bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah · suku dani, suku asmat, suku yali, suku sentani dan...

23
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari daratan dan lautan yang luas dimana terdapat berbagai provinsi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap provinsi memiliki sumber daya alam dan kebudayaan yang beranekaragam keunikannya. Keunikan yang terdapat disetiap provinsi terlihat dari adat istiadat dan kebudayaan yang khas dan berbeda satu sama lainnya. Meskipun kegiatan budaya dan maknanya sama namun cara melakukan kegiatan itu berbeda sehingga menghasilkan suatu ciri khas di setiap provinsi. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat (http://duniabaca.com, 30 November 2011). Indonesia memiliki 33 provinsi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Papua adalah salah satu provinsi yang terluas di Indonesia yang memiliki keanekaragaman adat istiadat serta kebudayaan, dimana setiap suku Papua mempunyai ciri khas tersendiri. Pulau Papua terdiri dari dua provinsi yaitu Papua dan Papua Nugini (http://www.fatawisata.com, 28 Mei 2011). Papua terdiri dari ± 270 suku asli yang dapat diwakilkan dengan lima suku asli utama di Papua yaitu suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan

Upload: buikhue

Post on 09-Mar-2019

283 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang terdiri dari daratan dan lautan yang luas dimana

terdapat berbagai provinsi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap

provinsi memiliki sumber daya alam dan kebudayaan yang beranekaragam

keunikannya. Keunikan yang terdapat disetiap provinsi terlihat dari adat istiadat

dan kebudayaan yang khas dan berbeda satu sama lainnya. Meskipun kegiatan

budaya dan maknanya sama namun cara melakukan kegiatan itu berbeda sehingga

menghasilkan suatu ciri khas di setiap provinsi.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian

nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial,

religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik

yang menjadi ciri khas suatu masyarakat (http://duniabaca.com, 30 November

2011).

Indonesia memiliki 33 provinsi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Papua adalah salah satu provinsi yang terluas di Indonesia yang memiliki

keanekaragaman adat istiadat serta kebudayaan, dimana setiap suku Papua

mempunyai ciri khas tersendiri. Pulau Papua terdiri dari dua provinsi yaitu Papua

dan Papua Nugini (http://www.fatawisata.com, 28 Mei 2011). Papua terdiri dari

± 270 suku asli yang dapat diwakilkan dengan lima suku asli utama di Papua yaitu

suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

2

Universitas Kristen Maranatha

bahasa yang berbeda-beda pula. Selain penduduk suku asli terdapat juga

penduduk yang berasal dari daerah-daerah lain seperti Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Suku minoritas yang terdapat

di Papua yaitu suku Jawa dan Tionghoa (http://www.lestariweb.com, 29 Mei

2011). Mereka berada di Papua sebagai Pegawai Negeri, ABRI, Pengusaha,

Pedagang, Transmigran dan sebagainya. Ada juga yang berasal dari luar

Indonesia, misalnya Amerika, Perancis, Jerman dan lain-lain yang berada di

Papua sebagai Missionaris dan Turis (http://www.dprp.go.id, 29 Mei 2011).

Mayoritas penduduk di Papua memeluk agama Kristen. Penduduk bagian

utara, barat, dan timur kebanyakan memeluk agama Kristen Protestan, sedangkan

penduduk bagian selatan dan sebagian pedalaman Enarotali (daerah Timika)

memeluk agama Krsiten Katolik. Selain agama Kristen, sebagian penduduk asli

terutama daerah Fak Fak dan kepulauan Raja Ampat Sorong menganut agama

Islam. Agama Islam dan Hindu kebanyakan hanya terdapat di kota, sedangkan

daerah-daerah pedalaman pada umumnya beragama Kristen. Perkembangan dan

perubahan daerah juga membawa perubahan kepercayaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Kerukunan dan toleransi beragama yang cukup baik di kalangan

masyarakat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di bidang keagamaan

di daerah ini. Dengan masuknya agama ke dalam masyarakat Papua membuat

lunturnya beberapa budaya yang bertentangan dengan ajaran agama seperti pesta

adat “Bayar Kepala” telah diubah cara melakukan ritual adatnya

(http://www.dprp.go.id, 29 Mei 2011). Pesta adat “Bayar Kepala” dilakukan bila

terdapat kerabat dari salah satu suku dibunuh oleh kerabat suku lain, untuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

3

Universitas Kristen Maranatha

membayar kematian kerabat maka kerabat suku lain itu harus menyerahkan

kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan. Namun cara ini sudah tidak

digunakan kembali dan diganti dengan membayar secara materi (emas atau babi).

Hal itu dilakukan untuk mendamaikan kedua belah pihak.

