presentasi kasus dss 2

Upload: olivialui

Post on 14-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    1/25

    PRESENTASI KASUS

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    RUMAH SAKIT TARAKAN

    Nama : Olivia Novianty Loei Tanda Tangan

    No NIM : 11.2011.128 ...............................

    Topik : Dengue Syok Sindrom

    Dokter Pembimbing : Dr. Etty, Sp.A ...............................

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. R

    No. RM : 01146756

    Tanggal Lahir : 5 Juni 2009

    Umur : 4 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Gang Mes Dalam, RT 012/017

    Agama : Islam

    Tanggal masuk RS : 25 Agustus 2013

    II. IDENTITAS ORANG TUA

    Ayah Ibu

    Nama : Tn. M Nama : Ny. M

    Umur : 53 tahun Umur : 36 tahun

    Agama : Islam Agama : Islam

    Pendidikan : SD Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Penghasilan : Rp 1.500.000/bulan Penghasilan : Rp 1.500.000/bulan

    III. ANAMNESIS

    Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 29 Agustus 2013 jam 15:00 WIB

    Keluhan Utama : Demam

    Keluhan Tambahan : Keluar bintik-bintik merah, bibir berdarah

    Riwayat Penyakit Sekarang :

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    2/25

    OS datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Panas yang

    dirasakan naik turun. Orang tua os mengatakan perdarahan pada bibir karena sering

    digigit. Orang tua os mengatakan badannya pegal-pegal. Pusing juga mengeluh

    pusing. Nafsu makan dan minum berkurang. Mual dan muntah disangkal. BAB masih

    seperti biasa yaitu kira-kira 1x/hari dengan warna kuning kecoklatan dan konsistensi

    lunak, tidak ada lendir maupun tidak ada darah. BAK masih seperti biasa dengan

    warna agak kekuningan namun tidak seperti warna teh. Minum masih baik dengan

    kuantitas 1 botol aqua berukuran 150 ml. Anak masih bergerak aktif namun terbatas

    untuk anak umur 5 tahun.

    2 hari SMRS, orang tua os mengatakan demam naik turun. Nafsu makan dan

    minum berkurang. Mual dan muntah disangkal. BAB masih seperti biasa yaitu kira-

    kira 1x/hari dengan warna kuning kecoklatan dan konsistensi lunak, tidak ada lendir

    maupun tidak ada darah. BAK masih seperti biasa dengan warna agak kekuningan

    namun tidak seperti warna teh. Minum masih baik dengan kuantitas 1 botol aqua

    berukuran 150 ml.

    1 hari SMRS, orang tua os mengatakan os demam naik turun. bibir os masih

    berdarah dikeluhkan oleh orang tua os. Orang tua os juga mengatakan muncul bintik-

    bintik merah pada daerah wajah, leher, kedua lengan atas dan daerah perut. BAB

    masih seperti biasa yaitu kira-kira 1x/hari dengan warna kuning kecoklatan dan

    konsistensi lunak, tidak ada lendir maupun tidak ada darah. BAK masih seperti biasa

    dengan warna agak kekuningan namun tidak seperti warna teh. Minum masih baik

    dengan kuantitas 1 botol aqua berukuran 150 ml.

    Orang tua os mengatakan os masih demam dan selama demam os sudah

    diberikan obat penurun panas. Os semakin lemas dan menangis. Orang tua os juga

    mengatakan kedua tangan dan kedua kaki os dingin. Dan os dibawa ke IGD Rs.

    Tarakan.

    Orang tua os mengatakan tempat penampungan air di rumah jarang dikuras

    dan terbuka, di sekitar rumah banyak sampah dan banyak barang bekas yang dapat

    menampung air. Di depan rumah os terdapat tempat penampungan sampah dan

    sampai 3 hari diambil oleh tukang sampah. Ibu os mengatakan os tidak pernah keluar

    kota ( daerah endemis malaria), os hanya berkunjung ke rumah bibi nya setengah hari

    dan langsung pulang. Os selalu makan masakan ibu os, dan tidak pernah jajan di

    warung. Os belum pernah mengalami hal serupa seperti demam dan keluar bintik-

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    3/25

    bintik merah di tangan dan kaki. Ibu os mengatakan riwayat imunisasi os lengkap

    diambil di puskesmas. Air yang biasa diminum os adalah air aqua isi ulang.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    -

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.

    Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

    Kehamilan

    Perawatan antenatal : Teratur, setiap 3 bulan ke bidan

    Penyakit kehamilan : Tidak ada

    Kelahiran

    Tempat kelahiran : Di rumah

    Penolong persalinan : Bidan

    Cara persalinan : Spontan

    Masa gestasi : Cukup bulan (9 bulan)

    Keadaan bayi : Langsung menangis

    Berat badan lahir : 3300gram

    Panjang badan lahir : 47cm

    Kejang : ( - ), langsung menangis

    Kelainan bawaan : ( - )

    Kesan : neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB SMK)

    Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

    Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

    Psikomotor

    Tengkurap : 4 bulan

    Duduk : 7 bulan

    Merangkak : 7 bulan

    Berdiri : 9 bulan

    Berjalan : 12 bulan

    Berlari : 18 bulan

    Berbicara : 1 tahun

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    4/25

    Kesan : pertumbuhan dan perkembangan tidak gangguan

    Riwayat Imunisasi :

    No. Vaksin Dasar (Usia)

    1 BCG 1 bulan

    2 Hepatitis B Lahir 1 bulan 6 bulan -

    3 Polio Lahir 2 bulan 4 bulan 6 bulan

    4 DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -

    5 Campak 9 bulan

    6. HiB -

    7 MMR -

    8 Tifoid -

    9 Hepatitis A -

    10 Varisela -

    Kesimpulan :Imunisasi dasar lengkap

    Kesan :Imunisasi dasar sesuai dengan usia.

    Booster sudah dilakukan. Imunisasi tambahan belum dilakukan.

    Riwayat Penyakit yang pernah diderita:

    PENYAKIT UMUR PENYAKIT UMUR

    Diare 9 bulan Morbili -

    Otitis - Parotitis -

    Radang Paru - Demam Berdarah -

    Tuberkulosis - Demam Tifoid -Kejang - Cacingan -

    Ginjal - Alergi -

    Jantung - Kecelakaan -

    Darah - Operasi -

    Difteri - Lain-lain -

    Data Perumahan

    Kepemilikan rumah : Rumah Kontrak

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    5/25

    Keadaan rumah : Memiliki 4 jendela. Ekzos dipasang 2 agar sirkulasi

    udara yang lebih baik.

    Keadaan lingkungan : tempat penampungan air terbuka, sampah yang belum

    Dibuang. Dan sampah tempat genangan air jarang

    dibersihkan.

    Kesan : keadaan rumah baik, keadaan lingkungan kurang baik.

    IV. PEMERIKSAAN FISIK

    Tanggal 29 Agustus 2013 pukul 15:00 WIB

    Status Generalis

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis Tanda vital : - Tekanan darah : 70/50 mmHg

    - Frekuensi nadi : 127x / menit

    - Frekuensi napas : 47 x / menit

    - Suhu aksila : 38.1 0C

    Data Antropometri

    Berat badan : 11 kg ( -3 SD : z-score WHO) Panjang badan : 110 cm ( +2 SD: z-score WHO)

    Berdasarkan tabel WHO, perbandingan tinggi badan dengan berat badan

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    6/25

    :

    perbandingan BMI dengan umur : below -3 (severely wasted)

    perbandingan tinggi badan dengan umur : +2

    perbandingan berat badan dengan umur : -3 (severely underweight)

    KESAN : status gizi kurang

    KESAN : status gizi buruk

    Pemeriksaan Sistematis

    Kepala : Rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besarcekung (-).

    Mata : Cekung (-/-), konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (+/+), pupil bulatdan isokor (+/+), palpebra superior et inferior dalam batas normal.

