powerpoint presentation · 2019-12-02 · seperti kelompok tani dengan menambah fungsinya sebagai...
TRANSCRIPT
12/2/2019
1
1
Program Pencegahan
Kebakaran Hutan dan
Lahan Berbasis Klaster
29 November 2019
Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianRepublik Indonesia
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan PertanianMusdhalifah Machmud
2
SUMMARY
01
Berdasarkan data Kementerian LHK, LAPAN & BNPB, sampai hari ini tercatat masih banyak terjadi
hotspot dan lahan terbakar di wilayah Sumatera dan Kalimantan khususnya Provinsi Riau, Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan penanggulangan yang bersifat
segera dan perencanaan preventif untuk mencegah kembali terulang di tahun berikutnya.
02
03
Kebijakan pencegahan karhutla berbasis klaster yang mensinergikan perusahaan-perusahaan pemilik
konsesi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat menjadi solusi untuk
menurunkan angka hotspot dan areal lahan terbakar di tiap Provinsi rawan karhutla.
04
Prioritas pelaksanaan kebijakan ini tersebar di 8 Provinsi rawan karhutla, yaitu Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Utara yang terbagi dalam 200 klaster dengan luas total 30,9 Juta Ha. Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian akan memanggil perusahaan-perusahaan yang teridentifikasi
adanya hotspot maupun areal terbakar di dalam maupun sekitar konsesinya,
Sampai dengan saat ini telah dilaksanakan 2 pilot project klaster karhutla di Kabupaten Pelalawan
(Riau) seluas 1,3 juta Ha dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan) seluas 1,9 juta Ha.
Saat ini sedang dipersiapkan pilot project klaster karhutla yang ke-3 di Kabupaten Kutai Timur
(Kalimantan Timur) dengan luas 0,33 juta Ha. Kedepannya akan terus didorong implementasi klaster
karhutla di wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi karhutla tinggi.
1
2
12/2/2019
2
3
KONSEP PENCEGAHAN
KARHUTLA
BERBASIS KLASTER
4
• Program Pencegahan Kebakaran Hutan (Karhutla) Berbasis Klaster dilakukan melaui 2 program kegiatan
yakni Deteksi dan Pemadaman Dini serta Pembinaan Desa baik di dalam/disekitar kawasan konsesi maupun
diluar kawasan konsesi,.
• Deteksi dan Pemadaman Dini untuk wilayah konsesi merupakan tanggungjawab perusahaan, sedangkan
untuk wilayah di luar konsesi akan ditunjuk organisasi profesional sebagai Independent Operator untuk
melakukan program Deteksi dan Pemadaman Dini.
• Pembinaan desa untuk wilayah konsesi merupakan tanggung jawab perusahaan, sedangkan untuk di luar
konsesi akan ditunjuk perusahaan yang ada di dalam klaster untuk melakuan program Pembinaan Desa.
KONSEP KERANGKA KERJASAMA KLASTER DI DALAM PENCEGAHAN KARHUTLA
• Patroli rutin untuk mengecek hotspots/firespots
• Peringatan dini atas adanya indikasi api
• Deteksi awal api dengan luasan maksimum 0.2 ha.
• Deployment/mobilisasi regu pemadam dilokasi api maksimal 2
jam sejak api terdeteksi.
• Pemadaman dini api maksimal 8 jam setelah tim pertama tiba
• Desa Sadar Api (sosialisasi dan pelatihan)
• Desa Bebas Api (tata kelola lahan, masyarakat peduli api, dan pengembangan ekonomi setempat)
• Desa Tangguh Api (patroli bersama, pendampingan, dan insentif)
Deteksi dan Pemadaman Dini
Pembinaan Desa
3
4
12/2/2019
3
5
SKEMA PROGRAM PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER UNTUK PENCEGAHAN KARHUTLA (1/2)
PRINSIP-PRINSIP PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER DISEKITAR KAWASAN KONSESI
Batas 3 km dari
konsesi
Desa di dalam jarak
3 km dari batas luar
konsesi (Ring 2)
Batas Konsesi
Desa dalam
konsesi (Ring 1)
Klaster
Pemilik konsesi
(Anggota klaster)
PT. B
Luas Konsesi :1000 ha
Perusahaan diwajibkan untuk menetapkan
desa binaanya, berdasarkan jaraknya
terhadap batas konsesi, yakni Desa Ring-1,
Desa Ring-2, dan Desa Ring-3.
• Ring-1: Desa-desa yang berada didalam
kawasan konsesi dan/atau langsung
berbatasan dengan konsesi perusahaan
(HTI/Kebun)
• Ring-2: Desa-desa yang tidak langsung
berbatasan dengan wilayah konsesi dan
berjarak max 3 km dari batas wilayah
konsesi perusahaan
• Ring-3: Desa-desa yang tidak langsung
berbatasan dengan wilayah konsesi dan
berjarak > 3 Km dari batas wilayah konsesi
perusahaan
• Pemilik konsesi bertanggung jawab menjalankan program Pembinaan Desa termasuk pembiayaannya di desa-desa yang
berlokasi di dalam wilayah konsesi (Ring-1) dan desa-desa yang terletak 3 km dari batas luar konsesi (Ring-2).
• Perusahaan yang ditunjuk sebagai Klaster Leader bertanggung jawab dalam koordinasi pembinaan desa-desa di Ring-3.
• Pemerintah Daerah, melalui usulan dari Klaster Leader, menetapkan pemilik konsesi tertentu untuk menjalankan program
pembinaan desa di luar batas 3 km (Ring-3) dengan menggunakan aturan main yang ditetapkan, misalnya berdasarkan jarak
terdekat, beban jumlah desa binaan, dsb.
PT. A
Luas Konsesi :1500 ha
Desa di luar batas
3 km (Ring 3)
PT. C
Luas Konsesi :800 ha
6
PRINSIP-PRINSIP PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER BERDASARKAN USULAN PIHAK SWASTA
• Pemilik konsesi bertanggung jawab menjalankan program pembinaan termasuk pembiayaan desa di dalam konsesi (Ring 1) dan di dalamklaster (wilayah non-konsesi) yang telah ditentukan (Ring 2).
• Dalam satu Kabupaten terdiri dari beberapa klaster, basisnya tidak dari wilayah konsesi, tetapi menggunakan batas wilayah administratifKabupaten, sehingga sistem koordinasi akan lebih mudah.
• Untuk desa-desa di luar klaster dan konsesi merupakan tanggungjawab Pemda Kabupaten. Pemda Kabupaten bertindak sebagai leader klaster agar mudah berkoordinasi dengan Satgas di level Provinsi dan Kabupaten.
• Untuk kasus klaster 2 dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan yang wilayah klasternya yang bersinggungan dengan perusahaan lain sesuai kesepakatan.
Perusahaan diwajibkan untuk
menetapkan desa binaanya,
berdasarkan 2 peringkat desa,
yakni Desa Ring-1 dan Desa
Ring-2
• Ring 1 - Desa-desa yang
berada didalam kawasan
konsesi dan/atau langsung
berbatasan dengan konsesi
perusahaan (HTI/Kebun)
• Ring 2 - Desa-desa yang tidak
langsung berbatasan dengan
wilayah konsesi atau berada di
luar konsesi masih berada di
dalam klaster.
SKEMA PROGRAM PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER UNTUK PENCEGAHAN KARHUTLA (2/2)
PT. A
Luas Konsesi 20.000 ha
KLASTER 1
Luas 65.000ha
KLASTER 2
Luas 55.000 ha KLASTER 3
Luas 50.000 ha
PT. B
Luas Konsesi 6.500 ha
PT. C
Luas Konsesi 4.000 ha
Pemda Kabupaten(Leader Klaster)
Wilayah Administratif
Kabupaten “X” Luas Area : 500.000 ha
Desa di dalamKlaster
Batas Konsesi PT. A(Ring 1)
Desa di dalamKonsesi
Desa di luarKlaster
Batas Klaster(Ring 2)
5
6
12/2/2019
4
7
SKEMA PROGRAM PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER UNTUK PENCEGAHAN KARHUTLA
• Program Pembinaan Desa dilakukan melalui 3 tahapan modul, yakni: Modul Desa Sadar Api (M1), Modul Desa Bebas Api
(M2), dan Modul Desa Tangguh Api (M3), yang secara keseluruhan dilakukan selama 3 tahun.