Masyarakat Papua menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

penghubung komunikasi. Di Papua setiap daerah memiliki bahasa suku masing-

masing, mereka akan menggunakan bahasa sukunya apabila berada dalam wilayah

suku sendiri. Namun bila dengan suku lain mereka akan menggunakan bahasa

Indonesia untuk berbicara karena disetiap suku memiliki kosa kata dan susunan

yang berbeda.

Dengan adanya perbedaan bahasa di Papua dan ditambah lagi terdapatnya

beberapa suku pendatang sangat memengaruhi keberadaan budaya Papua karena

kebanyakan masyarakat Papua menikah dengan suku pendatang sehingga

kebudayaan Papua itu kurang dapat diwariskan secara langsung kepada anak dan

mengalami perubahan kualitas budaya Papua itu sendiri (http://oase.kompas.com,

28 Mei 2011). Seiring berjalannya waktu beberapa masyarakat Papua mulai

mengikuti kemajuan teknologi sehingga hal itu berdampak pula pada perubahan

cara berpikir mereka terhadap budaya yang telah dimiliki.

Bagi masyarakat Papua, kebudayaan memiliki hubungan yang sangat kuat

dengan memberikan penghormatan bagi leluhur dan alam semesta. Masyarakat

Papua selalu menganggap tanah sebagai “IBU’ yang mana tanah itu memberikan

perlindungan atau memberikan makan dan menganggap sungai sebagai “air susu”

yang mengalirkan air kehidupan bagi masyarakat. Selain itu, masyarakat Papua

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

4

Universitas Kristen Maranatha

memiliki ungkapan budaya seperti Nai hawolok, Nai hawolok, Nai hawolok

(Damai Negeriku, damai tanahku, tenteram alamku), arti ungkapan itu yaitu

masyarakat Papua sesungguhnya bukan saja mengundang Tuhan, namun arwah

para leluhur dan semua manusia yang hidup untuk segera datang membela,

melindungi, dan mempertahankan diri dari serangan musuh. Ada juga ungkapan

budaya “Hoo” yang artinya terbinanya rasa keadilan dan tidak berat sebelah

terhadap salah satu pihak (www.depbud.com, 8 Juni 2011).

Masyarakat Papua memiliki nilai-nilai yang tertanam sejak kecil dimana nilai-

nilai itu didapatkan atau diwariskan baik dari orangtua, orang dewasa lain dan

teman sebaya yang sebudaya kemudian penerapan nilai-nilai ini dapat dipengaruhi

oleh orang dewasa lain dan teman sebaya yang tidak sebudaya dimana hal ini

dapat terjadi dikarenakan adanya interaksi yang terus-menerus sehingga dapat

mempengaruhi pembentukan nilai-nilai seseorang.

Terdapat banyak perbedaan antara tiap suku asli Papua, namun dibalik

perbedaan itu memiliki makna yang sama yaitu menjaga keseimbangan antara

manusia, alam dan leluhur. Terdapat beberapa upacara adat masyarakat Papua

yaitu upacara kematian, upacara kelahiran, upacara kedewasaan dan upacara

perkawinan. Setiap suku asli Papua memiliki keempat upacara tersebut, yang

membedakannya yaitu penyebutan nama upacara dan cara melakukan upacara itu,

namun tetap memiliki makna yang sama. Masyarakat Papua juga memiliki tradisi

memakan pinang/menginang (Semprolgebro). Tradisi ini selalu terdapat pada

upacara kelahiran, upacara perkawinan dan ritual adat lainnya. Masyarakat Papua

mengganggap tradisi Semprolgebro ini sebagai alat membangun persaudaraan,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

5

Universitas Kristen Maranatha

sarana komunikasi, bahan dialog dan diskusi, menjamu tamu, serta mengambil

keputusan dalam adat. Tradisi menginang ini sangat membantu perekonomian

masyarakat Papua terutama mama-mama (ibu rumah tangga) karena harga jual

pinang dan kapur cukup menambah uang belanja. (www.kompas.com, 7 Juni

2011).

Kebudayaan Papua didasari oleh nilai-nilai yang telah terbentuk dan dianut

masyarakat Papua dari jaman nenek moyang sampai sekarang. Nilai-nilai yang

mendasari masyarakat Papua untuk bertingkahlaku dikenal dengan sebutan values.

Values terbentuk melalui proses transmisi yang hampir sama seperti proses

terbentuknya belief, yaitu keyakinan terhadap sesuatu yang benar/salah,

baik/buruk, maupun dikehendaki/tidak dikehendaki. Dalam belief, diasumsikan

memiliki cognitive, affective dan behavioral components (Rokeach, 1968). Values

merupakan konsep atau kepercayaan yang mengarahkan pada keadaan akhir atau

tingkah laku yang diinginkan, hakikat dari sesuatu spesifik, pedoman untuk

menyelesaikan tingkah laku dan kejadian-kejadian serta disusun berdasarkan

kepentingan yang relatif (Schwartz & Bilsky,1987,1990). Di dalam values

terdapat sepuluh tipe yaitu benevolence, conformity, tradition, security, power,

achievement, stimulation, self direction, universalism dan hedonism (Schwartz,

2001).

