potret pendidikan karakter

3
POTRET PENDIDIKAN KARAKTER ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh: Sugeng Riyadi,S.Pd,M.Pd.I. Kualitas pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan sebuah bangsa.Apabila kualitas pendidikannya bagus maka bagus pula lah kemajuan bangsa itu.Hal inilah yang mengilhami bangsa kita untuk memajukan pendidikan di negara ini.Salah satu kebijakan untuk mewujudkannya adalah dengan menyelenggarakan Ujian Nasional (UNAS) bagi siswa SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Namun,kecurangan dalam pelaksanaannya maupun buruknya sarana dan prasarana masih banyak ditemukan. Hal ini bertentangan dengan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebaliknya hal ini merupakan suatu pembodohan yang menodai. Ujian nasional (UNAS) ditujukan untuk membuat siswa lebih giat belajar.Hal ini memang cukup efektif untuk membuat siswa lebih giat belajar. Pemerintah juga menaikkan batas nilai rata-rata hampir setiap tahun.Hal ini tentu saja memberi rasa khawatir dan memacu siswa agar lebih giat belajar.Pemerintah mengharapkan dengan adanya unas ini kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat. Namun realitanya banyak ditemukan kasus-kasus kecurangan yang terjadi banyak daerah.Bahkan oknum guru yang menjadi tim sukses unas agar siswa-siswinya d apat lulus.Kecurangan ini bukan hanya bertujuan meluluskan peserta didik namun juga meningkatkan citra suatu daerah.Bahkan pernah terjadi di Garut bupati mengancam akan memutasi kepala sekolah yang presentase kelulusan peserta didiknya di bawah 95% (Republika, 17 Mei 2006) .Hal ini menunjukkan bahwa UNAS juga merupakan alat untuk mencapai kepentingan politik sebuah daerah. Para guru bukannya tidak mengetahui risiko atas apa yang dilakukannya, tapi nurani mereka berontak. Selama berkali-kali pelaksanaan Ujian Nasional (UNAS) , harus diam dan terus membodohi diri sendiri hanya untuk memuaskan kepentingan segelintir orang. Mereka yang mengetahui mengenai seluk-beluk mengenai murid, tetapi kemudian pemerintah yang memutuskan siapa yang berhak dan tidak berhak lulus.Masalah tersebut jelas menggambarkan rendahnya kadar kepercayaan pemerintah terhadap guru. Hal ini menunjukkan bahwa kita gagal untuk memajukan kualitas pendidikan bahkan memperburuk kualitas pendidikan kita.Tujuan pendidikan yang menciptakan manusia cerdas dan kreatif yang mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi telah dinodai demi kepuasan segelintir orang.Hal ini mematikan kretivitas peserta didik dan semangat belajar yang dimiliki siswa.Mereka dipaksa untuk menggunakan porsi belajar hanya untuk pelajaran yang akan diujikan oleh pemerintah.Hal ini menyebabkan siswa melupakan pelajaran lain yang dianggap tidak penting karena tidak diujikan.

Upload: moejoer-sugeng

Post on 23-Jul-2015

642 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potret pendidikan karakter

POTRET PENDIDIKAN KARAKTER

ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh: Sugeng Riyadi,S.Pd,M.Pd.I.

Kualitas pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan sebuah bangsa.Apabila

kualitas pendidikannya bagus maka bagus pula lah kemajuan bangsa itu.Hal inilah yang

mengilhami bangsa kita untuk memajukan pendidikan di negara ini.Salah satu kebijakan untuk

mewujudkannya adalah dengan menyelenggarakan Ujian Nasional (UNAS) bagi siswa

SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Namun,kecurangan dalam pelaksanaannya maupun

buruknya sarana dan prasarana masih banyak ditemukan. Hal ini bertentangan dengan tujuan

pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebaliknya hal ini merupakan suatu pembodohan yang

menodai.

Ujian nasional (UNAS) ditujukan untuk membuat siswa lebih giat belajar.Hal ini

memang cukup efektif untuk membuat siswa lebih giat belajar. Pemerintah juga menaikkan batas

nilai rata-rata hampir setiap tahun.Hal ini tentu saja memberi rasa khawatir dan memacu siswa

agar lebih giat belajar.Pemerintah mengharapkan dengan adanya unas ini kualitas pendidikan di

Indonesia akan meningkat. Namun realitanya banyak ditemukan kasus-kasus kecurangan yang

terjadi banyak daerah.Bahkan oknum guru yang menjadi tim sukses unas agar siswa-siswinya d

apat lulus.Kecurangan ini bukan hanya bertujuan meluluskan peserta didik namun juga

meningkatkan citra suatu daerah.Bahkan pernah terjadi di Garut bupati mengancam akan

memutasi kepala sekolah yang presentase kelulusan peserta didiknya di bawah 95% (Republika,

17 Mei 2006) .Hal ini menunjukkan bahwa UNAS juga merupakan alat untuk mencapai

kepentingan politik sebuah daerah.

