praktikumboobatkumur

18
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin hari kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut bertambah rendah. Kebanyakan masyarakat mulai kurang menjaga kebersihan mulut dan giginya dan ini mengakibatkan bertambahnya kasus bau mulut di suatu kelompok masyarakat. Kebanyakan masyarakat menggunakan obat kumur untuk mengurangi bau mulut tersebut. Obat kumur seringkali berkaitan dengan kedokteran gigi. Dokter gigi sering member resep terhadap pasiennya berupa obat kumur untuk pencegahan dan pengobatan lesi-lesi ringan di dalam mulut agar didapat jaringan gusi dan mulut yang sehat. Banyaknya jenis obat kumur yang beredar di pasaran saat ini menimbulkan berbagai pertanyaan oleh masyarakat mengenai manfaat obat kumur mana yang sebaiknya digunakan. Pertama kali pemakaian obat kumur lebih ditujukan untuk mengatasi bau mulut atau halitosis. Tapi tetap perlu diperhatikan bahwa penggunaan obat kumur ini hanyalah merupakan suplemen bukan merupakan pengganti prosedur pembersihan secara mekanis dengan sikat gigi atau alat mekanis lainnya. Bau mulut yang dikenal juga sebagai bad breath, malodor atau halitosis, yang biasanya disebabkan oleh bakteri di dalam rongga mulut dan mengandung unsur kimia sulfur. Bau mulut seringkali menyebabkan seseorang malas berbicara dengan orang lain karena orang lain merasa terganggu bila berbicara dengannya. Akibat lebih lanjut seseorang menjadi menjadi enggan bergaul dan bekerja karena berkurangnya rasa percaya diri dan berujung kepada

Upload: alocitta-anindyanari

Post on 10-Jul-2016

20 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

JHJHJ

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin hari kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut bertambah

rendah. Kebanyakan masyarakat mulai kurang menjaga kebersihan mulut dan giginya dan ini

mengakibatkan bertambahnya kasus bau mulut di suatu kelompok masyarakat. Kebanyakan

masyarakat menggunakan obat kumur untuk mengurangi bau mulut tersebut. Obat kumur

seringkali berkaitan dengan kedokteran gigi. Dokter gigi sering member resep terhadap

pasiennya berupa obat kumur untuk pencegahan dan pengobatan lesi-lesi ringan di dalam mulut

agar didapat jaringan gusi dan mulut yang sehat. Banyaknya jenis obat kumur yang beredar di

pasaran saat ini menimbulkan berbagai pertanyaan oleh masyarakat mengenai manfaat obat

kumur mana yang sebaiknya digunakan. Pertama kali pemakaian obat kumur lebih ditujukan

untuk mengatasi bau mulut atau halitosis. Tapi tetap perlu diperhatikan bahwa penggunaan obat

kumur ini hanyalah merupakan suplemen bukan merupakan pengganti prosedur pembersihan

secara mekanis dengan sikat gigi atau alat mekanis lainnya.

Bau mulut yang dikenal juga sebagai bad breath, malodor atau halitosis, yang biasanya

disebabkan oleh bakteri di dalam rongga mulut dan mengandung unsur kimia sulfur. Bau mulut

seringkali menyebabkan seseorang malas berbicara dengan orang lain karena orang lain merasa

terganggu bila berbicara dengannya. Akibat lebih lanjut seseorang menjadi menjadi enggan

bergaul dan bekerja karena berkurangnya rasa percaya diri dan berujung kepada stress/tertekan

atau bahkan depresi. Beberapa kelompok masyarakat menggunakan obat kumur sebagai

penghilang bau mulut seperti obat kumur betadine atau povidone iodine. Obat kumur ini dapat

dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah..

Efek betadine terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada konsentrasi yang tinggi dapat

mematikan bakteri rongga mu1ut. Ada juga kelompok masyarakat yang menggunakan obat

kumur herbal seperti enkasari. Obat kumur ini dikenal sebagai obat kumur herbal yang dapat

menghilangkan bau mulut dan juga dapat menyegarkan nafas.

