potensi jamur rhizosfer sebagai plant growth …repository.ub.ac.id/12684/1/chicha yayan...

75
POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH PROMOTING FUNGI (PGPF) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SINGLE BUD SET TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) Oleh : CHICHA YAYAN LOVELYANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2018

Upload: vutram

Post on 06-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH PROMOTING FUNGI (PGPF) TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT SINGLE BUD SET TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Oleh : CHICHA YAYAN LOVELYANA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2018

Page 2: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH PROMOTING FUNGI (PGPF) TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT SINGLE BUD SET TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

OLEH

CHICHA YAYAN LOVELYANA

145040200111154

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

MINAT PERLINDUNGAN TANAMAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG

2018

Page 3: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan

hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini

tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di suatu perguruan tinggi

manapun, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara

jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2018

Chicha Yayan Lovelyana

Page 4: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,
Page 5: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,
Page 6: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

“SKRIPSI INI AKU PERSEMBAHKAN TERUNTUK AYAH, IBU DAN ADIKKU, BESERTA

KELUARGAKU TERCINTA”

Page 7: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

i

RINGKASAN

Chicha Yayan Lovelyana. 145040200111154. Potensi Jamur Rhizosfer sebagai

Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) terhadap Pertumbuhan Bibit Single Bud

Set Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dibawah bimbingan kepada Dr.

Ir. Syamsuddin Djauhari, MS. dan Antok Wahyu Sektiono, SP., MP.,

Tebu Saccharum officinarum L. merupakan tanaman perkebunan yang

memiliki peran penting karena digunakan sebagai bahan baku untuk industri

pangan dan farmasi. Saat ini terdapat teknologi pembibitan tebu yang lebih mudah

dan efisien yakni dengan menggunakan satu mata tunas Single Bud Set.

Pemanfaatan jamur rhizosfer sebagai pemacu pertumbuhan tanaman biasa dikenal

sebagai PGPF pada pembibitan tanaman tebu belum banyak diketahui, sehingga

penelitian mengenai jenis jamur yang berpotensi sebagai PGPF perlu dikaji.

Pengetahuan mengenai jenis jamur rhizosfer sebagai PGPF akan memberikan

informasi dalam pembibitan single bud set tanaman tebu.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli di Laboratorium

Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya, Malang dan Desa Sempalwadak, Kec. Bululawang, Kab.

Malang. Penelitian seleksi jamur rhizosfer menggunakan benih mentimun terdiri

dari 10 perlakuan dan 3 ulangan, dengan metode rancangan acak lengkap (RAL).

Penelitian uji potensi jamur sebagai PGPF pada bibit single bud set tanaman tebu

menggunakan metode Rancangan Acak kelompok (RAK) terdiri dari 8 perlakuan

dan 3 ulangan, meliputi P0 (Perendaman bibit tebu dengan air), PK (Perendaman

bibit tebu secara Konvensional), PR (Perendaman bibit tebu dengan PGPR

Bacillus subtilis), PF1 (Perendaman Bibit tebu dengan isolat jamur Penicillium sp.

isolat 1, PF2 (Perendaman Bibit tebu dengan isolat jamur Penicillium sp. isolat 2),

PF3 (Perendaman Bibit tebu dengan isolat jamur Acremonium sp.), PF4

(Perendaman Bibit tebu dengan isolat jamur Trichoderma sp. isolat 1), dan PF5

(Perendaman Bibit tebu dengan isolat jamur Trichoderma sp. isolat 2). Data hasil

pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA), dan uji

lanjut Duncan dengan taraf kesalahan 5%.

Hasil seleksi jamur rhizosfer pada tanaman mentimun menunjukkan bahwa

Acremonium sp, Penicillium spp. dan Trichoderma spp. berpotensi sebagai PGPF.

Hasil penelitian uji potensi jamur menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

nyata pada pengamatan yang meliputi presentase tunas tumbuh, jumlah anakan,

serta kejadian penyakit, dan menunjukkan perbedaan yang nyata pada pengamatan

tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman tebu. Perendaman bibit

single bud set dengan jamur Penicillium sp. isolat 2 berpotensi untuk memacu

pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi

tanaman, jumlah daun serta diameter batang. Perendaman bibit single bud set

tanaman tebu dengan menggunakan jamur Trichoderma sp. isolat 1 dan isolat 2

berpotensi untuk mengurangi peluang kejadian penyakit.

Page 8: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

ii

SUMMARY

Chicha Yayan Lovelyana. 145040200111154. Potential of Rhizospher Fungal as

Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) enhance the Growth of Single Bud

Sugarcane Set (Saccharum officinarum L.). Supervised by Dr. Ir. Syamsuddin

Djauhari, MS. and Antok Wahyu Sektiono, SP., MP.,

Sugarcane (Saccharum officinarum L.) is a crop that has an important role

because it is used as raw materials for food and pharmaceutical industries.

Currently, there is more efficient sugarcane breeding technology using single bud

bud set. There is not many reports on the utilization of rhizosphere fungal as

PGPF in sugarcane planting, so research on the types of fungi that has potential as

PGPF needs to be studied. Knowledge of the rhizosphere fungal species as PGPF

will provide information in seeding single bud sugarcane set.

The research was conducted from February to July in Plant Disease

Laboratory, Department of Pest and Plant Disease, Agriculture Faculty,

University of Brawijaya, Malang and Sempalwadak Village, Bululawang,

Malang. Research on rhizosphere fungal selection using cucumber seeds consisted

of ten treatments and three replications, with a Completely Randomized Design

Method. Research on potential of rhizosphere fungal as PGPF on single bud

sugarcane set with a Randomized Block Design consisted of eight treatments and

three replicates, including P0 (Soaking sugarcane seedlings with water), PK

(Soaking sugarcane seeds conventionally), PR (Soaking sugarcane seeds with

PGPR Bacillus subtilis), PF1 (Soaking sugarcane seeds with Penicillium sp.

isolate 1), PF2 (Soaking sugarcane seeds with Penicillium sp. isolate 2), PF3

(Soaking sugarcane seeds with Acremonium sp.), PF 4 (Soaking sugarcane seeds

with Trichoderma sp. isolates 1, and PF5 (Soaking sugarcane seeds with

Trichoderma sp. isolates 2). Observation data were analyzed using variance

analysis (ANOVA), and Duncan's further test with α=5% error level.

The results of the rhizosphere fungal selection using cucumber seeds

showed that Acremonium sp, Penicillium spp. and Trichoderma spp. potential as

PGPF. The results of the potential of rhizosphere fungal as PGPF on single bud

sugarcane set showed that there were no significant differences in observations

which included the percentage of germinating, number of tillers, and incidence of

disease, and showed significant differences in observations of germinating time,

plant height, stem diameter and number of sugarcane leaves. Soaking single bud

sugarcane set with Penicillium sp. isolate 2 has the potential to increase the

growth of sugar cane, especially germinating time, plant height, number of leaves

and stem diameter. Soaking the single bud sugarcane set with Trichoderma sp.

isolate 1 and isolate 2 has the potential to decrease the desease incidence.

Page 9: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat

dan hidayah-Nya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Potensi Jamur Rhizosfer Sebagai Plant Growth Promoting Fungi

(PGPF) Terhadap Pertumbuhan Bibit Single Bud Set Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.)”.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir.

Syamsuddin Djauhari, MS, selaku dosen pembimbing utama dan Antok Wahyu

Sektiono, SP., MP., selaku dosen pembimbing pendamping atas segala kesabaran,

nasihat, dan bimbingannya kepada penulis. Penulis mengucapkan terimakasih

kepada ketua jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti,

MS., beserta seluruh dosen atas bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan.

Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orangtua dan adik

atas doa, cinta dan kasih sayang, pengertian serta dukungan yang diberikan

kepada penulis. Juga kepada rekan-rekan HPT khususnya angkatan 2014 atas

bantuan, dukungan dan kebersamaan selama ini.

Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi

banyak pihak dan memberikan sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu

pengetahuan.

Malang, Agustus 2018

Penulis

Page 10: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 24 Agustus 1996 sebagai putri

pertama dari Bapak Suyanto Rahmulyono dan Ibu Suyanah. Penulis mempunyai

satu saudari perempuan. Penulis bertempat tinggal di Desa Sumberejo, Kecamatan

Batu, Kota Batu.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Sumberejo 01 pada

tahun 2002 sampai tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan studi di SMP

Negeri 02 Kota Batu pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Setelah itu,

penulis melanjutkan studi di SMA Negeri 01 Batu, jurusan Ilmu Pengetahuan

Alam dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Strata-1 Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian, penulis pernah menjadi

asisten praktikum Mata Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman dan Manajemen

Agroekosistem pada semester genap tahun ajaran 2016-2017. Asisten praktikum

Mata Kuliah Hama dan Penyakit Penting Tumbuhan, Manajemen Hama dan

Penyakit Tumbuhan serta Pertanian Berlanjut pada semester ganjil tahun ajaran

2017-2018. Asisten praktikum Mata Kuliah Mikologi Pertanian pada semester

genap tahun ajaran 2017-2018. Penulis pernah melakukan kegiatan magang di PG.

Kebon Agung, Kabupaten Malang.

Penulis pernah aktif dalam kepanitiaan Plant Protection Olimpiad (PPO)

sebagai Divisi Acara di Universitas Brawijaya Malang tahun 2017. Penulis men-

jadi delegasi Lomba Cerdas Tepat dalam rangkaian acara Jambore Perlindungan

Tanaman Indonesia (JPTI) di Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2017. Penulis

mendapatkan penghargaan Juara 3 Lomba Cerdas Cermat dalam rangkaian acara

Plant Protection day (PPD) di Universitas Padjajaran, Bandung tahun 2017.

Penulis menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang diberikan

oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) pada tahun anggaran 2014-

2015.

Page 11: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

v

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN.......................................................................................................... i

SUMMARY............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR............................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP................................................................................................. iv

DAFTAR ISI.......................................................... ................................. .............. v

DAFTAR TABEL................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ x

1. PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3

1.4 Hipotesis................................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................. 3

2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4

2.1 Deskripsi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) .......................... 4

2.2 Budidaya Tanaman Tebu......................................................................... 5

2.3 Bibit Single Bud Planting........................................................................ 6

2.4 Jamur Rizosfer sebagai Plant Growth Promoting Fungi......................... 8

3. BAHAN DAN METODE................................................................................ 10

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 10

3.2 Alat dan Bahan........................................................................................ 10

3.3 Rancangan Penelitian............................................................................. 10

3.4 Pelaksanaan Penelitian............................................................................ 11

3.4.1 Eksplorasi Jamur Rhizosfer..................................................................... 12

3.4.2 Uji Potensi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF........................................... 14

3.5 Pengamatan Percobaan............................................................................ 17

3.6 Analisis Data............................................................................................ 19

4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 20

4.1 Kondisi Aktual Lahan Pengambilan Sampel Tanah............................... 20

4.2 Hasil Identifikasi Isolat Jamur Rhizosfer................................................ 22

4.3 Seleksi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF................................................... 32

Page 12: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

vi

4.4 Hasil Uji Potensi Jamur Rhizosfer........................................................... 34

5. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... ................. 42

5.1 Kesimpulan............................................................................................. 42

5.2 Saran....................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 43

LAMPIRAN............................................................................................................. 48

Page 13: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Perlakuan Perendaman Benih Mentimun pada Seleksi Jamur Rhizosfer... 11

2. Perlakuan Perendaman Bibit Single bud set Tanaman Tebu pada Uji

Potensi Jamur Rhizosfer ............................................................................ 11

3. Informasi Kondisi Aktual Lahan Pengambilan Sampel Tanah .................. 20

4. Jenis Jamur Hasil Eksplorasi Rhizosfer Tanaman Tebu ............................ 23

5. Hasil Seleksi Isolat Jamur Rhizosfer .......................................................... 32

6. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Presentase Tunas

Tumbuh Tanaman Tebu ............................................................................. 34

7. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Waktu Tunas

Tumbuh Tanaman Tebu ............................................................................. 35

8. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Tinggi Tanaman Tebu . 36

9. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Diameter Batang

Tanaman Tebu ............................................................................................ 38

10. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Jumlah Daun

Tanaman Tebu ............................................................................................ 39

11. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Jumlah Anakan

Tanaman Tebu saat 9 mst ........................................................................... 40

12. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Kejadian Penyakit

Tanaman Tebu saat 9 mst ........................................................................... 41

Lampiran

1. Hasil Analisis Ragam Presentase Perkecambahan Tanaman Mentimun

Untuk Seleksi Jamur Rhizosfer......................................................................... 52

2. Hasil Analisis Ragam Tinggi kecambah Mentimun Untuk Seleksi

Jamur Rhizosfer................................................................................................. 52

3. Hasil Analisis Ragam Presentase Tunas Tumbuh Tanaman Tebu..................... 52

4. Hasil Analisis Ragam Waktu Tumbuh Tunas Tanaman Tebu......................... 52

5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 3 mst................................... 53

6. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 5 mst.................................. 53

7. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 7 mst................................... 53

8. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 9 mst................................... 53

9. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 3 mst......................... 53

10. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 5 mst......................... 54

11. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 7 mst......................... 54

Page 14: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

viii

12. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 9 mst......................... 54

13. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 3 mst................................ 54

14. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 5 mst................................ 54

15. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 7 mst................................ 55

16. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 9 mst................................ 55

17. Hasil Analisis Ragam Jumlah Anakan Tanaman Tebu 9 mst............................ 55

18. Hasil Analisis Ragam Kejadian Penyakit Tanaman Tebu 9 mst....................... 55

Page 15: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Morfologi Tebu............................................................................................... 4

2. Bibit Tanaman Tebu....................................................................................... 7

3. Bagan Pelaksanaan Penelitian....................................................................... 12

4. Acremonium sp. .............................................................................................. 24

5. Aspergillus sp. ............................................................ .................................... 25

6. Gongronella sp. .............................................................................................. 26

7. Penicillium sp. Isolat 1................................................................................... 27

8. Penicillium sp. Isolat 2................................................................................... 28

9. Penicillium sp. Isolat 3................................................................................... 29

10. Trichoderma sp. isolat 1................................................................................ 30

11. Trichoderma sp. isolat 2................................................................................. 31

12. Mortierella sp.................................................................................................. 31

13. Tunas Tanaman Tebu..................................................................................... 36

Lampiran

1. Plot Percobaan Uji Potensi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF ..................... 51

2. Seleksi Jamur Rhizosfer pada Benih Mentimun ....................................... 56

3. Benih mentimun 7 hst (Ulangan 1) pada perlakuan perendaman ............ 57

4. Pembibitan Single Bud Set Tanaman Tebu untuk Uji Potensi Jamur

Rhizosfer ................................................................................................... 58

5. Kenampakan Tanaman yang Terserang Penyakit ..................................... 58

6. Kondisi Plot Percobaan pada setiap pengamatan ...................................... 59

Page 16: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Deskripsi Varietas Tebu Bululawang ........................................................ 49

2. Plot Percobaan Uji Potensi Jamur Rhizosfer............................................. 51

3. Analisis Ragam Seleksi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF .......................... 52

4. Analisis Ragam Uji Potensi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF .................... 52

5. Hasil Seleksi Jamur Rhizosfer................................................................... 56

6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................................. 58

Page 17: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu Saccharum officinarum L. merupakan tanaman perkebunan yang di

dalam batangnya terkandung cairan gula dan biasa dimanfaatkan untuk industri

pangan dan farmasi. Konsumsi gula di Indonesia terus meningkat mengikuti

pertambahan jumlah penduduk, namun peningkatan konsumsi gula belum dapat

diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Pada tahun 2015, kebutuhan gula

Nasional yakni 6 juta ton atau setara dengan 6,38 juta ton gula mentah, namun

produksi dalam negeri hanya sekitar 2,47 juta ton. Untuk memenuhi defisit gula

maka dilakukan impor gula mentah dari negara Thailand, Australia dan Brazil

sekitar 3,53 juta ton (Ditjen Perkebunan, 2016). Salah satu upaya penting yang

dapat memperbaiki produksi gula dalam negeri yakni dengan melakukan

introduksi teknologi baru khususnya dalam sektor on farm.

Kualitas Bibit merupakan faktor terpenting dalam budidaya tanaman tebu,

hal ini dikarenakan asal dan jenis bibit tebu akan mempengaruhi hasil produksi

tebu itu sendiri. Secara konvensional, perbanyakan tebu biasa dilakukan secara

vegetatif dengan menanam bagal tebu yakni bibit tebu yang berasal dari batang

tebu dengan 2-3 mata tunas yang belum tumbuh (Khuluq dan Hamida, 2016). Saat

ini terdapat teknologi pembibitan tebu yang lebih mudah dan efisien yakni dengan

menggunakan bibit tebu yang berasal dari satu mata tunas atau biasa dikenal

dengan Single Bud Planting (SBP). Pemakaian mata tunas tunggal sebagai bahan

tanam dapat meningkatkan produktivitas tebu karena menghasilkan jumlah

anakan per tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan bibit bagal. Bibit

mata tunas tunggal dapat menghasilkan 10 anakan tiap tanaman dibandingkan

dengan bibit bagal hanya 5 anakan tiap tanaman (Rokhman et al., 2014).

Kondisi tanah dan nutrisi tanaman yang kurang, serangan organisme

pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit tanaman serta sistem tanam yang

kurang tepat, menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman tebu (Mawanda,

2014). Beberapa permasalahan budidaya tersebut menjadi salah satu dasar untuk

mengembangkan praktek pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan

organisme bermanfaat semakin gencar dilakukan (Abdelrahman, et al., 2016).

Page 18: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

2

Secara umum, daerah perakaran atau rizosfer merupakan tempat yang sangat

penting dalam interaksi antara tanaman, tanah, mikrofauna dan mikroorganisme

(Nihorimbere, et al., 2011). Mikroorganisme baik jamur ataupun bakteri yang

berada pada daerah rhizosfer berperan dalam menguraikan bahan organik,

membantu pertumbuhan tanaman dan beberapa jenis mikroorganisme lainnya

diketahui dapat menekan perkembangan patogen tanaman (Murali et al., 2012).

Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) merupakan jamur berfilamen

bersifat non patogen atau tidak menyebabkan sakit pada tanaman, yang ditularkan

melalui tanah dan memberikan manfaat bagi tanaman (Masunaka et al., 2011).

Pemanfaatan beberapa spesies jamur rhizosfer berpotensi sebagai PGPF telah

banyak dilaporkan khususnya dalam genus Trichoderma, Fusarium, Penicillium

dan phoma (Hyakumachi, 1994). Penggunaan PGPF berfungsi untuk merangsang

perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, memproduksi hormon, menekan

pertumbuhan patogen rhizosfer dengan mekanisme antagonis, serta menginduksi

resistensi ketahanan tanaman (Masunaka et al., 2011). Jamur rhizosfer juga

memiliki kemampuan untuk mengkolonisasi akar serta dapat menyediakan

mineral hara dalam bentuk yang tersedia sehingga mudah diserap oleh tanaman

(Meera, et al., 1994)

Sejauh ini, informasi mengenai jenis jamur rhizosfer yang berpotensi

sebagai PGPF dalam pembibitan tebu belum banyak dilakukan. Berdasarkan

alasan tersebut maka perlu dilakukan eksplorasi jamur rhizosfer sehingga

diperoleh jenis jamur yang dapat berpotensi sebagai PGPF pada bibit Single Bud

Set tanaman tebu.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah

1. Jenis jamur rhizosfer apa saja yang terdapat pada pertanaman tebu?

2. Apakah terdapat jamur rhizosfer yang berpotensi sebagai PGPF pada

pertumbuhan bibit Single Bud Set tanaman tebu?

Page 19: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

3

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur hasil eksplorasi

rhizosfer tanaman tebu serta untuk mengetahui potensinya sebagai PGPF pada

pertumbuhan bibit Single Bud Set tanaman tebu.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat jamur rhizofer tanaman tebu yang

berpotensi sebagai PGPF pada pertumbuhan bibit Single Bud Set tanaman tebu.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai

jamur rhizosfer yang berpotensi sebagai PGPF pada pertumbuhan bibit Single Bud

Set tebu sehingga dapat digunakan sebagai solusi untuk perlakuan sebelum

ditanam pada media. Aplikasi PGPF pada pembibitan tebu juga dapat digunakan

sebagai agens pengendali hama dan penyakit.

Page 20: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

4

2. INJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

Tebu adalah tanaman tahunan yang menghasilkan biji pada saat kondisi

lingkungan yang sesuai, namun untuk produksi komersial disebarkan melalui

perbanyakan vegetatif berupa stek batang. Tanaman tebu merupakan tanaman

rerumputan yang menyimpan energinya dalam bentuk gula (sukrosa) didalam

batang (Ridge, 2013). Tanaman tebu termasuk dalam ke dalam kingdom Plantae,

divisi Spermathophyta, kelas Monocotyledone. ordo Glumiflorae, famili

Graminae, genus Saccharum dan Spesies Saccharum officinarum L. (James,

2003). Secara Umum, tanaman tebu terdiri atas organ vegetatif yang meliputi

akar, daun, dan batang dan organ generatif atau reproduktif yang berupa bunga

(Gambar 1).

Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang, dan beruas-

ruas yang dibatasi dengan buku-buku. Batang tanaman tebu berasal dari mata

tunas yang ditanam pada media tanah dan tumbuh keluar membentuk anakan atau

rumput. Diameter batang tebu antara 3-5 cm, dengan tinggi batang dapat

mencapai 3-5 meter dan tidak bercabang. Akar tebu terbagi menjadi dua bagian

yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi

akar bibit. Akar ini tumbuh dari mata tunas. Sementara itu, akar stek adalah akar

yang tumbuh dari cincin akar batang dan masa hidupnya tidak lama (Wijayanti,

2008).

Gambar 1. Morfologi Tebu (James, 2003): a. Batang; b. Akar; c. Daun; d. Bunga

a c b d

Page 21: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

5

Daun tanaman tebu menempel pada dasar buku batang, kedudukannya

berselang-seling dalam dua baris dengan sisi yang berlawanan dari tangkai daun.

Setiap daun terdiri dari dua bagian yakni pelepah daun (sheath) dan lamina.

Pelepah daun berbentuk tabung yang menutupi ruas batang, dan luas permukaan

bagian bawah lebih luas dibandingkan bagian atas. Pelepah juga melekat pada

batang dengan posisi duduk berselang seling pada buku dan melindungi mata

tunas (James, 2003). Bunga tebu merupakan malai berbentuk piramida dengan

panjang 70-90 cm yang mengandung ribuan bunga kecil. Bunga tebu terdiri dari

tenda bunga yakni tiga helai daun kelopak dan satu helai daun tajuk bunga, tiga

benang sari dan satu bakal buah dengan kepala putik yang berbentuk bulu-bulu.

Bunga yang masak, benang sarinya panjang sehingga kepala sari menggantung

keluar dari tajuk bunga (Prabawanti, 2012).

2.2 Budidaya tanaman tebu

Budidaya tebu dimulai dari tahap pembersihan lahan, persiapan lahan,

penanaman, penyulaman, perawatan, pemupukan dan panen. Kegiatan penyiapan

lahan terdiri dari pembajakan pertama, pembajakan kedua, penggaruan dan

pembuatan kairan. Pembajakan pertama bertujuan untuk membalik tanah serta

memotong sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yang masih tertinggal. Pembajakan

kedua dilaksanakan tiga minggu setelah pembajakan pertama. Arah bajakan

memotong tegak lurus hasil pembajakan pertama dengan kedalaman olah 25 cm.

Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah dan

meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilakukan menyilang dengan arah

bajakan. Pembuatan kairan adalah pembuatan lubang untuk bibit yang akan

ditanam.

Penanaman bibit tebu dilakukan dengan jarak sekitar 10 mata tumbuh per-

meter pada kairan dengan posisi mata berada di samping. Hal ini dimaksudkan

agar bila salah satu tunas mati maka tunas disebelahnya dapat menggantikan.

Bibit yang telah ditanam kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri.

Pada tanaman ratoon, penggarapan tebu keprasan berbeda dengan tebu pertama.

Pengeprasan tebu dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali bekas tebu yang

Page 22: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

6

telah ditebang dan dilakukan secara berkelompok. Seminggu setelah dikepras,

lahan diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun pertama dan

pembersihan rumput-rumputan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperbarui

akar tua dan akar putus diganti akar muda, sehingga mempercepat pertumbuhan

tunas dan anakan.

Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh, baik

pada tanaman baru maupun tanaman keprasan, sehingga nantinya diperoleh

populasi tanaman tebu yang optimal. Perawatan meliputi penyiraman,

pembubunan dan pemupukan. Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak

merusak struktur Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Mei sampai September

dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan optimum dengan tingkat

rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu mempertimbangkan tingkat

kemasakan tebu dan kemudahan transportasi dari areal tebu ke pabrik. Kegiatan

pemanenan meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan dan

tebang angkut. Kegiatan terakhir pada budidaya tebu yakni panen (Indrawanto et

al., 2010).

