preeeklamsi

13
Asuhan Keperawatan Preeklampsia Berat PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan. Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mortilitas meternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah samapai dua pertiganya didiagnosis mengalami preeklamsia atau eklamsia. Prevalensi kehamilan pada wanita dengan penyakit ginjal kronis atau penyakit pembuluh darah, seperti esensial, diabetes mellitus dan lupus eritematosus meningkat 20% sampai 40%. Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Pre-eklamsia bias mempredisposisi ibu mengalami komplikasi yang lebih latel, seperti solusio plasenta, DIC, perdarahan otak dan gagal ginjal akut (Consensus, Report 1990). Preeklamsia berperan dalam kematian intrauterine dan mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat preeklamsia ialah insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Retardasi pertumbuhan dalam rahim (IUGR atau intrauterine growth retardation) juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita preeklamsia. Eklamsia (kejang) akibat efek serebral berat preeklamsia-eklamsia merupakan bahaya maternal yang utama. Sebagai patokan, jumlah morbiditas dan mortilitas maternal dan perinatal tertinggi adalah pada kasus di mana eklamsia timbul pada awal kehamilan (sebelum minggu ke-28), usia ibu lebih dari 25 tahun dan ibu multigravida dan ibu yang menderita hipertensi kronis penyakit ginjal. Prognosis juga menjadi lebih membingungkan pada ibu yang hanya mendapat sedikit perawatan antenatal atau ibu yang dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Berdasarkan kenyataan tersebut kelompok tertarik untuk mengambil meteri ini untuk dijadikan suatu bentuk makalah sebagai sumber mata pelajaran tambahan serta pembuatan tugas mata ajar keperawatan reproduksi. TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan pada trimester ketiga dengan gejala klinis peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria, konvulsi dan koma (Manuaba, I. B. G, 2007; hal.101). Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (wiknjosastro, 2002; hal. 282 diambil dari Mitayani, 2009). Pre-eklampsia merupakan kelainan unik yang hanya ditemukan pada kehamilan manusia yag terdiri hipertensi, proteinuria dan edema pada wanita hamil (Hejjner, L. J, et.al, 2006; hal. 82)

Upload: mh-kurniawan

Post on 27-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: preeeklamsi

Asuhan Keperawatan Preeklampsia Berat

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Penulisan.Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mortilitas meternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah samapai dua pertiganya didiagnosis mengalami preeklamsia atau eklamsia. Prevalensi kehamilan pada wanita dengan penyakit ginjal kronis atau penyakit pembuluh darah, seperti esensial, diabetes mellitus dan lupus eritematosus meningkat 20% sampai 40%.

Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Pre-eklamsia bias mempredisposisi ibu mengalami komplikasi yang lebih latel, seperti solusio plasenta, DIC, perdarahan otak dan gagal ginjal akut (Consensus, Report 1990). Preeklamsia berperan dalam kematian intrauterine dan mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat preeklamsia ialah insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Retardasi pertumbuhan dalam rahim (IUGR atau intrauterine growth retardation) juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita preeklamsia.

Eklamsia (kejang) akibat efek serebral berat preeklamsia-eklamsia merupakan bahaya maternal yang utama. Sebagai patokan, jumlah morbiditas dan mortilitas maternal dan perinatal tertinggi adalah pada kasus di mana eklamsia timbul pada awal kehamilan (sebelum minggu ke-28), usia ibu lebih dari 25 tahun dan ibu multigravida dan ibu yang menderita hipertensi kronis penyakit ginjal. Prognosis juga menjadi lebih membingungkan pada ibu yang hanya mendapat sedikit perawatan antenatal atau ibu yang dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain.

Berdasarkan kenyataan tersebut  kelompok tertarik untuk mengambil meteri ini untuk dijadikan suatu bentuk makalah sebagai sumber mata pelajaran tambahan serta pembuatan tugas mata ajar keperawatan reproduksi.