Para guru bukannya tidak mengetahui risiko atas apa yang dilakukannya, tapi nurani

mereka berontak. Selama berkali-kali pelaksanaan Ujian Nasional (UNAS) , harus diam dan

terus membodohi diri sendiri hanya untuk memuaskan kepentingan segelintir orang. Mereka

yang mengetahui mengenai seluk-beluk mengenai murid, tetapi kemudian pemerintah yang

memutuskan siapa yang berhak dan tidak berhak lulus.Masalah tersebut jelas menggambarkan

rendahnya kadar kepercayaan pemerintah terhadap guru. Hal ini menunjukkan bahwa kita gagal

untuk memajukan kualitas pendidikan bahkan memperburuk kualitas pendidikan kita.Tujuan

pendidikan yang menciptakan manusia cerdas dan kreatif yang mampu menyelesaikan segala

persoalan yang dihadapi telah dinodai demi kepuasan segelintir orang.Hal ini mematikan

kretivitas peserta didik dan semangat belajar yang dimiliki siswa.Mereka dipaksa untuk

menggunakan porsi belajar hanya untuk pelajaran yang akan diujikan oleh pemerintah.Hal ini

menyebabkan siswa melupakan pelajaran lain yang dianggap tidak penting karena tidak diujikan.

Page 2: Potret pendidikan karakter

Apabila masalah ini tidak kunjung selesai maka kita akan memproduksi generasi yang

memiliki sifat malas,mental korup,dan tidak mau bekerja keras.Tentu kita tidak ingin itu

terjadi,bagaimanapun juga generasi muda kita akan menjadi generasi penerus bangsa ini.Maka

tidak salah kalau kita disebut sebagai “bangsa yang gagal” dalam hal pendidikan.Padahal

pendidikan merupakan salah satu pilar untuk memutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan yang

gagal berpotensi menghasilkan politisi-politisi yang malas dan bermental korup.Mungkin inilah

yang menyebabkan banyak koruptor di Indonesia.Sikap acuh dan tidak peduli di tengah

masyarakat menjadi pupuk berkembangnya masalah ini.Bila kita terus berdiam diri melihat

kenyataan ini maka kehancuran bangsa ini tinggal menunggu waktu. Selain masalah unas juga

terdapat masalah pada sarana dan prasarana penunjang sekolah.Sering kita dengar sekolah yang

ambruk hingga melukai siswanyang sedang belajar di sekolah.Hal ini patut menjadi perhatian

kita.Bagaimana mungkin melaksanakan kegiatan belajar mengajar dilakukan tanpa sarana dan

prasarana.Murid akan terganggu belajarnya karena takut gedung sekolahnya rubuh.Pihak sekolah

tentu tidak diam,mereka telah mengadukan masalah ini ke pemerintah daerah setempat.

Seharusnya hal tersebut tidak terjadi apabila pemerintah daerah tersebut merespon baik

keluhan tersebut. Namun realitanya, seolah pemerintah daerah acuh terhadap masalah ini.

Pemerintah pusat telah menganggarkan 20% APBN untuk dunia pendidikan. Dana itu

seharusnya cukup untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak tersebut. Namun, sekolah-

sekolah tersebut urung diperbaiki. Namun yang tak kalah penting adalah peserta didik itu

sendiri.Karena bagaimanapun juga peserta didiklah yang menjalani proses belajar. Kemauan

serta kerja keras untuk meraih cita-cita yang diinginkan harus ditanamkan di dalam hati para

peserta didik.Menjunjung tinggi kejujuran perlu ditanamkan sebagai pedoman siswa dalam

menghadapi segala situasi karena kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan.Dorongan

dan dukungan dari orang tua juga sangat dibutuhkan untuk memompa semangat belajar

siswa.Semangat dan kerja keras merupakan modal yang di butuhkan bagi siswa untuk meraih

cita-citanya. Perlu kesadaran dari seluruh elemen masyarakat untuk mengatasi masalah dunia

pendidikan di Indonesia. Kesadaran akan pendidikan merupakan hal yang penting bukan hanya

untuk masa depan siswa namun juga demi masa depan bangsa. Semangat menjunjung tinggi

kejujuran juga perlu ditumbuhkan bukan hanya untuk siswa melainkan juga untuk semuanya.

Apabila seluruh masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan dan mau menjunjung tinggi

kejujuran , penulis yakin negara ini akan ada peubahan .

Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa, adalah kearifan dari

keanekaragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika

seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang

terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika

menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. pendidikan karakter bukanlah

sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan

Page 3: Potret pendidikan karakter

dan bukan simbol atau slogan, tetapi dituntuk kecerdasan dan keikhlasan untuk membangun

peradaban bangsa Indonesia.

Pesan akhir tulisan ini, berikan layanan yang terbaik kepada Pendidik dan Tenaga

Kependidikan sehingga terwujud masyarakat yang ”beradab” yang mengimplementasikan nilai-

nilai luhur bangsa Indonesia. Sosok pendidik addalah sosok yang mampu untuk menjadi

panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis.

Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi

siapa saja yang meminumnya. Maka pembiasaan berperilaku santun dan tauladan adalah

refleksi dari tekad kita semua, sekali bermujahadah , tetap bemujahadah.