cover toksik

Upload: putu-murnitha-sari-rahayu

Post on 03-Apr-2018

260 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    1/24

    PRAKTIKUM VI DAN VII

    ANALISIS TOKSIKOLOGI

    UJI KONFIRMASI METODE PEMISAHAN OBAT-

    OBAT GOLONGAN AMFETAMIN DAN OPIAT

    DALAM URIN DAN UJI KONFIRMATIF

    NARKOTIKA/PSIKOTROPIKA PADA URINE

    PENCANDU NARKOBA DENGAN METODE KLT-

    SPEKTROFOTODENSITOMETER

    OLEH :

    KELOMPOK VIII

    Anggota :

    Luh Made Ari Mas Purnamasari (P07134011005)

    Putu Murnitha Sari Rahayu (P07134011013)

    Ni Wayan Nenik Prayanti (P07134011021)

    I Gede Widyantara (P07134011031)

    Coratry Shovariah Premilga (P07134011039)

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

    JURUSAN ANALIS KESEHATAN

    2013

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    2/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Tujuan

    A. Uji Konfirmasi Metode Pemisahan Obat-Obat Golongan Amfetamin

    dan Opiat dalam Urin

    I.1.1 Tujuan Umum

    Mahasiswa mampu melakukan pemisahan obat-obat golongan

    amfetamin dan opiat dari sampel urin.

    I.1.2 Tujuan Khusus

    1. Mampu melakukan penyiapan sampel untuk ekstraksi cair-cair

    dan ekstraksi fase padat.

    2. Mampu memisahkan obat-obat golongan amfetamin dan opiat

    dari sampel urin dengan ekstraksi cair-cair dan ekstraksi fase

    padat.

    B. Uji Konfirmatif Narkotika/Psikotropika Pada Urine Pencandu

    Narkoba Dengan Metode Klt-Spektrofotodensitometer

    I.1.1 Tujuan Umum

    Mahasiswa mampu melakukan uji konfirmasi senyawa golongan

    narkotika atau psikotropika ada urin pecandu narkoba dengan

    metode KLT-Spektrofotodensitometri.

    I.1.2 Tujuan Khusus

    1. Mampu melakukan penyiapan plat KLT- Spektrofotodensitometri.

    2. Mampu menggunakan alat Spektrofotodensitometri.

    3. Mampu melakukan analisis senyawa-senyawa golongan narkotika

    atau psikotropika berdasarkan hasil uji konfirmasi.

    1.3 Latar Belakang

    A. Uji Konfirmasi Metode Pemisahan Obat-Obat Golongan Amfetamin dan

    Opiat dalam Urin

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    3/24

    Banyak wanita yang berlomba-lomba menjadi kurus agar terlihat

    menarik sehingga mereka memilih jalan pintas, yaitu dengan menggunakan

    produk pelangsing. Padahal produk pelangsing tersebut belum tentu aman.

    Beberapa produk pelangsing ditemukan mengandung suatu senyawa yang disebut

    amfetamin. Amfetamin merupakan senyawa yang cukup banyak ditemukan dalam

    produk-produk pelangsing (penurun berat badan) yang mengklaim produk

    tersebut bebas dari senyawa berbahaya. Pada mulanya sekitar tahun 1960-an,

    amfetamin boleh digunakan secara bebas untuk menurunkan berat badan.

    Amfetamin menekan nafsu makan, mengontrol berat badan, serta menstimulasi

    sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Efek-efek tersebut dihasilkan

    diperantarai dengan meningkatkan konsentrasi sinapsis dari norepinefrin dan

    dopamine melalui stimulasi pelepasan neurotransmitter atau menghambat

    pengambilannya. Amfetamin merupakan suatu obat yang dapat mempengaruhi

    sistem saraf pusat. Oleh karena itu, hal ini berbahaya jika digunakan secara tidak

    terkendali oleh praktisi kesehatan (dokter atau apoteker).

    Pada 2011, Afganistan memproduksi 5.800 ton opium, naik dari 3.600

    ton pada tahun sebelumnya, menurut laporan PBB yang dirilis Januari lalu.

