ppok-pdl
DESCRIPTION
fffTRANSCRIPT
CASE REPORT SESIONSEORANG LAKI-LAKI 56 TAHUN DENGAN KELUHAN
SESAK NAFAS
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
di RSUD Tugurejo Semarang
Dokter Pembimbing :
dr. Zulfahmi, Sp.PD.
Disusun Oleh :
Aditya Yodha Anfasa
H2A008003
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA : ADITYA YODHA ANFASA
NIM : H2A008003
FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
BIDANG PENDIDIKAN : ILMU PENYAKIT DALAM
PEMBIMBING : DR. ZULFAHMI, Sp.PD
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Desember 2014
Pembimbing
dr. Zulfahmi, Sp.PD
Daftar Masalah
No. Masalah aktif Tanggal Masalah Pasif1. PPOK 6/12/2014 Kebiasaan Merokok
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 56 tahun
Alamat : Boja RT 02/ RW 01,
Pekerjaan : Tukang kebun
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
MRS : 5- 12-2013
II. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Sesak nafas
b. Riwayat perjalanan penyakit
Sejak ± 2 tahun yang lalu, pasien mengeluh sesak, sesak di rasakan pasien
ketika beraktifitas, tidak dipengaruhi cuaca dan emosi, nafas bunyi mengi (+),
pasien mengeluh batuk yang tidak berdahak, darah tidak ada. Demam ada tapi
tidak terlalu tinggi (+), keringat malam hari (+), nafsu makan menurun (+), berat
badan menurun (+), BAB dan BAK biasa. Pasien kemudian berobat ke puskesmas
dan dirawat selama 10 hari
± 1 bulan SMRS pasien mengeluh sesak nafas, sesak dipengaruhi aktivitas
(+) bila berjalan sejauh ±50 meter, tidak dipengaruhi cuaca dan emosi, sering
terbangun di malam hari karena sesak (-), pasien tidur dengan 1 bantal, bunyi
mengi (+), batuk (+), berdahak (+), demam (+) ada tidak terlalu tinggi , nyeri dada
(-), dada berdebar (-), kaki bengkak (-), nafsu makan turun (+), keringat malam
(+) BAB dan BAK biasa. Pasien kemudian berobat ke praktek dokter. mengalami
perbaikan, batuk dan sesak berkurang.
± 4 hari SMRS pasien mengeluh sesak nafas, Sesak nafas memberat pada
saat beraktifitas seperti berjalan dekat ke kamar mandi. Sesak nafas ini dirasakan
menetap sepanjang hari dan tidak dipengaruhi cuaca.
Sesak dirasakan semakin hari semakin memberat terutama saat pasien
dalam posisi terlentang, membaik dengan posisi duduk dan tidur dengan
menggunakan 2 – 3 bantal.
Sesak dirasakan nafas bunyi mengi (+), batuk (+), berdahak tetapi sulit
dikeluarkan, demam ada namun tidak terlalu tinggi. Nyeri dada (+), dada berdebar
(-), kaki bengkak (-), nafsu makan menurun (+). nyeri ulu hati (-), mual (+), mutah
(-), BAB dan BAK biasa. Pasien kemudian berobat kerumah sakit Tugurejo
Semarang.
c. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit yang sama : diakui 2 tahun yang lalu
- Riwayat pengobatan 6 bulan : disangkal
- Riwayat alergi makanan : disangkal
- Riwayat sakit darah tinggi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat minum obat-obatan NSAID : disangkal
d. Riwayat kebiasaan
- Riwayat merokok sejak umur 15 tahun setengah bungkus per hari. Sejak 5
bulan terakhir pasien sudah mulai mengurangi rokok.
e. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit paru: disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
f. Riwayat sosioekonomi
- Pasien sudah tidak bekerja aktifitas sehari-hari mencari kayu dikebun,
pasien berobat menggunakan BPJS.
