potensi perkebunan karet 21234
TRANSCRIPT
![Page 1: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/1.jpg)
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITI KARET
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perancangan Bisnis Agroindustri dan Perkebunan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Oleh:Ardika Aris Sugianto 111710201042
J U R U S A N T E K N I K P E R T A N I A N
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
![Page 2: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia modern saat ini, banyak peralatan‐peralatan
yang menggunakan bahan bersifat elastis dan tidak mudah pecah bila mengalami
tekanan. Salah satu bahan yang memiliki sifat tersebut adalah karet. Karet adalah
polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex)
yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet. Sumber utama
dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Hevea
brasiliensis (Euphorbiaceae). Karet juga dapat diproduksi secara sintetis dengan
bahan baku minyak.
Lebih dari setengah produksi karet yang digunakan sekarang ini adalah
karet sintetis, tetapi beberapa juta ton karet alami masih tetap diproduksi setiap
tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer. Dengan semakin berkembangnya teknologi industri, maka
kebutuhan akan karetpun akan semakin besar. Oleh karena itu karet merupakan
komoditi perkebunan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
1.2 Permasalahan
Beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah potensi yang dimiliki komoditi karet?
2. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi komoditi karet?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui potensi yang dimiliki komoditi karet.
2. Mengetahui cara mengembangkan potensi komoditi karet.
![Page 3: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Syarat Pertumbuhan Pohon Karet
1. Iklim
Menurut Anonim (2007) syarat iklim yang cocok bagi pertumbuhan pohon
karet adalah :
a. Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman karet antara 24°C ‐
28°C.
b. Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet.
c. Curah hujan optimal antara 1.500‐2.000 mm/tahun.
d. Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran matahari antara 5‐7
jam/hari.
2. Media Tanam
Menurut Anonim (2007) syarat media tanam yang cocok bagi
pertumbuhan pohon karet adalah :
a. Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di tanah subur, berpasir,
dapat melalukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat
ditolerir adalah 2‐3 meter).
b. Tanah Ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan
pemupukan dan pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan aluvial juga
dapat ditanami karet.
c. Keasaman tanah yang baik antara pH 5‐6 (batas toleransi 4‐8).
3. Ketinggian Lahan
Menurut Anonim (2007) tanaman karet tumbuh dengan optimum pada
ketinggian 200 m dpl. Walaupun demikian karet masih bisa berproduksi di
dataran menengah dan tinggi tetapi dengan waktu penyadapan yang makin
panjang, Korelasi antara ketinggian tempat dan umur sadap adalah :
a. 0‐200 m dpl < 6 tahun
b. 200‐400 m dpl 7 tahun
c. 400‐600 m dpl 7,5 tahun
![Page 4: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/4.jpg)
d. 600‐800 m dpl 8,6 tahun
e. 800‐1.000 m dpl 10,2 tahun
1.2 Hasil Industri Pohon Karet
Menurut Anonim (2007) berbagai hasil industri pohon karet adalah :
![Page 5: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/5.jpg)
1.3 Potensi Karet Indonesia
Menurut Anonim (2007) karet merupakan komoditi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor
Karet Indonesia beberapa tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan,
dengan begitu pendapatan devisa dari komoditi ini menunjukan hasil yang bagus.
Perkembangan ekspor karet Indonesia dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
Menurut Anonim (2007) dengan meningkatnya kebutuhan akan karet alam
dari negara‐negara industri, ini mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke negara‐
negara lainnya. Kebanyakan adalah negara produsen mobil. Peningkatan juga
terjadi karena adanya pengalihan karet sistetis akibat naiknya harga minyak dunia.
Perkembangan ekspor karet Indonesia ke negara lain dapat terlihat dari tabel
dibawah ini :
![Page 6: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/6.jpg)
1.4 Perkembangan Pasar Karet Dunia
Menurut Anonim (2007) kebutuhan akan karet saat ini akan terus
berkembang dan meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif,
kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan
sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan akan karet
akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi
Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di Indonesia
ke negara‐negara lainnya.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan akan bahan karet
alami di negara‐negara industri terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang,
maka upaya untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri
produksi karet merupakan langkah yang bagus untuk dilaksanakan. Guna
mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan perkembangan perkebunan karet,
industri hilir guna memberi nilai tambah dari hasil industri hulu.
Perkembangan ekspor dan impor karet dunia saat ini berdasarkan kode
SITC dalam jangka waktu lima tahun terakhir perkomoditi mengalami kenaikan,
ini semua di sebabkan meningkatnya kebutuhan industri terhadap karet.
Perkembangan pasar karet dunia dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
![Page 7: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/7.jpg)
1.5 Analisis Usaha Tani Karet
Menurut Hadi (2008) produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu
tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan,
kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa
pengelolaan kebun karet dapat memenuhi seluruh kriteria diatas, maka perkiraan
produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang
dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian Perkebunan
yang bersangkutan. Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka estimasi
produksi per hektar per tahun dikonversikan ke dalam satuan getah karet basah
seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk dapat disadap, oleh
karena itu pembangunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka panjang
dengan masa tenggang 5-6 tahun. Biaya investasi dan pemeliharaan TBM dan TM
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
![Page 8: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/8.jpg)
Dengan asumsi tingkat produksi rata-rata 1.576 kg karet kering/ha/tahun,
harga FOB SIR 20 US $ 1,50/kg dan kurs: Rp 10.000/US $ (pada bulan Desember
2005) dan harga di tingkat petani 80% FOB, dilakukan perhitungan kelayakan
finansial usaha perkebunan karet diukur dengan tingkat Internal Rate of Return
(IRR), Net Present Value (NPV) dan B/C. Bila IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang diberlakukan yaitu 18%, maka usaha perkebunan karet layak secara
finansial. Bila NPV lebih besar dari nol (positif) maka usaha adalah layak, pada
discount rate yang ditentukan yaitu sebesar 18%. Perhitungan nilai IRR dan NPV
berdasarkan pada arus kas selama 30 tahun dengan asumsi biaya tetap, namun
harga jual menggunakan 3 skenario yaitu: harga naik 20%, harga pada bulan
Desember 2005 dan harga turun 10%, adalah seperti yang tertera pada tabel
dibawah ini :
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tingkat bunga 18% usaha perkebunan
karet masih layak, demikian juga pada saat harga karet turun 10%, nilai NPV
masih positif dan IRR lebih dari 18%. Apabila ada skim kredit yang tingkat
bunganya lebih rendah (14%), maka tingkat kelayakan usaha akan semakin tinggi.
