praktikumboobatkumur
DESCRIPTION
JHJHJTRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semakin hari kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut bertambah
rendah. Kebanyakan masyarakat mulai kurang menjaga kebersihan mulut dan giginya dan ini
mengakibatkan bertambahnya kasus bau mulut di suatu kelompok masyarakat. Kebanyakan
masyarakat menggunakan obat kumur untuk mengurangi bau mulut tersebut. Obat kumur
seringkali berkaitan dengan kedokteran gigi. Dokter gigi sering member resep terhadap
pasiennya berupa obat kumur untuk pencegahan dan pengobatan lesi-lesi ringan di dalam mulut
agar didapat jaringan gusi dan mulut yang sehat. Banyaknya jenis obat kumur yang beredar di
pasaran saat ini menimbulkan berbagai pertanyaan oleh masyarakat mengenai manfaat obat
kumur mana yang sebaiknya digunakan. Pertama kali pemakaian obat kumur lebih ditujukan
untuk mengatasi bau mulut atau halitosis. Tapi tetap perlu diperhatikan bahwa penggunaan obat
kumur ini hanyalah merupakan suplemen bukan merupakan pengganti prosedur pembersihan
secara mekanis dengan sikat gigi atau alat mekanis lainnya.
Bau mulut yang dikenal juga sebagai bad breath, malodor atau halitosis, yang biasanya
disebabkan oleh bakteri di dalam rongga mulut dan mengandung unsur kimia sulfur. Bau mulut
seringkali menyebabkan seseorang malas berbicara dengan orang lain karena orang lain merasa
terganggu bila berbicara dengannya. Akibat lebih lanjut seseorang menjadi menjadi enggan
bergaul dan bekerja karena berkurangnya rasa percaya diri dan berujung kepada stress/tertekan
atau bahkan depresi. Beberapa kelompok masyarakat menggunakan obat kumur sebagai
penghilang bau mulut seperti obat kumur betadine atau povidone iodine. Obat kumur ini dapat
dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah..
Efek betadine terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada konsentrasi yang tinggi dapat
mematikan bakteri rongga mu1ut. Ada juga kelompok masyarakat yang menggunakan obat
kumur herbal seperti enkasari. Obat kumur ini dikenal sebagai obat kumur herbal yang dapat
menghilangkan bau mulut dan juga dapat menyegarkan nafas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menghitung jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur
1.2.2 Membandingkan jumlah koloni bakteri antara kelompok obat kumur herbal (enkasari) dan
obat kumur Povidone Iodine
1.3 Manfaat
1.3.1 Mampu mengetahui perbedaan jumlah koloni yang terbentuk sebelum dan sesudah
menggunakan obat kumur
1.3.2 Mampu mengetahui perbandingan jumlah koloni bakteri antara kelompok obat kumur
herbal (enkasari) dan obat kumur Povidone Iodin
1.3.3 Mampu mengetahui efektivitas penggunaan obat kumur terhadap berkurangnya jumlah
bakteri
1. Obat Kumur
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga
mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai
penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi
atau mencegah karies gigi. Dalam pengertian sehari-hari obat kumur dimaksudkan bahan yang
dapat membantu kesegaran mulut dan nafas serta menghilangkan dan membersihkan mulut dari
mikroorganisme penyebab kelainan dan penyakit di dalam mulut, serta mengobati lesi-lesi
mukosa mulut (Akande etc, 2004).
Obat kumur ada yang mengandung alkohol dan non alkohol. Bahan aktif obat kumur
yang beredar di pasaran termasuk: timol, eukaliptol, heksitidin, metilsalislat, mentol,
klorheksidin glukonat, benalkonium klorida, setilpyridinium klrorida, metilparaben, hidrogen
peroksida dan domifen bromida (Anyanwu, 2011).
Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk
hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk
pengobatan secara topikal dalam rongga mulut (Akande etc, 2004).
Obat kumur pada dasarnya selain berfungsi sebagai penyegar pada mulut dan nafas, juga
dapat mencegah dan mengobati sariawan, membantu penyembuhan gusi paska operasi dan
apabila digunakan dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada di dalam rongga mulut yang bisa
menyebabkan penyakit rongga mulut karena mengandung lebih dari satu bahan aktif antibakteri
seperti chlorhexidine, cetylpyridium chloride, flour. (Putri, 2010)
Keefektifan obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau tempat yang paling
sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak, tetapi penggunaanya
tidak bisa sebagai subtitusi sikat gigi (Claffey, 2003).
