preeklamsia
DESCRIPTION
asdasdTRANSCRIPT
BAB I
DEFINISI
Preeklamsia adalah penyakit yang ditandai dengan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria dan dengan atau tanpa edema.
Hipertensi itu sendiri adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥140/90mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang - kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. kenaikan tekanan darah
sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan tekanan diastolic ≥15 mmHg sebagai parameter hipertensi
sudah tidak dipakai lagi.
Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan lebih
kurang 1± dipstick .
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu
dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan
morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain
etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non
medic dan system rujukan yang belum sempurna . hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh
semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan
harus benar – benar dipahami oleh semua tenaga medic baik dipusat maupun di daerah.
KLASIFIKASI
Pre – eklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Pre-eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang – kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak pemeriksa 1jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 Kg atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif + atau +2 pada urin kateter atau midstream
2. Pre-eklamsia berat, bila di sertai dengan keadaan sebagai berikut :a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebihb. Proteinuria 5 gr atau lebih per literc. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jamd. Adanya gangguan cerebral, gangguan visus, dan terasa nyeri di epigrastriume. Terdapat edema paru dan sianosis
FAKTOR RISIKO
Walaupun belum ada teori yang pasti dengan penyebab terjadinya preeklamsia, tetapi beberapa
penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia. Faktor
tersebut meliputi :
1. Riwayat preeklamsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklamsia atau riwayat
keluarga dengan preeklamsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia.
2. Primigravida, karena primigravida pembentukan antibodi penghambat ( blocking antibodi
) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia. Perkembangan
preeklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan dengan
umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3. Kegemukan
4. Kehamilan ganda. Preeklamsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi
kembar atau lebih
5. Riwayat penyakit tertentu
PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak
teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu
pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori – teori yng sekarang banyak dianut
adalah
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
5. Teori defesiensi gizi
6. Teori inflamasi
PERUBAHAN SYSTEM DAN ORGAN PADA PREEKLAMSIA
Volume plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna ( disebut hipervolemia ),
guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan tertinggi volume plasma pada
hamil normal terjadi pada umur kehamilan 32 – 34 minggu. Sebaliknya, oleh sebab yang
tidak jelas pada preeklamsia terjadi penurunan volume plasma antara 30% - 40% disbanding
hamil normal, disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokontriksi, sehingga
terjadi hipertensi. Volume plasma yang menurun memberi dampak yang luas pada organ –
organ penting.
Preeklamsia sangat peka terhadap pemberian cairan intravena yang terlalu cepat dan
banyak. Demikian sebaliknya preeklamsia sangat peka terhadap kehilangan darah waktu
persalinan. Oleh karena itu, observasi cairan masuk ataupun keluar harus ketat.
Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis hipertensi dalam
kehamilan. Tekanan diastolic menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik ,
menggambarkan besaran curah jantung.
Pada preeklamsia peningkatan reaktivitas vascular dimulai umur kehamilan 20
minggu ,tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trisemester II. Tekanan darah yang tinggi
pada preeklamsia bersifat labil dan mengikuti irama sirkadian normal. Tekanan darah
menjadi normal beberapa hari pascapersalinan, kecuali beberapa kasus preeklamsia berat
kembalinya tekanan darah normal dapat terjadi 2 – 4 minggu pascapersalinan. Tekanan darah
bergantung terutama pada curah jantung, volume plasma, resistensi perifer, dan viskositas
darah.
Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran tekanan
darah ≥ 140 mmHg selang 6 jam. Tekanan diastolic ditentukan pada hilangnya suara
korotkoff’s phase V. dipilihnya tekana diastolic 90 mmHg sebagai batas hiprtensi, karena
batas tekanan diastolic 90 mmHg yang disertai proteinuria, mempunyai korelasi dengan
kematian perinatal tinggi. Mengingat proteinuria berkorelasi dengan nilai absolute tekanan
darah diastolic , maka kenaikan (perbedaan) tekanan darah dapat dipakai sebagai criteria
diagnosis hipertensi, hanya sebagai tanda waspada.
Mean Arterial Blood Pressure (MAP) tidak berkorelasi dengan besaran proteinuria. MAP
jarang dipakai oleh sebagian besar klinisi krena kurang praktis dan sering terjaidi kesalahan
pengukuran. Pengukuran tekanan darah dilakukan secara standar.
FUNGSI GINJAL
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal – hal berikut
1. Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi
oliguria bahkan anuria.
2. Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya premeabilitas
membrane basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
proteinuria. Proteinuria terjadi jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering
dijumpai preeklamsia tanpa proteinuria, karena janon lebih dulu lahir.
3. Terjadi Glomerulus Capillary Endotheliosis akibat sel endotel glomerular
membengkak disertai deposit fibril.
4. Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar
kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi “nekrosis korteks
ginjal” yang bersifat ireversibel.
5. Dapat terjadi kerusakan inrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme
pembuluh darah. Dapat diatasi dengan pemberian DOPAMIN agar terjadi
vasodilatasi pembuluh darah ginjal.