Kesan : sosial ekonomi kurang
g. Anamnesis sistem
Sistem respirasi : Sesak nafas (+),batuk (+) berdahak (+)
batuk darah (-),mengi (+), tidur mendengkur (-).
Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas bertambah saat beraktivitas (+),
nyeri dada(-), berdebar-debar (+), keringat
dingin (-)
Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (-),perut melilit (-), diare
(-), nyeri ulu hati (-),nafsu makan menurun
(+),BB turun (-).
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).
Sistem genitourinaria : Sering kencing(-),nyeri saat kencing(-),keluar
darah (-), berpasir (-), kencing nanah(-), sulit
memulai kencing (-), warna kencing kuning
jernih (+), anyang-anyangan(-), berwarna
seperti teh (-).
Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-),mengigau
(-), emosi tidak stabil (-)
Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-),
Bercak merah kehitaman di bagian dada,
punggung, tangan dan kaki (-)
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6/12/2014 pada pukul 15.00 WIB di
bangsal Dahlia 4 RSUD Tugurejo Semarang
a) Keadaan umum : tampak sesak nafas
b) Kesadaran : compos mentis
c) Status gizi :
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 155 cm
BMI : 19,98 kg/m2
Kesan : normoweight
d) Vital sign
TD : 114/70 mmHg
Nadi : 94x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
RR : 28x/menit
Suhu : 37,5o C (axiller)
e) Status Internus
a. Kepala : kesan mesocephal
b. Mata:
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor 3mm
reflek pupil (+/+)
c. Hidung:
napas cuping hidung (-)
nyeri tekan (-)
krepitasi (-)
Sekret (-)
septum deviasi (-)
konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)
d. Mulut:
sianosis (-)
Pursed lips-breathing (-)
lidah kotor (-)
uvula simetris
tonsil (T1/T1), hiperemis (-),kriptemelebar (-)
gigi karies (+)
e. Telinga:
Sekret (-/-)
Serumen (-/-)
Laserasi (-/-).
f. Leher:
nyeri tekan trakea (-)
pembesaran limfonodi (-/-)
Pembesaran tiroid (-/-)
Pergerakan otot bantu pernafasan (-)
Peningkatan JVP (-)
g. Thoraks
Cor :
Inspeksi : ictuscordis tak tampak, ICS melebar (-)
Palpasi : ictus cordisteraba di ICS V 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra, kuatangkat (-), ICS melebar (-),
Perkusi :
Kiri bawah : ICS VI 2 cm linea midclavicula
sinistra
Batas kiri atas : ICS II linea sternal sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea sternal dextra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
Auskultasi :Suara jantung murni: Suara I dan Suara II ireguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
Pulmo
PULMO DEXTRA SINISTRA
Depan 1. Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitorak Simetris Simetris
Warna Sama dengan warna sekitar.
Sama dengan warna sekitar.