1.1. Komposisi Obat Kumur
Obat kumur adalah larutan yang digunakan untuk menyingkirkan partikel-partikel
makanan dan plak dari gigi. Obat kumur digunakan setelah menyikat gigi. Obat kumur umumnya
mengandung bahan-bahan yang dapat melawan bakteri. Bahan ini seperti zinc gluconate,
cetylpyridium chloride dan thymol. Beberapa obat kumur mengandung alkohol dan air umumnya
sebagai bahan utama. Banyak obat kumur juga memiliki bahan perasa seperti sakarin, atau
gliserin dan tambahan pewarna.Semua obat kumur memiliki kandungan khusus masing-masing
tetapi ada kandungan umum yang dimiliki semua obat kumur seperti air, perasa, pemanis,
pewarna, antiseptik, antiplak, pengawet, detergen serta penambahan alkohol (Pintauli, 2011).
Povidone Iodine
Betadine adalah obat antiseptik yang unggul dengan bahan aktif Mundidone yang
terbukti secara klinis mampu membasmi berbagai jenis kuman dalam waktu singkat. Betadine
terpilih sebagai antiseptik yang digunakan NASA dalam penerbangan luar angkasa. Selain
sebagai obat luka serbaguna (solution), Betadine juga tersedia dalam berbagai produk seperti
obat kumur, shampoo, vaginal douche, salep dan sabun cair. Betadine kini berkembang menjadi
obat bebas terbatas tanpa resep dokter. Khusus bagi kalangan medis, dipasarkan Isodine sebagai
pengganti. (Suyanto, 2007)
Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik, mampu
membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Selain
sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle
digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis (inflamasi di
gusi) dan tukak mulut (sariawan). Aktifitas antimikroba povidone iodine dikarenakan
kemampuan oksidasi kuat dari iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda,
dan juga lemak bebas tidak jenuh. Hal ini menyebabkan povidone iodine mampu merusak
protein dan DNA mikroba (Noronha C, 2000).
Tjay dan Rahardja (2002) berpendapat bahwa :
A. Povidon-iodine 10% merupakan antiseptik solution yang digunakan:
1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka seperti :
lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau terkoyak.
2) Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan.
3) Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya infeksi.
B. Sebagai obat kumur dengan konsentrasi 1%.
C. Sebagai pencuci tangan sebelum operasi 10%, dapat mengurangi populasi kuman hingga 85%
dan kembali ke posisi normal setelah 8 jam.
D. Sebagai larutan pembersih 2%, salep 2% , sebagai lotion 0.75%.
Obat kumur povidone iodine digunakan untuk mengobati infeksi mulut dan tenggorokan,
seperti gingivitis (radang gusi) dan tukak mulut. Hal ini juga digunakan untuk menjaga
kebersihan mulut, untuk membunuh mikroorganisme sebelum, selama dan setelah operasi gigi
dan mulut yang bertujuan mencegah infeksi (Paulson, 2005).
Indikasi dari betadine gargle adalah untuk pengobatan infeksi akut mukosa mulut dan
faring, misalnya radang gusi dan luka pada mukosa mulut dan juga untuk kebersihan mulut
sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut. Betadine gargle ini tidak direkomendasikan
untuk anak-anak. Untuk dewasa dan anak lebih dari 6 tahun dapat digunakan sebagai obat kumur
dengan cara kumur atau bilas hingga 10 ml selama 30 detik tanpa ditelan. Perlu diperhatikan
bahwa penggunaan betadine tidak boleh digunakan untuk orang-orang yang alergi terhadap
yodium dan tidak digunakan untuk ibu hamil dan menyusui (Anonymous, 2011).
Enkasari
Enkasari adalah obat kumur herbal produksi pabrik Kimia Farma. Obat ini dapat
diindikasikan sebagai pencegahan dan pengobatan sariawan.
