membangun karakterkebangsaan melalui budaya sekolah: potret penanaman nilai karakter...

14
ISBN: 978-602-61299-2-5 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung 851 MEMBANGUN KARAKTERKEBANGSAAN MELALUI BUDAYA SEKOLAH: POTRET PENANAMAN NILAI KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH Kuswono Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: [email protected] HP. 085725254204 ABSTRAK Membangun Karakter Kebangsaan Melalui Budaya Sekolah: Potret Penanaman Nilai Karakter di Sekolah Menengah.Penelitian ini menganalisis pola penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah.Penelitian dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Metro Provinsi Lampung yang berstatus sebagai sekolah perintis berkarakter kebangsaan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam dan pencatatan dokumen. Validitas data dilakukan dengan triangulasi. Analisis menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian ini menemukan pola pembentukan karakter kebangsaan melalui budaya sekolah yang mengacu kepada sila-sila Pancasila sebagai dasar negara. Budaya sekolah yang muncul untuk pembentuk karakter kebangsaan meliputi program,yakni (1) membangun religiusitas peserta didik, (2) membentuk rasa cinta tanah air, (3) solidaritas sosial, (4) sopan santun sebagai adat ketimuran. Kata kunci: karakter kebangsaan, budaya sekolah, penanaman nilai.

Upload: buithien

Post on 19-May-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

851

MEMBANGUN KARAKTERKEBANGSAAN MELALUI BUDAYA

SEKOLAH: POTRET PENANAMAN NILAI KARAKTER DI SEKOLAH

MENENGAH

Kuswono

Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Email: [email protected]

HP. 085725254204

ABSTRAK

Membangun Karakter Kebangsaan Melalui Budaya Sekolah:

Potret Penanaman Nilai Karakter di Sekolah

Menengah.Penelitian ini menganalisis pola penerapan pendidikan

karakter melalui budaya sekolah.Penelitian dilakukan di SMA Negeri

5 Kota Metro Provinsi Lampung yang berstatus sebagai sekolah

perintis berkarakter kebangsaan. Metode penelitian yang digunakan

adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui

observasi, wawancara mendalam dan pencatatan dokumen. Validitas

data dilakukan dengan triangulasi. Analisis menggunakan model

analisis interaktif. Hasil penelitian ini menemukan pola pembentukan

karakter kebangsaan melalui budaya sekolah yang mengacu kepada

sila-sila Pancasila sebagai dasar negara. Budaya sekolah yang muncul

untuk pembentuk karakter kebangsaan meliputi program,yakni (1)

membangun religiusitas peserta didik, (2) membentuk rasa cinta tanah

air, (3) solidaritas sosial, (4) sopan santun sebagai adat ketimuran.

Kata kunci: karakter kebangsaan, budaya sekolah, penanaman nilai.

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

852

CHARACTERBUILDING THROUGH CULTURE SCHOOL: CHARACTER

VALUES FORMATION PORTRAIT IN SECONDARY SCHOOLS

Kuswono

Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Email: [email protected]

HP. 085725254204

ABSTRACT

Nationality CharacterBuilding Through Culture School:

Character Values Formation Portrait in Secondary Schools. This

research analyzes the patterns of implementation of character

education through the school culture. The study was conducted in

SMA Negeri 5 Metro Cities Lampung province's status as a pioneer

school national character. The method used is qualitative

descriptive. Data collected through observation, interview and

record-keeping. The validity of the data is done by triangulation.

Analysis using an interactive model. The results of this study found

a pattern formation of national character through a school culture

which refers to the principles of Pancasila as the state. School

culture that appears to forming the national character includes the

program, namely (1) construct of religiosity learners, (2) form a

love for the homeland, (3) social solidarity, (4) manners as oriental

customs.

Key words: national character, school culture, cultivation of

values.

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

853

PENDAHULUAN

Harus diakui memang sulit membenahi bangsa yang telah terperosok terlalu

dalam, ditambah lagi korupsi yang merajalela secara tidak langsung terus

menghantam sistem pendidikan Indonesia.Hasil survei Political and Economic

Risk Consultancy(PERC) dalam hal pendidikan mendapatkan bahwa dari 12

negara Asia, sistem pendidikan Indonesia menempati posisi terburuk. Peringkat

terbaik diduduki oleh Korea Selatan, kemudian Singapura, Jepang, Taiwan, India,

Cina, dan Malaysia. Indonesia menempati peringkat ke-12 setingkat di bawah

Vietnam (Masnur, 2011: 2). Berdasarkan dariEducation for All (EFA) Global

Monitroring Report yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di New York,

Indeks Pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara

yang disurvei. Tahun sebelumnya (2010) dengan ukuran yang sama, peringkat

Indonesia berada pada urutan 65 (www.murdijarahardjo.com, diakses pada 20

Juni 2012).