TINJAUAN TEORITIS

A.    PengertianPre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan pada trimester ketiga dengan gejala klinis peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria, konvulsi dan koma (Manuaba, I. B. G, 2007; hal.101).Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (wiknjosastro, 2002; hal. 282 diambil dari Mitayani, 2009).Pre-eklampsia merupakan kelainan unik yang hanya ditemukan pada kehamilan manusia yag terdiri hipertensi, proteinuria dan edema pada wanita hamil (Hejjner, L. J, et.al, 2006; hal. 82)

B.    EtiologiPreeklamsia adalah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda dan gejala timbul hanya pada masa kehamilan dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu mengindentifikasikan wanita yang akan

Page 2: preeeklamsi

menderita preeklamsia, akan tetapi ada faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit: primigravida, granda multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas.

Kira-kira 85 % pre eklamsia terjadi pada kehamilan pertama, pre eklamsia terjadi pada 14 % sampai 20 % kehamilan janin lebih dari satu dan 30 % pasien akan mengalami anomaly rahim yang berat pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 35 %.

C.    PatofisiologiPatofisiologi pre eklamsia dan eklamsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi paningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik (Sistemic vascular Resistance/SVR), peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmotic koloid. (gambar 21). Pada pre eklamsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokensentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.

Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai pre eklamsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitifitas terhadap tekanan perederan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2. Selain kerusakan endothelial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre eklamsia mudah menderita edema paru.

Predisposisi genetic dapat merupakan factor imunolagi lain menemukan adanya frekuensi preeklamsia dan eklamsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklamsia yang menunjukan suatu gen resesif autosom yang mengatur respon imun maternal.

Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan    Kardiovakuler    Peningkatan darah. Ekspansi plasma meningkatkan ekspansi massa sel darah, menyebabkan anemia fisiologis pada kehamilan.    Penurunan resistensi perifer total, akan terlihat penurunan tekanan darah.    Peningkatan curah jantung, terjadi akibat peningkatan volume darah, sedikit peningkatan denyut jantung untuk mengompensasi relaksasi perifer.    Peningkatan oksigen.    Edema fisiologis berkaitan dengan penurunan tekanan osmotic koloid plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik vena kapiler.    Hematology    Faktor pembekuan, mempredisposisi DIC dan pembekuan.    Penurunan albumin serum menyebabkan penurunan tekanan osmotic koloid, mempredisposisi edema paru.    Ginjal    Peningkatan aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus.    Endokrin.    Peningkatan produksi estrogen menyebabkan peningkatan sekresi rennin-angiotensin

Page 3: preeeklamsi

II-aldosteron.    Peningkatan produksi progesterone menghambat efek aldosteron.

D.    Manifestasi KlinisDiagnosis preeklamsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari 3 gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakal preeklamsia. Protenuria bila terdapat sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan + 1 atau 2 atau kadar protein protein ≥ 1g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala berikut:1.    Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg.2.    Proteinuria + ≥ 5g/24 jam atau 3 dengan tes celup.3.    Oliguria < 400 ml dalam 24 jam.4.    Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.5.    Nyeri epigastrium dan ikterus.6.    Edema paru atau stenosis.7.    Trombositopenia.8.    Pertumbuhan janin terlambat.

Diagnosis eklamsia ditegakan berdasarkan gejala-gejala preeklamsia disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklamsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklamsia.

E.    KlasifikasiDibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut:1.    Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:a.    Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.b.    Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.c.    Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. 2.    Preeklampsia Berata.    Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.b.    Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.c.    Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .d.    Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.e.    Terdapat edema paru dan sianosis.

F.    Komplikasi.

Page 4: preeeklamsi

Tergantung derajat preeklamsia atau eklamsianya, yang termasuk komplikasi antara lain: atonia uteri (Uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low platelet count), ablasi retina, KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata), gagal ginjal, pendarahan otak, edema paru, gagal jantung hingga syok dan kematian.

Disamping komplikasi diatas, ada beberapa komplikasi lain yang dapat ditimbulkan akibat penyakit ini antara lain:a.    Iskemia Uteroplasenta.1)    Pertumbuhan janin terlambat.2)    Kematian janin.3)    Persalinan premature.4)    Solusio plasenta.

b.    Spasme Arteriolar.1)    Perdarahan serebral.2)    Gagal jantung, ginjal dan hati.3)    Ablasio retina.4)    Tromboembolisme.5)    Gangguan pembekuan darah.c.    Kejang dan Demam.1)    Trauma karena kejang.2)    Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan.d.    Penanganan tidak tepat.1)    Pneumonia.2)    Infeksi saluran kemih.3)    Kelebihan cairan.4)    Komplikasi anastesi atau tindakan obstetric.