    Provinsi Helmand sendiri menjadi penghasil 60 persen opium dunia. Opium

    merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan

    kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jorong

    dengan tepi bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari ujung

    ranting. Satu tangkai hanya terdiri dari satu bunga dnegan kuntum bermahkota

    putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah cerah. Bunga opium sangat indah

    hingga beberapa spesiesPapaverlazim dijadikan tanaman hias. Buah opium

    berupa bulatan sebesar bola pingpong bewarna hijau.

    Kedua golongan obat tersebut dapat membahayakan banyak orang jika

    digunakan karena menyebabkan kecanduan. Maka dari itu diperlukan

    pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya golongan tersebut pada tubuh

    seseorang. Pemeriksaan konfirmasi dapat digunakan setelah uji skrining dimana

    pemeriksaan konfirmasi ini merupakan suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih

    akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    4/24

    narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel tersebut. Pemeriksaan

    dilakukan apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil

    positif (BNN, 2008).

    B. Uji Konfirmatif Narkotika/Psikotropika Pada Urine Pencandu Narkoba

    Dengan Metode Klt-Spektrofotodensitometer

    Narkotika merupakan masalah yang sangat menjadi momok masyarakat

    dimana penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)

    memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja

    sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang

    dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

    Narkotika dan Psikotropika dapat yang disalah gunakan penggunaannya ini

    memiliki banyak sekali efek samping , dimana efek samping yang diberikan

    paling berat adalah efek kecanduan. Seseorang yang telah kecanduan narkotika

    akan susah terlepas dan berujung pada meningkatnya kadar kriminalitas yang

    dilakukan, hingga menyebabkan kematian karena over dosis.

    Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika,

    Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi

    pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi

    medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal,

    akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas

    khususnya generasi muda. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling

    banyak berumur antara 1524 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran

    strategis perdagangan gelap NAPZA.

    Peyalahgunaan ini dapat diketahui melalui pemeriksaan yang dilakukan

    secara objektif, dimana terdiri dari beberapa prosedur ketat. Dimana pemeriksaan

    laboratorium yang dilakukan saat awal terduga seseorang menjadi pecandu

    narkoba dengan skrining test kemudian jika hasilnya positif maka dilakukan test

    konfirmasi untuk mengetahui zat yang dikonsumsi oleh pecandu tersebut sehingga

    diharapkan dengan hasil test ini dapat menegakkan hukum yang diberikan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    5/24

    BAB II

    DASAR TEORI

    A. Uji Konfirmasi Metode Pemisahan Obat-Obat Golongan Amfetamin dan

    Opiat dalam Urin

    1. Uji Konfirmasi

    Pemeriksaan konfirmasi adalah suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih

    akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat

    narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel tersebut. Pemeriksaan

    dilakukan apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil

    positif (BNN, 2008).

    Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang

    dikombinasi dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas -

    spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC)

    dengan diode-array detektor, kromatografi cair - spektrofotometri massa (LC-

    MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. (Wirasuta, 2008)

    2. Amfetamin

    Amphetamine merupakan salah satu obat dari golongan psikotropika

    golongan II. Istilah amphetamine digunakan untuk sekelompok obat yang secara

    struktural mempunyai keterbatasan dalam penggunaan klinis tetapi sangat

    potensial untuk menjadi toksik adiksi dan disalah gunakan. (Japardi, 2008)

    Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem

    saraf pusat (SSP) stimulan. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning,

    maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil (Purwanti, 2009).

    Senyawa ini memiliki nama kimia methylphenethylamine merupakan

    suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi

    obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder(ADHD), dan narkolepsi.

    Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas

    dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan

    konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    6/24

    tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan. Target

    analisis dari Amphetamin adalah methampetamine (MA), amphetamine (A),

    methylenedioxymethamfetamin / MDMA, dan methylenedioxyamfetamine

    (MDA). (Purwanti, 2009)

    3. Opiat

    Opiat adalah obat-obatan yang mempengaruhi kerja otak. Pengguna opiat

    sering bermimpi yang indah-indah, merasakan seakan-akan terbang (fly). Yang

    termasuk golongan opiat ialah : (1) obat yang berasal dari opium-morfin ; (2)

    senyawa semisintetik morfin ; (3) senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

    Didalam klinik opioid dapat digolongkan menjadi lemah (kodein) dan kuat

    (morfin). (Sardjono, 1995)