![Page 9: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB 3. METODE
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang berbentuk
deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya
dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan
menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan
dipecahkan.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil
penelitian berupa fakta-fakta verbal.
2. Data kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara
langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif
menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval.
Jenis data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah data
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini bersumber dari artikel, buku-buku, dan dan dokumen yang
berhubungan dengan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan
(Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan
kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian
yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik
pengumpulan data dilakukan dengan browsing melalui Internet.
3.4 Metode Analisa Data
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis dan
mengevaluasi data adalah:
![Page 10: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/10.jpg)
1. Metode deskriptif, yaitu data yang sudah diperoleh dijelaskan dengan kata-
kata yang sistematis sehingga penelitian dapat diterangkan secara objektif.
Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menginterpretasikan,
mengolah dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran masalah
yang diteliti.
2. Metode deduktif, yaitu suatu metode berdasarkan pemikiran logika dan
diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang
sedang diamati, kemudian memberikan kesimpulan.
![Page 11: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan utama di Indonesia.
Salah satu komoditi perkebunan yang paling banyak diekspor oleh negara
Indonesia adalah karet. Negara Indonesia memiliki lahan perkebunan karet yang
sangat luas. Hal ini dikarenakan banyak lahan di Indonesia yang cocok untuk
ditanami tanaman karet.
Pohon karet memiliki banyak manfaat. Getah pohon karet dapat
dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai perlatan laboratorium, peralatan
kesehatan, peralatan rumah tangga, peralatan otomotif, dan lain-lain. Biji pohon
karet dapat dimanfaatkan untuk bahan baku resin, minyak cat, makanan ternak,
dan lain-lain. Sedangkan kayu pohon karet dapat dimanfaatkan untuk bahan
bangunan dan futniture.
Potensi perkebunan karet di Indonesia masih cukup bagus. Hal ini dapat
terlihat dari grafik perkembangan ekspor karet Indonesia yang terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Kondisi pasar karet di dunia juga cukup bagus. Hal
ini dapat terlihat dari grafik perkembangan impor karet dunia yang terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan kebutuhan karet dunia
terjadi karena terjadi peningkatan kebutuhan karet untuk kebutuhan industri serta
adanya pengalihan karet sistetis akibat naiknya harga minyak dunia.
Tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk dapat disadap, oleh
karena itu pembangunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka panjang
dengan masa tenggang 5-6 tahun. Biaya pembukaan perkebunan karet baru cukup
besar, yaitu sekitar Rp 125.000.000,00 per hektarnya. Namun produksi karet dapat
menghasilkan keuntungan yang cukup besar, yaitu sebesar Rp 20.000.000,00 – Rp
30.000.000,00 tiap hektar per bulannya hanya dari produksi lateks. Sedangkan
jika produk sampingan seperti produk dari biji karet dan kayu karet juga diolah,
maka keuntungan juga akan meningkat. Keuntungan lainnya dari perkebunan
karet adalah perkebunan karet dapat menjadi salah satu alternatif untuk reboisasi
lahan karena pohon karet dapat tumbuh di lahan yang kurang subur dan
![Page 12: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/12.jpg)
perkebunan karet dapat menjadi tempat penyerapan tenaga kerja karena
perkebunan karet membutuhlkan banyak perkerja.
![Page 13: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB 5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Negara Indonesia memiliki banyak lahan yang cocok ditanami pohon
karet.
2. Pohon karet memiliki banyak manfaat karena getah, biji, dan kayunya
dapat dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai kebutuhan.
3. Potensi perkebunan karet di Indonesia masih cukup bagus karena tingkat
ekspor karet di Indonesia terus mengalami peningkatan.
4. Kondisi pasar karet dunia masih cukup bagus karena tingkat permintaan
karet alami dunia terus mengalami peningkatan akibat naiknya harga karet
sintetis.
5. Perkebunan karet membutuhkan invertasi jangka panjang sekitar 5-6 tahun
untuk dapat menghasilkan dan biaya yang sangat besar (sekitar Rp
125.000.000,00 per hektar), namun keuntungan dari perkebunan karet juga
cukup besar, yaitu sekitar Rp 20.000.000,00 – Rp 30.000.000,00 per
hektar tiapbulannya hanya dari produksi lateks.
6. Keuntungan lain dari perkebunan karet adalah sebagai alternatif reboisasi
lahan dan sebagai sarana penyerapan tenaga kerja.
![Page 14: Potensi Perkebunan Karet 21234](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081801/55cf9af9550346d033a441c3/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Karet. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Hadi Purwanto, J. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Bandar Lampung : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.