Proteinuria
1. Bila proteinuria timbul:
- Sebelum hipertensi , umunya merupakan gejala penyakit ginjal.
- Tanpa hipertensi, maka dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan
- Tanpa kenaikan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, umumnya
ditemukan pada infeksi saluran kencing atau anemia. Jarang
ditemukan poteinuria pada tekanan diastolic < 90 mmHg.
2. Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklamsia, tetapi
proteinuria umunya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering
dijumpai preeklamsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir lebih
dulu.
3. Pengukuran proteinuria, dapat dilakukan dengan (a) urin dipstick : 100
mg/l atau + 1, sekurang kurangnya diperiksa 2 kali urin acak selang 6 jam
dan (b) pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila
bsaran proteinuria ≥ 300 mg/24 jam.
Asam urat serum (uric acid serum ): umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc.
Hal ini disebabkan oleh hipovolemia, yang menimbulkan menurunnya aliran
darah ginjal dan mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga
menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat dapat terjadi juga akibat
iskemia jaringan.
Kreatinin
Sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin plasma preeklamsia
juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal
menurun, mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya
sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat mencapai kadar
kreatinin plasma ≥ 1 mg/cc, dan biasanya terjadi peeklamsia berat dengan
penyulit pad ginjal.
Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal
menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria), bahkan dapat
terjadi anuria. Berat ringannya oliguria mengambarkan berat ringannya
hipovolemia. Hal ini berarti menggambarkan pula berat ringannya preeklamsia.
Preeklamsia cairan intravena hanya karena oliguria tidak dibenarkan.
Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada preklamsia kadar
elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali bila diberi diuretikum banyak,
restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat
antidiuretik.
Preeklamsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam basa. Pada waktu terjadi kejang eklamsia kadar bikarbonat
menurun, disebabkan timbulnya asidosis laktat dan akibat kompensasi hilangnya
karbon dioksida.
Kadar natrium dan kalium pada preeklamsia sama dengan kadar hamil
normal, yaitu sesuai dengan proporsi jumlah air dalm tubuh. Karena kadar
natrium dan kalium tidak berubah pada preeklamsia , maka tidak terjadi retensi
natrium yang berlebihan, ini berarti pada preeklamsia tidak diperlukan retriksi
konsumsi garam.
Tekanan osmotic koloid/tekanan onkotik
Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada umur kehamilan 8 minggu.
Pada preeklamsia tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran protein dan
peningkatan permeabilitas vascular.
Koagulasi dan fibrinolisis
Gangguan koagulasi pada preeklamsia, isalnya trombositopenia, jarang yang
berat, tetapi sering dijumpai. Pada preeklamsia terjadi peningkatan FDP,
penurunan antitrombin III, dan peningkatan fibronektin.
Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro : fibrinogen dan
hematokrit. Pada preeklamsia viskositas darah meningkat , mengakibatkan
meningkatnya esistensiperifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
Hematokrit
Pada hamil normal hematokrit menurun karena hipervolemia, kemudian
meningkat lagi trimester III akibat peningkatan produksi urin. Pada preeklamsia
hematokrit meningkat karena hipovolemia yang menggambarkan berat
preeklamsia.
Edema
Edema dpat tejadi pada kehamilan normal. Edema yang trjadi pada kehamilan
mempunyai banyak intrpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada hamil normal
, 60% edema dijumpai pada kehamilan dengnan hipertensi, dan 80% edema
dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria.
Edema tejadi karena hipalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapilar.
Edema yang patologik adlah edema yang nondependent pada muka dan tangan,
atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang
cepat.
Hematologik
Perubahan hematologic disebabkan oleh hipovolemia akibat vasospasme,
hipoalbuminemia hemolisis mikriangiopatik akibat spasme arteriole dan hemolisi
akibat kerusakan endotel arteriole. Peubahan tersebut dapat berupa peningkatan
hematokrit akibat hopovolemia, peningkatan viskositas darah, trombositopenia,
dan gejala hemolisis mokroangiopatik.
Disebut trombositopenia bila trombosit < 100.000 sel /ml. hemolisis dapat
menimbulkan destruksi eritrosit.
Hepar
Dasar perubahn pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perubahan. Bila
terjadi pedarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar
dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga dibawah
kapsula hepar dan disebut subkapsular hematoma. Subkapsular hematoma
menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan dapat menimbulkan rupture
hepar, sehingga perlu pembedahan.
Neurologic
Perubahan neurologic dapat berupa :
Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik
eema.
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi ganguan visus.
Hiperrefleksi sering dijumpai pada preeklamsia berat , tetapi buakn factor prediksi
terjadi eklamsia.
Dapat timbul kejang eklamtik.
Perdarahan intracranial meskipun jarang, dapat terjadi pada preeklamsia berat dan
eklamsia.
Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat
hipertensi dan penurunan cardiac ajkibat hipovolemia.
