pranata ekonomi dan pendidikan dalam masyarakat suku dani

10
Pranata Ekonomi dan Pendidikan dalam Masyarakat Suku Dani Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Drs. D. Wahyudin, M.Pd Disusun oleh : NISA RIEZQYA FAHMINOVIA 0803288 2 B UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA PURWAKARTA 2010

Upload: starainisa

Post on 14-Jun-2015

7.372 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

Pranata Ekonomi dan Pendidikan

dalam Masyarakat Suku Dani

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Drs. D. Wahyudin, M.Pd

Disusun oleh :

NISA RIEZQYA FAHMINOVIA

0803288

2 B

UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PURWAKARTA

2010

Page 2: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

www.lpmak.org

Perkampungan suku Dani pertama kali diketahui berada di Lembah Baliem sekitar

ratusan tahun lalu. Banyak explorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang

dilakukan, salah satunya adalah ekspedisi Lorentz tahun 1909-1910 oleh

pemerintah Belanda, tetapi ekspedisi ini tidak beroperasi di Lembah Baliem.

Kemudian penyelidik asal Amerika Richard Archold sekitar 1935 pertama kali

mengadakan kontak dengan suku Dani, kemudian diketahui juga bahwa suku

adalah petani yang terampil dan telah menggunakan kapak batu, alat pengikis,

pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat

galian.

Pengaruh Eropa yang dibawa para Missionaris telah membangun pusat misi

Protestan di Hetegima Wamena sekitar 1955, setelah Belanda mendirikan kota

Wamena maka agama Katholik mulai masuk didaerah ini.

Kondisi geografis seperti umumnya daerah pegunungan tengah Papua, terdiri dari

gunung-gunung tinggi dan lembah-lembah luas. Antara puncak-puncak gunung

beberapa diantaranya selalu tertutup salju seperti pucak Trikora 4750 m, Puncak

Yamin 4595 m dan Puncak Mandala 4760 m. Tanah umumnya terdiri dari batu

kapur/gamping dan granit sedangkan disekeliling lembah merupakan campuran

antara endapan lumpur, tanah liat dan lempung.

Daerah ini beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh letak ketinggian dari

permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara 80-200Celcius, suhu rata-rata

17,50 Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas

80 %, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14

knot dan terendah 2,5 knot.

Di daerah ini banyak margasatwa yang aneh dan menarik hidup di tengah-tengah

pepohonan tropis yang luas dan beraneka ragam pada gunung-gunung yang lebih

tinggi. Hutan tropis memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan dan hutan

cemara, semak rhodedendronds dan species tanaman pakis dan anggrek yang

sangat mengagumkan.

Dekat daerah bersalju di puncak-puncak gunung terdapat lumut dan tanaman

tundra, hutan-hutan juga beraneka ragam jenis kayu yang sangat penting bagi

perdagangan seperti intisia, pometis, callophylyum, drokontomiko, pterokorpus

dan jajaran pohon berlumut yang jika diexploitasi dan diproses dapat

menghasilkan harga yang sangat tinggi dunia perdagangan.

Hutan-hutan dan padang-padang rumput merupakan tempat hidup kanguru,

kuskus, kasuari dan banyak species dari burung endemik seperti cenderawasih,

mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam

warna dan coraknya. Suku Dani masih banyak mengenakan “koteka” (penutup

Page 3: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian

wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang

beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku

masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).

Walaupun telah menerima agama Kristen, banyak diantara upacara-upacara

mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.

Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan

nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang. Peperangan dan

permusuhan biasanya terjadi karena masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita

dan pencurian.

Para prajurit memberi tanda juga terhadap mereka sendiri dengan babi lemak,

kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-

bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan; tombak, busur dan anak panah. Di

dalam masyarakat Suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan karena

melanggar tabu, ia biasanya dihina/ diejek oleh warga yang lain pada pertemuan

adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di ladang atau pergi

berburu mereka bernyanyi expresi heroic atau kisah yang menyedihkan.

Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam bekerja, alat-lat musik yang

mengiringi lagu disebut “Pikon”. Sepanjang perjalanan berburu. “Pikon”

diselipkan kedalam lubang yang besar dikuping telinga mereka. Dengan Pikon

tanda isyarat dapat dikirim dengan berbagai suara yang berbeda selama berburu

untuk memberi isyarat kepada teman atau lawan di dalam hutan. Suku Dani

sebagian besar memeluk agama Kristen dan lainnya agama Islam, tetapi beberapa

penduduk yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih

berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyangnya.

Page 4: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

www.bumikupijak.com

Suku bangsa Dani adalah sebutan bagi penduduk yang tinggal di Lembah Baliem

(Keturunan Moni, penduduk dataran tinggi Pinai, yang datang ke Lembah

Baliem), yang memiliki luas sekitar 1.200 Km2.

Dani adalah orang asing yang awalnya berbunyi Ndani, setelah ada perubahan

fenom N hilang menjadi Dani dan masuk ke pustaka etnografi.

Suku Dani lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati nenek

moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan melalui upacara

pesta babi.

Bahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:

1. Sub keluarga Wano

2. Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani Barat dan logat lembah

Besar Dugawa, dan

3. Sub keluarga Nggalik – Dugawa

Selain itu juga bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa

Irian (secara umum).

Sistem Religi / Kepercayaan

Dasar religi masyarakat Dani adalah sama uraian yang di atas yaitu menghormati

roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada

pesta babi.

Konsep kepercayaan / keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan

sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada

anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :

1. kekuatan menjaga kebun

2. kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala

3. kekuatan menyuburkan tanah

Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek

moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu

upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk

mengawali dan mengakhiri perang.

Page 5: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga yaitu kelompok kekerabatan, paroh

masyarakat, dan kelompok teritorial.

a. Kelompok kekerabatan

1. Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah

keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti

bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup pagar

(lima). Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini.

Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut

siimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 – 4 slimo yang dihuni 8 – 10

keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang

suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di

Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan

Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga

perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan

orang di luar Moety).

2. Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan

beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar)

3. Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat

suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk

kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-

laki).

Sistem Kesenian dan Kerajinan Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat

kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan.

- Honai

- Ebeai

- Wamai

Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan

khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak.

Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan

tersebut antara lain :

- Moliage

- Valuk

- Sege

- Wim

- Kurok

- Panah sege

Page 6: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

Sistem Politik dan Kemasyarakatan Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong,

kehidupan masyarakat Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu

bergotong royong

2. Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang

dipimpin oleh seorang penata adat atau kepala suku

3. Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan

hubungan keluarga dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.

Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang

memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya

berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri – sendiri, mereka adalah :

- Ap. Menteg

- Ap. Horeg

- Ap Ubaik

Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma.

Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria

yang berarti kuat, pandai dan terhormat.

Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua tetapi masih

mampu mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun

kampungnya. Urusan tersebut antara lain :

- Pemeliharaan kebun dan Bahi

- Melerai pertengkaran

Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta

lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi

biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat

menjadi pemimpin masyarakat Dani :

- Pandai bercocok tanam

- Bersifat ramah dan murah hati

- Pandai berburu

- Memiliki kekuatan fisik dan keberanian

- Pandai berbicara

- Pandai berdiplomasi

Page 7: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

Sistem Ekonomi Nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan

manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian

Jaya.

Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu

baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas.

Manurut BLUMMER, inovasi yang berkesinambungan dan kontak budaya

menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi

suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.

Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak

babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk

dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berladang.

Pendidikan Sebagaimana suku – suku pedalaman Irian umumnya tingkat pendidikan (formal),

suku bangsa Dani rendah dan kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih

kurang, guru-guru masih terbatas.

Page 8: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

www.alumniits.com

Ada istilah mengatakan "Jika ke tanah Papua tapi belum ke Wamena, belumlah

lengkap". Guyonan itu sekilas mengada-ada, namun jika kita pergi ke Kota

Wamena yang terletak di Lembah Balliem ini baru kita dapat memahami.

