasilkan dari padi, tradisi ini sudah

berjalan sejak dahulu kala. Kekayaan alam yang melimpah dengan letak geografis

yang sangat strategis dan baik untuk bercocok tanam membuat Indonesia

memiliki hasil pertanian yang beragam dan tanaman pangan yang bermacam-

macam seperti; singkong, ketela, umbi-umbian, talas, jagung, sagu, dll. Tetapi

nasi tetaplah menjadi makanan pokok penduduk Indonesia. ini terlihat dari rata-

rata konsumsi kalori (kkal) per kapita sehari menurut kelompok makanan

penduduk Indonesia yang menempatkan padi-padian sebagai komoditi yang

paling banyak di konsumsi oleh masyarakat Indonesia membawahi umbi-umbian,

ikan, daging, telur dan susu dan lain-lain (Badan Pusat Statistik, 2013).

Komoditas padi-padian menjadi ujung tombak konsumsi nasional dan

permintaan pemenuhan konsumsi beras akan meningkat tiap tahunnya seiring

dengan pertumbuhan penduduk. Apabila pemerintah tidak bisa memenuhi

kebutuhan pangan pokok dalam negeri hal ini akan mengancam ketahanan pangan

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

2

dan sudah pasti Indonesia akan impor dari negara lain. Oleh karena itu pemerintah

harus menjaga daerah-daerah utama penghasil padi agar dapat memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Menurut Soekartawi (2002), ada beberapa tantangan

sektor pertanian di dalam negeri, salah satunya yaitu transformasi perekonomian

di Indonesia yang berjalan begitu cepat. Peran serta pertanian terhadap PDB

semakin menurun karena lahan yang berubah fungsi ke industri dan perumahan.

Hal tersebut mengakibatkan berubahnya „pedesaan‟ menjadi „perkotaan‟

menjadikan urbanisasi semakin berkembang yang mengakibatkan kurangnya

tenaga kerja di sektor pertanian di pedesaan (Soekartawi, 2002).

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah penghasil komoditas

beras yang diunggulkan di Provinsi Jawa Barat dalam rangka untuk memenuhi

kebutuhan pangan daerah. Penggunaan tanah di kabupaten ini dibagi menjadi 2

penggunaan tanah yaitu penggunaan untuk tanah kering dan penggunaan untuk

tanah basah yang biasa digunakan untuk lahan persawahan. Dari tahun 2008 s/d

2012 perbandingan penggunaan tanah basah dan kering di Kabupaten Bekasi

terlihat berubah tiap tahunnya. Penggunaan tanah kering cenderung meningkat

sedangkan penggunaan tanah basah cenderung menurun. Pada rentang waktu 4

tahun penggunaan tanah basah mengalami penurunan sekitar 2.108 ha dan pada

tanah kering mengalami peningkatan sebesar 2.108 ha. (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bekasi, 2013).

Untuk menghasilkan komoditas pangan dibutuhkan lahan yang

memadai sebagai tempat bercocok tanam oleh para pelaku usaha pertanian.

Menurut Jayadinata (1999) lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

3

dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga untuk

dapat diusahakan. Kebutuhan akan lahan akan terus meningkat di tiap tahunnya

mengingat pertumbuhan populasi di Indonesia bertambah setiap tahun. Dalam

rangka memenuhi kebutuhan pangan ini pemerintah akan menghadapi persoalan-

persoalan yang terbilang sangat pelik, salah satunya adalah konversi lahan/alih

fungsi lahan persawahan yang banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab. Hal ini dikarenakan aktivitas pembangunan dalam berbagai

bidang meningkat sehingga permintaan akan lahan ikut meningkat. Permintaan

akan lahan terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya terbatas.

Hal inilah yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non-pertanian

dan mengancam ketersediaan lahan untuk kegiatan bercocok tanam.

Pada Kabupaten Bekasi keadaan luas penggunaan lahan sawah

mengalami penurunan di beberapa kecamatan. Terdapat 23 kecamatan yang

dimana semua kecamatan memiliki lahan persawahan yang bervariasi luasnya,

Kecamatan Pebayuran adalah kecamatan yang memiliki luas lahan sawah terbesar

dan Kecamatan Tambun Selatan adalah kecamatan yang paling kecil luas lahan

persawahannya (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, 2013). Penurunan

penggunaan lahan sawah terjadi di beberapa kecamatan termasuk Kecamatan

Babelan, penurunan ini diperkirakan adanya alih fungsi lahan persawahan menjadi

lahan non persawahan. Penyusutan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi beralih

fungsi menjadi perumahan dan kawasan industri. Di beberapa kecamatan

penghasil padi terbanyak yang semestinya menjadi kawasan beras nasional

menyusul Kabupaten Bekasi merupakan daerah pertanian yang mampu

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

4

menyumbang kebutuhan beras nasional dalam rangka program ketahanan pangan.

Penyusutan lahan sudah terjadi sejak tahun 2003 dimana para pemilik tanah

mengkavlingkan tanah sawah dan dijual kepada pengembang perumahan.

Akibatnya, di atas lahan itu berdiri kawasan industri maupun perumahan yang

dibangun investor lokal dan asing. Pemerintah sulit melakukan upaya pencegahan,

sebab tanah tersebut adalah milik warga, semua keputusan ada di tangan mereka,

mau menjual atau mempertahankannya.

Kecamatan Babelan adalah salah satu wilayah yang diandalkan di

Kabupaten Bekasi untuk memproduksi beras. Kecamatan Babelan memiliki luas

63,36 km2 dan memiliki 9 kelurahan/desa. Mempunyai luas baku lahan sawah

3.105 ha sebesar 48,82 % dari total luas wilayah sebesar 6.360 ha (Badan Pusat

Statistik Kabupaten Bekasi, 2013). Hal ini menempatkan Kecamatan Babelan

berada di peringkat 5 kecamatan dengan luas lahan sawah terbesar di Kabupaten

Bekasi. Pada kenyataannya luas lahan di kecamatan ini terus berkurang di setiap

tahunnya, ini dikarenakan pembangunan perumahan, industry dan kegiatan

investasi yang sangat gencar terjadi di daerah ini. Kecamatan Babelan berada

dekat dengan perkotaan, daerah ini berbatasan dengan Kota Bekasi yang saat ini

sudah menjadi kota metropolitan karena pembangunannya yang maju. Oleh

karena itu lahan pertanian disini terus berkurang eksistensinya, disebabkan oleh

pembangunan non pertanian yang semakin lama semakin tinggi.

Terdapat 2 kelurahan dan 7 desa di Kecamatan Babelan yaitu;

Kelurahan Bahagia, Kelurahan Kebalen, Desa Babelan Kota, Desa Kedung

Pengawas, Desa Kedung Jaya, Desa Buni Bakti, Desa Muara Bakti, Desa Pantai

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

5

Hurip, dan Desa Hurip Jaya. Dari ke 2 kelurahan dan 7 desa tersebut semua

memiliki lahan pertanian yang beragam luas nya, desa yang memiliki lahan

pertanian terluas adalah Desa Kedungjaya, dengan luas sekitar 640 ha dan yang

terkecil adalah Kelurahan Kebalen sekitar 15 ha (BP3K Kecamatan Babelan,

2014). Pada kenyataannya lahan pertanian di setiap desa selalu berkurang tiap

tahunnya, karena pembangunan non pertanian. (Riyadhi. Staff Pengendalian OPT

BP3K Kecamatan Babelan, 2014). Pembangunan yang dilakukan di Kecamatan

Babelan ini adalah pembangunan industri, infrasturuktur dan bangunan.

Sekitar tahun 80-an dibangun kali CBL (Cikarang Bekasi Laut) yang

disodet dari kali Bekasi sepanjang lebih kurang 10 kilometer, jaraknya dari Desa

Muara Bakti sampai ke tepi pantai laut Jawa di Desa Hurip Jaya. Sejak saat itulah

masyarakat di wilayah utara Kecamatan Babelan mulai bersentuhan dengan

pembangunan bersekala besar/raksasa (industri). Areal atau lokasi lahan yang

digusur atau dikeruk untuk membuat kali CBL, selain rumah-rumah

perkampungan penduduk, tambak-tambak ikan, area hutan bakau, tetapi juga area

persawahan produktif yang sebelumnya sudah banyak memberikan manfaat buat

kehidupan masyarakat.

Selain itu, PT Pertamina memulai eksploitasi dan eksplorasi minyak

dan gas (migas) di Kampung Buni, Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan sekitar

tahun 1997-an dan berproduksi sekitar tahun 2000-an. Pengeboran minyak di

wilayah yang pernah dilakukan penelitian oleh para sejarawan dan arkeolog soal

benda-benda budaya itu sangat disesalkanya karena bisa menghilangkan benda-

benda peninggalan budaya dari peradaban kehidupan leluhur nenek moyang orang

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

6

Bekasi masa lalu yang diperkenalkan oleh arkeolog dengan Situs Buni. Pada

penelitian ini berfokus di satu desa, yaitu Desa Buni Bakti. Desa Buni Bakti

merupakan salah satu desa yang produktif dalam menghasilkan komoditas

pertanian. Populasi petani pun lebih banyak berada di desa ini, namun saat ini

keberadaan lahan pertanian terancam dengan pembangunan-pembangunan

tambang, pembangkit tenaga, perumahan, dan industri-industri yang menggeser

fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Total luas lahan pertanian di desa ini

lebih dari setengahnya sudah menjadi milik orang luar bukan lagi orang pribumi,

menurut Syaiful, staf pemerintahan Desa Buni Bakti, bahwa sekitar 80% lahan di

desa Buni Bakti sudah milik orang luar, dan tersisa sekitar 20% masih dimiliki

oleh petani setempat.

Terdapat juga pembangunan pertambangan dan pembangkit listrik,

yaitu perusahaan asing bernama PT. Cikarang Listrindo. Meski perusahaan

tersebut mampu memproduksi listrik hingga 10.000 megawatt, tetapi listrik yang

dijual PT. Cikarang Listrindo hanya untuk perusahaan-perusahaan di kawasan

industri. Ironisnya, pemukiman-pemukiman penduduk di sekitar perusahaan

sebagian belum teraliri listrik. Adapun rencana pembangunan pelabuhan di bagian

utara dekat Kecamatan Babelan serta pembangunan jalan tol Cibitung-Cilincing

sehingga pembangunan infrastruktur pun akan sangat gencar nantinya, hal ini

yang diduga dapat mendorong pembangunan komplek perumahan, cluster,

maupun pemukiman-pemukiman baru. Pembangunan-pembangunan ini di luar

dari kegiatan pertanian dan menggusur lahan pertanian di daerah setempat. Letak

kecamatan Babelan yang tidak jauh dari pusat kota dan dekat dengan akses Kota

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

7

Harapan Indah Bekasi diduga membuat para pencari tanah untuk membeli lahan

di daerah tersebut untuk membuat perumahan atau kegiatan non pertanian serta

investasi di masa mendatang.

Ketersediaan lahan pertanian yang saat ini semakin berkurang juga

dikarenakan para petani yang menjual lahan mereka kepada pihak pengembang

yang ingin menggunakan lahan itu untuk kepentingan di luar non pertanian.

Penjualan lahan ini bukan tanpa alasan, tapi karena beberapa faktor yang

membuat petani untuk melepas lahannya. Mereka terdesak untuk menjualnya,

melihat lahan yang sudah sempit karena pergerakan pembangunan non pertanian

tak lagi membuat nyaman untuk melanjutkan usaha taninya. Permasalahan

ekonomi juga diduga menjadi alasan petani menjual lahan yang sudah lama

mereka miliki.

Penjualan lahan pertanian yang dilakukan oleh para petani

menyebabkan menurunnya jumlah warga yang ingin mengembangkan dan

menjalankan usaha pertanian dan dalam jangka panjang akan mempengaruhi

produksi beras di daerah tersebut. Intensitas pembangunan yang menuntut

penyediaan tanah yang relatif luas untuk berbagai keperluan (pemukiman,

industri, berbagai prasarana) memaksa alih fungsi tanah pertanian, terutama di

daerah pinggiran, menjadi tanah non pertanian dengan segala konsekuensinya.

Perkembangan yang terjadi tersebut boleh dikatakan hampir tidak menyentuh pola

kehidupan petani yang semakin sulit untuk menghindarkan diri dari keterpaksaan

melepaskan tanahnya karena praktik perizinan yang memungkinkan alih fungsi

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

8

tanah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah Tingkat II yang

karena alasan kepentingan pembangunan mengarahkan alih fungsi tersebut.

Pertanyaan dan permasalahan pun bermunculan saat melihat petani

yang menjual lahannya kepada para pembeli tanah, seperti; motivasi petani dalam

menjual lahan, penggunaan lahan setelah lahan dibeli oleh para pembeli lahan,

penggunaan hasil dari penjualan lahan oleh para petani, serta pekerjaan petani

setelah merelakan lahannya kepada para pembeli lahan. Hal ini dapat menyulitkan

para petani kedepannya, karena saat mereka menjual lahan artinya mereka

menghilangkan mata pencaharian utama mereka, walaupun ada sebagian besar

petani yang memiliki pekerjaan sampingan selain bercocok tanam di ladang,

namun pekerjaan sebagai petani pengolah lahan adalah pekerjaan yang tetap

karena mereka memiliki lahan tersebut sendiri bagi mereka pemilik lahan. Maka

dari itu penelitian ini difokuskan pada fenomena tersebut dan diberi judul

“Analisis Transaksi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap

Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan,

Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat).

1.2 Rumusan Masalah

Dari penelitian ini yang akan dianalisis adalah:

1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi transaksi lahan

pertanian di Desa Buni Bakti?

2) Bagaimana dampak dari penjualan lahan pertanian terhadap

pendapatan petani?

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

9

3) Berapa besar dampak penjualan lahan pertanian terhadap

perubahan mata pencaharian petani?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi transaksi

lahan pertanian di Desa Buni Bakti.

2) Mengetahui dampak dari penjualan lahan pertanian terhadap

pendapatan petani.

3) Mengetahui seberapa besar dampak penjualan lahan pertanian

terhadap perubahan mata pencaharian petani.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Sebagai informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan

2) Sebagai bahan informasi bagi pemerintah

3) Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan

4) Sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief,

hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua

faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengunaan lahan. Termasuk di dalamnya

juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang (FAO. 1975,

dalam Arsyad, 1989). Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang ada di langit

dan bumi termasuk tanah hakikatnya adalah milik Allah SWT semata. Firman

Allah SWT yang artinya, “Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan

kepada Allah-lah kembali (semua makhluk).” (QS An-Nuur [24] : 42). Allah

SWT juga berfirman yang artinya, “kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi,

Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(QS Al-Hadid [57] : 2). Menurut Jayadinata (1999) lahan merupakan tanah yang

sudah ada peruntukannya dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh

perorangan atau lembaga untuk dapat diusahakan. Menurut Hanafie (2010)

berdasarkan topografinya, lahan dibedakan menjadi empat, antara lain;

1. Lahan dengan lereng 0-3%: datar, termasuk rawa-rawa, untuk tanaman

padi atau perkebunan kelapa.

2. Lahan dengan lereng 3-8%: baik untuk tanaman setahun tertentu

apabila dibuat teras atau kontur.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

11

3. Lahan dengan lereng 8-15%: baik untuk tanaman rumput sehingga

cocok untuk area peternakan.

4. Lahan dengan lereng >15%: baik untuk tanaman kayu sehingga cocok

dijadikan area perkebunan atau kehutanan.

Kebutuhan penggunaan lahan dalam struktur tata ruang kota/wilayah

berkaitan dengan 3 sistem yang ada (Priyandono, 2001): (1) Sistem kegiatan,

manusia dan kelembagaannya untuk memenuhi kebutuhan yang berinteraksi

dalam waktu dan ruang, (2) Sistem pengembangan lahan yang berfokus untuk

kebutuhan manusia dalam aktivitas kehidupan, (3) Sistem lingkungan berkaitan

dengan kondisi biotik dan abiotik dengan air, udara dan material. Penggunaan

lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan

pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam

macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan.

Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan,

kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan

pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman),

industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2006). Penggunan lahan bukan

pertanian atau disebut juga non pertanian banyak menimbulkan dampak negatif,

salah satunya adalah mengganggu produktivitas tanaman pangan maupun non

pangan, karena berkurangnya lahan pertanian menyebabkan tempat untuk

bercocok tanam semakin sempit dan tidak ada lagi. Dalam hal ini Kabupaten

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

12

Bekasi yang merupakan wilayah satelit kota Jakarta dan sebagai daerah

penyangga Jabodetabek mengalami perkembangan ekonomi yang pesat.

Letak yang strategis dan bentang alam yang ada pada dataran rendah

membuat para investor dan pelaku usaha non pertanian tertarik untuk

mengembangkan usahanya. Kabupaten Bekasi memiliki lahan basah dan lahan

kering, dimana lahan basah digunakan untuk persawahan dan kegiatan bertani

tanaman padi sedangkan lahan kering digunakan untuk bangunan, pekarangan,

kebun, ladang, tempat budidaya, hutan rakyat, dll (BPS Kabupaten Bekasi, 2012).

Penggunaan lahan basah tidak seimbang dengan penggunaan lahan kering, lahan

basah menurun di tiap tahunnya sedangkan penggunaan lahan kering meningkat

tiap tahunnya tabel 2.1 (lampiran).

Berkurangnya lahan basah yang diikuti dengan meningkatnya

penggunaan lahan kering akan berdampak pada ketersedian lahan persawahan dan

mempengaruhi produksi padi daerah. Saat ini ketersediaan lahan sudah terancam

dengan adanya pembangunan-pembangunan non pertanian seperti industri,

perumahan, pembangunan jalan dan pembangunan lainnya yang tidak

menghasilkan produk tanaman pangan. Dari total luas lahan kering diatas hampir

setengahnya adalah luas lahan yang digunakan untuk perumahan dan bangunan.

Pada tahun 2008 s/d 2012 setidaknya luas lahan pekarangan dan bangunan

bertambah sekitar 14.000 ha (BPS Kabupaten Bekasi, 2013). Hal ini terlihat pada

tabel 2.2 (lampiran), luas pekarangan dan bangunan naik secara signifikan. Pada

lingkup kecamatan, dalam hal ini kecamatan Babelan luas lahan persawahan di

tiap tahunnya mengalami penurunan. Ini karena pengalihan fungsi lahan yang

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

13

banyak dilakukan oleh pengembang, industri dan pencari lahan untuk investasi

mereka. Pada tingkat Kecamatan di Kabupaten Bekasi, pengurangan jumlah lahan

pertanian juga terjadi, di setiap kecamatan pun pengurangan lahan pertanian

beragam jumlah luasnya (BP3K Kecamatan Babelan, 2014).

Pada Kecamatan Babelan penurunan luas panen, produktivitas dan

produksi terjadi di 2 tahun terakhir. Pada tabel 2.3 (lampiran) di paparkan luas

lahan sawah dan jumlah petani di setiap desa pada Kecamatan Babelan. Desa yang

memiliki lahan sawah terluas adalah Desa Kedung Jaya dengan luas lahan sawah

mencapai 640 ha, sedangkan yang terendah luas lahan sawahnya adalah

Kelurahan Kebalen yang memiliki luas lahan sawah sekitar 15 ha saja. Desa

dengan jumlah petani paling banyak terdapat pada Desa Buni Bakti, sedangkan

desa yang paling sedikit petaninya adalah Desa Kebalen.

Desa Buni Bakti mempunyai banyak petani yang terdiri dari beberapa

kelompok petani. Kelompok tani Desa Buni Bakti pun memiliki jumlah terbanyak

diantara desa/kelurahan lain tabel 2.4 (lampiran). Ketersediaan lahan pada suatu

daerah menentukan produksi suatu komoditas yang menjadi andalan daerah itu

sendiri. Pada tabel 2.5 (lampiran) di paparkan luas panen, produksi dan

produktivitas tanaman pangan padi sawah Kecamatan Babelan tahun 2012-2013.

Luas panen, produktivitas dan produksi tanaman pangan padi sawah pada

Kecamatan Babelan yang terdiri dari 9 desa/kelurahan tampak mengalami

penurunan dalam 2 tahun terakhir (BP3K Kecamatan Babelan, 2014). Pada Desa

Buni Bakti tahun 2013 penurunan luas panen sebesar 30 ha dari tahun 2012, hal

ini menyebabkan penurunan pada produktivitas dan produksi padi sawah di tahun

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

14

2013. Total produktivitas sawah sebesar 6 ton/ha dan total produksi 1.620 ton,

produktivitas mengalam penurunan sebesar 0,42 ton/ha dan produksi sebesar 306

ton (BP3K Kecamatan Babelan, 2014).

2.1.1 Penguasaan Lahan

Aspek penguasaan lahan tertuang dalam UUPA No. 5 tahun

1960. Secara konseptual, agrarian terdiri atas dua aspek utama yang

berbeda, yaitu aspek „penguasaan dan pemilikan‟ dan aspek „penggunaan

dan pemanfaatan‟. Hal ini misalnya terlihat secara tegas dalam batasan

tentang reforma agrarian yang terdapat dalam Tap MPR No. IX tahun

2001 Pasal 2, yang menyebutkan bahwa: “Pembaruan agraria mencakup

suatu proses yang bekesinambungan berkenaan dengan penataan kembali

penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya

agraria”. Aspek penguasaan dan pemilikan‟ jelas berbeda dengan aspek

„penggunaan dan pemanfaatan‟, karena yang pertama berkenaan dengan

bagaimana relasi hukum manusia dengan lahan, sedangkan yang kedua

membicarakan bagaimana lahan (dan sumberdaya agrarian lain) digunakan

dan dimanfaatkan sebagai sumberdaya ekonomi (Syahyuti, 2006).

Pada pasal 7 UUPA menetapkan bahwa: “untuk tidak

merugikan kepentingan umum maka kepemilikan dan penguasaan tanah

yang melampaui batas tidak diperkenankan”. Pemilikan dan penguasaan

tanah yang melampaui batas merugikan kepentingan umum, karena

berhubung dengan terbatasnya persediaan tanah pertanian, khusunya di

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

15

daerah-daerah yang padat penduduknya, hal itu menyebabkan menjadi

sempitnya, kalau tidak dapat dikatakan hilangnya sama sekali

kemungkinan bagi banyak petani untuk memiliki tanah sendiri. Menurut

taksiran pada waktu itu 60% dari jumlah petani adalah petani tak bertanah.

Mereka itu merupakan buruh tani atau penggarap tanah kepunyaan orang

lain (penyewa, pembagi hasil) (Harsono, 2008).

Jumlah petani yang tak bertanah itu makin lama makin

bertambah. Ini berarti, bahwa syarat-syarat untuk memperoleh tanah

garapan tambah lama menjadi tambah berat, disebabkan bertambahnya

petani yang membutuhkan tanah garapan. Biasanya orang-orang yang

mempunyai tanah banyak, makin lama tanahnya makin bertambah, baik

yang dimiliki maupun dikuasainya dalam hubungan gadai dan jual

tahunan. Tanah-tanah itu berasal dari petani-petani kecil yang hidupnya

tambah lama menjadi tambah miskin. Dengan demikian pembagian hasil

pertanian menjadi sangat tidak merata. Pembagian hasil tanah dalam

rangka perjanjian bagi-hasil juga tidak adil, karena para petani penggarap

tanah umumnya memperoleh hasil yang sangat tidak seimbang dengan

tenaga dan biaya yang telah diberikannya dalam mengusahakan tanh

garapannya. Hal itu disebabkan karena para penggarap harus menerima

syarat-syarat penggarapan yang sangat berat berhubung dengan besarnya

persaingan antara para calon penggarap (Harsono, 2008).