    Berdasarkan jalur metabolisme heroin dan asetil kodein, terlihat bahwa

    kodein (narkotika golongan III) akan termetabolisme membentuk morfin

    (narkotika golongan II). Demikian juga apabila seseorang telah mengkonsumsi

    heroin ilegal pada waktu tertentu mungkin untuk mendeteksi kombinasi yang

    hampir sama pada penggunaan kodein. Sedangkan menurut UU no 22 tentang

    Narkotika, penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III mempunyai

    konsekuensi hukum yang berbeda. Oleh karena itu interpretasi temuan analisis

    pada penyalahgunaan narkotika, khususnya merunut balik sumber narkotika yang

    telah dikonsumsi adalah mutlak (Wirasuta 2009).

    4. Urin

    Urine sangat berguna dalam skrining racun karena obat, racun dan metabolit

    terdapat dengan konsentrasi yang lebih besar pada urin dibandingkan dalam darah.

    Urine, tidak seperti plasma, bebas dari protein dan lipida, karena itu umumnya

    dapat langsung diekstraksi dengan pelarut organik. Dibandingkan dengan plasma

    atau serum, komposisinya bervariasi cukup besar yang dapat dilihat dari warna

    gelap urine malam dibandingkan dengan warna yang pucat dari urine yang

    dikumpulkan pada siang hari. (Wirasuta, 2008)

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    7/24

    Urin segar berwarna kuning atau kuning-hijau, namun pada penyimpanan

    sebagai larutan yang bersifat asam warna urin akan berubah menjadi kuning-

    coklat akibat terjadinya oksidasi dari urobilinogen menjadi urobilin. Sampel urin

    tahan selama beberapa minggu jika disimpan pada suhu 2-80 C. Namun jika

    dibekukan (-200 C), sampel urin yang diasamkan akan tahan sampai jangka waktu

    yang panjang, tapi sebelumnya dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu (Flanagan

    et al., 2007)

    5. Ekstraksi Fase Padat

    Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat yang biasa

    disebut Solid Phase Extraction (SPE) merupakan teknik yang relatif baru akan

    tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk pra-perlakuan sampel

    atau untuk clean-up sampel-sampel yang kotor, misal sampel-sampel yang

    mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein,

    polimer, resin, dll. (Rohman, 2007)

    Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah: proses

    ekstraksi lebih sempurna, pemisahan analit dari penganggu yang mungkin ada

    menjadi lebih efisien, mengurangi pelarut organik yang digunakan, fraksi analit

    yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan, mampu menghilangkan partikulat,

    lebih mudah diotomatisasi. (Rohman, 2007)

    6. Ekstraksi Cair Cair

    Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

    perbandingan tetentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti

    benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk

    praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari

    komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi

    atau deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi

    analit dari fasa air kedalam pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak polar

    seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana. Meskipun demikian, proses

    sebaliknya juga mungkin terjadi.Analit-analit yang mudah tereksitasi dalam

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    8/24

    pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen

    dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar. (Rohman, 2007)

    B. Uji Konfirmatif Narkotika/Psikotropika Pada Urine Pencandu Narkoba

    Dengan Metode Klt-Spektrofotodensitometer

    1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode pemisahan campuran

    analit dengan mengelusinya melalui fase diam yang datar pada plat penyangga.

    Dalam KLT, fase gerak ini berupa cairan. Pemisahan akan terjadi jika salah satu

    komponen dari campuran diadsorpsi lebih kuat dari komponen yang lainnya.

    Karena adsorpsi merupakan fenomena permukaan, maka derajat pemisahan

    dipengaruhi oleh luas permukaan yang ada atau secara tidak langsung dipengaruhi

    oleh ukuran partikel fase diam (adsorben). Walaupun demikian koefisien

    distribusi/partisi senyawa antara kedua fase dalam sistem merupakan faktor kunci

    setiap bentuk kromatogram (Widjaja dkk., 2008). Metode ini dapat digunakan

    untuk memisahkan senyawa-senyawa yang tidak volatil atau senyawa yang sifatvolatilitasnya rendah, senyawa dengan polaritas rendah hingga tinggi, bahkan

    untuk memisahkan senyawa-senyawa ionik (Hahn-Deinstrop, 2007).

