pra proposal penelitian siti nurjannah pskm 6 a3

48
GAMBARAN PENERAPAN PENANGGULANGAN TANGGAP DARURAT MEDIK TERHADAP KECELAKAAN KERJA DI PT. SR PALEMBANGTAHUN 2014 OLEH : SITI NURJANNAH 11.13201.12.40 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG 2014

Upload: lian-elvani

Post on 26-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

.;;

TRANSCRIPT

Page 1: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

GAMBARAN PENERAPAN PENANGGULANGAN TANGGAP

DARURAT MEDIK TERHADAP KECELAKAAN KERJA DI PT.

SR PALEMBANGTAHUN 2014

OLEH :

SITI NURJANNAH

11.13201.12.40

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2014

Page 2: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puja dan puji syukur kehadiran allah swt yang telah taufik dam hidayahnya kepada

kita semua dan Pra Proposal Penelitian “GAMBARAN PENERAPAN

PENANGGULANGAN TANGGAP DARURAT MEDIK TERHADAP KECELAKAAN

KERJA DI PT. SR PALEMBANGTAHUN 2014” ini bisa kami selesaikan dengan

sebaik-baiknya.

Shallawat serta salam marilah kita junjungkan kepada nabi besar

MUHAMMAD saw yang telah menuntun kita sebagai umatnya ke jalan yang lurus.

Pra Proposal ini saya buat dan saya ajukan supaya nilai mata kuliah Artikel Ilmiah

dan Seminar dapat memenuhi syarat ketuntasan. Apabila di dalam Pra Proposal ini

ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan, saya meminta maaf sebesar

besarnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Palembang, 15 April 2014

i

Page 3: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 4

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN ...........................................................

1.4 TUJUAN PENELITIAN .......................................................................

1.4.1 TUJUAN UMUM ........................................................................

1.4.2 TUJUAN KHUSUS .....................................................................

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 BAGI TEMPAT PENELITIAN ................................................... 4

1.5.2 BAGI STIK BINA HUSADA ...................................................... 4

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN ...................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERKEMBANGAN KARET DUNIA .................................................. 8

2.2 INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI INDONESIA ....................... 9

2.2.1 WILAYAH POTENSI ................................................................. 9

2.2.2 JENIS-JENIS KARET ALAM ..................................................... 10

2.2.3 PROSES PENGOLAHAN KARET ............................................. 12

2.2.4 JENIS KECELAKAAN .............................................................. 17

2.3 DEFINISI KECELAKAAN KERJA ..................................................... 18

2.3.1 FAKTOR KECELAKAAN KERJA ............................................. 22

2.4 PENGERTIAN TANGGAP DARURAT .............................................. 23

ii

Page 4: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

2.4.1 PENGERTIAN KEGAWATDARURATAN ................................ 23

2.5 PENGERTIAN PENANGGULANGAN MEDIK ................................. 23

GAWAT DARURAT

2.5.1 TARGET ..................................................................................... 26

2.5.2 SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT ............. 27

2.5.3 PRINSIP DASAR MENANGANI KEADAAN GAWAT ............ 28

2.5.4 KEBERHASILAN PERTOLONGAN PERTAMA ...................... 29

2.5.5 EVALUASI MEDIK ................................................................... 30

2.5.6 PENANGGULANGAN KONDISI DARURAT........................... 32

2.6 ORGANISASI ...................................................................................... 35

2.6.1 PELATIHAN ............................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN ....................................................................... 37

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ............................................... 37

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

3.3.1 POPULASI .................................................................................. 37

3.3.2 SAMPEL ..................................................................................... 37

3.3.3 INFORMAN PENELITIAN ....................................................... 38

3.4 PENGUMPULAN DATA .................................................................... 40

3.5 PENGOLAHAN DATA ....................................................................... 40

3.6 ANALISIS DATA ................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 5: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut International Labour Organization ( ILO ) bahwa apapun keadaan

yang menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi

manusia yang mendasar, yang bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik

sewaktu negara tersebut sedang mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika

sedang dilanda resesi.

Di era globalisasi dimana persaingan pasar bebas semakin ketat sangat

diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Seiring dengan kondisi tersebut

kebijakan pembangunan bidang kesehatan dibuat, yaitu UU No 36 tahun 2010

tentang kesehatan menyebutkan kesehatan tenaga kerja diselenggarakan agar setiap

pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat

sekitarnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.

Menurut Malaka (1999) pembangunan nasional yang berlangsung dalam

semua bidang kegiatan akan membawa dampak positif bagi semua kegiatan per

ekonomian dan kemakmuran bangsa. Tetapi disisi lain, perkembangan tersebut

terutama dibidang industri juga mengandung potensi bahaya yang menghambat

proses pembanguan itu sendiri. Potensi bahaya ini jika tidak dikendalikan dengan

baik dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun kecelakaan

kesehatan dan keselamatan kerja ( K3) menurut ILO merupakan disiplin yang

1

Page 6: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

mempunyai cakupan yang luas meliputi: Promotion (promosi), Prevention

(pencegahan), Protection (perlindungan), dan Adaptation (Penempatan pekerja yang

sesuai kapasitas kerja mereka, serta adaptasi pekerjaan terhadap pekerja). (Malaka,

2011).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi

perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan

karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang

didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada

interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja

dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan lingkungan kerja.

Dalam penelitian Andriadi ( 2013) mendefinisikan kesehatan kerja adalah kondisi

bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan

kerja.

Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini

ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap

tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (”K3 masih Dianggap Remeh,” Warta

Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian

dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting

perusahaan. ( Yusmiyanti, 2008 )

2

2

Page 7: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Salah satu program kesehatan kerja ialah dengan cara mengurangi kecelakaan

kerja yang berakibat mengurangi produktivitas kerja. Kecelakaan kerja ditempat kerja

membunuh dan memakan lebih banyak korban dibandingkan dengan perang dunia.

Dari penelitian yang diadakan ILO mengenai standard kecelakaan kerja,

Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang ditelitinya. Ini berarti,

begitu buruknya masalah kecelakaan kerja di negara ini. ILO berharap pada 2010,

Indonesia setidaknya menduduki peringkat 100 ke atas. (Depnakertrans RI , 2009).