Dosis :
● Dewasa: 3-4 kali sehari 3 sendok makan dikumur-kumur dan ditelan
● Anak-anak: 2 kali sehari 1 sendok makan dikumur-kumur dan ditelan
Dalam setiap dosis dewasa atau sekitar 45 ml cairan enkasari mengandung :
a. Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius folia) yang setara dengan serbuk daun yang telah
dikeringkan sebanyak 75 mg atau sekitar 0,167 %
b. Ekstrak Akar Kayu Manis (Liquiritae radix) yang setara dengan serbuk akar kering
sebanyak 20 mg atau sekitar 0,044 %
c. Ekstrak Daun Sirih (Piper betle folia) yang setara dengan daun segar 450 mg atau sekitar
1,00 %
d. Mentol 10 mg yang setara dengan 0,022 %
Saga (Abrus Precatorius f.) merupakan tanaman yang banyak digunakan secara tradisional
sebagai obat di banyak negara, diantaranya untuk mengobati epilepsi, batuk dan sariawan
(Juniarti dkk, 2009). Penelitian Wahyuningsih (2006) menunjukkan bahwa kandungan kimia dari
daun saga yaitu saponin dan flavonoid, salah satu fungsi dari saponin dan flavonoid adalah
sebagai antibakteri. Wahyuningsih (2006) menyebutkan juga bahwa nilai kadar bunuh minimum
(KBM) dari ekstrak etanol daun saga untuk bakteri S. aureus sebesar 0,63% dan E. coli sebesar
2,50%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak etanol daun saga mempunyai kandungan kimia yang
aktivitasnya lebih baik pada bakteri gram positif (S. aureus) daripada gram negatif (E. coli).
Setiap jaringan dapat diinfeksi oleh bakteri S. aureus dan menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan dan pembentukan abses. Sariawan merupakan salah
satu bentuk peradangan yang terjadi didalam mulut, sehingga saga dapat menjadi alternatif pada
pengobatan sariawan (Solihah, 2009).
Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan antara gugus
fenol dan terpena. Fenol merupakan salah satu senyawa aktif dari antibakteri. Mekanisme fenol
sebagai agen anti bakteri adalah meracuni protoplasma , merusak dan menembus dinding serta
mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan
enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol
dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim, dan
menyebabkan kebocoran sel (Moeljantoro, 2004). Hal ini membuktikan bahwa daun sirih dapat
efektif membunuh bakteri S. aureus sebagai salah satu vektor sariawan. Salah satu kandungan
aktif dari akar kayu manis adalah flavonoid. Kandungan flavonoid ini juga berguna sebagai
antibakteri yang sama dimiliki oleh daun saga. Sehingga kayu manis ini juga efektif dalam
membunuh bakteri S.aureus (Prasetyono, 2003).
Gb. Obat Kumur Enkasari
3.2.1. Media Brain Heart Infusion
Brain Heart Infusion (BHI) Agar adalah mdia umum yang dapat digunakan untuk
mengkultur brbagai macam mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, dan ragi.Dengan
tambahan 5-10% darah domba ("Brain Heart Infusion Agars Brain Heart Infusion Agar • Brain
Heart Infusion Sheep Blood Agar • Brain Heart Infusion Agar, Modified")
Komposisi :
Calf brain, infusion from 200.000 Gms/liter
Beef heart, infusion from 250.000 Gms/liter
Proteose peptone 10.000 Gms/liter
Dextrose 2.000 Gms/liter
Sodium chloride 5.000 Gms/liter
Disodium phosphate 2.500 Gms/liter
Agar 15.000 Gms/liter
Final pH ( at 25°C) 7.4±0.2
BHI Agar diformulasikan dengan infusi daging yang kering, dan mengandung pepton
sebagai nutrisi bagi mikroorganisme kultur. Dengan kandungan 10% darah domba, BHI dapat
digunakan sebagai media yang baik untuk menumbuhkan bakteri sistemik yang mungkin tumbuh
kurang baik pada kondisi yang kurang nutrisi. Penambahan antimikrobial seperti
hloramphenicol, gentamicin, and penicillin ditambah dengan kombinasi streptomycin dapat
ditambhakn untuk meningkatkan pemulihan jamur patogen dari spesimen yang terkontaminasi
bakteri ("Brain Heart Infusion Agars Brain Heart Infusion Agar • Brain Heart Infusion Sheep
Blood Agar • Brain Heart Infusion Agar, Modified")
3.2.2 Media Blood Agar
Blood agar merupakan media pertumbuhan bakteri, yang diperkaya. Organisme pemilih
seperti streptokokus tidak dapat tumbuh dengan baik pada media pertumbuhan biasa (Acharya,
2013). Bakteri tersebut disebut fastidious karena mereka membutuhkan lingkungan khusus;
diperkaya nutrisi. Tidak seperti bakteri lainnya. Blood agar digunakan untuk menumbuhkan
berbagai patogen, terutama yang susah tumbuh, seperti Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, dan spesies Neisseria (Aryal, 2015).