Nilai-nilai budaya Papua tercermin dari berbagai tradisi yang diturunkan dari

tradisi orangtua dan dewasa lain yang sebudaya dapat terlihat dalam pesta bakar

batu, masyarakat Papua dapat mengeluarkan uang yang banyak dan tidak bekerja

selama berhari-hari hanya untuk dapat mengadakan pesta ini karena bagi mereka

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

6

Universitas Kristen Maranatha

makna pesta ini adalah untuk mengucapkan rasa syukur melalui kegembiraan

(hedonism value). Selain itu, masyarakat Papua menjalankan upacara adat maupun

pesta adat sebagai suatu kewajiban untuk menjaga dan menghormati adat istiadat

(tradition value). Sedangkan saat masyarakat Papua ini berada di Kota bandung,

mereka mengalami akulturasi dengan budaya lain yang lebih beranekaragam

sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai-nilai budaya yang telah

mereka pegang sejak berada di Papua. Nilai-nilai ini dapat terlihat saat berada di

Kota Bandung, sudah tidak ada orang dewasa Papua yang sebudaya untuk

mengurus mereka melainkan orang dewasa yang berbeda budaya (Sunda) yang

mengurus dan mengatur kehidupan mereka sehingga mereka sangat patuh dan

menghargai orang dewasa tersebut (conformity value). Saat berada di Kota

Bandung, mereka jarang melakukan adat tradisi budaya Papua namun untuk

mengingatkan mereka berasal dari Papua, mereka selalu membawa barang-barang

seperti koteka, tifa atau benda-benda lain yang dapat mewakilkan diri mereka

(tradition value).

Dari hasil wawancara dengan Alex (Pengurus IMAPA, 2011) terungkap

bahwa masyarakat Papua banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar untuk

melanjutkan pendidikan strata atau mencari pekerjaan. Salah satu kota yang

menjadi tujuan masyarakat Papua adalah kota Bandung. Di kota Bandung ini

terdapat komunitas/perkumpulan masyarakat Papua yang terdiri dari remaja

sampai dewasa awal. Meskipun telah tinggal di kota Bandung, mereka tetap ingat

budaya-budaya Papua walaupun untuk pelaksanaan beberapa budaya tidak dapat

dilakukan di kota ini karena membutuhkan ketua adat sebagai pelaksana ritual

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

7

Universitas Kristen Maranatha

adat tersebut. Didapatkan juga bahwa rata-rata masyarakat Papua yang datang ke

kota Bandung mengemban misi pemerintah Papua yaitu melanjutkan pendidikan

strata yang dibiayai oleh pemerintah dan setelah selesai menempuh perkuliahan,

mereka diharapkan dapat membantu membangun dan memajukan di Provinsi

Papua. Kemudian rata-rata mahasiswa Papua yang mengenyam pendidikan strata

di kota Bandung berusia lebih dari 21 tahun yang menurut teori perkembangan

(Santrock 2004) bahwa usia 20 tahun telah memasuki tahap dewasa awal. Pada

tahap perkembangan usia dewasa awal ini, seseorang diharapkan telah mampu

menentukan value dan belief yang dianutnya (Santrock, 2004), sehingga

masyarakat Papua yang berada di kota Bandung dapat memandang dan menilai

value budaya Papua.

Melalui wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang pengurus

Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) di kota Bandung, diketahui bahwa saat ini

masyarakat Papua di kota Bandung tetap berusaha untuk menjalankan beberapa

tradisi budaya walaupun hanya yang sederhana saja. Hal ini dikarenakan terdapat

bermacam-macam suku Papua di kota Bandung sehingga mereka harus memilih

tradisi budaya yang dikenal oleh seluruh masyarakat Papua di sini. Menurut

pengurus IMAPA, dalam kenyataannya yang selalu melakukan tradisi maupun

adat istiadat Papua yaitu kebanyakan orang tua sedangkan orang-orang muda

sudah kurang tertarik menjalankan tradisi yang mereka miliki karena tradisi yang

dilakukan sangatlah rumit dan membosankan sehingga banyak orang muda yang

menghindari acara-acara adat tersebut.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

8

Universitas Kristen Maranatha

Bila mengikuti acara adat, orang muda biasanya dipaksa oleh orang tua untuk

mengikuti dan menggunakan pakaian adat seperti Koteka. Namun pada

kenyataannya orang muda tetap saja menggunakan pakaian kasual karena mereka

merasa malu bila menggunakan pakaian adat (Koteka) tersebut. Menurut pengurus

IMAPA, terdapat beberapa tradisi yang tidak cocok lagi untuk dilakukan dalam

kehidupan keseharian seperti bila ada istri yang tidak mengikuti kata suami

ataupun selingkuh maka kepala istri itu harus dipenggal sebagai bukti bahwa

suami memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dari seorang istri.

