praktikum praktikum agroklimatologi "pengenalan alat-alat unsur iklim"
DESCRIPTION
SHARETRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI
Dosen Pengampu : Ir. Warmanti Mildaryani, MP
“PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKUR UNSUR IKLIM”
Disusun Oleh :Abdul Mufti Putra
13011037
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTAYOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Agroklimatologi ini dengan baik dan tepat
waktu.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada
mata kuliah Agroklimatologi pada Fakultas Agroindustri Program Studi
Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Warmanti Mildaryani, MP selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Agroklimatologi
2. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat dari program studi agroteknologi
angkatan 2013.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan
laporan yang akan datang. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 17 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktikum....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM........................................................ 5
3.1. Waktu Pelaksanaan..................................................................... 5
3.2. Bahan dan Alat............................................................................. 5
3.3. Cara Kerja.................................................................................... 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 6
4.1. Hasil............................................................................................... 6
4.2. Pembahasan.................................................................................. 8
BAB V KESIMPULAN................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia hidup di Bumi pasti tidak akan terpisah dengan lingkungan.
Dalam lingkungan itu sendiri terdapat unsur yang penting yaitu iklim atau
cuaca. Dikatakan iklim jika terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan
dikatakan cuaca jika terbentuk dalam jangka waktu yang singkat. Pada
setipa tempat tentunya memiliki iklim atau cuaca yang berbeda tergantung
dengan tofografi dan sebagainya.
Kita bisa merasakan keadaan udara sekitar hanya dengan
menggunakan indera. Tapi yang dirasakan oleh indera adalah sangat
subjektif. Karena seseorang dapat merasakan keadaan udara pada suatu saat
adalah panas sekali akan tetapi orang lain hanya merasakan panas biasa saja.
Untuk menghilangkan subjektivitas ini kemudian digunakan alat-alat
pengamatan.
Tonggak pertama dalam perkembangan pertanian meteorologi adalah
ketika Galileo menemukan termometer (1593) dan Toricelli menemukan
barometer (1643). Tetapi penyempurnaan peralatan tersebut harus dilakukan
baik dalam prinsip dan mekanismenya maupun ketelitian alat-alat pengamat
komponen cuaca.
Banyaknya alat-alat yang digunakan dalam mengetahui iklim pada
suatu tempat, mengharuskan kita untuk mengeanal dan memahami alat-alat
tersebut. Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum pengenalan alat-alat
pengukur unsur iklim.
1.2. Tujuan Praktikum
1) Mengenal dan memahami fisik alat pengukur unsur-unsur iklim
2) Mengenal dan memahami fungsi dan bagian-bagian alat pengukur
unsur-unsur iklim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Meteorologi atau ilmu cuaca adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji
peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas. Klimatologi
adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca, tetapi
sifat-sifat dan gejala-gejala cuaca tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka
waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi (Rafii, 1995).
Klimatologi adalah ilmu yang membahas atau menerangkan tentang
iklim , bagaimana iklim itu dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat
lainnya (Kartasapoetra, 1993).
Agroklimatologi berasal dari kata Agro: tanaman dan Klimatologi: ilmu
iklim. Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan
antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman.Yang dipelajari dalam
agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam
kehidupan tanaman. Kita akan mempelajari bagaimana agar fotosintesis bisa
tinggi, respirasi optimal, transpirasi normal, sehingga hasil bisa tinggi. Arah dari
ilmu ini adalah bagaimana fotosintesis bisa lebih tinggi dari Respirasi yang
dipengaruhi unsur udara dan air (Wisnubroto, et al, 1983).
Ruang lingkup agroklimatologi adalah Atmosfer : kumpulan berbagai gas
yang menyelubungi hidrosfer, Hidrosfer : ruang berisi air terutama lautan, Litosfer
: ruang yang berisi zat padat berupa batuan bola bumi mengalami rotasi dan
revolusi:, Rotasi adalah perputaran bumi pada sumbunya yang menyebabkan
terjadinya siang dan malam, sedangkan revolusi adalah perputaran bumi
mengelilingi matahari yang menyebabkan terjadinya perbedaan iklim
((Wisnubroto, et al, 1983).