Blood agar dapat dibuat selektif untuk patogen tertentu dengan penambahan antibiotik,
bahan kimia, atau pewarna. Contoh, blood agar kristal violet untuk memilih Streptococcus
pyogens dari swab tenggrokan dan blood agar kanamycin atau neomycin untuk memilig bakteri
anaerob dari pus (Aryal, 2015).
Blood agar plates (BAP) mengandung darah mamalia (biasanya domba atau kuda), pada
konsentrasi 5-10%. BAP yang diperkaya, media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi
organisme fastidious dan mendeteksi aktivitas hemolitik (Buxton, 2005).
Komposisi Blood agar:
- 0.5% pepton
- 0.3% ekstrak daging/ekstrak ragi
- 1.5% agar
- 0.5% NaCl
- Air yang didistilasi
- 5% darah domba
Pada campuran tersebut, pH diatur menjadi 7.3. Campuran dipanaskan sehingga agar
larut dan disterilkan dengan autoklaf (Acharya, 2013).
Spesies bakteri tertentu menghasilkan enzim ekstraseluler yang melisiskan sel darah
merah dalam blood agar (hemolisis). Hemolisin ini (eksotoksin) berdifusi secara radial keluar
dari koloni, menyebabkan kehancuran total atau sebagian sel darah merah (RBC) di media dan
denaturasi lengkap hemoglobin di dalam sel membentuk produk yang tidak berwarna.
Terdapat empat jenis hemolisis (Acharya, 2013):
1. Hemolisis α
Lisis sebagian sel darah merah (membran sel yang tersisa utuh) dan akan tampak
hijau atau cokelat karena konversi hemoglobin menjadi methemoglobin. Contoh:
Streptococcus pneumonia
2. Hemolisis β
Lisis dan pencernaan lengkap sel darah merah, menyebabkan pembersihan darah dari
media di bawah dan sekitar koloni. Contoh: Streptococcus pyogenes.
3. Non Hemolisis (γ)
Tidak ada lisis dari sel darah merah, tidak ada perubahan media di bawah dan di
sekitar koloni.
4. Hemolisis Primer α atau Hemolisis α Zona Luas
Sebuah zona kecil eritrosit utuh yang berbatasan langsung dengan koloni bakteri,
dengan zona hemolisis sel darah merah lengkap di sekitar zona eritrosit utuh. Jenis hemolisis
ini mungkin dibingungkan dengan hemolisis β.
Hasil Praktikum
No. Jenis Obat Kumur Sebelum Sesudah Efektivitas Obat Kumur (%)
1. Enkasari 67 47 30%
2. Betadine 200 4 96%
Cara Penghitungan :
Enkasari Betadine
47/67 x 100% = 70% 4/200 X 100% = 2 %
100% - 70% = 30% 100% - 2% = 98%
Interpretasi hasil
Didapatkan dari hasil percobaan yakni, pada mahasiswa coba sebelum berkumur
mengunakan enkasari selama kurang lebih 30detik jumlah mikroorganisme dalam rongga
mulut sebesar, 67. Lalu setelah di tunggu selama 10 menit, mahasiswa coba tidak melakukan
aktifitas apapun, hasil penghitungan bakteri menunjukan jumlah penurunan menjadi 47.
Percobaan kedua menggunakan obat kumur dengan jenis berbeda yakni betadine,
dengan jumlah bakteri sebelum ratusan, namun setalah berkumur selama 30detik, dan
menunggu selama 10 menit juga didapatkan perubahan, berupa jumlah bakteri tersisa 4
Pembahasan
Jumlah bakteri setelah dan sesudah berkumur menggunakan enkasari memiliki
perbandingan. Sebelum menggunakan enkasari jumlah mikroorganisme pada rongg mulut
sebesar 67 dan setelah menggunakan enkasari jumlah mikroorganisme pada rongga mulut
mengalami penurunan. Penurunan tersebut di karenakan kandungan pada enkasari berasal
sari bahan-bahan organik. Selain bahan organik, enkasari juga mengandung bahan kimia
yang di hasilkan dari bahan organik, salah satunya adalah kandungan bahan kimia yang
dihasilkan oleh daun saga. Kandungan kimia yang dimiliki daun saga memiliki aktivitas
yang baik dalam membunuh mikroorganisme.