    Telinga : Sekret (-/-). Hidung : sekret (-) Mulut : Sianosis perioral (-), bentuk normal, tonsil T1-T1 tidak hiperemis,

    faring tidak hiperemis, bibir berdarah.

    Leher : Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba membesar Toraks :

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    7/25

    Paru-paru

    - Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan diam dan pergerakan napas.

    - Palpasi : Tidak dilakukan

    - Perkusi : Tidak dilakukan

    - Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki basah kasar -/-, wheezing -/-.

    Jantung

    - Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis

    - Palpasi : Tidak dilakukan

    - Perkusi : Tidak dilakukan

    - Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen

    - Inspeksi : Datar, tidak tampak benjolan dan tidak ada gambaran vena.

    - Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit baik.

    - Perkusi : Timpani pada kuadran kiri atas, kanan bawah dan kiri bawah.

    Pekak pada kuadran kanan atas.

    - Auskultasi : Bising usus (+) normal.

    Anus dan rektum : Tidak dilakukan. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    8/25

    Natrium 127

    Kalium 4.8

    GDS 74

    IgM +

    IgG +

    VI. RESUME

    Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, 11 kg dengan keluhan demam 1

    minggu SMRS dengan panas naik turun. bibir berdarah dikeluhkan orang tua os. 2

    hari SMRS, orang tua os mengatakan muncul bintik-bintik merah pada daerah wajah,

    leher, kedua lengan atas dan daerah perut os. Orang tua os mengatakan os demam

    naik turun disertai lemas, kedua tangan dan kaki dingin. Dan orang tua os membawa

    os ke IGD Rs. Tarakan. Pemeriksaan fisik : mulut: bibir berdarah, Ekstremitas : akral

    dingin, edema (+), CRT

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    9/25

    Medikamentosa

    - RL 20 cc/ kgBB/ 30 menit: 7 cc/ menit (1-2 jam pertama)

    Bila TD < 90 mmHg

    Sanbe Hes 10 cc/kgBB/30 menit

    - Setelah 20 cc/kgBB/30 menit ke-2

    TD:90/60mmHg, N:100x/menit

    2 line Sanbe Hes 10 cc/kgBB/30 menit

    jika TD > 90 mmHg

    RL 10 CC/kgBB/1 jam

    Bila TD mmHg

    RL 7cc/kgBB/ 1 jam

    Bila TD mmHg

    RL 5cc/kgBB/ 3 jam

    Bila TD mmHg

    RL3cc/kgBB/ 24 jam

    - Paracetamol 3 x 5 ml/ hari

    - PRC 2 x 110 cc/ hari selama 2 hari

    - Cefotaxime 2x300 mg iv

    Anjuran

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    10/25

    1. Menguras tempat-tempat pembuangan air secara teratur seminggu sekali

    2. Menutup rapat-rapat tempat pembuangan air

    3. Mengubur atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.

    FOLLOW UP

    Follow-up/

    Tanggal

    S O A P

    30/8/2013 Demam (-), gusi

    berdarah (-), bibir

    berdarah (-), ptekie

    (+), edema dan

    merah serta panas

    kedua tangan (+)

    KU:Tampak

    sakit sedang

    Kes : CM

    TD:90/60

    mmHg

    N:110 x/menit

    RR:22 x/menit

    S:37 C

    PF:mulut:gusi

    dan bibir

    berdarah

    Ekstremitas:

    edema(+), merah

    (+) dan panas(+)

    kedua kaki dan

    tangan, ptekie

    (+)

    Dengue Shock

    Sindrome

    -Futrolit 5 cc/

    24 jam

    -Parasetamol 1

    x cth

    -Cefotaxime

    2x300 mg iv

    -Kompres

    hangat lengan

    kanan

    Pasien pulang tanggal 31/8/2013

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    11/25

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Diagnosis demam berdarah dengue derajat III ditegakkan berdasarkan anamnesis,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini. Penegakan diagnosis