Menurut data Kemenakertrans RI, kecelakaan kerja selama 2010 menurun

dibandingkan tahun sebelumnya, sampai akhir 2010 tercatat 65.000 kasus kecelakaan

kerja. Sedangkan pada tahun 2009 tercatat 96.314 kasus dengan rincian 87.035

sembuh total, 4.380 cacat fungsi, 2.713 cacat sebagian, 42 cacat total dan 2.144

meninggal dunia (Menakertrans, 2011).

Menurut Dinakertrans Provinsi Sumatera Selatan ( 2011 ) jumlah kecelakaan

kerja yang terjadi dalam 15 wilayah kabupaten/ kota Provinsi Sumatera Selatan pada

tahun 2009 sebanyak 271 kasus, dan tahun 2010 terjadi 93 kasus kecelakaan kerja.

Untuk mengurangi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,

maka setiap pengusaha diwajibkan untuk melaksanakan syarat –syarat keselamatan

dan kesehatan kerja ditempat kerjanya. Pengusaha diwajibkan untuk memberikan

pengobatan dan perawatan bilamana diperlukan bagi pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja yang ada.

3

Page 8: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus

kewajiban yang harus diberikan perhatian penting oleh setiap orang. Pemerintah dan

segenap masyarakat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan kegawatdaruratan sebagai bagian utama dari

pembangunan kesehatan sehingga pelaksanaannya tidak sporadik dan memiliki

sistem pelayanan yang terstruktur ( Depkes RI, 2004)

Sikap tanggap terhadap kemungkinan keadaan darurat yang dapat

menyebabkan kerugian di dalam suatu perusahaan atau industri seharusnya telah

diantisipasi oleh para manager melalui salah satu fungsi managemen yaitu

perencanaan, yang bersifat holistik dan integral. Dengan demikian dapat di susun

langkah-langkah antisipasi antara lain : perencanaan atau rancangan untuk

menghadapi tanggap darurat, menumbuhkan sikap tanggap dari seluruh individu di

dalam institusi atau perusahaan terhadap gejalagejala yang diduga akan menimbulkan

keadaan darurat serta upaya-upaya penanggulanan keadaan darurat dan pertolongan

pertama (Emergency Respons and firstaid), dan lain-lain (Stoner 1986 di dalam Ayu

Shasi ).

Pada penelitian Chislia Ayu Sasi ( 2010) dengan judul penelitian “ Tinjauan

Sistem Pertolongan Kecelakaan Kerja dan Sistem Tanggap Darurat di PT. Krakatau

Steel Cilegon-Banten “ menyimpulkan Sistem pertolongan kecelakaan kerja dalam

sistem tanggap darurat di PT Krakatau Steel telah berjalan dengan baik dan tersistem,

4

Page 9: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

kedua sistem tersebut telah mengacu pada klausa Peraturan Menteri Tenaga Kerja

No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3.

Dengan melihat data kecelakaan akibat kerja yang berat (fatal) sampai dirujuk

ke (RumahSakit), di PT. SR Palembang tahun 2010 sebanyak 7 kasus, 2011 ada 6

kasus dan 2012 ada 3 kasus. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti selama

3 tahun terakhir, dari 16 kasus kejadian 60% terjadi di bagian produksi 1 PT. SR

Palembang. Dan data untuk kecelakaan ringan yang ada di poliklinik sekitar ada 100-

120 kasus/ tahun. Dengan melihat data kecelakaan kerja diatas, maka penting untuk

mengetahui gambaran pelaksanaan penanggulangan tanggap darurat medik terhadap

kecelakaan kerja, sehingga dapat terus menekan angka kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam industri yang memproduksi karet remah sebagai bahan olahan karet

yang diproses melalui tahapan peremahan dengan membutuhkan banyak tenaga kerja,

maka akan banyak potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan memiliki faktor risiko

yang besar untuk terjadi nya kecelakaan kerja. Sehingga, ada pekerja yang mengalami

kecelakaan di tempat kerja yang harus segera di tanggapi secara medik.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang timbul

adalah “Apakah Potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan kerja serta

5

Page 10: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

bagaimanakah gambaran penerapan penanggulangan tanggap darurat medik terhadap

kecelakaan kerja di PT. SR Palembang ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penanggulangan medik tanggap

darurat terhadap risiko kecelakaan kerja di klinik PT. SR tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diperolehnya informasi tentang gambaran organisasi dari program

penanggulangan tanggap darurat medik di PT. SR Palembang.

2. Diperolehnya informasi tentang lokasi klinik perusahaan di PT. SR

Palembang.

3. Diperolehnya informasi tentang pelaksanaan pelatihan terhadap pekerja

untuk mengatasi keadaan tanggap darurat.

4. Diperolehnya informasi tentang gambaran tentang program promotif,

preventif, rehabilitatif, serta rujukan terhadap kecelakaan kerja di PT. SR

Palembang.

5. Diperolehnya informasi tentang gambaran SDM pada program perecanaan

penanggulangan tanggap darurat medik pada kecelakaan kerja di PT. SR

Palembang.

6. Diperolehnya informasi tentang gambaran persediaan alat untuk

menangani kecelakaan kerja di PT. SR Palembang.

6

Page 11: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

7. Diperolehnya informasi tentang gambaran persediaan obat atau P3K

terhadap korban kecelakaan kerja di PT. SR Palembang.

8. Diperolehnya informasi tentang gambaran persediaan ruang klinik untuk

menangani penanggulangan tanggap darurat di PT. SR Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Sebagai bahan pustaka dan tambahan pengalaman yang sangat berharga bagi

peneliti dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan wawasan keilmuan serta

sebagai bahan masukan untuk penelitian yang akan datang.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pemberdayaan perpustakaan,

agar dapat berguna bagi mahasiswa dan menambah ilmu pengetahuan.

7

Page 12: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Karet Dunia

Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan

dari pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan

meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit,

alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa

yang akan datang kebutuhan akan karet akan terus meningkat. Tentu hal ini akan

menjadi peluang yang baik bagi Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri

karet yangada di Indonesia ke negara‐negara lainnya. Dengan memperhatikan adanya

peningkatan permintaan akan bahan karet alami di negara‐negara industri terhadap

komoditi karet dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan persediaan

akan karet alami dan industri produksi karet merupakan langkah yang bagus untuk

dilaksanakan. Guna mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan perkembangan

perkebunan karet, industri hilir guna memberi nilai tambah dari hasil industri hulu. (

Departemen Perindustrian, 2007 )

8

Page 13: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

2.2 Industri Pengolahan Karet di Indonesia

2.2.1 Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Karet)

Klaster industri pengolahan karet yang dikembangkan pada saat ini telah

dilakukan identifikasi permasalahan dalam pengembangan industri barang‐barang

karet di daerah dengan melibatkan stakeholder di daerah melalui pembentukan

kelompok kerja. Dari hasil kelompok kerja industri pengolahan karet di daerah telah

di petakan dan diinventarisasi di beberapa wilayah potensi perkebunan karet serta

industri pengolahan karet hilir. Sementara itu di berbagai daerah telah diberi bantuan

peralatan industri komponen yang diharapkan akan dapat medorong tumbuhnya

industri sejenis dan industri hilir barang‐barang karet. Sejumlah lokasi di Indonesia

memiliki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman karet, sebagian besar berada di

wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat

mencapai lebih dari 3.2 juta ha yangtersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7%

perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet

secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa

ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan‐lahan

pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk

perkebunan karet ( Departemen Perindustrian, 2007 )

9

Page 14: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

2.2.2 Jenis-jenis karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang kita kenal, diantaranya merupakan

bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet

yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.

Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah;

1. Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpulan lateks kebun yang

diperolah dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan

olah karet bukan produksi perkebunan dasar, melainkan merupakan bokar (bahan

olah karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun

karet.

2. Karet alam konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang digolongkan karet alam

konvensional. Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri golongan karet sheet dan crepe.

Menurut buku Green book yang dikeluarkan oleh Internasional Rubben Quality and

PackingConference (IRQOPC), karet alam konvensional termasuk beberapa

golongan mutu. Daftar yang dibuat Green Book ini merupakan pedoman pokok para

produsen karet alam konvensional diseluruh dunia.

3. Lateks pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk

cairan pekat. Tidak barbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang

10

Page 15: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendidihan atau centrifuged lateks.

Biasanya Lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang

tipis dan bermutu tinggi.

4. Karet bongkah atau block rubber

Karet bongkah adalah karet remah yang telah di keringkan dan dikilang

menjadi bendela-bendela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada

yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Warna

putih disebabkan pemakaian natrium bisulfit secara berlebihan, warna kelabu

disebabkan air yang digunakan dalam proses mengandung kadar besi yang tinggi,

warna abu-abu tua disebabkan bisulfit yang digunakan terlalu sedikit, warna kuning

karena lateks berasal dari pohon sadapan yang jenisnya memang kuning atau suhu

pengeringan yang terlalu tinggi atau pengeringan terlalu lama.

5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber

Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga

terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan sifat-sifat teknis. Warna

atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet

sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini.

6. Karet Tyre Rubber

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai bahan

setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan

ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre Rubber

11

Page 16: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

sudah dibuat di Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya dimaksudkan untuk

meningkat daya saing karet alam terhadap karet sintesis.

6. Karet Reklim atau Reclaimed Rubber

Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas,

terutama bahan ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya, boleh

dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir

(Penebar Swadaya 2004).

2.2.3 Proses Pengolahan Karet

Penerimaan Lateks Kebun Tahap awal dalam pengolahan karet adalah

penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk

sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan

kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses

penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses

pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.

1. Pengenceran

Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta

menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat

dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan

tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta

kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK

mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan

terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium Pedoman Teknis

12

Page 17: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah

dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).

2. Pembekuan

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan

zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam

semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan

dosis 4 ml/kg karet kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar

jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan

asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan

pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan

koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH

lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi,

yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion

OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga

terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan

agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses

pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara

perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi

mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah

perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga

koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses

13

Page 18: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk

koagulum dalam lembaran yang seragam.

3. Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran sit

a. Penggilingan

Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau

koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian

serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis pada lembaran.

Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol

licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan

air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan

kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak

menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan

diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam. Tujuan penirisan

adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sit sebelum proses

pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat

pada sit yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi.

Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.

b. Proses pengasapan karet sit asap dalam kamar asap

Sortasi

Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan

dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna,

14

Page 19: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada

standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan

dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting merupakan

potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara

hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting

Proses sortasi

1. Pengujian Barang Karet

Untuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan

analisis karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai addiftiv dalam

pembuatan kompon karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi

maupun yang sudah divulkanisasi. Analisis barang karet dapat dilakukan berupa

pengujian sifat fisika dan analisis kimia, analisis kimia yang dilkukan meliputi

analisis jenis bahan dan analisis jumlah setiap bahan yang terdapat dalam barang

karet. Sedangkan analisis fisika meliputi uji ketebalan, kuat tarik, kekerasan,

perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan

retak lentur dan organoleptis. Analisis jenis bahan yang digunakan bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan

pencepat, antioksidan dan bahan kimia karet lainnya. Analisis jumlah memberikan

informasi tentang komposisi bahan utama penyusun barang karet yaitu karet, serta

bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak acetone.

15

Page 20: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Gambar 2.1

Proses Produksi 1

Lateks segar dari kebun

Saringan

Bak Pencampur ( penetapan kadar karet kering )

Bak Pengencer ( diencerkan dengan air kurang lebih 15 % )

Saringan

Bak Koagulasi ( penambahan bahan koagulasi, pembekuan selama 3-4 jam

Lembaran sheet direndam lalu dicuci hingga bersih

Gilingan sheet

Digantung

Rumah pengasapan ( diasap sekitar 5 hari suhu 50-60° C

)

Sortasi ( pemeriksaan mutu sheet, pemisahan menurut

mutu )

Pembuatan bandela

16

Page 21: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Sumber : Riliandi, Heru , 2013

2.2.4 Jenis Kecelakaan

Tabel 2.2

Jenis Kecelakaan Kerja Di Pabrik Karet

Petrokimia(minyak dan produksi

batu bara, produksi karet, produksi

karet, produksi plastik).

1. terjepit, terlindas.

2. teriris, terpotong, tergores.

3. jatuh terpeleset.

4. tindakan yang tidak benar.

5. tertabrak.

6. terkena benturan keras.

Elektronik (manufaktur). 1. teriris, terpotong.

2. terlindas, tertabrak.

3. berkontak dengan bahan kimia.

4. kebocoran gas.

5. Menurunnya daya pendengaran,

daya

penglihatan.

Produksi alat transportasi bidang

reparasi.

1. terjepit, terlindas.

2. tertusuk, terpotong, tergores.

Pengepakan

17

Page 22: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

3. terkena ledakan.

Sumber : IOSH, K3 Tenaga Kerja Asing Bidang Petrokimia

2.3 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan atau disengaja

atau direncanakan atau diinginkan yang berkaitan dengan hubungan kerja yakni

sebagai akibat pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan yang termasuk

dalam perjalanan menuju atau pulang dari tempat yang mengacaukan proses yang

telah diatur dari suatu aktivitas. ( Ridley, 2004 dalam Andriadi, 2013 )

Menurut UU No. 3 ( 1993 ) , Jaminan Sosial Tenaga Kerja disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan kecelakaan kerja termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja, demikian pula dengan kecelakaan kerja yang terjadi selama dalam

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui

jalan biasa / wajar dilalui. Sedangkan kejadian kecelakaan adalah terjadi secara tiba-

tiba yang tidak bisa diduga sebelumnya, diluar kekuasaan manusia dan tidak ada

unsur kesengajaan oleh yang bersangkutan dan datangnya dari luar tubuh.

Kecelakaan kerja umumnya diakibatkan oleh berbagai faktor ( penyebab ).

Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :

1. Teori kebetulan murni ( Pure chance theory )

18

Page 23: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang

jelas dalam rangkaian peristiwa.

2. Teori kecenderngan belaka ( Accident prone theory )

Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat –sifat

pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.

3. Teori tiga faktor utama ( Three main factors theory )

Penyebab kecelakaan adalah factor peralatan, lingkungan dan manusia /

pekerja itu sendiri.

4. Teori dua faktor utama ( Two main factors theory )

Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya ( unsafe conditions ) dan

tindakan berbahaya ( unsafe actions ) .

5. Teori faktor manusia ( Human factor theory )

Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, baik langsung

maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia.

Pada Kurniawan 2012, ada 2 faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu :

1. Lembaga Pengawasan

a. Perusahaan / industri tidak memilki nilai standar.

b. Satndar program tidak sesuai kondisi atau kegiatan.

c. Tidak dilakukan inspeksi secara intensif dan rutin.

2. Sebab Dasar ( Sebab tidak langsung )

1. Faktor manusia

19

Page 24: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

a. Keterbatasan fisik mental.

Kapasitas individu pekerja yang tidak sesuai dengan beban kerja,

sedangkan mental ialah stress, trauma, neurosis, psikososis.

b. Kurangnya keahlian / skill, kemampuan dan pengetahuan.

Pekerja agar bekerja produktif harus mengetahui atau bisa melakukan

apa yang dikerjakan, sehingga mendapatkan keterampilan dan

kompetensi.

c. Kurangnya atau rendahnya motivasi, bekerja tanpa wewenang.

Agar produktivitas maka harus mempunyai motivasi yang tinggi dan

semangat kerja yang tinggi.

d. Kecelakaan tidak aman / melebihi batas yang ditentukan.

Hal ini dikarenakan kondisi di lingkungan kerja yang tidak aman,

seperti lantai yang licin, penerangan yang kurang memadai dan bising.

e. Menyingkirkan alat pengaman.

Alat pelindung diri untuk menjaga keamanan pekerja, oleh karena itu

harus menggunakan APD.

f. Bekerja sambil bercanda atau kurang senang dengan pekerjaan.

Ini merupakan faktor human error atau kesalahan, kecerobohan dari

pekerja itu sendiri yaitu pekerja tidak focus pada pekerjaan yang

dikerjakan.

g. Memakai alat yang tidak memadai, misalnya alat yang rusak.

20

Page 25: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Penggunaan alat pelindung diri haruslah sesuai standar yang telah

ditetapkan , bila tidak memenuhi standar maka ia akan dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja.

h. Kurang harmonis dengan atasan / teman sejawat/ bawahan.

Keharmonisan merupakan faktor psikososial kerja yang dapat

menciptakan suasana lingkungan kerja yang kondusif. Bila hubungan

antar pegawai tidak harmonis akan dapat mengakibatkan kecelakaan

kerja.

2. Faktor peralatan

Peralatan yang digunakan dalam industri biasanya bermacam-macam ada

yang runcing, berputar, bergerak, elastis. Peralatan yang dimaksud

termasuk peralatan yang disebut small tools dan peralatan besar yang

dipergunakan untuk menunjang pekerjaan, seperti : alat angkut, alat

angkat, dll.

3. Faktor lingkungan

Dalam praktisi keselamatan dan kesehatan kerja, faktor lingkungan kerja

merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian. Lingkungan tempat

kerja industri terhadap hazard fisik berupa bidang, getaran mekanik, suhu

ruang terbatas. Pekerja yang bekerja ditempat seperti ini harus dibekali

dengan pengetahuan bagaimana cara menghindari atau memproduksi diri

21

Page 26: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

agar tidak terpengaruh oleh hazard tersebut. Faktor lain dilingkungan

yang sering dijumpai yang juga dianggap penyebab kecelakaan adalah :

a. Pengawasan yang tidak memadai.

b. Desain yang tidak memadai.

2.3.1 Faktor Kecelakaan Kerja

Tabel 2.3

Faktor Kecelakaan Kerja di Pabrik Karet

Faktor Risiko Perencanaan

Tanggap Darurat

Individu ,yaitu berasal

dari pekerja.

Dipengaruhi oleh umur,

jenis kelamin,

pengetahuan.

Terjadi karena human

errors, misalnya : jatuh,

terpeleset, terbentur.

Penyediaan tim tanggao

darurat,penyedian isi

kotak P3K.

Beban Kerja , berasal

dari peralatan yang

dipakai oleh para

pekerja.

Risiko apabila beban

kerja tidak sesuai

dengan pekerja ialah

tidak ergonomis,

misalnya : MSDS.

Pembuatan kebijakan

dari organisasi tentang

pemakaian beban kerja

yang harus sesuai

dengan kondisi pekerja.

Lingkungan, berasal dari

udara, suhu, bakteri,

virus dll.

Risiko nya mengganggu

system pernafasan,

merusak kulit,

menyebabkan penyakit

yang disebabkan oleh

bakteri dan virus

Pemeriksaan kesehatan

yang dilakukan oleh

dokter dan perawat di

lokasi tempat kerja.

22

Page 27: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Sumber : Andriadi, 2013

2.4 Pengertian Tanggap Darurat

Tanggap darurat adalah suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, yang akan menimbulkan kerugian baik fisik,

material maupun mental spiritual. Penanggulangan keadaan darurat adalah upaya atau

tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang akan menimbulkan kerugian,

agar situasi atau keadaan yang tidak dikehendaki tersebut dapat segera diatasi atau

dinormalisasi dan kerugian seminimal mungkin. ( Anisyah, 2013 ).

Keadaan darurat adalah berubahnya suatu kegiatan atau keadaan atau situasi

yang semula normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau

kejadian yang tidak diduga atau tidak dikehendaki.

2.4.1 Pengertian Kegawatdaruratan

Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan

kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat

menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik

lingkungan ataupun mengancam financial dan citra RS. ( Anisyah, 2013).

2.5 Pengertian Penanggulangan Medik Gawat Darurat

misalnya TBC.

23

Page 28: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Program penanggulangan penderita gawat darurat ialah dimaksudkan agar

tercapainya suatu pelayanan yang optimal , terarah , dan terpadu bagi setiap tenaga

kerja yang mengalami keadaan darurat akibat musibah berupa kecelakaan atau

penyakit yang diderita secara mendadak. ( Malaka T , 2013 )

Dalam penanggulangan gawat darurat maka peran pertama yang dilakukan

ialah salah satunya ialah pertolongan pertama. Pertolongan pertama adalah bantuan

atau tindakan awal yang diberikan kepada korban cidera maupun penyakit mendadak

sebelum datangnya bantuan ambulan, dokter atau petugas terkait lain jadi tidak

merupakan suatu tindakan yang menjadi akhir penanganan terhadap korban maupun

pasien yang mengalami gangguan fisik yang mendadak dan gawat. Namun pada

kasus tertentu tindakan pertolongan pertama dapat mengakhiri dengan baik keluhan

akibat suatu cidera atau gangguan yang mendadak dan gawat. Pada pertolongan

pertama pada kecelakaan ini ialah beberapa pekerja harus dilatih secara berkala

mengenai pertolongan pertama akibat kecelakaan, dan tersedianya alat CPR, tandu,

infus.

Pedoman pelaksanaan pertolongan pertama membahas mengenai dasar

pengertian pertolongan pertama, maksud dan tujuannya, prinsip-prinsip pertolongan

pertama serta peralatan pertolongan pertama mengenal gangguan bersifat umum dan

gangguan bersifat lokal serta gangguan yang bersifat khusus. Mengenal cara

pengkajian terhadap gejala dan tanda-tanda kelainan serta petunjuk mengenai cara-

cara pertolongan dalam keadaan darurat guna menyelamatkan jiwa raga sikorban /

24

Page 29: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

pasien. Pelaksanaan sistem rujukan dan evakuasi korban atau pasien pasca

pertolongan pertama.

Secara umum tujuan pertolongan pertama adalah mencegah terjadinya

kematian korban dan pencegahan proses lanjut kelainan organ tubuh. Tujuan

pertolongan pertama dapat dirinci sebagai berikut :

- Mempertahankan penderita agar tetap hidup

Tujuan utama penanggulangan medik ialah untuk pertolongan pertama pada

korban kecelakaan kerja agar bisa tetap hidup.

- Membuat keadaan korban / penderita tetap stabil.

Pertolongan selanjutnya ialah dengan tujuan agar korban bisa tetap stabil

sampai pada pertolongan untuk mengobatinya .

- Mengurangi rasa nyeri, ketidak nyamanan dan rasa cemas korban.

Pengobatan termasuk penerapan tanggap darurat medik dengan tujuan

mengurangi rasa sakit korban.

- Meminimalisasi derajat kecacatan.

Kecelakaan kerja sangat dekat dengan kecacatan, oleh karena itu

penanggulangan medic ini bisa meminimalisasi agar korban terhindar dari

kecacatan.

- Memantau proses penyembuhan.

Pada masa penyembuhan juga merupakan tanggung jawab dari program

penanggulangan medik.

25

Page 30: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

2.5.1 Target

2.5.1.1 Tanggap Darurat ( Emergency Response Plan )

Dalam rencana tanggap darurat ada beberapa target yang harus dicapai ,

diantaranya ialah:

a. Memastikan adanya suatu organnisasi keadaan darurat yang lengkap

dengan semua sasarannya,

b. Mengidentifikasi tindakan – tindakan yang diperlukan atau dilakukan

untuk memeperkecil kemungkinan terjadinya suatu kejadian,

c. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan Top Manajemen.

2.5.1.2 Penanggulangan Medik Gawat Darurat ( Medical Emergency Response

Plan)

Pada Medical Emergency Response Plan ada 3 target yang harus dicapai (

Malaka, 2013 ) , yaitu :

1. Pada waktu 5 menit pertama : basic life support atau bantuan dasar untuk

hidup yaitu melalui bantuan jalan nya nafas ( airway equipment ) : yaitu

diantaranya :

a. LSP / OXYVIVA

b. AMBU BAG

c. Oxgyen Administration Devices

26

Page 31: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

d. Oropharigeal airway

2. Pada waktu 10 menit setelahnya : advance life support yaitu bantuan

pendukung setelah jalannya nafas, yaitu peralatan untuk memantau (

monitoring equipment ) .

a. Defibrilators

b. Pulse oxymeter

3. Pada waktu 30 menit kemudian : pasien yang telah menjalani 2 proses diatas

harus ditransfer atau dirujuk ke tempat yang lebih memadai atau rumah sakit.

Kriteria Rumah Sakit rujukan ( American Heart Association ) :

a. Kemampuan petugas medik yang memadai.

b. Ketersediaan dan kehadiran yang cepat dari dokter spesialis.

c. Paramedik yang spesialistik.

d. Life support equipment ( Alat pertolongan pertama).

e. Kab dan X-ray 24 jam

f. Pelayanan spesialistik : CT scan, ICU ( Internal Care Unit ) ,

g. Sanitasi dan hygiene yang baik.

h. Kemudahan admistratif.

2.5.2 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Titik berat system pada dua sasaran :

1. Peningkatan kemampuan pelayanan gawat darurat .

2. Peningkatan fungsi bagian terkait.

27

Page 32: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Sebelum kita mengetahui apakah bahaya tersebut termasuk peristiwa gawat

darurat maka harus memenuhi kriteria :

1. Pasien Gawat Darurat.

Pasien yang tiba –tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi

gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila

tidak mendapat pertolongan secepatnya.

2. Gawat Tidak Darurat.

Pasien berada dalam keadaan gawat tapi tidak memerlukan tindakan

darurat, misalnya : kanker stadium lanjut.

3. Darurat Tidak Gawat.

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tapi tidak mengancam nyawa

dan anggota badannya, misalnya : luka sayat dangkal.

2.5.3 Prinsip Dasar Menangani Keadaan Darurat Di Perusahaan

a. Kemungkinan akan timbulnya keadaan darurat adalah minim.

b. Setiap orang dilokasi dapat diberi tahu ada keadaan darurat.

c. Setiap orang yang bekerja di lokasi (termasuk para kontraktor yang

mungkin hanya bekerja beberapa jam saja), mengetahui tanda-tanda

keadaan darurat dan apa yang harus dilakukannya.

28

Page 33: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

d. Seseorang yang telah terlatih untuk melakukan tindakan-tindakan dalam

keadaan darurat, harus selalu berada dilokasi bila pekerjaan sedang

berlangsung.

e. Rencana menghubungi instansi-instansi darurat. Memberitahukan dinas

pemadam kebakaran tentang pekerjaan-pekerjaan yang berada didalam

terowongan bila ada, didalam ruang tertutup atau ketinggian diatas 18

meter (diatas ketinggian ini mungkin diperlukan peralatan penyelamatan

khusus), dan ditempat-tempat lainnya dimana mungkin diperlukan

peralatan penyelamatan khusus.

f. Tersedia jalur khusus menuju lokasi untuk regu darurat dan jalur tersebut

tidak terhalang oleh peralatan atau bahan-bahan bangunan lainnya.

g. Tersedia prosedur penanganan korban yang cedera.

h. Jalur penyelamatan harus tersedia, bebas dari hambatan, dan cukup

terang. Bila perlu, (misalnya lokasi setiap waktu tidak cukup menerima

penerangan matahari saat pekerja sedang bekerja), disediakan

penerangan yang secara otomatis menyala dalam keadaan darurat.

2.5.4 Keberhasilan Pertolongan Pertama Gawat Darurat

Pertolongan pertama gawat darurat dikatakan berhasil, sesuai dengan tolak

ukur yang ditentukan :

29

Page 34: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.

Keberhasilan tim program pertolongan pertama gawat darurat ialah

cepatnya tim menemukan korban yang mengalami gawat darurat.

2. Kecepatan mencari pertolongan.

Setelah menemukan penderita gawat darurat maka hendaknya cepat

mencari atau member pertolongan pertama pada korban.

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :

a. Di tempat kejadian.

b. Dalam perjalanan ke klinik / rumah sakit.

c. Pertolongan selanjutnya secara memadai di klinik / rumah sakit.

2.5.5 Evakuasi medik

Evakuasi medik dilakukan bila ada kecelakaan yang mungkin dapat

menimbulkan hilangnya anggota tubuh atau nyawa serta bila ada karyawan yang

mengalami penyakit mendadak. Kecelakaan dapat dibagi menjadi kecelakaan

tunggal dan kecelakaan massal. Dalam hal kecelakaan tunggal, manajemen evakuasi

tidak masalah, tetapi pada kecelakaan massal, manajemen evakuasi akan menjadi

rumit. Pada setiap lokasi operating procedure ( SOP ), dimana tugas semua pejabat

sudah dicantumkan pada setiap keadaan darurat. Pada SOP ini tidak dibedakan

antara kecelakaan tunggal atau kecelakaan massal.

30

Page 35: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Pada setiap anjungan produksi ditugaskan seorang perawat ( medik ). Di

setiap bidang ditugaskan seorang dokter. Pada saat keadaan gawat darurat perawat /

dokter melakukan kontak dengan dokter koordinator. Jika disepakati untuk

melakukan evakuasi, dokter koordinator akan meminta transportasi kepada

superintendent.

Jika terjadi kecelakaan massal dimana tidak ada keseimbangan antara dokter /

perawat dan korban harus di triage. ( Malaka T , 1994 )

Triase ( triage ) ialah proses sortasi para korban dan menggolongkan dalam

prioritas penanganan. Tujuan pokok nya ialah :

1. Memberikan yang terbaik buat sebanyak mungkin korban,

2. Stabilisasi penderita sebelum datangnya bala bantuan yang lebih besar.

Tabel 2.4

Kategori Keadaan Darurat

Kategori Triage

Label

Status Pertolongan Tingkat

kelangsungan

hidup

Merah Prioritas

1

Kritis Segera 15

Kuning Prioritas

2

Serius Mendesak 35

Hijau Prioritas

3

Kecil Lambat 95

Putih Prioritas

4

Biasa saja Tidak ada < 5

Hitam Prioritas

5

Meninggal Tidak ad N / A

Sumber : Malaka T, 2013

31

Page 36: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

2.5.6 Penanggulangan Kondisi Darurat.

2.5.6.1 Persyaratan OHSAS 18001.

1. Persiapan dan tanggap darurat.

Organisasi harus menetapkan dan memlihara perencanaan dan prosedur

untuk mengidentifikasi potensi terjadinya insiden dan situasi darurat dan cara

meresponnya dan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan dan

kecelakaan yang mungkin terkait dengan keadaan tersebut.

2. Persyaratan PERMENAKER 05 / Men / 1996.

a. Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana.

Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan

darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan

pada saat kejadian yang sebenarnya.

b. Prosedur menghadapi insiden

Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden,

perusahaan harus memilki prosedur yang meliputi :

1. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai

mendapatkan pertolongan medis,

2. Proses perawatan lanjutan.

32

Page 37: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

2.5.6.2 Prosedur rencana pemulihan keadaaan darurat.

Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat

untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi normal dan membantu memulihkan

tenaga kerja yang mengalami trauma.

Tabel 2.5

Jumlah petugas P3K berdasarkan jumlah pekerja

Kategori risiko Jumlah tenaga kerja Petugas P3K

Risiko rendah

toko,kantor,

perpustakaan.

< 50 pekerja

Diantara 50 dn 200

pekerja

>200 pekerja

Orang yang ditunjuk

paling sedikit 1 ( satu

) orang. Minimal 1

orang untuk 200

pekerja.

Risiko menengah

teknik ringan, gudang

/ warehouse, proses

makanan.

< 20 pekerja

Diantara 20 dan 100

pekerja

> 100 pekerja

Orang yang ditunjuk

sedikit satu orang.

Sedikitnya satu

oaring untuk 100

pekerja.

Risiko tinggi

industri berat, industri

kimia.

< 5 pekerja

Diantara 5 dan 50

pekerja

> 50 pekerja

Orang yang ditunjuk

minimal satu orang.

Sedikitnya satu

orang untuk 50

pekerja.

Sedikitnya satu

orang petugas P3K

telah dilatih untuk

kondisi darurat.

Sumber : HSE ( First Aid ) dikutip dari buku Suardi, Rudi. 2007

33

Page 38: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Pada tabel diatas, dijelaskan bahwa terdapat beberapa kategori untuk

penyediaan P3K dengan melihat jumlah tenaga kerja dan kategori dari

kecelakaan tersebut, yang mana kategori tersebut terdiri dari risiko rendah,

risiko menengah dan risiko tinggi.

Tabel 2.6

Jumlah dan Jenis Kotak P3K

T

T

T

T

abel diatas menjelaskan tentang jumlah dan jenis kotak P3K yang akan disediakan

sesuai dengan jumlah tenaga kerja di tempat kerja tersebut. Semakin banyak jumlah

Jumlah

Naker

Tempat Kerja

dengan Sedikit

Kemungkinan

Terjadi

Kecelakaan

Tempat Kerja

dengan Ada

Kemungkinan

Terjadi

Kecelakaan

Tempat Kerja

dengann

Banyak

Kemungkinan

Terjadinya

Kecelakaan

0 s.d 25 Kotak P3K bentuk

I

Kotak P3k

bentuk I dan II

Kotak P3k

bentuk II

25 s.d 100 Kotak P3K bentuk

I

Kotak P3K

bentuk II

Kotak P3K

bentuk III

100 s.d 500 Kotak P3K bentuk

II

Kotak P3K

bentuk III

Kotak P3K

bentuk III +

kotak dokter

500 Kotak P3K bentuk

II

Setiap 500 naker

Kotak P3K

bentuk III +

kotak dokter

Setiap 500

naker + kotak

dokter

Kotak P3K

bentuk III

Setiap 500

naker + kotak

dokter

34

Page 39: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

tenaga kerja di tempat kerja tersebut maka akan semakin besar peluang risiko

kecelakaan kerja, dan di butuhkan juga kotak P3K lengkap.

2.6 Organisasi

Untuk mengatasi keadaan darurat perlu ditunjuk pejabat sebagai kordinator

umum untuk memimpin seluruh operasi dan koordinator lapangan sebagai pemegang

komando ditempat kejadian. Organisasi keadaan darurat memerlukan suatu ruang

pusat komando yang aman dari ancaman bahaya, dilengkapi dengan peta areal pabrik

serta alat-alat komunikasi keseluruh bagian dan keunit-unit penanggulangan darurat.

Segera setelah mendengar atau pendapat laporan terjadi keadaan darurat, koordinator

umum harus segera menuju ruang komando untuk mengatur penanggulangan keadaan

serta menghubungi pos pelayanan dari luar baik dari pemerintah maupun dari industri

lainnya. Koordinator lapangan segera menuju lokasi dan mengambil alih pimpinan.

( Chisilia, 2010 )

2.6.1 Pelatihan

Organisasi hendaknya menetapkan dan memelihara prosedur untuk

mengetahui kebutuhan pelatihannya. Manajemen hendaknya menetapkan tingkat

pengalaman, kemampuan personil, terutama mereka yang melaksanakan fungsi

manajemen lingkungan yang khusus. Keberhasilan penanggulangan kejadian yang

sebenarnya sangat tergantung pada pelatihan tim. Anggota Tim Respon Gawat

Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda.

35

Page 40: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Pelatihan tersebut meliputi:

a). Pelatihan P3K.

b). Pelatihan penanganan limbah berbahaya dan respon gawat darurat.

c). Pelatihan Praktek Tim Respon Gawat Darurat.

Keberhasilan penanggulangan kejadian yang sebenarnya sangat tergantung

pada pelatihan tim. Tim respon gawat darurat harus mandapat latihan praktek untuk

mempraktekan keterampilan yangmereka pelajari selama latihan. Latihan ini harus

dilakukan setiap 2 bulan sekali, dengan diskusi pada keberhasilan yang dicapai dan

masalah yang dijumpai. Latihan harus dilakukan sesuai jadwal bulanan dan sesekali

dilakukan secara mendadak. (Chisilia, 2010 )

36

Page 41: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif kualitatif yang ditujukan

untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan penanggulangan tanggap darurat

medik terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja di PT SR Palembang .