2.3 Bibit Single Bud Planting

Terdapat berbagai macam jenis bibit tebu yang diperbanyak secara

vegetatif, antara lain bibit bagal yang berasal dari batang tebu dengan 2-3 mata

tunas, serta bibit single bud planting (SBP) yang berasal dari batang tebu yang

berasal dari 1 mata tunas. Terdapat dua jenis bibit SBP yakni bibit bud chip dan

bud set (Gambar 2). Bibit bud set tanaman tebu lebih mudah diperbanyak

dikarenakan dapat dipotong dengan menggunakan parang, berbeda halnya dengan

bibit bud chip yang memerlukan alat pemotong khusus. Selain itu, bentuk bibit

yang berasal dari mata ruas tunggal memiliki cadangan makanan yang lebih utuh

dibandingkan dengan bibit bud chip (Yunita et al., 2017).

Bahan tanaman untuk Single Bud Set yang digunakan adalah bahan tanam

berumur 6 bulan dengan pertimbangan pada umur tersebut jumlah mata tunas

dianggap memadai dan daya tumbuhnya optimal karena masih muda atau

meristematis sehingga masih aktif dalam pembentukan tunas (Yunita et al.,2017).

Page 23: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

7

Teknik perbanyakan bibit single bud planting menghasilkan bibit yang berkualitas

tinggi dan tidak memerlukan penyiapan bibit melalui kebun berjenjang. Bibit

yang digunakan berumur 5 sampai 6 bulan, murni (tidak tercampur dengan

varietas lain), bebas dari serangan hama dan penyakit serta tidak mengalami

kerusakan fisik (Putri, et al 2013).

Perbanyakan bibit tebu dengan teknologi bud set, memiliki kelebihan yakni

(Prasad, 2007):

1. Mempermudah pengangkutan bibit

2. Mendapatkan bibit yang sehat karena dilakukan sortasi pada bibit yang

terinfeksi penyakit

3. Dapat meminimalisir serangan hama dan penyakit

4. Hemat biaya dan tenaga kerja

5. Penggunaan teknik ini sangat cocok untuk pemulia tanaman

6. Sebagian besar varietas tebu dapat diperbanyak dengan teknologi bud set

7. Sisa dari pemotongan bud set dapat dimanfaatkan untuk diambil sarinya

Pembibitan Single Bud Set pada plastik polyethilen akan mempercepat

proses perbanyakan bibit tebu dan mengurangi jumlah bibit yang terbuang. Pada

pembibitan tanaman tebu secara konvensional menggunakan bibit bagal 3 mata

tunas, presentase daya kecambah hanya mencapai 35-40%. Sedangkan pada

pembibitan tebu dengan menggunakan bibit Single Bud Set yang ditanam pada

a b c

Gambar 2. Bibit Tanaman Tebu (Lovelyana, 2017): a. Bagal; b. Single Bud chip

c. Single Bud Set

Page 24: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

8

plastik polyethilen, presentase daya kecambah mencapai 80% (Singh, et al.,

2011).

2.4 Jamur Rizosfer sebagai Plant Growth Promoting Fungi

Secara keseluruhan habitat hidup mikroorganisme yang banyak berperan di

dalam pengendalian hayati berada di daerah rhizosfer yakni tanah di sekitar

perakaran tumbuhan serta daerah filosfer yakni di atas daun, batang, bunga, dan

buah. Mikroba tanah yang berkumpul di daerah rhizosfer akan menghasilkan

eksudat akar dan serpihan tudung akar sebagai sumber makanan mikroba tanah.

Bila populasi mikroba di sekitar rhizosfer didominasi oleh mikroba yang

menguntungkan tanaman, maka tanaman akan memperoleh manfaat yang besar

dengan hadirnya mikroba tersebut (Lugtenberg & Kravchenko, 1999).

Jamur rhizosfer merupakan salah satu kelompok mikroba yang telah

dilaporkan dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap berbagai penyakit,

baik penyakit terbawa tanah maupun penyakit terbawa udara (Hyakumachi &

Kubota 2003). Jamur rhizosfer membantu pertumbuhan tanaman melalui berbagai

mekanisme seperti peningkatan penyerapan nutrisi, dan menghasilkan hormon

pertumbuhan bagi tanaman (Chanway, 1997). Dilaporkan bahwa 80%

mikroorganisme yang diisolasi dari rhizosfer berbagai tanaman memiliki

kemampuan untuk mensintesis dan melepaskan auksin sebagai metabolit sekunder

(Patten dan Glick, 1996).

Banyak mikroba rhizosfer yang dilaporkan berperan dalam memacu

pertumbuhan dan sekaligus dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap

berbagai penyakit. Jamur merupakan kelompok yang paling banyak diisolasi dari

rhizosfer tanaman budidaya yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan

dikelompokkan sebagai Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) (Hyakumachi &

Kubota, 2003). Beberapa isolat PGPF ditemukan di sekitar tanaman sehat yang

ditanam secara budidaya maupun tanaman liar dan dari beberapa hasil penelitian

diketahui bahwa jamur PGPF umumnya banyak ditemukan di daerah rhizosfer

berbagai jenis tanaman (Murali et al, 2012).

Page 25: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

9

PGPF dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui mekanisme

produksi hormon, membantu mineralisasi dan penekanan mikroorganisme yang

merugikan tanaman (Supriyanto et al., 2011). Penggunaan bahwa kehadiran terus-

menerus dari isolat PGPF di akar dapat memicu tanaman untuk menghasilkan

respon pertahanan sehingga dapat menekan patogen tanaman. PGPF juga dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung yaitu melalui

perubahan terhadap struktur rhizosfer tanah yang menguntungkan tanaman

(Murali et al, 2012).

Page 26: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

10

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2018.

Pengambilan sampel tanah dan pengamatan pertumbuhan tanaman tebu dilakukan

di lahan tebu milik PG. Kebon Agung, di Desa Sempalwadak, Kecamatan

Bululawang, Kabupaten Malang. Isolasi dan perbanyakan jamur rizosfer

dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah mikroskop, cawan Petri (d=9 cm), gelas ukur,

sprayer, erlenmeyer, bunsen, jarum Ose, tabung reaksi, mikropipet, laminar air

flow (LAFC), autoclave, Beaker glass, object glass, cover glass, pinset, kompor

listrik, stick L, tisu, aluminium foil, timbangan, gunting, pisau, kertas label, kapas,

plastik wrap, parang, polybag 0,5 kg, hand counter, kamera.

Bahan yang digunakan adalah rizosfer tanaman tebu, bibit Single Bud Set

varietas Bululawang (BL) yang diperoleh dari PG Kebun Agung, aquades steril,

NaOCl 2%, Alkohol 70%, spirtus, air, PGPR berupa bakteri Bacillus subtilis,

betadine, Cruiser 350 FS, Atonik 6,5 L, Nordox 56 WP, media biakan Potato

Dextrose Agar (PDA) yang terbuat dari 1 liter aquades, 200 gram sari kentang, 20

gram dextrose, 20 gram agar, 1 tablet cloramphenicol 250 mg, serta media tanam

berupa tanah, blotong dan abu ketel.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua rancangan percobaan

yang dilakukan di laboratorium dan percobaan lapang. Seleksi jamur rhizosfer

dilakukan dengan merendam benih mentimun pada masing-masing isolat jamur

hasil eksplorasi rhizosfer, diatur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 10 perlakuan (Tabel 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

Page 27: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

11

Tabel 1. Perlakuan Perendaman Benih Mentimun pada Seleksi Jamur Rhizosfer

Kode Perlakuan Perlakuan Perendaman Benih Mentimun

P0 Perendaman dengan menggunakan aquades

P1 Perendaman dengan jamur Acremonium sp.

P2 Perendaman dengan jamur Aspergillus sp.

P3 Perendaman dengan jamur Gongronella sp.

P4 Perendaman dengan jamur Penicillium sp. isolat 1

P5 Perendaman dengan jamur Penicillium sp. isolat 2

P6 Perendaman dengan jamur Penicillium sp. isolat 3

P7 Perendaman dengan jamur Trichoderma sp. isolat 1

P8 Perendaman dengan jamur Trichoderma sp. isolat 2

P9 Perendaman dengan jamur Jamur Belum Teridentifikasi

Uji potensi jamur rhizosfer hasil seleksi pada bibit single bud set tanaman

tebu, diatur menggunakan rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan

(Tabel 2). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang digunakan

yakni

Tabel 2. Perlakuan Perendaman Bibit Single bud set Tanaman Tebu pada Uji

Potensi Jamur Rhizosfer

Kode Perlakuan Perlakuan Perendaman Benih Mentimun

P0 Kontrol negatif (Perendaman bibit tebu dengan air)

PK Kontrol Positif (Perendaman bibit tebu secara Konvensional)

PR Perendaman bibit tebu dengan PGPR Bacillus subtilis

PF1 Perendaman Bibit tebu dengan jamur Acremonium sp.

PF2 Perendaman Bibit tebu dengan jamur Penicillium sp. isolat 1

PF3 Perendaman Bibit tebu dengan jamur Penicillium sp. isolat 2

PF4 Perendaman Bibit tebu dengan jamur Trichoderma sp. isolat 1

PF5 Perendaman Bibit tebu dengan jamur Trichoderma sp. isolat 2

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan yakni survei,

eksplorasi dan Uji potensi jamur yang diilustrasikan pada gambar 3. Pemilihan

lahan dilakukan di lahan tebu milik PG. Kebon Agung. Eksplorasi jamur rhizosfer

dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas

Page 28: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

12

Brawijaya Uji potensi jamur rhizosfer sebagai Plant Growth Promoting Fungi

(PGPF) yang dilakukan di lahan tebu milik PG Kebon Agung, Kabupaten Malang.

3.4.1 Eksplorasi Jamur Rhizosfer

Eksplorasi jamur rhizosfer meliputi pengambilan sampel tanah, isolasi

jamur, purifikasi, identifikasi jamur dan penyimpanan isolat.

a. Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah rhizosfer dilakukan dengan metode purposive

sampling atau secara sengaja dipilih pada kondisi tanah sehat yang diduga

terdapat banyak jamur bermanfaat. Penentuan lokasi lahan dilakukan secara survei

di pertanaman tebu Kecamatan Sukun dengan tanaman tebu varietas Bululawang

(BL). Kriteria tanaman tebu yang digunakan untuk pengambilan sampel yakni

tanaman sehat dan tidak terserang penyakit, memiliki batang besar dan anakan

banyak. Sampel tanah diambil didekat perakaran dengan kedalaman ± 15 cm,

terdapat 5 titik pengambilan sampel dan setiap titik diambil 3 ulangan. Sampel

Survei Lahan Tebu dan Pengambilan Sampel Tanah

Eksplorasi Jamur Rhizosfer

Isolasi, Purifikasi, dan Identifikasi Jamur rhizosfer

Seleksi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF menggunakan Benih Mentimun

Perbanyakan Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

Pembibitan Single Bud Set Tanaman Tebu

Aplikasi PGPF pada Bibit Single Bud Set Tanaman tebu

Hasil Uji Potensi Jamur Rhizosfer Sebagai PGPF

Gambar 3. Bagan Pelaksanaan Penelitian

Page 29: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

13

tanah yang telah didapatkan pada setiap titik kemudian di kompositkan. Setelah

itu, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label sesuai dengan titik yang

telah diambil.

b. Isolasi Jamur

Metode isolasi jamur rizosfer dilakukan dengan teknik pengenceran

bertingkat (seriall dillution). Tanah yang sudah dikompositkan pada masing-

masing ulangan ditimbang sebanyak 10 gram kemudian disuspensikan dalam 100

ml aquades steril. Suspensi lalu digojok hingga campuran homogen. Dari larutan

tersebut diambil 1 ml suspensi dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 9

ml aqudes steril, kemudian digojok sampai homogen untuk mendapatkan pengen-

ceran ke-2 atau 10-2

. Hal tersebut dilakukan kembali hingga mencapai tingkat

pengenceran 10-7

. Hasil pengenceran 10-3

sampai 10-7

diambil 0,5 ml untuk ditu-

angkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi media PDA steril menggunakan

pipet. Kemudian suspensi yang terdapat pada cawan petri diratakan dengan

menggunakan stik L. Setelah itu, diinkubasi pada suhu ruang 27-28°C selama 5-7

hari (Purwantisari dan Hastuti, 2009).

c. Purifikasi

Pemurnian dilakukan pada setiap koloni jamur yang dianggap berbeda

berdasarkan morfologi jamur hasil isolasi di cawan petri, meliputi warna dan

bentuk koloni. Masing-masing koloni jamur yang dianggap berbeda, diambil

dengan menggunakan jarum ose. Kemudian ditumbuhkan kembali pada cawan

petri yang berisi media PDA padat steril.

d. Identifikasi Jamur

Untuk kepentingan determinasi dilakukan pembuatan preparat jamur dengan

cara mengambil koloni Jamur dengan menggunakan jarum Ose, kemudian

diletakkan pada object glass yang telah diberi sedikit media PDA dan ditutup

dengan cover glass. Penggunaan media PDA pada object glass adalah sebagai

media pertumbuhan koloni jamur pada preparat. Preparat jamur diinkubasi selama

2-7 hari didalam wadah yang telah dialasi dengan tissue lembab dan ditutup rapat

agar tidak terkontaminasi oleh spora jamur dari udara. Tujuan dari inkubasi adalah

Page 30: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

14

untuk menumbuhkan spora jamur pada preparat sehingga akan mempermudah

saat determinasi.

Pengamatan jamur dilakukan dengan mengamati ciri-ciri koloni yang

meliputi warna dasar dan permukaan koloni pada cawan petri, pola persebaran

koloni dalam cawan petri, tekstur koloni dan waktu yang dibutuhkan oleh koloni

untuk memenuhi cawan petri (full plate duration). Pengamatan kenampakan

morfologi koloni jamur dengan menggu-nakan mikroskop, meliputi ada atau

tidaknya septa pada hifa, pertumbuhan hifa, warna hifa, ada atau tidaknya konidia,

warna konidia, bentuk konidia, serta pola persebaran konidia.

Hasil dari pengamatan koloni dan morfologi jamur digunakan untuk

determinasi jamur. Determinasi dilakukan berdasarkan panduan buku Pictorial

Atlas of Soil and Seed Fungi Morphologies of Cultured Fungi and Key to Species

(Second Edition) dan llustrated Genera of Imperfect Fungi (Fourth Edition), serta

tambahan informasi dari buku-buku pendukung lainnya. Jamur yang telah

diidentifikasi selanjutnya digunakan sebagai suspensi yang akan diujikan untuk

seleksi jamur yang berpotensi sebagai PGPF.

e. Penyimpanan Isolat

Isolat hasil eksplorasi jamur rhizosfer disimpan dengan Teknik

penyimpanan dalam minyak mineral. Teknik ini bertujuan untuk mempertahakan

viabilitas mikroba dengan cara mencegah pengeringan media sehingga isolat

dapat disimpan hingga beberapa tahun. Isolat jamur yang akan disimpan,

ditumbuhkan di dalam tabung atau botol berisi media agar miring atau media cair

(broth) yang sesuai. Setelah isolat tumbuh baik, kemudian ditambahkan parafin

cair steril setinggi 10-20 mm diatas permukaan media agar. Botol biakan jamur

disimpan pada suhu ruang atau di kulkas (Machmud, 2001).

3.4.2 Uji Potensi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

Uji potensi jamur rhizosfer sebagai PGPF dilakukan dengan beberapa

tahapan yang meliputi seleksi jamur rhizosfer, perbanyakan jamur rhizosfer

sebagai PGPF, pembibitan dan aplikasi PGPF pada bibit Single Bud Set tanaman

tebu.

Page 31: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

15

a. Seleksi Jamur Rhizosfer

Isolat jamur ditumbuhkan di media PDA kemudian diperbanyak dengan

menggunakan media Ekstrak Kentang Gula (EKG). Suspensi jamur yang

digunakan yakni kerapatan 10-5

. Uji perkecambahan benih mentimun meng-

gunakan metode Uji Diatas Kertas (UDK). Benih mentimun direndam dalam

suspensi jamur selama 30 menit, kemudian ditumbuhkan pada cawan petri yang

beralaskan kertas merang lembab selama satu minggu. Setiap cawan petri diisi

dengan 10 benih mentimun dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Pada seleksi

isolat yang diamati adalah waktu perkecambahan benih (hari) serta tinggi tanaman

yang tumbuh (cm). Hasil dari seleksi jamur akan digunakan sebagai acuan untuk

menentukan jenis jamur yang digunakan pada perendaman bibit Single bud set

tanaman tebu yang berpotensi sebagai PGPF

b. Perbanyakan Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

Inokulum jamur rhizosfer yang digunakan sebagai Plant Growth Promoting

Fungi (PGPF) adalah biakan murni hasil isolasi jamur pada media PDA. Setelah

biakan berumur 7 hari, miselium jamur yang tumbuh pada permukaan medium

PDA dikumpulkan dengan memberikan air steril sebanyak 10 ml dan dimasukkan

ke dalam tabung reaksi. Setelah itu digojok dengan menggunakan shaker dengan

kecepatan 100 rpm selama 5 menit agar spora menyebar dalam suspensi. Untuk

mendapatkan kerapatan konidia 105/ml air dilakukan pengenceran secara

bertahap. Perhitungan kerapatan konidia dilakukan dengan menggunakan

haemositometer (Marnita et al., 2017).

c. Pembibitan

Pada pembibitan tebu, hal yang dilakukan meliputi persiapan media tanam,

persiapan bibit, penanaman dan perawatan. Persiapan media tanam yang

digunakan adalah campuran antara tanah, blotong dan abu ketel dengan

perbandingan 2:1:1. Media tanam yang sudah tercampur secara merata kemudian

dimasukkan kedalam polybag berukuran 0,5 kg.

Persiapan bibit yang digunakan yakni bibit Single Bud Set dan varietas tebu

Bululawang (BL). Syarat untuk sumber bibit bud set yakni varietas unggul, murni,

sehat dan minimal berumur 7 bulan. Sebelum dilakukan pemotongan dengan

Page 32: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

16

menggunakan parang, pelepah kering yang masih menempel pada batang

diklentek terlebih dahulu. Kemudian bibit dipotong menjadi 3 bagian yakni pucuk

tengah dan bawah. Bibit yang digunakan pada penelitian ini yakni batang bagian

tengah. Bibit yang telah dipotong harus disortasi, untuk mendapatkan panjang

bibit 9 cm, dengan ukuran diameter batang dan ukuran mata tunas yang kurang

lebih sama.

Penanaman bibit tebu dilakukan pada media tanam dilakukan setelah bibit

diberikan perlakuan. Bibit ditanam pada polibag berukuran 0,5 kg, dan

ditempatkan pada bedeng pembibitan di lahan milik PG. Kebon Agung, Malang.

Polibag bibit disusun sesuai dengan denah yang telah ditetapkan dengan jarak 20

cm antar petak perlakuan dan 30 cm antar petak ulangan. Masing-masing

perlakuan terdapat 20 bibit perlakuan.

Perawatan bibit dilakukan selama masa percobaan berlangsung, yakni mulai

dari 0 hst hingga bibit berumur 63 hst. Perawatan yang dilakukan yakni meliputi

penyiraman dan penyiangan gulma. Intensitas penyiraman dilakukan setiap hari

pada 1 hst hingga 14 hst. Intensitas penyiraman diturunkan menjadi 2 hari sekali

setelah 14 hst. Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut

gulma yang terdapat pada polibag perlakuan. Hal ini dilakukan untuk menghindari

adanya persaingan nutrisi, sinar matahari dan air.

d. Aplikasi PGPF pada Bibit Single Bud Set

Bibit Single Bud Set tanaman tebu yang telah disortasi dan sesuai dengan

kriteria dicuci dengan menggunakan air mengalir. Pada perlakuan kontrol negatif

(P0), bibit direndam pada air. Pada perlakuan kontrol negatif dengan metode

konvensional (PK) yang dilakukan oleh PG. Kebon Agung, Kabupaten Malang

yakni bibit direndam pada 3 perlakuan larutan yakni larutan betadine, larutan

Cruiser 350 FS, dan campuran larutan Atonik 6,5 L dan Nordox 56 WP.

Perendaman Bibit dengan larutan tersebut dilakukan selama direndam pada

masing-masing perlakuan selama 15 menit. Pada perlakuan perendaman bibit

dengan menggunakan PGPR (PR) dilakukan selama 15 menit dengan volume 500

ml/ 20 bibit bud set. Aplikasi PGPF dilakukan sebelum penanaman pada media

tanam, yakni dengan cara merendam bibit pada suspensi konidia jamur rhizosfer

Page 33: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

17

dengan kerapatan konidia 105/ml air selama 30 menit (Istikorini, 2008; Marnita et

al., 2017). Aplikasi PGPF dilakukan kembali setiap 7 hari setelah aplikasi yakni

pada 7 hst, 14 hst dan 21 hst dengan cara menyiramkan 5 ml suspensi konidia

jamur pada setiap perlakuan dengan kerapatan konidia 105

(Muslim et al., 2006).

Sedangkan pada perlakuan kontrol dan konvensional, dilakukan penyiraman

dengan menggunakan air.

3.5 Pengamatan Percobaan

Variabel pengamatan yang dilakukan pada bibit bud set adalah pertum-

buhan tanaman. Parameter pengamatan bibit meliputi presentase tunas tumbuh,

waktu pertumbuhan mata tunas, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun,

jumlah anakan (Sulistyoningtyas et al., 2017), dan kejadian penyakit.

3.5.1 Presentase Tunas Tumbuh

Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan dengan mengamati semua bibit.

Pengamatan ini dilakukan selama 15 hari berturut-turut pada bibit yang berumur 0

sampai 15 hst. Setelah didapatkan hasil pengamatan, kemudian dilakukan

perhitungan presentase pertumbuhan tunas dengan rumus berikut:

Tunas tumbuh (%) = Jumlah tunas yang tumbuh × 100%

Jumlah tunas total yang ditumbuhkan

3.5.2 Waktu Pertumbuhan Mata Tunas

Pengamatan waktu (hari) awal muncul tunas dilakukan dengan mengamati

bibit tebu yang sudah mulai muncul tunas. Pengamatan saat muncul tunas

dilakukan selama 15 hari berturut-turut pada bibit yang berumur 0 sampai 15 hst.

3.5.3 Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman (cm) dilakukan dengan menggunakan penggaris

yang dimulai dari pangkal batang hingga bagian titik tumbuh tanaman tebu.

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sebanyak 7 kali pada tanaman tebu yang

berumur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, 49 hst, 56 hst, dan 63 hst.

Page 34: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

18

3.5.4 Diameter Batang

Pengukuran diameter batang (cm) dilakukan dengan menggunakan jangka

sorong. Pengamatan dilakukan pada bagian tengah ruas batang pada tanaman tebu

bagian tengah. Pengamatan diameter batang tanaman dilakukan sebanyak 7 kali

pada tanaman tebu yang berumur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, 49 hst, 56 hst, dan

63 hst.

3.5.5 Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun (helai) dilakukan dengan menghitung seluruh

daun tanaman tebu yang sudah membuka sempuna. Pengamatan jumlah daun

dilakukan sebanyak 7 kali pada tanaman tebu yang berumur 21 hst, 28 hst, 35 hst,

42 hst, 49 hst, 56 hst, dan 63 hst.

3.5.6 Jumlah Anakan

Pengamatan jumlah anakan dilakukan dengan menghitung jumlah mata

tunas yang telah tumbuh menjadi anakan pada bagian pangkal batang.

Pengamatan jumlah anakan dilakukan sebanyak 7 kali pada tanaman tebu yang

berumur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, 49 hst, 56 hst, dan 63 hst.

3.5.7 Kejadian Penyakit

Pengamatan kejadian penyakit dilakukan dengan mengamati gejala serangan

penyakit pada pembibitan tebu yang berumur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, 49 hst,

56 hst, dan 63 hst.Perhitungan kejadian penyakit dilakukan pada 63 hst dengan

rumus:

I = a × 100 %

a + b

I merupakan intensitas serangan (%), a adalah banyaknya tanaman yang rusak

atau menunjukkan gejala serangan, b adalah banyaknya tanaman yang tidak rusak

(tidak menunjukkan gejala serangan) (Roziq et al., 2013).

Page 35: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

19

3.6 Analisis Data

Analisa data yang digunakan ialah dengan menggunakan analisis ragam

(ANOVA) dengan taraf kesalahan 5% untuk mengetahui pengaruh perendaman

pada pertumbuhan bibit single bud set tanaman tebu. Apabila hasil analisis ragam

menunjukkan adanya pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT

(Duncan Multiple Range Test) pada taraf kesalahan 5% menggunakan perangkat

lunak Microsoft Office® Excel 2010 dengan program tambahan DSAASTAT

®

versi 1.101.

Page 36: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Aktual Lahan Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah yang digunakan untuk isolasi rhizosfer dila-

kukan di lahan tebu milik PG. Kebon Agung, Kelurahan kebonsari, Kecamatan

Sukun, Kota Malang. Berdasarkan hasil survei dan wawancara, diperoleh

informasi mengenai kondisi aktual lahan pengambilan sampel tanah (Tabel 3).

