praktikum fisiologi i blok 6 - mekanisme sensorik (2003)
DESCRIPTION
praktikum fisio sensorikTRANSCRIPT
Praktikum Fisiologi;MEKANISME SENSORIS
Judul Praktikum
Alat dan Bahan
1. 3 waskom dengan air bersuhu 20°, 30°, dan 40°2. Gelas beker dan termometer kimia3. Es4. Alkohol dan eter5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey + jarum6. Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian
I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
Tujuan Percobaan
Untuk mendeteksi rasa panas dan dingin
Landasan Teori
Integument (kulit) adalah massa jaringan terbesar di tubuh. Kulit terdiri atas tiga lapisan,
yang masing-masing tersusun dari berbagai jenis sel dan fungsi yang bermacam-macam.
Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutis.
Epidermis adalah lapisan kulit terluar. Epidermis mengandung reseptor sensorik untuk
sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri.
Korium atau Dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastic. Pada
permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah
kapiler. Dermis tersusun atas dua lapisan:
Lapisan papiler mengandung banyak pembuluh darah, yang memberi nutrisi pada epidermis
di atasnya.
1. Papila dermal serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik taktil dan pembuluh
darah yang menonjol ke dalam lapisan epidermis.
2. Retikuler dermal
Ujung akhir saraf sensoris, yaitu putting peraba, terletak di dalam dermis.
Fungsi kulit:
Kulit berfungsi sebagai organ pengatur panas di mana suhu tubuh seseorang adalah tetap,
meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal itu dipertahankan karena penyesuaian
antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas.
Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan pelepasan panas dari tubuh. Panas dilepas
oleh kulit dengan berbagai cara:
Dengan penguapan. Jumlah keringat yang dibuat tergantung banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh dalam kulit.
1
Dengan pemancaran, panas dilepas pada udara disekitarnya
Dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh
Dengan konveksi (pengaliran) karena mengalirnnya udara yang telah panas, makan udara
yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.
Inilah factor-faktor yang harus diperhatikan bila mau mendinginkan tubuh yang terlampau
panas, baik dengan membiarkan udara mengalir menyentuh kulit dengan cara mengipas,
mengusap badan, atau merendam dalam air dingin.
Kulit sebagai indera peraba. Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung
saraf di dalam kulit, berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Perasaan panas,
dingin, sakit, semua ini perasaan yang berlainan. Di dalam kulit terdapat tempat-tempat
tertentu, yaitu tempat perabaan; beberapa sensitive terhadap dingin, beberapa terhadap
panas, dan lain lagi terhadap sakit.
Cara Kerja
1. Menyediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20°, 30°,
dan 40°
2. Memasukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20° dan tangan kiri ke dalam air bersuhu
40° untuk ± 2 menit
3. Mencatat kesan apa yang dialami oleh OP
4. Kemudian memasukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30°C.
Mencatat kesan apa yang dialami
Meniup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm
5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali nlagi dengan
kecepatan seperti di atas
Membandingkan kesan yang dialami pada hasil tiupan sub 4 dan 5
6. Mengoleskan sebagian kulit punggung tangn dengan alkohol atau eter.
Hasil Pemeriksaan
Tangan kanan yang dicelupkan kedalam air 20°C ketika dicelupkan ke dalam air bersuhu
30°C terasa lebih dingin dibandingkan sebelumnya dan juga dibandingkan tangan kiri yang
sebelumnya dicelupkan ke dalam air bersuhu 40°C. Dari baskom yang berisi air 20°C ke air
bersuhu 30°C akan terasa hangat, dan baskom dari air bersuhu 40°C ke 30°C akan terasa
dingin. Setelah dikeringkan, kedua tangan ditiup dan tangan kanan terasa dingin, sedangkan
tangan kiri terasa hangat. Tiupan kedua, tangan kiri dan kanan terasa sama saja tidak terasa
panas ataupun dingin. Tangan kanan ketika dioleskan alcohol kemudian ditiup, terasa
dingin. Tangan kiri yang dioleskan alcohol kemudian ditiup menimbulkan rasa yang tidak
sedingin pada tangan kanan.
2
Pembahasan
Pada percobaan ini, didapatkan bahwa tangan yang dimasukkan ke dalam air es lalu
dimasukkan ke dalam air biasa terasa lebih hangat, sedangkan tangan yang dimasukkan ke
dalam air panas terasa lebih dingin saat dimasukkan ke dalam air biasa karena adanya
perbedaan relative indera rasa kita saat merasakan panas dan dingin, bukan kekuatan dari
suhu benda.