• M1 dilakukan untuk meningkatkan kesadaran desa dan kelompok masyarakat atas bahaya karhutla dan memperkenalkan
teknik-teknik pencegahan kebakaran, yang dilaksanakan pada tahun pertama.
• M2 untuk meningkatkan kemampuan desa dan kelompok masyarakat dalam pencegahan dan penanganan kebakaran yang
dilakukan pada tahun ke dua dan ke tiga.
• M3 untuk meningkatkan kemandirian desa dan kelompok masyarakat dalam pencegahan dan penanganan kebakaran yang
berkelanjutan yang dilaksanakan setelah tahun ke-3.
Modul Desa Sadar Api (M1)
Modul Desa Tangguh Api (M3)
Modul Desa Bebas Api (M2)
• Sosialisasi (kampanye,
pemasangan spanduk,
materi pelajaran di
sekolah-sekolah, dan
penyuluhan melalui
media elektronik atau
media cetak)
• Pelatihan
• Pembuatan tata kelola lahan (kepemilikan dan
pemanfaatan lahan)
• Pembentukan masyarakat peduli api
• Pengembangan ekonomi setempat (tidak membakar
dalam pembukaan lahan)
• Patroli bersama
• Pendampingan
• Insentif (reward)
Modul Pembinaan Desa *)
*) Modul-modul dilaksanakan secara berurutan dengan kemungkinan adanya ‘overlap’
8
Program Tujuan Kegiatan
Sosialisasi
• Memberikan informasi &
meningkatkan kesadaran kepada
masyarakat tentang bahaya
kebakaran dan upaya pencegahannya
• Memberikan sosialisasi/penyuluhan pada kegiatan/acara
rembuk desa/kegiatan keagamaan/sosial budaya lainnya
• Penyebaran/pemasangan poster dan spanduk tentang
bahaya karhutla dan pencegahanya
• Menyebarkan/memasukkan muatan pencegahan
kebakaran dalam proses belajar-mengajar maupun modul
belajar
• Memberikan pendidikan ke sekolah-sekolah
Pelatihan
• Meningkatan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat dalam
upaya pencegahan kebakaran
• Bimbingan teknis pembukaan lahan tanpa bakar
• Keterampilan penggunaan alat pemadam kebakaran
• Teknik patroli terpadu
• Teknik deteksi dini
• Teknik pemadaman dini
MODUL DESA SADAR API (M1)
SKEMA PROGRAM PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER UNTUK PENCEGAHAN KARHUTLA
8
7
8
12/2/2019
5
9
Program Tujuan Kegiatan
Penguatan Kelembagaan
Desa
Mengaktifkan kelembagaan informal
seperti kelompok tani dengan
menambah fungsinya sebagai
masyarakat peduli api
• Pembentukan dan pembinaan MPA/KTPA
• Penyediaan crew leader
• Bantuan fasilitasi peralatan sarana prasarana
pencegahan karhutla (handtools dan mesin pompa),
serta penyediaan infrastruktur sumber air (embung,
sumur bor, dsb.)