    DBD pada pasien ini berdasarkan adanya lebih dari dua kriteria, yang memenuhi

    kriteria klinis dari WHO yakni demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan

    berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan berupa uji

    tourniquetpositif serta dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan syok

    (terdapat kegagalan sirkulasi), yaitu keadaan umum yang buruk, gelisah, dengan

    tekanan darah 70/50 mmHg, nadi yang cepat dan halus, frekuensi nafas 47 x/menit,

    akral dingin dan perfusi jelek.Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil

    leukosit yang berada dalam batas normal, nilai hemoglobin dan hematokrit yang

    cenderung meningkat serta didapatkan trombositopenia yaitu sebesar 15.700/mm3

    (pemeriksaan pada tanggal 25/08/2013), 14.600/mm3 dan 21.000/mm3 (pemeriksaan

    pada tanggal 26/08/2013), 49.000/mm3 dan 84.000/mm3 (pemeriksaan pada tanggal

    27/08/2013), 95.600/mm3 (pemeriksaan pada tanggal 28/08/2013), 176.000/mm3

    (pemeriksaan pada tanggal 29/08/2013). Hal ini merupakan salah satu dari kriteria

    laboratories DBD. Hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan adanya

    hemokonsentrasi. Peningkatan kadar hematokrit merupakan bukti adanya kebocoran

    plasma. Hal ini memperkuat diagnosis demam berdarah dengue. Selain itu pada pasien

    ini juga didapatkan tanda-tanda kegagalan sirkulasi seperti nadi yang lemah, perfusi

    perifer yang menurun dan akral yang dingin dan lembab. Hal ini menunjukkan bahwa

    pasien ini mengalami DBD derajat III.

    Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa pada sindrom syok

    dengue, setelah demam berlangsung selama beberapa hari keadaan umum pasien dapat

    tiba-tiba memburuk, yang biasannya terjadi pada saat atau setelah demam menurun,

    yakni antara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan tanda-tanda

    kegagalan sirkulasi, kulit teraba lembab dan dingin, serta nadi menjadi cepat dan halus.

    Pasien seringkali akan mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok. Pada

    pemeriksaan laboratorium biasanya akan ditemukan adanya hemokonsentrasi

    (peningkatan kadar hematokrit 20%) dan trombositopenia (trombosit 92%, oleh karena itu untuk pemantauan

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    13/25

    diperlukan pemasanganpulse oximetryuntuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah.

    Selain itu juga dilakukan pemasangan infus cairan intravena berupa ringer laktat (RL)

    840 mL dalam 30 menit pertama. Ringer laktat adalah salah satu larutan kristaloid yang

    direkomendasikan WHO pada terapi DBD. Pengobatan awal cairan intravena pada

    keadaan syok adalah dengan larutan kristaloid 20 ml/kg berat badan dalam 30 menit.

    Pada pasien ini berat badannya adalah 11 kg sehingga didapatkan jumlah cairan yang

    diberikan adalah 220 ml dalam 30 menit dengan tetesan infus sebesar 110 tetes per

    menit makro {(220/30) x 15}. Apabila syok belum teratasi dan atau keadaan klinis

    memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal, cairan diganti dengan koloid

    (dekstran 40 atau plasma) 10-20 ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30

    ml/kgBB/jam. Segera setelah terjadi perbaikan, segera cairan ditukar kembali dengan

    kristaloid dengan tetesan 20 ml/kgBB. Pada pasien kondisi membaik setelah dilakukanpemberian cairan awal sehingga jumlah cairan yang diberikan dikurangi menjadi 110 ml

    dalam 1 jam (10 ml/kgBB/jam). Jika kondisi tetap stabil dan membaik maka cairan

    diturunkan menjadi 55 ml/jam (5 ml/kgBB/jam) atau Jika dalam 24 jam kondisi

    membaik dan stabil maka cairan diturunkan lagi menjadi 33 ml/jam (3 ml/kgBB/jam)

    atau 8 tpm makro dan dalam 48 jam setelah syok teratasi pemberian terapi cairan dapat

    dihentikan.