1.2 Tujuan

1.2.1 Menghitung jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur

1.2.2 Membandingkan jumlah koloni bakteri antara kelompok obat kumur herbal (enkasari) dan

obat kumur Povidone Iodine

1.3 Manfaat

Page 2: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

1.3.1 Mampu mengetahui perbedaan jumlah koloni yang terbentuk sebelum dan sesudah

menggunakan obat kumur

1.3.2 Mampu mengetahui perbandingan jumlah koloni bakteri antara kelompok obat kumur

herbal (enkasari) dan obat kumur Povidone Iodin

1.3.3 Mampu mengetahui efektivitas penggunaan obat kumur terhadap berkurangnya jumlah

bakteri

1. Obat Kumur

Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga

mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai

penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi

atau mencegah karies gigi. Dalam pengertian sehari-hari obat kumur dimaksudkan bahan yang

dapat membantu kesegaran mulut dan nafas serta menghilangkan dan membersihkan mulut dari

mikroorganisme penyebab kelainan dan penyakit di dalam mulut, serta mengobati lesi-lesi

mukosa mulut (Akande etc, 2004).

Obat kumur ada yang mengandung alkohol dan non alkohol. Bahan aktif obat kumur

yang beredar di pasaran termasuk: timol, eukaliptol, heksitidin, metilsalislat, mentol,

klorheksidin glukonat, benalkonium klorida, setilpyridinium klrorida, metilparaben, hidrogen

peroksida dan domifen bromida (Anyanwu, 2011).

Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk

hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk

pengobatan secara topikal dalam rongga mulut (Akande etc, 2004).

Obat kumur pada dasarnya selain berfungsi sebagai penyegar pada mulut dan nafas, juga

dapat mencegah dan mengobati sariawan, membantu penyembuhan gusi paska operasi dan

apabila digunakan dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada di dalam rongga mulut yang bisa

menyebabkan penyakit rongga mulut karena mengandung lebih dari satu bahan aktif antibakteri

seperti chlorhexidine, cetylpyridium chloride, flour. (Putri, 2010)

Keefektifan obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling

sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi penggunaanya

tidak bisa sebagai subtitusi sikat gigi (Claffey, 2003).

Page 3: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

1.1. Komposisi Obat Kumur

Obat kumur adalah larutan yang digunakan untuk menyingkirkan partikel-partikel

makanan dan plak dari gigi. Obat kumur digunakan setelah menyikat gigi. Obat kumur umumnya

mengandung bahan-bahan yang dapat melawan bakteri. Bahan ini seperti zinc gluconate,

cetylpyridium chloride dan thymol. Beberapa obat kumur mengandung alkohol dan air umumnya

sebagai bahan utama. Banyak obat kumur juga memiliki bahan perasa seperti sakarin, atau

gliserin dan tambahan pewarna.Semua obat kumur memiliki kandungan khusus masing-masing

tetapi ada kandungan umum yang dimiliki semua obat kumur seperti air, perasa, pemanis,

pewarna, antiseptik, antiplak, pengawet, detergen serta penambahan alkohol (Pintauli, 2011).

Povidone Iodine

Betadine adalah obat antiseptik yang unggul dengan bahan aktif Mundidone yang

terbukti secara klinis mampu membasmi berbagai jenis kuman dalam waktu singkat. Betadine

terpilih sebagai antiseptik yang digunakan NASA dalam penerbangan luar angkasa. Selain

sebagai obat luka serbaguna (solution), Betadine juga tersedia dalam berbagai produk seperti

obat kumur, shampoo, vaginal douche, salep dan sabun cair. Betadine kini berkembang menjadi

obat bebas terbatas tanpa resep dokter. Khusus bagi kalangan medis, dipasarkan Isodine sebagai

pengganti. (Suyanto, 2007)

Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik, mampu

membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Selain

sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle

digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis (inflamasi di

gusi) dan tukak mulut (sariawan). Aktifitas antimikroba povidone iodine dikarenakan

kemampuan oksidasi kuat dari iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda,

dan juga lemak bebas tidak jenuh. Hal ini menyebabkan povidone iodine mampu merusak

protein dan DNA mikroba (Noronha C, 2000).