Penguatan tata kelola
lahan
Memastikan status kepemilikan dan
penggunaan lahan dengan
menggunakan metode pemetaan
partisipatif masyarakat
• Pembuatan/penyempurnaan Peta Desa
• Pembuatan peta kepemilikan dan penggunaan lahan
• Pembuatan peta rawan kebakaran
• Pembekalan pengelolaan lahan tanpa bakar
Penguatan Keekonomian
Masyarakat
Membangun perilaku masyarakat yang
tidak bergantung pada lahan dengan
kegiatan ekonomi yang tidak
membakar lahan
• Memfasilitasi pelatihan PLTB
• Pelatihan tematik kewirausahaan untuk mata
pencaharian non lahan
• Pembekalan usaha
SKEMA PROGRAM PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER UNTUK PENCEGAHAN KARHUTLA
MODUL DESA BEBAS API (M2)
10
Program Tujuan Kegiatan
Patroli Karhutla
• Untuk memastikan tidak adanya
kembali kebakaran lahan dan hutan
disekitar wilayah konsesi
• Penyediaan crew leader
• Pelaksanaan patroli rutin karhutla baik di dalam maupun
diluar konsesi perusahaan
Pendampingan
• Mempertahankan/meningkatkan
perilaku masyarakat agar tidak
melakukan pembakaran lahan
• Pemberdayaan kelompok masyarakat dalam rembuk
desa
Insentif (reward)
• Memberikan motivasi kepada
masyarakat desa untuk mencegah
kebakaran
• Penilaian (audit) berdasarkan standar
• Pemberian reward kepada desa
SKEMA PROGRAM PEMBINAAN DESA BERBASIS KLASTER UNTUK PENCEGAHAN KARHUTLA
MODUL DESA TANGGUH API (M3)
9
10
12/2/2019
6
11
Crisis Center dikembangkan dari
a) Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), n) Manggala
Agni*), dan c) Penugasan kepada
TNI/POLRI, yang diperkuat dengan
penempatan staf yang profesional
serta SOP dan perlengkapan yang
handal, serta bergerak cepat (quick
response) untuk memadamkan api
secara dini
WHO FUNDING
WHEN HOW
Entitas profesional yang
dibentuk oleh pemerintah
untuk membantu
penanganan kebakaran
ketika terjadi eskalasi
Pembiayaan berasal dari
APBN, Bantuan
Bilateral/Multilateral, dan
perusahaan yang memiliki
lahan di kawasan dengan
tingkat kerawanan tinggi
Bergerak ketika terjadi
kebakaran (api yang
membesar/eskalasi) di luar
kemampuan pencegahan
perusahaan atau wilayah
setempat untuk memadamkan
api secara dini
Permintaan bersifat bottom up
dari daerah atau perusahaan
dengan konsekuensi pemberian
penalti dan sanksi untuk
memberikan efek jera kepada
pemohon penanganan
kebakaran
ProfesionalAPBN dan Non APBN
Eskalasi Kebakaran Bottom-Up disertai denda
01 02
03 04
Crisis Center dibangun di wilayah kerja yang meliputi sejumlah desa rawan kebakaran, dan berfungsi untuk
melakukan pemadaman dini secara cepat (quick response) berdasarkan pemberitahuan/ permintaan (on call)
perusahaan dan daerah. Standar yang tinggi akan diterapkan untuk mendukung fungsi “quick response” dari
Crisis Center
*) Manggala Agni merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dibawah Kementerian LHK
DETEKSI DAN PEMADAMAN DINI - CRISIS CENTER (1/3)
12
1. Crisis Center melakukan kegiatannya baik di
kawasan konsesi (HTI/HPH/Perkebunan) dan
non konsesi (open access)
2. Crisis Center menerapkan early warning system
yang handal, untuk deteksi titik api (firespot) dan
distribusi peringatan dini (fire alert).
3. Crisis Center menyiapkan peralatan yang
memadai (Fire Trucks, Drone, Helitack Aerial
Fire Fighting) dan tim yang professional
(certified fire fighters and experts)
4. Crisis Center bertindak secara cepat, maksimal
0.5 - 1 jam sejak dilaporkannya kejadian
kebakaran (quick response)
5. Crisis Center mengembangkan dan menerapkan
teknik partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan kebakaran (community
engagement)
1. Crisis center merupakan unit reaksi cepat untuk
memadamkan api secara dini berdasarkan
permintaan (on call).
2. Crisis Center ditempatkan di kawasan rawan
kebakaran hutan dan lahan untuk melayani
pemantauan dan pemadaman dini pada
beberapa Kabupaten/Kota rawan kebakaran.
3. Crisis Center menjadi pusat pembinaan dan
pelatihan teknik pencegahan/ pemadaman
kebakaran, modul partisipasi masyarakat, serta
menjadi pusat informasi teknik pemadaman
kebakaran.