Tabel 3. Informasi Kondisi Aktual Lahan Pengambilan Sampel Tanah

No. Teknik Budidaya Keterangan

1. Luas Lahan 6.000 m2

2. Pengolahan tahan Secara mekanik menggunakan traktor bajak piring 1

dan 2, kemudian membuat kairan atau lubang tanam

3. Pembibitan dan

penyulaman

Bibit bagal ditanam dengan sistem end to end (nguntu

walang). Penyulaman dilakukan sebelum dilakukan

pembumbunan

4. Varietas BL (Bululawang)

5. Pemupukan Dilakukan sebanyak 3 kali : (1) biokompos abu ketel

dan blotong saat pengolahan tanah; (2) 4 kw/ha Pupuk

ZA dan 4 kw/ha Phonska saat berumur 1,5 bulan; (3)

4 kw Pupuk ZA saat berumur 3 bulan

6. Pengairan Sumber irigasi didapatkan dari sungai dengan cara

lahan digenangi atau dilep

7. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan sebanyak 3 kali, bertujuan

untuk memperkokoh dan memperkuat tanaman tebu

8. Penyiangan gulma Dilakukan dengan cara mencabut dan membuang

gulma menggunakan sabit

9. Perawatan Perogesan dengan cara mengelentek pelepah tebu

kering, dilakukan sebanyak 3 kali saat berumur 5-6

bulan, 8-9 bulan dan 10-11 bulan.

10. Hama yang

menyerang dan cara

mengatasi

Penggerek pucuk, penggerek batang berkilat dan

penggerek batang bergaris. Cara mengatasi

menggunakan agens hayati dengan cara memasang

pias parasitoid Trichogramma sp.

11. Penyakit yang

menyerang dan cara

mengatasi

Pokahbung, luka api, blendok, dan mosaik. Cara

mengatasi dengan memilih varietas unggul dan tahan

serta melakukan eradikasi atau pencabutan tanaman

yang terserang.

12. Panen dan

pemanfaatan sisa

Panen

Dilakukan saat tanaman berumur 7 bulan. Sisa panen

bagian pucuk tebu digunakan sebagai pakan ternak,

dan daduk digunakan sebagai mulsa.

Page 37: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

21

Luas area lahan tebu yakni sebesar 6.000 m2 yang hasil panennya

diperuntukkan sebagai bibit. Pengolahan lahan dilakukan secara mekanik dengan

menggunakan traktor. Pengolahan tanah dilakukan 1 bulan sebelum tanam,

dimulai dari kegiatan bajak piring I yang bertujuan untuk menghancurkan tanah

pada guludan sebelumnya dan membalik bongkahan tanah. Selang 1 minggu

dilakukan proses bajak piring II yang bertujuan untuk menghaluskan dan

menggemburkan tanah secara merata. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan

kairan (furrower) atau lubang tanam dengan kedalaman. Bibit tanaman tebu yang

digunakan yakni bibit bagal 2 mata tunas dan merupakan varietas BL

(Bululawang). Penanaman bibit bagal diatur secara end to end atau nguntu walang

dengan posisi mata tunas berada di bagian samping. Apabila terdapat tanaman

yang mati maka harus segera dilakukan penyulaman sebelum kegiatan

pembumbunan.

Pemupukan pada tanaman tebu dilakukan sebanyak 3 kali. Pemupukan

pertama diberikan saat pengolahan lahan dengan menggunakan biokompos yang

terdiri dari blotong dan abu ketel. Pemupukan kedua yakni dengan menambahkan

pupuk ZA sebanyak 4 kwintal/hektar dan pupuk Ponska sebanyak 4

kwintal/hektar saat tebu berusia 1,5-2 bulan. Pemupukan ketiga dilakukan dengan

menambahkan pupuk ZA sebanyak 4 kwintal/hektar untuk menaikkan kadar gula

tebu berusia 3 bulan stelah tanam (BST). Pemupukan dilakukan dengan cara

menaburkan pupuk disebelah tanaman. Jarak pemupukan berkisar 15-20 cm,

setelah itu pupuk ditutup dengan tanah. Pengairan dilakukan dengan cara lahan

digenangi atau dilep. Sumber irigasi didapatkan dari sungai terdekat baik secara

manual maupun dengan bantuan pompa air.

Pembumbunan merupakan kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk

memperkokoh dan memperkuat tanaman tebu. Pembumbunan dilakukan sebanyak

3 kali, bumbun I dilakukan setelah pemberian pupuk dengan cara menurunkan

tanah dengan cangkul dari guludan ke dasar juringan. Bumbun II dilakukan pada

saat tanaman berumur 2-3 bulan dengan cara menurunkan tanah dari guludan ke

juringan untuk memperkokoh batang. Bumbun III dilakukan dengan menaikkan

tanah pada juringan hingga batang bagian bawah tertutupi oleh tanah, dilakukan

Page 38: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

22

saat tanaman tebu berumur 5 bulan. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara

mencabut dan membuang gulma menggunakan sabit. Perawatan lainnya yakni

perogesan merupakan kegiatan untuk melepaskan atau mengelentek pelepah daun

kering pada batang tebu. Perogesan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat

tanaman berumur 5-6 bulan, kemudian saat tanaman berumur 8-9 bulan dan saat

tanaman berumur 10-11 bulan.

Hama penting yang sering menyerang tanaman tebu yakni penggerek pucuk

Scirpophaga excerptalis Walker (Lepidoptera: Pyralidae), penggerek batang tebu

berkilat Chilo auricillus Dugdeon (Lepidoptera: Pyralidae) dan peng-gerek batang

tebu bergaris Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae). Hama

tersebut menyerang tanaman tebu saat fase larva. Cara mengatasi hama penggerek

dilakukan dengan menggunakan agens hayati dengan memasang pias parasitoid

Trichogramma spp. pada bagian bawah daun tanaman tebu yang berusia 1,5

bulan. Penyakit penting yang biasa menyerang tanaman tebu adalah penyakit

pokahbung yang disebabkan oleh cendawan Fusarium moniliformae, luka api

yang disebabkan oleh cendawan Ustilago scitaminea dan penyakit Mosaik yang

disebabkan oleh virus. Cara mengatasi penyakit ini dilakukan dengan memilih

varietas unggul dan tahan, serta melakukan pencabutan tanaman atau eradikasi

agar tidak menyebar ke tanaman yang lainnya.

Pemanenan tebu yang digunakan sebagai bibit dilakukan saat tanaman tebu

berumur 7 bulan dengan cara memotong bagian bawah batang dengan

menggunakan sabit, pemotongan batang meninggalkan sisa batang asli sebatas

permukaan tanah aslinya (meninggalkan batang sekitar 15-20 cm dibawah

permukaan tanah). Pemanfaatan sisa panen bagian pucuk tebu digunakan sebagai

pakan ternak, sedangkan pelepah keringnya digunakan sebagai mulsa untuk

mengendalikan gulma tanaman tebu.

4.2 Hasil Identifikasi Isolat Jamur Rhizosfer

Berdasarkan hasil isolasi rhizosfer tanaman tebu diperoleh 9 jenis jamur.

Jenis jamur yang teridentifikasi berasal dari 7 genus yaitu Acremonium,

Apergillus, Gongronella, Penicillium, Trichoderma, dan mortierella (Tabel 4).

Page 39: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

23

Seluruh isolat diidentifikasi berdasarkan kenampakan koloni serta kenampakan

morfologinya.

Tabel 4. Jenis Jamur Hasil Eksplorasi Rhizosfer Tanaman Tebu

No. Jenis Jamur Filum Deskripsi

1. Acremonium sp. Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

sederhana, tidak bersekat, hialin. Konidia

hialin, berbentuk lonjong dan

bergerombol membentuk seperti kepala

2. Aspergillus sp. Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

bersekat, tidak bercabang. Vesikel

berbentuk semi bulat dan konidia

berwarna hitam

3. Gongronella sp. Zygomycota Hifa tidak bersekat dan hialin.

Sporangiofor sederhana, tidak bersekat.

Sporangium berbentuk globose

4. Penicillium sp.

isolat 1

Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

tidak bersekat, berpelengkap fialid,

bercabang 2-3. Konidia berwarna hialin,

berbentuk bulat dengan sebaran satu

fialid satu rantai.

5. Penicillium sp.

isolat 2

Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

tidak bersekat, berpelengkap fialid,

bercabang 2-3. Konidia berwarna hialin,

berbentuk bulat.

6. Penicillium sp.

isolat 3

Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

tidak bersekat, berpelengkap fialid,

bercabang 2-3. Konidia berwarna hialin,

berbentuk bulat.

7. Trichoderma sp.

isolat 1

Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

hialin, tidak bersekat, ramping dan

bercabang dengan panjang 15 µm.

Konidia hialin, berbentuk oval,

8. Trichoderma sp.

isolat 2

Ascomycota Hifa bersekat dan hialin. Konidiofor

hialin, tidak bersekat, ramping dan

bercabang. Konidia hialin, berbentuk

oval,

9. Mortierella sp. Zygomycota Hifa tidak bersekat dan hialin.

Sporangiofor hialin, tidak bersekat,

Sporangiospora hialin, berbentuk

lonjong.

Page 40: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

24

Berikut merupakan hasil identifikasi koloni dan morfologi jamur hasil

isolasi rhizosfer tanaman tebu

4.2.1 Acremonium sp.

Pengamatan koloni jamur menunjukkan saat muda berwarna putih

kecoklatan, bagian tengah berwarna keabuan dan bagian dasar berwarna coklat

(Gambar 4a). Tipe persebaran berbentuk bulat dengan tepi menyebar, dan tidak

memiliki konsentris. Tekstur permukaan koloni kasar, kerapatan rapat, ketebalan

tebal, dan miselium bagian tepi agak tipis. Ukuran diameter 8 cm saat 7 hsp dan

waktu memenuhi cawan petri 9×24 jam. Menurut Ganjar et al., (1999), koloni

Acremonium sp. berwarna putih sampai coklat, dengan ciri miselium bagian

tengah tampak seperti kapas.

Pengamatan morfologi menunjukkan hifa bersekat dan hialin (Gambar 4b).

Konidiofor sederhana, tidak bersekat, hialin dengan panjang 32,89 µm. Konidia

hialin, berbentuk lonjong berukuran 5,3×2 µm, dan bergerombol disekitar konidi-

ofor. Menurut Ganjar et al., (1999), konidia Acremonium sp. berbentuk meman-

jang hingga bulat, berukuran 3,5-5,8×1,5-2,5 µm dan bergerombol disekitar koni-

diofor. Konidia bersel satu tampak agak menggerombol membentuk satu kepala.

4.2.2 Aspergillus sp.

Pengamatan koloni menunjukkan warna koloni hitam, bagian tepi berwarna

putih dan warna dasar keabuan (Gambar 5a). Tipe persebaran berbentuk bulat

Gambar 4. Acremonium sp. : a. Biakan Murni koloni Umur 7 hsp; b. Morfologi jamur (1) Hifa Bersekat, (2) Konidiofor , (3) konidia

a b

1

3

2

Page 41: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

25

beraturan, sebaran memusat dan memiliki konsentris. Tekstur permukaan koloni

kasar, kerapatan renggang dan ketebalan sedang dengan miselium dibagian tepi

lebih tipis. Ukuran diameter 8,5 cm saat berumur 7hsp dan waktu memenuhi

cawan petri 8×24 jam. Menurut Dwidjoseputro (2010), pada saat muda miselium

Aspergilus berwarna putih, kemudian akan bersporulasi menjadi warna coklat

kekuning-kuningan, hijau atau kehitam-hitaman tergantung spesiesnya.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 5b) menunjukkan hifa bersekat dan

hialin, dan dinding hifa tebal. Konidiofor bersekat, tidak bercabang dengan

panjang 49,48 µm. Vesikel berbentuk semi bulat berdiameter 17,7 µm. Konidia

berwarna hitam dan berben-tuk bulat. Menurut Ganjar et al., (1999), Aspergillus

memiliki konidiofor yang berwarna hialin hingga coklat, berdinding tebal dan

halus. Kepala konidia berwarna hitam, berbentuk bulat, dan cenderung merekah

menjadi kolom-kolom saat berumur tua. Konidia berbentuk bulat hingga semi

bulat, berwarna hitam atau coklat.