Kota Wamena dan sekitarnya di kabupaten Jayawijaya ini berada di Kelilingi

Gunung daerah pegunungan Jayawijaya merupakan Kawasan tujuan wisata di

prop. Papua dikarenakan keadaan alam yang indah dan masyarakat yang unik

yang jarang dijumpai di Daerah lain di Nusantara.

Keadaan Topografi Lembah Baliem cukup rata sehingga di Kota Wamena banyak

di jumpai becak seperti di Jawa. Jika dilihat dari pesawat udara akan terlihat

Jayawijaya ibarat suatu kuali besar (lembah) diatas dataran tinggi dengan

ketinggian lebih dari 1550 meter diatas permukaan laut. Suhu cukup sejuk ….atau

dingin, suhu rata-rata harian dalam satu tahun berkisar 190C. Jadi jangan lupa

bawa jaket tebal untuk persiapan malam hari. Lembah ini dinamakan lembah

baliem karena terdapat Sungai Baliem yang berliku-liku seperti ular. Anugrah

sungai baliem ini meyebabkan derah ini cukup subur dan potensial dikembangkan

menjadi areal persawahan dan perkebunan.

Ketika penumpang menginjakkan kakinya di Bandara Wamena setelah terbang 55

menit dari bandara Sentani Jayapura maka penumpang akan langsung disuguhi

pemandangan alam yang luar biasa. Di dalam Kota dan sekitar bandara akan di

jumpai masyarakat lokal yang masih tradisional, dengan berpakaian hanya

mengenakan "koteka" yang hanya menutupi batang kemaluan laki-laki saja dan

dikikatkan ke pinggang. Jika anda masuk ke desa-desa atau pedalaman

masyarakat yang mengenakan koteka ini lebih banyak dijumpai. Anda pasti

berfikir apakah mereka tidak kedinginan…..?

Masyarakat di lembah baliem ini merupakan masyarakat agraris dengan bercocok

tanam secara tradisional dan berpindah-pindah untuk memperoleh tanah subur

atau humus pada lahan baru. Makanan pokok bagi masyarakat lokal yaitu Ubi

jalar atau biasa disebut "Hipere". Mereka menjadikan "ipere" sebagai makanan

pokok sejak nenek moyang mereka karena mudah di budidaya dan tidak

memerlukan biaya perawatan. Selain ipere mereka juga menanam singkong,

kacang panjang, jagung, dan padi. Padi banyak di jumpai di Daerah irigai

elagaima (Muoai), Tulem, Muliama dan Holkima. Mereka menggunakan alat

pertanian dengan kayu cangkang (kayu bengkok), parang dan sekop. Mereka tidak

pernah menggunakan cangkul untuk mengolah tanah. Kampak digunakan untuk

menebang pohon dan membelah kayu untuk kayu bakar dan pagar.

Areal ladang atau sawah sebelum ditanam dipagar keliling terlebih dahulu untuk

menghindari gangguan hama dan babi ternak, dengan pagar yang cukup rapat dan

unik. Pagar ini biasa disebut "Geler". Geler ini merupakan pagar yang khas di

wamena. Geler terbuat dari kayu kasuari (sejenis cemara) yang kayunya amat

keras. Kayu kasuari dibelah-belah dan ditancapkan ketanah kemudian di ikat satu

Page 9: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

sama lain dengan tali Kelokop (jagat) sejenis bambu tapi berukuran kecil. Pagar

yang sudah jadi kemudian bagian atasnya ditutup dengan rumput kering dan akar-

akaran agar kayu dan tali tidak mudah rapuh akibat perubahan cuaca atau hujan.

Pagar ini dapat bertahan lama hingga mencapai 3 tahun.