4. Crisis center menerima informasi data
meteorologi/klimatologi, topografi kawasan,
kedalaman gambut, kelembaban tanah,
tutupan lahan, kejadian kebakaran dari instansi
pemerintah (BMKG, LAPAN, BIG, BNPB,
TNI/Polri)
Peranan Crisis
CenterKerangka Kerja
DETEKSI DAN PEMADAMAN DINI - CRISIS CENTER (2/3)
11
12
12/2/2019
7
13
DETEKSI DAN PEMADAMAN DINI - CRISIS CENTER (3/3)
PONTIANAK
1 Heli Bell-214B
1 Heli MI-8
1 Heli Kamov
PALEMBANG
2 Heli MI-17
2 Heli MI-8
1 Heli BO-105
JAMBI
1 Heli Bell-214B
1 Heli Kamov
PEKANBARU
Heli MI-171 & MI-8
1 Heli Sikorsky
1 Heli BO-105
DUMAI
2 Helicopter MI-172
14
PRINSIP-PRINSIP SUB KLASTER
13
14
12/2/2019
8
15
PRINSIP-PRINSIP SUB-KLASTER
1
2
3
4
5
6
7
8
Klaster merupakan wilayah kerja kolaborasi antar stakeholder di wilayah rawan kebakaran dengan satuan
terluas yaitu wilayah Provinsi.
Klaster dibagi menjadi beberapa sub-klaster yang berada di tingkat Kabupaten/Kota. Wilayah kerja sub-
klaster dibagi habis ke dalam rayonisasi dengan satuan terkecil desa.
Klaster dan Sub-klaster dilaksanakan dengan prinsip independen, akuntabel dan kerja sama/kolaborasi
antar wilayah
Kolaborasi antar pemangku/pengguna lahan (Pemerintah Pusat, Pemda, Perusahaan, dan Masyarakat).
Semua anggota sub-klaster menjalankan dan tunduk terhadap kesepakatan, regulasi dan peraturan yang
sudah ditetapkan.
Komitmen anggota sub-klaster untuk menjalankan kesepakatan dituangkan dalam MoU mengingat payung
hukum sub-klaster definitif belum ada.
Memperhatikan scalability atau sub-klaster akan mencapai skala ekonomi yang optimal apabila sub-klaster
itu semakin luas wilayah kerjanya dengan tetap memperhatikan aksesibilitasnya.
Berbagi sumber daya dan pengadaan bersama (barang dan jasa) antar anggota klaster dan sub-klaster
16
KELEMBAGAAN DAN MEKANISME KERJA SUB-KLASTER
MANAJER Sub-Klaster
KECAMATAN A
RAYON 2
KECAMATAN B
Desa dalam/sekitar konsesi
SATGAS KARHUTLA
KABUPATEN 1)
RAYON 3RAYON 1
KECAMATAN C
1) Efektif apabila kebakaran > 0,5
Ha (eskalasi), Response time
kurang dari 1 jam.
2) On call basis
• Efektif untuk kebakaran skala kecil
• Membina desa bebas api
• Manajer sub-klaster adalah profesional yang direkrut untuk menjalankan operasi pencegahan karhutla sub-klaster
KOMITE PENGARAH
KEPALA BPBD KABUPATEN
SELAKU KOORDINATOR Sub-Klaster
Desa dalam/sekitar Taman
NasionalDesa dalam/sekitar Kawasan
Konservasi
Desa dalam/sekitar kawasan
Hutan Lindung/Produksi
Pembina:
Perusahaan pemilik konsesi
(HTI dan Perkebunan)
Pembina:
Kepala Taman Nasional
Pembina:
Kepala Balai KSDA
(Konservasi Sumber Daya
Alam)
Pembina:
Kepala KPH
(Kesatuan Pengelolaan Hutan
Independent Operator
“Fire Management” 2)
15
16
12/2/2019
9
17
KOMITE PENGARAH
Untuk menjalankan konsep klaster karhutla, perlu dibentuk komite pengarah yang terdiri dari tim anggota dan
manager.
Anggota Komite Pengarah Sub-Klaster maksimal berjumlah 9 (sembilan)
orang yang dipilih oleh suara mayoritas yang hadir dalam pertemuan
tahunan dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:
Susunan Kelembagaan
Anggota Komite Pengarah Sub-Klaster Maksimal 9 orang
Perwakilanperusahaan
pemilik konsesi
(HGU, HTI dan
lainnya)
Perwakilan dari pengelola Hutan
Konservasi (BKSDA
dan Balai Taman
Nasional)
Perwakilan dari pengelola Hutan
Lindung
(KPH/DINAS
KEHUTANAN
PROVINSI)
Perwakilan dari Pemerintah
Kabupaten sebagai
penanggung jawab
Areal Penggunaan
Lain (APL)
(BUPATI)
Manager Sub-klaster
Anggota sub-klaster
Ketentuan
Tugas Komite Pengarah Sub-klaster
• Menyusun mekanisme kerja klaster.• Melakukan identifikasi kondisi fisik ekologis klaster.