Di dalam enkasari juga terdapat ekstrak daun sirih yang mengandung senyawa aktif
kavikol yang merupakan gabungan antara gugus fenol dan terpena. Fenol merupakan salah
satu senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteria.
n
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni bakteri di dalam
rongga mulut setelah menggunakan obat kumur, baik Povidon Iodine maupun obat kumur Herbal
(Enkasari), keduanya mengalami penurunan. Penurunan jumlah koloni bakteri pada penggunaan
obat kumur Povidon Iodine mengalami penurunan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
obat kumur herbal (Enkasari). Obat kumur Povidon Iodine adalah kompleks iodine yang
membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Sedangkan
obat kumur herbal (Enkasari) memiliki sifat antibakteri yang berasal dari ekstrak daun sirih.
5.2 Saran
Obat kumur adalah bahan yang dapat membantu kesegaran mulut dan nafas serta
menghilangkan dan membersihkan mulut dari mikroorganisme penyebab kelainan dan penyakit
di dalam mulut, serta mengobati lesi-lesi mukosa mulut. Obat kumur ini, biasanya digunakan
seteah menyikat gigi. Penggunaan Povidon Iodine dimaksudkan untuk mengurangi bakteremia
setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah. Povidon Iodine tidak boleh digunakan
setiap hari dan dalam jangka waktu yang lama, karena pada konsentrasi tinggi dapat mematikan
semua bakteri dalam rongga mulut. Povidon Iodine tidak direkomendasikan untuk anak-anak.
Untuk penggunaan obat kumur sehari-hari sebaiknya menggunakan obat kumur berbahan dasar
herbal yang alami seperti Enkasari. Di dalam Enkasari terdapat ekstrak kayu manis dan daun
saga yang mengandung flavonoid dan etanol. Kedua zat ini bersifat antibakteri dan dapat
membunuh bakteri S. aureus, sebagai salah satu vektor penyebab terjadinya sariawan. Selain itu
penggunaan Enkasari dapat menyegarkan bau mulut karena mengandung ekstrak daun sirih.
Daftar Pustaka
Acharya, T., (2013) Blood Agar: Composition, Preparation, Uses and Types of Hemolysis.
Online Medical Microbiology Guide for Students and Educators.
Akande OO, Alada ARA, Aderinokun GA, et al. 2004. Efficacy of diferent brands of
mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of
Biomedical Research 7: 125-6
Anyanwu OC, Baugh KK, Bennet SB, Johnson JM, Madlock RL, Pollard NE, et al. 2011.
Comparison of the antibacterial effectiveness of alcohol-containing and non-alcohol containing
mouthwashes. Lincoln University Journal of Science.: 2(1): 7-12
Aryal, S., (2015) Blood Agar - Composition, Preparation, Uses and Pictures. Online
Microbiology Notes
Buxton, R., (2005) Blood Agar Plates and Hemolysis Protocols. ASM Microbe Library.
American Society of Microbiology
Juniarti. Osmeli, Delvi. Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine
Shrimp Lethality Test) Dan Antioksidan (1,1-Diphenyl-2-Pikrilhydrazyl) Dari Ekstrak Daun
Saga (Abrus precatorius L.). Journal of Sains vol. 13 no. I. hal : 50-54
Moeljantoro, 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih. Jakarta : Agromedia Pustaka , hal57- 59
Solihah, Roikhanatus. 2009. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.)
dengan Gelatin sebagai Bahan Pengikat Menggunakan Metode Granulasi Basah. Available on
http://etd.eprints.ums.ac.id/3345/1/K100040169.pdf.
Noronha C, Almeida A. Local burn treatment - topical antimicrobial agents. Annals of burns and
fire disasters (Serial on Internet). 2000.
Paulson, Daryl. Handbook of Topical Antimicrobials: Industrial Applications in Consumer. New
York: Marcel Dekker. 2005. Hal 81-82
Pintauli S, Hamada T. 2011. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan.
Medan : USU Press. 34, 86-98.
Putri CA. Pengunaan Obat Kumur untuk Menjaga Kesehatan Rongga Mulut. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2010.
Prasetyono, Budi. 2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari akar kayumanis
(Liquiritae radix) pada Fase Etil Asetat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Suyanto. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. 2007. Hal
209.