Rumah adat masyarakat wamena yaitu berbentuk lingkaran dengan penutup alang

alang yang cukup tebal (> 10 cm). Rumah ini disebut "HONAI", Honai ini sering

dijadikan simbol rumah adat khas Papua. Jika anda masuk kedalam Honai ini

maka didalam cukup hangat dan gelap karena tidak terdapat jendela dan hanya

ada satu pintu. Dimalam hari mereka menggunakan penerangan kayu bakar di

dalam honai dengan menggali tanah didalammnya sebagai tungku, selain

menerangi bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Jika tidur

mereka tidak mengunakan dipan atau kasur, mereka beralas rerumputan kering

yang dibawa dari kebun atau ladang. Umumnya mereka mengganti jika sudah

terlalu lama karena banyak terdapat kutu babi.

Dalam satu komplek perumahan dihuni satu keluarga dan terdapat beberapa

Honai. Jumlah Honai menandakan jumlah istri yang ada, di sini banyak dijumpai

laki-laki lebih dari satu istri terutama kepala suku atau Ondoafi. Babi ternak

banyak dijumpai di Wamena, babi seolah sudah menyatu dengan kehidupan

masyarakat. Acara pernikahan umumnya maskawin dengan minimal 5 (lima) ekor

babi dan satu buah Noken. (Noken adalah sejenis tas tradisional yang terbuat

dari tali noken / kulit kayu). Tas noken biasanya digunakan sebagai tas multi

fungsi, baik untuk membawa ipere, daun ipere atau perbekalan ke kebun / sawah.

Tapi noken juga sering digunakan untuk menggendong anak bayi atau

menggendong anak babi. Dahulu masih banyak dijumpai para wanita yang

menyusui bayi babi.

Suku asal masyarakat Wamena adalah suku Dhani yang amat terkenal di seluruh

papua karena kebiasaan berperang, yang konon katanya Suku Dhani dan Suku

Asmat merupakan suku asli bumi Cendrawasih Papua. Mereka sangat lihai

menggunakan panah dan ketapel. Selain panah dan ketapel dahulu kala mereka

menggunakan parang yang terbuat dari batu dan pisau tusuk yang terbuat dari

tulang–belulang. Tulang yang biasa digunakan adalah tulang kaki burung Kasuari.

Namun perang suku saat ini sudah jarang terjadi, yang ada adalah Perang-

perangan di dataran luas yang telah disediakan. Acara tarian tradisional dan

perang-perangan dilaksanakan setahun sekali atau untuk menyambut tamu

kehormatan. Acara ini sekarang dikemas semacam festival perang-perangan di

ikuti oleh suku-suku di Wamena, untuk menggenang peristiwa perang suku yang

biasa dilakukan nenek moyang mereka waktu dulu, sejaligus unjuk kehebatan

yang dilihat para penonton. Acara ini "Perang-perangan" ini digelar setiap

menyambut 17 Agustus untuk memperingati HUT Proklamasi dan dibiayai oleh

pemerintah daerah dalam rangka menjaga tradisi dan budaya serta menjadi daya

tarik tersendiri bagi wisatawan dan mancanegara. Acara ini sangat unik dan

menarik, banyak sekali di hadiri wisatawan asing dan mengabadikan dalam

Page 10: Pranata Ekonomi Dan Pendidikan Dalam Masyarakat Suku Dani

bentuk film, umumnya arus turis meningkat hingga hotel-hotel penuh dan harus

memesan terlebih dahulu.

Selain alam, seni budaya, dan cara budidaya yang menarik di wamena adalah

bahasa. Anda akan merasa asing dengan bahasa mereka. Namun saat ini mereka

umumnya sudah dapat berbahasa Indonesia, bahkan sampai di daerah terpencil.

Umumnnya mereka belajar bahasa Indonesia dari sekolahan dan gereja. Banyak

dijumpai gereja disini, meskipun di Wilayah kota juga terdapat beberapa Masjid

yang dibuat oleh para pendatang dan Tentara. Perbedaan agama dan adat tidak

menjadi masalah bagi masyarakat Kota wamena atau Papua secara umum, mereka

dapat membaur menjadi satu.