Tradisi yang sering dilakukan selama di kota Bandung lebih ke arah pesta dan

senang-senang saja seperti menari tarian Yospan dan berbagai tarian lainnya.

Tarian Yospan itu sendiri telah mengalami perubahan, pada tarian itu telah

dimodifikasi dengan tarian modern. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dari

wilayah Papua itu sendiri, penyebabnya yaitu percampuran dari para pendatang

sehingga masyarakat Papua mengubah bagian-bagian dari tarian yang sulit.

Namun tetap masih ada masyarakat Papua yang melakukan tarian Yospan sesuai

dengan yang asli.

Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia, terdapat beraneka

ragam suku dan budaya yang dibawa oleh pendatang. Oleh karena itu, nilai

budaya yang tertanam pada masyarakat Papua di kota Bandung dipengaruhi oleh

interaksi dengan budaya yang beraneka ragam. Dari hasil survei awal yang

dilakukan kepada 20 orang anggota komunitas Papua usia dewasa awal di kota

Bandung, diketahui bahwa 4 orang responden (20%) mengaku mengenal,

memahami, dan masih mengikuti adat istiadat budaya suku Papua; 7 orang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

9

Universitas Kristen Maranatha

responden (35%) mengaku cukup mengenal dan memahami adat istiadat budaya

suku Papua; 9 orang responden (45%) mengaku sekadar mengenal dan

mengetahui adat istiadat budaya suku Papua. Dari hasil survei awal juga

didapatkan bahwa responden menyukai adat istiadat budaya Papua yang bermakna

kebersamaan diantara masyarakat Papua karena dengan adanya kebersamaan itu

membuat mereka merasakan kekeluargaan yang erat. Hasil survei awal juga

menunjukkan gambaran bahwa komunitas Papua di Kota Bandung lebih sering

menggunakan bahasa Indonesia untuk dapat berkomunikasi dengan suku lain dan

mereka juga berusaha untuk bergaul suku lain seperti Sunda, Batak, Jawa, dan

Tionghoa agar mereka tidak terlalu merasa sebagai komunitas yang minoritas dari

suku yang lain. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui schwartz’s values pada

komunitas Suku Papua usia dewasa awal di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui mengenai gambaran Schwartz’s Values

pada Komunitas Suku Papua Usia Dewasa Awal di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai Schwartz’s Values pada

Komunitas Suku Papua Usia Dewasa Awal di Kota Bandung.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

10

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran mengenai content, structure dan hierarchy

yang dikaitkan dengan faktor eksternal dan internal yang berpengaruh pada

Komunitas Suku Papua Usia Dewasa Awal di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

Ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Lintas Budaya, khususnya

mengenai Schwartz’s Values pada Komunitas Suku Papua Usia

Dewasa Awal di Kota Bandung.

2. Untuk memberikan informasi bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian mengenai values komunitas Papua.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada masyarakat Suku Papua mengenai

gambaran values yang ada pada komunitas Suku Papua Usia Dewasa

Awal di Kota Bandung sebagai masukan dalam upaya menyikapi

masalah yang timbul akibat akulturasi dengan budaya setempat.

2. Memberikan gambaran bagi Organisasi Ikatan Mahasiswa Papua

(IMAPA) di Kota Bandung sebagai organisasi yang menaungi

mahasiswa Suku Papua di kota Bandung, tentang values yang dimiliki

oleh anggota organisasinya yang berguna untuk mengembangkan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

11

Universitas Kristen Maranatha

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian Budaya

Papua.

1.5 Kerangka Pemikiran

Dewasa awal merupakan masa dimana seseorang telah menyelesaikan

pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan

masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa-

masa sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang

hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi tiga fase yaitu; masa dewasa

awal, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut (usia lanjut). Rentang usia

dewasa awal antara 20-39 tahun. Menjadi dewasa berarti seseorang mampu untuk

menentukan values dan beliefs yang dianutnya sendiri (Santrock, 2004).

Masyarakat merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

menurut suatu sistem adat istiadat dan budaya tertentu yang bersifat kontinu dan

terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat ini membentuk suatu

komunitas terdiri dari individu yang merasa memiliki identitas dan budaya yang

sama yaitu komunitas suku Papua.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Abu Ahmadi,2002:50) kebudayaan berarti

buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,

yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk

mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya

guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib

dan damai. Kemudian Edward Burnett Tylor, mengartikan kebudayaan sebagai

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

12

Universitas Kristen Maranatha

keseluruhan kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat, kemampuan-kemampuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan

manusia sebagai anggota masyarakat (Soekanto, 2000:172).