2. Palpasi
Nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekanStem fremitus Normal Normal
3. Perkusi Hipersonor Hipersonor4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler melemah Vesikuler melemahSuara tambahan Wheezing - - Ronki kasar - -
RBH + + Stridor - -
Belakang 1. Inspeksi
Warna Sama dengan warna sekitar Sama dengan warna sekitar2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)Stem Fremitus Tidak ada pengerasan dan
pelemahan Tidak ada pengerasan dan
pelemahan3. Perkusi
Lapang paru Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler VesikulerSuara tambahan Wheezing - - Ronki kasar - - RBH + + Stridor - -
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
Vesikuler melemah vesikuler melemah
h. Abdomen
- Abdomen
Inspeksi:
Bentuk : datar
Warna : sama dengan warna kulit sekitar
Venektasi : tidak ditemukan
Auskultasi:Bisingusus (+) normal8x/menit
Palpasi:
Supel (+), Nyeri tekan di regio epigastrium (+)
Defance muscular : (-)
Hepar : normal
Lien :tidak teraba pembesaran
Ginjal:tidak teraba pembesaran
Perkusi:
Timpani di seluruh kuadran
Pekak hati (+)
Pekaksisi (+) normal
Pekak alih (-)
i. Ekstremitas
Superior InferiorAkral dinginOedemSianosisGerak
Tremor
-/--/--/-
Dalam batas normal5/55/5-/-
-/--/--/-
Dalam batas normal5/55/5-/-
i. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium ( 6-12-2014)
Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lekosit 5.85 3,6 – 11
Eritrosit 5.09 3.8-5.2Hemoglobin 12.00 11.7-15.5Hematokrit 36.80 35-47MCV 92.00 80 – 100MCH 30.00 26 – 34MCHC 32.60 32 – 36Trombosit 410 150 – 440RDW 12.50 11,5 – 14,5Eosinofil absolute L 0,00 0,045 – 0,44Basofil absolute 0,03 0 – 0,2Neutrofil absolute 5.89 1,8 – 8Limfosit absolute L 0.52 0,9 – 5,2Monosit absolute L 0.10 0,16 – 1Eosinofil L 0.00 2 – 4Basofil 0.30 0 – 1Neutrofil H 89.20 50 -70Limfosit L 8.90 25 - 40Monosit L 1.70 2 – 8
- Hasil Rontgen Thorax 5/ 12/2014
Interpretasi Hasil
Cor : Ukuran tak membesar
Pulmo : Corakan vaskuler kasar
Bercak kesuraman (-)
Diafragma : Baik
Sinus costofrenicus : Lancip
Kesan :
Cor : Cardiomegali
Pulmo : gambaran bronkitis
HASIL EKG
Irama sinus
Ritme reguler
Frekuensi : 100x/menit
Zona transisi : V3-V4
Aksis : Lead 1 (+), lead AVF (+) kesan normal
Gelombang p, lebar: 2 kotak kecil, tinggi: 1,5 kotak kecil
PR interval : 4 kotak kecil (0,16 detik)
Kompleks QRS, lebar 1,5 kotak kecil
Q: lebar: 0,75 kotak kecil, dalam 1 kotak kecil
T. lebar 4 kotak kecil, kesan hipertrofi ventrikel kiri.
j. Daftar Abnormalitas
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Penunjang
1. Sesak nafas
2. Batuk
3. Mengi
10. Karies gigi
11. RBH
12. Nyeri tekan
17. Eosinofil absolute
(L)
18. Limfosit absolute
4. Dahak minimal
5. Nafsu makan menurun
6. Mual
7. Nyeri dada
8. Sakit serupa 2 tahun yang