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

16

2.1.2 Landreform (Perombakan Tanah)

Landreform berasal dari Bahasa Inggris yaitu “land” dan

“reform. Land artinya tanah sedang reform artinya perombakan atau

perubahan untuk membangun atau membentuk atau menata kembali

struktur pertanian baru. Dalam arti sempit landreform merupakan

serangkaian tindakan dalam rangka Agrarian Reform Indonesia (Harsono,

2008).

Tujuan landreform, khususnya di Indonesia adalah:

1. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber

penghidupan rakyat tani yang berupa tanah, dengan maksud agar

ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak sturktur

pertanahan sama sekali secara revolusioner, guna merealisir

keadilan sosial.

2. Untuk melaksanakan prinsip: tanah untuk tani, agar tidak tejadi

lagi tanah sebagai obyek spekulasi dan obyek (maksudnya: alat)

pemerasan.

3. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi

setiap warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita,

yang berfungsi sosial. Suatu pengakuan dan perlindungan

terhadap privaat bezit, yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat,

bersifat perseorangan dan turun-temurun, tetapi berfungsi sosial.

4. Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan

pemilikan dan penguasaan tanah secara besar-besaran dengan

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

17

tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas maksimum dan

batas minimum untuk tiap keluarga. Sebagai kepala keluarga

dapat seorang laki-laki ataupun wanita. Dengan demikian

mengikis pula sistem liberalism dan kapitalisme atas tanah dan

memberikan perlindungan terhadap golongan yang ekonomis

lemah.

5. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong

terselenggaranya pertanian yang insentif secara gotong royong

dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong-royong lainnya, untuk

mencapai kesejahteraan yang merata dan adil, dibarengi dengan

sistem perkreditan yang khusus ditujukan kepada golongan tani.

Menurut (Syahuti, 2004) kondisi yang dihadapi untuk

mengimplementasikan program landreform di Indonesia sangat berat,

dalam kondisi ekonomi dan politik yang belum mapan, setelah beberapa

tahun dilanda krisis multidimensi. Peluang landreform semakin kecil jika

diingat, bahwa sesungguhnya belum tumbuh kesadaran yang kuat pada

golongan elit, bahkan masyarakat, bahwa segala permasalahan

pembangunan pertanian dan pedesaan yang kita hadapai sekarang ini dapat

diselesaikan secara mendasar, yaitu melalui perbaikan struktur penguasaan

dan pemilikan tanah pertanian.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

18

2.1.3 Land Rent (Sewa Tanah)

Keistimewaan yang melekat pada faktor produksi tanah (lahan

tanah dan beberapa sumber alam lain) adalah bahwa penawarannya

sangat inelastis karena dibatasi oleh alam. Betapa pun naik atau turunnya

harga tanah, luas lahan tanah (total) tidak akan bertambah karena luas

tanah yang tersedia hanya itu saja. Land Rent atau rente tanah, atau

disebut juga sewa tanah (rent), adalah harga atau balas jasa yang harus

dibayar untuk penggunaan lahan tanah (atau sumber-sumber daya alam

lain) yang supply totalnya tetap, tak dapat ditambah. Karena tanah dapat

dipergunakan untuk berbagai tujuan (sebagai tanah pertanian, sebagai

tempat pemukiman penduduk, sebagai tempat mendirikan

perusahaan/pasar/toko, dan sebagainya), maka diperlukan suatu balas

jasa tertentu agar pemiliknya rela menyediakan tanahnya untuk tujuan

produktif tertentu (dan tidak dapat dialihkan untuk tujuan lain). Dalam

hal ini “sewa tanah” sama dengan biaya alternatif (opportunity cost). Ini

tidak banyak dipersoalkan (Gilarso 2003).

Yang sudah berabad-abad lamanya dipersoalkan adalah yang

disebut “rente ekonomis murni” (pure economic rent). Istilah “rente

ekonomi murni” atau economic rent dalam ilmu ekonomi dipakai khusus

untuk faktor produksi yang penawarannya tetap (atau sangat inelastis).

Karena dalam hal ini pemiliknya memperoleh suatu penghasilan tanpa

bekerja, maksudnya pemilik tanah yang tidak melakukan usaha atau kerja

apa-apa memperoleh hasil yang besar. Dirumuskan dengan kata lain

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

19

pembayaran rente itu sebenarnya tidak perlu untuk menjamin bahwa

tanah itu tetap tersedia bagi produksi masyarakat (Gilarso 2003).

Menurut Barlowe (1986) sewa lahan merupakan konsep

penting dalam teori ekonomi sumberdaya lahan. Sewa lahan dapat

dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sewa lahan (contract rent) sebagai

pembayaran dari penyewa kepada pemilik, dimana pemilik melakukan

kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. 2. Keuntungan usaha

(economic rent atau land rent) yaitu merupakan surplus pendapatan di

atas biaya produksi atau harga input tanah yang memungkinkan faktor

produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam proses produksi. Sewa tanah

dan keuntungan usaha merupakan dua konsep sewa lahan penting yang

digunakan dalam ekonomi sumberdaya lahan. Kedua konsep tersebut

hanya berbeda dalam satu hal yaitu contract land merupakan pembayaran

yang sebenarnya kepada pemilik lahan. Pembayaran ini dapat lebih tinggi

atau lebih rendah dari surplus pendapatan (land rent) yang seharusnya

oleh pemilik lahan. Kekurangan maupun kelebihan dari surplus

pendapatan merupakan hak dari penyewa.

Pada dasarnya harga lahan/tanah tidak pernah berkurang

sampai saat ini. Sebagaimana kita sadari, jumlah manusia setiap saat

terus bertambah, sementara jumlah tanah tidak dapat bertambah. Ini

merupakan teori klasik yang secara sederhana menjelaskan mengapa

harga tanah terus merangkak naik dari waktu ke waktu. Berdasarkan

pengamatan secara nominal harga tanah di Indonesia tidak pernah turun.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

20

Karena sifatnya yang terbatas, maka semakin hari persediaan tanah akan

relatif semakin langka terhadap jumlah penduduk atau orang yang

membutuhkan tanah tersebut. Hal ini disebabkan karena faktor kelahiran

(natalitas) dan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi sebuah

masyarakat, yang menyebabkan manusia tidak puas hanya memiliki satu

rumah. Meningkatnya taraf ekonomi juga membuat pengembangan

kegiatan manusia semakin laju, seperti dibangunnya perkantoran, pusat

perbelanjaan, restoran, bioskop, dan lain sebagainya (Simanungkalit,

2013).

Harga Lahan (Rp/ m2)

S2

P2 S1

P1 D2

D1

Q1 Unit Kepemilikan Lahan (Q)

Gambar. 1 Kurva Permintaan dan Penawaran Lahan

Sumber: Barlowe, Raleigh (1986)

Pada harga keseimbangan bersifat fleksibel, selalu berubah-ubah

dan cenderung meningkat karena penawaran lahan yang semakin terbatas

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

21

yang disertai permintaan lahan yang semakin bertambah. Dengan

mengasumsikan bahwa kurva supply lahan bersifat hampir tidak elastik

dan kurva permintaan bersifat sangat elastik dan berubah sesuai dengan

perkembangan ekonomi, sehingga terjadi pergeseran kurva permintaan

lahan dari D1 meningkat ke D2. Pergeseran permintaan lahan tersebut

mendorong peningkatan harga dari P1 meningkat ke P2 dengan penurunan

tingkat penawaran lahan, dapat ditunjukkan pada Gambar 1 di atas

(Barlowe, 1986).

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tanah

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi permintaan akan

tanah, dan dengan demikian ikut mempengaruhi tinggi rendahnya sewa

dan harga tanah (Gilarso, 2003):

a. Harga hasil-hasil yang dapat diperoleh dari tanah itu, atau dapat

diproduksikan dengan bantuan tanah sebagai inputnya. Misalnya,

tanah yang cocok untuk jenis tembakau tertentu yang bisa

memasuki pasar dunia pasti lebih mahal daripada lahan tanah yang

tidak mempunyai keistimewaan itu.

b. Produktivitas tanah. Untuk tanah pertanian ada perbedaan dasar

dalam produktivitas tanah yang berhubungan dengan faktor alam

(seperti jenis tanah, iklim, suhu dan curah hujan, dsb).

Produktivitas tanah juga sangat dipengaruhi oleh jumlah mutu

sumber-sumber daya lain yang dipakai bersama dengan tanah itu.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

22

Misalnya, irigasi teknis, pemupukan, bibit unggul, peralatan teknis,

dan sebagainya. Hal terakhir ini sebenarnya merupakan investasi

dalam tanah sehingga kenaikan hasil yang diperoleh dapat juga

dipandang sebagai bunga modal, bukan lagi sewa tanah.

c. Lokasi tanah. Lokasi tanah ternyata mempunyai pengaruh yang

besar sekali, karena tanah secara geografis tidak bisa dipindah,

letak tanah itu sangat mempengaruhi permintaan dan harga tanah.

Misalnya, tanah yang terletak di pusat kota atau di pedalaman, di

pinggir jalan raya atau dekat pasar. Kalau ada jalan baru melintasi

daerah pertanian, tiba-tiba harga tanah disekitarnya meingkat

sekian kali lipat.

d. Lahan tanah tidak hanya digunakan untuk pertanian, tetapi juga

untuk berbagai tujuan lain: sebagai tempat pemukiman penduduk,

sebagai tempat mendirikan perusahaan, pasar, pabrik, toko atau

bengkel, atau untuk lapangan golf. Di Indonesia, tanah kerap kali

dibeli oleh orang kota sebagai semacam tabungan. Oleh karena itu,

permintaan akan tanah bukan lagi merupakan “derived demand”

murni (permintaan akan tanah sebagai input dalam proses

produksi) tetapi juga sebagai “barang (modal)” yang

diperjualbelikan di “pasar”. Ada suatu “pasar tanah” di mana

permintaan dan penawaran tanah bertemu dan harga (jual/beli)

tanah dibentuk.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

23

2.1.5 Harga Lahan

Nilai lahan secara definsi diartikan sebagai kekuatan nilai dari

lahan untuk dipertukarkan dengan barang lain yang dapat didefinisikan

sebagai harga (diukur dalam satuan uang) yang dikehendaki oleh penjual

dan pembeli. Nilai lahan merupakan harga lahan yang diukur dalam

satuan uang per meternya (Michalski et al. 2010). Pesatnya

perkembangan suatu kota dan tingginya laju pertumbuhan jumlah

penduduk, secara langsung membuat kebutuhan lahan akan menjadi

tinggi. Ketersediaan lahan yang semakin terbatas dan jumlahnya relatif

tetap membuat nilai lahan juga akan meningkat.

Nilai lahan juga menentukan penggunaan lahan, karena

penggunaan lahan ditentukan oleh kemampuan untuk membayar lahan

yang bersangkutan. Peningkatan nilai lahan terjadi di pusat kota dan

mengalami penurunan secara teratur menjauhi pusat kota (Berry, 2008).

Lahan memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Lahan yang berada di

pedesaan berbeda dengan perkotaan dari segi pendapatannya. Lahan yang

berada di dekat perkotaan memiliki nilai ekonomi tinggi yang biasanya

digunakan untuk kegiatan industri dan perdagangan serta terdapat tempat

tinggal yang memberikan nilai produksi yang tinggi. Para pemilik

sumberdaya lahan biasanya menginginkan lahannya menghasilkan nilai

yang tinggi. Penggunaan yang terbaik dan tertinggi biasanya untuk

daerah industri dan perdagangan, menyusul unuk daerah pemukiman,

kemudian untuk daerah pertanian dan yang terakhir untuk ladang dan

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

24

penggembalaan dan daerah liar yang tidak ditanami (Suparmoko, 1989),

maka dari itulah maraknya kegiatan konversi lahan banyak menimpa

daerah-daerah yang justru menjadi penghasil padi nasional.

Dalam hukum ekonomi, lahan akan digunakan berdasarkan

pada prinsip ekonomi Richardson yaitu “land rent”. Jika tidak ada

pengaturan ketat dan bahkan larangan, maka lahan akan mengalir ke

sektor dengan tingkat equilibrium yang tinggi. Akan lebih menjanjikan

secara ekonomi jika satu hektar lahan pertanian diatasnya dibangun mall,

hotel atau apartemen dibanding dengan menanami padi, jagung, atau

singkong. Selain itu (Richardson. 1977) mengungkapkan di lokasi yang

dekat dengan pusat kota, penggunaan lahan yang paling cocok adalah

untuk tujuan komersial dan industri ringan. Hal ini disebabkan adanya

akses besar yang dimiliki oleh lahan terhadap berbagai pelayanan kota,

disamping nilai lahannya sendiri.

2.1.6 Produktifitas Lahan

Produktifitas lahan sawah menentukan pendapatan petani dari

usahatainya. Semakin rendah produktifitas lahan sawah, maka produk

yang dihasilkan oleh lahan sawah tersebut semakin rendah dan

selanjutnya pendapatan yang diterima oleh petani akan semakin rendah.

Rendahnya pendapatan petani yang diakibatkan oleh rendahnya

produktifitas lahan sawah menyebabkan petani memutuskan untuk

mengkonversi lahan sawahnya dan beralih ke sektor non pertanian. Hal

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

25

ini dikarenakan pekerjaan di sektor non pertanian dipandang dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih tingi daripada pendapatan yang

diperoleh dari hasil lahan sawah yang mempunyai produktifitas rendah

(Utama, 2006). Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian,

terdapat berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut dapat

dikelompokkan menjadi permasalahan paradigma, produksi, distribusi,

konsumsi, koordinasi dan keuangan (Lemhannas, 2013):

1. Aspek paradigma mencakup: sistem agribisnis harus digeser

menjadi berbasis kepada petani dan pengusaha, sedangkan peran

pemerintah hanya sebagai fasilitator, pendekatan masih bersifat

sektoral dan peran pemerintah daerah masih kurang.

2. Aspek produksi mencakup: skala usaha petani masih kecil, alih

fungsi lahan pertanian ke non pertanian masih tinggi, rusaknya

infrastruktur pertanian di berbagai daerah, melemahnya sistem

penyuluhan pertanian, suplai air semakin berkurang, laju

pertumbuhan penduduk relatif tinggi, ketergantungan

masyarakat terhadap beras masih tinggi, produksi beras

cenderung berfluktuasi, adopsi inovasi teknologi relatif rendah,

pemilikan lahan sangat kecil (rata-rata 0,25 ha per petani),

kelembagaan petani masih lemah, pascapanen tergantung alam,

keadaan cuaca dan keadaan geografi setempat.

3. Aspek distribusi mencakup: fluktuasi harga/inflasi relatif tinggi,

pengelolaan distribusi yang belum merata di seluruh wilayah,

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

26

permintaan dari luar daerah sangat tinggi, cadangan pangan

beras belum terdata dengan baik dan biaya koleksi dan distribusi

yang relatif tinggi.

4. Aspek konsumsi mencakup: kemanan pangan, kerawanan

pangan dan gizi, diversifikasi pangan serta daya beli masyarakat

yang belum memadai.

5. Aspek koordinasi mencakup: masing-masing instansi hanya

fokus pada tugas pokok fungsinya masing-masing, lemahnya

koordinasi antar-instansi dan lemahnya leadership yang dapat

mengkoordinasi berbagai instansi.

6. Aspek keuangan yaitu terbatasnya akses petani terhadap sumber

permodalan serta belum adanya perlindungan keuangan

terhadap petani.

2.2 Konsep Petani

Menurut Anwas (2002), petani adalah orang yang melakukan cocok

tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk

memperoleh kehidupan dari kegiatan itu. Petani terbagi menjadi dua jenis yaitu

petani penggarap dan pemilik, yang dimana keduanya mempunyai perbedaan

dalam hak dalam penggunaan lahan. Menurut Slamet (2000), petani disebut „asli‟

apabila memiliki tanah sendiri, bukan sekedar penggarap maupun penyewa.

Berdasarkan hal tersebut, secara konsep, tanah merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan seorang petani.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

27

Berdasarkan penguasaannya atas sebidang lahan, petani dibedakan

menjadi petani pemilik-penggarap, petani penyewa, petani penyakap, dan buruh

tani yang tidak mempunyai kewenangan sedikit pun atas sebidang tanah.

Berdasarkan luas lahan yang dimiliki, ada petani kaya pemilik lahan luas, petani

menengah pemilik lahan sedang, dan petani gurem pemilik lahan sempit.

Penggunaan lahan/tanah dalam bidang pertanian meliputi usaha tani tanaman padi

dan/atau palawija, usaha tani tanaman hortikultura, usaha tani tanaman

perkebunan, usaha tani tanaman kehutanan, usaha tani ternak/unggas, budi daya

ikan/biota lain di air tawar, budi daya ikan/biota lain di tambak air payau, dan

usaha penangkaran satwa liar. Secara mikro, pengaruh tanah dalam pertanian

dilihat dari penguasaan lahan, luas lahan garapan, dan nilai lahan (Hanafie, 2010).

Macam-macam lahan menurut kepemilikan oleh petani dibedakan menjadi:

1. Lahan yang dibeli, baik kontan maupun angsuran.

2. Lahan warisan, yaitu lahan yang diterima oleh ahli waris berdasarkan

pembagian dari harta orang tua yang telah meninggal dunia.

3. Lahan yang diperoleh secara hibah, yaitu lahan yang diterima/didapat

secara cuma-cuma dari badan/harta orang yang masih hidup.

4. Lahan yang dimiliki berdasarkan landreform, permohonan biasa,

pembagian lahan transmigrasi, pembagian lahan dari pembukaan hutan,

hukum adat, atau penyerahan dari program Perkebunan Inti Rakyat

(PIR).

5. Lahan sewa, yaitu lahan yang didapat dengan perjanjian sewa, yang

besarnya sudah ditentukan terlebih dahulu tanpa melihat besar/kecilnya

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

28

hasil produksi. Pembayaran sewa dapat berupa uang atau barang.

Dalam sewa-menyewa, pemilik lahan tidak ikut menanggung ongkos-

ongkos produksi dan risiko dari penggarapan lahannya.

6. Lahan bagi hasil (sakap), yaitu lahan sewa, tetapi dengan perjanjian

besarnya sewa berdasarkan hasil panen/produksi dan dibayarkan stelah

panen. Besarnya bagian yang akan diserahkan pada pemilik lahan sudah

ditentukan lebih dahulu, seperti setengah atau sepertiga hasil produksi.

Istilah-istilah yang dipakai di beberapa daerah, antara lain maro,

meniga, martilu, toyo, nengah, jejuron, kujang, dan mampatigoi.

7. Lahan gadai, yaitu lahan yang berasal dari pihak lain sebagai jaminan

pinjaman uang pihak yang menggadaikan lahannya. Lahan tersebut

dikuasai oleh orang yang memberi pinjaman uang sampai pemilik lahan

membayar kembali hutangnya.

8. Lahan bengkok/pelungguh, yaitu lahan milik desa/kelurahan yang

dikuasakan kepada pamong desa atau bekas pamong desa sebagai gaji

atau pensiun.

9. Lahan bebas sewa, serobotan, dan lahan garapan. Lahan bebas sewa

adalah lahan yang didapatkan dengan tanpa membeli atau membayar

sewa dan bukan merupakan lahan milik, tetapi hanya diizinkan

memakai dengan bebas sewa.

10. Lahan yang dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang

berasal dari pihak lain dan dikurangi lahan yang berada di pihak lain.

Lahan tersebut berupa lahan sawah dan/atau lahan buka sawah.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

29

11. Lahan pertanian adalah lahan yang dikuasai dan pernah diusahakan

untuk pertanian selama setahun yang lalu. Lahan tersebut mencakup

lahan sawah, huma, lading, tegal/kebun, kolam/tebat/empang, tambak,

lahan perkebunan, hutan, dan lahan untuk penggembalaan/padang

rumput.

12. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi

oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air

yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana

diperolehnya atau status lahan tersebut. Dalam hal ini, termasuk lahan

yang hanya terdaftar di Pajak Bumi Bangunan (PBB), lahan bengkok,

lahan serobotan, dan rawa yang ditanami padi. Lahan sawah dibedakan

menjadi:

a. Lahan sawah irigasi (berpengairan), yaitu lahan sawah yang

mendapatkan air dari sitem irigasi, baik bangunan penyadap dan

jaringannya yang dikelola oleh instansi pemerintah, seperti Dinas

Pengairan maupun oleh masyarakat.

b. Lahan sawah tanpa irigasi (tak berpengairan) yang meliputi sawah

tadah hujan (sawah yang pengairannya tergantung pada air hujan),

sawah pasang-surut (sawah yang pengairanya tergantung pada air

sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surutnya air laut), dan sawah

lainnya (misalnya; lebak, polder, lahan rawa yang ditanami padi,

dan lain-lain).

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

30

13. Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain sawah yang biasanya

ditanami dengan tanaman musiman atau tanaman tahunan, lahan untuk

kolam atau untuk kegiatan usaha pertanian lainnya. Lahan bukan sawah

meliputi huma, lading, tegal, kebun, kolam/tebat/empang, dan lahan

perkebunan.

14. Huma adalah lahan kering yang biasanya ditanami tanaman musiman

dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian

ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi. Kemungkinan lahan ini

beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali bila kesuburannya

kembali.

15. Ladang/tegal/kebun adalah lahan kering yang ditanami tanaman

musiman atau tanaman tahunan, serta terpisah dengan halaman sekitar

rumah dan penggunaannya tidak berpindah-pindah. Lahan yang

dibiarkan kosong kurang dari 1 tahun (menunggu masa penanaman

yang akan datang) dianggap sebagai kebun/tegal apabila hendak

ditanami tanaman musiman/tahunan atau dianggap sebagai lahan

pekebunan apabila akan ditanami tanaman perkebunan.

16. Lahan tidur adalah lahan yang biasanya digunakan untuk usaha

pertanian, tetapi tidak dimanfaatkan lebih dari 2 tahun.

Masalah tanah yang menonjol di Indonesia adalah perpecahan

(division), perpencaran (fragmentation), dan bentuk milik tanah (tenancy).

Perpecahan tanah adalah pembagian milik seseorang atas petak-petak kecil untuk

diberikan kepada ahli warisnya. Perpencaran tanah adalah sebuah usaha tani di

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

31

bawah satu manajemen yang terdiri dari beberapa petak yang berserak-serak.

Bentuk-bentuk usaha tani yang demikian menyulitkan sistem pengairan dan

pengawasannya. Diperlukan waktu dan biaya yang lebih banyak sehingga

efisiensi produksi menurun. Dari gambaran tentang perpecahan tanah, tampak

bahwa kepemilikan lahan sawah oleh masing-masing rumah tangga pertanian

adalah relatif sempit (Hanafie, 2010). Perpecahan dan perpencaran tanah ini

ditimbulkan oleh jual-beli, pewarisan, hibah perkawinan, dan penyakapan.