4.2.3 Gongronella sp.

Pengamatan koloni jamur (Gambar 6a) menunjukkan warna koloni putih

kekuningan, bagian tepi berwarna putih dan warna dasar kekuningan. Tipe

persebaran bulat beraturan, dan memiliki konsentris. Tekstur permukaan halus

dengan kerapatan sedang dan ketebalan sedang. Ukuran diameter 6,8 cm saat

berumur 7hsp dan waktu memenuhi cawan petri 10×24 jam. Menurut Babu et al.,

Gambar 5. Aspergillus sp. : a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp; b. Morfologi

Jamur (1) Hifa Bersekat, (2) Konidiofor bersekat, (3) vesikel

a b

1

2 3

Page 42: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

26

(2015), koloni gongronella sp. berwarna putih dengan bagian tengah berwarna

kuning kecoklatan.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 6b) menunjukkan hifa tidak bersekat

dan hialin. Sporangiofor sederhana, tidak bersekat dengan panjang 34, 61 µm.

Sporangium berbentuk globose berdiameter 15,2 µm. Menurut Watanabe (2002),

ciri morfologi Gongronella sp. yakni sporangiofor hialin dan sederhana,

sporangium berbentuk globose berdiameter 15,2-20,7 µm serta sporangiospora

hialin.

4.2.4 Penicillium sp. isolat 1

Pengamatan koloni jamur (Gambar 7a) menunjukkan warna koloni putih,

bagian pusat berwarna coklat, bagian tepi berwarna putih, dan memiliki warna

dasar keku-ningan. Koloni saat tua berwarna abu-abu dan terdapat tetes eksudat

berwarna kemerahan. Tipe persebarannya berbentuk bulat beraturan, sebaran

menyebar dan tidak memiliki konsentris. Tekstur permukaan halus, dengan

kerapatan rapat dan ketebalan tebal. Ukuran diameter 0,9-1,7 cm saat berumur 7

hsp dan waktu memenuhi cawan petri 39×24 jam. Menurut Watanabe (2002),

koloni Penicillium sp. berwarna coklat dan pada 10 hsp akan berukuran 2-3 cm.

Menurut Ganjar et al., (1999), miselia Penicillium sp. berwarna putih, dan konidia

lebat berwarna keabuan hingga hijau tua. Terdapat eksudat yang berwarna jingga

hingga kemerahan.

Gambar 6. Gongronella sp. : a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp; b. Morfologi Jamur (1) Hifa Tidak Bersekat, (2) Sporangiofor, (2) Sporangium

a b 1

2

3

Page 43: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

27

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 7b) menunjukkan hifa bersekat dan

hialin. Konidiofor tidak bersekat, berpelengkap fialid, bercabang 2-3 memiliki

panjang 108 µm. Konidia berwarna hialin, berbentuk bulat berdiameter 2,7 µm

dengan sebaran satu fialid satu rantai. Menurut Watanabe (2002), ciri morfologi

Penicillium sp. yakni konidiofor hialin dengan panjang 120-220 µm, konidia

berbentuk bulat berdiameter 2,3-2,7 µm, serta terdapat fialid sebagai tempat rantai

konidia.

4.2.5 Penicillium sp. isolat 2

Pengamatan koloni jamur (Gambar 8a) menunjukkan warna koloni keabuan,

bagian tepi berwarna putih dan warna dasar keabuan. Tipe persebaran beraturan,

dengan sebaran memusat d

an tidak memiliki konsentris. Tekstur permukaan koloni kasar dengan

kerapatan rapat, ketebalan tebal dan elevasi seperti tombol. Ukuran diameter 4,3

cm saat berumur 7 hsp dan waktu memnuhi cawan petri 29×24 jam. Menurut

Ganjar et al., (1999), miselia Penicillium sp. berwarna putih, dan konidia lebat

berwarna keabuan hingga hijau tua.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 8b) menunjukkan hifa bersekat dan

hialin. Konidiofor tidak bersekat, berpelengkap fialid, bercabang 2-3 memiliki

panjang 7,62-13,56 µm. Konidia berwarna hialin, berbentuk bulat berdiameter

Gambar 7. Penicillium sp. Isolat 1; a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp;

b. Morfologi Jamur (1) Hifa Bersekat, (2) konidiofor, (3) Fialid,

(4) Konidia

a b

1

4

2

3

Page 44: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

28

2,26 µm dengan sebaran satu fialid satu rantai. Menurut Watanabe (2002), ciri

morfologi Penicillium sp. yakni konidiofor hialin dengan panjang 120-220 µm,

konidia berbentuk bulat berdiameter 2,3-2,7 µm, serta terdapat fialid sebagai

tempat rantai konidia.

4.2.6 Penicillium sp. isolat 3

Pengamatan koloni jamur (Gambar 9a) menunjukkan warna koloni saat

muda berwarna hijau, bagian tepi berwarna putih dan warna dasar kuning. Tipe

persebaran tidak teratur, terkadang berbentuk bulat menyebar di cawan petri, dan

tidak memiliki konsentris. Tekstur permukaan halus, kerapatan rapat dan

ketebalan sedang. Ukuran diameter 2,6 cm saat berumur 7 hsp dan waktu

memenuhi cawan petri 32×24 jam. Menurut Watanabe (2002), koloni Penicillium

sp. berwarna coklat dan pada 10 hsp akan berukuran 2-3 cm. Menurut Ganjar et

al., (1999), miselia Penicillium sp. berwarna putih, dan konidia lebat berwarna

keabuan hingga hijau tua.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 9b) menunjukkan hifa bersekat dan

hialin. Konidiofor bersekat dengan panjang µm. Konidiofor tidak bersekat,

berpelengkap fialid, dan memiliki panjang 113,8 µm. Konidia berwarna hialin,

berbentuk bulat berdiameter 2,16 µm dengan sebaran satu fialid satu rantai.

Menurut Watanabe (2002), ciri mikroskopis Penicillium sp. yakni konidiofor

Gambar 8. Penicillium sp. Isolat 2: a. Biakan Murni Umur Koloni 7 hsp;

b. Morfologi Jamur (1) Hifa Bersekat, (2) konidiofor, (3) Fialid,

(4) Konidia

a b

1

2 3

4

Page 45: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

29

hialin dengan panjang 120-220 µm, konidia berbentuk bulat berdiameter 2,3-2,7

µm, serta terdapat fialid sebagai tempat rantai konidia.

4.2.7 Trichoderma sp. isolat 1

Pengamatan koloni (Gambar 10a) menunjukkan berwarna putih, bagian

tengah berwarna hijau dan bagian dasar berwarna putih. Saat koloni tua berwarna

hijau tua dan bagian dasar berwarna hijau. Tipe persebaran berbentuk bulat

dengan tepi menyebar, dan memiliki konsentris. Tekstur permukaan koloni kasar,

kerapatan rapat, ketebalan tebal, dan miselium bagian tepi agak tipis. Ukuran

diameter 9 cm saat 7 hsp dan waktu memenuhi cawan petri 5×24 jam. Menurut

Sastrahidayat (2014), Isolat Trichoderma yang dibiaakan pada media PDA

berwarna hijau pudar gelap dan memiliki konsentris yang diselimuti oleh rumbai

konidiofor yang lebat. Diameter koloni mencapai 9 cm dalam waktu 5 hari.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 10b) menunjukkan hifa bersekat dan

hialin. Konidiofor hialin, bersekat, ramping dan bercabang dengan panjang 15

µm. Konidia hialin, berbentuk oval, berukuran 4×3,2 µm. Konidia akan

berkumpul pada ujung konidiofor dan berbentuk menyerupai bunga. Menurut

Sastrahidayat (2014), secara mikroskopis, konidiofor Trichoderma hialin, perca-

bangan banyak ke arah samping, tegak dan bersekat. Bentuk konidiofor ramping,

sistem percabangan sederhana dan teratur

Gambar 9. Penicillium sp. Isolat 3; a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp;

b. Morfologi Jamur (1) konidiofor, (2) Fialid, (3) Konidia

b

1

2

3

a

Page 46: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

30

4.2.8 Trichoderma sp. isolat 2

Pengamatan koloni (Gambar 11a) menunjukkan saat muda berwarna putih,

bagian tengah berwarna hijau kekuningan dan bagian dasar berwarna putih. Saat

koloni tua berwarna hijau tua dan bagian dasar berwarna hijau. Tipe persebaran

berbentuk bulat dengan tepi menyebar, dan memiliki konsentris. Tekstur

permukaan koloni kasar, kerapatan sedang, ketebalan agak tebal, dan miselium

bagian tepi agak tipis. Ukuran diameter 9 cm saat 7 hsp dan waktu me-menuhi

cawan petri 4×24 jam. Menurut Ganjar et al., (1999), koloni Trichoderma

mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 5 hari. pada awalnya koloni akan

berwarna putih kehijauan, kemudian akan berubah menjadi hijau redup terutama

pada bagian yang menunjukkan terdapat banyak konidia.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 11b) menunjukkan hifa bersekat dan

hialin. Konidiofor hialin, tidak bersekat, ramping dan bercabang dengan panjang

13,6-22 µm. Konidia hialin, berbentuk semibulat, berdiameter 2,6 µm. Menurut

Watanabe (2002), konidiofor Trichoderma bercabang, kemudian membentuk

fialid sebagai tempat terbentuknya spora. Konidia hialin berukuran 2,4-2,7×2,1-

2,5 µm.

Gambar 10. Trichoderma sp. isolat 1: a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp;

b. Morfologi Jamur (1) konidiofor, (2) Cabang Konidiofor,

(3) Konidia

a b

1

3

2

Page 47: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

31

4.2.9 Mortierella sp.

Pengamatan koloni jamur (Gambar 12a) menunjukkan warna koloni

berwarna putih, bagian tengah berwarna putih kehijauan dan warna dasar putih

kekuningan. Tipe persebaran teratur berbentuk bulat menyebar pada Petri, dan

tidak memiliki konsentris. Tekstur permukaan koloni agak kasar pada bagian tepi

dan halus pada bagian tengah, kerapatan rapat serta ketebalan agak tebal. Ukuran

diameter 2,2 cm saat 7 hsp dan waktu memenuhi cawan petri 36×24 jam.

Pengamatan morfologi jamur (Gambar 12b) menunjukkan hifa tidak

bersekat dan hialin. Sporangiofor hialin, tidak bersekat, ramping pada bagian atas

Gambar 11. Trichoderma sp. isolat 2: a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp;

b. Morfologi Jamur (1) konidiofor, (2) Cabang Konidiofor;

(3) Fialid, (4) Konidia

a b

1

3 2

4

Gambar 12. Mortierella sp. : a. Biakan Murni Koloni Umur 7 hsp; b. Morfologi

Jamur (1) Hifa tidak bersekat, (2) Sporangiofor, (2) Sporangiospora

a b 1

2 3

Page 48: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

32

dengan panjang 68,75 µm. Sporangiospora hialin, berbentuk lonjong berukuran

6,9×2,1µm.. Menurut Watanabe (2002), ciri morfologi Mortierella sp. yakni

sporangiofor hialin dengan percabangan vertikal dari hifa, sporangiospora hialin

berbentuk lonjong atau silindris.

4.3 Seleksi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

Seleksi jamur rhizosfer, bertujuan untuk mengetahui jenis jamur hasil

eksplorasi yang berpotensi sebagai PGPF yang akan diaplikasikan pada bibit

Single Bud Set tanaman tebu (Gambar Lampiran 2). Hasil percobaan menunjuk-

kan bahwa perendaman benih mentimun dengan menggunakan jamur rhizosfer

berpengaruh nyata terhadap presentase perkecambahan dan tidak berpengaruh

nyata terhadap panjang kecambah (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil Seleksi Isolat Jamur Rhizosfer

Perlakuan Presentase Perkecambahan

(%)1

Panjang Kecambah

(cm)

Kontrol 83,90 b 8,10

Acremonium sp. 100,00 b 5,90

Aspergillus sp. 83,33 a 6,77

Gongronella sp. 83,33 a 6,20

Penicillium sp. isolat 1 93,33 b 6,90

Penicillium sp. isolat 2 96,67 b 5,47

Penicillium sp. isolat 3 93,33 ab 5,67

Trichoderma sp. isolat 1 100,00 b 4,27

Trichoderma sp. isolat 2 96,67 b 9,50

Mortierella sp. 83,33 a 5,73

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5% 1)

Data Ditransformasi dalam bentuk ArcSin untuk kepentingan analisis

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa presentase perkecambahan

lebih tinggi pada perlakuan Acremonium sp. dan Trichoderma sp. isolat 1 sebesar

100% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Trichoderma sp. isolat 2,

Penicillium sp. isolat 2, Penicillium sp. isolat 1, Penicillium sp. isolat 3 dan

kontrol masing-masing sebesar 96,67; 96,67; 93,33; 93,33; dan 83,90%. Presentase

Page 49: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

33

perkecambahan terendah yakni pada perlakuan Mortierella sp. sebesar 83,33 %

yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Aspergillus sp. dan Gongronela sp.

sebesar 83,33%. Berdasarkan hasil tersebut, maka isolat yang digunakan untuk

PGPF pada perendaman bibit Single Bud Set tanaman tebu yakni Acremonium sp.,

Penicillium sp. isolat 1, Penicillium sp. isolat 2, Trichoderma sp. isolat 1 dan

Trichoderma sp. isolat 2.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa perendaman benih dengan meng-

gunakan isolat jamur Acremonium sp., Penicillium spp. dan Trichoderma spp.

yang diperoleh dari eksplorasi rhizosfer memiliki kemampuan untuk mening-

katkan perkecambahan benih mentimun. Menurut Nihorimbere et al., (2011),

mikroorganisme yang berada ditanah khususnya disekitar perakaran akan

berinteraksi dengan tanaman saat perkecambahan biji, pertumbuhan bibit hingga

tanaman berkembang menjadi dewasa. Isolat yang telah terseleksi digunakan

sebagai PGPF merupakan isolat yang tidak menunjukkan gejala penyakit pada

saat pengamatan.