Ketika percobaan meniup punggung tangan, tangan OP merasa dingin karena terjadi
penguapan pada permukaan punggung tangan dengan mengambil panas dari kulit. Saat
punggung tangan dibasahi oleh air kemudian ditiup, air akan menyerap kalor untuk
menguap, tetapi proses penguapan air lebih lama dibandingkan dengan alkohol sehingga
saat OP mengoleskan alkohol terlebih dahulu, tiupan akan terasa lebih dingin dibanding
saat diberi air. Hal ini disebabkan karena titik penguapan alkohol lebih rendah dari air
sehingga mengambil kalor lebih banyak dari permukaan kulit. Namun, proses penguapan
alkohol ini berlangsung cepat sehingga lama-kelamaan alkohol habis dan suhu permukaan
kulit kembali normal (terasa lebih panas).
II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit
Tujuan Percobaan
Mengetahui letak reseptor panas, dingin, tekan, dan nyeri pada kulit telapak tangan.
Landasan Teori
Reseptor pada telapak tangan ini merupakan reseptor sensorik. Reseptor sensorik berperan
untuk mentransduksi stimulus lingkungan menjadi impuls saraf. Reseptor tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber stimulus yang mempengaruhi ujung reseptor, jenis
sensasi yang terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung
reseptor. Dalam hal ini jika kita golongkan berdasarkan sumber lokasi (sensasi), rangsangan
panas, dingin, tekan dan nyeri pada kulit telapak tangan dalam percobaan diatas adalah
untuk mengetahui letak reseptor yang tergolong ke dalam eksteroseptor. Eksteroseptor
sensitif terhadap stimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau di dekat
permukaan tubuh. Sedangkan untuk rasa tekan (tekanan) dapat juga digolongkan sebagai
mekanoreseptor.
Cara Kerja
3
1. Meletakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada
pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan
2. Memilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3 cm dan gambarkan
pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.
Kotak 3x3 cm, dibuat lagi menjadi 12x12 cm kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil
3. Tutup mata OP dna letakkan punggung tangan kanannya santai di meja
4. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan
panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan
yang telah dipanasi. Cara memanaskan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50°C.
Menandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta
5. Mengulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 derngan kerucut kuningan yang telah
didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kukutan kuningan yang dierndam dalam air es. Menandai titik-titik dingan
yang diperoleh dengan tinta.
6. Menyelidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri
7. Menggambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisang
tangan di kertas.
Hasil Pemeriksaan (lampiran 1)
Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa tubuh memiliki tingkat kepekaan
yang berbeda pada tiap bagiannya. Hal ini disebabkan kepadatan titik-titik reseptor di setiap
bagian kulit tidak sama. Hasil yang kami peroleh menunjukkan bahwa tidak semua bagian
telapak tangan OP yang telah digambar kotak-kotak mengandung reseptor panas, dingin,
tekan, dan nyeri. Ada beberapa bagian tangan yang memiliki reseptor panas dan ada juga
yang tidak memiliki reseptor panas. Begitupun dengan reseptor-reseptor lainnya.
Ketika kami melakukan percobaan pada bagian tangan yang mengandung reseptor maka OP
akan memberikan respon yang positif terhadap rangsangan yang kita berikan baik
rangsangan panas, dingin, tekan dan nyeri. Sedangkan bila tidak terdapat reseptor pada
bagian telapak tangan tersebut maka OP tidak akan memberikan respon atau seolah-olah
tidak merasakan rangsangan yang kita berikan. Pada bagian tangan tertentu bisa saja
mengandung lebih dari satu reseptor untuk rangsangan yang berbeda.
4
Hasil percobaan kedua ini juga menunjukkan bahwa pada area kotak-kotak yang berada di
daerah pinggir, biasanya tidak mengandung reseptor, sedangkan pada area kotak-kotak yang
berada di daerah tengah banyak mengandung reseptor-reseptor. Hal ini juga dipengaruhi
oleh ketebalan kulit. Bagian kulit telapak tangan yang tipis mengandung lebih banyak
reseptor dibandingkan bagian kulit telapak tangan yang tebal. Selain itu, hasil percobaan ini
juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kepadatan reseptor pada suatu bagian tubuh maka
semakin sensitif bagian tubuh tersebut. Hal ini dibuktikan dengan tingginya sensitifitas OP
di bagian tengah telapak tangannya.
III. Lokalisasi Taktil
Tujuan Percobaan
Memahami serta mengetahui kepekaan saraf peraba dengan melokalisai tempat yang
ditusukkan dan melihat kepadatan reseptor.