Iklim merupakan satu sumber daya alam yang cukup penting untuk
membentuk lahan maupun dalam berbagai aktivitas makhluk hidup. Iklim terdiri
atas beberapa anasir penyusunnya antara lain : suhu dan kelembaban udara,
radiasi matahari, curah hujan, kecepatan angin, evaporasi, dan lain-lain. Salah satu
anasir iklim yang cukup penting di kawasan tropika adalah curah hujan, terutama
dalam sebarannya per tahun, sering curah hujan melimpah bahkan menimbulkan
banjir, (melebihi daya tampung) tetapi sering pula terdengar bahaya kekeringan
disana-sini pada lain kesempatan (Aminah dan Attaqi, 1983).
Sebagai suatu gejala alam, iklim berimplikasi skala global dan oleh sebab
itu pengendaliannya berada diluar kemampuan manusia. Satu-satunya jalan yang
bisa ditempuh adalah penyesuaian segala tindakan pada keadaan iklim. Ini hanya
bisa dilakukan bila iklim dan embutannya (fluktuasinya) diketahui disetiap tempat
pada setiap waktu. Walaupun penyesuaian ini tidak akan serasi sepenuhnya
namun merupakan salah satu jalan untuk menciptakan pertanian yang tangguh,
yaitu tahan gocangan iklim dan lentur menghadapi goncangan lainnya (Anonim,
1983).
Informasi mengenai kejadian-kejadian ekstrim misalnya curah hujan,
gempa bumi dan lain-lain sangat banyak yang memerlukannya, maka untuk
meningkatkan peayanan jasa meteorologi dan geofisika diperlukan suatu metode
yang dapat digunakan untuk mengestimasi kejadian-kejadian ekstrim (Anonim,
1983).
Pesawat-pesawat metorologi dapat bekerja secara alami, artinya dapat
mengukur gejala-gejala cuaca apabila pesawat-pesawat tersebut dipergunakan
secara tepat. Banyak faktor yang mempengaruhi ketepatan kerja pesawat
meteorologi. Pertama faktor alam itu sendiri, kedua faktor bentuk dan wujud
benda (padat, cair, gas), dan ketiga faktor manusia yang mengamati gejala kerja
pesawat itu (Rafii, 1995).
Pesawat-pesawat cuaca itu ada yang harus langsung ditempatkan di
lapangan, tetapi harus terlindung dari pengaruh sampingan seperti pemanasan
langsung oleh matahri, bangunan (building), pohon-pohon, atau bahaya alam
lainnya. Pesawat-pesawat tersebut harus dari pengaruh langsung pemantulan
panas dari penyinaran matahari. Untuk memenuhi persyaratan ini orang membuat
sangkar atau gubuk cuaca (meteorologi box). Sangkar cuaca tersebut harus
memiliki dinding yang tidak menyerap radiasi matahari, tetapi udara dapat
berhubungan bebas (ventilasi cukup). Kebanyakan sangkar cuaca itu ditempatkan
di lapangan terbuka, datar, bervegetasi rumput pendek, dan dicat putih. Dalam
sangkar cuaca dapat ditempatkan Barograf, Termograf, Hidrograf,
Termohidrograf (kombinasi), Termometer maksimum, Termometer minimum,
dan Psikrometer (Rafii, 1995).
Ada alat yang boleh atau harus ditempatkan terkena radiasi matahari,
seperti Shunsing-recorder. Sedangkan Rain-gauga harus bebas menangkap
curahan air hujan. Mangkuk anemometer dan Wind-direction ditempatkan 10-15
meter diatas permukaan tanah (Rafii, 1995).