    Oleh karena perembesan plasma tidak konstan (perembesan plasma terjadi lebih

    cepat pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan

    kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar

    hematokrit. Penggantian volume yang berlebihan dan terus menerus setelah plasma

    terhenti perlu mendapat perhatian. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase

    penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam

    intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema

    paru dan distres pernafasan

    Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan parasetamol untuk mengatasi

    demam dengan dosis sebanyak 3 x 5 ml PO (apabila suhu > 38 C). Diberikan antibiotik

    dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang mungkin terjadi akibat

    manipulasi yang dilakukan terhadap pasien seperti pemasangan jalur infus untuk

    pemberian cairan, pemasangan Douwer Catheter dan pengambilan sampel darah yang

    secara rutin dilakukan. Kesemuanya itu mempunyai resiko untuk terjadinya infeksi

    pada pasien ini. Selain itu berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 27

    Agustus 2013 didapatkan kecenderungan terjadinya peningkatan leukosit meskipun

    hanya meningkat (dari 6.340 /L menjadi 13.800/L).

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    14/25

    Status gizi pada anak ini adalah gizi buruk dengan berat badan/ tinggi badan =

    50.000/mm3 dan cenderung

    meningkat, serta tidak dijumpai adanya distress pernafasan.

    Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit padapasien saat ini tidak mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam bonam, karena

    organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat adanya

    manisfestasi perdarahan. Untuk quo ad sanactionam bonam karena kekambuhan pada

    DBD hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus dengue. Dengan edukasi yang

    tepat, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus dengue.

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    15/25

    BAB III

    SINDROM SYOK DENGUE

    Spektrum klinis infeksi virus dengue bervariasi tergantung dari faktor yang

    mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi

    virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang

    bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak

    spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat

    yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).

    2.1 Batasan dan Uraian Umum

    Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria DBDdisertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah kelanjutan

    dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue,

    derajat paling berat, yang berakibat fatal.

    Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh

    dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock

    syndrome (DSS).

    2.2 Etiologi

    Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus

    dengue, yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus mempunyai empat

    serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN- 4; dengan serotipe DEN-3

    yang dominan di Indonesia dan paling banyak berkaitan dengan kasus berat. Terdapat

    reaksi silang antara serotipe Dengue dengan Flavivirus lainnya. Infeksi oleh salah satu

    serotipe Dengue akan memberikan imunitas seumur hidup, namun tidak ada imunitas

    silang dengan jenis serotipe lain.

    2.3 Epidemiologi

    Saat ini, infeksi virus dengue menyebabkan angka kesakitan dan kematian paling

    banyak dibandingkan dengan infeksi arbovirus lainnya. Setiap tahun, di seluruh dunia,

    dilaporkan angka kejadian infeksi dengue sekitar 20 juta kasus dan angka

    20kematian berkisar 24.000 jiwa. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh

    propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.

    Incidencerate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968

    menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk (1989-1995). Mortalitas DBD

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    16/25

    cenderung menurun hingga 2% tahun 1999.

    Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban

    udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes

    akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara

    dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak

    berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai

    awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan

    April-Mei setiap tahun. (2)

    2.4 Penularan

    Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

    albopictus yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Kedua jenisnyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, terutama di tempat- tempat

    dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Populasi nyamuk

    ini akan meningkat pesat saat musim hujan, tetapi nyamukAedes aegypti juga dapat

    hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air sepanjang tahun. Satu

    gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit

    dengue pada orang yang sehat.

    Setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi Dengue, virus akan

    mengalami masa inkubasi selama 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari). Setelah itu, pasien akan

    mengalami gejala demam akut disertai berbagai gejala dan tanda nonspesifik. Selama

    masa demam akut yang dapat berlangsung 2-10 hari, virus Dengue dapat bersirkulasi di

    peredaran darah perifer. Jika nyamuk A. aegypti lain menggigit pasien pada masa

    viremia ini, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan dapat mentransmisikan virus pada

    orang lain, setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8-12 hari.