Kebudayaan pada setiap suku memiliki nilai atau values yang mendasari

pelaksanaan atau perwujudan budaya dalam bentuk tingkah laku. Values

merupakan beliefs mengenai hal yang diinginkan atau tidak diinginkan dan

mempunyai fungsi motivasional. Fungsi motivasional yang dimaksud adalah

fungsi langsung dari nilai untuk mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi

sehari-hari dan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan

kebutuhan dasar seseorang (Rokeach, 1973; Schwartz 1994).

Belief disini seperti tipe belief lainnya yang diasumsikan memiliki cognitive,

affective, dan behavioral components (Rokeach, 1968). Komponen pertama

adalah cognitive, yaitu muncul dalam bentuk pemikiran atau pemahaman tentang

value mengenai baik atau buruk, diinginkan atau tidak diinginkan, mengenai suatu

objek atau kejadian yang ada disekitar orang yang bersangkutan. Komponen yang

kedua adalah affective, yaitu value yang awalnya hanya berupa pemahaman mulai

menjadi suatu penghayatan tentang suatu objek atau kejadian, seperti suka atau

tidak suka, senang atau tidak senang. Komponen yang terakhir yaitu behavior,

komponen ini adalah komponen yang sudah semakin mendalam. Behavior ini

muncul dalam bentuk tingkah laku sesuai dengan values yang dianut.

Values adalah konsep atau kepercayaan yang mengarahkan pada keadaan

akhir atau tingkah laku yang diinginkan, hakikat dari sesuatu spesifik, pedoman

untuk menyelesaikan tingkah laku dan kejadian-kejadian serta disusun

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

13

Universitas Kristen Maranatha

berdasarkan kepentingan yang relatif (Schwartz & Bilsky,1987,1990). Values

terdiri dari 10 tipe values, yaitu benevolence, conformity, tradition, security,

power, achievement, stimulation, self-direction, universalism dan hedonism

(Schwartz, 2001).

Dari sepuluh tipe values yang ada, dapat dilihat content dari masing-masing

tipe yaitu penyebaran values dan identifikasi region atau bidang yang nantinya

akan dihasilkan dalam bentuk pemetaan (multidimensional space). Kesepuluh

values akan membentuk suatu dinamika yang nantinya menghasilkan structure

values, baik itu berupa compatibility (kecocokan) atau conflict (pertentangan)

antara value yang satu dengan yang lain dimana hasilnya akan menggambarkan

ciri khas dari suatu kebudayaan tertentu. Setelah itu dari sepuluh values yang ada,

disusun secara hirarki berdasarkan kepentingan relatif (Schwartz dan Bilzky,

1987,1990).

Sepuluh tipe value tersebut dapat membentuk suatu kelompok berdasarkan

kesamaan tujuan dalam setiap single value. Kelompok tersebut dinamakan second

order value type (SOVT) yang terdiri atas SOVT openness to change (stimulation

& self direction value), SOVT conservation (conformity, tradition, security

value), SOVT self-transcedence (universalism & benevolence value) dan SOVT

self-enhancement (power dan achievement value) (Schwartz, 1984:14).

SOVT openness to change (stimulation & self direction value) adalah belief

yang menganggap penting minat intelekual dan emosional dalam arah yang tidak

dapat diprediksi atau keterbukaan untuk berubah. Single value yang terkait adalah

stimulation value, yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

14

Universitas Kristen Maranatha

ketertarikan atau kesukaan pada sesuatu yang baru atau tantangan dalam hidup;

merujuk pada kehidupan yang berwarna (ada perubahan-perubahan dalam hidup)

dan kehidupan yang penuh kegembiraan; serta self-direction value, yaitu sejauh

mana keyakinan individu mengutamakan pemikiran dan tindakan yang bebas

dalam memilih, menciptakan atau menyelidiki; merujuk pada kebebasan, memilih

tujuan sendiri, dan keinginan keras.

SOVT conservation (conformity, tradition, security value) adalah belief yang

menganggap penting hubungan dekat dengan orang lain, institusi, tradisi dan

kepatuhan. Single value yang terkait adalah conformity value, yaitu sejauh mana

keyakinan individu mengutamakan pengendalian diri dari tindakan yang dapat

membahayakan orang lain atau ekspektasi sosial; biasanya ditunjukkan dengan

perilaku disiplin diri, patuh, sopan, menghargai orang yang lebih tua; tradition

value, yaitu sejauh mana individu mengutamakan perilaku yang mengarah pada

rasa hormat dan penerimaan bahwa budaya atau agama mempengaruhi individu;

menunjuk pada sikap yang hangat, respek pada budaya, kesalehan, dan bisa

menempatkan diri dalam bermasyarakat; serta security value, yaitu sejauh mana

keyakinan individu menggambarkan betapa pentingnya rasa aman dalam diri

maupun lingkungan; value ini menunjuk pada aturan bermasyarakat, keamanan

dalam keluarga, dan keamanan Negara.

SOVT self-transcedence (universalism & benevolence value) adalah belief

yang mementingkan peningkatan kesejahteraan orang lain dan lingkungan sekitar.