lalu
9. Merokok sejak usia 15 tahun
setengah bungkus perhari
epigastrium
13. Vasikuler melemah
dex-sin (depan)
14. KU : tampak sesak
15. Nadi : 94x/menit
16. RR : 28x/menit
(L)
19. Monosit absolute
(L)
20. Eosinofil (L)
21.Eosinofil (H)
22.Foto thorax :
Kardiomegali
23. Foto thorax :
Gambaran
bronchitis
24. EKG gambaran
kardiomegali
k. Analisis Masalah
PPOK
:1,2,3,4,7,8,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,24
l. Rencana Pemecahan Masalah
a. Ass. Etiologi :
- Bronchitis kronis
- Bronchitis kronis obstruktif
- Empisema
a. Ass. Faktor Risiko :
Lifestyle :
- Faktor Usia
- Konsumsi rokok
b. Ass. Komplikasi PPOK :
- Bronchitis akut
- Pneumoni
- Emboli paru
- Cor pulmonal
- Pneumothoraks
- Hemoptisis
Initial Plan
a. Ip Dx : S : -
O : - Spirometri
- Foto thorax
b. Ip Tx :
Infus RL/NaCl + aminophilin
Metil prednisolon 2X62,5
Ceftriaxone 2X1 g
Amboxol 3X1
Omeprazole 2X1
Salbutamol 3X2mg
PCT 3X1
Combifen 2X1
c. Ip Mx :
Monitoring tanda vital
Monitoring cairan dan elektrolit
Monitoring konsumsi makanan dan obat
d. Ip Ex :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
Menghindari faktor pencetus
Tidur dengan bantal tinggi bila sesak
m. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
n. Progres Note
PPOK
Tg
l
Ku Tanda vital Pemeriksaan Assesment Terapi
05/
12/
14
Sesak nafas KU : Tampak sesakTD : 113/68 mmHgRR: 26x/menitHR: 64x/menitSuhu: 35,60C
Kepala : mesochepalMata : CPA -/-, SI -/-Telinga : dbnHidung : dbnMulut : dbnLeher : dbnThorax:BJI-II regularSD Vesikuler melemah +/+Abdomen:dbnEkstremitas :dbn
PPOK RL 16 tpm
Ketorolac 3X1 ampDexametason inj 3X1 amp
06/
12/
14
Sesak
nafas, nyeri
ulu hati
KU : Tampak sesakTD : 120/565 mmHgRR: 22x/menitHR: 88x/menitSuhu : 36,50C
Kepala : mesochepalMata : CPA -/-, SI -/-Telinga : dbnHidung : dbnMulut : dbnLeher : dbnThorax:BJI-II regularSD Vesikuler melemah +/+Abdomen: dbnEkstremitas :dbn
PPOK RL 16 tpm
Dexametas
on inj 3X1
amp
Omeprazol
e 2X1
Isosorbid
dinitrat 3x1
07/
12/
14
Sesak
nafas, nyeri
ulu hati
KU : LemahTD : 94/50 mmHgRR: 24x/menitHR: 97x/menitSuhu : 36,50C
Kepala : mesochepalMata : CPA -/-, SI -/-Telinga : dbnHidung : dbnMulut : dbnLeher : dbnThorax:BJI-II regularSD Vesikuler +/+Abdomen: dbnEkstremitas :dbn
PPOK RL 12 tpm
Nebulizer
2X1
Combifet :
Pulmicortr
1:1 /12 jam
RL +
Aminophili
n 1 amp 16
tpm
Metil
prednisolon
12mg/12
jam
08/
12/
14
Sesak
menurun,
Nyeri ulu
hati, batuk
KU : LemahTD : 150/96 mmHgRR: 22x/menitHR: 97x/menitSuhu : 36,50C
Kepala : mesochepalMata : CPA -/-, SI -/-Telinga : dbnHidung : dbnMulut : dbnLeher : dbnThorax:BJI-II regularSD Vesikuler +/+Abdomen: dbnEkstremitas :dbn
PPOK RL 12 tpm
Levofloxasi
n 500 mg
2X1
PCT prn
Nebulizer
2X1
Combifet :
Pulmicortr
1:1 /12 jam
RL +
Aminophili
n 1 amp 16
tpm
Metil
prednisolon
12mg/12
jam.