    G.    Penatalaksanaan1.    Pre-eklamsi ringanPengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin: kadar estriol urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.

2.    Pre-eklamsia berata.    Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 mingguJika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru, maka penanganannya adalah sebagai berikut:1)    Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskuler kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi).2)    Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat

Page 5: preeeklamsi

diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi).3)    Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.4)    Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.5)    Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37  minggu.

b.    Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 mingguPada penderita yang dirawat inap penanganannya antara lain:1)    Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi.2)    Berikan diit rendah garam dan tinggi protein.3)    Berikan suntikan MgSO4 8 gr intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri.4)    Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam.5)    Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflex patella positif; dieresis 100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc.6)    Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat7)    Berikan obat anti hipertensi: injeksi katapres 1 ampul i.m. dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari.8)    Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongerstif. Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul intravena Lasix.9)    Segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes.10)    Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan.11)    Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri.12)    Pemberian MgSO4, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.13)    Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea Tidak perlu diuretic, kecuali jika terjadi edema paru, GGK dan dekompensasi kordis.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PengkajianPenyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau gejala yang timbul secara bertahap. Tujuan utama penatalaksanaan ialah mengindentifikasi sedini mungkin semua ibu yang berisiko mengalami preeklamsia. Oleh karena itu, setiap wanita dikaji untuk menemukan adanya faktor-faktor etiologi selama kunjungan prenatal pertama. Pada setiap kunjungan berikutnya, ibu akan dikaji untuk memeriksa apakah ibu mengalami gejala yang mengarah keawitan atau terjadinya preeklamsia. Faktor-faktor seperti: paritas, usia dan lokasi geografis perlu dipertimbangkan. Wanita yang baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru ternyata enam sampai delapan kali lebih mudah terkena preeklamsia dari pada ibu multipara.

Kondisi obstetrik yang berkaitan dengan peningkatan massa plasenta, seperti gestasi multijanin dan mola hidatidosa, penyakit pembuluh darah kolagen, penyakit ginjal dan

Page 6: preeeklamsi

diabetes mellitus membuat resiko preeklamsia menjadi lebih tinggi.

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah:Perawat memeriksa formulir pendaftaran dan catatan prenatal ibu. Pada saat perawat dan ibu hamil meresa nyaman, perawat dapat memulai wawancara untuk mengklarifikasi, memperluas atau melengkapi formulir. Riwayat kesehatan dibaca kembali, terutama jika terdapat diabetes mellitus, penyakit ginjal dan hipertensi. Riwayat keluarga preeklamsia atau penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit kronis lain. Riwayat sosial dan pengalaman memberi informasi tentang status perkawinan ibu, status gizi, keyakinan budaya, tingkat aktivitas dan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan seperti: merokok, penggunaan obat dan alkohol. 1.    Data subyektifc.    Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.d.    Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.e.    Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.f.    Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.g.    Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.h.    Psiko sosial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

2.    Data Obyektifa.    Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.b.    Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.c.    Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.d.    Perkusi: untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ).e.    Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.f.    Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.g.    Tingkat kesadaran: penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.h.    

3.    Pemeriksaan penunjanga.    Laboratorium: protein urin dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, Hb menurun, BJ urine meningkat, serum kreatin meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.b.    USG: menentukan usia gestasi dan mendeteksi retardasi pertumbuhan intrauterus(IUGR).

B.    Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang ditemukan pada ibu dengan preeclampsia berat adalah:1.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas kapiler.2.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik vena.3.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan engan interupsi aliran darah.4.    Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnbya perfusi darah ke plasenta.