Landasan Teori
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespon terhadap perubahan
bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial
aksi. Apabila rangsangan yang diterima cukup besar untuk mencapai potensial aksi atas
ambang, maka impuls yang diterima akan terus dibawa dan disalurkan ke korda spinalis dan
otak
Pada setiap bagian badan yang berbeda, reseptor taktil memiliki tahap kepekaan dan
kecepatan mengirim impuls yang berbeda. Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh
neuron sensorik. Terdapat tiga jenis neuon sensorik yaitu;
1. Serat tipe A beta yang besar
2. Serat tipe A delta yang kecil
3. Serat tipe C yang paling kecil
Kedua serat tipe A mempunyai pembungkus mielin yang menyalurkan potensial aksi
dengan cepat. Informasi taktil dari serat A terlokalisasi baik karena seratnya yang besar,
transmisinya semakin cepat. Serat C tidak terlokalisasi dengan baik karena seratnya tidak
bermielin, proses penghantaran informasi ke korda spinalis lebih lambat.
Setelah bertemu ujung saraf, informasi bersinaps di spina dan dikirim ke otak melalui sitem
lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf ini menyebrang dari kiri ke kanan otak
sebelum bersinaps di thalamus. Informasi yang diterima dikirim ke daerah retikularis di
batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat antarsel.
5
Cara Kerja
1. Menutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya
2. Meminta sekarang OP melokalisasi tempat yang baru dirangsang lidi dengan ujung
sebuah pensil pula
3. Menetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk
4. Mengulangi percobaan ini sampai 5 kali dan menentukkan jarak rata-rata untuk kulit
ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.
Hasil Pengamatan
Ujung jari (cm) Telapak tangan(cm) Lengan bawah (cm) Lengan atas
(cm)
Tengkuk
(cm)
0,2 3 2,4 0,9 1,2
0,2 6 2,6 3 1,8
0,1 1 1,5 1,2 0,6
0,2 4 1,7 1 2,3
0,1 6 1 3 2
0,8 20 9,2 9,1 7,9
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan ujung pensil untuk menentukan posisi
rabaan. Pada setiap daerah, dilakukan percobaan sebanyak lima kali. Pada ujung jari,
pemerikasa menusuk ke salah satu jari kemudian OP menentukan titik tempat di mana
pemeriksa menusuknya. Pada ujung jari, jarak yang ditimbulkan tidak terlalu besar karena
reseptor nyeri tersusun padat dan terletak di sepanjang jari tangan. Pada telapak tangan,
jarak yang ditimbulkan cukup besar menandakan bahwa reseptor nyeri tersusun panjang
dan padat sehingga penjalaran lokasi nyeri dapat dirasakan pada lokasi yang cukup jauh.
Pada lengan bawah, hasil yang diperoleh cukup jauh menandakan bahwa reseptor tersusun
kurang rapat satu dengan yang lain sehingga rangsang yang diberikan di A dapat merambat
hingga ke B. Selain karena reseptor yang tersusun kurang rapat, dapat juga disebabkan oleh
gerak motorik yang terganggu. Sementara itu, pada lengan atas, jarak yang diperoleh tidak
terlalu besar dikarenakan reseptor tersusun cukup padat sehingga impuls yang diberikan
oleh pemeriksa dapat terasa cukup dekat dari titik awal.6
Dibandingkan dengan lengan atas dan telapak tangan, reseptor tersusun lebih padat
sehingga rangsang yang diberikan oleh pemeriksa dapat terasa lebih dekat dari titik awal
perangsangan.
IV. Diskriminasi Taktil
Tujuan Percobaan
Menentukan rangsang ambang pada saraf ujung jari, tengkuk dan pipi.
Landasan Teori
Sensivitas reseptor merupakan hal yang penting pada saraf. Nilai ambang transduksi oleh
sel-sel reseptor bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan intraseluler maupun
ekstraseluler.
Cara Kerja
1. Menentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari
2. Mendekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan
berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik
3. Mengulangi percobaan ini dat suatu jarak permulaan di atas ambang. Mengambil ambang
terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Melakukan percobaan di atas sekali lagi dengan menempatkan kedua ujung jangka secara
berturu-turut (suksesif)
5. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua
titik ujung jari, tengkuk, dan pipi
Hasil Pengamatan
Jumlah titik yang dirasakan:
Percobaan 1
5cm 4cm 3cm 2cm 1cm 0.5cm 0.4cm 0.3cm 0.2cm
Ujung jari 2 2 2 2 2 2 2 2 1
Tengkuk 2 2 1 1 1 1 1 1 1
Pipi 2 2 2 2 1 1 1 1 1
Percobaan 2
7
0.2cm 0.3cm 0.4cm 0.5cm 1cm 2cm 3cm 4cm 5cm
Ujung jari 1 2 2 2 2 2 2 2 2
Tengkuk 1 1 1 1 1 1 2 2 2
Pipi 1 1 1 1 1 1 2 2 2
Pembahasan
Rangsang ambang pada ujung jari tangan sangat kecil dikarenakan sensitifitas reseptor
untuk mendeteksi rasa nyeri lebih tinggi pada ujung jari dibandingkan pada tengkuk dan
juga pipi. Sehingga rangsang ambang pada ujung jari lebih rendah dibandingkan dengan
rangsang ambang pada tengkuk dan pipi yang ditunjukkan melalui jumlah titik nyeri yang
dirasakan oleh OP.