09/
12/
14
Pa
gi
Kadang
masih
sesak, nyeri
ulu hati
KU : CukupTD : 121/64 mmHgRR: 26x/menitHR: 82x/menitSuhu : 36,40C
Kepala : mesochepalMata : CPA -/-, SI -/-Telinga : dbnHidung : dbnMulut : dbnLeher : dbnThorax:BJI-II regularSD Vesikuler +/+Abdomen: dbnEkstremitas :dbn
PPOK Motivasi
rawat jalan
09/
12/
Tidak ada
keluhan
KU : cukupTD : 142/82 mmHg
Kepala : mesochepalMata : CPA -/-, SI -/-Telinga : dbn
PPOK Aminophili
n 1X1
14
so
re
RR: 24x/menitHR: 64x/menitSuhu : 360C
Hidung : dbnMulut : dbnLeher : dbnThorax:BJI-II regularSD Vesikuler +/+Abdomen: dbnEkstremitas :dbn
Atrovent
(ipratropiu
m bromide)
4X2 puff
Terbutalin
2X2,5 mg
Amoksisilin
3X1gr
Ambroxol
3X1
Boleh
pulang
o. Alur Pikir
Pasien laki-laki 57 tahun dengan
Merokok
Inflamasi bahan berbahaya
Kerusakan jaringan paru
PPOK
ANAMNESIS:
1. Sesak nafas
2. Batuk
3. Mengi
4. Dahak minimal
5. Nafsu makan menurun
6. Mual
7. Nyeri dada
8. Sakit serupa 2 tahun yang
lalu
9. Merokok sejak usia 15
tahun setengah bungkus
perhari
PEMERIKSAAN FISIK
1. Karies gigi
2. RBH
3. Vasikuler melemah
dex-sin (depan)
4. KU : tampak sesak
5. Nadi : 94x/menit
6. RR : 28x/menit
Inflamasi
Penyempitan saluran nafas dan fibrosis
Destruksi parenkim
Hipersekresi mucus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
3.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial., bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh
proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat
memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan
partikel gas berbahaya.1
3.1.2 Epidemiologi
Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda
dari partikel yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika
kita mengambil kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang
berlebihan dari partikel-partikel yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan.
Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan komposisinya dapat memberikan
kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya tergantung kepada jumlah
dari partikel yang terinhalasi individu tersebut. Insidensi pada pria lebih banyak
daripada wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada wanita meningkat dengan
semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.2
3.1.3 Faktor Risiko
Faktor resiko PPOK bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-
partikel iritatif yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya.1,3
1. Asap rokok
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala
respiratorik, abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi
daripada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK
bergantung pada “dosis merokok” nya, seperti umur orang tersebut mulai
merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut
merokok.
Enviromental Tobacco Smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami
gejala-gejala respiratorik dan PPOK dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif
tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru “terbakar”.
2. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
3. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara, arang, kayu
bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk
memasak, pemanas, dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Ini
memungkinkan bahwa wanita di negara berkembang memiliki angka kejadian
yang tinggi terhadap kejadian PPOK.
4. Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu
jalanan.
5. Infeksi saluran nafas berulang
6. Jenis kelamin
Dahulu, PPOK lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena
dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini
prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh
perubahan pola dari merokok itu sendiri. Namun hal tersebut masih
kontoversial, maskipun beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok
wanita lebih rentan untuk terkena PPOK dibandingkan perokok pria. Di
negara berkembang wanita lebih banyak terkena paparan polusi udara yang
berasal dari asap saat mereka memasak.
7. Status sosioekonomi dan status nutrisi
8. Rendahnya intake dari antioksidan seperti vitamin A, C, E, kadang-kadang
berhubungan dengan peningkatan resiko terkena PPOK, meskipun banyak
penelitian terbaru menemukan bahwa vitamin C dan magnesium memiliki
prioritas utama.
9. Asma
10. Usia
11. Onset usia dari PPOK ini adalah pertengahan
12. Faktor Genetik
13. Faktor kompleks genetik dengan lingkungan menjadi salah satu penyebab
terjadinya PPOK, meskipun penelitian Framingham pada populasi umum
menyebutkan bahwa faktor genetik memberi kontribusi yang rendah dalam
penurunan fungsi paru.
3.1.4 Patofisiologi
Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran napas,
parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Diberbagai bagian paru
dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T (terutama CD8) dan neutrofil. Sel-sel
radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti Leukotrien
B4, IL8, TNF yang mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan
inflamasi neutrofilik. Disamping inflamasi ada 2 proses lain yang juga penting
yaitu imbalance proteinase dan anti proteinase di paru dan stres oksidatif.
Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai disaluran napas besar
(central airway), saluran napas kecil (periperal airway), parenkim paru dan
vaskuler pulmonal. Pada saluran napas besar dijumpai infiltrasi sel-sel radang
pada permukaan epitel. Kelenjar-kelenjar yang mensekresi mukus membesar dan
jumlah sel goblet meningkat. Kelainan ini menyebabkan hipersekresi bronkus.
Pada saluran napas kecil terjadi inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya
siklus injury dan repair dinding saluran napas. Proses repair ini akan
menghasilkan struktural remodeling dari dinding saluran napas dengan
peningkatan kandungan kolagen dan pembentukan jaringan ikat yang
menyebabkan penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada
parenkim paru terjadi destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler.
Kelainan ini lebih sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa
terjadi diseluruh lapangan paru dan juga terjadi destruksi pulmonary capilary bed.
Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh
darah yang dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK. Perubahan struktur yang
pertama kali terjadi adalah penebalan intima diikuti peningkatan otot polos dan
infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel radang. Jika penyakit bertambah
lanjut jumlah otot polos, proteoglikan dan kolagen bertambah sehingga dinding
pembuluh darah bertambah tebal.
Pada bronkitis kronis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran
napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak.
Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (<2mm)
menjadi lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi karena
metaplasi sel goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan
hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan saluran napas
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.1
3.1.5 Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan:1
3.1.5.1 Gambaran klinis
a. Anamnesis:
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan
lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
di leher dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
3.1.5.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin:1
a. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau
VEP1/KVP (%).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif
dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari
20%
b. Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan
APE meter.
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 -
20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE,
perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
b. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit.
c. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
Pada bronkitis kronis, foto thoraks memperlihatkan tubular
shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus
menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
Pada emfisema, foto thoraks menunjukkan adanya hiperinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan
pembuluh darah pulmonal, dan penambahan cortakan ke distal.
Normal Hyperinflation
Gambar 2. Peredaan paru normal dan hiperinflasi pada foto thoraks.
Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
a. Faal paru
- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti
Paru Total (KPT), VR/KRF,VR/KPT meningkat
- DLCO menurun pada emfisema
- Raw meningkat pada bronkitis kronik
- Sgaw meningkat
- Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
b. Uji latih kardiopulmoner
- Sepeda statis (ergocycle)
- Jentera (treadmill)
- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
c. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil
PPOK terdapat hipereaktivitas bronkus derajat ringan.
d. Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
(prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari
selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 %
dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan
faal paru setelah pemberian kortikosteroid.
e. Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
f. Radiologi
- CT - Scan resolusi tinggi
Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema
atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos.
- Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
g. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan.
h. Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
i. Bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk
memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang
merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di
Indonesia.
j. Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema
pada usia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di
Indonesia.
3.1.6 Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi PPOK
Klasifikasi
Penyakit
Gejala Spirometri
Ringan - Tidak ada gejala waktu istirahat atau
bila exercise
- Tidak ada gejala waktu istirahat
tetapi gejala ringan pada latihan
sedang (misal : berjalan cepat, naik
tangga)
VEP > 80%
prediksi
VEP/KVP < 75%
Sedang - Tidak ada gejala waktu istirahat
tetapi mulai terasa pada latihan /
kerja ringan (misal : berpakaian)
- Gejala ringan pada istirahat
VEP 30 - 80%
prediksi
VEP/KVP <
75%
Berat - Gejala sedang pada waktu istirahat
- Gejala berat pada saat istirahat
- Tanda-tanda korpulmonal
VEP1<30%
prediksi
VEP1/KVP <
75%
3.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :1
1. Edukasi
2. Obat-obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
a. Edukasi
Inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan
mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Secara umum bahan edukasi yang
harus diberikan adalah :
Pengetahuan dasar tentang PPOK
Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya
Cara pencegahan perburukan penyakit
Menghindari pencetus (merokok)
Penyesuaian aktifitas
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada
PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel.