Page 7: preeeklamsi

5.    Resiko tinggi terjadinya trauma ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).6.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat7.    Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan dan tindakan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C.    PerencanaanTahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah klien (Hidayat, 2004). Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan, pada saat menentukan tahap perencanaan, keterampilan yang perlu dimiliki perawat adalah berbagai pengetahuan dan menterampilkan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan keperawatan klien, batasan praktek keperawatan, dan peran dari tenaga kesehatan lainnya. Kemampuan dalam memecahkan masalah mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: 1.    Penentuan prioritas diagnosaPenentuan prioritas diagnosa dapat dibuat berdasarkan:a.    Tingkat Kegawatan (mengancam jiwa)Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang dilatar belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, sedang, dan rendah. Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas. Prioritas sedang menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah hygienis perseorangan. Prioritas rendah menggambarkan situasi yang tidak berhubungan dengan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah kurang pengetahuan atau lainnya. b.    Kebutuhan MaslowMaslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologis, keselamatan, dan keamanan, mencintai dan memiliki harga diri dan aktualisasi diri. Prioritas diagnosa yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia diantaranya: Kebutuhan fisiologi, melipuli respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi. Kebutuhan keamanan dan keselamatan meliputi lingkungan kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut. Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, sosialisasi dalam kelompok, berhubungan antar manusia. Kebutuhan harga diri meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri. Kebutuhan aktualisasi diri meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan. 

2.    Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkanTujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis keperawatan yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil (Hidayat, 2004). Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran realita dan dapat diukur dimana klien diharapan untuk mencapainya. Kriteria hasil menggambarkan meteran untuk mengukur hasil akhir

Page 8: preeeklamsi

asuhan keperawatan. Setiap kriteria hasil membuat kata kerja yang dapat diukur untuk memudahkan proses evaluasi. Kata kerja yang dapat diukur menunjukkan tindakan yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan oleh perawat. Pada tahap evaluasi, yaitu tahap terakhir proses keperawatan, perawat kembali menuliskan kriteria hasil untuk mengevaluasi apakah klien telah berhasil mencapai hasil tersebut. 

3.    Penentuan rencana tindakanLangkah dalam tahap perencanaan ini dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dengan menentukan rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam mengatasi masalah klien. Dalam membuat rencana keperawatan, perawat harus mengetahui juga tentang instruksi atau perintah tentang tindakan keperawatan apa yang akan dilakukan dari perawat primer (membuat asuhan keperawatan). 

Terdapat empat tipe instruksi yang digunakan di dalam rencana tindakan yaitu: a.    Instruksi diagnostikInstruksi ini menilai kemungkinan klien ke arah percepatan kriteria hasil dengan observasi secara langsung. Instruksi diagnostik dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam upaya untuk mengisi informasi yang kurang.b.    Instruksi terapeutikMenggambarkan tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah kemungkinan masalah. c.    Instruksi penyuluhanDigunakan untuk meningkatkan perawatan diri klien dengan membantu klien memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah pemecahan masalah. d.    Tipe rujukanMenggambarkan peran perawat sebagai koordinator dan manager dalam perawatan klien dalam anggota tim kesehatan. Selain tipe tersebut diatas ada beberapa tipe jenis lain dalam menentukan rencana tindakan seperti tindakan yang sifatnya delegasi (pelimpahan tugas), edukasi (pendidikan), observasi (sifatnya pencegahan), suportif (sifatnya pemberian dukungan), rehabilitasi (sifatnya membantu untuk mandiri), higienis yang bersifat membantu untuk menjaga kebersihan diri.

Rencana keperawatan pada pasien dengan pre-eklampsia adalah:1.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas kapiler, retensi garam dan air.Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan seimbang.Kriteria evaluasi    :    a.    Tidak terdapat tanda-tanda edema.b.    Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.c.    Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan darah, protein dan urine.Rencana tindakan :a.    Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari.b.    Timbang berat badan secara rutin.c.    Pantau tanda-tanda vital, catat eaktu pengisian kapiler.d.    Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori, berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.e.    Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau berlanjut.f.    Kaji distensi vena jugularis.

Page 9: preeeklamsi

g.    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet rendah garam.h.    Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik.

2.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik vena.Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan curah jantung kembali normal.Kriteria hasil    :a.    Tekanan darah dalam batas normal.b.    Klien tidak mengeluh pusing dan lebih nyaman.Rencana tindakan:a.    Pantau TD dan Nadi secara teratur.b.    Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.c.    Kolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi sesuai kebutuhan.d.    Pantau efek samping obat hipertensi.

3.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah.Tujuan    : Setelah dilakukan  tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan optimal.Kriteria evaluasi    :a.    Tidak ada penurunan frekuensi jantung.b.    Dapat melahirkan dengan cara normal.Rencana tindakan:a.    Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas janin.b.    Tinjau ulang tanda-tanda abrupsi plasenta.c.    Evaluasi pertumbuhan janin, ukur kemajuan fundus.d.    Pantau denyut jantung janin sesuai dengan indikasi.