V. Perasaan Iringan (After Image)
Tujuan Percobaan
Menentukan ada tidaknya perasaan iringan pada orang normal dengan penggunaan suatu
benda yang tetap dengan durasi tertentu.
Landasan Teori
Perasaan iringan merupakan suatu proses pengolahan informasi yang terjadi karena adanya
impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun
stimulus sudah tidak ada lagi. Pengolahan informasi dilakukan setelah informasi pertama
diterima. Sinyal dari reseptor diintegrasikan sumasi atau penjumlahan potensial yang
bergradasi.
Cara Kerja
1. Meletakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama
melakukan percobaan
2. Setelah selesai dengan percobaan IV, OP mengangkat pensil dari telinga dan mencatat apa
yang dirasakan setelah pensil diambil.
Hasil Pengamatan
Orang percobaan terus merasakan ada pensil yang terus menerus diletakkan di belakang
telinga bahkan ketika pensil telah diambil secara diam-diam dari belakang telinga.
Pembahasan
8
Pada bagian belakang telinga manusia normal, masih ada impuls yang beredar dalam
lingkaran rantai neuron walaupun stimulus sudah tidak diberikan lagi pada bagian belakang
telinga.
VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan kepekaan saraf peraba terhadap kehalusan benda (dalam hal ini
ampelas dan bahan pakaian dengan derajat kehalusan sampai kekasaran benda) dan bentuk
benda.
Landasan teori
Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa.
Kulit peka terhadap stimulus sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi
foliculus rambut adalah reseptor taktil. Impuls dari reseptor taktil pada kulit masuk ke
medulla spinalis melalui radiks dorsal (neuron I) dan bersinapsis dalam tanduk posterior di
sisi yang sama (neuron II). Reseptor ini berfungsi untuk membawa informasi mengenai
sentuhan, suhu, dan nyeri.
Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan, dan getaran sering digolongkan sebagai sensai
terpisah. Sebenarnya, rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang
sama. Satu-satunya perbedaan dari ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya
disebabkan oleh perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan biasanya
disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam, dan sensasi getaran
disebabkan oleh isyarat sensoris yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa
jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan, terutama jenis
reseptor yang cepat beradaptasi.
Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit
dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi rasa raba dan tekanan. Reseptor
raba dengan kepekaan khusus adalah korpuskulus Meissner, suatu ujung saraf berkapsul
yang merangsang serabut sensoris besar bermielin. Reseptor ini terutama banyak di dalam
ujung jari, bibir, dan daerah kulit lain, tempat kemampuan seseorang untuk membedakan
sifat-sifat ruang dari sensasi raba sangat berkembang.
Reseptor-reseptor ini terutama bertanggung jawab bagi kemampuan untuk mengenali
dengan tepat letak tubuh bagian mana yang disentuh dan untuk mengenali tekstur benda
yang diraba.
Cara Kerja
9
A. Kekasaran Permukaan benda
1. Dengan menutup mata, OP meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat
kekasaran yang berbeda-beda
2. Memperhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas
B. Bentuk Benda
1. Dengan menutup mata, OP diminta untuk memegang benda-benda kecil yang diberikan
oleh yang lain
2. Memint OP menyebutkan nama/bentuk benda-benda tersebut.
C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup meminta OP meraba-raba bahan pakaian yang diberikan\
2. Meminta OP setiap kali menyebutkan jenis/sifat beda
Hasil Pengamatan
OP bisa membedakan dan mengurutkan ampelas dan bahan pakaian dari yang halus sampai
dengan yang kasar. Selain itu, OP juga dapat membedakan benda tanpa melihat bentuknya.
Alat yang digunakan: Bahan pakaian, kertas ampelas berbagai macam mulai dari yang halus
sampai yang kasar, serta berbagai macam bentuk benda (pensil, serutan, cutter, stabilo,
correction type, penggaris, dan jam tangan).