Tjay dan Rahardja (2002) berpendapat bahwa :

A. Povidon-iodine 10% merupakan antiseptik solution yang digunakan:

1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka seperti :

lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau terkoyak.

2) Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan.

Page 4: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

3) Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya infeksi.

B. Sebagai obat kumur dengan konsentrasi 1%.

C. Sebagai pencuci tangan sebelum operasi 10%, dapat mengurangi populasi kuman hingga 85%

dan kembali ke posisi normal setelah 8 jam.

D. Sebagai larutan pembersih 2%, salep 2% , sebagai lotion 0.75%.

Obat kumur povidone iodine digunakan untuk mengobati infeksi mulut dan tenggorokan,

seperti gingivitis (radang gusi) dan tukak mulut. Hal ini juga digunakan untuk menjaga

kebersihan mulut, untuk membunuh mikroorganisme sebelum, selama dan setelah operasi gigi

dan mulut yang bertujuan mencegah infeksi (Paulson, 2005).

Indikasi dari betadine gargle adalah untuk pengobatan infeksi akut mukosa mulut dan

faring, misalnya radang gusi dan luka pada mukosa mulut dan juga untuk kebersihan mulut

sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut. Betadine gargle ini tidak direkomendasikan

untuk anak-anak. Untuk dewasa dan anak lebih dari 6 tahun dapat digunakan sebagai obat kumur

dengan cara kumur atau bilas hingga 10 ml selama 30 detik tanpa ditelan. Perlu diperhatikan

bahwa penggunaan betadine tidak boleh digunakan untuk orang-orang yang alergi terhadap

yodium dan tidak digunakan untuk ibu hamil dan menyusui (Anonymous, 2011).

Enkasari

Enkasari adalah obat kumur herbal produksi pabrik Kimia Farma. Obat ini dapat

diindikasikan sebagai pencegahan dan pengobatan sariawan.

Dosis :

● Dewasa: 3-4 kali sehari 3 sendok makan dikumur-kumur dan ditelan

● Anak-anak: 2 kali sehari 1 sendok makan dikumur-kumur dan ditelan

Dalam setiap dosis dewasa atau sekitar 45 ml cairan enkasari mengandung :

a. Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius folia) yang setara dengan serbuk daun yang telah

dikeringkan sebanyak 75 mg atau sekitar 0,167 %

Page 5: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

b. Ekstrak Akar Kayu Manis (Liquiritae radix) yang setara dengan serbuk akar kering

sebanyak 20 mg atau sekitar 0,044 %

c. Ekstrak Daun Sirih (Piper betle folia) yang setara dengan daun segar 450 mg atau sekitar

1,00 %

d. Mentol 10 mg yang setara dengan 0,022 %

Saga (Abrus Precatorius f.) merupakan tanaman yang banyak digunakan secara tradisional

sebagai obat di banyak negara, diantaranya untuk mengobati epilepsi, batuk dan sariawan

(Juniarti dkk, 2009). Penelitian Wahyuningsih (2006) menunjukkan bahwa kandungan kimia dari

daun saga yaitu saponin dan flavonoid, salah satu fungsi dari saponin dan flavonoid adalah

sebagai antibakteri. Wahyuningsih (2006) menyebutkan juga bahwa nilai kadar bunuh minimum

(KBM) dari ekstrak etanol daun saga untuk bakteri S. aureus sebesar 0,63% dan E. coli sebesar

2,50%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak etanol daun saga mempunyai kandungan kimia yang

aktivitasnya lebih baik pada bakteri gram positif (S. aureus) daripada gram negatif (E. coli).

Setiap jaringan dapat diinfeksi oleh bakteri S. aureus dan menyebabkan timbulnya penyakit

dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan dan pembentukan abses. Sariawan merupakan salah

satu bentuk peradangan yang terjadi didalam mulut, sehingga saga dapat menjadi alternatif pada

pengobatan sariawan (Solihah, 2009).

Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan antara gugus

fenol dan terpena. Fenol merupakan salah satu senyawa aktif dari antibakteri. Mekanisme fenol

sebagai agen anti bakteri adalah meracuni protoplasma , merusak dan menembus dinding serta

mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan

enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol

dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim, dan

menyebabkan kebocoran sel (Moeljantoro, 2004). Hal ini membuktikan bahwa daun sirih dapat

efektif membunuh bakteri S. aureus sebagai salah satu vektor sariawan. Salah satu kandungan

aktif dari akar kayu manis adalah flavonoid. Kandungan flavonoid ini juga berguna sebagai

antibakteri yang sama dimiliki oleh daun saga. Sehingga kayu manis ini juga efektif dalam

membunuh bakteri S.aureus (Prasetyono, 2003).

Page 6: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

Gb. Obat Kumur Enkasari

3.2.1. Media Brain Heart Infusion

Brain Heart Infusion (BHI) Agar adalah mdia umum yang dapat digunakan untuk

mengkultur brbagai macam mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, dan ragi.Dengan

tambahan 5-10% darah domba ("Brain Heart Infusion Agars Brain Heart Infusion Agar • Brain

Heart Infusion Sheep Blood Agar • Brain Heart Infusion Agar, Modified")

Komposisi :

Calf brain, infusion from 200.000 Gms/liter

Beef heart, infusion from 250.000 Gms/liter

Proteose peptone 10.000 Gms/liter

Dextrose 2.000 Gms/liter

Sodium chloride 5.000 Gms/liter

Disodium phosphate 2.500 Gms/liter

Agar 15.000 Gms/liter

Final pH ( at 25°C) 7.4±0.2

BHI Agar diformulasikan dengan infusi daging yang kering, dan mengandung pepton

sebagai nutrisi bagi mikroorganisme kultur. Dengan kandungan 10% darah domba, BHI dapat

digunakan sebagai media yang baik untuk menumbuhkan bakteri sistemik yang mungkin tumbuh

kurang baik pada kondisi yang kurang nutrisi. Penambahan antimikrobial seperti

hloramphenicol, gentamicin, and penicillin ditambah dengan kombinasi streptomycin dapat

ditambhakn untuk meningkatkan pemulihan jamur patogen dari spesimen yang terkontaminasi

Page 7: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

bakteri ("Brain Heart Infusion Agars Brain Heart Infusion Agar • Brain Heart Infusion Sheep

Blood Agar • Brain Heart Infusion Agar, Modified")

3.2.2 Media Blood Agar

Blood agar merupakan media pertumbuhan bakteri, yang diperkaya. Organisme pemilih

seperti streptokokus tidak dapat tumbuh dengan baik pada media pertumbuhan biasa (Acharya,

2013). Bakteri tersebut disebut fastidious karena mereka membutuhkan lingkungan khusus;

diperkaya nutrisi. Tidak seperti bakteri lainnya. Blood agar digunakan untuk menumbuhkan

berbagai patogen, terutama yang susah tumbuh, seperti Haemophilus influenzae, Streptococcus

pneumoniae, dan spesies Neisseria (Aryal, 2015).

Blood agar dapat dibuat selektif untuk patogen tertentu dengan penambahan antibiotik,

bahan kimia, atau pewarna. Contoh, blood agar kristal violet untuk memilih Streptococcus

pyogens dari swab tenggrokan dan blood agar kanamycin atau neomycin untuk memilig bakteri

anaerob dari pus (Aryal, 2015).

Blood agar plates (BAP) mengandung darah mamalia (biasanya domba atau kuda), pada

konsentrasi 5-10%. BAP yang diperkaya, media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi

organisme fastidious dan mendeteksi aktivitas hemolitik (Buxton, 2005).