Termometer tanah harus terhindar dari penyinaran langsung matahari
sebab fungsinya untuk mengukur suhu tanah, tetapi harus juga terhindar dari
gangguan dalam tanah. Untuk ini termometer tersebut (50 dan 100 cm)
ditempatkan dalam tabung logam yang dibenamkan dalam tanah (Rafii, 1995).
Tidak semua alat itu dapat mengadakan recording di lapangan terbuka,
karena terhindar dari hujan dan radiasi matahari. Pesawat-pesawat tersebut harus
diletakkan disuatu ruang tertutup dan laboratorium, tetapi dapat bekerja karena
dihubungkan dengan transmitter oleh kabel magnetik. Alat atau pesawat di
laboratorium tersebut ialah Combination Anemometer, Electronic Polyrecorder,
Rain Gauge (recorder), dan pesawat atau alat meteorologi kecil seperti Anoroid
Barometer, Psycrometer, Barometer Standard, Altimeter, dan Chronometer serta
semua perlengkapan recording dan juga komputer sangat penting untuk mengolah
data meteorologi (Rafii, 1995).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2014 di
Laboratorium Tanah Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1) Alat tulis
2) Berbagai macam alat pengukur unsur iklim
3.3. Cara Kerja
1) Praktikan diperkenalkan alat-alat pengukur unsur iklim dalam pertanian
serta dijelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan alat tersebut
2) Praktikan mengamati alat-alat pengukur anasir cuaca, kemudian
mencatat nama dan kegunaan alat tersebut, satuan dan katelitian
pengamatan, keterangan singkat dasar prinsip kerja dan cara kerja, serta
cara pemasangan dan cara pengamatan
3) Praktikan menggambar satu persatu alat-alat tersebut dan menyebutkan
bagian-bagiannya.
Pena/Penera Grafik
Pegangan
Tuas Stop
Speedmeter
Jarum Penunjuk Kecepatan Angin
Baling-balingberbentuk mangkuk
(Cup)
Speedmeter
Baling-baling
Jarum Penunjuk Kecepatan Angin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Alat-alat pengukur unsur iklim
No Nama Alat Gambar Fungsi
1 Ombrograf Mengukur curah
hujan secara
otomatis
2 Cup
Anemometer
Mengukur
Kecepatan Angin
3 Manual
Anemometer
Mengukur
Kecepatan Angin
4 Digital
Anemometer
Mengukur
Kecepatan Angin
Silinder Kertas Grafik(Pias)
Digital Speedmeter/Layar Panel
Kabel
Tombol On/Off
Baling-baling
Corong Penadah
Penampung besar
Tabung pengeluaran
5 Termometer
Bola Basah
dan Bola
Kering
(Psycrometer)
Mengukur
kelembaban
nisbi udara
6 Termometer
Biasa
Mengukur suhu
udara
7 Termometer
Tanah
Mengukur suhu
tanah
8 Termo-
hygrometer
Mengukur suhu
dan kelembaban
nisbi udara
9 Termometer
Maksimum
Minimum
Mengukur suhu
udara maksimum
dan minimum
Tabung AirSumbu
Reservoir
Termometer Bola Kering
Skala Kelembaban Udara (%)
Skala Suhu (˚C)
Jarum PenunjukSkala Kelembaban Udara
Jarum PenunjukSkala Suhu
Gantungan
Bulb
Pegangan tangan
Termometer Zat
Ujung sensor/Reservoir
Selubung pelindung termometer
Pipa kapiler berisi raksa atau alkohol
Termometer Bola Basah
Termometermaksimum
TermometerMinimum
Pipa kapilerberisi raksa
10 Lightmeter Mengukur
intensitas cahaya
11 Barometer Mengukur
tekanan udara
12 Altimeter Mengukur
ketinggian
tempat
13 Actinograf Mengukur
intensitas
penyinaran
secara otomatis
14 Termo-
hygrograf
Mengukur suhu
dan kelembaban
secara otomatis
4.2. Pembahasan
Iklim merupakan satu sumber daya alam yang cukup penting untuk
membentuk lahan maupun dalam berbagai aktivitas makhluk hidup. Iklim
terdiri atas beberapa anasir penyusunnya antara lain : suhu dan kelembaban
udara, radiasi matahari, curah hujan, kecepatan angin, evaporasi, dan lain-
lain. Untuk mengetahui keadaan iklim disuatu tempat maka dibutuhkan alat-
alat pengukur unsur iklim. Dalam praktikum diperkenalkan berbagai alat
pengukur unsur iklim, diantaranya :
Sensor cahaya
Tombol On/Off
Layar panel
TombolPengubah skala
Gantungan
Skala tekanan udara
Jarum PenunjukSkala tekanan udara
Skala ketinggian tempat
Jarum penunjukSkala ketinggian
tempat
Pena/peneragrafik
Penera grafik kelembaban
Silinder kertas grafik
Rambut
Penera grafik suhu
Silinder kertas grafik
Tuas
Lempeng logam putih
Lempeng logam hitam
1. Ombrograf
- Satuan Alat : mm
- Satuan Pengukuran : mm
- Cara Pemasangan :
Alat dipasang di lapangan terbuka, jauh dari pohon atau bangunan.
Jarak penakar ke pohon/bangunan paling sedikit sama tinggi dengan
pohon/bangunan tersebut. Alat dipasang tegak lurus.
- Cara pengamatan :
Dipasang kertas grafik (pias) pada silinder yang dapat berputar
secara otomatis karena daya sebuah jam. Pengamatan kertas grafik
dilakukan satu minggu sekali. Banyaknya curah hujan dalam satu
minggu dapat terbaca pada kertas grafik.
2. Cup Anemometer
- Satuan Alat : m/s
- Satuan Pengukuran : m/s
- Ketelitian Alat : 1 m/s
- Cara Kerja
Angin menggerakkan mangkuk anemo, lalu kecepatan angin akan
dicatat.
- Cara pemasangan :
Alat dipasang di atas tiang yang tingginya telah ditentukan.
Pemasangan ditempat terbuka, jarak benda yang terdekat paling
sedikit 10x tinggi benda tersebut.
- Cara pengamatan :
Tiap pagi pukul 07.00 dibaca angka yang terlihat pada alat pencatat
(speedmeter). Kecepatan angin / satuan waktu = besarnya
pembacaan kedua dikurangi angka pembacaan dibagi waktu antara
kedua pengamatan tersebut.
3. Manual Anemometer
- Satuan Alat : m/s
- Satuan Pengukuran : m/s
- Cara Kerja
Angin menggerakkan baling-baling, lalu kecepatan angin akan
ditunjukan oleh jarum penunjuk/pencatat.
4. Digital Anemometer
- Satuan Alat : m/s
- Satuan Pengukuran : m/s
- Cara Kerja
Angin menggerakkan baling-baling, lalu kecepatan angin akan
ditunjukan oleh layar digital penunjuk kecepatan.
5. Termometer Bola Basah dan Bola Kering (Psycrometer)
- Satuan Alat : ˚C atau ˚F
- Satuan Pengukuran : ˚C atau ˚F
- Cara Kerja
Termometer Bola Basah : Wet Bulb Temperature (Temperatur
bola basah), yaitu suhu bola basah. Sesuai dengan namanya “wet
bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan thermometer yang
bulbnya (bagian bawah thermometer) dilapisi dengan kain yang
telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya.
Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut.
Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada
kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan
cairan yang ada dalam thermometer.
Termometer Bola Kering : Dry Bulb temperature (Temperatur
bola kering), yaitu suhu yang ditunjukkan dengan thermometer
bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering.
- Cara Pengamatan
Kedua thermometer tersebut dipasang pada statif dan diletakkan
pada sangkar meteo. Pada dasar alat diletakkan suatu tabung berisi
air. Ujung bola salah satu thermometer dibalut dengan sumbu yang
terhubung dengan air dalam tabung sehingga menjadi basah, inilah
yang disebut thermometer bola basah. Thermometer yang lain tidak
dihubungkan dengan sumbu basah, maka disebut thermometer bola
kering. Bila kedua thermometer tidak dihubungkan dengan sumbu
basah maka keduanya berfungsi sebagai thermometer kering.