Fund for Peace merilis indeks terbaru mengenai Failed State Index (indek

negara gagal) tahun 2012 Indonesia berada di posisi 63 dan tahun 2011 berada

pada posisi 64. Sementara negara nomor satu yang dianggap gagal adalah

Somalia. Fund for Peace menggunakan indikator dan sub-indikator, salah satunya

indek persepsi korupsi sebagai alat pengukur untuk membuat indeks Failed State

Index. Dari data yang lain didapat bahwa dari 182 negara, Indonesia berada di

urutan 100 untuk urusan indeks korupsi. Indonesia hanya berbeda terpaut 81

negara dari Somalia yangmenjadi negara paling korup berdasarkan indeks

lembaga ini. Negara yang dianggap paling baik adalah New Zealand (Eko Huda S,

Ita Lismawati dan F. Malau, 2012).

Jelas dari data hasil survei tersebut menunjukan betapa perihantinkannya

karakter, moralitas, dan semakin terpuruknya pendidikan bangsa ini. Kondisi

seperti ini lambat laun akan menghancurkan seluruh potensi yang dimiliki bangsa

Indonesia. Tanpa memandang remeh bagian lain, sektor pendidikan yang

seharusnya mampu memecahkan masalah ini, namun kendalanya prestasi

pendidikan Indonesia ternyata tidak terlalu membanggakan.

Munculnya kebijakan mengenai pendidikan karakter mulai tahun 2010

dengan beberapa tahapan yakni tahap pertama 2010-2014, tahap kedua 2015-

2019, tahap ketiga 2020-2025 merupakan salah satu jalan untuk memperbaiki

kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sesuai dengan tahapan dan prioritas

pemerintah yang dituangkan dalam desain induk pembangunan karakter bangsa

2010-2025, maka tahun 2010-2014 sebagai tahap awal implementasi

pembangunan karakter bangsa diarahkan untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia yang menyadari dan meyakini kembali Pancasila sebagai pandangan

hidup berbangsa dan bernegara (E. Mulyasa, 2012: 258-260).

Menurut Victor Battistich (2005:3)karakter adalah perwujudan dari

perkembangan perilaku baik seseorang sebagai pribadi intelektual, sosial,

emosional, dan etis.Istilah karakteritu sendiri sedikitnya memuat dua hal yakni

nilai-nilai (values) dan kepribadian. Thomas Lickona, mendefinisikanpendidikan

karaktersebagai ”…intentional and focused effort to help students understand,

care about and act upon core ethical values.” Upaya disengaja dan tercurah untuk

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

854

menolong peserta didik supaya mengerti, peduli, dan melakukan nilai-nilai etis.

Istilah pendidikan karakter sebetulnya termuat dalam pengertian pendidikan

secara umum. Konsep pendidikan yang sesungguhnya telah mencakup kecakapan

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pendidikan karakter yang menjadi kebijakan pemerintah Indonesia

mengarah kepada karakter kebangsaan sesuai dengan budaya keindonesiaan.

Menurut Ghufron (2010:16) karakter bangsa merupakan jati diri bangsa sebagai

akumulasi dari karakter-karakter warga masyarakat suatu bangsa. Di dalam

konsep karakter bangsa terkandung nilai-nilai luhur yang merupakan pedoman

hidup untuk mencapai derajat kemanusiaan yang lebih tinggi, hidup yang lebih

bermanfaat, kedamaian dan kebahagiaan. Karaker bangsa merupakan ciri khas

yang dimiliki oleh bangsa berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya dalam sistem

kehidupan bermasyarakat. Jika dikaitkan dengan kegiatan satuan pendidikan maka

pendidikan karakter merupakan upaya yang disengaja untuk membantu peserta

didik memahami, peduli, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etis supaya

mengtahui yang baik, mencintai yang baik dan melakukan kebaikan (Kuswono,

2013:43).

Pendidikan karakterpada setiap satuan pendidikan diarahkan kepada

pembantukan budaya sekolah yaitu nilai yang melandasi perilaku, tradisi,

kebiasaan serta simbol-simbol yang dipaktikan oleh setiap warga sekolah. Budaya

sekolah merupakan ciri khas, karakter, citra sekolah tersebut dikalangan

masyarakat luas (Mulyasa, 2012:9).Sementara itu, usaha pengembangan atau

pembangunan karakter pada tataran individu dan masyarakat menurut Astuti

(2010:64), terletak pada pembentukan lingkungan. Pembentukan lingkungan

inilah sebagai salah satu komponen yang sangat penting untuk membentuk

karakter peserta didik melalui enkulturasi. Menurut Samsuri (2011:13) di

lingkungan sekolah pendidikan karakter perlu didukung oleh budaya sekolah yang

melibatkan seluruh elemen sekolah seperti pimpinan sekolah, guru, karyawan, dan

iklim berkarakter mulia diantara sesama siswa. lebih lanjut Samsuri

menyimpulkan bahwa pendidikan kareter akan efektif apabila dilakukan secara

aktif, diarahkan untuk setiap individu, diarahkan untuk menciptakan masyarakat

yang baik.

Sutarno mengatakan bahwa untuk menciptakan generasi muda yang

berakhlak mulia dimulai dari lingkungan akademis sebagai lingkungan

percontohan yang memungkinkan terbentuknya karakter menuju pribadi-pribadi

yang berakhak mulia, perilaku jujur, cerdas, tangguh dan peduli, kompeten kreatif,

serta memiliki komitmen yang tinggi sebagai warga negara yang demokratis. Hal

ini akan terwujud jika lingkungan masyarakat, keluarga, pemerintah terus

mendukung secara berkelanjutan (Sutarno, 2011:6-7).Budaya sekolah merupakan

pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat sekolah

yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam

wujud fisik maupun abstrak, terutama yang berkaitan dengan kompetensi lulusan

(Ramli, 2012:308).