Paru
Penderita preeklamsia berat mempunyai risiko besar terjadinya edema paru. Edema paru
dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah
kapilar paru, dan menurunnya dieresis.
Janin
Preeklamsia dan eklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta,hipovolemia, vasospasme, dan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.
Dampak preeklamsia dan eklamsia pada janin adalah:
Intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion.
Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
intrauterine growth restriction, prematuritas, oligohidramnion, dan solusi
plasenta.
PENCEGAHAN PREEKLAMSIA
Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsia pada
perempuan hamil yng mempunyai resiko terjadiny preeklamsia. Preeklamsia adalah suatu
sindroma dari proses implantasi sehingga tidk secara keseluruhan dapat dicegah.
Pencegahan dapat dilakukan denga nonmedical dan medical
Pencegahan dengan nonmedical
Pencegahan nonmedical adalah penceghan dengan tidak memmberikan obat. Cara yang
paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih
diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko terjadinya preeklamsia meskipun tirah
baring tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia dancegah persalinan preterm.
Retriksi garam tidak terbukti dapat mencegah terjadinya preeklamsia.
Hendaknya diet ditambah suplemen yang mengandung (a) minyak ikan yang kaya
dengan asam lemak yang tidak jenuh,misalnya omega-3 PUFA, (b) antioksidan : vitamin
C, vitamin E, β-karoten, N-asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen logam berat : zinc,
magnesium, kalsium.
Pencegahan dengan medical
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat meskipun belum ada bukti yang
kuat dan sahih. Pembeian diuretic tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia bahkan
memperberat hipovolemia. Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya
preeklamsia.
Emberian kalsium: 1.500 – 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada resiko
tinggi terjadinya preeklamsia. Selain itu dapat pula dibeirikan zinc 200 mg/hari,
magnesium 365 mg/hari. Obat abntitrombotik yang dianggap dapat mencegah
preeklamsia ialah aspirin dosis rendah rata – rata dibawah 100 mg/hari atau dipiridamole.
Dapat juga dibeikan obat – obat antioksidan, misalnya vitamin C , vitamin E, β-karoten,
N-Asetilsistein, asam lipoik.
PENGOBATAN PREEKLAMSIA
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-eklamsia, dan
faktor – faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan
pengobatan ini adalah
- Untuk mencegah terjadinya pre – eklamsia dan eklamsia
- Hendaknya janin lahir hidup
- Trauma pada janin seminimal mungkin
Pada dasarnya penanganan pre – eklamsia terdiri dari pengobatan medik dan pengobatan
obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukkan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk
hidup diluar uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan
pre-eklamsia, terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam halini diusahakan
dengan tindakan medis untuk dapat menunggu slama mungkin, agar janin lebih matur.
Indikasi perawatan penderita pre – eklamsia di rumah sakit
1. Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/ atau tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih
2. Proteinuria 1+ atau lebih
3. Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu yang berulang
4. Penambahan edema berlebihan secara tiba – tiba.
Perlu di perhatikan bahwa bila 1 tanda ditemukan, perawatan belum seberapa mendesak, akan
tetapi pengawasan ditingkatkan, dan kepada yang bersangkutan dianjurkan untuk segera datang
jika ada keluahan.
PENANGANAN PREEKLAMSIA RINGAN
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema pemeriksaan ulang yang lebih sering, misal nya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita rawat jalan adalah dengan istirahat di tempat tidur, diit rendah garam, dan berikan obat – obat an seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atao fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.
Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Dengan cara diatas biasanya pre – eklamsia ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan di periksa ulang lebih sering dari biasa
Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin; kadar estriol
urin, lakukan amnioskopi, dan ultrasonografi, dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan,
barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 keatas
PENANGANAN PREEKLAMSIA BERAT
Preeklamsia Berat Pada Kehamilan Kurang Dari 37 Minggu
1. Jika janin belum menunjukkan tanda – tanda maturitas paru – paru dengan uji kocok dan risio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :
a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskular setiap 4 jam ( selama tidak ada kontraindikasi )
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre – eklamsia ringan ( kecuali ada kontraindikasi )
c. Selanjutnya ibu dirawat, di periksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsia ringan, sambil mengawasi timbulnya gejala.
d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru –paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
Preeklamsia Berat Dengan Kehamilan Lebih Dari 37 Minggu
1. Penderita dirawat inapa. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasib. Berikan diit rendah garam dan tinggi proteinc. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskular, 4 gr di bokong kanan
dan 4 gr di bokong kirid. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jame. Syarat pemberian MgSO4 adalah : refleks patela positif, diuresis 100 cc
dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali/mnt, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc
f. Infus dekstrosa 5% dan ringer laktat2. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m dan selanjutny dapat
diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari.3. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru, dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul intravena lasix4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam infus tetes.5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi ibu dilarang
mengedan
6. Jangan berikan mathergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri
7. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum
8. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan seksio sesarea