    Fase diam pada KLT adalah adsorben dengan partikel halus yang

    dilapiskan pada lempeng penyangga kaca, logam, atau plastik. Adsorben yang

    dapat digunakan diklasifikasi berdasarkan sifat kimia atau daya ikatannya

    (Widjaja dkk., 2008). Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap

    berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30m. Semakin kecil ukuran

    rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka

    semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya (Gandjar dan

    Rohman, 2007). Plat mengandung suatu indikator fluoresensi sehingga komponen

    yang mengabsopsi UV dapat ditempatkan sebagai spot yang gelap dengan latar

    belakang yang berfluoresensi (dengan bantuan reagen visualisasi jika diperlukan)

    (Flanagan et al., 2007)

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    9/24

    Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut.

    Fase gerak bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada

    gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila

    perlu, sistem pelarut miltikomponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana

    mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Angka banding campuran

    dinyatakan dalam bagian volum sedemikian rupa sehingga volume total 100,

    misalnya benzen-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10) (Stahl, 1985).

    2. Instrumen Spektrodensitometri

    Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah dipisahkan dengan KLT

    biasanya dilakukan dengan densitometer langsung pada lempeng KLT (atau

    secara in situ). Densitometer dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi.

    Kebanyakan densitometer mempunyai sumber cahaya, monokromator untuk

    memilih panjang gelombang yang cocok, sistem untuk memfokuskan sinar pada

    lempeng, pengganda foton, dan recorder. (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Instrumen spektrodensitometer terdiri dari sumber cahaya dalam rentang

    panjang gelombang 200-800 nm yaitu lampu deuterium (rentang spektra 200-400

    nm), lampu tungsten (rentang spektra 400-800 nm, slit (celah) monokromator

    untuk memilih panjang gelombang yang sesuai, sistem untuk memfokuskan sinar

    pada plat, filter fluoresensi, pengganda foton (photomultiplier) dan rekorder.

    (Ganjar dan Rohman, 2007 ; Schmutz, 1980)

    Prinsip kerja spektrofotodensitometri berdasarkan interaksi antara radiasi

    elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan analit yang merupakan noda pada plat.

    Radiasi elektromagnetik yang datang pada plat diabsorpsi oleh analit, ditransmisi

    atau diteruskan jika plat yang digunakan transparan. Radiasi elektromagnetik yang

    diabsorpsi oleh analit atau indikator plat dapat diemisikan berupa flouresensi dan

    fosforesensi (Sherma and Fried, 1994). Pemadaman flouresensi indikator F-254

    dapat terjadi akibat adanya noda pada plat sehingga teramati di bawah lampu UV

    sebagai noda hitam (Mulja dan Sukarman, 1995).

    Suatu campuran zat dapat dipisahkan dengan teknik KLT berdasarkan

    perbedaan afinitas masing-masing komponen terhadap fase gerak dan fase

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    10/24

    diamnya. Komponen yang telah terpisah, besar serapannya dapat diukur dengan

    spektrofotodensitometer. Kadar dari sampel dapat ditentukan dari perbandingan

    antara serapan dan bakunya (Widjaja dan Laksmiani, 2010).

    Analisis KLT dengan menggunakan spektrofotodensitometri dapat

    dilakukan dengan menggunakan mode absorbsi atau flouresensi. Pada umumnya

    yang paling sering digunakan adalah mode absorbsi dengan menggunakan sinar

    UV pada 190-300 nm. (Sherma and Fried, 1994)

    3. Uji Konfirmasi terhadap Narkotika dan Psikotropika

    Pemeriksaan konfirmasi adalah suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih

    akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat

    narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel tersebut. Pemeriksaan

    dilakukan apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil

    positif (BNN, 2008).

    Pada uji konfirmasi dengan KLT, setiap senyawa yang terlarut dalam fase

    gerak memiliki hambatan yang berbeda saat bergerak pada fase diam. Besar

    hambatan ini dapat dinyatakan dengan nilai RF atau hRf (hRf = 100 Rf). (Sherma

    and Fried, 1996).

    Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk

    identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan

    nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang

    ditempuh oleh senyawa ( Underwood, 1986: 186 ).

    Nilai Rf diperoleh dari membagi jarak pusat kromatografik dari titik awal

    dengan jarak pergerakan pelarut dari titik awal. Penghitungan nilai hRf

    ditunjukkan dengan persamaan dibawah ini.