Jadi budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat siswa

berinteraksi dengan sesamanya, dengan guru, pegawai administrasi, dan semua

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

855

warga sekolah. Interaksi internal yang terikat oleh berbagai peraturan norma dan

moral yang berlaku di sekolah tersebut. Karakter yang baik akan terbentuk pada

siswa jika budaya sekolahnya mendukung. Nilai-nilai seperti kepemimpinan, kerja

keras, toleransi, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa

kebangsaan, tanggung jawab, dan lain sebagainya telah membudaya dalam

sekolah. Tahapan untuk itu diperlukan pembiasaan melalui program-program

yang diadakan oleh sekolah.

Penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah di Lampung

dilakukan dibeberapa sekolah. Sekolah itu diantaranya SMA Negeri 2 Kota

Bandar Lampung dan SMA Sugar group di Kabupaten Lampung Tengah. Di

SMA Negeri 2 Kota Bandar Lampung, pengembangan budaya sekolah dilakukan

dengan menjalin hubungan baik, berkoordinasi dengan lingkungan sekitarnya, dan

mengembangkan program kewirausahaan.Sasarannya yakni dengan menerapkan

teknologi informasi dan komunikasi, modernisasi fasilitas pengajaran. Sementara

itu, strategi pengembangan iklim sekolah dengan selalu berinovasi, memiliki

standar untuk mencapai hasil yang memuaskan, serta memberikan hadiah.

Targetnya adalah kenyamanan di sekolah, proses belajar, hubungan interpersonal

antara siswa, guru, dan orang tua, bekerja sama dengan lembaga disekitar sekolah.

(Marzuki, Sudjarwo, Suntoro, 2015).

Sementara itu budaya sekolah yang dikembangkan di SMA Sugar Group,

yakniprivate study time (PST) dan budaya berbahasa Inggris. Namun, kedua

budaya sekolah tersebut memiliki daya dukung yang lemah terhadap prestasi

belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari ketidakstabilan nilai yang diperoleh para

siswa (Dewi. 2012: vi).

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Metro. Pendekatan penelitian

mengguanakan pendekatan kualitatif(Sugiyono,2010:299). Tahap pertama

dilakukan observasi dan penelitian awal untuk menentukan taktik penelitian yang

dilakukan selanjutnya. Tahap kedua, pengumpulan data dilakukan dengan

observasi, analisis dari berbagai dokumen(perangkat pembelajaran, kebijakan

sekolah) dan wawancara secara mendalam kepada informan. Informan dipilih

berdasarkan pengetahuannya mengenai sistem pengelolaan sekolah, program,

proses pelaksanaan penanaman karakter di SMA Negeri 5 Kota Metro.

Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yakni kepala sekolah, guru

sebanyak 3 orang (guru mata pelajaran sejarah, PPKn, dan Guru Agama Islam).

Wawancara juga dilakukan kepada siswa kelas XI sebanyak 5 orang.

Hasil pada tahap ini adalah berbagai data tertulis yang akan mendukung

analisis data. Tahap ketiga,yakni analisis data menjadi sebuah penelitian yang

penuh makna. Hasilnya yang diharapkan adalah beragam model penerapan

pendidikan karakter sehingga akan didapat mengenai gambaran penerapan

pendidikan karakter di SMA. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis

interaktif(Miles dan Huberman, 1992: 20). Dalam analisis ini, setelah data

terkumpul maka digunakan tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data,

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

856

dan kesimpulan, aktivitas ini dilakukan berulang-ulang hingga membentuk sebuah

pola.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penanaman Nilai Pembentuk Karakter

Kebijakan SMA N 5 Metro dalam hal menanamkan nilai-nilai karakter

kepada siswa diterapkan melalui berbagai kegiatan diantaranya dalam proses

pembelajaran, ekstrakurikuler, kegiatan sekolah diluar kurikuler, dan keteladan

yang dicontohkan oleh guru dan seluruh warga sekolah.Pendidikan karakter dalam

dunia pendidikan sebagaimana diterangkan dalam desain induk dilakukan melalui

berbagai cara diantaranya melalui proses pembelajaran, budaya sekolah dan

kegiatan lain yang dekat dengan pendidikan karakter. Hal ini diharapkan mampu

menciptakan manusia-manusia yang mempunyai moralitas dan berwawasan

kebangsaan serta mempunyai patriotisme yang tinggi terhadap negara. Tentunya

pendidikan karakter akan tercapai dalam setiap pembelajaran apabila seluruh

unsur dalam pembelajaran terpenuhi.

2. Kebijakan Pendidikan Karakter di SMA Negeri 5 Metro

Pendidikan karakter bangsa merupakan pendidikan yang mengembangkan

nilai-nilai budaya dan nilai kebangsaan dengan mengedepankan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila. Program rintisan sekolah berkarakter kebangsaan

merupakan usaha pendidik yang dikembangkan melalui semua mata pelajaran.