- Cara Pemasangan
Dilakukan pada setiap pukul 07.00; 13.00; 18.00, dengan membaca
thermometer bola basah kemudian bola kering. Jika thermometer
berskala 0,2o C, pembacaan harus dilakukan sampai 0,1o C. Pada
waktu membaca, mata pengamat harus tegak lurus dengan ujung
kolom air raksa. Lembab nisbi dapat dicari dalam tabel berdasarkan
thermometer bola basah dan bola kering. Lembab nisbi dapat juga
dilakukan dengan membuat persamaan berdasarkan data temperatur
pada pembacaan skala thermometer bola basah dan bola kering.
Baca skala yang ditunjuk oleh air raksa pada bola kering, itulah
temperatur udara. Baca juga skala pada bola basah, catat, itulah
temperatur udara saat kelembaban 100%. Jadi bila suhu bola kering
diketahui maka dapat dibuat persamaan untuk menentukan
kelembaban saat itu.
6. Termometer Biasa
- Satuan Alat : ˚C
- Satuan Pengukuran : ˚C
- Ketelitian Alat : 0,1 ˚C
- Cara Kerja :
Air raksa naik jika suhu naik dan sebaliknya
- Cara pengamatan
Suhu udara dapat dibaca pada skala thermometer, mata pengamat
harus tegak lurus terhadap kolom air raksa, pengamatan dilakukan
tiga kali sehari, pada pukul 07.00, 13.00/14.00, dan 18.00
7. Termometer Tanah
- Satuan Alat : ˚C
- Satuan Pengukuran : ˚C
- Ketelitian Alat : 0,1 ˚C
- Cara Kerja
Termometer ditancapkan pada kedalaman yang diinginkan (0-10
cm), atau yang akan diamati, perubahan panas yang diterima oleh
sensor akan memuaikan air raksa menunjukan skala tertentu pada
saat itu.
- Cara Pemasangan
Masukkan thermometer ke dalam lubang yang dibuat pada
kedalaman tertentu (menggunakan bor tanah). Isilah lagi antara
thermometer dan tanah asli dengan tanah hasil galian jika memang
ada yang digali. Suhu pada kedalaman tertentu dapat dibaca pada
skala thermometer.
8. Termohygrometer
- Satuan alat : ºC dan %
- Satuan pengukuran : ºC dan %
- Ketelitian alat : 5ºC dan 1%
- Cara Kerja :
Alat digantung dan biarkan dengan interval tertentu, lihat jarum
yang menunjuk skala kelembaban itulah kelembaban serta jarum
yang menunjuk skala suhu itulah suhu.
- Cara Pengamatan
Pada waktu pengamatan alat harus terlindung dari pengaruh sinar
matahari langsung, hujan dan sebagainya; atau sebaiknya diletakkan
dalam sangkar meteo. Alat ini langsung menunjukkan besarnya
kelambaban nisbi dan suhu udara.
9. Termometer Maksimum-Minimum
- Satuan Alat : ºC
- Satuan Pengukuran : ºC
- Cara kerja :
Termometer Maksimum : dilakukan pada ujung kolom air raksa.
Setelah dilakukan pembacaan posisi air rasa dalam pipa kapiler
harus dikembalikan ke keadaan suhu waktu itu. Cara
mengembalikan adalah dengan memegang ujung dari
termometer kemudian hentakkan kebawah secara santai, ulangi
beberapa kali hingga suhu yang ditunjukkan sama dengan suhu
pada thermometer bola kering.
Termometer Minimum : dilakukan pada ujung indeks yang lebih
dekat miniskus alcohol. Setelah melakukan pembacaan pada
termometer minimum ini, posisi indeks harus dikembalikan lagi
pada keadaan suhu pada waktu itu. Caranya adalah dengan
mengangkat bagian reservoir keatas hingga indeks turun kearah
ujung skala.
