presentasi 1

25
ARAHAN PERANCANGAN SISTEM EVAKUASI BENCANA; GEMPA BUMI DAN KEBAKARAN MELALUI PENDEKATAN WAYFINDING (Studi Kasus : Kampung Badran RW09 Yogyakarta) EMANUEL AWANG KRISMAWAN 12/342537/PTK/08656

Upload: awang-emanuel

Post on 17-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tesis

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi 1

ARAHAN PERANCANGAN SISTEM EVAKUASI BENCANA; GEMPA BUMI DAN KEBAKARAN MELALUI PENDEKATAN

WAYFINDING (Studi Kasus : Kampung Badran RW09 Yogyakarta)

EMANUEL AWANG KRISMAWAN 12/342537/PTK/08656

Page 2: Presentasi 1

I.1 Latar belakang

Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi, ekonomi, atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR, 2004).

I.1.1 Kajian Yogyakarta sebagai daerah rawan bencana

Jika ditinjau dari sisi kebencanaan maka Provinsi DI Yogyakarta memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, klimatologis dan demografis yang rawan terhadap ancaman bencana. (www.bappenas.go.id. Diakses pada 21 April 2014)

Page 3: Presentasi 1

Berikut beberapa kejadian bencana yang pernah terjadi di Yogyakarta dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ; 1. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Juni 2006. 2. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 5 November 2010. 3. Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 berkekuatan 5,9 Richter 4. Putting beliung pada 22 February 2013 yang menimbulkan beberapa reklame besar dan banyak pohon yang tumbang serta rumah penduduk yang roboh. 5. Kebakaran toko dikawasan Jalan Malioboro pada 26 Oktober 2013. 6. Banjir lahar dingin di kawasan padat penduduk di tepian Sungai Code Ledok Tukangan, Danurejan pada 29 November 2010.

Page 4: Presentasi 1

I.1.2 Kajian Kampung Kota di Yogyakarta

Pertumbuhan kota yang tidak terencana (urban sprawl) ini dapat memicu konversi tanah-tanah pertanian, resapan air menjadi area pemukiman.Bahkan area-area yang tidak diperuntukkan untuk permukiman pun, seperti daerah aliran sungai (DAS) akan berubah fungsi menjadi pemukiman padat yang tidak tertata. Pertumbuhan semacam ini juga akan semakin mengurangi effisiensi pembangunan prasarana dan sarana kota. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020 mendatang . sekitar 60% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan. Percepatan urbanisasi ini, khususnya, akan terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2010 sendiri Indonesia sudah menjadi negara yang semakin meng-kota, karena lebih dari 50% penduduknya tinggal di perkotaan. (Setiawan, Bakti, MA.,Ph.D. 2010.Kampung Kota dan Kota Kampung: Tantangan Perencanaan Kota di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Perencanaan Kota Univeritas Gadjah Mada.)

Page 5: Presentasi 1

I.1.3 Kajian Kampung Kota Tangguh dan Tanggap Bencana

Permasalahan mengenai ruang terbuka public yang semakin sedikit akibat dari banyaknya tuntutan ekonomi yang mengakibatkan konversi lahan public sebagai area komersil. Privatisasi dan komersialisasi ruang-ruang public menjadi salah satu faktor yang dapat mengganggu proses evakuasi ketika terjadi bencana. Dengan terganggunya sistem evakuasi maka akan berdampak pada keterlambatan didalam penanggulangan saat terjadi dan paska bencana.

Page 7: Presentasi 1

Kampung Tangguh Bencana adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena bencana. Pengembangan Kampung Tangguh Bencana merupakan salah satu upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.

Sejak tahun 2013, sebagai langkah penanganan bencana mandiri, pemerintah kota Yogyakarta membentuk sepuluh kampung tangguh bencana (KTB). Berdasarkan Pedoman Tangguh Bencana No. 1/2013, ada 9 program KTB diantaranya mengenai analisis risiko dengan membuat peta ancaman, kerentanan, dan kapasitas. mendirikan forum relawan, rencana aksi komunitas, rencana kontijensi desa.

Page 8: Presentasi 1

Kota Yogyakarta menjadi salah satu daerah rawan bencana yang ada di Indonesia sehingga menjadikan kota ini harus memiliki sistem manajemen kebencanaan yang baik. Dengan karakteristik kota yang banyak didominasi oleh pemukiman kampung kota yang memiliki tingkat kepadatan tinggi menyebabkan kampung kota menjadi kawasan yang rentang terhadap bencana alam maupun non-alam seperti kebakaran. Oleh karena itu kawasan kampung kota tersebut harus mampu menjadi permukiman yang tangguh terhadap bencana. Agar ketika terjadi bencana, masyarakatnya dapat secara mandiri melakukan penyelamatan dan evakuasi sehingga dapat mengurangi bahkan mengatasi jatuhnya korban. Dengan perencanaan sistem menajeman bencana berupa penyediaan tempat dan jalur evakuasi yang baik, masyarakat kampung kota dapat secara mudah mengetahui arah dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Begitupun ketika datang bantuan paska bencana dapat dengan mudah mengakses kampung kota tersebut untuk mendistribusikan kebutuhan yang diperlukan. Dengan mengembangkan system wayfinding didalam menghadapi bencana diharapkan dapat mempermudah proses evakuasi dan pendistribusian bantuan.