Menurut Chandanie et al., (2006), PGPF merupakan mikroorganisme

saprofit yang bersifat non patogen, dikenal sebagai pemacu pertumbuhan tanaman

serta dapat menghambat pertumbuhan jamur maupun bakteri patogen pada

beberapa tanaman. Jamur Acremonium spp. yang diaplikasikan pada tanaman

padi, radish dan prapika mampu meningkatkan presentase perkecambahan (Jung

et al., 2002). Menurut Hossain et al., (2014) bahwa aplikasi isolat jamur

Penicillium spp. GP15-1 pada tanaman mentimun berpengaruh terhadap panjang

tunas, panjang akar dan biomassa. Isolat jamur akan membentuk hubungan

simbiosis dengan tanaman inang. Harman et al., (2004), menyatakan bahwa jamur

Trichoderma spp. bermanfaat bagi tanaman sebagai biofertilisasi (meningkatkan

ketersediaan nutrisi tanaman), fitostimulator (memacu pertumbuhan tanaman de-

ngan memproduksi fitohormon) dan sebagai biokontrol (mengendalikan penyakit

dengan memproduksi metabolit sekunder, enzim litik, serta menginduksi

ketahanan tanaman.

Page 50: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

34

4.4 Hasil Uji Potensi Jamur Rhizosfer

Uji potensi jamur rhizosfer dilakukan untuk mengetahui jenis jamur yang

bermanfaat untuk memacu pertumbuhan bibit Single Bud Set tanaman tebu. Hasil

analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada pengamatan yang

meliputi presentase tunas tumbuh, jumlah anakan, dan kejadian penyakit, serta

menunjukkan perbedaan nyata pada pengamatan yang meliputi waktu tumbuh

mata tunas, tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun.

4.4.1 Presentase Tunas Tumbuh (%)

Berdasarkan analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada

perlakuan perendaman bibit Single Bud Set terhadap presentase pertumbuhan

tunas (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Presentase Tunas

Tumbuh Tanaman Tebu

Perlakuan Presentase Tunas Tumbuh (%)1

P0 (kontrol) 86,11

PK (Konvensional) 52,78

PR (PGPR) 88,89

PF1 (Acremonium sp.) 86,11

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 86,11

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 91,67

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 86,11

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 83,33

Keterangan: 1)

Data Ditransformasi dalam bentuk ArcSin untuk kepentingan analisis

Rerata presentase tunas tumbuh pada seluruh perlakuan berkisar diatas

83% kecuali pada perlakuan konvensional yakni 52,78%. Menurut Khuluq dan

Hamidah (2014), pertumbuhan tebu dapat dikatakan berhasil apabila mencapai 60

hingga 90% dari seluruh mata tunas yang ditanam. Faktor terpenting dalam

keberhasilan pertunasan tebu adalah faktor eksternal yaitu pengelolaan kebun,

sedangkan faktor internalnya meliputi kualitas bibit kandungan glukosa, nitrogen

dan air yang terdapat dari bibit tebu. Pertumbuhan tunas juga dipengaruhi oleh

ukuran tunas yang digunakan saat pembibitan. Cock (2003) menyatakan bahwa

Page 51: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

35

tunas tebu yang berukuran kecil akan lebih cepat mati karena tidak mampu untuk

menghasilkan fotosintat pada saat pertumbuhannya.

4.4.2 Waktu Pertumbuhan Mata Tunas

Berdasarkan analisis ragam, perendaman bibit Single Bud Set berpengaruh

nyata terhadap waktu tumbuh tunas tanaman tebu (Tabel 7). Tunas tumbuh

(Gambar 13) lebih cepat pada perendaman dengan Penicillium sp. isolat 2 yakni

pada saat 7,00 hst yang tidak berbeda nyata dengan perendaman menggunakan

isolat Penicillium sp. isolat 1, Acremonium sp., Trichoderma sp. isolat 1, serta

PGPR Bacillus subtilis masing-masing berkecambah saat 7,87; 8,13; 9,35; dan

9,03. Tunas tumbuh paling lama pada perlakuan konvensional yakni pada saat

11,67 hst, yang tidak berbeda nyata perlakuan Trichoderma sp. isolat 2 saat 10,57

hst, dan Kontrol 11,47.

Tabel 7. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Waktu Tunas Tumbuh

Tanaman Tebu

Perlakuan Waktu Tumbuh Tunas (hst)

P0 (kontrol) 11,47 c

PK (Konvensional) 11,67 c

PR (PGPR Bacillus subtilis) 9,03 abc

PF1 (Acremonium sp.) 8,13 ab

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 7,87 ab

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 7,00 a

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 9,35 abc

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 10,57 bc

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Menurut Zaini et al., (2017), fase pertumbuhan dan perkembangan paling

kritis pada tanaman tebu terjadi saat proses perkecambahan dan pembentukan

tunas. Perkecambahan yang baik akan memberikan fondasi pertumbuhan tanaman

tebu, sedangkan pertunasan yang baik memberikan populasi tanaman dan jumlah

batang yang diiginkan untuk memperoleh hasil rendemen yang optimal. Tahir et

al., (2014), menyatakan bahwa perkecambahan tanaman tebu memberikan efek

langsung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tebu.

Page 52: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

36

4.4.3 Tinggi Tanaman

Berdasarkan analisis ragam annova, perendaman Single Bud Set

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tebu (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Tinggi Tanaman Tebu

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

3 mst 5 mst 7 mst 9 mst

P0 (kontrol) 8,77 a 15,73 a 25,97 ab 39,23 b

PK (Konvensional) 10,73 a 16,43 a 23,83 a 32,50 a

PR (PGPR Bacillus subtilis) 11,27 ab 18,47 ab 26,67 abc 38,03 ab

PF1 (Acremonium sp.) 14,57 b 22,43 b 32,23 c 41,37 b

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 14,77 bc 22,87 b 30,10 bc 42,07 b

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 18,63 c 30,33 c 40,50 d 50,80 c

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 8,93 a 19,63 ab 29,67 bc 41,17 b

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 9,83 a 20,83 ab 31,70 c 41,57 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Pada saat 3 mst, tanaman paling tinggi pada perlakuan Penicillium sp. isolat

2 yaitu 18,63 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Penicillium sp. isolat

1 yaitu 14,77 cm. Tinggi tanaman paling rendah pada perlakuan kontrol yaitu 8,77

cm. Pada saat 5 mst tanaman tertinggi pada perlakuan Penicillium sp. isolat 2

yaitu 30,33 cm. Tinggi tanaman terendah pada perlakuan kontrol yaitu 15,73 cm.

Gambar 13. Tunas Tanaman Tebu pada Perlakuan Penicillium sp. isolat 2 saat

7 HST

Page 53: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

37

Pada saat 7 mst tanaman tertinggi pada perlakuan Penicillium sp. isolat 2 yaitu

40,50 cm. Tinggi tanaman terendah pada perlakuan kontrol yaitu 23,83 cm. Pada

saat 9 mst tanaman tertinggi pada perlakuan Penicillium sp. isolat 2 yaitu 50,80

cm.Tinggi tanaman terendah pada perlakuan konvensional yaitu 39,23 cm yang

tidak berbeda nyata dengan perlakuan PGPR Bacillus subtilis yaitu 38,03 cm.

Perlakuan penanaman bibit Single Bud Set sebelum dilakukan memberikan

pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 hst sampai 63

hst. Menurut Getaneh et al., (2015) menyatakan bahwa tinggi tanaman dan

panjang tangkai merupakan komponen penting dari pertumbuhan dan hasil tebu.

Bertambahnya panjang tanaman disebabkan oleh adanya pertumbuhan pucuk dan

pertumbuhan pada dasar ruas. Pada pengamatan terakhir dapat diketahui bahwa

Penicillium spp. mampu meningkatkan tinggi tanaman tebu. Jamur Penicillium

oxalicum yang diinduksi pada tanaman tomat mampu berfungsi sebagai regulator

pertumbuhan dengan mengeluarkan hormon, serta membantu pembagian,

diferensiasi dan pertumbuhan sel (Aloni, 1995; Cal et al., 2000).

4.4.4 Diameter Batang

Berdasarkan analisis ragam annova, perendaman bibit Single Bud Set

berpengaruh nyata terhadap diameter tanaman tebu (Tabel 9). Pada saat 3 mst,

diameter batang terbesar pada perlakuan Penicillium sp. isolat 2 yaitu 0,41 cm

yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Penicillium sp. isolat 1 dan

Acremonium sp. yaitu 0,36 dan 0,32 cm. Diameter batang terkecil pada perlakuan

kontrol, Trichoderma sp. isolat 1 dan Trichoderma sp. isolat 2 yaitu 0,24 cm.

Pada saat 5 mst, diameter batang terbesar pada perlakuan Penicillium sp. isolat 2

yaitu 0,55 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Penicillium sp. isolat 1

dan Acremonium sp. yaitu 0,52 dan 0,47 cm. Diameter batang terkecil pada

perlakuan kontrol, yaitu 0,38 cm. Pada saat 7 mst, diameter batang terbesar pada

perlakuan Penicillium sp. isolat 2 yaitu 0,72 cm yang tidak berbeda nyata dengan

Penicillium sp. isolat 1 yaitu 0,69 cm. Diameter batang terkecil pada perlakuan

kontrol, yaitu 0,54 cm. Pada saat 9 mst, diameter batang terbesar pada perlakuan

Penicillium sp. isolat 2 yaitu 0,77 cm yang tidak berbeda nyata dengan

Page 54: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

38

Penicillium sp. isolat 1 yaitu 0,75 cm. Diameter batang terkecil pada perlakuan

kontrol, yaitu 0,62 cm.

Tabel 9. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Diameter Batang

Tanaman Tebu

Perlakuan Diameter Batang (cm)

3 mst 5 mst 7 mst 9 mst

P0 (kontrol) 0,24 a 0,38 a 0,54 a 0,62 a

PK (Konvensional) 0,27 a 0,42 ab 0,58 a 0,66 ab

PR (PGPR Bacillus subtilis) 0,28 a 0,47 bc 0,64 bc 0,70 b

PF1 (Acremonium sp.) 0,32 ab 0,47 bc 0,63 bc 0,71 bc

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 0,36 b 0,52 cd 0,69 cd 0,75 cd

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 0,41 b 0,55 d 0,72 d 0,77 d

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 0,24 a 0,39 ab 0,56 a 0,63 a

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 0,24 a 0,40 ab 0,58 ab 0,67 ab

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Penggunaan agensia hayati dalam hal ini adalah mikroorganisme berupa

bakteri dan jamur, memiliki potensi yang sangat besar untuk memacu

pertumbuhan tanaman tebu. Menurut Zhou et al., (2018) PLant Growth Promo-

ting fungi (PGPF) telah menarik minat yang besar sebagai pupuk hayati karena

berpotensi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman, serta memiliki

pengaruh positif pada lingkungan ekologis. Menurut Zaini et al., (2017),

Pertumbuhan merupakan proses peningkatan jumlah dan ukuran sel pada

tanaman. Pertumbuhan tanaman dapat di deteksi melalui pengamatan terhadap

parameter tumbuhan.

Selain dipengaruhi oleh isolat jamur, pembibitan tanaman tebu juga

dipengaruhi oleh asal bibit yang digunakan. Menurut Ahmed (2010), biomassa,

diameter dan tinggi tanaman dipengaruhi oleh varietas atau genotip setiap

tanaman. Setiap varietas memiliki keunggulannya masing-masing, baik itu dari

segi tinggi tanaman, diameter ataupun biomassa. Bibit tebu dari batang bagian

atas memiliki pertumbuhan yang baik dikarenakan mata tunas batang bagian atas

memiliki kandungan auksin yang lebih banyak.