Edukasi berdasarkan derajat penyakit:
Ringan
Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara
lain berhenti merokok
Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
Menggunakan obat dengan tepat
Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
Penggunaan oksigen di rumah
b. Obat-obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi berat derajat penyakit. Pemilihan bentuk obat
diutamakan inhalasi (dihisap melalui saluran nafas), nebuliser tidak dianjurkan
pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian
obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting).
Macam-macam bronkodilator adalah : golongan antikolinergik, golongan
agonis beta-2, kombinasi antikolinergik dan beta-2 dan golongan xantin.
b. Anti inflamasi
Digunakan apabila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral (diminum) atau
injeksi intravena (ke dalam pembuluh darah). Ini berfungsi untuk menekan
inflamasi yang terjadi. Dipilih golongan metilpradnisolon atau prednison.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan untuk lini
pertama adalah amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua diberikan
amoksisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon
dan makrolid baru.
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. Digunakan N-
asetilsistein, dan dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering,
tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.
e. Mukolitik (pengencer dahak)
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
kental. Tetapi obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati-hati.
c. Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan
hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi dalam sel dan
mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya.
d. Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal
napas akut, atau pada penderita PPOK derajat berat dengan gagal napas kronik.
Ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan intubasi atau tanpa
intubasi.
e. Nutrisi
Malnutrisi pada pasien PPOK sering terjadi, disebabkan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respiratorik yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperaapni menyebabkan terjadinya
hipermetabolisme.
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi PPOK bertujuan untuk meningkatkan toleransi latihan dan
memperbaiki kualitas hidup penderita dengan PPOK. Program ini dapat
dilaksanakan baik di luar maupun di dalam Rumah Sakit oleh suatu tim Program
rehabilitasi ini terdiri dari latihan fisik, psikososial dan latihan pernapasan.
Prinsip Penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi
segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Beberapa
hal yang harus diperhatikan meliputi:
1. Diagnosis beratnya eksaserbasi
2. Terapi oksigen adekuat
Tujuan terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah
keadaan yang mengancam jiwa. Sebaiknya dipertahankan PaO2> 60
mmHg atau Sat O2> 90%, evaluasi ketat hiperkapnoe. Bila terapi oksigen
tidak dapat mencapai kondisi oksigen adekuat, harus gunakan ventilasi
mekanik, bila tidak berhasil gunakan intubasi.
3. Pemberian obat-obatan yang adekuat
Antibiotik
Bronkodilator
Kortikosteroid
4. Tidak terlalu diberikan tergantung derajat eksaserbasi. Pada eksaserbasi
derajat sedang diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada
derajat berat diberikan intravena. Pemerian lebih dari 2 minggu tidak
memberikan hasil yang lebih baik, tetapi banyak menimbulkan efek
samping.
5. Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia
berkepanjangan, dan menghindari kelelahan otot bantu napas.
6. Ventilasi mekanik
7. Kondisi lain yang berkaitan
Monitor balans cairan elektrolit
Pengeluaran sputum
Gagal jantung aritmia.
Evaluasi ketat progresivitas penyakit
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Rasyid. Etiopatogenesis Penyakit Paru Ostruktif Kronik dalam
Work-Shop Pulmonology. 2002. Palembang: Subbagian Pulmonologi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam.
2. Aditama Tjandra Yoga. 2005. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan.
Jakarta.
3. Hedge, BM et all. Chronic Ostructive Pulmonary Disease. Kuwait Medical
Journal. 2011. 43: 3 [diakses pada tanggal 26 Maret 2012, tersedia di:
http://www.kma.org.kw/KMJ/journals/Full%20Isslue%20September
%202011.pdf ]
4. WHO. Chronic Ostructive Pulmonary Disease (COPD). 2012. [diakses
pada tanggal 26 Maret 2012, tersedia di:
http://www.who.int/respiratory/copd/en/ ]
5. Riyanto BS, Hisyam B 2006. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
IPD FKUI, p. 984-5.
6. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI; 2006