Pendidikan karakter diharapkan memberikan pengaruh kepada siswa terutama

kedisiplinan, nilai-nilai religius nasionalis, produktif dan kreatif.

Untuk membentuk siswa yang berkarakter kebangsaan maka SMA N 5

Metro melalui Kepala sekolahnya menyusun berbagai kebijakan-kebijakan yang

mengarah kepada pembentukan karakter. Kebijakan itu diantaranya membentuk

tim penegak karakter yang beranggotakan guru-guru yang mengkaji dan

membentuk strategi menerapkan nilai karakter kebangsaan supaya efektif dan

sesuai dengan tujuan, yang diharapkan, pemberian poin positif dan poin negative,

mengucapkan sila-sila dari Pancasila, wajib sholat dzuhur berjamaah bagi muslim,

olahraga setiap hari Sabtu.

3. Hadiah dan Hukuman

Keterangan dari kepala sekolah, guru dan siswa seragam mengenai

pemberian poin negetif dan positif. Ketika melakukan wawancara dengan guru

sejarah beliau mengatakan bahwa terdapat sanksi dan hadiah bagi siswa di SMA N

5 Metro yang dicatat dalam buku point. Buku itu berfungsi untuk mencatat poin

positif dan juga poin negatif dengan ketentuan poin positif dapat mengurangi point

negatif. Pemberian hukuman berupa nilai negatif dan pemberian hadiah berupa

nilai positif merupakan bagian dari kebijakan behavioristik. Siswa yang

melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi berupa poin negatif, jika poin

negatif itu telah mencapai batas maka orang tua siswa akan dipanggil untuk

membicarakan mengani permasalahan siswa.

Poin positif akan diberikan kepada siswa jika dia melakukan kegiatan yang

baik/positif. Poin positif dapat menghapus poin negatif yang telah mereka

dapatkan sesuai dengan peraturan sekolah. Kegiatan positif itu diantaranya,

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

857

menjadi petugas upacara, mengikuti perlombaan, adzan di masjid dan

mendapatkan prestasi lainnya. Sedangkan poin negatif akan didapatkan siswa jika

melakukan pelanggaran. Hal yang sering terjadi adalah siswa mendapatkan poin

negatif karena terlambat masuk sehingga pintu gerbang telah ditutup. Siswa yang

terlambat selain mendapatkan poin negatif mereka juga mendapat hukuman fisik,

biasanya lari mengelilingi lapangan basket satu sampai 3 putaran.

4. Membentuk Rasa Cinta Tanah Air

Program yang dilakukan oleh pihak sekolah yakni mengikrarkan sila-sila

Pancasila, upacara bendera setiap hari senin dan pada hari-hari besar nasional,

lantunan lagu-lagu kebangsaan sebagai upaya memupuk nasionalisme siswa

terhadap NKRI.

a. MengikrarkanPancasila

Pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti

membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi

moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk.Usaha

membentuk karakter yang baik bukan pekerjaan mudah, memerlukan pendekatan

komprehensif yang dilakukan secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan

yang dimulai dari sejak kecil di lingkungan keluarga. Sayangnya pendidikan

dalam keluarga (informal) ini belum memperoleh pencerahan yang baik,

dibanding penyelenggaraan pendidikan pada jenjang lainnya. Ada dua hal penting

yang mesti diperhatikan ketika membangunkakarter bangsa ini, yakni melalui; (1)

pembiasaan;dan (2) contoh atauteladan.

Pancasila harus benar-benar digerakkan dalam dunia pendidikan dan

seharusnya Pancasila dijadikan sebagai ikon karakter bangsa dan Negara

Indonesia. Sejalan dengan hal ini maka pembiasaan pembacaan Pancasila setiap

awal pembelajaran di SMA Negeri 5 Metro diharapkan dapat mentransformasi

nilai-nilai kebangsaan dalam membangun karakter bangsa. Pemahaman terhadap

karakter dan karakter bangsa perlu benar-benar didalami agar dapat dihayati dan

terbangun dalam setiap pribadi warga sekolah. Hal ini sejalan seperti yang di

ungkapkan Kepala SMA Negeri 5 Metro bahwa karakter bukanlah sesuatu yang

sudah jadi, melainkan dimiliki lewat proses pemikiran, sesuatu yang terus

diwacanakan, kemudian diwujudkan dalam tindakan, dan akhirnya menjadi suatu

kebiasaan dalam kehidupan sehari-haribentuk dan nilai-nilai kebangsaan yang

patut ditransformasikan dalam membangun karakter bangsa, secara umum adalah

nilai-nilai Pancasila. Masalahnya kini, Pancasila yang layak menjadi karakter

keindonesiaan kita, cenderung dilupakan, tidak lagi tersosialisasikan.

Pembiasaan pembacaan Pancasila setiap memulai jam pelajaran di SMA

Negeri 5 Metro merupakan upaya untuk mewujudkan penciptaan manusia

Indonesia yang dapat merefleksikan lima sila Pancasila dalam kehidupan sehari-

hari pada warga sekolah yang tidak hanya berfokus pada siswa tetapi juga seluruh

warga sekolah. Sejauh ini Pancasila dirasa asing, tidak bergema, dan bahkan

nyaris tanpa makna, apalagi dilihat dari generasi muda.