Single value yang terkait adalah universalism value, yaitu sejauh mana keyakinan

individu mengutamakan penghargaan atau perlindungan terhadap kesejahteraan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

15

Universitas Kristen Maranatha

semua orang dan alam; merujuk pada kesamaan, perdamaian dunia, keindahan

bumi, bersatu dengan alam, dan kebijaksanaan; serta benevolence value, yaitu

sejauh mana keyakinan individu mengutamakan perilaku untuk memperhatikan

atau meningkatan kesejahteraan orang-orang terdekat; ditunjukkan dengan

perilaku menolong, memaafkan, loyal, jujur, bertanggungjawab dan setia kawan.

SOVT self-enhancement (power dan achievement value) adalah belief yang

mementingkan peningkatan minat personal bahkan dengan mengorbankan orang

lain. Single value yang terkait adalah power value, yaitu sejauh mana keyakinan

individu mengutamakan perilaku yang mengarah pada pencapaian status sosial

atau dominasi atas orang-orang atau sumber daya; value ini menunjuk pada social

power, kekayaan, otoritas, pengakuan oleh orang banyak; serta achievement value,

yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan kesuksesan pribadi dengan

memperlihatkan kompetensi menurut standar sosial; mengarah kepada

kesuksesan, ambisi, kemampuan dan yang berpengaruh.

Value yang terakhir adalah hedonism value, yaitu sejauh mana keyakinan

individu mengutamakan kesenangan atau sensasi yang memuaskan indra; merujuk

kepada kesenangan dan menikmati hidup; termasuk dalam dua wilayah SOVT,

yaitu SOVT openness to change dan SOVT self-enhancement karena Hedonism

merupakan value yang memfokuskan pada diri, seperti achievement dan power

value, juga value yang mengekspresikan motivasi yang menantang seperti

stimulation dan self-direction value.

Nilai-nilai ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kehidupan manusia

sebagai individu yang bermasyarakat dan berbudaya. Dalam bermasyarakat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

16

Universitas Kristen Maranatha

individu selalu dilingkupi oleh kebiasaan dan aturan. Kebiasaan-kebiasaan ini

tentu saja berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini seringkali

disebut sebagai tradisi. Tradisi dapat diartikan sebagai kebiasaan turun temurun

dalam suatu masyarakat, merupakan kesadaran kolektif dengan sifatnya yang luas

meliputi segala aspek dalam kehidupan. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang

menyebabkan terbentuknya suatu kebudayaan.

Dalam kebudayaan masyarakat Papua terdapat nilai-nilai yang tidak bisa

lepas begitu saja. Beberapa tradisi yang mengandung kesepuluh values terdapat di

dalam masyarakat Papua adalah ungkapan Bye asyopder ma kadaun, yaitu

seorang pemimpin adat harus menjadi pelindung dan tumpuan harapan

masyarakat dalam kesejahteraan dan ketentraman (security value) sehingga

membuat setiap masyarakat patuh akan apa yang dikatakan oleh ketua adat

(conformity value). Untuk menghormati kebersamaan dan ungkapan saling

memaafkan antar masyarakat Papua (benevolence value) maka dilakukan pesta

bakar batu yaitu suatu upacara yang dilakukan sebagi bukti perdamaian setelah

terjadi perang antar suku (universalism value). Selain itu, masyarakat Papua mulai

melakukan beberapa perubahan gerakan tari Yospan sehingga tarian ini lebih

mudah untuk dilakukan dalam suatu upacara adat (self-direction value). Di Papua,

ketua adat (ame) memiliki kontrol dan mendominasi semua hal yang terjadi dalam

masyarakat baik dalam melakukan upacara adat ataupun dalam pengambilan

keputusan (power value) sehingga apapun yang dikatakan oleh ame tidak boleh

dilanggar. Beberapa masyarakat Papua masih membuat patung bis sebagai

penghormatan bagi leluhur (tradition value) walaupun terkadang patung-patung

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

17

Universitas Kristen Maranatha

dijual kepada wisatawan asing untuk menambah penghasilan sehari-hari.

Menggunakan tarian adat untuk mencari dana dan membangun tempat ibadah

(achievement value) seperti tarian adat Tejalu Met’o. Terdapat beberapa suku asli

Papua yang melakukan perang dan membunuh musuhnya (stimulation value),

yang kemudian mayatnya dibawa ke kampung untuk dipotong dan dibagikan

kepada seluruh masyarakat untuk dimakan bersama, dan diadakan pesta dengan

cara menyanyikan lagu kematian (hedonism value) dan kepala mayat itu

dipenggal.