    Pada prakteknya, nilai hRf bervariasi karena pengaruh faktor lingkungan

    seperti kejenuhan bejana kromatografi (chamber), pH medium, suhu penguapan

    fase gerak pada plat, kadar analit yang ditotolkan. (Sherma and Fried, 1996).

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    11/24

    BAB III

    PROSEDUR KERJA

    A. Uji Konfirmasi Metode Pemisahan Obat-Obat Golongan Amfetamin dan

    Opiat dalam Urin

    3.1 Medium Analit

    Urine

    Target

    Derivat Amfetamin : Amfetamin (AM), Metamfetamin (MA), dan

    Metilendioksimetanfetamin (MDMA)

    Golongan Opiat : Morfin, Codein

    3.2 Alat dan Bahan

    a. Alat :

    1. Alat sentrifugasi

    2. Alat vortex

    3. Gelas ukur

    4. Pipet volume dan Ballfilter

    5. Pipet tetes

    6. Gelas beaker

    7. Botol vial

    8. Labu ukur

    9. Tabung reaksi

    10. Plat silica GF 254

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    12/24

    11. Chamber

    12. Camag Nanomat 4

    13. Spektrofotometer

    b. Bahan :

    1. Amfetamin (AM)

    2. Metamfetamin (MA)

    3. Metillendioksimetanfetamin (MDMA)

    4. Morfin

    5. Codein

    6. Buffer pospat pH 10,5

    7. Metanol

    8. Kloroform

    9. Aquades

    10. Eluent :TAEA dan TB

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    13/24

    3.3 Prosedur Kerja

    Ekstraksi sampel dengan menggunakan ekstraksi cair-cair

    1 ml sampelurine

    Dimasukkan ke

    dalam tabung

    1 ml sampel

    urine dalam

    tabung

    sentrifuge

    + 1 ml buffer fosfat pH9,3

    + 2 ml campuran

    Sampel

    Divortek dengan

    kecepatan 2500 rpm

    Terbentuk

    emulsi

    sempurnaDisentrifuge dengan

    kecepatan 3000 rpm

    selama 10 menitSampel hasil

    sentrifuge

    Fase air

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    14/24

    Fase

    kloroform

    Diambil dan

    ditampung

    Fraksi A

    yang

    mengandu

    ng morfin

    Diambil dan

    ditampung

    Fraksi AirFraksi A

    yang

    mengandu

    ng morfin

    Fraksi Air

    (fraksi B)

    + buffer fosfat

    pH 10,5

    +kloroform :

    isopropanol

    Fraksi Air

    (fraksi B)

    Divortex dengan

    kecepatan 2500

    rpm selama 30

    menit

    Disentrifuge

    dengan kecepatan

    3000 r m selama

    Fraksi Air(fraksi B)

    Campuran fraksi

    A dan fraksi B

    Diuapkan pada

    suhu 60-70 0 CResiduSampel siap

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    15/24

    Ekstraksi sampel dengan menggunakan SPE (Solid Phase Exstraction)

    Menggunakan fase diam kolom SPE Accubond II Evidex Catridge

    Amfetamin

    Dilarutkan dalam

    25 L metanol

    Sample

    5 ml urine

    + 3 ml K2HPO4 0,1

    M pH 6

    Sample

    hasil

    preparation

    SPE condition

    Sampel

    hasil

    preparation

    + 6 metanol

    + 6 ml K2HPO4 0,1

    M pH 6Sampel

    hasil SPE

    condition

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    16/24

    Rinse

    Sampel hasil

    SPE condition

    Sampeldimasukkan + 3ml air+ 3 ml 0,1 M

    asam asetat

    Sampel hasilRinse

    Elution

    Sampel hasil

    Rinse

    + 3 ml kloroform

    isopropil alkohol HCl (60/40/1)

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    17/24

    B. Uji Konfirmasi Metode Pemisahan Obat-Obat Golongan Amfetamin dan

    Opiat dalam Urin

    3.1 Alat dan Bahan

    A. Alat yang digunakan

    1. Pipet tetes

    2. Botol vial

    3. Aluminium foil

    4. Termos dingin

    5. Kulkas/freezer

    6. Pipet ukur 7. Gelas beaker

    8. Tabung reaksi

    9. Bejana kromatografi vertical (camag-Muttenz-Switzerland)

    10. Ballfiller

    11. Tabung eppendorf

    12. Oven

    13. Striptes benzodiazepine

    Sampel hasilelution

    (eluat)