Setiap jam pertama dilaksanakan dengan mengepalkan tangan kanan dan

diletakan di dada sebagai wujud kecintaan terhadap bangsa. Karakter individu

dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

858

raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan

keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan

menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga

berkenaandengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan

aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan

dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan

kebaruan. Bangsa Indonesia akan disegani/dihargai oleh pihak luar apabila

terwujud penghayatan dan pengamalan yang serasi dengan Pancasila secara utuh

sehingga tercapai stabilitas dalam setiap aspek.

b. Upacara Bendera

Bagi siswa sekolah menengah, upacara menjadi bagian dari rutinitas setiap

hari Senin dan hari besar nasional. Upacara yang dilaksanakan di SMA N 5 Metro

setiap hari Senin mengandung berbagai nilai karakter. Nilai karakter itu

diantaranya membentuk siswa memiliki rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan

negara, memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin pribadi, selalu tertib dalam

kehidupan sehari- hari, memiliki jiwa gotong royong dan percaya diri pada orang

lain, dapat memimpin dan dipimpin.

Selain itu upacara bendera menanamkan nilai disiplin, tepat waktu,

menghargai jasa pahlawan, dengan lagu-lagu nasional diyakini dapat

menumbuhkan rasa nasionalisme dan jiwa partiotisme. Dalam upacara bendera

penghormatan terhadap bendera sebagai wujud penghargaan terhadap jasa para

pahlawan, pembacaan Pancasila dan UUD ‟45 sebagai bagian dari pengukuhan

ideologi negara dalam jiwa warga negara. Sebagai manusia yang beragama, tidak

tertinggal juga pembacaan doa memohon segala sesuatu hanya kepada Tuhan

dengan segenap hati, hal ini merupakan bagian dari penanaman nilai religius

dalam upacara.

Selain itu upacara bendera hari Senin memuat nilai-nilai kebajikan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Upacara dapat meningkatkan solidaritas

peserta dan menumbuhkan nilai historis dalam upacara-upacara hari besar

nasional. Disamping upacara-upacara hari besar nasional lainnya. Melalui upacara

peserta akan menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang besar yang

memerlukan keteguhan untuk menghadapi globalisasi sebagai penjajahan gaya

baru. Ironisnya sekarang ini upacara hanya sebagai rutinitas untuk menggugurkan

kewajiban belaka, sedangkan makna yang terkandung didalamnya tidak dipahami

dengan baik. Akibatnya upacara menjadi sebuah ritual yang membosankan dan

tidak diminati.

c. Lagu-Lagu Kebangsaan Penggugah Nasionalisme

Setiap pagi sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung diputarkan lagu-

lagu kebangsaan dengan tujuan memupuk rasa kecintaan (nasionalisme) kepada

siswa. Kemudian siswa akan menyalami guru dengan mencium tangan guru

sebagai bagian dari ritual rutin setiap pagi.Rasa kebangsaan atau nasionalisme

timbul di tengah masyarakat ketika naluri untuk mempertahankan diri sangat

berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negaranya sebagai

tempat hidup dan menggantungkan diri. Pada saat suatu masyarakat dijajah dan

dikuasai oleh kelompok lain, maka rasa kebangsaan akan timbul. Penderitaan,

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

859

ketidakadilan, ketidakbebasan memunculkan rasa kebersamaan dan pada akhirnya

melahirkan keinginan yang besar untuk bebas, melahirkan tekad yang kuat untuk

memiliki kekuatan politik. Sejarah mencatat rasa kebersamaan dan semangat

kebangsaan telah diwujudkan dalam banyak cara, misalnya perjuangan fisik

(peperangan) dan perjuangan politik (diplomasi).

Proses globalisasi yang melahirkan universal-nasionalisme juga turut

memengaruhi eksistensi rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Revolusi

komunikasi dan informasi sebagai hasil dari kemajuan teknologi yang luar biasa

menghilangkan batas jarak dan waktu, dunia menjadi tanpa batas. Dunia menjadi

sebuah negara besar. Oleh karena itu, rasa kebangsaan kemudian digantikan oleh

semangat untuk menjadi warga dunia.

Proses globalisasi ini sangat berpengaruh kepada, terutama, generasi muda.

Selera, gaya hidup, perilaku hingga pola pikir generasi muda Indonesia tidaklah

berbeda jauh dengan generasi muda di belahan dunia lainnya. Menjadi sama

dengan warga dunia lainnya adalah sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang

dianggap lebih baik dan lebih bermutu. Sementara, hal-hal yang berbau lokal

kerap dianggap kampungan, ketinggalan jaman, dan sempit, sehingga tidaklah

mengherankan bila rasa nasionalisme di kalangan generasi muda tampak merosot

akhir-akhir ini.

Nasionalisme merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan

paham kebangsaan. Kondisi nasionalisme suatu bangsa akan terpancar dari

kualitas dan ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi berbagai

ancaman.Dengan Nasionalisme yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya

ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. Dari

Nasionalisme akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban

dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Ketiga hal tersebut satu sama lain

berkaitan dan saling mempengaruhi. Menumbuhkan jiwa nasionalisme

kebangsaan, ternyata tidak hanya dilakukan melalui kegiatan yang bersifat

seremonial seperti seminar dan workshop saja, melalui lagu-lagu nasional pun,

jiwa nasionalisme bisa dibangkitkan.

5. Membentuk Religiusitas Peserta Didik

Nilai karakter yang terkait dengan ketuhanan adalah nilai religius. Setiap

siswa harus dibangun nilai-nilai keagamaan dari mulai pola pikir, perkataan,

sikap, dan perbuatan supaya senantiasa sesuai dengan nilai-nilai agama. Nilai-nilai

agama secara universal adalah sama yakni mengajarkan mengani kebaikan dan

keseimbangan hidup, perdamaian, tidak satu agama pun yang mengajarkan

mengani keburukan. Hal ini telah diterapkan di SMAN 5 Metro dalam berbagai

kegiatan di kelas ataupun kegiatan-kegiatan lain di sekolah.

Proses pembelajaran di SMA Negeri 5 Metro sebagai rutinitas interaksi

siswa dengan guru menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses

penanaman karakter. Pelajaran yang dibiasakan diawali oleh salam menjadi ciri

setiap kali pergantian jam pelajaran. Selanjutnya yang menjadi kebiasaan

penerapan karakter oleh guru yakni melakukan doa sebelum dimulai pelajaran.

Doa merupakan bagian dari permintaan kepada tuhan dan upaya selalu mengingat

tuhan dalam segala aktivitas.

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

860

Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik materi yang pasti

ketelitian dan faktor kejujuran, dan sebelum mulai proses pembelajaran dibiasakan

berdoa sebagai pembentuk nilai religi ada kemudian dilanjutkan dengan

mengucapkan sila-sila Pancasila sebagai pembentuk rasa cinta tanah air.Kegiatan

ini dapat dipahami sebagai kegiatan positif yang dilakukan oleh guru kepada

murid-muridnya. Mengucapkan salam, berdoa, memberikan perhatian terhadap

peserta didik, atau bahkan guru mendoakan peserta didiknya ketika berdoa

dilakukan. Proses ini merupakan tahapan proses belajar nilai-nilai yang diterapkan

oleh guru terhadap siswa. Keterbiasaan siswa melakukan dan mengalami sendiri

kegiatan ini akan memberikan rasa nyaman dalam diri siswa dan anak akan

terbiasa melakukannya setiap kegiatan tersebut.

Setiap setelah sholat Dzuhur itu ada kultum (ceramah singkat), siswa diberi

kesempatan untuk mengisi kultum tersebut, jika tidak ada dari pihak siswa maka

dari Rohis (kerohanian Islam) yang melakukan. Setiap siswa mempunyai

kesempatan untuk anak-anak itu untuk belajar (kultum). Sebelum tampil mereka

latihan dengan pembimbing agama supaya sesuai dengan aturan.

a. Wajib Membaca Kitab Suci

Kegiatan ini dikaitkan dengan pembentukan karakter siswa khususnya dalam

meningkatkan religiusitas siswa. Pembacaan kitab suci yang dilaksanakan pada

setiap jam pertama merupakan wujud dari kebijakan tersebut. Tujuan dari

kebijakan itu yakni memumpuk nilai-nilai agama yang dianut siswa. Siswa

beragama Islam diwajibkan membawa al-Quran (kitab suci). Bagi siswa non-islam

membaca kitab suci mereka masing-masing dan telah ditentukan waktu yang telah

ditentukan oleh sekolah untuk mereka membaca kitab suci dengan teman yang

seagama.

b. Meningkatkan Ketaatan Siswa Melalui Ibadah

Model peningkatan ini diimplementasikan dengan peraturan wajib sholat

Dzuhur berjamaah dan sholat Jumat di masjid sekolah bagi siswa muslim. Hal itu

dipaparkan oleh siswa ketika masalah ibadah siswa ditugaskan membuat buku

sholat setiap minggu dikumpul dan ditandatangani oleh guru.Sementara siswa

yang beragama selain Islam mereka mengadakan kegiatan keagamaannya sesuai

dengan yang dijadwalkan. Faktor keagamaan merupakan hal pokok bagi manusia

dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Siswa dilatih untuk taat beribadah

sesuai dengan agama yang mereka anut dengan tujuan untuk membiasakan siswa

dalam melakukan ibadah sehari-hari. Keberagaman pemeluk agama di SMA N 5

Metro memberikan kesadaran kepada siswa bahwa selain agamanya ada juga

agama lain dilingkungan mereka. Faktor ini yang kemudian menjadi sensitif

sehingga harus dikelola dengan baik oleh sekolah supaya tidak timbul sentimen

keagamaan.

6. Membentuk Kedisiplinan

Membentuk kedisiplinan siswa dilakukan dalam proses pembelajaran,

pembiasaan berperilaku baik, dan keteladanan serta kegiatan-kegiatan lainnya.

a. Proses Pembelajaran di Kelas

Proses pembelajaran dalam pendidikan karakter diartikan sebagai

pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku siswa

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

861

sehingga nilai-nilai karakter harus didesain secara sadar dan mempunyai

tujuan.Proses pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi pelajaran sebagai

pengetahuan, melainkan mendidik siswa sampai kepada sikap dan perilaku.