4.    Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.Tujuan    :    Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi cedera pada janin.Kriteria hasil    :a.    DJJ dalam batas normal.b.    TTV ibu dalam batas normal.Rencana tindakan    :a.    Pantau tekanan darah Ibu.b.    Lakukan tirah baring pada idu dengan posisi miring kiri.c.    Monitor DJJ secara teratur.d.    Kolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi sesuai kebutuhan. 

5.    Resiko tinggi terjadinya trauma ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi trauma pada Ibu.Kriteria hasil    :a.    TD dalam batas normal.b.    Tidak ada sakit kepala, gangguan penglihatan.c.    Tidak terjadi kejang berulang.d.    Berpartisifasi dalam memodifikasi lingkungan untuk melindungi diri.Rencana tindakan    :a.    Pantau tanda-tanda vital

Page 10: preeeklamsi

b.    Kaji tanda-tanda perubahan fungsi otak.c.    Kaji tingkat kesadaran klien.d.    Kaji tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguri).e.    Tutup kamar atau ruangan: batasi pengunjung, tingkatkan waktu istirahat.f.    Kolaborasi pemberian obat: Diazepam sesuai indikasi.

6.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuatTujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi terpenuhi.Kriteria evaluasi    :a.    Berat badan kilen kembali normal.b.    Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan diit individuc.    Tidak terdapat mual dan muntah.Rencana tindakan     :a.    Kaji status nutrisi klien.b.    Berikan informasi tentang perubahan berat badan normal pada kehamilan.c.    Berikan makanan dalam bentuk hangat.d.    Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.e.    Kolaborasikan untuk pemberian obat anti emetic.

7.    Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan dan tindakan berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan pengetahuan bertambah.Kriteria evaluasi`:a.    Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.b.    Klien tidak cemas.Rencana tindakan :a.    Berikan informasi tentang tanda dan gejala yang mengindentifikasi kondisi yang memburuk.b.    Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam diit klien dengan kemungkinan atau pre-eklamsia ringan.c.    Pertahankan agar klien dapat informasi tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan kesejahteraan janin.

D.    PelaksanaanTahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008: 122).

E.    EvaluasiTahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

Page 11: preeeklamsi

mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu:1.    Evaluasi formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.2.    Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Di samping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.a.    Tujuan tercapaiTujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.b.    Tujuan tercapai sebagianTujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.c.    Tujuan tidak tercapaiDikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

Adapun evaluasi akhir yang ingin dicapai dari tiap-tiap diagnosa adalah:1.    Volume cairan seimbang.2.    Curah jantung normal.3.    Perfusi jaringan optimal.4.    Tidak terjadi cedera pada janin.5.    Tidak terjadi cedera pada ibu.6.    Nutrisi terpenuhi.7.    Pengetahuan bertambah.

KesimpulanPreeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik di mana hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan merupakan suatu penyakit fasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan protein uria.

Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Pre-eklamsia biasa mempredisposisi ibu mengalami komplikasi yang lebih letal, seperti solusio plasenta, DIC, perdarahan otak dan gagal ginjal akut. Preeklamsia berperan dalam kematian intrauterine dan mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat preeklamsia ialah insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Retardasi pertumbuhan dalam rahim (IUGR atau intrauterine growth retardation) juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita preeklamsia.

Preeklamsia adalah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda dan gejala timbul hanya pada masa kehamilan dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu mengindentifikasikan wanita yang akan menderita preeklamsia, akan tetapi ada faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit: primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan

Page 12: preeeklamsi

dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas.

Diagnosis preeklamsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari 3 gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakal preeklamsia

Tergantung derajat preeklamsia atau eklamsianya, yang termasuk komplikasi antara lain: atonia uteri (Uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low platelet count), ablasi retina, KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata), gagal ginjal, pendarahan otak, edema paru, gagal jantung hingga syok dan kematian.

Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklamsia. Beberapa penelitian menunjukan pendekatan nutrisi (diit rendah garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium) atau medikomentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, aspirin) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklamsia.