ppt toksik kelompok 4

11
KELOMPOK 4 KASUS 4 Ira Nurlita Primananda (G1F013003) Dorothea Dwi Andriana (G1F013013) Rika Fitriyah (G1F013015) Laela Khanifatunnisa (G1F013051) Yat Rosfia Harja (G1F013075)

Upload: defisiagian

Post on 30-Sep-2015

245 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Toksikologi

TRANSCRIPT

Slide 1

Kelompok 4 Kasus 4Ira Nurlita Primananda(G1F013003)Dorothea Dwi Andriana(G1F013013)Rika Fitriyah(G1F013015)Laela Khanifatunnisa(G1F013051)Yat Rosfia Harja(G1F013075)Kasus 4Balita (14 bulan) dilaporkan mengalami kejang demam selama 1 minggu setelah itu dibawa ke rumah sakit dan diberikan paracetamol untuk mengendalikan demamnya. Keadaan anak tetap baik dan afebris sampai pulang dari rumah sakit. Setelah beberapa hari dari rumah sakit dia mengalami muntah dan diare selama 3 hari lesu dan tidak makan atau minum. Pada pemeriksaan dia tampak sedikit kuning, telah diperbesar amandel padat, dan memiliki ruam virus blanching di lengannya, wajah, dan dada. Orang tua mengatakan kepada dokter umum dan apoteker bahwa si balita diberikan 5 ml paracetamol setiap 4 jam selama 6 hari terakhir, sebelum anak itu dirujuk ke rumah sakit. Untungnya, orang tua membawa botol paracetamol kosong dengan anak. Ketika itu ada seorang mahasiswa kedokteran penasaran dan menemukan bahwa suspensi paracetamol yang digunakan dalam bahasa spanyol terkandung 500 mg/5 ml, sedangkan umumnya di Inggris tersedia 120 mg/ 5 ml. Sebenarnya rumah sakit spanyol telah memberikan dosis yang benar, namun ada kesalahpahaman orang tua yang telah memberikan 500 mg paracetamol setiap 4 jam.

Penyebab Penggunaan dosis berlebih pada balita (14 bulan) 500mgParasetamol setiap 4 jam (500mg sebanyak 6 kali).Literatur : anak berumur 1-6 tahun 60 mg perkali diberikan maksimum 6x sehari (Mardjono, 1971).Mekanisme parasetamol

Mekanisme Pada dosis terapi salah satu metabolit PCT bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi membentuk asam merkapturi yg bersifat nontoksik dan diekskresikan melalui urin. Ttp pd dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation u/ mendetoksifikasi shg metabolit tsb bereaski dg sel hepar dan timbul nekrosis-sentrolobuler.LanjutanKeracunan parasetamol disebabkan karena akumulasi dari salah satu metabolitnya yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI), yang dapat terjadi karena overdosis.

Keracunan parasetamol biasanya terbagi dalam 4 fase, yaitu:

Fase 1:Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh yang tak nyaman (malaise) dan banyak mengeluarkan keringat.Fase 2 :Pembesaran liver, peningkatan bilirubin dan konsentrasi enzim hepatik,waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan darah menjadi bertambah lama dan kadang-kadang terjadi penurunan volume urin.Fase 3 :Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari setelah munculnya gejala awal) serta terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak kuning karena terjadinya penumpukan pigmen empedu di kulit, membran mukosa dan sklera (jaundice), hipoglikemia, kelainan pembekuan darah, dan penyakit degeneratif pada otak (encephalopathy). Pada fase ini juga mungkin terjadi gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi pada jantung (cardiomyopathy)Fase 4 : Penyembuhan atau berkembang menuju gagal hati yang fatal.Gejala Badan kuningAmandel padatRuam virus blanching di lengan, wajah, dan dadaMuntah dan diareLesu dan tidak makan atau minum

Terapi Rangsang muntah (tindakan ini hanya efektif bila parasetamol baru ditelan atauperistiwa tersebut terjadi kurang dari 1 jam sebelum diketahui)Berikan arang aktif dengan dosis 100 gram dalam 200 ml air untuk orang dewasa dan larutan 1 g/kg bb untuk anak-anakBila kadar serum parasetamol di atas garis toksik (lihat nomogram) maka N-asetilsistein dapat mulai diberikan dengan loading dose 140mg/kg BB secara oral, lalu dosis berikutnya 40 mg/kg BB diberikan setiap 4 jam. Larutkan asetilsistein ke dalam air, jus atau larutan soda.Bila terjadi muntah spontan, maka pemberian asetilsistein dapat dilakukan melalui sonde lambung (nasogastric tube) atau berikan metoklopramid pada pasien untuk mengatasikondisi muntah tersebut. Terapi asetilsistein paling efektif bila diberikan dalam waktu 8-10 jam pasca penelanan parasetamol. N-asetilsistein harus diberikan secara hati-hati dengan memperhatikan kontraindikasi dan riwayat alergi pada korban, terutama riwayat asthma bronkiale.

Waktu paruh parasetamol adalah antara 1,25 3 jam. Penderita kerusakan hati dan konsumsi parasetamol dengan dosis toksik dapat memperpanjang waktu paruh zat ini.Parasetamol diekskresikan melalui urine sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen, glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang