praktikum mmt ke 3
DESCRIPTION
aseTRANSCRIPT
PRAKTIKUM IIITITIK KENDALI KRITIS
I. PENDAHULUANPada awalnya, pengawasan pangan selalu dilakukan pada produk
akhir. Cara ini tidak dapat mengimbangi kemajuan pesat dalam
industri pangan karena tidak dapat memberikan jaminan keamanan
pangan yang beredar di pasaran. Pendekatan yang selama ini telah
dilakukan dapat dianggap gagal untuk mengatasi masalah tersebut.
Pendekatan yang didasarkan pada HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point) dapat membantu perencanaan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan keamanan pangan. Sistem ini mencoba
mengidentifikasi berbagai jenis bahaya yang berkaitan dengan suatu
keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau penyiapan makanan.
Sistim ini juga menilai resiko-resiko yang terkait dalam menentukan
kegiatan dimana prosedur pengendalian akan berdayaguna. Dengan
demikian, prosedur pengendalian dapat lebih diarahkan pada kegiatan
tertentu yang penting dalam menjamin keamanan pangan.
HACCP adalah suatu alat (tools) yang digunakan untuk menilai
tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran
yang tepat dalam pengawasan. Penerapan HACCP lebih
menitikberatkan pada pencegahan dan pengendalian proses daripada
pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan pada pengawasan
tradisional. HACCP terdiri dari dua kegiatan, yaitu analisis bahaya
(Hazard Analysis) dan penentuan titik kendali kritis (Critical Control
Point).
Produk pangan yang dapat memberikan jaminan keamanan
pangan tidak hanya memenuhi persyaratan kelayakan dasar dan
proses analisis bahaya. Tahapan akhir untuk menghasilkan produk
yang memberikan jaminan keamanan adalah menentukan titik
pengendalian kritis (Critical Control Point). Adapun yang dimaksud titik
pengendalian kritis adalah langkah dimana pengendalian dapat
diterapkan dan diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan
bahaya atau menguranginya sampai titik aman (Bryan, 1995).
Ada beberapa pemahaman yang harus dipahami dalam
menentukan titik pengendalian kritis, yaitu : 1) Batas kritis yaitu nilai
yang memisahkan antara nilai yang dapat diterima dengan nilai yang
tidak dapat diterima pada setiap CCP; 2) Titik pengendalian kritis (CCP)
dapat merupakan bahan mentah/baku, kondisi lingkungan, tahapan
proses, atau prosedur kerja; 3) kriteria yang digunakan dapat berupa
suhu, waktu, kelembaban, pH, water activity (aw), keasaman, bahan
pengawet, konsentrasi garam, viskositas, adanya zat klorin, dan
parameter indera (sensory).
Praktikum mengenai Analisis Bahaya dan Penentuan Titik
Kendali Kritis adalah praktek bagaimana mengendalikan
kemungkinan bahaya yang timbul pada produk lebih awal, yaitu
sebelum bahaya tersebut timbul. Dengan demikian,
kemungkinan timbulnya bahaya sudah dikendalikan sejak awal
sehingga produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.
Praktikum ini terdiri dari dua bagian yang saling terkait.
Bagian pertama adalah bagaimana menganalisis bahaya yang
mungkin timbul selama proses produksi. Bahaya adalah semua
hal yang merugikan, yang timbul selama proses produksi.
Bahaya yang mungkin timbul terbagi menjadi bahaya fisik,
kimiawi atau biologis. Untuk melakukan analisis bahaya
diperlukan alur proses. Bagian kedua adalah menentukan titik
kendali kritis dari proses produksi. Titik kendali kritis adalah titik
dalam alur proses yang perlu diperhatikan karena sangat
berperan dalam mengurangi atau menghilangkan bahaya yang
mungkin timbul selama proses produksi. Untuk menentukan
titik kendali kritis dapat dilakukan dengan menggunakan pohon
keputusan (dessission trees) dan informasi mengenai batas kritis.
Dokumentasi mengenai analisis bahaya dan penentuan titk
kendali kritis dapat digunakan untuk mendetekasi dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi selama proses produksi
suatu produk. Bahaya yang terdapat pada produk dapat diatasi
dengan menggunakan dokumentasi tersebut untuk menentukan
kesalahan yang terjadi pada alur proses.
Produk pangan yang dapat memberikan jaminan keamanan
pangan tidak hanya memenuhi persyaratan kelayakan dasar dan
proses analisis bahaya. Tahapan akhir untuk menghasilkan
produk yang memberikan jaminan keamanan adalah
menentukan titik pengendalian kritis (Critical Control Point).
Adapun yang dimaksud titik pengendalian kritis adalah langkah
dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk
mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya
sampai titik aman (Bryan, 1995).
Ada beberapa pemahaman yang harus dipahami dalam
menentukan titik pengendalian kritis, yaitu : 1) Batas kritis yaitu
nilai yang memisahkan antara nilai yang dapat diterima dengan
nilai yang tidak dapat diterima pada setiap CCP; 2) Titik
pengendalian kritis (CCP) dapat merupakan bahan mentah/baku,
kondisi lingkungan, tahapan proses, atau prosedur kerja; 3)
kriteria yang digunakan dapat berupa suhu, waktu, kelembaban,
pH, water activity (aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi
garam, viskositas, adanya zat klorin, dan parameter indera
(sensory).