Walaupun landreform yang ditetapkan tahun 1960 berusaha untuk membatasi luas

minimum lahan garapan, tetapi proses perpecahan dan perpencaran tetap tak

mampu dihindarkan karena berkaitan erat dengan adat dan sampai sekarang belum

ada cara lain yang lebih baik untuk menggantikannya (Hanafie, 2010)

Bagi petani, lahan adalah aset paling berharga. Peranannya sangat

penting karena merupakan determinan pendapatan rumah tangga dan terutama di

negara berkembang (termasuk Indonesia) seringkali berkaitan pula dengan status

sosial. Oleh karena itu keputusan untuk melepaskan hak pemilikan atas lahan

merupakan salah satu keputusan petani yang sifatnya strategis. Sebagian besar

proses pelepasan hak pemilikan atas lahan berkenaan dengan dua hal yaitu karena

diwariskan dan dijual. Pewarisan adalah peralihan hak penguasaan (pemilikan)

yang berhubungan dengan suksesi dan biasanya mengacu pada sistem

kelembagaan yang dianut dalam komunitas setempat. Tergantung sistem yang

dianutnya kelembagaan tersebut ada yang mengacu pada pada hukum adat,

hukum agama, ataupun hukum negara. Di sisi lain, pelepasan hak pemilikan lahan

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

32

yang terjadi akibat transaksi jual-beli pada umumnya lebih banyak berkenan aspek

ekonomi (Sumaryanto, 2010).

Berbeda dengan peralihan pemilikan lahan akibat pewarisan, pengaruh

peralihan hak pemilikan akibat jual-beli terhadap distribusi pemilikan lahan

bersifat kondisional. Pada sebagian kasus mengarah pada konsolidasi penguasaan,

namun tak sedikit pula yang mendorong terjadinya fragmentasi. Namun demikian

untuk cakupan agregat, jual-beli lahan pertanian ikut berkontribusi pada

percepatan laju penyusutan lahan pertanian karena seringkali diikuti dengan alih

fungsi ke penggunaan ke aktivitas usaha atau peruntukan non pertanian

(Sumaryanto, 2010).

2.2.1 Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sumber pendapatan rumahtangga petani berasal dari usahatani

padi dan non usahatani. Pendapatan rumahtangga petani adalah

penjumlahan pendapatan dari usahatani padi dan pendapatan non

usahatani. Pendapatan rumahtangga petani dari usahatani padi adalah

pendapatan suami dan isteri. Pendapatan rumahtangga petani dari non

usahatani adalah penjumlahan pendapatan suami, isteri dan anak. Untuk

menambah total pendapatan rumah tangga petani, maka anggota rumah

tangga akan mengalokasikan waktu kerja untuk mendapatkan penghasilan.

Kegiatan tersebut terutama ditujukan pada kegiatan usahatani padi dan non

usahatani (Rochaeni, 2010). Pendapatan yang berasal dari luar sektor

pertanian tampak memberikan kontribusi yang lebih besar terutama di

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

33

daerah-daerah yang kurang subur, dalam arti ketergantungan pendapatan

rumah tangga terhadap sektor ini lebih besar (Nurmanaf dan Nasution,

1986). Jenis kegiatan di luar sektor pertanian yang mampu memberikan

pendapatan yang tinggi menuntut penguasaan modal dan atau

keterampilan (Soentoro, 1983).

Menurut (Gustiyana, 2004), pendapatan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan biaya total.

Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan

usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan di luar

usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor

(output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per

tahun, per musim tanam. Pendapatan uluar usaha tani adalah pendapatan

yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan di luar usahatani seperti

berdagang, mengojek, dll.

2.2.2 Motivasi Sosial Ekonomi

Dalam Penelitian Farhani (2009) faktor pembentuk motivasi dari

dalam diri petani (internal) adalah terdiri dari umur, tingkat pendidikan,

luas kepemilikan lahan, tingkat pendapatan dan kosmopolitan.

1. Umur

Menurut Hernanto (1984), umur petani mempengaruhi

pengetahuan fisik (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan respon

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

34

terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usahataninya. Mantra

(1991) menyatakan bahwa kelompok umur 0-14 tahun merupakan

kelompok umur belum produktif, sedangkan umur 15-64 tahun

merupakan umur produktif serta kelompok umur lebih dari 65

tahun merupakan umur tidak produktif.

Umur mempunyai kaitan dengan tingkat kedewasaan

psikologis. Artinya semakin tua umur seseorang diharapkan

mampu menunjukkan kematangan jiwa, semakin bjiaksana,

mampu berpikir rasional, mampu mengendalikan emosional

sehingga semakin tua umur seseorang, kecenderungan untuk

berpindah pekerjaan akan semakin berkurang (Siagian, 1989).

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat berpengaruh terhadap motivasi

seseorang khusunya dalam tanggapan untuk menerima adanya

inovasi. Seseorang dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi

akan lebih mudah dalam menanggapi inovasi ataupun isu yang

berkembang karena seseorang lebih berpikiran rasional setelah

mendapatkan ilmu-ilmu yang didapat dari bangku sekolah

(Kartasapoetra, 1994).

Menurut Slamet (1993) tingkat pendidikan responden

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok

berpendidikan rendah SD ke bawah, kelompok berpendidikan

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

35

sedang SMP sampai SLTA, dan yang berpendidikan tinggi yaitu

mereka yang berpendidikan diatas SLTA.

Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal

akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada

usahataninya yaitu dalam rasionalitas usaha dan kemampuan

memanfaatkan setiap kegiatan ekonomi yang ada (Hernanto,

1984).

3. Luas Kepemilikan Lahan

Sempitnya lahan yang dikuasai petani berkaitan dengan

budaya warisan dimana satu bidang tanah harus dibagi-bagi sesuai

dengan jumlah orang yang menerima warisan, sehingga

kebanyakan petani hanya mempunyai sepetak tanah kecil saja

(Khairuddin, 1992). Kepemilikan tanah pertanian yang kecil

disebabkan karena adanya pembagian tanah yang tidak merata.

Tekanan penduduk atas tanah yang berat serta terbatasnya

kesempatan kerja merupakan pendorong yang kuat bagi penduduk

untuk mencari pekerjaan, karena hasil yang diperoleh sedikit

sehingga pendapatan yang diterima masih kurang untuk memenuhi

kebutuhan keluarga (Sajogyo, 1992).

Menurut Hernanto (1984), penggolongan petani

berdasarkan luas tanahnya dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Golongan petani luas (lebih dari 2 ha)

2) Golongan petani sedang (0,5 – 2 ha)

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

36

3) Golongan petani sempit ( > 0,5 ha)

4) Golongan buruh tani yang tidak memiliki tanah

4. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam

menunjang perekonomian keluarga. Tingkat pendapatan

merupakan salah satu indikasi sosial ekonomi yang sangat

dipengaruhi oleh sumberdaya dan kemampuan dalam diri individu.

Jenis pekerjaan dan tingkat pengeluaran seseorang juga

menentukan tingkat kesejahteraan dalam status sosial seseorang

(Soekartawi, 2003).

5. Kosmopolitan

Kosmopolitan adalah tingkat hubungan dengan dunia luar

sistem sosialnya sendiri (keluarga dan kerabat). Kosmopolitan

dicirikan oleh frekwensi dan jarak perjalanan yang dilakukan oleh

petani luar daerah, frekwensi mengakses informasi (Mardikanto,

1996). Sedangkan menurut Karsidi (2004) tingkat kosmopolitansi

pengrajin industri kecil dicirikan oleh keikutsertaan dalam

organisasi sosial, kontak dengan penyuluh industri dan jenis kursus

industri yang pernah diikuti.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

37

2.3 Pendekatan Pembangunan

Kesenjangan wilayah di negara-negara berkembang cukup besar dan

dalam beberapa kasus makin cenderung terjadi jurang kesenjangan khususnya

antara desa dengan kota (Stohr & Taylor, 1981; Nurzaman, 2002 dalam Widodo,

2015). Dalam sejarah perkembangannya, regional planning sebagai perencanaan

publik (Gillingwater, 1978) mencoba mereduksi kesenjangan ini dengan dua

pendekatan yaitu DfA (Development from Above) dan DfB (Development from

Below). DfA berakar pada teori ekonomi neoklasik dan manifestasinya terhadap

pembangunan wilayah adalah konsep growth centre. Cumulative Causation

Theory. Pencetusnya adalah Gunnar Myrdal (Glasson, 1978). Menurutnya,

perbedaan pendapatan wilayah dari waktu ke waktu akan menjadi jurang yang

semakin melebar selama backwash effect mendominasi spread effect dan

pertumbuhan wilayah pada saat itu mengalami disequilibrium. Permainan

kekuatan pasar cenderung meningkat dan pada akhirnya terjadilah kesenjangan

antar wilayah.

Munculnya DfB karena strategi spreadeffect yang diimpikan dalam

DfA jauh dari harapan. Backwash effect justru lebih besar pengaruhnya terhadap

daerah daerah sekitarnya. DfB adalah strategi lain dalam perencanaan

pembangunan regional dan merupakan refleksi gagasan mengubah hakikat dan

tujuan pembangunan itu sendiri seperti digambarkan Goulet (1979). Tujuan utama

DfB adalah memanfaatkan sumber-sumber alam wilayah dan keterampilan

masyarakat setempat yang pada awalnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Beberapa teori ataupun pendukung pendekatan DfB adalah; teori pembangunan

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

38

teritorial, teori pembangunan fungsional, dan teori agropolitan. Pengembangan

Agropolitan yang ditawarkan pada waktu itu, adalah karena sebagian besar

wilayah Indonesia memiliki karakteristik rural yang dipersyaratkan dalam

pengembangan agropolitan.

Diantaranya, wilayah tersebut berbasis pertanian dengan kisaran

penduduk antara 50.000 - 150.000 jiwa, kepadatan penduduk 200 orang/km2,

radius wilayah 5-10 km, dapat ditempuh dengan sepeda kurang lebih 1 jam. Latar

belakang pengembangan agropolitan yang digagas Friedmann dan Douglas (1975)

tersebut adalah melihat kegagalan sektor industri di negara berkembang yang

mengakibatkan terjadinya urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota, pendapatan

yang tidak merata, pengangguran, ketergantungan pada dunia luar, dan

berkurangnya bahan pangan akibat fokus pembangunan dicurahkan pada

pertumbuhan sektor industri saja.

2.4 Konversi Lahan

Konversi lahan merupakan suatu proses konversi lahan oleh manusia

dari penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain yang dapat bersifat sementara

maupun permanen. Konversi lahan atau lazimnya juga disebut alih fungsi lahan

adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya

semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak

negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo et al,

1992). Konversi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan

penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

39

keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah

jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur

perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus

meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian

sulit dihindari (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).

Konversi lahan berarti alih fungsi atau mutasi lahan secara umum

menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu

penggunaan ke penggunaan lainnya. Berdasarkan fakta empirik di lapangan, ada

dua jenis proses konversi lahan sawah, yaitu konversi sawah yang langsung

dilakukan oleh petani pemilik lahan dan yang dilakukan oleh bukan petani lewat

proses penjualan. Sebagian besar konversi lahan sawah tidak dilakukan secara

langsung oleh petani tetapi oleh pihak lain yaitu pembeli.

Konversi yang dilakukan langsung oleh petani luasannya sangat kecil.

Hampir 70 persen proses jual beli lahan sawah melibatkan pemerintah, yaitu ijin

lokasi dan ijin pembebasan lahan. Secara empiris lahan pertanian yang paling

rentan terhadap alih fungsi lahan adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh: (1)

kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah

pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekositem lahan kering,

sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi; (2) daerah persawahan

banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; (3) akibat pola

pembangunan di masa sebelumnya, infrasturktur wilayah pesawahan pada

umumnya lebih baik daripada wilayah lahan kering; dan (4) pembangunan

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

40

prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung

berlangsung cepat di wilayah topografi datar, dimana pada wilayah dengan

topografi seperti itu (terutama di Pulau Jawa) ekosistem pertaniannya dominan

areal persawahan (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).

Upaya mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian dan menekan

dampak negatif alih fungsi lahan bagi kelangsungan pembangunan pertanian,

pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundangan, sekaligus

mengakomodasi berbagai kepentingan antar sektor ekonomi. Namun demikian,

implementasinya di daerah terkesan belum efektif sebagaimana terlihat dari alih

fungsi lahan yang terus terjadi dan semakin tidak terkendali. Kurang efektifnya

aturan yang dapat memayungi seluruh upaya pengendalian dan perlindungan

terhadap lahan pertanian produktif, disinyalir terkait dengan instrumen ekonomi

dan aspek kelembagaan yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

Kecenderungan demikian berdampak pada semakin lemahnya upaya pengendalian

alih fungsi lahan (Zakaria dan Rachman, 2013).

Lemahnya pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif menurut

Nasoetion (2003) erat kaitannya dengan kondisi: (1) koordinasi kebijakan; (2)

pelaksanaan kebijakan; dan (3) konsistensi perencanaan. Sementara itu, tidak

efektifnya peraturan yang telah ada juga dipengaruhi oleh sistem administrasi

lahan masih lemah dan koordinasi antar lembaga yang terkait kurang kuat, serta

implementasi tata ruang yang belum memasyarakat. Sumberdaya lahan menjadi

semakin penting seiring dengan tingginya pertambahan jumlah penduduk, yang

mana hal ini akan terus memberikan tekanan-tekanan terhadap permintannya.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

41

Alokasi atau peruntukan pemanfaatan lahan antar sektor ekonomi, khusunya di

wilayah dengan tingkat intensitas kegiatan ekonomi tinggi kerapkali didasarkan

atas pertimbangan nilai ekonomi. Hal ini membawa implikasi terhadap kompetisi

pemanfaatan lahan untuk berbagai aktivitas ekonomi semakin tinggi, dengan kata

lain pendulum peruntukkan lahan cenderung mengarah pada aktivitas ekonomi

yang memberikan rent tertinggi (Zakaria dan Rachman, 2013).

Dari satu sisi, proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang

merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan

transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang

berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercermin dari adanya (1)

pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya

permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan

jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita, serta (2) adanya pergeseran

kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor-sektor primer khususnya dari

sektor-sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor-

sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa) (Rustiadi, 2001).

Di dalam hukum ekonomi pasar, konversi lahan berlangsung dari

aktifitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktivitas-aktivitas dengan land

rent yang lebih tinggi. Land rent dapat diartikan sebagai nilai keuntungan bersih

dari aktivitas pemanfaatan lahan persatuan luas lahan dan waktu tertentu

(Rustiadi, 2001). Proses alih fungsi lahan pada umumnya didahului oleh adanya

proses alih penguasaan lahan. Dalam kenyataannya, di balik proses alih fungsi

lahan umumnya terdapat proses memburuknya struktur penguasaan sumberdaya

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

42

lahan. Permasalahan di seputar proses alih penguasaan lahan adalah (1) proses

yang asimetrik antara pihak yang melepas hak dengan yang menerima hak

penguasaan lahan, (2) kecenderungan semakin terkonsentrasinya struktur

penguasaan lahan pada kelompok masyarakat tertentu (distribusi penguasaan yang

semakin memburuk), dan (3) bertambahnya kelompok masyarakat tanpa lahan.

Struktur sosial-ekonomi yang asimetrik antara yang melepas (seringkali

secara terpaksa) hak dan dengan yang penerima hak penguasaan menyebabkan

manfaat peningkatan land rent dari proses alih fungsi dan pengembangan lahan

sebagian besar dinikmati oleh penguasa berikutnya atau pihak-pihak pengambil

rente dari proses alih penguasaan (calo tanah, dan aparat desa/pemerintah).

Sedangkan kalangan masyarakat lokal dan petani yang kehilangan akses

penguasaan atau yang menjual lahan menerima harga yang rendah. Proses alih

fungsi lahan pada dasarnya bagian dari proses yang menyertai terjadinya

konsentrasi penguasaan sumberdaya, khususnya sumberdaya lahan. (Rustiadi,

2001).

Konversi lahan pertanian pada intinya terjadi akibat adanya persaingan

dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dan sektor nonpertanian.

Persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga

fenomena ekonomi dan sosial yaitu keterbatasan sumberdaya lahan, pertumbuhan

penduduk, dan pertumbuhan ekonomi. Dari sudut pandang ekonomi konversi

lahan pertanian pada dasarnya dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu tarikan

permintaan lahan untuk kegiatan nonpertanian dan dorongan penawaran lahan

pertanian oleh petani pemilik lahan.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

43

Perilaku penawaran dan permintaan lahan pada dasarnya akan

mempengaruhi peluang terjadinya konversi lahan pertanian disuatu daerah.

Namun peluang konversi lahan tersebut tidak selalu menjadi konversi lahan yang

sebenarnya terjadi di lapangan karena pemerintah memiliki kewenangan yang sah

untuk mengendalikan dan mengatur pemanfaatan sumberdaya lahan (Nasoetion,

2003). Hal ini ditegaskan dalam UUPA No. 5 tahun 1960 pasal 2 ayat (2) yang

menyatakan bahwa negara memiliki kewenangan untuk: (1) Mengatur dan

menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi,

air, dan ruang angkasa, (2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan

hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa, dan (3)

Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan bumi, air dan ruang angkasa.

Terdapat peraturan pemerintah terkait dengan upaya pengendalian konversi lahan

sawah pada tabel 2.6 (lampiran).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian

2.5.1 Faktor Determinan Konversi Lahan

Dalam jurnal penelitian Irawan (2008), Konversi lahan pertanian pada

dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor

pertanian dan sektor nonpertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan

lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial, yaitu:

keterbatasan sumber daya lahan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan

ekonomi. Di setiap daerah, luas lahan yang tersedia relatif tetap atau terbatas

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

44

sehingga pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kelangkaan lahan yang

dapat di alokasikan untuk kegiatan pertanian dan non pertanian. Sementara itu

pertumbuhan ekonomi cenderung mendorong permintaan lahan untuk kegiatan

non pertanian pada laju lebih tinggi dibanding permintaan lahan untuk kegiatan

pertanian karena permintaan produk non pertanian lebih elastis terhadap

pendapatan. Meningkatknya kelangkaan lahan (akibat pertumbuhan penduduk),

yang dibarengi dengan meningkatnya permintaan lahan yang relatif tinggi untuk

kegiatan non pertanian (akibat pertumbuhan ekonomi) pada akhirnya

menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian (Irawan, 2008).

Sejalan dengan perubahan struktur perekonomian yang merupakan ciri

perkembangan suatu negara atau daerah, kebutuhan lahan untuk kegiatan non

pertanian akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kecenderungan

tersebut menyebabkan konversi lahan pertanian sulit dihindari, dengan kata lain,

setiap tahunnya pasti terjadi konversi lahan. Luas konversi lahan tersebut setiap

tahunnya akan semakin besar karena konversi lahan pertanian umumnya bersifat

menular. Dengan kata lain, sekali konversi lahan terjadi di suatu lokasi maka luas

lahan yang dikonversi di lokasi tersebut akan semakin besar akibat konversi lahan

ikutan yang terjadi di lokasi sekitarnya (Irawan, 2008). Gejala penularan konversi

lahan tersebut dapat disebabkan oleh dua faktor yang saling terkait (Irawan, 2003)

yaitu:

1. Sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau kawasan

industri di suatu lokasi yang mengalami konversi lahan pertanian, maka

aksesibilitas di lokasi yang bersangkutan semakin baik akibat

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

45

berkembangnya sarana dan prasarana transportasi. Peningkatan

aksesibiltas tersebut selanjutnya merangsang peningkatan permintaan

lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di

lokasi sekitarnya mengalami peningkatan.

2. Meningkatnya harga lahan selanjutnya mendorong petani lain di

sekitarnya untuk menjual lahannya. Pembeli tanah tersebut biasanya

bukan penduduk setempat sehingga akan terbentuk lahan-lahan guntai

yang secara umum rentan terhadap proses konversi lahan (Wibowo,

1996).

2.5.2 Faktor Makro Konversi Lahan

Menurut Pakpahan et al (1993) faktor tak langsung atau makro yang

mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian yaitu faktor konversi di tingkat wilayah

dimana faktor tersebut tidak secara langsung mempengaruhi keputusan petani.

Faktor ini mempengaruhi faktor-faktor lain yang nantinya berpengaruh terhadap

keputusan petani. Faktor tersebut antara lain seperti pertumbuhan penduduk yang

mempengaruhi pertumbuhan pemukiman dan perubahan struktur ekonomi ke arah

industri dan jasa yang akan meningkatkan kebutuhan akan sarana transportasi dan

lahan untuk industri.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

46

2.5.3 Faktor Mikro Konversi Lahan

Menurut (Pakpahan et al dalam Irawan, 2008), faktor langsung atau

mikro yaitu faktor konversi di tingkat petani dimana faktor tersebut

mempengaruhi langsung keputusan petani. Faktor tersebut antara lain kondisi

sosial ekonomi petani, seperti pendidikan, pendapatan, kemampuan secara

ekonomi, pajak tanah, harga tanah, dan lokasi tanah. Sedangkan faktor tak

langsung atau makro yaitu faktor konversi di tingkat wilayah dimana faktor

tersebut tidak secara langsung mempengaruhi keputusan petani.

Sebagian besar lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan, atau kebun

dimiliki oleh petani.oleh karena itu proses konversi lahan pertanian umumnya

diawali dengan transaksi penjualan lahan petani kepada pihak lain. berdasarkan

proses tersebut, konversi lahan dapat pula dirangsang oleh dorongan penawaran

lahan pertanian oleh petani (Irawan, 2008). Dalam jangka panjang dorongan

penawaran lahan pertanian tersebut dapat dirangsang oleh dua fenomena yaitu

berlakunya sistem pewarisan lahan pecah bagi yang berdampak pada pemilikan

lahan per petani makin sempit dan penurunan rente usaha pertanian sebagai

konsekuensi dari penurunan sekuler nilai tukar pertanian dan naiknya harga lahan.

Kedua fenomena tersebut selanjutnya mendorong petani untuk menjual

lahannya dan beralih ke sektor lain, karena pendapatan yang diperoleh dari lahan

yang dimiliki dinilai tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga petani (Irawan,

2008). Dalam kasus penjualan lahan, para pemodal melihat itu sebagai peluang

yang sangat besar dan menjanjikan dalam jangka panjang, yaitu dengan membeli

lahan di sekitar perkotaan untuk investasi.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

47

Dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama harga tanah akan terus

meningkat secara signifikan. Para pembeli tanah pun mencari pemilik lahan untuk

diimingi bayaran agar pemilik lahan mau menjual lahannya. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ermanto (2012) pada petani PIR Kelapa Sawit di Desa Karta,

Banten, menunjukkan bahwa motif petani menjual lahannya menunjukkan

27,73% digunakan untuk biaya kematian/hajatan, 20,2% untuk biaya hidup,

18,8% untuk modal usaha, 14,4% untuk beli sawah, 5,8% untuk dibagi kepada

anak-anak mereka, dan selebihnya untuk keperluan lain. Rahmanto dkk, (2008),

menyatakan karakteristik rumahtangga memiliki hubungan kuat terhadap

keragaman persepsi multi fungsi lahan sawah di antaranya mencakup peubah-

peubah berikut:

1. Usia responden

2. Tungkat pendidikan

3. Jumlah anggota keluarga tertanggung

4. Luas garapan sawah

5. Proporsi pendapatan rumah tangga dari lahan sawah

Hasil temuan Rusastra (1997), di Kalimantan Selatan, alasan utama

petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang

tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan. Syafa‟at (1995), di

Jawa menemukan bahwa alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah

karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan industri, serta harga lahan.

Pajak lahan yang tinggi cenderung mendorong petani untuk melakukan konversi

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

48

dan rasio pendapatan non pertanian terhadap pendapatan total yang tinggi

cenderung menghambat petani untuk melakukan konversi.