10. Lightmeter
- Satuan Alat : Lux
- Satuan Pengukuran : Lux
- Cara Kerja :
Sistem kerja dari peralatan lightmeter menggunakan sensor cahaya.
- Cara Pemasangan
Alat tersebut cukup diletakkan di atas meja, atau dipegang setinggi
75cm dari atas permukaan lantai. Maka layar penunjuk dari
lightmeter tersebut akan menunjukkan angka yang merupakan nilai
dari intensitas pencahayaan.
11. Barometer
- Satuan Alat : mbar
- Satuan Pengukuran : mbar
- Cara kerja :
Jika terjadi perbedaan tekanan udara, jarum akan menunjukan
tekanan udara tersebut
12. Altimeter
- Satuan Alat : meter
- Satuan Pengukuran : meter
- Cara kerja :
Alat dibawa pada suatu tempat, maka jarum penunjuk akan
menunjukkan ketinggian ditempat tersebut.
13. Actinograf
- Satuan Alat : cm2
- Satuan Pengukuran : kal/cm² per hari
- Ketelitian Alat : 1 cm²
- Cara Kerja :
Logam putih memantulkan radiasi yang jatuh kepermukaan, sedang
logam hitam bersifat menerimanya sehingga perbedaan murni akan
dapat menunjukkan besarnya intensitas radiasi matahari yang
ditangkap oleh sensor. Alat ini berprinsip pada beda muai logam
hitam-putih yang memiliki sifat berlawanan terhadap adanya cahaya.
Perbadaan muai inilah yang digunakan untuk menunjukkan besarnya
intenstas matahari yang ditangkap sensor. Sebagai standar, kubah
kaca harus permiable untuk panjang gelombang untuk panjang
gelombang 0,28-2,8 angstrom. Untuk memberikan rekaman yang
baik maka alat ini harus ditempatkan ditempat yang lebih luas.
14. Termohigrograf
- Satuan Alat : ºC dan %
- Satuan Pengukuran : ºC dan %
- Ketelitian Alat : 5ºC (termometer) dan 0,5% (higrometer)
- Cara Kerja
Terdapat sensor rambut yang dapat mengembang untuk mengetahui
temperatur dengan mencatat otomatis. Jika temperatur naik, sensor
rambut akan menggerakkan tangkai pena keatas, dan sebaliknya.
Sensor rambut pada alat ini juga sebagai indikasi kelembaban nisbi
udara. Bila udara lembab rambut mengembang, menggerakkan
engsel, diteruskan ketangkai pena sehingga tangkai pena naik.
Begitu juga sebaliknya
- Cara Pemasangan :
Alat ini dipasang didalam sangkar agar tidak terkena sinar matahari
atau hujan dan angin secara langsung.
BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Setiap alat-alat pengukur unsur iklim memiliki fisik, bagian dan fungsinya
masing-masing.
2. Alat-alat pengukur unsur iklim diantaranya ombrograf untuk mengukur curah
hujan, cup anemometer,manual anemometer, dan digital anemometer untuk
mengukur kecepatan angin, barometer untuk mengukur tekanan udara,
altimeter untuk mengukur ketinggian tempat, termometer bola basah dan bola
kering untuk mengukur kelembaban nisbi udara, actinograf untuk mengukur
intensitas penyinaran secara otomatis, dan termohigrograf untuk mengukur
kelembaban dan suhu udara secara otomatis.
3. Mengenali dan memahami alat-alat pengukur unsur iklim diperlukan agar
mudah dalam penggunaan atau perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S.L. dan Attaqi, R. 1983. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban Udara,
serta Neraca Lengas di DAS Cisanggarung Bagian Hulu. Fakultas
Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Benyamin Lakitan. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1993. Klimatologi. Bumi Aksara. 134p.
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Rafii, S. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Penerbit Angkasa. Bandung.