II. LANDASAN TEORI
Setiap tahapan produksi memiliki titik kendali kritis. Titik
pengendalian kritis (TKK) dapat berupa bahan mentah, lokasi,
praktek, prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat
diterapkan untuk mencegah atau mengurangi bahaya. Ada dua
titik pengendalian kritis, yaitu : 1) Titik Pengendalian Kritis 1
(TTK-1), yaitu titik dimana bahaya yang terjadi dapat
dihilangkan; dan 2) Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), yaitu titik
dimana bahaya hanya dapat dikurangi.
Untuk dapat melaksanakan analisis bahaya dan penentuan
titik kendali kritis, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
a. Deskripsi Produk
b. Alur Proses
c. Standar batas kritis
a. Tim HACCP/PMMT
b. Formulir isian
c. Dessission Trees
Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan
mentah, lokasi, praktek, prosedur atau pengolahan dimana
pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau
mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis, yaitu : 1)
Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), yaitu titik dimana bahaya
yang terjadi dapat dihilangkan; dan 2) Titik Pengendalian Kritis 2
(CCP-2), yaitu titik dimana bahaya hanya dapat dikurangi.
III. TUJUAN PRAKTIKUMSetelah melaksanakan kegiatan praktikum, praktikan
memiliki kemampuan menentukan titik kendali kritis sehingga
dapat dihasilkan produk bermutu baik dan aman dikonsumsi
IV. BAHAN DAN PERALATAN4.1. Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam penentuan titik kendali kritis produk adalah sebagai berikut :
a. Deskripsi Produkb. Alur Prosesc. Formulir Isiand. Formulir 1 mengenai Identifikasi Bahaya dan Cara
Pencegahannyae. Formulir 2 mengenai Analisis Resiko Bahaya
1.2. Peralatan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam penentuan titik kendali kritis produk adalah sebagai berikut :
a. Deskripsi Produkb. Alur Prosesc. Formulir Isian
1) Formulir 1 mengenai Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahannya
2) Formulir 2 mengenai Analisis Resiko Bahaya
Adapun peralatan yang digunakan dalam penentuan titik
kendali kritis adalah sebagai berikut :
a. SNI
b. Pohon keputusan (Dessission Trees).
V. PELAKSANAAN PRAKTIKUM5.1. Persiapan Tim
Tentukan terlebih dahulu TIM yang akan melaksanakan
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (PMMT), terdiri dari :
a) Pimpinan :
b) Ahli Fisik :
c) Ahli Kimiawi :
d) Ahli Mikrobiologi :
e) Ahli Organoleptik :
f) Staf Produksi :
g) Staf Pengemasan :
h) Staf Distribusi :
5.2. Persiapan BahanSediakan :
a) Deskripsi produk yang sudah dibuat pada praktikum
sebelumnya
b) Alur proses yang sudah dianalisis kemungkinan
bahayanya pada praktikum sebelumnya.
5.3. Persiapan PeralatanPeralatan utama yang dibutuhkan dalam penentuan titik
pengendali kritis adalah diagram pohon keputusan (Gambar 1).
Diagram pohon keputusan digunakan untuk menganalisis semua
bahaya yang mungkin terjadi berdasarkan alur prosesnya,
sehingga dapat diketahui titik pengendalian kritisnya.
5.4. Penentuan Titik Kendali KritisAda beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam upaya
menentukan titik pengendalian kritis yang terdapat pada suatu
alur proses produksi, yaitu :
1) Lakukan analisis pada tahapan yang telah diketahui
memungkinkan timbulnya bahaya.
2) Gunakan diagram pohon keputusan untuk menentukan titik
pengendalian kritis
3) Tentukan jenis pengendalian yang harus dilakukan,
misalnya pengendalian bahan mentah/baku, kondisi
lingkungan, tahapan proses, atau prosedur kerja.
4) Tentukan apakah kriteria bahaya berupa suhu, waktu,
kelembaban, pH, water activity (aw), keasaman, bahan
pengawet, konsentrasi garam, viskositas, adanya zat
klorin, dan parameter indera (sensory).
5) Tentukan apakah bahaya tersebut dapat dihilangkan atau
hanya diatasi. Cantumkan standar yang berlaku. Lengkapi
formulir 3 mengenai Batas / Limit Kritis
6) Lengkapi Formulir 4 mengenai Penerapan Manajemen
Mutu HACCP
VI. HASIL PRAKTIKUM
No.
Tahapan
Proses
Potensi Bahaya
Batas
Kritis
Tahapan proses yang
menghilangkan/ mengatasi
bahaya
Titik Kendali/Bukan Titik
Kendali3. Bahaya
Fisik
Bahaya Kimiawi
Bahaya Biologis
4. Bahaya Fisik
Bahaya Kimiawi
Bahaya
Biologis
VII. PEMBAHASAN
Silahkan Anda buat pembahasan mengenai kegiatan
praktikum “Titik Kendali Kritis” yang Anda kerjakan. Kesimpulan
apa yang Anda dapatkan? (Bila tidak memadai, Anda dapat
menambahkannya dengan kertas lain).
VIII. PENDALAMAN
Untuk meningkatkan pemahaman praktikan mengenai Titik
Kendali Kritis, berikut ini diberikan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan materi praktikum yang harus dijawab oleh
setiap praktikan :
1) Apabila pada produk akhir diketahui jumlah mikroba mencapai 107. Berdasarkan alur proses yang digunakan, tindakan apa yang harus Anda lakukan untuk mengatasinya ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………......................………………
2) Apabila pada produk akhir dijumpai adanya rambut manusia. Berdasarkan alur proses yang digunakan, tindakan apa yang harus Anda lakukan untuk mengatasinya ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………......................………………