2.6 Dampak dari Konversi Lahan Pertanian

Sumberdaya lahan pertanian memberikan manfaat yang sangat luas

secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu hilangnya lahan pertanian

akibat dikonversi ke penggunaan non pertanian akan menimbulkan dampak

negatif terhadap berbagai aspek pembangunan. Keberadaan lahan pertanian dari

aspek lingkungan dapat memberikan lima jenis manfaat yaitu: mencegah

terjadinya banjir, sebagai pengendali keseimbangan tata air, mencegah terjadinya

erosi, mengurangi pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah

tangga, dan mencegah pencemaran udara yang berasala dari gas buangan. (Irawan,

2005) Meningkatnya pertumbuhan populasi mempengaruhi perkembangan

kegiatan pembangunan perumahan dan industri yang menekan keberadaan lahan

produktif penghasil pangan, sayuran, dan buah-buahan. Hal ini juga menekan

keberadaan petani yang memiliki lahan pertanian sebagai tempat untuk mencari

nafkah. Menurut Widjanarko et al (2006) dampak negatif akibat alih fungsi lahan,

antara lain:

1. Berkurangnya luas lahan sawah yang mengakibatkan turunnya produksi

padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan.

2. Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan bergesernya lapangan

kerja dari sektor pertanian ke non petanian dimana tenaga kerja lokal

nantinya akan bersaing dengan pendatang. Dampak sosial ini akan

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

49

berkembang dengan meningkatnya kecemburuan sosial masyarakat

setempat terhadap pendatang yang nantinya akan berpotensi

meningkatkan konflik sosial.

3. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan saran pengairan

menjadi tidak optimal. Hal ini dikarenakan irigasi yang telah dibangun

menjadi sia-sia karena sawah yang dialih fungsikan.

4. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan

ataupun industri karena kesalahan perhitungan mengakibatkan lahan

yang telah dialihfungsikan menjadi tidak termanfaatkan, karena tidak

mungkin dikembalikan menjadi sawah kembali.sehingga luas lahan

tidur akan meningkat dan nantinya akan menimbulkan konflik sosial

seperti penjarahan tanah.

5. Berkurangnya ekosistem sawah di Pulau Jawa dimana telah terbentuk

selama berpuluh-puluh tahun, sedangkan pencetakan sawah baru di luar

Pulau Jawa tidak memuaskan hasilnya.

Dalam jurnal penelitian oleh (Syahyuti, 2011) dengan judul

“Delandreformisasi Sebagai Gejala Anti Landreform di Indonesia” mengatakan

bahwa delandreformisasi adalah proses atau gejala yang menyebabkan petani

tidak dapat menjalankan kegiatannya sebagai petani dengan semestinya, baik

karena tekanan dari luar maupun karena perilaku petani itu sendiri dan lingkungan

sosio kultural masyarakat setempat. Delandreformisasi adalah gejala yang

berlawanan dengan cita-cita ideal landreform dan reforma agrarian sebagaimana

tercantum dalam UU, kebijakan pemerintah, dan impian para pejuang dan

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

50

pemerhati agraria. Karakter yang melekat pada delandreformisasi sesungguhnya

saling terkait satu sama lain. adapun bentuk utama gejala delandreformisasi:

Penjualan lahan, fragmentasi lahan dan konversi lahan pertanian. Dampak dari

delandreformisasi pun mempengaruhi kesejahteraan petani dan struktur pertanian

nasional. Adapun dampaknya sebagai berikut: Terkendalanya pengembangan

agribisnis, petani terpaksa harus melakukan diversifikasi, perubahan sosiokultural.

Delandreformisasi umumnya berlangsung sebagai peristiwa di level mikro, yakni

di tingkat rumah tangga. Namun, gejala ini memiliki dampak secara mikro dan

makro sekaligus. Penjualan dan fragmentasi lahan telah menyebabkan penguasaan

tidak mencapai skala ekonomi. Secara umum telah, telah terjadi penyempitan

penguasaan lahan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Nuhung (2013) Pengkajian Transaksi Lahan Pertanian di Wilayah Sub

Urban, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi atau memotivasi

masyarakat untuk menjual lahannya di desa Nagrak Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Bogor adalah: Usia/umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan

keluarga, tingkat pendidikan, kebutuhan yang mendesak. Faktor-faktor tersebut

berpengaruh nyata secara statistic melalui F test. Terdapat 76% responden

memiliki motivasi “sedang sampai sangat tinggi” untuk menjual lahan.

Subali (2005) Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah

Tangga Petani (Studi Kasus Desa Batujajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten

Bogor) menjelaskan bahwa faktor utama yang menyebabkan konversi lahan di

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

51

Desa Batujajar dibagi menjadi dua yaitu (1) faktor internal, yaitu faktor dari

dalam diri masyarakat penjual lahan sendiri dalam hal ini, pendidikan, pendapatan

dan pengalaman kerja dan juga ketergantungan terhadap lahan, (2) faktor

eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar masyarakat Desa Batujajar dalam

hal ini investor, pengaruh tetangga, pengaruh aparat desa dan juga calo-calo tanah

yang memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan.

Munir (2008) Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat

Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (Kasus: Desa Candimulyo, Kecamatan

Kertek, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah) menjelaskan bahwa ada

hubungan antara faktor internal dan eksternal pertain dengan pengambilan

keputusan untuk mengkonversi lahan. Konversi lahan berpengaruh positif

terhadap tingkat kesejahtraan rumah tangga petani khususnya di Desa

Candimulyo. Dalam hal ini, petani tersebut akan lebih sejahtera setelah

mengkonversi lahan mereka menjadi pertambangan pasir dan batu. Akan tetapi,

jika dilihat sisi negatifnya, petani tersebut pada hakekatnya menghancurkan

lingkungan sendiri.

Silalahi (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan

Pemukiman di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Latar belakang penjualan

lahan di Kecamatan Cibinong mengindikasikan bahwa responden yang menjual

lahan adalah sudah berkeluarga dan mempunyai tanggungan keluarga yang cukup

besar, umur relatif pada usia kerja mendekati usia kerja tidak produktif. Motivasi

penjual lahan pada saat melakukantransaksi jual lahan mengindikasikan bahwa

faktor pendorong disebabkan kebutuhan modal usaha dan faktor penariknya

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

52

disebabkan oleh keinginan untuk membuat tabungan demi kelangsungan hidup,

sedangkan peruntukan hasil penjualan lahannya adalah untuk modal usaha.

2.8 Kerangka Pemikiran

Lahan merupakan modal penting yang harus dimiliki suatu daerah

untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun pertumbuhan populasi dan

meningkatnya nilai ekonomi membuat perubahan yang terjadi pada lahan semakin

marak. Lahan pertanian saat ini sudah banyak berganti menjadi lahan non

pertanian. Laju pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan

peningkatan kebutuhan akan lahan pemukiman ikut bertambah. Belum lagi

permintaan sarana dan prasarana akan ikut bertambah seiring banyaknya

pemukiman baru yang dibangun.

Pergesaran fungsi lahan pertanian didorong oleh faktor eksternal

maupun faktor internal, faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan petani

menjual lahan adalah pengaruh dari investor, kebijakan pemerintah, dan tetangga

petani yang menjual lahan. Faktor-faktor ini berasal dari luar petani itu sendiri,

pengaruh investor yang mendatangi petani, kebijakan pemerintah dalam

membangun pertanian, serta jumlah petani yang menjual lahannya dapat

mempengaruhi petani lain untuk tidak mempertahankan lahannya yang semetara

itu, faktor internal seperti; umur, pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan dan

harga lahan, juga diduga menjadi pendorong kuat bagi para petani untuk menjual

lahannya kepada para pengembang lahan. Pada penelitian ini, peneliti membatasi

untuk membahas faktor internal dari petani dalam menjual lahannya saja yang

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

53

dimana peneliti ingin menganalisa apakah faktor umur, pendidikan, jumlah

tanggungan, luas lahan dan harga lahan mempengaruhi petani dalam menjual

lahan mereka. Skema faktor-faktor yang mempengaruhi petani menjual lahan

pertaniannya secara sederhana pada Gambar 2.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

54

Ket:

- - - - = batasan penelitian

= menyatakan hubungan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Transaksi Lahan

Pertanian

Petani Menjual Lahan

Perubahan Pendapatan dan

Mata Pencaharian Petani

Desa Buni Bakti

Konversi Lahan

Pertanian

Pertumbuhan Ekonomi

Peningkatan

Permintaan Lahan

Faktor Internal:

Umur

Lama Pendidikan

Jumlah Tanggungan Keluarga

Luas Lahan

Harga Lahan

Faktor Eksternal:

Pengaruh Investor

Kebijakan Pemerintah

Jumlah Tetangga Petani yang

Menjual Lahan

Pertumbuhan Populasi

Penduduk

Luas Tanah dan

Kekayaan Alam

Analisis Regresi

Berganda

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai transaksi lahan ini dilakukan pada Desa Buni Bakti

di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat dari bulan Januari

s/d April 2015. Penentuan wilayah dilakukan dengan sengaja (purposive), karena

Desa Buni Bakti diduga mempunyai kecenderungan konversi lahan pertanian

yang cukup besar terutama karena berada di dekat daerah perkotaan dan

berbatasan dengan daerah industri. Konversi lahan pertanian yang disebabkan

karena penjualan lahan pertanian oleh para petani ini banyak terdapat di Desa

Buni Bakti, yaitu penjualan lahan sawah yang diubah menjadi lahan pemukiman

penduduk, kegiatan investasi oleh para investor, kegiatan para spekulan tanah

untuk mendapat keuntungan, perubahan lahan menjadi lokasi industri dan

beberapa pembangkit listrik. Petani di Desa Buni Bakti diduga sudah menjadi

petani penggarap saja karena mereka sudah menjual lahan kepada pembeli lahan.

Walaupun beberapa masih memiliki lahan dan mempetahankannya.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder yang

berhubungan dengan konversi lahan persawahan. Data primer didapat dari hasil

wawancara dan kuesioner yang disebar ke petani sebagai responden penelitian

sedangkan data sekunder didapat dari data kependudukan, perkembangan luas

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

56

lahan sawah, panjang jalan, luas lahan pemukiman, pertumbuhan PDRB industri,

produktivitas lahan sawah. Data didapat dari Pemerintahan Daerah Kabupaten

Bekasi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Dinas Pertanian Kabupaten

Bekasi, serta data-data pendukung yang berasal dari literatur-literatur, skripsi, dan

data mengenai konversi lahan.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara melakukan wawancara

langsung dengan narasumber. Moleong (2002) mendefinisikan bahwa wawancara

adalah percakapan lisan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Daftar pertanyaan dalam wawancara

tersebut menggunakan kuisioner. Kusumah (2011) menjelaskan bahwa kuisioner

adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada subjek yang diteliti untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Kuisioner dibagi menjadi dua

macam, yaitu kuisioner berstruktur atau tertutup dan kuisioner tidak berstruktur

atau terbuka. Kuisioner tertutup berisikan pertanyakan yang disertai dengan

pilihan jawaban. Sedangkan kuisioner terbuka berisikan pertanyaan yang tidak

disertai pilihan jawaban.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

57

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tanya jawab secara langsung

kepada petani setempat selaku narasumber pada penelitian ini. Kuisioner yang

digunakan menggunakan kuisioner terbuka atau tidak terstruktur. Kuisioner dalam

penelitian ini memuat tentang karateristik petani, ekonomi petani, status

kepemilikan lahan, tentang penjualan lahan, penggunaan hasil penjualan lahan,

dan sistem menjual lahan.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari

jumlah populasi tersebut. Pengambilan sampel (data primer) dilakukan dengan

wawancara langsung kepada para petani yang menjual lahan serta mengajukan

kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratisfied random

sampling. Sampel yang diambil sebanyak 44 responden.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ditabulasi menggunakan

perangkat lunak Microsoft Excel 2010 kemudian dilakukan pengolahan data

menggunakan SPSS 18. SPSS 18 digunakan untuk menguji data yang terdiri dari;

uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Data yang sudah diolah, dianalisis dengan dua

cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif yang telah diolah

disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif dipaparkan dalam bentuk

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

58

uraian guna mendukung data kuantitatif yang tersedia sebelumnya. Untuk

menganalisis permasalahan tersebut digunakan model kualitatif dan kuantitatif

dengan sistem tabulasi statistik serta model regresi linear berganda:

Dimana:

Y = Motivasi menjual lahan

α = Intersep

X1 = Umur (tahun)

X2 = Lama Pendidikan (tahun)

X3 = Harga Tanah (rupiah)

X4 = Luas Lahan (m2)

X5 = Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)

3.6 Hipotesis

Hipotesis yang dapat dibuat dari variabel-variabel mengenai analisis

transaksi lahan pertanian di Kecamatan Babelan adalah sebagai berikut:

1. Umur diduga berpengaruh signifikan terhadap motivasi menjual lahan

pertanian yang dilakukan oleh petani.

2. Lama pendidikan diduga berpengaruh signifikan terhadap motivasi

menjual lahan pertanian yang dilakukan oleh petani.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

59

3. Harga tanah diduga berpengaruh signifikan terhadap motivasi menjual

lahan pertanian yang dilakukan oleh petani.

4. Luas lahan diduga berpengaruh signifikan terhadap motivasi menjual

lahan pertanian yang dilakukan oleh petani.

5. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh signifikan terhadap

motivasi menjual lahan pertanian yang dilakukan oleh petani.

3.6.1 Uji Hipotesis

Dalam model regresi berganda ini dilakukan uji hipotesis, antara lain;

Uji Koefisien Determinasi (R-squared), Uji F (F-test), Uji t (t-test).

3.6.1.1 Uji Koefisien Determinasi (R-squared)

Nilai R-squared mencerminkan seberapa besar keragaman dari

variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen.

Nilai R-squared memiliki besaran yang positif dan besarannya adalah 0 <

R-squared < 1. Apabila nilai R-squared bernilai nol artinya keragaman

variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen.

Sebaliknya, jika nilai R-squared bernilai satu maka keragaman dari

variabel dependen secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel

independennya secara sempurna (Gujarati, 2002). R-squared dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

60

Dimana:

ESS = Explained of Sum Squared

TSS = Total Sum of Squared

3.6.1.2 Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent

atau variabel bebas (Xi) secara bersama-sama terhadap variabel

dependen atau variabel tidak bebas (Y). Adapun tahap yang digunakan

dalam uji F (Gujarati 2002):

H0 = β1 = β2 = β3 = ….. = βi = 0

H1 = minimal terdapat satu βi ≠ 0

Dimana:

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKG = Jumlah Kuadrat Galat

k = Jumlah variabel terhadap intersep

n = jumlah pengamatan/sampel

Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti

bahwa variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

61

tidak bebas (Y). sedangkan apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1

diterima yang berarti bahwa variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas (Y).

Model yang dihasilkan dari regresi linear berganda haruslah baik,

jika tidak maka akan mempengaruhi interpretasinya. Interpretasi ini

menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linear antara variabel

bebas (Chatterejee and price dalam Nachrowi et all 2002).

3.6.1.3 Uji t

Pengujian individu digunakan untuk menguji apakah nilai

koefisien regresi mempunyai pengaruh yang signifikan (Setiawan dan

Kusrini, 2010:64). Pada penelitian ini digunakan pengujian satu arah

dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: βi ≤ 0

Ha: βi ≥ 0

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang

dihitung dengan rumus (Rohmana, 2010:74):

Dimana:

t = nilai thitung

βi = nilai koefisien regresi variabel X

sei = standar error variabel X

Mula-mula tentukan nilai degree of freedom (df):

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

62

Dimana:

n = jumlah observasi/sampel

k = jumlah variabel bebas ditambah konstanta

Kemudian bandingkan antara nilai thitung degan ketentuan sebagai

berikut:

a. Jika thitung ≥ ttabel, maka tolak H0 dan terima Ha artinya signifikan.

b. Jika thitung ≤ ttabel, maka terima H0 dan tolak Ha artinya tidak

signifikan.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Dibutuhkan Uji asumsi klasik untuk memenuhi interpretasi dan kriteria

model regresi linear yang baik. Uji asumsi klasik merupakan pengujian pada

model yang telah berbentuk linear untuk mendapatkan model yang telah

berbentuk linear untuk mendapatkan model yang baik. setelah model

diregresikian dilakukan uji penyimpangan asusmsi, yaitu: Uji Normalitas, Uji

Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2011). Model dikatakan baik jika mempunyai distribusi normal

atau hampir normal. Salah satu uji yang dapat digunakan adalah uji

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

63

Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah

sebagai berikut:

H0 : Error term terdistribusi normal

H1 : Error term tidak terdistribusi normal

Dengan kriteria uji:

Jika P-value < α maka tolak H0

Jika P-value > α maka terima H0

Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan

perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat lain.

3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Asumsi penting dari regresi linear klasik adalah bahwa gangguan

yang muncul dalam fungsi regresi adalah heteroskedastisitas. Menurut

Juanda (2009), heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak sama

untuk tiap pengamatan kecuali dari peubah-peubah bebas dalam model

regresi. Masalah heteroskedastisitas biasanya sering terjadi dalam data

cross section. Salah satu cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas

adalah dengan transformasi terhadap peubah respon hasil transformasi

tersebut. Namun, dalam mendeteksi terjadinya heteroskedastsitas dalam

model dapat digunakan juga metode grafik (Nachrowi et all 2002). Selain

itu, dapat juga dilakukan dengan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan

meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

64

(Gujarati 2006). Jika nilai signifikan dari hasil uji Glejser lebih besar dari

α maka tidak terdapat heteroskedastisitas dan sebaliknya.

3.6.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabell bebas (independen)

(Ghozali, 2011). Jika suatu model regresi berganda terdapat hubungan

liniear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut, maka dapat

dikatakan model tersebut mengalami multikolinearitas. Terdapat

multikolinearitas menyebabkan R-squared tinggi namun tidak banyak

variabel yang signifikan dari uji t. terdapat beberapa cara untuk

menentukan apakah suatu model memiliki gejala multikolinearitas. Salah

satu cara yang digunakan adalah dengan uji Varian Infaction Factor

(VIF). Cara ini terbilang mudah dengan hanya melihat apakah nila VIF

untuk masing-masing variabel lebih besar dari 10 atau tidak. Apabila

nilai VIF lebih besar dari 10 maka diindikasikan model tersebut

mengalami multikolinearitas. Sebaliknya, apabila VIF lebih kecil dari 10

maka diindikasikan bahwa model tersebut tidak mengalami

multikolinearitas.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

65

3.7 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional variabel yang terdapat dalam transaksi

lahan pertanian adalah sebagai berikut :

1. Umur (X1)

Umur menggambarkan produktifnya seseorang untuk melakukan

perkerjaan. Semakin tua umur seseorang, aktivitas yang dilakukan

sedikit menurun sedangkan saat umur seseorang masih muda, banyak

aktivitas yang dapat dilakukan.

2. Lama Pendidikan (tahun) (X2)

Lama pendidikan yang ditempuh mempengaruhi seseorang dalam

mengambil keputusan dan menggambarkan individu yang dapat

mempertimbangkan sesuatu secara matang.

3. Harga Tanah (X3)

Harga tanah yang saat ini terus meningkat membuat petani tergiur

menjual lahannya kepada para pembeli, dalam hal ini harga lahan

yang dijual oleh petani kepada pembeli lahan.

4. Luas Lahan (X4)

Luas lahan yang dimiliki oleh petani, yang bervariasi total luasnya.

Luas lahan yang semakin sempit mempengaruhi petani untuk menjual

lahannya.

5. Jumlah Tanggungan Keluarga (X5)

Jumlah anggota keluarga membuat para petani membutuhkan

pendapatan yang lebih lagi untuk menghidupi anggota keluarganya.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

66

Untuk Variabel (Y) motivasi menjual lahan oleh petani dilakukan

secara kualitatif dengan menentukan nilai, dan akan diukur melalui cara

kuantitatif (Tabel. 3.1) yaitu skoring sebagai berikut:

Tabel 3.1 Penilaian Variabel Kualitatif

Jawaban Nilai Motivasi/Niat

A 5 Sangat tinggi

B 4 Tinggi

C 3 Biasa saja

D 2 Rendah

E 1 Tidak ada

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

67

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kabupaten Bekasi

Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat dan

beribukota Cikarang. Letak geografis Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6o 10‟

6” – 6o 30‟ 6” Lintang Selatan dan 160

o 48‟ 28” – 107

o 27” 29” Bujur Timur.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bekasi adalah dataran rendah dengan bagian

selatan yang berbukit-bukit. Ketinggian lokasi antara 0 – 115 meter dan

kemiringan 0 – 250 meter. Suhu udara Kabupaten Bekasi berkisar antara 280-

320C. Curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada Bulan Januari.

Kabupaten ini mayoritas merupakan dataran rendah, 72% wilayah Kabupaten

Bekasi berada pada ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaan laut.

Wilayah Kabupaten Bekasi terbagi ke dalam 23 kecamatan yang

meliputi lima kelurahan dan 182 desa. Kabupaten ini berada tepat di sebelah timur

Jakarta, di bagian barat berbatasan dengan Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta,

pada bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, pada bagian utara

berbatasan dengan Laut Jawa, dan berbatasan dengan Kabupaten Bogor di bagian

selatan. Luas wilayah mencapai 127.388 Ha. Kecamatan yang paling luas yaitu

Kecamatan Muaragembong (14.009 Ha) atau 11% dari luas kabupaten. Penduduk

Kabupaten Bekasi tahun 2012 berjumlah 2.786.638 jiwa, yang terdiri dari

1.426.765 laki-laki dan 1.359.873 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar

104,92. Sehingga rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2.188 jiwa per km2.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

68

Wilayah yang paling pada penduduknya adalah Kecamatan Tambun Selatan

(10.329 jiwa per km2), sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah

Kecamatan Muaragembong (255 jiwa per km2).

4.1.1 Sejarah Kabupaten Bekasi

Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah

yang khas. Menurut Poerbatjaraka, seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa

Kuno, asal mula kata Bekasi, secara filosofis, berasal dari kata Chandrabhaga.

Chandra berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan

Bhaga berarti "bagian". Jadi, secara etimologis

kata Chandrabhaga berarti bagian dari bulan. Kata Chandrabhaga berubah

menjadi Bhagasasi yang pengucapannya sering disingkat menjadi Bhagasi.

Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis "Bacassie"

kemudian berubah menjadi Bekasi hingga kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi

Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh para pembela tanah air. Mereka

berjuang disini sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan negeri

tercinta dan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Balada kepahlawanan tersebut tertulis dengan jelas dalam setiap bait

guratan puisi heroik Pujangga Besar Chairil Anwar yang berjudul "Karawang -

Bekasi". Kini, Kabupaten Bekasi di usianya yang ke-57 tahun, banyak perubahan

yang telah terjadi dari masa ke masa. Sejarah terbentuknya Kabupaten Bekasi

dimulai dengan dibentuknya "Panitia Amanat Rakyat Bekasi" yang dipelopori R.

Supardi, M. Hasibuan, KH. Noer Alie, Namin, Aminudin dan Marzuki Urmaini,

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

69

yang menentang keberadaan RIS- Pasundan dan menuntut berdirinya kembali

Negara Kesatuan RI. Selanjutnya diadakan Rapat Raksasa di Alun-alun Bekasi

yang dihadiri oleh sekitar 40.000 orang rakyat Bekasi pada tanggal 17 Pebruari

1950. Menyampaikan tuntutan Rakyat Bekasi yang berbunyi :

1. Penyerahan kekuasaan Pemerintah Federal kepada Republik Indonesia,

2. Pengembalian seluruh Jawa Barat kepada Negara Republik Indonesia,

3. Tidak mengakui lagi adanya pemerintahan di daerah Bekasi, selain

Pemerintahan Republik Indonesia,

4. Menuntut kepada Pemerintah agar nama Kabupaten Jatinegara diganti

menjadi Kabupaten Bekasi.