Komposisi Blood agar:

- 0.5% pepton

- 0.3% ekstrak daging/ekstrak ragi

- 1.5% agar

- 0.5% NaCl

- Air yang didistilasi

- 5% darah domba

Pada campuran tersebut, pH diatur menjadi 7.3. Campuran dipanaskan sehingga agar

larut dan disterilkan dengan autoklaf (Acharya, 2013).

Spesies bakteri tertentu menghasilkan enzim ekstraseluler yang melisiskan sel darah

merah dalam blood agar (hemolisis). Hemolisin ini (eksotoksin) berdifusi secara radial keluar

dari koloni, menyebabkan kehancuran total atau sebagian sel darah merah (RBC) di media dan

denaturasi lengkap hemoglobin di dalam sel membentuk produk yang tidak berwarna.

Terdapat empat jenis hemolisis (Acharya, 2013):

Page 8: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

1. Hemolisis α

Lisis sebagian sel darah merah (membran sel yang tersisa utuh) dan akan tampak

hijau atau cokelat karena konversi hemoglobin menjadi methemoglobin. Contoh:

Streptococcus pneumonia

2. Hemolisis β

Lisis dan pencernaan lengkap sel darah merah, menyebabkan pembersihan darah dari

media di bawah dan sekitar koloni. Contoh: Streptococcus pyogenes.

3. Non Hemolisis (γ)

Tidak ada lisis dari sel darah merah, tidak ada perubahan media di bawah dan di

sekitar koloni.

4. Hemolisis Primer α atau Hemolisis α Zona Luas

Sebuah zona kecil eritrosit utuh yang berbatasan langsung dengan koloni bakteri,

dengan zona hemolisis sel darah merah lengkap di sekitar zona eritrosit utuh. Jenis hemolisis

ini mungkin dibingungkan dengan hemolisis β.

Hasil Praktikum

No. Jenis Obat Kumur Sebelum Sesudah Efektivitas Obat Kumur (%)

1. Enkasari 67 47 30%

2. Betadine 200 4 96%

Cara Penghitungan :

Enkasari Betadine

47/67 x 100% = 70% 4/200 X 100% = 2 %

100% - 70% = 30% 100% - 2% = 98%

Interpretasi hasil

Didapatkan dari hasil percobaan yakni, pada mahasiswa coba sebelum berkumur

mengunakan enkasari selama kurang lebih 30detik jumlah mikroorganisme dalam rongga

Page 9: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

mulut sebesar, 67. Lalu setelah di tunggu selama 10 menit, mahasiswa coba tidak melakukan

aktifitas apapun, hasil penghitungan bakteri menunjukan jumlah penurunan menjadi 47.

Percobaan kedua menggunakan obat kumur dengan jenis berbeda yakni betadine,

dengan jumlah bakteri sebelum ratusan, namun setalah berkumur selama 30detik, dan

menunggu selama 10 menit juga didapatkan perubahan, berupa jumlah bakteri tersisa 4

Pembahasan

Jumlah bakteri setelah dan sesudah berkumur menggunakan enkasari memiliki

perbandingan. Sebelum menggunakan enkasari jumlah mikroorganisme pada rongg mulut

sebesar 67 dan setelah menggunakan enkasari jumlah mikroorganisme pada rongga mulut

mengalami penurunan. Penurunan tersebut di karenakan kandungan pada enkasari berasal

sari bahan-bahan organik. Selain bahan organik, enkasari juga mengandung bahan kimia

yang di hasilkan dari bahan organik, salah satunya adalah kandungan bahan kimia yang

dihasilkan oleh daun saga. Kandungan kimia yang dimiliki daun saga memiliki aktivitas

yang baik dalam membunuh mikroorganisme.