    Diuapkan padasuhu 65 oC

    residu

    Direkonstruksidengan metanol

    sebanyak 25 L

    Sampel siap

    dianalisa

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    18/24

    14. THC

    15. Metamfetamin dan opiate (Bio-Rad)

    16. Strip pH ( Machery-Nagel)

    17. Pemanas (Caorning-PC 420D)

    18. Catridge SPE ACCOUBOND dan CHROMABOND

    19. Plat Al-TLC Si 60 GF254 (Merk-Germany)

    B. Bahan yang digunakan ( Pro-analisis)

    1. Metanol

    2. Kloroform

    3. Sikloheksana

    4. Toluena

    5. Dietilamin

    6. HCl

    7. NaOH

    8. Amonia 25%

    9. Aseton

    10. Etanol

    11. Senyawa standar pembanding (Larutan morfin, kodein, kafein,

    papaverin, bromheksi, teofilin, dan dekstrometorfan)

    3.2 Prosedur Kerja

    3.2.1 Sistem kromatografi

    a. Penyiapan Fase Diam

    Plat Al-TLC Si 60 GF254

    Dipotong

    Plat Sesuai Ukuran

    Dicuci

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    19/24

    b. Penyiapan Larutan Pengembang

    1. Larutan Pengembang TB

    2. Larutan Pengembang TAEA

    Dielusi Metanol

    Plat siap digunakan

    Sikloheksana : toluene :

    dietilamin (75:15:10)

    Larutan

    Pengembang TB

    Dimasukkan ke

    dalam labu ukur

    Dihomogenkan

    Toluen : Aseton : etanol :

    amonia (45:45:7:3)

    Aktivasi pada suhu

    120oC/30 menit

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    20/24

    c. Penjenuhan Bejana Kromatografi

    3.2.2 Larutan Standar Pembanding

    Larutan standar pembanding berbeda untuk setiap system fase gerak.

    Larutan standar pembanding digunakan ntuk menghitung hRfc.

    a. Fase Gerak Sistem TB

    Dimasukkan kedalam labu ukur

    Larutan Pengembang TAEA

    Dihomogenka

    n

    Larutan pengembang TB

    Bejana jenuh

    Dimasukkan ke dalam bejanayang dilapisi kertas saring

    Diamkan 30 menit

    - Larutan teofilin konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan papaverin konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan dekstrometorfan konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan bromheksin konsentrasi 1 mg/ml

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    21/24

    b. Fase Gerak Sistem TAEA

    3.2.3 Pemisahan Hasil Ekstraksi Sampel Dengan KLT

    2 Plat Al-TLC Si 60 GF254

    Ditotolkan standar

    pembanding & 25 L larutan

    ekstrak

    Dimasukkkan ke bejana

    kromatografi yang

    jenuh

    Larutan standar

    Dicampurkandan

    dihomogenkan

    Lrutan standar

    Dicampurkan

    dan

    dihomogenkan

    - Larutan morfin konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan kodein konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan kafein konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan papaverin konsentrasi 1 mg/ml

    - Larutan bromheksin konsentrasi 1 mg/ml

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    22/24

    3.2.4 Deteksi dan Penetapan Hasil

    Jenis Zat

    Elusi dengan fase

    gerak TAEA dan TB

    Plat terelusi

    Plat terelusi

    Dipindai dengan TLC scanner

    Kromatogram

    Dibuat spectrum dari setiap

    noda (190-400 nm)

    Dicocokkan harga

    hRfc

    Dikeringkan pada

    oven 60oC/10 menit

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    23/24

  • 7/28/2019 Cover Toksik

    24/24

    Wirasuta, 2008. Analisis Toksikologi Forensik Dan Interpretasi Temuan Analisis.

    Jakarta : Universitas Udayana Press.

    Wirasuta. 2009. Buku Ajar Toksikologi Umum. Bali : Universitas Udayana Press

    Widjaja,I.N.K. dan N.P.L.Laksmiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.

    Bukit-Jimbaran :Jurusan Farmasi F.MIPA Unud.