Upaya para pemimpin Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk

memperoleh dukungan dari berbagai pihak terus dilakukan. Diantaranya

mendekati para pemimpin Masjumi, tokoh militer Mayor Lukas Kustaryo dan

Moh. Moefreini Mukmin) di Jakarta. Pengajuan usul dilakukan tiga kali antara

bulan Pebruari sampai dengan bulan Juni 1950 hingga akhirnya setelah

dibicarakan dengan DPR RIS, dan Mohammad Hatta menyetujui penggantian

nama "Kabupaten Jatinegara" menjadi "Kabupaten Bekasi ". Persetujuan

pembentukan Kabupaten Bekasi semakin kuat setelah dikeluarkannya Undang-

undang No. 14 Tahun 1950. Kabupaten Bekasi secara resmi dibentuk dan

ditetapkan tanggal 15 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Kabupaten Bekasi.

Selanjutnya pada tanggal 2 April 1960 Pusat Pemda Bekasi semula dipusatkan di

Jatinegara (sekarang Markas Kodim 0505 Jayakarta, Jakarta) dipindahkan ke

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

70

gedung baru Mustika Pura Kantor Pemda Bekasi yang terletak di Bekasi Kaum JI.

Jr. H. Juanda.

4.2 Kecamatan Babelan

Kecamatan Babelan terdiri dari sembilan desa dan terbagi menjadi tujuh

desa dan dua kelurahan, yaitu Desa Kedung Pengawas, Desa Buni Bakti, Desa

Babelan Kota, Desa Pantai Hurip, Desa Hurip Jaya, Desa Muara Bakti, Desa

Kedung Jaya, Kelurahan Bahagia, dan Kelurahan Kebalen. Kecamatan ini

berbatasan dengan Kecamatan Tarumajaya di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah

barat laut, Kecamatan Muara Gembong di sebelah utara, Kecamatan Sukawangi di

sebelah timur, Kecamatan Tambun Utara di sebelah tenggara, dan Kecamatan

Bekasi Utara di sebelah selatan.

Topografi daerah Kecamatan Babelan adalah datar 100%, ketinggian

dari permukaan laut 3-9 mdpl. Kecamatan Babelan didominasi tanah dengan jenis

tanah Alluvial Kelabu dengan luas 5.525 ha. Tipe iklim menurut klasifikasi

Sistem Oldemen adalah bersifat sedang dengan bulan basah 7 bulan dan bulan

kering 5 bulan. Musim hujan dimulai bulan Oktober, Nopember sampai dengan

bulan April, sedangkan musim kemarau dimulai bulan Mei sampai dengan bulan

September. Suhu rata-rata 270C, per Desember 2011 rata-rata curah hujan bulanan

sebanyak 175,6 mm dengan jumlah hari hujan per bulan 11 hari.

Penduduk Kecamatan Babelan pada tahun 2013 berjumlah 258.645 jiwa

yang terdiri dari 142.249 jiwa laki-laki dan 116.416 jiwa perempuan. Kelurahan

Bahagia adalah yang paling banyak penduduknya yakni sebesar 96969 jiwa,

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

71

sedangkan Desa Hurip Jaya adalah yang paling sedikit penduduk yakni sebesar

3.852 jiwa. Pesebaran penduduk di Kecamatan Babelan tidak merata, penduduk

terkonsentrasi pada wilayah yang sudah berkembang perekonomiannya, seperti

Kelurahan Bahagia, Kelurahan Kebalen dan Desa Babelan Kota dimana daerah-

daerah tersebut memiliki sumber penghasilan utama dari sektor industri

pengolahan. Sedangkan daerah yang masih didominasi oleh pertanian cenderung

memiliki penduduk yang sedikit dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai

buruh tani.

Perkembangan sektor industri di Kecamatan Babelan sangat

mempengaruhi karakteristik kependudukannya. Desa lain, seperti Desa Hurip Jaya

adalah desa di Kecamatan Babelan yang masih banyak lahan pertanian, tambak

dan lahan produktif lainnya, begitu juga dengan Desa Pantai Hurip yang masih

memiliki lahan pertanian cukup luas, kedua desa ini terletak di utara dekat dengan

pantai sehingga memiliki tanaman bakau yang dapat menahan abrasi air laut,

pengairan disini juga lancar untuk mendukung bercocok tanam dan budidaya ikan.

Di bagian tengah Kecamatan terdapat Desa Kedung Jaya, Kedung Pengawas,

Buni Bakti dan Muara Bakti yang masing-masing mnempunyai lahan pertanian

yang banyak dan sebagai penghasil padi terbanyak di Kecamatan Babelan.

4.2.1 Sejarah Kecamatan Babelan

Babelan dahulu daerah utara kota Bekasi ini dikenal karena hamparan

sawahnya yang menjulang dan penghasil dedak berkualitas. Kini telah berubah

drastis menjadi bangunan kios, ruko, pabrik dan sebagainya. Konon pada zaman

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

72

Hindia Belanda, ada sebidang tanah yang letaknya di sepanjang pantai Bekasi

luasnya 17 kilometer persegi itu dikuasai oleh tuan tanah keturunan china. Sang

Tuan tanah oleh masyarakat setempat dijuluki “Baba Land”. Seiring

perkembangan zaman, muncul sejumlah pendatang konon mereka adalah korban

eksodus wilayah Senayan oleh Bung Karno. Dialek bahasa mereka suka menyebut

fonem e di setiap ujarannya, sebutan ”Baba Land” menjadi “Babe Land”.

Adapula Sumber lain mengatakan bahwa “Babelan” pada awalnya

bernama Kebalen, Menurut cerita lisan yang beredar zaman dahulu, Kebalen

adalah nama sebuah desa di kawasan pesisir pantai Bekasi yang diambil dari nama

tanah lapang untuk bermain sepakbola bagi penduduk setempat dan penduduk

londo. Wilayah tersebut terkenal dengan lapangan sepakbolanya maka pada level

masyarakat pribumi yang ingin main bola sering dengan sebutan Ke Ball

Land yang maksudnya ke “tanah lapang” main bola (tapi diterjemahkan ke bahasa

Belanda). Sejak itu, istilah Ke Ball Land lazim dipakai oleh masyarakat yang

ingin main bola kala itu, maka suatu saat oleh penduduk setempat dinamakan lah

wilayah itu dengan nama Kampung Kebalen.

4.3 Desa Buni Bakti

Desa Buni Bakti adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan

Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa

Huripjaya di sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Tarumajaya di sebelah

barat, berbatasan dengan Desa Muarabakti di sebelah timur, dan Desa Kedung

Pengawas dan Kedung Jaya di sebelah selatan. Jumlah penduduk Desa Buni Bakti

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

73

sebesar 9242 jiwa yang terdiri dari 5083 jiwa laki-laki dan 4159 jiwa perempuan

(data akhir Juli 2013, BP3KKP Kecamatan Babelan). Jumlah kepala keluarga

menurut status pekerjaan pada tahun 2013 sebanyak 2551 rumah tangga bekerja

dan 416 rumah tangga tidak bekerja (UPT KB Kecamatan Babelan, 2013).

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

74

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Pertanian dan Lingkungan di Desa Buni Bakti

Desa Buni Bakti adalah salah satu desa yang diandalkan di Kecamatan

Babelan dalam memproduksi hasil-hasil pertanian. Tetapi beberapa permasalahan

seperti kekeringan dan banjir kerap kali mengganggu proses bercocok tanam yang

sedang dilakukan oleh petani desa tersebut. Saat musim kemarau, kekeringan

melanda desa ini sehingga menyebabkan kurangnya air untuk pengairan pertanian.

Irigasi di desa ini menggunakan irigasi tadah hujan yang sangat mengandalkan air

hujan untuk ketersediaan air untuk pengairan.

Problema yang ada saat musim hujan, sawah yang ada pada desa ini

mengalami kebanjiran, apalagi saat hujan turun dengan intensitas tinggi yang

dapat merendam sawah sehingga menyebabkan gagal panen. Tapi hal ini bertolak

belakang saat musim kemarau berakhir, karena lahan pertanian disini khususnya

lahan persawahan menggunakan sistem pengairan irigasi tadah hujan, sehingga

saat hujan air di irigasi pun tersedia. Namun, berbeda cerita ketika intensitas hujan

tinggi, banjir kerap melanda daerah desa Buni Bakti dan ada beberapa dusun yang

terkena banjir parah sehingga menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian.

Hal ini sudah pasti akan merugikan petani, mereka terancam gagal

panen dan kehilangan pendapatannya. Selain dari memperhatikan masalah

pengairan dan penanggulangan banjir yang datang saat musim hujan, pemerintah

setempat dituntut untuk membantu para petani dalam pekerjaannya. Petani disini

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

75

juga mengaku kurangnya perhatian dari pemerintah soal ketersediaan pupuk yang

mengakibatkan petani tidak dapat menggarap lahannya. Hal ini menunjukkan

bahwa perhatian dari pemerintah terhadap petani masih kurang, kondisi

lingkungan di Desa Buni Bakti saat ini banyak aktivitas-aktivitas industri maupun

pertambangan yang menyebabkan kelestarian alam terancam rusak.

Pembangunan lokasi pertambangan menjadi salah satu penyumbang

pengalihan fungsi lahan di desa ini, terdapat pertambangan dari PT.

PERTAMINA dan PLTB yang memakai lahan produktif pertanian. Padahal lahan

yang saat ini banyak beralih fungsi tadinya adalah milik para petani setempat yang

dijadikan andalan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun seiring berjalannya

waktu dan kemajuan teknologi serta pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan

pertambahan penduduk dan kebutuhan lahan untuk perumahan serta kegiatan

industrial membuat lahan-lahan pertanian beralih fungsi, lahan itu tadinya dimiliki

oleh petani setempat.

Tidak sedikit petani yang menjual lahannya kepada para

investor/pembeli lahan. Tertarik dengan harga lahan yang saat ini semakin tinggi,

sejalan dengan harga tanah yang bersifat inelastis sempurna yaitu, bahwa tanah

bersifat terbatas namun permintaan selalu ada untuk tanah dan kian lama kian

tinggi. Harga tanah di desa ini sekitar tahun 2005 adalah 150 juta/ha, dan saat ini

bisa mencapai 2 milyar/ha. Harga lahan yang terbilang tinggi ini menggiurkan

petani untuk menjual lahannya, walaupun ada beberapa hal lain pendorong

mereka menjual lahan tersebut. Penjualan lahan pertanian oleh para petani di Desa

Buni Bakti banyak dilakukan di tahun-tahun sebelum harga tanah melambung,

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

76

walaupun beberapa ada yang menjual pada 3-4 tahun terakhir yang harga tanah

menembus sekitar Rp. 100.000,- per meter persegi.

5.2 Konversi Lahan di Desa Buni Bakti

Luas lahan pertanian di Desa Buni Bakti menurun di 2 tahun

belakangan ini, penurunan lahan ini salah satunya akibat dari penjualan lahan oleh

petani setempat. Para pembeli lahan/investor menggunakan lahan yang telah

mereka miliki untuk keperluan industri, pergudangan maupun perumahan dan

beberapa ada yang hanya membeli dan untuk dijual kembali. Konversi lahan yang

dimana adalah mengubah fungsi awal lahan memang menimbulkan beberapa

dampak negatif, antara lain; rusaknya ekosistem, berkurangnya produksi

pertanian, rusaknya situs-situs penting, banjir, dan masalah sosial. Beberapa

dampak ini jelas terasa di Desa Buni Bakti, dimana desa ini sangat diandalkan

hasil pertaniannya.

Penjualan lahan pertanian yang dilakukan oleh petani Desa Buni Bakti

didorong oleh beberapa hal, yaitu kebutuhan dan harga tanah. Kebutuhan disini

lebih kepada pemenuhan kebutuhan hidup karena sulitnya ekonomi para petani.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan desakan kebutuhan yang harus dipenuhi

adalah masalah utama yang dihadapi oleh petani setempat. Kehidupan yang

terbilang jauh dari kata cukup membuat petani berniat menjual lahannya, dari

beberapa hasil wawancara dengan petani setempat rata-rata dari mereka memang

harus menjual lahannya karena sulitnya kebutuhan dan ada tujuan tertentu.

Kebutuhan sehari-hari seperti membayar listrik, air dan kebutuhan lainnya tidak

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

77

cukup dipenuhi dengan hasil dari bertani, walaupun hasilnya mereka tidak berbagi

dengan pemilik tanah karena saat itu lahan masih milik mereka sendiri, namun

karena di desa tersebut kerap kali mengalami kekeringan apabila musim kemarau

dan bantuan pupuk maupun benih yang tidak ada dari pemerintah setempat

membuat mereka terpaksa menjual lahan kepada para pembeli/investor. Terdapat

responden yang memang berniat menjual lahan dan memakai hasil penjualan

mereka digunakan untuk berwirausaha/berdagang.

Beberapa petani menggunakannya untuk naik haji dengan tujuan

menunaikan Rukun Islam yang ke-5. Selain itu, kebiasaan kampung ini yang suka

mengadakan hajatan apabila ada sanak saudara dan keluarga yang menikah

membuat para warga rela menjual lahannya untuk kepentingan tersebut. Rumah

para petani yang bisa dikatakan kurang layak juga menjadi salah satu tujuan

mereka menjual lahan, agar dapat merenovasi atapun membeli rumah baru di

sekitar desa tersebut. Sulitnya pupuk dan benih sangat dirasakan ketika lahan

mereka kosong dan tidak digarap.

Ketika menjadi petani garap pun mereka kesulitan mendapatkan benih

dan pupuk, keluhan yang biasa mereka keluhkan ini kurang mendapat tanggapan

atau aksi nyata dari pemerintah setempat. Saat musim kemarau lahan sawah

mengering dan tanaman padi pun tidak bisa tumbuh karena harusnya

membutuhkan air yang banyak, beberapa petani ada yang menanam palawija

untuk mengisi lahan garapan mereka, namun tidak sedikit petani yang tidak

menanami lahan garapan mereka, karena beberapa dari mereka tidak mengetahui

peluang menanam tanaman selain padi saat lahan kekurangan air.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

78

Pembeli yang membeli lahan di desa ini banyak yang bertujuan untuk

investasi dan spekulan tanah, mereka membeli lahan untuk menjual kembali di

tahun selanjutnya dimana harga tanah akan naik. Bagi investor lain yang membeli

lahan, menyewakan lahan mereka untuk digarap oleh petani setempat. Secara

syariah sebenarnya hal ini dilarang, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah

SAW, “Barangsiapa mempunyai tanah (pertanian), hendaklah ia mengolahnya,

atau memberikan kepada saudaranya, jika ia enggan (memberikan) maka tahanlah

tanahnya itu. (HR Bukhari). Lahan pertanian tidak boleh disewakan, baik tanah

kharajiyah maupun tanah usyriyah, baik sewa itu dibayar dalam bentuk hasil

pertaniannya maupun dalam bentuk lainnya (misalnya uang). (Al-Nabhani, 2003).

Namun karena mereka lebih ingin mendapatkan keuntungan yang banyak jadi

melupakan hal tersebut.

5.3 Karakteristik Responden

Responden yang terpilih memiliki keragaman yang cukup tinggi dari

sisi usia, pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan indikator-

indikator lainnya. Dari hasil penelitian dan penelusuran, diperoleh gambaran

karakteristik rata-rata responden seperti pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

No Indikator Rata-rata Responden

1 Umur 47 tahun

2 Jumlah Tanggungan Keluarga 3 orang

3 Lama Pendidikan 7 tahun

4 Pendapatan Rumahtangga Rp. 2.577.272

Sumber: Data Primer, 2015

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

79

Umur rata-rata responden yaitu 47 tahun, jumlah tanggungan keluarga

rata-rata sebesar 3 orang, hal ini menunjukkan bahwa penduduk di desa ini

memiliki tanggungan yang cukup rendah bagi kepala rumah tangga responden

karena anak-anak mereka yang sudah bekerja dan tinggal pisah dari orang tuanya.

Lama pendidikan yang ditempuh oleh responden rata-rata sebesar 7 tahun

pendidikan yang berarti rata-rata responden menempuh pendidikan lebih dari 6

tahun atau pendidikan setara Sekolah Dasar (SD), pendapatan rumahtangga

responden rata-rata yaitu 2.577.272 rupiah.

Melihat dari pendapatan per kapita setelah pajak pada tabel 5.2

(lampiran) para pekerja pertanian di Desa Buni Bakti terbilang cukup rendah bila

dibandingkan dengan rata-rata pendapatan rumah tangga pertanian di atas.

Pendapatan yang tergolong rendah ini umumnya disebabkan hasil pertanian yang

sedikit akibat gagal panen karena beberapa faktor, salah satunya adalah banjir

yang kerap kali melanda daerah ini. Selain itu pada tabel menjelaskan bahwa

pendapatan rumah tangga bukan pertanian di desa lebih besar daripada rumah

tangga pertanian di desa, yang mengindikasikan dan diprediksi bahwa pekerjaan

sebagai petani ataupun pelaku usaha tani tidak lagi menguntungkan dan diprediksi

akan banyak ditinggalkan oleh para warga desa untuk mencari pekerjaan lain di

luar sektor pertanian.

Dari 44 responden yang diwawancarai, diperoleh jenis pekerjaan yang

banyak ditemui adalah petani yaitu sebanyak 32 responden, lalu wirausaha/bisnis

yang meliputi usaha dagang, warung, dan lain-lain sebanyak 7 responden,

menyusul karyawan dalam hal ini pegawai desa dan sekuriti perusahaan sebanyak

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

80

3 responden, kemudian profesi guru sebanyak 2 responden, dan tidak ada yang

tidak bekerja. Dapat dilihat pada Tabel 5.3 jenis pekerjaan responden.

Tabel 5.3 Jenis Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Persen (%)

Petani 32 73

Wirausaha/Bisnis 7 16

Karyawan 3 7

Guru 2 4

Tidak Bekerja 0 0

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata terbesar pekerjaan

responden adalah sebagai petani. Tidak semua responden pekerjaan utamanya

adalah petani, beberapa responden yang berprofesi petani pun memiliki pekerjaan

sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pekerjaan sampingan yang di

tekuni antara lain; calo tanah, berdagang kecil-kecilan, berternak, dan lain-lain.

Pekerjaan sampingan tersebut mulai dilakoni setelah mereka menjual lahan dan

menggunakan sebagian dari hasil penjualan sebagai modal usaha mereka.

Para responden yang berprofesi sebagai petani rata-rata adalah petani

penggarap bukan petani pemilik lahan, mereka menjadi penggarap di lahan yang

sudah dimiliki oleh orang luar yang membeli lahan tersebut. Lahan yang dijual

oleh para responden kebanyakan dibeli oleh orang yang berasal dari Jakarta Timur

dan Jakarta Utara, tujuan mereka adalah untuk investasi tanah maupun untuk

dijual kembali dan beberapa ada perusahaan yang membeli lahan untuk kegiatan

usaha baik jasa maupun industri. Petani penggarap disini bekerja dengan lahan

hak sewa dimana antara pemilik lahan dan penggarap lahan menganut sistem bagi

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

81

hasil. Responden lain yang berprofesi di luar pertanian dulunya adalah petani

pemilik yang menggarap lahan sendiri namun setelah menjual lahan, mereka

beralih profesi walau terkadang mereka sesekali juga masih bertani dan

menjadikan kegiatan bertani sebagai sampingan saja. Sebaran usia responden pun

beragam, mulai dari usia produktif sampai usia tidak produktif. Usia produktif

mendominasi dengan total 93% responden yang terdiri dari dua kategori yaitu usia

25 – 40 tahun dan 41 – 60 tahun. Sedangkan sisanya adalah responden dengan

usia yang sudah tidak produktif yaitu usia 61 – 80 tahun dengan total 7%

responden. Dapat dilihat di tabel 5.4.

Tabel 5.4 Usia Responden

Umur (Tahun) Jumlah Responden Persen (%)

25 – 40 tahun 13 29

41 – 60 tahun 28 64

61 – 80 tahun 3 7

> 80 tahun 0 0

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tingkat pendidikan responden pun beragam dengan responden yang

tidak pernah mengenyam bangku pendidikan yaitu sebanyak 2 responden dengan

total 4% dari total keseluruhan responden, berpendidikan terakhir Sekolah Dasar

(SD) sebagai jumlah terbanyak dari total 44 responden yaitu sebanyak 28

responden dengan total sebesar 64% responden. Sebanyak 14 responden

menempuh pendidikan 9 – 12 tahun dengan total sebesar 32% yang berarti

responden-responden tersebut telah memenuh setidaknya wajib belajar 9 tahun.

Dapat dilihat pada tabel 5.5.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

82

Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persen (%)

Tidak Sekolah 2 4

SD 28 64

SMP 8 18

SMA 6 14

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden lebih banyak

yang tidak memenuhi wajib belajar 9 tahun sehingga bisa dikatakan masih rendah.

Namun mereka sangat peduli terhadap pendidikan anak, tidak sedikit beberapa

responden yang menjual lahan mereka untuk biaya pendidikan anak mereka.

Beberapa responden sudah berhasil mengantarkan anaknya sampai lulus sarjana

(S1), dapat disimpulkan bahwa mereka sangat ingin anak-anak mereka bekerja

lebih baik untuk masa depan, tidak masalah walau dengan menjual lahan mereka

sekalipun.

5.4 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Transaksi Lahan Pertanian di

Desa Buni Bakti

Semakin banyaknya tuntutan hidup dan kebutuhan semakin meningkat

dari tahun ke tahun membuat petani harus berfikir bagaimana caranya agar dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara pendapatan sebagai petani terkadang

tidak mencukupi dan cenderung kurang. Para petani yang dulunya pemilik lahan

sendiri terpaksa menjual lahan mereka demi memenuhi kebutuhan sehari-hari,

motivasi para petani pun beragam. Tetapi dari semua itu, motivasi utama adalah

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

83

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kurang dengan memanfaatkan uang hasil

penjualan.

Tabel 5.6 Motivasi Responden Menjual Lahan

Motivasi Jumlah Responden Persen (%)

Sangat Tinggi 9 21

Tinggi 30 68

Sedang 4 9

Rendah 1 2

Tidak Ada 0 0

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Melihat dari tabel 5.6 bahwa 21% responden memiliki motivasi yang

sangat tinggi dalam menjual lahan mereka, 68% memiliki motivasi yang tinggi,

dan sisanya memiliki motivasi dibawah tinggi berjumlah 5 responden sebesar

11% dari responden, dan tidak ada responden yang tidak memiliki motivasi untuk

menjual. Hal ini memperlihatkan bahwa rata-rata responden memang ingin

menjual lahannya. Dengan motivasi yang berbeda-beda tentunya tujuan untuk

menjualnya pun berbeda, semua itu terkait dengan kebutuhan.

Tingginya motivasi yang ada pada diri responden rupanya menjadi

suatu penyesalan di kemudian hari karena harga tanah saat ini melonjak drastis,

hal ini disebabkan oleh pembangunan di daerah Kabupaten Bekasi semakin pesat,

ditambah lagi dengan rencana pembangunan jalan tol baru yang menghubungkan

Jakarta Utara dan Pantura yang akan dibangun dalam beberapa tahun lagi,

menjamurnya industri dan perumahan di sekitar dan di Desa Buni Bakti ini

membuat harga tanah semakin tinggi, hal ini lah yang membuat rata-rata

responden menyesal dengan harga jual mereka beberapa tahun belakangan, karena

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

84

harga tanah di sekitar desa mereka sekarang bisa mencapai Rp. 100.000 –

200.000,- per meter nya, bahkan ada pengakuan dari responden ada yang berani

menawar Rp. 400.000,- per meter nya. Hal ini membuat mereka gigit jari karena

saat itu mereka menjual lahannya terlalu cepat. Namun alasan mengapa mereka

tetap menjual lahan mereka adalah karena himpitan ekonomi, keperluan, dan

alasan lain yang memaksa mereka untuk melepas lahan. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 5.7.

Tabel 5.7 Tingkat Penyesalan Responden dalam Menjual Lahan

Tingkat Penyesalan Jumlah Responden Persen (%)

Menyesal 24 54

Sedikit Menyesal 7 16

Tidak Menyesal 13 30

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Sebanyak 24 responden menyatakan bahwa mereka menyesal karena

menjual lahan mereka atau karena terlalu cepat menjual lahan dan hasil penjualan

lahan habis untuk kehidupan dan beberapa dari mereka menggunakan untuk

membayar hutang. Sebanyak 7 responden mengatakan bahwa dirinya hanya

sedikit menyesal yang berarti bahwa sebenarnya mereka tidak begitu

merencanakan menjual lahan mereka namun melihat keuntungan yang bisa

mereka ambil saat itu dan dengan hasil penjualan mereka dapat membuka usaha

kecil-kecilan, sedangkan 13 responden menyatakan tidak menyesal yang artinya

memang mereka sudah merencanakan untuk menjualnya dan mencari keuntungan

dari hasil penjualan lalu memutar uang tersebut untuk dijadikan usaha ataupun

membeli lahan di tempat lain. Harga penjualan lahan di berbagai responden

memiliki harga jual yang berbeda-beda. Terdapat, 3 responden yang menjual

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

85

lahan dengan harga di kisaran 3.000 – 5.000 rupiah per meter, sebanyak 13

responden menjual lahan dengan harga kisaran 5.001 – 10.000 rupiah per meter,

lalu sebanyak 9 responden yang menjual lahan mereka di kisaran harga 10.001 –

15.000 rupiah per meter, dan sebanyak 19 responden yang menjual lahan mereka

di atas 15.000 rupiah per meter. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Harga Jual Lahan Responden

Harga (Rp/m2) Jumlah Responden Persen (%)

Rp. 3.000 – 5.000 3 7

Rp. 5.001 – 10.000 13 30

Rp. 10.001 – 15.000 9 20

> Rp. 15.000 19 43

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Harga penjualan lahan memiliki nilai yang berbeda-beda, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; letak lokasi lahan, tahun penjualan, dan

status pemilikan lahan. Letak lokasi lahan sangat berpengaruh terhadap harga

lahan yang dijual, semakin dekat dengan pusat desa ataupun dengan perbatasan

kota dalam hal ini Bekasi Kota, maka semakin mahal harganya. Letak Desa Buni

Bakti tidak begitu jauh dengan Kota Bekasi, namun karena luas desa yang

terbilang luas, ada juga wilayah yang terbilang jauh dari kota.

Wilayah ini biasanya dipakai untuk pertambangan dan industri. Tahun

penjualan lahan dapat membedakan nilai penjualan lahan. Harga lahan 30 tahun

lalu berbeda dengan harga lahan saat ini maupun 2-3 tahun yang lalu. Harga lahan

pada sekitar tahun 80-an hanya sekitar Rp. 1.000,00 – Rp. 5.000,00 per meter,

tetapi saat ini harga lahan bisa mencapai Rp. 100.000,00 – Rp. 200.000,00 per

meter, harga bervariasi tergantung lokasi lahan dan status kepemilikan lahan.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

86

Harga tersebut berlaku di Desa Buni Bakti yang didapat dari hasil wawancara dan

kuesioner. Status pemilikan lahan juga dapat mempengaruhi harga penjualan

lahan, di Desa Buni Bakti ini rata-rata responden yang menjual lahan memiliki

status lahan girik yang berarti belum memiliki akta tanah resmi sehingga harganya

pun bisa saja rendah. Hal ini dimanfaatkan oleh para pembeli tanah untuk

memiliki lahan di sekitar desa agar dapat diinvestasikan atau bagi para spekulan

untuk menjualnya kembali dengan maksud mendapat keuntungan lebih dari harga

pembelian mereka sebelumnya. Pembeli lahan pun beragam asal dan afiliasinya

yang dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Pihak Pembeli Lahan menurut Responden

Pembeli Jumlah Responden Persen (%)

Perorangan 36 82

Perusahaan 7 16

Warga Desa 1 2

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Pada tabel 5.9 pembeli lahan di Desa Buni Bakti kebanyakan adalah

dari perorangan yang bisa disebut sebagai spekulan tanah ataupun investor,

sedangkan 7 responden lahannya dibeli oleh perusahaan yang bergerak di bidang

non pertanian (industri, jasa maupun perumahan), lalu 1 responden menjual

lahannya kepada warga desa setempat. Proses transaksi lahan melibatkan tidak

hanya antara penjual dan pembeli saja, dalam hal ini beberapa transaksi di

perantarai oleh seseorang. Terdapat mediator pembeli lahan responden pada tabel

5.10.

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

87

Tabel 5.10 Mediator Pembeli Lahan Responden

Mediator Jumlah Responden Persen (%)

Pembeli Langsung 8 18

Aparat Desa 3 7

Calo Tanah 32 73

Tetangga 1 2

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Mediator penjualan lahan di Desa Buni Bakti yang dilakukan oleh

pembeli langsung yang menawarkan kepada warga bahwa mereka ingin membeli

lahan terdapat 8 responden mengaku bahwa mereka menjual lahan dengan

berinteraksi langsung dengan pembeli. Namun ada juga yang menjual lewat calo

tanah, sebanyak 32 responden menjual lahannya dengan perantara/calo, mereka

dijelaskan rencana-rencana pembelian lahan. Calo-calo tersebut berasal dari luar

desa dan ada juga warga desa setempat yang memperantarai jual-beli lahan

tersebut. Serta terdapat juga penjual lahan yang dimediasi oleh tetangganya dalam

transaksi jual lahan, tetangga itu memiliki afiliasi dengan pihak yang ingin

membeli lahan, terdapat 1 responden yang memakai mediator tetangga sebagai

perantara jual lahan dan 3 responden menjual melalui aparat desa.

Pada tabel 5.11, penjualan lahan oleh para responden paling banyak

dilakukan sekitar tahun 2005 – 2010 yang mencakup 39 responden dengan jumlah

89% dari total responden. Penjualan lahan pada tahun 2011 – 2014 terdapat 5

responden dengan jumlah 11% dari jumlah total responden. Dapat disimpulkan

penjualan banyak dilakukan dibawah tahun 2011, dimana harga tanah saat itu

masih terbilang murah untuk ukuran desa. Sedikitnya penjualan lahan di tahun

2011 ke atas karena memang dari hasil penelitian dan observasi dan wawancara

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

88

pada petani maupun petugas desa setempat bahwa di Desa Buni Bakti ini lahan

sudah hampir 80% adalah milik orang luar desa, yang artinya bahwa penjualan

hanya dilakukan oleh orang-orang luar yang memiliki tanah tersebut, bukan lagi

para penduduk atau petani setempat.

Hanya sedikit sekali petani yang masih mempertahankan lahan mereka,

dan beberapa dari mereka ada yang menjual di tahun 2011 – 2014 karena dari

awal mereka sudah memprediksikan bahwa harga lahan akan naik, ditambah lagi

memang ekonomi mereka terbilang cukup sehingga tidak mendesak untuk

menjual lahan terlalu dini, sehingga mereka mendapat hasil penjualan lebih dari

responden lain, dan menggunakannya untuk usaha maupun membeli lahan di

tempat lain.

Tabel 5.11 Tahun Penjualan Lahan Responden

Tahun Penjualan Jumlah Responden Persen (%)

2005 – 2010 39 89

2011 – 2014 5 11

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Luas lahan yang dijual responden beragam, namun yang paling banyak

menjual lahan yang luasnya antara 3.000 – 5000 m2 sebanyak 28 responden

dengan jumlah 64% dari total responden. Sedangkan yang terendah adalah lebih

dari 10.000 m2 atau 1 ha sebanyak 3 responden dengan jumlah 7% dari total

responden, dan terdapat 8 responden yang menjual lahan dengan luas di bawah

3000 m2. Penjualan lahan di desa Buni Bakti ini tergolong penjualan lahan yang

luas karena rata-rata banyak yang menjual di atas 3000 m2

bahkan beberapa

responden ada yang menjual sampai 40.000 m2

atau 4 ha, dapat dilihat di tabel

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

89

5.12. Lahan yang dijual oleh para responden adalah lahan warisan dari orang tua

yang dulu diwariskan. Mereka menjual lahan dengan mengosongkan lahan

terlebih dahulu dari tanaman maupun komoditas pertanian. Tidak terdapat

responden yang menjual lahan beserta tanaman diatasnya, mereka biasanya

mengosongkan lahannya atau memang sudah tidak ada tanaman di lahan tersebut.

Tabel 5.12 Luas Lahan yang Dijual Responden

Luas Lahan (m2) Jumlah Responden Persen (%)

< 3000

8 18

3000 – 5000 28 64

5001 – 10000 5 11

> 10000 3 7

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Pada tabel 5.13 penggunaan lahan oleh pembeli banyak ditujukan untuk

investasi oleh para pembeli dan beberapa dari mereka adalah spekulan tanah yang

membeli lalu menjual kembali lahan tersebut untuk mendapatkan keuntungan

lebih dari biaya yang dia keluarkan untuk membeli lahan. Pembeli yang bertujuan

untuk investasi menggarap tanahnya dengan sistem bagi hasil kepada petani

setempat yang bersedia menggarap lahannya. Sebanyak 17 responden mengaku

bahwa mereka menjual kepada pembeli yang ingin menginvestasi lahan yang

telah mereka beli serta 20 responden yang mengetahui bahwa tanah yang mereka

jual sudah dibeli lagi oleh orang lain, karena harga tanah yang tidak pernah turun

sepanjang sejarah yang membuat mereka tergiur akan harga tanah di masa

mendatang. Terdapat 2 responden yang menjual lahannya kepada developer

perumahan dan 5 responden yang menjual tanah digunakan untuk usaha yang

mencakup (industri dan jasa).

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

90

Tabel 5.13 Penggunaan Lahan oleh Pembeli

Penggunaan oleh

Pembeli

Jumlah Responden Persen (%)

Bangun Perumahan 2 4

Untuk Usaha 5 11

Investasi 17 39

Dijual Lagi 20 46

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Total pendapatan responden yang diukur ketika responden telah

menjual lahan memiliki pendapatan yang berbeda-beda, pendapatan mereka

cenedrung meningkat, namun ada juga yang relatif sama karena beberapa

responden tidak memutar uang hasil penjualan dengan membuka usaha

sampingan selain menjadi petani garap. Sedangkan pendapatan yang tergolong

besar, yaitu responden yang menjual lahan dan menggunakan hasil penjualan

mereka untuk membuka usaha yang menjadi pekerjaan utama mereka, selain itu

ada dari mereka yang berinvestasi dengan membeli lahan di desa lain. hal ini

disajikan pada tabel 5.14.

Tabel 5.14 Pendapatan Keluarga Rumah Tangga Responden per Bulan

Total Pendapatan Jumlah Responden Persen (%)

500.000 – 1.000.000 14 32

1.000.001 – 3.000.000 20 45

3.000.001 – 5.000.000 7 16

> 5.000.000 3 7

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tingkat pendapatan responden beragam, responden paling banyak

memiliki pendapatan di kisaran 1.000.001 – 3.000.000 dengan total sebanyak 20

responden hal ini menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata responden terbilang

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

91

menengah. Sebanyak 3 responden memiliki penghasilan lebih dari 5.000.000

rupiah setelah menjual lahan, lalu sebanyak 7 responden yang memiliki

pendapatan di kisaran 3.000.001 – 5.000.000 rupiah, serta 14 responden yang

memiliki pendapatan antara 500.000 – 1.000.000 rupiah. Macam-macam tujuan

dari para responden untuk menjual lahan memiliki perbedaan, adapun penggunaan

hasil penjualan lahan oleh responden disajikan pada tabel 5.15.

Tabel 5.15 Penggunaan Hasil Penjualan Lahan oleh Responden

Penggunaan Jumlah Responden Persen(%)

Beli/Renovasi Rumah 5 12

Modal Usaha 21 48

Dibagikan Kepada Anak 3 7

Membeli Lahan di

Tempat Lain

2 4

Biaya Hidup 7 16

Naik Haji 4 9

Hajatan/Pesta 2 4

Jumlah 44 100

Sumber: Data Primer, 2015

Terdapat 21 responden yang penggunaan utama uang hasil penjualan

lahan untuk membuka usaha, dari ke 21 responden tersebut beberapa responden

memang membuka usaha sebagai pekerjaan utamanya dan meninggalkan

pekerjaan sebagai petani, dan ada juga yang membuka usaha namun sebagai

sampingan dengan tidak meninggalkan profesi utama mereka sebagai petani.

Responden yang penggunaan utama uang hasil penjualan lahannya untuk

beli/renovasi rumah, sebanyak 5 responden atau sekitar 12% dari total responden,

memang saat melihat rumah para penduduk disana yang belum sepenuhnya

memakai dinding dan masih seperti bilik-bilik membuat beberapa dari mereka

terdorong untuk merenovasi rumah agar lebih nyaman. Sebanyak 7 responden

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

92

atau sekitar 16% dari total responden memiliki tujuan utama memenuhi biaya

hidup, beberapa dari mereka ada yang memakai hasil penjualan lahan untuk

membayar hutang. Terdapat 4 responden atau sekitar 9% dari total responden

yang tujuan utamanya adalah naik haji, dan 2 responden atau sekitar 4% dari total

responden menggunakannya untuk hajatan/pesta, hajatan disini adalah pesta

pernikahan dan syukuran. Ternyata ada juga responden yang membeli lahan lain

setelah menjual lahan yang dipergunakan untuk usaha dan investasi, sebanyak 2

responden membeli lahan lagi.

Setelah ditanya mereka membeli lahan untuk investasi atau antisipasi

kebutuhan kedepan, dan membaca harga tanah di masa mendatang. Mereka

menggunakan sisa penggunaan hasil menjual lahan untuk membeli lahan yang

lebih kecil ataupun lebih murah, satu diantara mereka membeli lahan di desa lain,

sedangkan sisanya membeli di desa sendiri, serta 3 responden yang membagikan

hasil penjualan lahannya kepada anak-anaknya. Pembagian ini dapat dibilang

warisan, walau yang bersangkutan belum meninggal namun mereka ingin anak-

anak mereka terutama yang sudah menikah untuk hidup lebih mandiri dan

mempunyai rumah/usaha sendiri.

5.5 Uji Hipotesis

5.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam

penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu umur, lama

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

93

pendidikan, harga tanah, luas lahan dan jumlah tanggungan keluarga dan

variabel dependen yaitu motivasi menjual lahan. Adapun hasil uji

koefisien Adjusted R-square disajikan pada tabel 5.16 dibawah ini:

Tabel 5.16

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.16 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R

Square adalah sebesar 0.23, hal ini berarti 23% variabel dependen

(motivasi menjual lahan) dapat dijelaskan oleh variabel indepeden (umur,

lama pendidikan, harga tanah, luas lahan, dan jumlah tanggungan

keluarga). Sedangkan sisanya (100% - 23% = 77%) dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisa regresi

pada penelitian ini.

5.5.2 Uji F

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat

(Ghozali, 2011). Hasil uji F pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

nilai signifikansi pada tabel hasil uji F berikut:

Model Adjusted R Square

1 0.23

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

94

Tabel 5.17

Hasil Uji F (ANOVA)

Sumber: Data primer diolah, 2015

Pada tabel 5.17 diperoleh nilai signifikansi 0.008, nilai

signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi yang digunakan layak untuk menguji data atau dapat dikatakan

bahwa ukuran umur, lama pendidikan, harga tanah, luas lahan dan jumlah

tanggungan keluarga secara bersama-sama mempengaruhi motivasi

menjual lahan.

5.5.3 Uji t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Tabel 5.18

berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam penelitian, yaitu:

Model Sig.

1 0.008

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

95

Tabel 5.18

Hasil Uji Statistik t

B t T tabel Sig Kesimpulan

Umur 0.032 2,784

2.024394

0.008* Berpengaruh

Lama

Pendidikan

-0.006 -,157 0.876 Tidak

Berpengaruh

Harga

Tanah

9,916E-

10

3,217 0.003* Berpengaruh

Luas Lahan -

2,082E-

5

-2,215 0.033* Berpengaruh

Jumlah

Tanggungan

0.286 3,097 0.004* Berpengaruh

Sumber: Data primer diolah, 2015

* signifikansi pada α 5%

Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa ada 4 variabel

independen yang mempengaruhi variabel dependen secara signifikan

yaitu; umur, harga tanah, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga.

Sedangkan variabel lama pendidikan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap motivasi responden menjual lahan.

a) Pengaruh Umur

Hasil pengujian variabel independen Umur mempunyai

signifikansi 0.008 lebih kecil dari α = 0.05. nilai koefisiensi beta yang

dihasilkan 0.032. Hal ini menunjukkan bahwa umur berpengaruh positif

terhadap motivasi menjual lahan oleh responden. Bagi sebagian

mansyarakat tradisional, saat umur makin bertambah dan semakin senja

dan semakin tidak produktif untuk bekerja jika memiliki aset yang

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

96

dapat dijual dengan cepat cenderung untuk menjualnya untuk keperluan

hidup ataupun untuk dibagikan kepada anak-anak mereka dalam hal ini

adalah warisan. Di Indonesia pembagian warisan dalam keluarga ini

sudah menjadi tradisi turun-temurun, bagi stiap orang tua mewariskan

harta yang dia miliki kepada anak-anak mereka adalah suatu kewajiban

yang harus dilakukan, agar kelak berguna bagi anak-anak mereka

kedepannya, secara psikologis bagi orang tua membagikan warisan

kepada anak di umur yang senja dan tua adalah suatu kepuasan sendiri

selain dari melepas tanggung jawab sebagai orang tua untuk terakhir

kali. Pada penelitian ini memang terdapat beberapa responden yang

menjual lahannya dengan maksud untuk membagikan hasil jual lahan

kepada anak-anak mereka. Pembagian warisan yang harusnya dilakukan

sesudah mereka meninggal, banyak dilakukan saat mereka masih hidup

untuk menghindari konflik antar anak yang memperebutkan harta orang

tua mereka, di lain hal untuk anak mereka yang sudah menikah untuk

dibelikan rumah atau modal usaha agar hidup mandiri.

Pengaruh lain, yaitu ketika masyarakat pedesaan menjalani

hidup di usia senja mereka lebih ingin terlihat baik dalam

kehidupannya, hal ini dengan melakukan peningkatan tampilan rumah

mereka dengan merenovasi rumah, bahkan membeli rumah yang baru

dan membeli beberapa kebutuhan penunjang seperti perabotan, alat-alat

elektronik untuk menikmati masa tua mereka. Ketika usia semakin tua

bagi masyarakat pedesaan yang rata-rata bermata pencaharian sebagai

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

97

petani ataupun buruh tani yang sangat membutuhkan tenaga dalam

bekerja seperti mencangkul di sawah dan kebun membuat mereka

mengurangi pekerjaan seperti itu atau bahkan berhenti untuk mencari

pekerjaan yang ringan secara fisik seperti berdagang ataupun berjualan,

oleh karena itu terdapat beberapa responden yang menjual lahan mereka

dan beralih ke profesi wirausaha atau berdagang sepenuhnya dengan

meninggalkan profesi sebagai petani itulah sebabnya terjadi

transformasi pekerjaan masyarakat dari usaha pertanian ke usaha non-

pertanian, namun ada beberapa dari mereka yang tetap menjadi petani

namun membuka usaha warung atau berdagang, tidak sedikit dari

mereka yang tidak ingin meninggalkan pekerjaan utama mereka yang

sudah turun-temurun, penyebabnya juga untuk menambah penghasilan

di luar berdagang guna meringankan pemenuhan biaya kehidupan.

Pada penelitian Munir (2008) petani yang mengkonversi

lahan pertanian banyak yang berumur muda yaitu 30-39 tahun, dimana

para petani yang tergolong memiliki usia senja tidak mengkonversi

lahan mereka karena alasan tenaga untuk mengelola tambang pasir.

Namun hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian Nuhung

(2013) yang mengatakan bahwa ada pengaruh positif pada variabel usia

terhadap motivasi menjual lahan. Karena semakin tua usia seseorang

cenderung tidak bisa melakukan kegiatan berat seperti bertani dan

cenderung memilih pekerjaan ringan seperti berdagang. Pembagian

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

98

warisan juga menjadi salah satu pengaruh para petani dalam menjual

lahan mereka.

b) Pengaruh Lama Pendidikan

Hasil pengujian variabel independen Lama Pendidikan

mempunyai signifikasi 0.876 lebih besar dari α = 0.05. nilai koefisiensi

beta yang dihasilkan -0.006. Hal ini menunjukkan bahwa lama

pendidikan berpengaruh negatif terhadap motivasi menjual lahan oleh

responden. Lama pendidikan berpengaruh negatif terhadap motivasi

menjual lahan oleh responden. Ini berarti setiap pertambahan 1 tahun

lama pendidikan akan menurunkan motivasi untuk menjual lahan. Hal

ini terlihat paling banyak responden yang menjual lahan adalah

responden yang berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Beberapa

responden dengan tingkat pendidikan SMA menjual lahan untuk

mendapat keuntungan dan menggunakannya untuk investasi jangka

panjang. Hal ini masuk akal karena semakin tinggi pendidikan biasanya

akan berfikir lebih rasional, mereka yang berpendidikan lebih tinggi

diantara responden, mempunyai tujuan dalam menjual lahannya, yaitu

untuk usaha dan investasi. Pada penelitian Munir (2008) bahwa ada

hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan konversi lahan.

Petani yang paling banyak mengkonversi lahan mereka adalah petani

yang mengenyam pendidikan rendah. Sedangkan untuk petani yang

mengeyam pendidikan lebih tinggi cenderung tidak mengkonversi lahan

mereka.

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

99

c) Pengaruh Harga Tanah

Hasil pengujian variabel independen Harga Tanah

mempunyai signifikansi 0.003 lebih kecil dari α = 0.05 nilai koefisiensi

beta yang dihasilkan 9,916E-10 (0,0000000009916). Hal ini

menunjukkan bahwa harga tanah yang dijual oleh responden

berpengaruh positif terhadap motivasi menjual lahan oleh responden.

Bila melihat sifat dari tanah yang memiliki sifat inelastis sempurna,

dimana pada dasarnya harga lahan/tanah tidak pernah berkurang sampai

saat ini. Sebagaimana kita sadari, jumlah manusia setiap saat terus

bertambah, sementara jumlah tanah tidak dapat bertambah. Ini

merupakan teori klasik yang secara sederhana menjelaskan mengapa

harga tanah terus merangkak naik dari waktu ke waktu. Berdasarkan

pengamatan secara nominal harga tanah di Indonesia tidak pernah

turun.