    2.5 Patogenesis

    Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua

    teori yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary

    heterologous infection) dan hipotesis immune enhancement.

    Halstead (1973) menyatakan mengenai hipotesis secondary heterologous infection.

    Pasien yang mengalami infeksi berulang dengan serotipe virus dengue yang heterolog

    mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi

    heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi

    dan membentuk kompleks antigen antibodi kemudian berikatan dengan Fc reseptor

    dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    17/25

    virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam

    sel makrofag (respon antibodi anamnestik)

    Dalam waktu beberapa hari terjadi proliferasi dan transformasi limfosit dengan

    menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus kompleks

    antigen-antibodi mengaktifkan sistem komplemen (C3 dan C5), melepaskan C3a dan

    C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga plasma

    merembes ke ruang ekstravaskular. Volume plasma intravaskular menurun hingga

    menyebabkan hipovolemia hingga syok.

    Hipotesis kedua antibody dependent enhancement(ADE), suatu proses yang akan

    meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai

    tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian

    menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkanperembesan plasma kemudian hipovolemia dan syok. Perembesan plasma ini terbukti

    dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan

    terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Virus dengue dapat

    mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik

    pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan

    genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan

    viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah.

    Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga

    menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan

    sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan

    pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-

    antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di

    phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan

    trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi

    trombositopenia. Kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia

    justru menunjukkan kenaikan sebagai mekanisme kompensasi stimulasi trombopoesis

    saat keadaan trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran

    platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi

    intravaskular diseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degradation

    product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.

    Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga

    walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain,

    aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi

    sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    18/25

    mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh

    trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit,

    dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok

    yang terjadi.

    DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari

    ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya reaksi

    imunologis, yang dasarnya sebagai berikut:

    1) Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dan

    sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.

    2) Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel,

    bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel

    fogosit mononukleus.3) Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang telah

    terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah jumlah sel yang

    terinfeksi.

    4) Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated intravaskular

    coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator- mediator oleh sel

    fagosit mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator tersebut berupa monokin dan

    mediator lain yang mengakibatkan aktivasi komplemen dengan efek peninggian

    permeabilitas dinding pembuluh darah, serta tromboplastin yang memungkinkan

    terjadinya DIC.

    2.6 Diagnosis

    Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO yang terdiri dari

    kriteria klinis dan laboratoris, yaitu sebagai berikut:

    Kriteria klinis:

    1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah, nyeri pada

    punggung, tulang, persendian , dan kepala, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

    2) Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif*, petekie, ekimosis,

    epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

    3) Hepatomegali

    4) Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi 20 mmHg, atau hipotensi disertai

    gelisah dan akral dingin.

    * Uji bendung dilakukan dengan membendung lengan atas menggunakan manset pada

    tekanan sistolik ditambah diastolik dibagi dua selama 5 menit. Hasil uji positif bila

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    19/25

    ditemukan 10 atau lebih petekie per 2.5 cm2 (1 inci).

    Kriteria laboratoris:

    1) Trombositopenia (100.000/l)

    2) Hemokonsentrasi (kadar Ht 20% dari orang normal) Dua gejala klinis pertama

    ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk menegakkan diagnogsis kerja DBD.

    Sindrom Syok Dengue

    Seluruh kriteria DBD disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :

    - Penurunan kesadaran, gelisah

    - Nadi cepat, lemah

    - Hipotensi- Tekanan nadi < 20 mmHg

    - Perfusi perifer menurun

    - Kulit dingin-lembab.