Value juga banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,

dan status sosial. Pendidikan turut mempengaruhi values mahasiswa, menurut

penelitian (Kohn & Schooler, 1983; Prince-Gibson & Schwartz, 1998)

menyatakan pendidikan berkorelasi positif dengan self-direction value dan

stimulation value serta mempunyai korelasi negatif dengan conformity value dan

traditional value (Berry,1999: 533). Penelitian (Roccos & Schwartz, 1997;

Schwartz & Husmans, 1995) menyatakan bahwa agama turut berperan dalam

pembentukan values, semakin besar komitmen pada agama maka semakin

memprioritaskan traditional value (Berry, 1999: 534). Jenis kelamin berpengaruh

dalam pembentukan values, tipe values yang dimiliki laki-laki lebih mengarah

pada achievement value, power value, hedonism value, self-direction value,

stimulation value, sedangkan pada perempuan, tipe values yang dimiliki lebih

mengarah pada benevolence value, dan security value. Individu usia muda akan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

18

Universitas Kristen Maranatha

lebih menunjukkan value keterbukaan dibandingkan dengan individu yang

usianya lebih tua (Feather, 1975; Rokeach, 1973 dalam Schwartz, 2001: 533).

Faktor eksternal meliputi proses transmission, yang merupakan proses pada

suatu budaya yang mengajarkan pembawaan perilaku yang sesuai kepada para

anggotanya. Transmisi budaya terbagi menjadi tiga berdasarkan sumbernya, yaitu:

Vertical Transmission (orang tua), Oblique Transmission (orang dewasa atau

lembaga lain) dan Horizontal Transmission (teman sebaya) (Cavali-Sforza dan

Feldman dalam Berry, 1999). Proses transmisi budaya di atas dapat berasal dari

budaya sendiri maupun berasal dari budaya lain yang juga akan terjadi proses

enkulturasi dan akulturasi serta sosialisasi. Enkulturasi adalah proses yang

memungkinkan kelompok memasukkan individu ke dalam budayanya sehingga

memungkinkan individu membawa perilaku sesuai harapan budaya. Sebaliknya,

akulturasi adalah perubahan budaya dan psikologis karena pertemuan dengan

orang berbudaya lain yang memperlihatkan perilaku yang berbeda.

Transmisi vertikal dapat berupa transmisi enkulturasi dan sosialisasi khusus

dalam kehidupan sehari-hari dengan orang tua, seperti pola asuh. Orang tua

mewariskan nilai, keterampilan, motif budaya, keyakinan dan sebagainya kepada

anak dan cucu mereka. Transmisi oblique dapat dibedakan menjadi dua bagian.

Pertama adalah transmisi oblique yang berasal dari kebudayaan itu sendiri

(berasal dari kebudayaan yang sama), yang kedua adalah transmisi oblique yang

berasal dari kebudayaan lain (berasal dari kebudayaan yang berbeda). Transmisi

oblique yang berasal dari kebudayaan yang sama (budaya Papua) terbentuk

melalui orang dewasa lain dengan proses enkulturasi dan sosialisasi sejak lahir

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

19

Universitas Kristen Maranatha

sampai dewasa, misalnya orang dewasa lain dan saudara yang sebudaya.

Transmisi oblique yang berasal dari kebudayaan lain melalui orang dewasa lain

akan terbentuk melalui proses akulturasi dan resosialisasi khusus yaitu interaksi

dengan orang lain yang berasal dari luar budaya Papua, misalnya dari tokoh

masyarakat yang berasal dari budaya lain , atau orang dewasa lain yang berasal

dari budaya lain.

Transmisi horizontal adalah pemindahan value yang terjadi melalui

enkulturasi dan sosialisasi dengan teman sebaya, misalnya dari teman sebaya yang

sebudaya. Transmisi horizontal bisa juga terbentuk melalui proses akulturasi dan

resosialisasi khusus yaitu interaksi dengan orang lain yang berasal dari luar

budaya Papua. Ini bisa terjadi melalui interaksi komunitas Papua usia dewasa

awal dengan teman sebaya yang berasal dari suku lain (Berry, 1999 : 33).

Terdapat empat strategi akulturasi, yaitu asimilasi, separasi, integrasi, dan

marjinalisasi. Asimilasi terjadi ketika individu yang mengalami akulturasi tidak

ingin memelihara budaya dan jati diri dan melakukan interaksi sehari-hari dengan

masyarakat dominan, misalnya komunitas suku Papua usia dewasa awal yang

bergaul dengan orang yang berasal dari budaya lain dan ia melupakan budayanya.