Tanggung jawab tersebut mutlak harus disampaikan dalam setiap pelajaran. Setiap

materi pembelajaran yang disampaikan harus menyampaikan nilai karakter yang

terkandung dalam materi tersebut atau setidaknya yang mempunyai hubungan

dengan materi yang disampaikan.

Proses pembelajaran di SMA Negeri 5 Metro sering menggunakan metode

ceramah, diskusi dan juga dikombinasikan dengan metode kooperatif. Siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang

dan berdiskusi mengenai materi yang diberi oleh guru selama 15 menit. Kemudian

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Metode ini

diharapkan dapat melatih siswa untuk berpikir kritis, berani berpendapat, mampu

bekerja sama, gemar membaca, berani tampil di depan kelas, dan menghargai

pendapat orang lain, walaupun harus dipacu dengan pemberian nilai tambah bagi

siswa yang mau bertanya. Tujuan dari pemberian nilai tersebut supaya siswa

terdorong untuk bertanya, namun dampak negatifnya siswa hanya bertanya asal-

asalan yang penting namanya tercantum dan mendapatkan nilai.

Diskusi akan melatih siswa untuk berpikirkritis, kelemahannya adalah siswa

sering terjebak dalam perdebatan yang tidak kunjung akhir dengan egois ingin

mempertahankan pendapatnya. Usia siswa yang masih dalam tahap remaja tentu

tingkat egonya masih cukup tinggi sehingga bimbingan dari guru mutlak

diperlukan untuk mengarahkan supaya diskusi berjalan dengan lancar. Hal yang

terpenting adalah siswa dapat menguasai materi dan mendapatkan nilai-nilai yang

bermakna dari kegiatan diskusinya.

b. Pembiasaan Berperilaku Baik

Proses membentuk kepribadian baik pada diri siswa pada sekolah

dilakukan melalui keteladanan, pembiasaan, nasehat, kepercayaan, bimbingan dan

sanksi. Pembiasaan berperilaku baik setidaknya dapat dilakukan dengan beberapa

hal diantaranya melakukan sholat berjamaah, datang kesekolah tepat waktu jika

telat maka dikenakan sanksi, pembiasaan 5S yaitu senyum, sapa, salam, sopan dan

santun kepada setiap orang yang dilatih di lingkungan sekolah.

c. Keteladanan

Tugas guru tidak serta merta menyampaikan materi pelajaran, guru dituntut

menjadi seorang teladan yang baik bagi siswanya. Keteladanan seorang guru

dapat dimulai dari cara mereka berpakaian, berbicara, berperilaku di kelas

maupun dilingkungan sekolah. Walaupun dalam proses tersebut guru tidak

memberikan penjelasan bahwa itu semua sebagai pembentukan karakter kepada

siswa. Tetapi inilah bentuk keteladanan yang diberikan oleh guru kepada siswa.

Keteladanan seperti di atas mempunyai tujuan supaya siswa dapat mencontoh

perilaku guru. Tentu dalam hal ini tanggung jawab yang diemban guru begitu

berat karena guru harus terlebih dahulu mempunyai karakter yang baik. Ketika

siswa dalam jangka waktu tertentu telah menyadari dan melakukan perbuatan

seperti berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras dalam belajar,

bertutur kata sopan, menebarkan kasih sayang kepada semua baik dengan mausia

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

862

maupun lingkungan sekitarnya, perhatian, jujur, menjaga kebersihan, dan

sebagainya berarti tahapan moral action (memiliki kompetensi, mempunyai

kemauan dan terbiasa melakukan kebaikan) sebagaimana teori yang di ungkapkan

Lickona telah berhasil dilakukan.

Sayangnya sedikit sekali siswa yang mampu menangkap pesan yang

diberikan dan dicontohkan oleh guru. Masih sedikit siswa yang berperilaku baik

karena termotivasi oleh keteladanan guru di sekolah. Dorongan untuk berperilaku

yang baik pada siswa justru lebih karena adanya sistem tata tertib yang mengatur

mengenai skorsing setiap kali melakukan pelanggaran. Namun tidak dipungkiri

sistem tata terib ini juga merupakan upaya membentuk karakter siswa, supaya

mereka menjadi terbiasa patuh terhadap peraturan, bertanggungjawab, dan

terbiasa berbuat baik. Lambat laun kebiasaan siswa tersebut akan mengakar dan

menjadi karakter pada diri siswa. Watak inilah yang akan mewarnai perilaku dan

segala hal-hal yang mereka lakukan.

7. Solidaritas Antar Sesama Manusia

Kemampuan berkomunikasi kemampuan bekerja kerjasama, pembentukan

karakter kebangsan, rasa percaya diri, kemampuan berempati, kemampuan bergaul

merupakan kemampuan social yang harus ada pada manusia.Hal itu diwujudkan

dengan membudayakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun). Kebiasaan ini

memang sudah tidak aneh lagi dikalangan siswa SMA khususnya SMA N 5

Metro. 5S merupakan sebuah singkatan dari senyum, sapa, salam, sopan, santun

yang diajarkan kepada siswa melalui pembiasaan. Wujud dari pembiasaan itu

adalah setiap siswa jika betemu dengan guru wajib melakukan 5S tersebut.