    Penentuan Derajat Penyakit

    Karena spektrum klinis infeksi virus dengue yang bervariasi, derajat klinis perlu

    ditentukan sehubungan dengan tatalaksana yang akan dilakukan. Derajat Penyakit

    Infeksi Virus Dengue Perbedaan gejala dan tanda klinis pada setiap derajat terbagi

    dalam tabel berikut : Kasus tipikal dari DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinik mayor :

    demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan

    sirkulasi.Trombositopenia sedang sampai berat yuang disertai dengan hemokonsentrasi

    adalah temuan laboratorium yang khusus untuk DBD. Patofisiologi yang menunjukkan

    derajat keparahan DBD dan membedakannya dari Demam Dengue adalah keluarnya

    DERAJAT GEJALA & TANDA LABORATORIUM

    DD

    Demam 2-7 hari Disertai > 2 tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, atralgia

    Leukopenia Trombositopeni Kebocoran Plasma (-)

    Serologi Dengue Positif

    DBD I

    Gejala di atas (+) Disertai uji bendung positif

    Trombositopeni ( 20 %

    Penurunan Ht > 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat.

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    20/25

    DBD II

    Gejala di atas (+) Disertai perdarahan spontan

    DBD DSS III

    Gejala di atas (+) Disertai tanda kegagalan sirkulasi

    DBD DSS IV

    Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi yang tidak terukur plasma yang

    bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi), efusi serosa, atau

    hipoproteinemia.

    Beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnostik klinik pada

    penderita DSS menurut Wong:

    1. Clouding of sensorium

    2. Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun.3. Nyeri perut.

    4. Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis, ematemesis,

    melena, hematuri dan hemoptisis.

    5. Trombositopenia berat.

    6. Adanya efusi pleura pada toraks foto.

    7. Tanda-tanda miokarditis pada EKG.

    Pembagian renjatan menurut Munir dan Rampengan:

    1. Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-tanda syok

    disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20mmHg.

    2. Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu = tingkat 1 ditambah tekanan nadi

    menjadi

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    21/25

    - Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)- Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)- Uji Netralisasi (Neutralization Test)- Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)- Uji IgG Elisa indirek

    Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen yang ditunjukkan dengan

    immunoflouresen, atau adanya CPE (cytopathic effect) pada biakan jaringan manusia.

    Inokulasi/ penyuntikan pada nyamuk Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya

    antigen dengue pada kepala nyamuk yang dilihat dengan uji immunoflouresen.

    Pemeriksaan RadiologiPada pemeriksaan radiologi dan USG, Kasus DBD, terdapat beberapa kerlainan yang

    dapat dideteksi yaitu :

    1. Dilatasi pembuluh darah paru

    2. Efusi pleura

    3. Kardiomegali dan efusi perikard

    4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati

    5. Cairan dalam rongga peritoneum

    Diagnosis Banding

    1.Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri

    maupun virus, seperti bronkopneumonia, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.

    2. Adanya ruam yang akut perlu dibedakan dengan morbili.

    3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan leptospirosis.

    4. Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic purpurae, leukemia

    pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.

    5. Syok endotoksin.

    6. Demam Chikunguya.

    PENATALAKSANAAN

    1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/kgBB

    secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2 lt/mnt. Untuk DSS

    berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur) diberikan ringer laktat

    20ml/kgBB bersama koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan

    trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah.

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    22/25

    2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap

    dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid (HES)

    sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid diberikan pada jalur infus yang

    sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi keadaan umum, tekanan

    darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi

    asidosis, elektrolit dan gula darah. Pada syok berat (tekanan nadi < 10 mmHg),

    penggunaan koloid (HES) sebagai cairan resusitasi inisial memberi hasil perbaikan

    peningkatan tekanan nadi lebih cepat.

    3. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/hematokrit,

    tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB.

    Volume 10ml/kgBB/jam dapat tetap dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis

    stabildan hematokrit menurun 1ml/kgBB, BD urin 40 vol% berikan darah dalam volume kecil10ml/kgBB. Apabila tampak

    perdarahan masif,berikan darah segar 20ml/kgBB dan lanjutkan cairan kristaloid

    10ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8cmH2O) padasyok berat kadang-

    kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.

    5. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui kebutuhan cairan

    dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal

    (>10cmH2O), maka diberikan dopamin.

    Tatalaksana kasusDBD derajat III dan IV (Sindrom Syok Dengue/SSD)

    DBD derajat III & IV

    Oksigenasi (berikan O2 2-4 liter/menit Penggantian volume plasma segera (cairan

    kristaloid isotonis)

    Ringer laktat/NaCl 0,9% 20ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)

    Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?