Karena sifatnya yang terbatas, maka semakin hari persediaan

tanah akan relatif semakin langka terhadap jumlah penduduk atau orang

yang membutuhkan tanah tersebut. Hal ini disebabkan karena faktor

kelahiran (natalitas) dan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi

sebuah masyarakat, yang menyebabkan manusia tidak puas hanya

memiliki satu rumah. Meningkatnya taraf ekonomi juga membuat

pengembangan kegiatan manusia semakin laju, seperti dibangunnya

perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, bioskop, dan lain sebagainya

(Simanungkalit, 2013). Pada penelitian ini harga tanah yang dijual oleh

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

100

responden turut mempengaruhi mereka untuk menjual, melihat dari

hasil jual yang terbilang lumayan besar bagi beberapa responden yang

sangat membutuhkan dana untuk kebutuhan hidup yang terbilang tidak

mencukupi karena tuntunan hidup semakin bertambah tahun semakin

bertambah yang harus dipenuhi. Beberapa dari responden ada yang

memang ingin menjual lahan untuk mendapatkan banyak uang dari

hasil penjualan. Hasil penjualan dipakai untuk membeli lahan lain di

desa lain untuk investasi jangka panjang. Penelitian ini mendukung

penelitian Nuhung (2013) yang menyebutkan bahwa ada pengaruh

positif dari harga jual lahan terhadap motivasi menjual lahan. Karena

sifat dari tanah/lahan yang inelastis membuat harga lahan semakin

tahun semakin meningkat.

d) Pengaruh Luas Lahan

Hasil pengujian variabel independen Luas Lahan mempunyai

signifikansi 0.033 lebih kecil dari α = 0.05 nilai koefisiensi beta yang

dihasilkan -2,082E-5 (-0,00002082). Hal ini menunjukkan bahwa luas

lahan yang dijual oleh responden berpengaruh positif terhadap motivasi

menjual lahan oleh responden. Luas lahan menjadi penentu bagi para

responden dalam menjual lahan, luas kepemilikan lahan responden

bermacam-macam ukurannya, mulai dari 0,25 ha sampai lebih dari 0,5

ha, beberapa responden memiliki luas lahan lebih dari 0,5 ha untuk

dijual. Ternyata luas lahan berpengaruh bagi responden untuk melepas

lahan mereka khususnya yang memiliki lahan di atas 0,5 ha yang tujuan

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

101

mereka adalah untuk mendapatkan uang yang jumlahnya besar yang

digunakan untuk berwirausaha ataupun investasi dengan membeli lahan

yang lebih murah di desa lain.

Sedangkan bagi responden yang menjual lahan antara 0,25 –

0,5 ha banyak menggunakan hasil penjualan untuk kebutuhan hidup

maupun kebutuhan lain misal naik haji dan hajatan. Pada penelitian

Munir (2008) petani yang mengkonversi lahan, banyak dari mereka

yang memiliki luas lahan golongan sempit sedangkan petani yang

mempunyai luas lahan dengan golongan sedang terdapat 1 petani dan

tidak ada yang mengkonversi lahan pada petani yang memiliki luas

lahan yang tergolong luas.

e) Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga

Hasil pengujian variabel independen Jumlah Tanggungan

Keluarga mempunyai signifikansi 0.004 lebih kecil dari α = 0.05 nilai

koefisiensi beta yang dihasilkan 0.286. Hal ini menunjukkan bahwa

jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap motivasi

menjual lahan oleh responden. Penjualan lahan yang dilakukan oleh

responden juga didasarkan pada jumlah tanggungan keluarga, logikanya

semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung oleh responden

maka semakin banyak pula kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi

oleh responden. Jika melihat sebaran responden, terdapat sebagian

responden yang memiliki tanggungan lebih dari 2 anggota dan memiliki

pendapatan yang tergolong sedang. Hal ini membuat responden

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

102

terpaksa melepas lahan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang

diperlukan.

Penjelasan tersebut memperkuat dugaan bahwa ada hubungan

yang nyata antara jumlah tanggungan keluarga dengan motivasi

menjual lahan oleh para responden di Desa Buni Bakti. Dalam

penelitian Munir (2008) bahwa petani dengan jumlah tanggungan

keluarga yang banyak cenderung mengkonversi lahan mereka untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun hasil penelitian ini tidak

mendukung hasil dari penelitian Nuhung (2013) yang menyatakan tak

ada hubungan positif antara jumlah tanggungan keluarga dengan

motivasi menjual lahan oleh petani, dimana beberapa petani memang

memiliki aset yang cukup besar, sehingga tidak ada alasan mendesak

untuk mereka menjual lahan. Karena 18% dari total reponden memiliki

pendapatan di atas 50 juta rupiah per tahun yang bagi warga pedesaan

sangat besar dan memadai dan sudah termasuk kelompok masyarakat

dengan status sosial yang tinggi di masyarakat pedesaan.

5.6 Uji Asumsi Klasik

5.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai

distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

103

pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji

non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan

keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas

signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0.05

maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila

angka probabilitas di atas 0.05 maka Ha ditolak yang berarti variabel

terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Adapun hasil uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut:

Tabel 5.19

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan

0.159 Data berdistribusi normal

Sumber: Data primer diolah, 2015

Pada tabel di atas nilai asymp. sig (2-tailed) sebesar 0.159

yang lebih besar dari probabiltas 0.05 yang berarti data pada

terdistribusi secara normal dan tidak ada masalah normalitas.

5.6.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

104

Uji Glejser. Uji Glejser bertujuan untuk meregres nilai absolut residual

terhadap variabel independen.

Tabel 5.20

Hasil Uji Heterokedastisitas

Variabel Sig Keterangan

Umur 0.541 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Lama

Pendidikan

0.188 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Harga Tanah 0.203 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Luas Lahan 0.224 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Jumlah

Tanggungan

0.741 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Sumber: Data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.20 diatas, semua variabel independen

memiliki angka signifikansi diatas 0.05 hal ini mengindikasiskan dalam

persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

5.6.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)

dalam model regresi (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi adanya

masalah multikolinearitas dalam penelitian ini dengan menggunakan

Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Regresi yang

terbebas dari problem multikolinearitas apabila nilai VIF < 10 dan nilai

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

105

tolerance > 0.10, maka data tersebut tidak ada multikolinearitas.

Berikut ini disajikan hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan

Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:

Tabel 5.21

Hasil Uji Multikolonieritas

Model Collinearity Statistics Kesimpulan

Tolerance VIF

(Constant)

Umur 0.608 1.645 Tidak terjadi

multikolinieritas

Lama

Pendidikan

0.659 1.519 Tidak terjadi

multikoinieritas

Harga Tanah 0.613 1.631 Tidak terjadi

multikolinieritas

Luas Lahan 0.610 1.638 Tidak terjadi

multikolinieritas

Jumlah

Tanggungan

0.563 1.777 Tidak terjadi

multikolinieritas Sumber: Data primer diolah, 2015

Dalam tabel 5.21 menunjukkan hasil uji multikolinearitas

dengan nilai VIF berkisar antara 1.519 sampai 1.777 sedangkan nilai

tolerance berkisar antara 0.563 sampai 0.659. Maka dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi

multikolinearitas. Setelah melakukan uji t seperti yang tertera dalam

tabel diatas, maka persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian

ini yaitu:

Pada persamaan regresi diatas maka dapat diartikan bahwa

nilai konstanta sebesar 1.850, menunjukan jika variabel independen

Y = 1.850 + 0.032X1 - 0.006X2 + 0,0000000009916X3 – 0,00002082X4 + 0.286X5

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

106

tidak ada maka akan terjadi peningkatan variabel motivasi menjual

sebesar 1.850. Koefisien regresi untuk variabel umur sebesar 0.032

menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat umur,

maka variabel motivasi menjual bertambah sebesar 0.032. Koefisien

regresi pada variabel lama pendidikan sebesar -0.006 menunjukan

bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat lama pendidikan, maka

dapat menurunkan variabel motivasi menjual sebesar -0.006. Koefisien

regresi untuk variabel harga tanah sebesar 0,0000000009916

menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat variabel

harga tanah, maka variabel motivasi menjual akan bertambah sebesar

0,0000000009916. Koefisien regresi untuk luas lahan sebesar -

0,00002082 menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan

tingkat luas lahan, maka dapat menurunkan variabel motivasi menjual

sebesar -0,00002082. Koefisien regresi untuk jumlah tanggungan

sebesar 0.286 menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan

tingkat jumlah tanggungan, maka variabel motivasi menjual akan

bertambah sebesar 0.286.

5.7 Dampak dan Implikasi Transaksi Lahan

Beberapa dampak yang muncul akibat transaksi lahan di wilayah

pedesaan salah satunya di Desa Buni Bakti ini menimbulkan beberapa dampak

yang berkaitan dengan, antara lain: aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek

lingkungan. Aspek sosial dalam kasus transaksi lahan disini adalah mendorong

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

107

masyarakat setempat untuk menjual salah satu aset mereka yang sebenarnya

berpotensi di kemudian hari, sehingga ini membuat mereka menjadi petani di

lahan milik mereka dahulu, dimana sewaktu mereka memiliki lahan sendiri,

mereka dapat mengambil keuntungan penuh dari lahan tersebut tanpa harus

menerima risiko yang lebih besar apabila menjadi petani garap/buruh tani. Hal ini

juga mendorong anak-anak mereka untuk mencari pekerjaan di luar desa yang

dapat menyebabkan fenomena urbanisasi. Walaupun beberapa dari mereka

akhirnya membuka usaha kecil-kecilan namun rasa penyesalan karena melepas

aset tetap tersisa.

Beberapa lahan sekarang ada yang di pakai untuk kegiatan

pertambangan, industri dan perumahan serta digunakan untuk investasi para

pemilik lahan dan juga tidak ditanami apapun karena beberapa spekulan tanah

menjual kembali lahan yang telah mereka beli kepada orang lain. Walau

responden yang diteliti rata-rata menjual lahan mereka kepada pihak perorangan

bukan tidak mungkin orang yang membeli telah menjual kembali kepada pihak

lain yang terkait dengan pembangunan tambang ataupun industri di desa tersebut,

karena banyak diantara pembeli lahan adalah spekulan dan orang yang ingin

berinvestasi.

Berdasarkan fenomena itu, aspek sosial di Desa Buni Bakti ini salah

satunya adalah perubahan mata pencaharian responden setelah mereka menjual

lahan, juga ada anak para responden yang sulit mencari kerja di sekitar desa yang

sekarang banyak di bangun pertambangan maupun kegiatan industri. Berdasarkan

pengakuan dari anak salah satu responden yang peneliti wawancarai bahwa

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

108

perusahaan-perusahaan itu lebih banyak menerima tenaga kerja dari luar desa dan

hanya sedikit mengambil dari desa setempat, inilah yang menimbulkan

kecemburuan sosial. Pada gambar 3 terdapat perubahan mata pencaharian

responden setelah menjual lahan.

Sumber: Data primer, 2015

Gambar. 3 Perubahan Mata Pencaharian Responden

Dari gambar 3 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 44 responden yang

awalnya berprofesi sebagai petani yang memiliki lahan persawahan sendiri,

setelah mereka menjual lahan terjadi beberapa perubahan mata pencaharian di

sebagian responden. Sebanyak 12 responden berubah mata pencaharian dan tidak

lagi menjalani profesi sebagai petani, yaitu; wirausaha, karyawan dan guru,

terdapat 32 responden yang masih menjadi petani atau profesi utama masih

menjadi petani garap namun beberapa dari mereka memiliki pekerjaan sampingan

dengan berdagang, responden yang berdagang disini seperti: warung, toko, kios,

makanan, dan lain-lain. Mereka membuka usaha dari hasil menjual lahan tetapi

tidak meninggalkan profesi bertani walaupun hanya menjadi petani garap saja,

100%

Sebelum

PetaniPemilik

36%

36%

16%

7% 5%

Sesudah Petani Garap

Petani GarapWirausahaWirausaha

Karyawan

Guru

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

109

kemudian ada yang bertahan dengan pekerjaan mereka sebagai petani dan tidak

berwirausaha karena uang hasil penjualan habis untuk kebutuhan hidup.

Dari 12 responden yang sudah tidak bertani, ada 2 responden yang

berprofesi sebagai guru. Profesi sebagai guru memang sudah dijalani semenjak

menjadi petani ketika mereka memiliki lahan sendiri, namun setelah menjual

lahan mereka menjadi petani penggarap dengan tidak meninggalkan profesi

gurunya. Kemudian terdapat 7 responden yang beralih profesi dari petani menjadi

wirausaha dengan bermacam-macam pekerjaan seperti pedagang, membuka toko

sembako, pedagang sate keliling, dan bisnis menjadi calo tanah. Sedangkan

sisanya ada 3 responden yang berprofesi sebagai karyawan dalam hal ini ada 2

responden yang berprofesi sebagai sekuriti perusahaan, 1 responden adalah

perangkat desa setempat. Perubahan mata pencaharian responden dapat dilihat

secara jelas pada tabel 5.22 (lampiran)

Dampak dari penjualan lahan terhadap mata pencaharian responden

rupanya mendorong responden untuk mencari pemasukan selain dari profesi

sebagai petani dan ada juga yang benar-benar meninggalkan profesi mereka

sebagai petani. Himpitan ekonomi yang makin lama makin kuat membuat mereka

memutar otak untuk mencari pemasukan lain guna memenuhi kebutuhan

rumahtangga yang kurang, motif lain yang paling banyak adalah untuk

merenovasi rumah karena kebanyakan dari mereka memiliki rumah yang harus di

renovasi agar tempat tinggal lebih nyaman, selain itu keinginan seperti naik haji,

hajatan dan keinginan investasi juga menjadi motivasi dari beberapa responden.

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

110

Dari segi ekonomi, transaksi lahan bagi para responden memberikan dua dampak

ada yang positif dan ada yang negatif.

Sumber: Data primer, 2015

Gambar. 4 Perubahan Pendapatan Responden

Pada gambar 4 dapat disimpulkan bahwa pendapatan responden

menurun setelah menjual lahan bagi petani yang menjual dan tidak berwirausaha

dan hanya bekerja sebagai petani garap, petani yang menjual lahan mereka dengan

menggunakan hasil penjualan untuk membuka usaha cenderung memiliki

penghasilan yang meningkat, terutama bagi responden yang berprofesi rangkap

dengan tidak meninggalkan pekerjaan sebagai petani namun juga membuka usaha

sampingan sehingga mereka mendapatkan 2 sumber pendapatan. Bagi responden

yang meninggalkan profesi bertani dan fokus terhadap usaha dan meninggalkan

pekerjaan sebagai petani, pendapatan mereka meningkat. Sedangkan bagi pekerja

karyawan dan guru cenderung meningkat karena pekerjaan mereka yang masih

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

4500000

Petani Garap Petani GarapWirausaha

Wirausaha Karyawan Guru

Sebelum

Sesudah

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

111

menjadi petani penggarap dan pekerjaan utama sebagai pekerja/guru yang tidak

mereka tinggalkan, 2 guru juga sudah diangkat menjadi guru tetap sehingga

pendapatan mereka meningkat. Peningkatan pendapatan ini bisa lebih besar

mengingat beberapa responden menjual lahannya di 10 tahun lalu saat itu harga

lahan masih terbilang tidak begitu mahal seperti sekarang nilai jualnya, apabila

mereka menjual di saat - saat ini atau 5 tahun kebelakang mungkin bisa dibilang

pendapatan mereka meningkat drastis karena hasil jual lahan yang lebih besar

dapat digunakan untuk membuka usaha lebih besar kalau memang ada niat

membuka usaha saat itu juga harga gabah belum tinggi seperti sekarang.

Beberapa responden memiliki pendapatan lebih dari 5 juta, mereka

menjual lahan mereka di sekitar 5 tahun terakhir ini sehingga hasil penjualan yang

mereka dapat terbilang besar, dan diantara mereka ada yang membeli lahan baru

yang lebih murah di desa lain sebagai investasi. Pendapatan setelah menjual lahan

disini adalah jumlah penghasilan dari kegiatan bertani dan non pertanian bagi para

responden yang masih berprofesi sebagai petani dan memiliki pekerjaan

sampingan seperti: berdagang, calo tanah, dan lain-lain. Bagi responden yang

memang sudah tidak berprofesi menjadi petani, pendapatan berasal dari pekerjaan

yang mereka jalani, perubahan pendapatan dapat dilhat secara jelas pada tabel

5.23 (lampiran).

Transaksi lahan sebetulnya tidak menjadi masalah bagi lingkungan

sekitar namun apabila peruntukannya untuk kegiatan non pertanian akan menjadi

masalah yang cukup serius. Beberapa responden menjual lahan kepada pihak yang

ingin membuat perumahan dan usaha, dan beberapa ada yang di jual lagi dan

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

112

paling banyak adalah untuk investasi (tabel 5.13) perubahan fungsi lahan ini yang

membawa dampak bagi lingkungan setempat. Terlepas dari itu Desa Buni Bakti

ini memang dipenuhi banyak pertambangan seperti tambang gas dan batu bara,

ada juga pembangkit listrik yang dulunya adalah lahan pertanian. Beberapa

masalah seperti tidak berfungsinya irigasi yang seharusnya mengairi sawah,

banjir, dan masalah keamanan karena pertambangan gas yang dinilai memiliki

risiko selama beroperasinya pertambangan tersebut. Selain itu di desa ini juga

kerap kali terserang kekeringan apabila musim kemarau, akibat dari rusaknya

irigasi yang pernah dibuat pada zaman kepemimpinan Bapak Soeharto saat itu.

Satu hal lagi yaitu hampir hilang dan rusaknya Situs Buni yang dimana situs ini

adalah peninggalan dari kerajaan Tarumanegara yang diperkirakan usianya

mencapai 3000 tahun sebelum masehi.

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

113

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau memotivasi responden untuk

menjual lahannya di Desa Buni Bakti, Kecamatan Babalen adalah: Umur,

Harga Tanah, Luas Lahan dan Jumlah Tanggungan Keluarga. Faktor-

faktor tersebut secara masing-masing berpengaruh nyata secara statistik

dengan uji t. Faktor umur dengan nilai signifikan 0.008, faktor harga tanah

dengan nilai 0.003, faktor luas lahan dengan nilai signifikan 0.033, faktor

jumlah tanggungan keluarga dengan nilai signifikan 0.004, sedangkan

faktor lama pendidikan tidak berpengaruh dengan nilai signifikan di atas

0.05 yaitu 0.876 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap motivasi

menjual.

2. Dampak dari penjualan lahan terhadap pendapatan petani beragam dari

tiap responden. Penjualan lahan digunakan dengan berbagai kepentingan

oleh responden, mulai dari untuk keperluan hidup, membangun/renovasi

rumah, membuka usaha, naik haji, hajatan, dll. Pendapatan responden

yang menggunakan hasil penjualan untuk membuka usaha dan membeli

lahan di tempat lain cenderung meningkat, sedangkan penggunaan yang

tidak begitu produktif namun urgent seperti membangun/renovasi rumah,

kebutuhan hidup, naik haji dan hajatan, pendapatan mereka meningkat

namun tidak tinggi.

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

114

3. Penjualan lahan berdampak pada mata pencaharian responden, dimana

beberapa responden lebih memilih untuk berwirausaha dan meninggalkan

profesi sebagai petani setelah menjual lahan dengan membuka usaha

seperti; warung, toko, dan pedagang sayur keliling. Beberapa responden

tetap bertahan menjadi petani namun membuka usaha sampingan warung

di rumah untuk tambahan pendapatan.

6.2 Saran

1. Para petani/warga desa tidak dengan mudah melepas lahan mereka,

dengan mempertimbangkan beberapa hal salah satunya adalah untuk

jaminan kehidupan mereka. Lahan yang mereka miliki adalah aset yang

sangat mahal apabila dipertahankan, lahan itu juga tempat untuk mencari

penghasilan.

2. Bila akhirnya harus menjual lahan sebaiknya menggunakan hasil

penjualan ke kegiatan yang lebih produktif dengan membuka usaha

sampingan, hal ini terutama untuk para petani penjual lahan yang

menggunakan uang hasil penjualan lahan mereka untuk kebutuhan hidup,

menggelar pesta/hajatan dan kegiatan kurang produktif lainnya.

3. Sebaiknya bagi para penjual lahan tidak meninggalkan kegiatan sebagai

petani walau mereka membuka usaha, terutama untuk responden yang

masih memiliki umur yang masih terbilang produktif. Perubahan mata

pencaharian dari beberapa responden memang ada yang berdampak

positif, namun perubahan mata pencaharian ini dapat berdampak luas

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

115

nantinya, karena dengan adanya perubahan mata pencaharian yang

meninggalkan profesi petani maka akan berakibat kepada kurangnya

tenaga pertanian di desa.

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

116

DAFTAR PUSTAKA

Al-Nabhani, Taqiyuddin. 2003. Al-Syakhsiyah Al-Islamiyah, Juz II. Beirut:

Darul Ummah.

Anwas, A. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Jakarta: Rineke Cipta

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor

Press. Bogor.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. 2012. Luas Lahan Basah dan

Lahan Kering di Kabupaten Bekasi Tahun 2008-2012. Bekasi.

__________________________________. 2013. Luas Lahan Pekarangan

dan Bangunan di Kabupaten Bekasi Tahun 2008-2012. Bekasi.

Barlowe, R. 1986. Land Resources Economics. The Economics of Real

Estate. Fourth Edition. Englewood Cliffs. N. J.

BP3K Kecamatan Babelan. Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan BP3K Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, 2014. Luas Panen,

Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Kecamatan Babelan Tahun 2012-2013

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bekasi 2012.

Djalal, Nachrowi dan Usman Hardius. 2002. Penggunaan Teknik

Ekonometri. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Farhani, Ardianto. Motivasi Sosial Ekonomi Petani Beralih Pekerjaan dari

Sektor Pertanian ke Sektor Industri Kerajinan Mebel di Desa Serenan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten. Skripsi. Fakultas Pertanian. Program Studi

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kanisius.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: C.V

Andi Offset.

Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk

Pertanian. Salemba Empat: Jakarta.

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

117

Harsono, Boedi. 2008. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan

Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.

Iqbal, M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi

Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan, Bambang. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak Pola

Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Bogor.

______, Bambang. 2008. Meningkatkan Efektifitas Kebijakan Konversi

Lahan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Forum Penelitian Agro

Ekonomi, Volume 26 No. 2, Desember 2008 : 116-131. Bandar Lampung.

Jayadinata JT. 1999. Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Pedesaan,

Perkotaan dan Wilayah Edisi Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Jurnal Kajian Lemhannas RI, Edisi 15, Tahun 2013.

Michalski F, Metzger JP, Peres CA. 2010. Rural Property Size Drives

Pattern of Upland and Riparian Forest Retention. Global Environtmental Change

Journal. 20:705-712.

Munir, Misbahul. 2008. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap

Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (Kasus: Desa Candimulyo,

Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah). Skripsi.

Fakultas Pertanian. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nuhung, Iskandar A. 2013. Pengkajian Transaksi Lahan Pertanian Di

Wilayah Sub Urban (Studi Kasus: Desa Nagrak, Kabupaten Bogor). Penelitian

Individual. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat.

Nurmanaf, A. R. Dan A. Nasution. 1986. Ragam Sumber Pendapatan

Rumahtangga. (Bogor: Pusat Penelitian Agro Ekonomi, 1986).

Rahmanto, dkk, 2008. Persepsi Mengenai Multifungsi Lahan Sawah dan

Implikasinya Terhadap Alih Fungsi Ke Pengguna Non Pertanian. Pusat Analisis

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Litbang Pertnaian. Bogor.