I.1.4 Rumusan Masalah

Page 9: Presentasi 1

I.1.5 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah prinsip-prinsip jalur dan lokasi aman dalam sistem evakuasi? 2. Bagaimana kondisi ekisting kampung dapat mengakomodasi jalur dan lokasi aman sesuai prinsip evakuasi; a. menurut peneliti dan teori ? b. menurut menurut warga kampong ? 3. Bagaimana arahan desain sistem evakuasi melalui pendekatan wayfinding dalam kampung?

Page 10: Presentasi 1

I.1.7 Tujuan Penelitian

Untuk membatasi lingkup penelitian, maka perlu dijabarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui prinsip-prinsip jalur dan lokasi aman dalam sistem evakuasi. 2. Mengetahui kondisi ekisting kampung dapat mengakomodasi jalur dan lokasi aman sesuai prinsip evakuasi versi peneliti dan warga kampong. 3. Mengatahui arahan desain sistem evakuasi melalui pendekatan wayfinding dalam kampUng.

Page 11: Presentasi 1

1. Arahan Perancangan Model Kawasan Antisipatif Terhadap Dampak Bencana Gempa Bumi , Studi Kasus Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Dusun Gunung Kelir Desa Pleret Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Catharine K.D, 2008.

2. Arahan Penataan Kawasan konservasi Ketandan Agara Antisipatif Menghadapi Bencana Kebakaran oleh Dessy Eresina Pinem, 2008.

3. Arahan Perancangan Sistem Evakuasi Bencana ; Gempa Bumi dan Kebakaran Melalui Pendekatan Wayfinding. Kasus: Kampung Badran RW 09. Emanuel Awang K. 2014

I.1.8 Keaslian Penelitian

Page 12: Presentasi 1

I.1.9 Struktur pemikiran

Page 13: Presentasi 1

II.1. Tinjaun Teori Evakuasi

UU No. 24/2007 mendefinisikan penangggulangan bencana atau disaster management sebagai serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Ada 3 aspek mendasar dalam manajemen bancana: a. Respons terhadap bencana, b. Kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan c. Minimisasi (mitigasi) efek bencana

Page 14: Presentasi 1

Gambar II.1. Sirkulasi Penanggulangan Bencana (Sumber : Panduan Managemen Bencana )

Page 15: Presentasi 1

II.1.2 Proses Rencana Evakuasi

Dalam proses perencanaan evakuasi terdapat tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu penentuan wilayah yang aman, penentuan jalur optimal antara blok bangunan dan daerah aman, dan terakhir adalah pengelompokan blok bangunan yang berkaitan dengan masing-masing daerah aman

Page 16: Presentasi 1

II. 2 Wayfinding Lynch (1960) dalam bukunya The Image of the City menyatakan bahwa way finding merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan orientasi dan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain

II. 2.1.1 Proses Wayfinding 1. Developing decision plans 2. Executing decision plans 3. Processing Environmental Information 4. Interpreting Some Wayfinding Curiosities

II.1.1.3 Pendukung Sistem Wayfinding 1. Signs 2. Architecture and Space 3. Maps 4. Information booths and verbal instruction Passini, Romedi.1992. Wayfinding in Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold.

Page 17: Presentasi 1

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik dengan data yang diolah secara kualitatif. Data berupa isu permasalahan, literatur dan gambar dikumpulkan untuk melihat fenomena di lapangan. Sebelumnya menyusun konsepsualisasi teoritik berdasarkan teori-teori yang ada sebagai alat penyaring yang ada di lapangan. III. 1 Lokus dan Fokus Penelitian Lokus penelitian berada di kota Yogyakarta dengan lingkup mikro di kawasan Kampung Badran RW 9, Desa Bumijo, Kecamatan Jetis. Kampung Badran secara geografis disebelah Barat berbatasan dengan Sungai Winongo, sebelah Timur dengan Jalan Tentara Rakyat Mataram, sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Kyai Mojo, dan sebelah Selatan berbatasan dengan jalur Rel Kereta Api.

Page 18: Presentasi 1
Page 19: Presentasi 1

Kampung Badran RW 9 teridiri dari 5 RT ; RT. 38(72KK), RT.39(34KK), RT.40(37KK), RT41(31KK), RT.42(42KK).

Page 20: Presentasi 1
Page 21: Presentasi 1
Page 22: Presentasi 1
Page 23: Presentasi 1
Page 24: Presentasi 1
Page 25: Presentasi 1

TERIMAKASIH