Kemudian separasi terjadi bila suatu nilai yang ditempatkan pada pengukuhan

budaya asal seseorang dan suatu keinginan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, misalnya komunitas suku Papua usia dewasa awal yang menganggap

sukunya sendiri yang paling benar dan bagus sehingga ia tidak ingin bergaul

dengan orang yang berasal dari budaya lain. Sementara itu, integrasi adalah

adanya minat terhadap keduanya baik memelihara budaya asal dan melaksanakan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

20

Universitas Kristen Maranatha

interaksi dengan orang lain, misalnya komunitas suku Papua usia dewasa awal

yang tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Papua dan ia juga tetap berinteraksi

dengan orang yang berasal dari suku yang berbeda dan tetap menghormati budaya

yang berbeda. Strategi terakhir, marjinalisasi adalah suatu minat yang kecil dalam

pelestarian budaya dan sedikit minat melakukan hubungan dengan orang lain

karena alasan pengucilan atau diskriminasi sehingga ia akan menjadi individu

yang takut untuk bergaul dan lebih memilih untuk sendiri (Berry, 1999: 542).

Proses transmisi budaya juga terjadi pada komunitas Papua yang berusia

dewasa awal di kota Bandung, aktif melakukan kegiatan baik dalam lingkungan

maupun pendidikan. Mereka beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di

lingkungan maupun perubahan yang berasal dari dalam diri dan value yang

mendasari mereka mungkin saja berubah akibat proses adaptasi ini. Komunitas

Papua juga mengalami transmisi budaya dengan enkulturasi berupa penurunan

budaya dari orang tua, orang dewasa lain serta teman sebaya yang berasal dari

budaya Papua. Enkulturasi terjadi ketika mereka masih tinggal di Papua. Setelah

mereka menetap di Bandung, mereka pun mengalami akulturasi dari budaya

setempat yang berasal dari orang dewasa lain atau teman sebaya di lingkungan

tempat tinggal serta lingkungan kegiatan mereka. Selain itu mereka juga

mengalami sosialisasi dari proses belajar yang terjadi dari interaksi dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada value yang

mereka anut.

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang

memungkinkan terjadinya multikulturasi budaya. Multikulturasi adalah suatu

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

21

Universitas Kristen Maranatha

kondisi sosial politik yang di dalamnya individu dapat mengembangkan dirinya

sendiri baik dengan cara menerima dan mengembangkan identitas budaya yang

terdapat dalam dirinya maupun dengan menerima segala karakteristik dari

berbagai kelompok budaya dan berhubungan serta berpartisipasi dengan seluruh

kelompok budaya dalam lingkungan masayarakat yang luas. (Berry, 1992: 375).

Dengan kata lain masyarakat Papua di kota Bandung tidak hanya berinteraksi

dengan budaya Sunda saja, tetapi juga dengan budaya-budaya lain yang dibawa

oleh pendatang yang kemudian menetap di Kota Bandung.

Untuk menjelaskan kerangka pemikiran di atas maka dibuatlah bagan

kerangka pikir sebagai berikut :

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

22

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1. Kerangka Pikir

Oblique Transmission

Dari orang dewasa lain

1. Enkulturasi umum

(Media, Universitas,

Keluarga, Masyarakat)

2. Sosialisasi Khusus

Vertical Transmission

1. Enkulturasi umum

dari orang tua

(Penanaman nilai)

2. Sosialisasi khusus dari

orang tua (Pola Asuh)

Oblique Transmission

Dari orang dewasa lain

1. Akulturasi umum (Media

massa,

Universitas,Masyarakat)

2. Resosialisasi Khusus

Komunitas Suku

Papua Usia Dewasa

Awal di Kota

Bandung

Horizontal Transmission

1. Enkulturasi umum dari

Teman sebaya

2. Sosialisasi Khusus

Horizontal Transmission

1. Akulturasi umum dari

Teman sebaya

2. Resosialisasi Khusus

SCHWARTZ’S VALUES

1. Benevolence

2. Conformity

3. Tradition

4. Security

5. Power

6. Achievement

7. Hedonism

8. Stimulation

9. Self-direction

10. Universalism

Faktor Internal

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Pendidikan

4. Suku

5. Agama

6. Status Sosial

BUDAYA SENDIRI BUDAYA LAIN

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · suku Dani, suku Asmat, suku Yali, suku Sentani dan suku Korowai, dengan . 2 ... kepalanya untuk dipotong oleh suku yang dirugikan

23

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

1. Schwartz’s Values bersifat universal sehingga dapat diteliti pada setiap

budaya, termasuk budaya Suku Papua.

2. Pembentukan values pada Komunitas Suku Papua Usia Dewasa Awal di

Bandung dipengaruhi oleh proses transmisi yaitu faktor internal (usia,

jenis kelamin, agama, suku, dan pendidikan) dan faktor eksternal (vertical,

horizontal dan oblique transmission).

3. Terjadi proses transmisi budaya pada Komunitas Suku Papua Usia Dewasa

Awal di kota Bandung.

4. Komunitas Papua Usia Dewasa Awal di kota Bandung memiliki sepuluh

Schwartz’s values yang sama dengan kebudayaan lainnya tetapi berbeda

dalam derajat kepentingannya yaitu traditional value, hedonism value,

benevolence value, conformity value, universalism value, stimulation

value, self-direction value, achievement value, power value, security value.