Karakter yang terkait dengan sesama perlu dikembangkan sebagai

pemenuhan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup

tanpa bantuan dari mauisa yang lainnya. Karakter yang lain yang dibangun

berkaitan dengan manusia sebagai makhluk sosial yakni kesadaran tentang

kewajiban dan hak. Siswa perlu mengerti dan mampu melaksanakan apa yang

menjadi hak diri sendiri, hak orang lain serta kewajiban-kewajibannya. Selain

kegiatan yang melatih kemampuan afektif peserta didik diarahkan untuk

melakukan bakti sosial dan bedah rumah di dusun sekitar sekolah. Kegitan ini

merupakan bagian dari pemupukan rasa empati kepada masyarakat sekitar.

Konsep ini berhubungan dengan kepekaan siswa terhadap lingkungan sosialnya

yang diharapkan akan dilakukan secara terbisa dimanapun mereka berada.

PENUTUP

Pola penerapan nilai-nilai karakter karakter kebangsaan di SMA N 5 Metro

menggunakan beberapa pendekatan. Pengamalan nilai pembentukan karakter

melalui dunia pendidikan memerlukan perencanaan yang teliti dan matang agar

proses dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Proses penanaman nilai

dalam pembentukan karakter kebangsaan dikemas dengan baik dan terstruktur

yang dapat diimplementasikan melalui pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler,

dan program lain di sekolah maupun di luar sekolah yang terangkum dalam

lingkup budaya sekolah. Kegiatan yang dilakukan sebagai wujud pengamalan

siswa yang disadari maupun tidak terdapat niai-nilai karakter seperti religius,

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

863

kerjasama, toleransi, kerja keras, cinta tanah air, kreatif, disiplin, berpikir kritis,

dan lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam kegiatan yang dilakukan

siswa untuk membentuk karakter kebangsaan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti D, Siti Irene. 2010. “Pendidikan Holistik dan Kontekstual dalam Mengatasi

Krisis Karakter”. Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi

Khusus Dies Natalis UNY. Hlm. 41-58.

Battistich, Victor.2005. “Character Education, Prevention, and Positive Youth

Development”. Dalam http//journals.apa.org/prevention/volume 4. Diakses

pada 20 Mei 2012.

Dewi, Ana Purnama. 2012. “Peran Budaya Sekolah dalam Mendukung Prestasi

Belajar Siswa Studi Kasus: Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Sugar

Group Lampung”. Skripsi. Universitas Indonesia.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308970-

Spdf/Ana%20Purnama%20Dewi.pdf

E. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Eko Huda S, Ita Lismawati dan F. Malau, “Indeks Persepsi Korupsi Indonesia

Urutan 100”, dalam vivanews.com.Kamis, 21 Juni 2012. Diakses pada 29

Juni 2012.

Ghufron, Anik. 2010. “Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan

Pembelajaran”. Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus

Dies Natalis UNY. Hlm. 13-24.

Kuswono. 2013. “Pendidikan Karakter pola Muhammadiyah (Studi Kasus SMA

Muhammadiyah 1 dan MA Muallimin Yogyakarta)”. Guidena. September

2013, Vol.3 UM Metro. Hlm. 42-49.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character (How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility). New York: Bantam Books.

Lickona, Thomas.1988. “Four Strategies for Fostering: Character Development in

Children”.The Phi Delta Kappan. Vol. 69, No. 6. Phi Delta Kappa

International. Hlm. 419-423.

Marzuki, Ide Lia, Sudjarwo, Suntoro, 2015).Pengembangan Budaya dan Iklim

Sekolah di SMA Negeri 2 Bandar

Lampung.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=327868&val

=7225&title=PENGEMBANGAN%20BUDAYA%20DAN%20IKLIM%20

ISBN: 978-602-61299-2-5

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPS Dengan Tema “Membangun Karakter

Kebangsaan Melalui Pendidikan IPS” Pada 10 Desember 2016 yang Diselenggarakan

Oleh Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Lampung

864

SEKOLAH%20DI%20SMA%20NEGERI%202%20BANDAR%20LAMP

UNG.

Masnur, Muslich. 2011.Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Matula, Leslie Luton. 2004. Character Education and Social Emotional Learning,

Why We Must Teach the Whole Child. Tanpa Kota Terbit: Mindoh.

Milles, Matthew B. Dan Hubberman. “Qualitative Date Analysis”, (a.b) Tjetjep

Rohendi Rohidi. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Mudji Rahardjo. 2011. “Pendidikan Indonesia Menurun”, terdapat dalam www.

mudjiarahardjo.com. Diakses pada 20 Juni 2012.

Ramli. 2013. “Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Kompetensi Produktif Peserta

Didik SMKN Sumatera Barat”. Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th.

XXXII, No. 2. Yogyakarta.

Republika.Indonesia Duduki Peringkat Empat Negara Terkorup di Asia” terdapat

dalamwww.republika.co.id.Diakses pada 20 Juni 2012.

Samsuri. 2011. Pendidikan Karakter Warga Negara (Kritik Pembangunan

Karakter Bangsa). Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutarno. 2011. Berkorban Demi Terwujudnya Umat Berakhlak Mulia, Khutbah

Idul Adha 6 Nopember 2011. Surakarta: Pembina Agama Islam Universitas

Sebelas Maret.