    Pantau tanda vital tiap 10 menit Catat balance cairan selama pemberian cairan

    intravena

    1. 2. Syok teratasi

    Kesadaran membaik Nadi teraba kuat Tekanan nadi >20 mmHg Tidak sesak

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    23/25

    nafas/sianosis Ekstrimitas hangat Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam

    Cairan dan tetesan disesuaikan

    10 ml/kgBB/jam

    Evaluasi ketat

    Tanda vital Tanda perdarahan Diuresis Pantau Hb, Ht, Trombosit

    Stabil dalam 24 jam

    Tetesan 5 ml/kgBB/jam Ht stabil dalam 2x Pemeriksaan

    Tetesan 3 ml/kgBB/jam

    Infus stop tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi

    Syok tidak teratasi

    Kesadaran menurun Nadi lembut/tidak teraba Tekanan nadi

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    24/25

    Saat ini ada 3 golongan cairan koloid yang masing-masing mempunyai keunggulan dan

    kekurangannya, yaitu golongan Dekstran, Gelatin, Hydroxy ethyl starch (HES).

    (2) Golongan Dekstran mempunyai sifat isotonik dan hiperonkotik, maka pemberian

    dengan larutan tersebut akan menambah volume intravaskular oleh karena akan

    menarik cairan ekstravaskular. Efek volume 6% Dekstran 70 dipertahankan selama 6-8

    jam, sedangkan efek volume 10/o Dekstran 40 dipertahankan selama 3-5 jam. Kedua

    larutan tersebut dapat menggangu mekanisme pembekuan darah dengan cara

    menggangu fungsi trombosit dan menurunkan jumlah fibrinogen serta faktor VIII,

    terutama bila diberikan lebih dari 1000 ml/24 jam. Pemberian dekstran tidak boleh

    diberikan pada pasien dengan KID.(2)

    Golongan Gelatin (Hemacell dan gelafundin merupakan larutan gelatin yang mempunyai

    sifat isotonik dan isoonkotik. Efek volume larutan gelatin menetap sekitar 2-3 jam dantidak mengganggu mekanism pembekuan darah. (2)

    Hydroxy ethyl starch (HES) 6% HES 200/0,5; 6% HES 200/0,6; 6% HES 450/0,7 adalah

    larutan isotonik dan isonkotik, sedangkan 10% HES 200/0,5 adalah larutan isotonik dan

    hiponkotik. Efek volume 6%/10/o HES 200/0,5 menetap dalam 4-8 jam, sedangkan

    larutan 6% HES 200/0,6 dan 6% HES 450/0,7 menetap selama 8- 12 jam. Gangguan

    mekanisme pembekuan tidak akan terjadi bila diberikan kurang dari 1500cc/24 jam,

    dan efek ini terjadi karena pengenceran dengan penurunan hitung trombosit sementara,

    perpanjangan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial, serta penurunan

    kekuatan bekuan.

    RuangRawat KhususUntuk DBD/SSD

    Untuk mendapatkan tatalaksana DBD lebih efektif, maka pasien DBD seharusnya

    dirawat di ruang rawat khusus, yang dilengkapi dengan perawatan untuk kegawatan.

    Ruang perawatan khusus tersebut dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk

    memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit yang tersedia selama 24 jam.

    Pencatatan merupakan hal yang penting dilakukan di ruang perawatan DBD. Paramedis

    dapat didantu oleh keluarga pasien untuk mencatatjumlah cairan baik yang diminum

    maupun yang diberikan secara intravena, serta menampung urin serta mencatat

    jumlahnya.

    Kriteria Memulangkan Pasien

    Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini

    1. Tampak perbaikan secara klinis

    2. Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Dss 2

    25/25

    3. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

    4. Hematokrit stabil

    5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul

    6. Tiga hari setelah syok teratasi

    7. Nafsu makan membaik