ppt gangguan fungsi tuba
TRANSCRIPT
Struktur Anatomi Nasofaring
Batas-batas nasofaringSuperior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan
fascia.Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari
palatum durum ke posterior, batas ini bersifat subyektif karena tergantung dari palatum durum.
Anterior : koana, yang dipisahkan menjadi koana dextra dan sinistra oleh os vomer.
Posterior : vertebra cervicalis I dan II, fascia space, mukosa lanjutan dari mukosa bagian atas.
Lateral : mukosa lanjutan dari mukosa di bagian superior dan posterior, muara tuba Eustachii, fossa Rosenmuller.
Gejala Ca Nasofaring Gejala Dini
Gejala Telinga : Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal
tumor dekat muara tuba eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup.
TinitusTuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosaRasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Gejala Hidung : • Mimisan• Sumbatan hidung.
Gejala Lanjut : 1. Pembesaran Kelenjar limfa Leher2. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan
lain3. Gejala akibat metastasis
Angiofibroma nasofaring
Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor nasofaring yang secara histologis jinak, tetapi secara klinis bersifat ganas.
Karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya.
Sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.
EtiologiJenis kelamin dan umur penderita yaitu
banyak ditemukan pada pria kisaran umur 7-19 tahun. Itulah sebabnya tumor ini disebut juga Angiofibroma Nasofaring Belia.
Penyebab dari angiofibroma nasofaring belia belum dapat diketahui secara pasti.
Pada dasarnya teori-teori tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Teori jaringan asal dan 2. Teori ketidakseimbangan hormonal.
Gejala Klinis Hidung tersumbat Epistaksis masif yang berulang. Lemah, anemia, gangguan menelan, gangguan
pernapasan karena tersumbatnya hidung dan nasofaring.
Tuba eustachius akan menimbulksn ketulian atau otalgia
Tumor juga dapat mengakibatkan deformitas wajah bila mendesak bola mata, menyebabkan proptosis sehingga wajah penderita angiofibroma nasofaring tampak seperti kodok, ini dikenal dengan “wajah kodok”.
Gambar 2: “Muka kodok” pada penderita angiofibroma nasofaring
DiagnosisDiagnosa ditegakkan berdasarkan :
1 •Anamnesis
2 •Pemeriksaan Fisik
3 •Radiologis•Pemeriksaan Jaringan
Anamnesis
Epistaksis berulang
Rasa sumbatan pada hidung
Rasa penuh pada wajah
Pemeriksaan fisik
Rhinoskopi anterior dan posterior akan terlihat:1. massa tumor yang konsistensinya
kenyal, 2. warnanya bervariasi dari abu-abu
sampai merah muda, 3. permukaan licin.
Pemeriksaan Radiologis :
Pada pemeriksaan radiologis konvensional (Rontgen kepala AP, lateral dan Waters) akan terlihat gambaran klasik yang dikenal sebagai tanda “Holman Miller”.
Yaitu pendorongan prosesus pterigoideus ke belakang sehingga fisura pterigopalatina melebar.
Pengobatan
Tindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal, radioterapi.
Berbagai pendekatan operasi dapat dilakukan sesuai dengan lokasi tumor dan perluasannya, seperti melalui transpalatal, rinotomi laretal, rinotomi sublabial (sublabial mid-facial degloving) . atau kombinasi dengan kraniotomi frontotemporal.
Gambar 4 : operasi dengan pendekatan sublabial (midfacial degloving).
Pengobatan hormonal diberikan pada pasien stadium I dan II dengan preparat testosterone reseptor bloker (flutamid).
Pengobatan radioterapi dapat dilakukan dengan stereotatik radioterapi (gamma knife) atau jika tumor meluas ke intracranial dengan radioterapi konformal 3 dimensi.
Polip antrokoana Polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring.
Gejala Subjektif Hidung tersumbat adalah keluhan utama yang sering dikeluhkan. Keluhan lain dapat berupa: hiposmia dan anosmia, nyeri kepala, rhinorea, bersin, iritasi di hidung (terasa gatal), post nasal drip, nyeri wajah, suara bindeng, telinga terasa penuh, mendengkur, gangguan tidur.
Gejala Objektif - Edema mukosa hidung - Submukosa hipertrofi dan tampak sembab - Terlihat masa lunak yang berwarna putih atau kebiruan - Bertangkai
Pemeriksaan Penunjang : Nasoendoskopi
Polip antrokoana menggantung pada orofaring
Anatomi adenoid
Batas-batas adenoidAdenoid terletak pada dinding posterior
nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasalis pada bagian anterior, serta
kompleks tuba Eustachius – telinga tengah – kavum mastoid pada bagain lateral.
Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fossa Rosenmuller dan orifisium tuba Eustachius.
Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
Fungsi adenoid adalah bagian dari imunitas tubuh.
Adenoid memproduksi IgA sebagai bagian penting sistem pertahanan tubuh lini terdepan dalam memproteksi tubuh dari invasi mikroorganisme dan molekul asing .
Hipertrofi adenoidAdenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan
limfoid pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin Waldeyer.
Secara fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi.
Adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun.
Apabila sering terjadi ISPA hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan tuba Eustachius.
sumbatan koana pasien bernapas melalui mulut terjadi (1) fasies adenoid tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring tinggi yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti orang bodoh(2) faringitis dan bronkitis
(3) gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sinusitis kronik. Obstruksi dapat mengganggu pernapasan hidung dan menyebabkan perbedaan dalam kualitas suara.
Pembesaran adenoid obstruksi pada tuba Eustachius tuli konduktif
karena adanya cairan dalam telinga tengah tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan
sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media akut berulang otitis media supuratif kronik.
Gambaran Obstructive Sleep Apnea
Gejala klinisObstruksi nasiSleep apneaFacies adenoidEfek Pembesaran Adenoid Pada Telinga
Otitis media efusi merupakan keadaan dimana terdapat efusi cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Hal ini dapat terjadi akibat adanya sumbatan pada tuba Eustachius.
DiagnosisGejala klinikPemeriksaan rinoskopi anterior dengan melihat tertahannya
gerakan velum palatum mole pada waktu fonasi. Pada pemeriksaan tepi anterior adenoid yang hipertrofi terlihat melalui lubang hidung bila sekat hidung lurus dan konka mengerut. Dengan meletakkan ganjal di antara deretan gigi atas dan bawah, adenoid yang membesar dapat diraba.
Nasoendoskopi dapat membantu untuk melihat ukuran adenoid secara langsung.
Pemeriksaan radiologi dengan membuat foto polos lateral kepala agar dapat melihat pembesaran adenoid
CT scan merupakan modalitas yang lebih sensitif daripada foto polos untuk identifikasi patologi jaringan lunak, tapi kekurangannya karena biaya yang mahal
TatalaksanaIndikasi adenoidektomi : Sumbatan : sumbatan hidung yang
menyebabkan bernapas melalui mulut, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, kelainan bentuk wajah muka dan gigi (adenoid face).
Infeksi : adenoiditis berulang/kronik, otitis media efusi berulang/kronik, otitis media akut berulang.
Kecurigaan neoplasma jinak/ganas
Komplikasi tindakan adenoidektomiperdarahan bila pengerokan adenoid
kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan
terjadi kerusakan dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus
tubarius akan rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba Eustachius tuli konduktif .