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. SR Palembang dari bulan Februari s.d

Maret 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini yaitu seluruh tenaga kerja di pabrik karet PT. SR

Palembang Sumatera Selatan Tahun 2014.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini dengan cara observasi lapangan diambil

secara purposife sampling dengan menunjuk yang sesuai dengan kriteria – kriteria

yang diinginkan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan di pabrik karet PT

SR Palembang, Sumatera Selatan dengan menemukan satu key informan yaitu

sumber informasi yang benar-benar mengetahui tentang penanggulangan tanggap

darurat di PT SR Palembang.

37

Page 42: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

3.3.3 Informan Peneliti

Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah :

1. Pimpinan perusahaan di PT. SR Palembang, Sumatera Selatan.

2. Dokter Perusahaan di klinik PT. SR Palembang.

3. Tenaga kerja perusahaan yang menjadi bagian diproses produksi yang

berpeluang besar terjadinya kecelakaan di PT. SR Palembang. Cara

memilih tenaga kerja ialah dengan kriteria :

a. Inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

Yang mana kriteria tersebut ialah yang benar-benar mengetahui tentang

program tanggap darurat di PT. SR Palembang. Pengambilan sampel

inklusi ini di tanyakan kepada key informan.

38

Page 43: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Tabel 3.1

Sumber Informasi

No Informan Informasi yang diinginkan Keterangan

1. Pimpinan

Perusahaan

- Untuk mengetahui struktur

organisasi dari program

tanggap darurat medik.

Key

Informan

2. Dokter

Perusahaan

- Untuk mengetahui program

perencanaan tanggap

darurat dari promotif,

preventif.

- Untuk mengetahui

pengobatan dari tanggap

darurat, seperti tersedianya

obat P3K, ruangan untuk

korban kecelakaan, alat

medis dan non medis.

- Untuk mengetahui jumlah

SDM untuk tim tanggap

darurat dan pelatihan tim

tanggap darurat.

Key

Informan

3. Tenaga Kerja - Pengetahuan mengenai

SMK3 khusunya pada

program tanggap darurat

medik

- Pengaruh terhadap adanya

penerapan kebijakan K3

tentang tanggap gawar

darurat medik.

Informan

39

Page 44: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

3.4 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer di dapatkan dari hasil observasi dengan mengisi formulir

pemeriksaan medik gawat darurat di klinik dalam bentuk check list dan wawancara

langsung secara mendalam dengan informan dan dengan menggunakan alat perekam

tape recorder, alat pencatat dan foto. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

dokumen terkait.

3.5 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari kegiatan observasi dengan mengisi check list

formulir pemeriksaan penanggulangan medik gawat darurat pada klinik langsung

dicatat dan dilakukan penilaian sesuai petunjuk pengisian check list. Data berupa

pernyataan yang didapatkan dari informan di rekam dengan tape recorder dan dicatat

guna mendapakan gambaran penanggulangan medik gawat darurat pada pekerja yang

terjadi kebakaran di PT SR Palembang, Sumatera Selatan.

3.6 Analisa Data

Data dari hasil wawancara mendalam dalam bentuk rekaman dibuat transkrip

kemudian dipindahkan dalam bentuk matriks ringkasan wawancara yang

dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan dan tujian penelitian serta di sajikan dalam

bentuk narasi dan interprestasi dari informan yang akan dibandingkan dan

40

Page 45: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

dihubungkan dengan teori yang ada ( telaah dokumen ), data tersebut kemudian di

analisis secara manual. Sedangkan data observasi melalui pengisian check list

dilakukan penilaian sesuai dengan petunjuk yang ada dan dibuat kesimpulan yang

kemudian dengan teori – teori yang ada.

41

Page 46: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2004

Internal Medical Emergency Response Plan ( MERP ). University

Interschoastic League. (https://www.uiltexas.org/health/info ) diakses 13 Januari 2014

Andriadi,2013

Hubungan Pelaksanaan Keselamatan Kerja Dengan Kejadian Kecelakaan

Akibat Kerja di PT. SR Palembang.

Anisyah, 2013

Emergency Response Plan. Bahan Ajar STIK BINA HUSADA.

Ayu Sasi, Chisilia. 2010

Tinjauan Sistem Pertolongan Kecelakaan Kerja Dan Sistem Tanggap Darurat

Di PT. Krakatau Steel Cilegon – Banten. Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Departemen Kesehatan.2009

Pedoman Klinik di Tempat Kerja / Perusahaan. Direktorat Bina Kesehatan

Kerja, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Departemen Perindustrian, 2007

Gambaran Sekilas Industri Karet. Jurnal K3. ( online )

Kurniawan, A, 2012

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik

Karet R Palembang.

Malaka, Tan . 2013

Medical Emergency Response Plan. Bahan Ajar STIK BINA HUSADA

Malaka, Tan, 1994.

Kesehatan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Proceeding Seminar dan Muker I

Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia ( IDKI ).

Page 47: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

Malaka, Tan. 1999

Aplikasi Manajemen dan Norma K3. Proceeding Seminar Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pada Munas III, Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010

Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Rahmawati, Irma. 2012

Industri Karet dan Pengolahannya. Jurnal K3. ( online ) diakses tanggal 8

Januari 2014

Ridley, John, 2006

Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta

Riliandi, Heru. 2013

Analisis Faktor- Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di PT. SR Palembang.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. 2013

Panduan Penyusunan Skripsi : Program Studi Kesehatan Masyarakat

Palembang. STIK BIna Husada.

Suardi, Rudi. 2007

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PPM

Wa Ode,dkk. 2012

Faktor- faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap

penanganan kasus pada response time di Instalansi Gawat darurat Bedah dan

Non – Bedah di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo

Wijaya, M Harry. 2013

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kera Dalam

Upaya Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT. XIP Muara Beliti Musi

Rawas Tahun 2013.

Yusmiyanti, 2008

Tinjauan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(https://www.google.com/search?q=jurnal+penerapan++K3+menurut+ILo&cl

Page 48: Pra Proposal Penelitian Siti Nurjannah Pskm 6 a3

ient=firefoxa&rls=org.mozilla:enUS:official&noj=1&ei=8Ym9UoPYHs3prQ

fhs4DYCQ&start=10&sa=N&biw=1024&bih=398 diakses 26 Desember

2013