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

118

Rochaeni, Siti. 2010. Model Ekonomi Rumah Tangga Petani. (Jakarta:

UIN Press, 2010).

Rusastra, I W. dan G.S. Budhi. 1997. Konversi Lahan Pertanian dan

Strategi Antisipatif dalam Penanggulangannya. Julnal Penelitian dan

Pengembangan Pertaanian. Volume XVI, Nomor 4 : 107 – 113. Badan Penelitian

dan Pengembangan

Rustiadi, E. 2001. Alih Fungsi Lahan dalam Prespektif Lingkungan

Pedesaan. Makalah Lokakarya Penyusunan Kebijaksanaan dan Strategi

Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pedesaan di Cibogo, Bogor. Tanggal 10-11

Mei 2001. Bogor.

Silalahi, Rocky. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan

Pemukiman di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas

Pertanian. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Slamet. 2000. Agrikultur, LPN-IPB-Bogor.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Soentoro. 1983. Penyerapan Tenaga Kerja Luar Sektor Pertanian di

Pedesaan. Pusat Penelitian Survey Agro Ekonomi, (Jakarta: Bdan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 1983).

Subali, Agus. 2005. Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah

Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Desa Batujajar, Kecamatan Cigudeg,

Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Pertanian. Program Studi Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumardjono, Maria S.W. 2008. Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi

Sosial dan Budaya. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Sumaryanto. 2010. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi

Keputusan Petani Menjual Lahan. Informatika Pertanian Volume 19 No. 2 Tahun

2010. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor

Suparmoko. 1989. Ekonomi Sumber Alam dan Lingkungan: Suatu

Pendekatan Teoristis. PAU-UGM. Yogyakarta

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

119

Syahyuti. 2011. Delandreformisasi Sebagai Gejala Anti Landreformisasi

di Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Forum Agro

Ekonomi Vol. 29 No. 2 Tahun 2011. Bogor.

________. 2006. Kebijakan Lahan Abadi Untuk Pertanian Sulit

Diwujudkan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Vol. 4 No.

2 Tahun 2006. Bogor.

________. 2004. Kendala Pelaksanaan Landreform di Indonesia: Analisa

Terhadap Kondisi dan Perkembangan Berbagai Faktor Prasyarat Pelaksana

Reforma Agraria. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 22 No. 2 Tahun 2004. Bogor.

Utama, D. F. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi

Lahan Sawah ke Penggunaan Non Sawah di Kabupaten Cirebon. Skripsi pada

Departemen Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Widjanarko et al. 2006. Aspek Pertahanan Dalam Pengendalian Alih

Fungsi Lahan Pertnian (Sawah). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan

Sawah : 22-23. Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN. Jakarta.

Widodo, Teguh. 2015. Pembangunan Endogen. Mengabaikan Peran

Negara dalam Pembangunan. Yogyakarta: Deepublish.

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

120

LAMPIRAN

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

121

LAMPIRAN

Kantor Desa Buni Bakti Lahan pertanian di Desa Buni Bakti

Salah satu irigasi teknis di Desa Buni Bakti Kondisi beberapa lahan di desa

Kali CBL yang bermuara ke laut Lahan yang akan dibangun industri

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

122

Tanaman cabai di polybag Sawah yang belum ditanami

Selesai wawancara dengan responden Foto salah satu responden

Foto didepan tambang gas Foto salah satu responden

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

123

TABEL

Tabel 2.1 Luas Lahan Basah dan Lahan Kering Kabupaten Bekasi Tahun 2008-

2012.

Lahan Basah Jumlah Lahan Kering Jumlah

2008 55.074 2008 72.314

2009 54.425 2009 72.963

2010 53.584 2010 73.804

2011 53.703 2011 73.685

2012 52.966 2012 74.422

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bekasi dalam angka, 2012

Tabel 2.2 Luas Lahan Pekarangan dan Bangunan di Kabupaten Bekasi Tahun

2008-2012

Tahun Luas (ha)

2008 22.452

2009 24.043

2010 20.935

2011 30.052

2012 37.143

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Badan Pusat Statistik, 2013

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

124

Tabel 2.3 Distribusi Petani Lahan Sawah di BP3K Kecamatan Babelan Tahun

2013.

No Desa Luas Sawah Jumlah

Petani

Rasio Petani

Sawah

orang/ha

1 Bahagia 25 42 0.60

2 Kebalen 15 25 0.60

3 Babelan Kota 380 299 1.27

4 Kedung

Pengawas

460 325 1.42

5 Kedung Jaya 640 350 1.83

6 Buni Bakti 490 485 1.01

7 Muara Bakti 340 245 1.39

8 Pantai Hurip 450 260 1.73

9 Hurip Jaya 230 122 1.89

Jumlah 3.030 2.153 1.41

Sumber: BP3K Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, 2014.

Tabel 2.4 Data Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Kolompok Tani Tahun 2013.

No. Desa Jumlah

Kelompok

Jumlah

Anggota

Kelas Kelompok

Pemula Lanju

t

Madya Utam

a

1 Bahagia 17 302 17 - - -

2 Kebalen 9 161 4 4 - 1

3 Babelan

Kota

14 146 11 3 2 -

4 Kedung

Pengawas

14 350 5 9 - -

5 Kedung Jaya 14 420 10 3 1 -

6 Buni Bakti 31 723 28 3 - -

7 Muara Bakti 11 340 9 6 - -

8 Pantai Hurip 11 391 10 2 - -

9 Hurip Jaya 11 410 9 2 - -

Jumlah 132 3.243 103 32 3 1

Sumber: BP3K Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, 2014.

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

125

Tabel 2.5 Luas panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Padi Sawah

Kecamatan Babelan Tahun 2012-2013.

No Desa Tahun 2012 2013

Luas

Panen

(ha)

Produkti

vitas

(Ton/ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(ha)

Produkt

ivitas

(Ton/ha)

Produksi

(Ton)

1 Bahagia 20 6,53 130,6 18 6 108

2 Kebalen 10 7,24 72,4 9 7 63

3 Babelan

Kota

360 7,52 2.707,2 324 6,9 2.235,6

4 Kedung

Pengawas

400 7,04 2.816 360 6,5 2.340

5 Kedung

Jaya

526 6,98 3.671,8 473 6,2 2.932,6

6 Buni

bakti

300 6,42 1.926 270 6 1.620

7 Muara

Bakti

300 5,86 1.758 270 5,5 1.485

8 Pantai

Hurip

200 6,4 1.280 180 6,2 1.116

9 Hurip Jaya 50 5,68 284 45 5,5 247,5

Jumlah 2.166 - 14.645,68 1.949 - 12.147,7 Sumber: BP3K Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, 2014.

Tabel 2.6 Peraturan Pemerintah yang Terkait dengan Upaya Pengendalian

Konversi Lahan Sawah.

Peraturan Pemerintah Substansi

KEPRES No. 53/1989 Pembangunan kawasan industri tidak

boleh mengurangi lahan pertanian dan

tidak dilakukan diatas tanah yang

memiliki fungsi utama untuk

melindungi sumberdaya alam dan

warisan budaya.

KEPRES No. 33/1990 Ijin pembebasan tanah untuk

pembangunan kawasan industri tidak

boleh meliputi kawasan pertanian

tanaman pangan berupa sawah irigasi

dan lahan yang dicadangkan untuk

pembangunan sawah irigasi.

PERMENDAGRI No. 5/1974 Lokasi pembangunan kompleks

perumahan oleh perusahaan sedapat

mungkin menghindari lahan pertanian

subur dan mengutamakan tanah yang

kurang produktif.

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

126

SE MNA/KBPN No. 410-1851/1994 Dalam menyusun RTRW Dati I dan

Dati II tidak memperuntukkan lahan

sawah beririgasi teknis bagi

penggunaan nonpertanian.

SE MNA/KBPN No. 410-2262/1994 Pemberian ijin lokasi untuk

penggunaan nonpertanian tidak boleh

meliputi lahan sawah beririgasi teknis.

SE KBAPENAS No. 5334/MK/9/1994 Pelarangan konversi lahan sawah

beririgasi teknis untuk penggunaan

nonpertanian.

SE MNA/KBPN No. 5335/MK/1994 Tidak mengijinkan perubahan

pemanfaatan lahan sawah beririgasi

teknis untuk penggunaan nonpertanian

dan RTRW Dati II yang didalamnya

meliputi rencana penggunaan lahan

sawah beririgasi teknis untuk

pengunaan nonpertanian, harus direvisi.

SE MNA/KBPN No. 5417/MK/10/1994 Perubahan penggunaan tanah sawah

beririgasi teknis untuk keperluan

nonpertanian tidak diijinkan

SE MNA/KBPN No. 460-1594/1996 Melarang perubahan status lahan sawah

menjadi lahan kering dengan menutup

saluran irigasi, mengeringkan lahan

sawah, menimbun lahan sawah dan

seterusnya. Sumber: Bambang Irawan (2008)

Tabel 5.2 Rata-Rata Pendapatan Setelah Pajak per Kapita Menurut Golongan

Rumah Tangga (ribu rupiah) Tahun 2000, 2005, 2008

Sektor Ekonomi Klasifikasi Tenaga Kerja

2000 2005 2008

Rumah tangga

buruh tani

2268,30 4511,90 5857,40

Rumah tangga

pengusaha pertanian

3323,30 6706,50 11233,50

Rumah tangga

petani gurem

2590,20 5174,40 -

Rumah tangga

pengusaha pertanian

yang memiliki lahan

0,5-1 ha

3884,60 7831,20 -

Rumah tangga 5449,10 10971,10 -

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

127

pengusaha pertanian

yang memiliki lahan

lebih dari 1 ha

Rumah tangga

bukan pertanian

golongan rendah di

desa

3734,50 8436,60 13164,10

Rumah tangga

bukan angkatan

kerja di desa

4800,40 9309,10 14773,10

Rumah tangga

bukan pertanian

golongan atas di

desa

7708,90 15956,70 28346,00

Rumah tangga

bukan pertanian

golongan rendah di

kota

5844,70 10738,90 18279,70

Rumah tangga

bukan angkatan

kerja di kota

6799,90 11178,40 19110,70

Rumah tangga

bukan pertanian

golongan atas di

kota

10512,60 22265,00 39968,50

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011.

Tabel 5.22 Mata Pencaharian Responden Sebelum dan Sesudah Menjual Lahan

Nomor Responden Sebelum Menjual

Lahan

Sesudah Menjual

Lahan

1 H. Solihan Petani Petani garap

2 Juang Petani Bisnis/Berdagang

3 Rohimun Petani Calo tanah/petani

garap

4 Jiping Petani Petani

garap/pedagang

5 Nakir Petani Petani garap

6 Kasmi Petani/Anggota

BPD

Anggota

BPD/Bisnis/calo

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

128

tanah

7 Marniah Petani Petani garap

8 H. Syamsuddin Petani Calo tanah/pedagang

9 Sukri Petani Petani garap/peternak

10 Romin Petani Petani garap

11 Marja Petani Petani

garap/pedagang

12 H. Mus Petani Berdagang dan buka

toko/petani garap

13 Amad Matalih Petani Pedagang

14 Rodih Petani Petani garap

15 Kanin Petani Pedagang

16 Naroji Petani Petani garap

17 Sukma Petani Petani

garap/pedagang

18 Rojalih Petani Petani garap

19 Mulyadi Petani Petani

garap/pedagang

20 Nurdin Petani Petani garap

21 Maja Petani Petani garap

22 Maktub Petani Pedagang

23 Assad Petani Petani garap

24 H. Ali Ibrohim Guru/petani Guru/petani garap

25 Laud Petani Petani garap/peternak

26 Sanusih Petani Petani

garap/pedagang

27 H. Rojudin Petani Petani garap

28 Namin Petani Pedagang/petani

garap

29 Murdanih Petani Petani

garap/pedagang

30 Wahid Petani Petani garap

31 Hasim Petani Petani garap

32 Nimun Petani Petani

garap/pedagang

33 Misnan Petani Pedagang

34 Malih Petani Petani/Pedagang

35 Boli Petani Petani garap

36 Jamsari Petani Sekuriti

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

129

37 Nursan Petani Petani

garap/pedagang

38 Sabar Petani Petani

garap/pedagang

39 Samin Petani Petani

garap/pedagang

40 Ismail Petani Perangkat desa/petani

garap

41 Genur Jaya Petani Sekuriti

42 Nemit Guru/petani Guru/petani garap

43 Rodih Petani Petani

garap/pedagang

44 Limi Petani Petani

garap/pedagang

Sumber: Data Primer, 2015 diolah

Tabel 5.23 Perbandingan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Menjual

Lahan

Nomor Responden Sebelum menjual

lahan (rupiah)

Sesudah menjual

lahan (rupiah)

1 H. Solihan 600.000,- 500.000,-

2 Juang 900.000,- 3.500.000,-

3 Rohimun 1.500.000,- 6.000.000,-

4 Jiping 3.000.000,- 8.000.000,-

5 Nakir 1.500.000,- 1.000.000,-

6 Kasmi 1.250.000,- 4.500.000,-

7 Marniah 1.500.000 1.000.000,-

8 H. Syamsuddin 950.000,- 3.500.000,-

9 Sukri 1.300.000,- 1.000.000,-

10 Romin 900.000,- 700.000,-

11 Marja 1.500.000,- 3.000.000,-

12 H. Mus 3.000.000,- 10.000.000,-

13 Amad Matalih 1.000.000,- 3.000.000,-

14 Rodih 1.800.000,- 1.500.000,-

15 Kanin 900.000,- 3.500.000,-

16 Naroji 1.700.000 1.000.000

17 Sukma 600.000 2.500.000

18 Rojalih 1.000.000 800.000

19 Mulyadi 700.000 3.000.000

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

130

20 Nurdin 1.900.000 1.000.000

21 Maja 1.500.000 1.000.000

22 Maktub 700.000 2.500.000

23 Assad 900.000 700.000

24 Ali Ibrohim 1.100.000 3.000.000

25 Laud 1.700.000 1.200.000

26 Sanusih 800.000 3.000.000

27 Rojudin 800.000 600.000

28 Namin 550.000 2.000.000

29 Murdanih 600.000 4.500.000

30 Wahid 950.000 700.000

31 Hasim 900.000 600.000

32 Nimun 850.000 2.500.000

33 Misnan 1.000.000 3.000.000,-

34 Malih 900.000 3.000.000

35 Boli 1.000.000 900.000

36 Jamsari 950.000 3.500.000

37 Nursan 600.000 3.000.000

38 Sabar 1.000.000 3.500.000

39 Samin 950.000 3.000.000

40 Ismail 500.000 2.000.000

41 Genur Jaya 700.000 2.500.000

42 Nemit 900.000 3.000.000

43 Rodih 800.000 2.700.000

44 Limi 900.000 2.000.000

Sumber: Data Primer, 2015 diolah

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

131

TABEL DAN GAMBAR HASIL REGRESI

Tabel R-squared

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

d

i

m

e

n

s

i

o

n

0

1 ,572a ,327 ,238 ,545

a. Predictors: (Constant), Jumlah tanggungan, Luas lahan, lama

pendidikan, Harga tanah, umur

b. Dependent Variable: motivasi menjual

Tabel Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5,490 5 1,098 3,691 ,008a

Residual 11,306 38 ,298

Total 16,795 43

a. Predictors: (Constant), Jumlah tanggungan, Luas lahan, lama pendidikan, Harga tanah, umur

b. Dependent Variable: motivasi menjual

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

132

Tabel Uji t dan Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1,850 ,757 2,443 ,019

umur ,032 ,011 ,475 2,784 ,008 ,608 1,645

lama pendidikan -,006 ,041 -,026 -,157 ,876 ,659 1,519

Harga tanah 9,916E-10 ,000 ,547 3,217 ,003 ,613 1,631

Luas lahan -2,082E-5 ,000 -,377 -2,215 ,033 ,610 1,638

Jumlah

tanggungan

,286 ,092 ,549 3,097 ,004 ,563 1,777

a. Dependent Variable: motivasi menjual

Tabel Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,880 ,504 1,746 ,089

umur -,005 ,008 -,122 -,617 ,541 ,608 1,645

lama pendidikan -,036 ,027 -,254 -1,341 ,188 ,659 1,519

Harga tanah -2,654E-10 ,000 -,254 -1,294 ,203 ,613 1,631

Luas lahan 7,737E-6 ,000 ,243 1,237 ,224 ,610 1,638

Jumlah

tanggungan

-,020 ,061 -,068 -,332 ,741 ,563 1,777

a. Dependent Variable: ABSUT

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

133

Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 44

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,51275621

Most Extreme Differences Absolute ,170

Positive ,081

Negative -,170

Kolmogorov-Smirnov Z 1,125

Asymp. Sig. (2-tailed) ,159

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

134

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

135

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Indonesia Email : [email protected]

Telp. : (62-21) 7493606, 7493547 Fax.: (62-21) 7493315 Website

http:/www.fst.uinjkt.ac.id

KUESIONER PENELITIAN

Kuisioner Penelitian

Hari/Tanggal :

Nomor Responden :

Nama Responden :

Alamat Responden :

No. Telepon/HP :

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan wawancara untuk narasumber dalam skripsi

mengenai “Analisis Transaksi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap

Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten

Bekasi, Provinsi Jawa Barat)” oleh Rendy Setiawan (1110092000019). Kami memohon

partisipasi saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat

menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan dijamin kerahasiaannya,

bukan untuk dipublikasikan, dan tidak digunakan untuk kepentingan politis. Atas

perhatian dan partisipasi saudara, saya ucapkan terima kasih.

I. Data Responden

1. Jenis Kelamin :

2. Umur :

3. Status Pernikahan :

4. Pendidikan terakhir :

o Tidak Sekolah

o Tidak Tamat SD

o Tamat SD/Sederajat

o SMP

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

136

o SMA

5. A. Pekerjaan Utama :

B. Pekerjaan Sampingan :

6. Status kependudukan :

o Penduduk asli

o Pendatang

o Lainnya………

7. Lama menetap :

8. Lama menjadi petani :

II. Ekonomi Responden

9. jumlah anggota keluarga (termasuk responden) :

10. Jumlah tanggungan keluarga :

Data Keluarga

Nama Hubungan

Keluarga

Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan/tahun

Data Aset

Jenis Aset Volume/unit Hak

Penggunaan

Nilai Jual

Saat Ini

Tahun

Perolehan

Keterangan

Rumah

Sawah

Kebun

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

137

Mobil

Motor

Televisi

Sepeda

Traktor

Ternak

Lainnya

11. Berapa pengeluaran rumah tangga anda selama satu bulan?

III. Status Kepemilikan Lahan

12. Apakah status lahan yang anda miliki?

o Sewa

o Sakap

o Milik

o Gadai

13. Berapa luas lahan yang anda miliki? (ha)

14. Apakah lahan yang anda miliki adalah yang anda andalkan dalam memenuhi

kebutuhan keluarga?

o Ya

o Tidak

IV. Tentang Penjualan Lahan

15. Apakah anda pernah menjual lahan pertanian?

16. Dalam satuan apa anda menjual lahan sawah?

17. Berapa total luas lahan yang anda jual?

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

138

18. Berapa presentase lahan yang anda jual/konversi dari lahan yang anda

miliki?.......%lahan

19. Berapa harga lahan yang anda jual?

20. Apakah anda memiliki sertifikat tanah yang dijual?

21. Jika tidak ada sertifikat, apa status tanah tersebut?

22. Darimana tanah yang anda jual anda peroleh?

23. Tahun berapa anda menjualnya?

24. Kepada siapa anda menjualnya?

25. Sudah berapa kali anda menjual lahan sawah?

26. Apakah anda tahu bahwa ada juga penjualan lahan di desa lain?

27. Apakah anda tahu berapa harga penjualan lahan di desa lain?

28. Apakah pada lahan yang dijual tedapat tanaman? Jika iya apakah tanaman itu

dihitung juga harga jualnya saat penjualan lahan?

29. Berapa total pendapatan anda dalam sebulan sebelum menjual lahan?

Sumber

Pendapatan

Pendapatan per

bulan

Pendapatan per

tahun

Keterangan

Bertani Rp. Rp.

Buruh Rp. Rp.

Berjualan Rp. Rp.

Pekerjaan lain Rp. Rp.

30. Berapa total pendapatan anda dalam sebulan setelah menjual lahan?

Sumber

Pendapatan

Pendapatan per

bulan

Pendapatan per

tahun

Keterangan

Bertani Rp. Rp.

Buruh Rp. Rp.

Berjualan Rp. Rp.

Pekerjaan lain Rp. Rp.

V. Penggunaan Uang Setelah Hasil Penjualan

31. Apakah setelah menjual lahan, anda membeli lahan lain yang agak jauh dari

tempat awal? Jika ya, berapa harganya?

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

139

32. Apakah setelah menjual lahan, anda membeli rumah atau memperbaiki rumah

yang sudah ada? Jika ya, berapa harganya?

33. Apakah setelah menjual lahan, anda membuka usaha?

34. Apakah setelah menjual lahan, anda membagikan hasilnya kepada anak/ahli

waris?

35. Apakah setelah menjual lahan, anda menyimpan di bank?

36. Apakah setelah menjual lahan, anda menggunakannya untuk naik haji/umroh?

37. Apakah setelah menjual lahan, anda menggunakannya untuk pesta/hajatan?

38. Setelah menjual lahan apa pekerjaan bapak/ibu?

A. Jadi buruh di kota

B. Berjualan/berdagang

C. Buruh di lahan yang dijual

D. Kerja serabutan

E. Tidak bekerja

F. Lainnya….

VI. Alasan Menjual Lahan

39. Apakah penjualan lahan dilakukan secara bersamaan dengan warga lain?

40. Berapa harga lahan per meter saat ini (2015)?

41. Digunakan untuk apa lahan yang dibeli oleh pembeli?

A. Bangun perumahan

B. Membuat usaha

C. Investasi

D. Dijual lagi

E. Penggunaan lain

42. Dari mana bapak/ibu mengetahui rencana penggunaan oleh pembeli lahan

tersebut?

A. Pembeli langsung

B. Aparat desa

C. Tetangga

D. Orang lain

E. Lainnya..

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN

140

43. Apakah ada kebutuhan mendesak sehingga bapak/ibu menjual lahan? (ya atau

tidak) kalau iya?

A. Sangat mendesak

B. Mendesak

C. Agak mendesak

D. Tidak terlalu mendesak

E. Tidak mendesak

44. Apakah memang ada motivasi bapak/ibu untuk menjual lahan? Jika ya

bagaimana motivasi tersebut?

A. Sangat tinggi

B. Tinggi

C. Biasa saja

D. Tidak tinggi

E. Tidak ada

45. Apakah motivasi utama yang mendorong anda untuk menjual lahan?

A. Untuk dibagikan kepada anak

B. Untuk modal usaha

C. Untuk membeli lahan di tempat lain

D. Untuk pesta/hajatan

E. Untuk membayar hutang

F. Untuk mencari pekerjaan lain

G. Untuk naik haji/umroh

46. Apakah ada penyesalan setelah menjual lahan tersebut? Ya atau tidak, jika ya?

A. Harga semakin naik saat ini

B. Sulit mencari pekerjaan lain

C. Uang hasil penjualan habis untuk kebutuhan/tidak ada investasi

D. Pendapatan menurun

E. Lainnya...

Page 159: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43416/1/RENDY SETIAWAN-FST.pdf · ANALISIS TRANSAKSI LAHAN . P. ERTANIAN . DAN. DAMPAKNYA . TERHADAP. PENDAPATAN