Di dalam enkasari juga terdapat ekstrak daun sirih yang mengandung senyawa aktif

kavikol yang merupakan gabungan antara gugus fenol dan terpena. Fenol merupakan salah

satu senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteria.

n

Page 10: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni bakteri di dalam

rongga mulut setelah menggunakan obat kumur, baik Povidon Iodine maupun obat kumur Herbal

(Enkasari), keduanya mengalami penurunan. Penurunan jumlah koloni bakteri pada penggunaan

obat kumur Povidon Iodine mengalami penurunan yang lebih besar bila dibandingkan dengan

obat kumur herbal (Enkasari). Obat kumur Povidon Iodine adalah kompleks iodine yang

membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Sedangkan

obat kumur herbal (Enkasari) memiliki sifat antibakteri yang berasal dari ekstrak daun sirih.

5.2 Saran

Obat kumur adalah bahan yang dapat membantu kesegaran mulut dan nafas serta

menghilangkan dan membersihkan mulut dari mikroorganisme penyebab kelainan dan penyakit

di dalam mulut, serta mengobati lesi-lesi mukosa mulut. Obat kumur ini, biasanya digunakan

seteah menyikat gigi. Penggunaan Povidon Iodine dimaksudkan untuk mengurangi bakteremia

setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah. Povidon Iodine tidak boleh digunakan

setiap hari dan dalam jangka waktu yang lama, karena pada konsentrasi tinggi dapat mematikan

semua bakteri dalam rongga mulut. Povidon Iodine tidak direkomendasikan untuk anak-anak.

Untuk penggunaan obat kumur sehari-hari sebaiknya menggunakan obat kumur berbahan dasar

herbal yang alami seperti Enkasari. Di dalam Enkasari terdapat ekstrak kayu manis dan daun

Page 11: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

saga yang mengandung flavonoid dan etanol. Kedua zat ini bersifat antibakteri dan dapat

membunuh bakteri S. aureus, sebagai salah satu vektor penyebab terjadinya sariawan. Selain itu

penggunaan Enkasari dapat menyegarkan bau mulut karena mengandung ekstrak daun sirih.

Daftar Pustaka

Acharya, T., (2013) Blood Agar: Composition, Preparation, Uses and Types of Hemolysis.

Online Medical Microbiology Guide for Students and Educators.

Akande OO, Alada ARA, Aderinokun GA, et al. 2004. Efficacy of diferent brands of

mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of

Biomedical Research 7: 125-6

Anyanwu OC, Baugh KK, Bennet SB, Johnson JM, Madlock RL, Pollard NE, et al. 2011.

Comparison of the antibacterial effectiveness of alcohol-containing and non-alcohol containing

mouthwashes. Lincoln University Journal of Science.: 2(1): 7-12

Aryal, S., (2015) Blood Agar - Composition, Preparation, Uses and Pictures. Online

Microbiology Notes

Buxton, R., (2005) Blood Agar Plates and Hemolysis Protocols. ASM Microbe Library.

American Society of Microbiology

Juniarti. Osmeli, Delvi. Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine

Shrimp Lethality Test) Dan Antioksidan (1,1-Diphenyl-2-Pikrilhydrazyl) Dari Ekstrak Daun

Saga (Abrus precatorius L.). Journal of Sains vol. 13 no. I. hal : 50-54

Moeljantoro, 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih. Jakarta : Agromedia Pustaka , hal57- 59

Solihah, Roikhanatus. 2009. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.)

dengan Gelatin sebagai Bahan Pengikat Menggunakan Metode Granulasi Basah. Available on

http://etd.eprints.ums.ac.id/3345/1/K100040169.pdf.

Page 12: PRAKTIKUMBOOBATKUMUR

Noronha C, Almeida A. Local burn treatment - topical antimicrobial agents. Annals of burns and

fire disasters (Serial on Internet). 2000.

Paulson, Daryl. Handbook of Topical Antimicrobials: Industrial Applications in Consumer. New

York: Marcel Dekker. 2005. Hal 81-82

Pintauli S, Hamada T. 2011. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan.

Medan : USU Press. 34, 86-98.

Putri CA. Pengunaan Obat Kumur untuk Menjaga Kesehatan Rongga Mulut. Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2010.

Prasetyono, Budi. 2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari akar kayumanis

(Liquiritae radix) pada Fase Etil Asetat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Suyanto. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. 2007. Hal

209.