• Menunjuk manager klaster yang independent.
• Menyusun hak dan kewajiban anggota klaster
Tugas Manager Sub-Klaster
• Membuat skema kerja sama
• Membuat mekanisme sistem koordinasi
• Identifikasi kawasan rawan
• Trainer
• Membantu pencegahan
• Penyampaian data
• Support Masyarakat
• Sosialisasi kepada masyarakat
• Penyampaian informasi
Anggota Sub-Klaster
• Setiap anggota Sub-Klaster dapat dipilih menjadi Komite Pengarah
• Seorang anggota Komite Pengarah didiskualifikasi/diberhentikan jika:
o dinyatakan tidak sehat pikirannya oleh pengadilano dinyatakan bankrut oleh pengadilan
o terlibat dalam tindakan kriminal, termasuk ketidakjujuran
o tidak hadir tanpa cuti/alasan yang tepat pada dua pertemuan komite secara
berturut-turut
Jika ada kekosongan dalam komite, maka kekosongan tersebut diisi melalui pemilihan
anggota lain dalam sisa masa tugas
• Pembagian wilayah kerja anggota klaster berdasarkan rayon yang ditetapkan
pemerintah kabupaten.
• Satu rayon terdiri dari beberapa desa dalam satu kecamatan.
Pembagian Wilayah Kerja Sub-klaster
18
MANAJER SUB-KLASTER
• Komite Pengarah menunjuk Manager Sub-Klaster untuk bekerja secara full time.
• Manager Sub-Klaster adalah seseorang yang professional dan berpengalaman dalam penanganan kebakaran
hutan kebun dan lahan.
Peran Manager Sub-Klaster terhadap BPDP
Membuat skema kerjasama
Menyiapkan skema kerja sama
pencegahan kebakaran hutan
kebun dan lahan 5 (lima)
tahunan secara kolaboratif atau
secara bersama-sama per-
Rayon beserta fungsi-fungsi
terkait yang telah disepakati oleh
sub-klaster
Membuat mekanisme
sistem koordinasi
Menyusun mekanisme
koordinasi bersama para
anggota sub-klaster per-
Rayon dengan tujuan untuk
mewujudkan pencegahan
kebakaran hutan, kebun dan
lahan lintas batas konsesi
Identifikasi kawasan rawan
Melakukan identifikasi kondisi
fisik ekologis kawasan klaster
yang berpotensi menimbulkan
bahaya kebakaran, serta
usaha-usaha untuk mengatasi
bahaya kebakaran tersebut
Sosialisasi kepada anggota
Mengkomunikasikan secara
rutin tentang tingkat bahaya
kebakaran (fire danger rating)
kepada seluruh anggota sub-
klaster
Trainer
Memperkuat dan melatih para
anggota sub-klaster dalam hal
kemampuannya untuk
melakukanpencegahan dan
pemadaman dini karhutbunla
Penyampaian informasi
Menyampaikan informasi
tentang peralatan dan
teknologi yang tersedia saat
ini untuk pencegahan dan
pemadaman kebakaran
kepada seluruh anggota sub-
klaster
Sosialisasi kepada
masyarakat
Mengkoordinasikan dan
memprakarsai sosialisasi
kepada masyarakat melalui
pendidikan dan kampanye
publik mengenai kesadaran
akan bahaya kebakaran di
kawasan sub-klaster
Support Masyarakat
Memberikan bantuan,
pelatihan dan dukungan bagi
masyarakat dalam kawasan
sub-klaster untuk melakukan
upaya pencegahan,
pengendalian dan
pemadaman kebakaran
Penyampaian data
Sekurang-kurangnya setiap 12
bulan memberikan data
statistik tentang kebakaran di
dalam wilayah kerja sub-
klaster kepada Pemerintah
Daerah
Membantu pencegahan
Membantu melakukan
pencegahan kebakaran di
wilayah sekitar sub-klaster
termasuk permukiman
masyarakat
17
18
12/2/2019
10
TERIMA KASIH
19