Pembahasan
Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan, dan getaran sering digolongkan sebagai
sensasi yang terpisah, yang dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Bentuk benda juga
dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Ujung sensoris bebas dalam epitel terutama banyak dijumpai pada daerah yang sensitif pada
tubuh, seperti kornea, kulit, dan membrane mukosa rongga mulut dan saluran napas. Ujung
saraf bebas pada folikel rambut merupakan organ taktil penting. Ujung ini digolongkan
sebagai mekanoreseptor. Tekukan sedikit pada rambut sudah cukup untuk merangsang saraf
yang terdapat pada dasarnya. Jadi setiap rambut merupakan reseptor taktil sehingga ia
dengan cepat dapat menyesuaikan diri karena begitu gerakan pada rambut berhenti, sensasi
taktil berhenti.
VII. Tafsiran Sikap
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui serta membuktikan sikap lengan yang ditempatkan ke berbagai lokasi,
serta apakah perintah dan sikap untuk menentukan tempat akan sesuai.
10
Landasan Teori
Pada orang normal, mereka dapat menentukan ke arah mana tangan harus digerakkan agar
sampai pada bagian tubuh yang diinginkan dan dengan mata tertutup sekalipun mereka
dapat menunjuk bagian tubuhnya sendiri, Pada orang yang tidak dapat melakukannya,
mereka disebut menderita gangguan dysdiadochokinensis merupakan kelainan neurologis
dimana sang penderita tidak dapat melokalisasikan tempat- tempat yang diminta. Pada hal
ini sang penderita ketika diminta untuk menunjuk salah satu bagian tubuhnya seperti tangan
atau bagian tubuh lainnya, sang penderita tidak dapat melakukannya dengan baik. Seperti
contoh ketika seseorang mengalami gangguan fungsi cerebellum akan mengalami kesulitan
untuk menggerakkan tangannya sendiri dari posisi lurus kedepan untuk menyentuh
hidungnya. Hal ini menunjukkan bahwa sang penderita telah mengalami disfungsi atau
kerusakan cerebellum.
Cara Kerja
1. Meminta OP duduk dan menutup mata
2. Memegang dan menggerakan secara pasif lengan bawah OP ke dekat kepalanya, ke dekat
dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan ke sisi badannya.
3. Menanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP
4. Meminta OP dengan telunjuknya menyuentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kaliu mengangkat lurus lengan
5. Memperhatikan apakah ada kesalahan. Bila OP membuat kesalahan dan melokalisasi
tempat-tempat yang diminta, analisislah kelainan apa yang dideritanya.
Hasil Pengamatan
Pada percobaan, orang percobaan dapat menunjukkan anggota tubuhnya dengan benar
setelah mengangkat lurus lengannya sesuai yang diminta.
Pembahasan
Dari hasil percobaan, dapat dinyatakan bahwa orang percobaan tidak mengalami gangguan
dysdiachokinesis sebab orang percobaan mampu melakukan apa yang diminta dengan
benar.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada tubuh manusia terdapat
berbagai saraf untuk sensorik yang dapat dibuktikan keberadaannya dengan merangsang
11
titik-titik pada telapak tangan dan menunjukkan bahwa pada bagian tengah dengan kulit
lebih tipis dari sebelah lateral telapak tangan memiliki tingkat sensitifitas yang lebih tinggi.
Pada bagian ujung jari juga memiliki reseptor sensoris sehingga pada manusia normal dapat
membedakan berbagai jenis benda dan juga kekasaran permukaan benda. Pada jari manusia,
reseptor sensoris jauh lebih banyak dan lebih padat dibandingkan dengan reseptor saraf
yang ada di bagian tubuh lainnya seperti tengkuk dan leher. Hal ini dikarenakan reseptor
yang ada di bagian tubuh manusia memiliki fungsi utamanya masing-masing sehingga
kurang peka terhadap rangsang yang lainnya.
Pada bagian belakang telinga manusia juga terdapat reseptor sensoris dimana masih ada
impuls yang beredar dalam lingkaran rantai neuron walaupun stimulus sudah tidak
diberikan lagi pada bagian belakang telinga sehingga manusia seringkali masih merasakan
benda melekat pada bagian tubuhnya meskipun sudah tidak ada lagi.
Pada manusia normal, mereka dapat melakukan berbagai gerakan yang menunjukkan
keberadaan bagian tubuhnya meskipun dalam keadaan menutup mata. Sedangkan bagi
mereka yang tidak dapat melakukannya maka dikatakan mengalami gangguan fungsi otak
yaitu dysdiachokinesis.
Daftar Pustaka
1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia, 2002. h. 244.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Veldman J, penerjemah. Jakarta: EGC, 2003.h.
12