Page 55: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

39

4.4.5 Jumlah Daun

Berdasarkan analisis ragam annova, perendaman bibit Single Bud Set

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman tebu (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Jumlah Daun Tanaman

Tebu

Perlakuan Jumlah Daun (Helai)

3 mst 5 mst 7 mst 9 mst

P0 (kontrol) 1,70 a 2,60 a 3,93 a 4,93 a

PK (Konvensional) 1,63 a 2,60 a 4,07 a 5,13 ab

PR (PGPR Bacillus subtilis) 2,53 abc 3,50 ab 5,03 ab 6,10 abc

PF1 (Acremonium sp.) 3,43 c 4,37 b 5,80 b 6,57 c

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 2,67 bc 3,73 b 5,27 b 6,03 abc

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 2,37 ab 3,37 ab 4,93 ab 5,87 abc

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 3,27 bc 4,27 b 5,80 b 6,57 c

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 2,93 bc 4,03 b 5,37 b 6,23 bc

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Pada saat 3 mst, jumlah daun paling banyak pada perlakuan Acremonium sp.

yaitu 3,43 helai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan PGPR Bacillus

subtilis, Penicillium sp. isolat 1, Trichoderma sp. isolat 1 dan Trichoderma sp.

isolat 2. Jumlah daun paling sedikit pada pada perlakuan kontrol yaitu 1,70 helai.

Pada saat 5 mst, jumlah daun paling banyak pada perlakuan Acremonium sp. yaitu

4,37 helai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan PGPR Bacillus subtilis,

Penicillium sp. isolat 1, Penicillium sp. isolat 2, Trichoderma sp. isolat 1 dan

Trichoderma sp. isolat 2. Jumlah daun paling sedikit pada pada perlakuan kontrol

dan konvensional yaitu 2,60 helai. Pada saat 7 mst, jumlah daun paling banyak

pada perlakuan Acremonium sp. dan Trichoderma sp. isolat 1 yaitu 5,80 helai

yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan PGPR Bacillus subtilis, Penicillium

sp. isolat 1, Penicillium sp. isolat 2, Trichoderma sp. isolat 1 dan Trichoderma sp.

isolat 2. Jumlah daun paling sedikit pada pada perlakuan kontrol yaitu 3,93 helai.

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa isolat Penicillium spp.

dan Trichoderma spp. yang diperoleh dari rhizosfer tanaman tebu memiliki

potensi untuk memacu pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Hossain et al.,

(2007), menunjukkan bahwa aplikasi Penicillium sp. GP17-2 pada kacang tanah

mampu meningkatkan jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman.

Page 56: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

40

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa aplikasi isolat Penicillium sp. GP 1,5-1

membentuk hubungan simbiosis dengan inang sehingga sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman mentimun. Beberapa penemuan menunjukkan bahwa,

Penicillium spp. mampu memproduksi sejumlah hormon pertumbuhan berupa

giberelin dan auksin yang memiliki keterlibatan dalam peningkatan pertumbuhan

tanaman (Hossein et al., 2014).

4.4.6 Jumlah Anakan

Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan perendaman bibit Single Bud Set

tidak mempengaruhi pertumbuhan anakan dari batang utama hingga pengamatan

ke sembilan minggu setelah tanam (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Jumlah Anakan

Tanaman Tebu saat 9 mst

Perlakuan Jumlah Anakan (%)1

P0 (kontrol) 0,00

PK (Konvensional) 0,00

PR (PGPR Bacillus subtilis) 0,10

PF1 (Acremonium sp.) 0,00

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 0,10

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 0,00

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 0,10

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 0,00

Keterangan: 1)

Data Ditransformasi dalam bentuk Log(X+1) untuk kepentingan analisis

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa anakan yang terbentuk

terdapat pada perlakuan perendaman menggunakan PGPR Bacillus subtilis,

penicillium sp. isolat 1 dan Trichoderma sp. isolat 1. Produksi tanaman tebu juga

dipengaruhi oleh kemampuan mata tunas untuk tumbuh dan jumlah anakan yang

terbentuk. Hingga pengamatan 9 mst, anakan atau tunas sekunder belum dapat

terbentuk pada semua perlakuan. Menurut Adinugraha et al., (2016), daya

perkecambahan tanaman tebu dipenga-ruhi oleh asal bibit yang digunakan. Batang

bagian atas memiliki daya perkecambahan yang cepat karena didukung oleh tunas

yang relatif muda, sehingga produksi anakan akan lebih cepat pula.

4.4.7 Kejadian Penyakit

Berdasarkan analisis ragam annova, perendaman bibit Single Bud Set tidak

berpengaruh nyata terhadap kejadian penyakit tanaman tebu (Tabel 12). Rerata

Page 57: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

41

kejadian penyakit pada percobaan ini menunjukkan bahwa serangan penyakit pada

tanaman tebu sangat rendah yakni dibawah 3%. Gejala penyakit yang ditunjukkan

pada tanaman tebu yang terserang yakni matinya seluruh sel tanaman sehingga

membuat tanaman menjadi tumbuh abnormal, kemudian mengering dan

menyebabkan kematian. Selain itu juga terdapat gejala serangan pokahbung yang

disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme.

Tabel 12. Pengaruh Perendaman Bibit Single Bud Set pada Kejadian Penyakit

Tanaman Tebu saat 9 mst

Perlakuan Kejadian Penyakit (%)1

P0 (kontrol) 10,00

PK (Konvensional) 4,17

PR (PGPR Bacillus subtilis) 6,94

PF1 (Acremonium sp.) 2,78

PF2 (Penicillium sp. isolat 1) 7,04

PF3 (Penicillium sp. isolat 2) 2,78

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1) 0,00

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2) 0,00

Keterangan: 1)

Data Ditransformasi dalam bentuk (X+0,5) untuk kepentingan analisis

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa peluang kejadian

penyakit terendah terjadi pada tanaman yang diaplikasikan dengan isolat

Trichoderma sp. isolat 1 dan isolat 2. Menurut Alabouvette et al., (2006) genus

Trichoderma sp. telah banyak diteliti sebagai agens hayati untuk mengendalikan

berbagai penyakit tanaman. T. harzianum dan T. viride telah dikomersialkan

untuk mengendalikan penyakit busuk akar dan penyakit rebah kecambah yang

disebabkan oleh cendawan Fusarium, Rhizoctonia, dan Pythium. Berdasarkan

hasil penelitian Pratiwi, et al., (2013), jamur Trichoderma spp., mampu meng-

hambat pertumbuhan jamur F. moniliforme penyebab penyakit pokahbung dengan

mekanisme berupa prasitik.

Jamur rhizosfer merupakan agensia hayati yang sangat bermanfaat bagi

tanaman inang maupun tanah. Purwitasari dan Hastuti (2009), menyebutkan jamur

rizosfer merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menginduksi ketahanan

tanaman terhadap penyakit. Jamur yang ada di rhizosfer dapat melindungi

tanaman terhadap patogen dan meningkatkan kesuburan pertumbuhan tanaman

sehinggga digolongkan sebagai jamur pemacu kesuburan tanaman.

Page 58: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

42

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah

1. Dari hasil eksplorasi rhizosfer diperoleh 9 jenis jamur , jenis jamur yang

telah teridentifikasi berasal dari 7 genus yaitu Acremonium, Apergillus,

Gongronella, Penicillium, Trichoderma, dan mortierella

2. Perendaman bibit single bud set tanaman tebu dengan menggunakan jamur

Penicillium sp. isolat 2 berpotensi untuk memacu pertumbuhan tanaman tebu

khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman, jumlah daun serta

diameter batang. Perendaman bibit single bud set tanaman tebu dengan

menggunakan jamur Trichoderma sp. isolat 1 dan isolat 2 berpotensi untuk

mengurangi peluang kejadian penyakit.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai kerapatan jamur yang sesuai untuk aplikasi perendaman pada bibit

single bud set tanaman tebu. Perlu dilakukan pengamatan secara molekuler, untuk

mengetahui strain dari jamur yang dapat digunakan sebagai PGPF. Perlu dila-

kukan pengamatan pada masa generatif untuk mengetahui tingkat rendemen gula

pada tanaman yang diaplikasi jamur PGPF.

Page 59: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

43

DAFTAR PUSTAKA

Abdelrahman, M., Motaal, FA., Sayed, ME., Jogaiah, S., Shigyo, M., Ito, SC., and

Tran, LP. 2016. Dissection of Trichoderma longibrachiatum-Induced

Defense In Onion (Allium cepa L.) Against Fusarium oxysporum F. Sp.

Cepa By Target Metabolite Profiling. J. Plant Science. 246: 128-138.

Adinugraha, I., Nugroho, A., dan Wicaksono, KP. 2016. Pengaruh Asal Bibit Bud

Chip Terhadap Fase Vegetatif Tiga Varietas Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.). J. Produksi Tanaman. 4(6): 468-477.

Ahmed, OA., Obeid, A. and Dafallah, B. 2010. The Influence of Characters

Association on Behavior of Sugarcane Genotypes (Saccharum Spp.) for

Cane Yield and Juice Quality. World J. of Agricultural Sciences. 6 (2): 207-

211.

Alabouvette C, Olivain C, Steinberg C. 2006. Biological control of plant diseases:

the European situation. Eur J Plant Pathol. 114: 329–341.

Babu, AG., Kim, SW., Adhikari, M., Yadav, DR., Um, YH., Kim, C., Lee, HB.,

Lee, YS. 2015. A New Record of Gongronella butleri Isolated in Korea.

Microbiology. 43(2): 166-169.

Cal, DA., Garcia, LR., dan Melgarejo, P. 2000. Induced Resistance by Penicillium

oxalicum Against Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici: Histological

Studies of Infected and Induced Tomato Stems. J. Biological Control. 90(3):

260-268.

Chandanie, WA., Kubota, M., Hyakumachi, M. 2016. Interactions Between Plant

Growth Promoting Fungi and Arbuscular Mycorrhizal Fungus Glomus

mosseae and Induction of Systemic Resistance to Anthracnose Disease in

Cucumber. J. Plant and Soil. 286(2): 209-217.

Chanway, CP. 1997. Inoculation Of Tree Roots With Plant Growth Promoting

Bacteria: An Emerging Technology For Reforestation. Forest Science. 43:

96-112.

Cock, James. 2003. Sugarcane Growth and Development. J. International Sugar.

105(1259): 540-552.

Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017.

Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian, Jakarta.

Dwijoseputro. D. 2010. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Page 60: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

44

Gandjar. IRA., Samson, KV., TVeurmeuleun, A., Oetari. dan I., Santosa. 1999.

Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Getaneh, A., Ayele, N., Negi, T., and Mekuanent, Y. 2014. Effect Number of

Buds per Sett and Sett Spacing on Yield of Sugarcane at Metahara Sugar

Estate. J. of Agriculture and Natural Resources Sciences. 1(4): 238-244.

Harman, GE., Howell, CR., Viterbo, A.,Chet, I., and Lorito, M. 2004.

Trichoderma species- Opportunistic, Avirulent Plant Symbionts.J. Nat Rev

Microbiol. 2(1): 43-56.

Hossain, MM., Sultana, F., Kubota, M., Koyama, H., and Hyakumachi, M. 2007.

The Plant Growth-Promoting Fungus Penicillium simplicissimum GP17-2

Induces Resistance in Arabidopsis thaliana by Activation of Multiple

Defense Signals. J. Plant Cell Physiol. 48(12): 1724-1736.

Hossain, MM., Sultana, F., Miyazawa, M., and Hyakumachi, M. 2014. The Plant

Growth-promoting Fungus Penicillium spp. GP15-1 Enhances Growth and

Confers Protection Against Damping-off and Anthracnose in the Cucumber.

J. Oleo Science. 63(4): 391-400.

Hyakumachi, M. 1994. Plant Growth Promoting Fungi From Turfgrass

Rhizosphere with Potential for Disease Suppression. J. Soil Microorganisms

44: 53–68.

Hyakumachi, M., and M. Kubota, 2003. Fungi As Plant Growth Promoter And

Disease Suppressor. In: Fungal Biotechnology In Agricultural, Food and

Environmental Application. Arora D. K. (ed) Marcel Dekker. Pp 101- 110.

Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, M. Syakir, dan W. Rumini. 2010. Budidaya

dan Pasca Panen Tebu. ESKA Media. Jakarta.

Istikorini, Y. 2008. Potensi Cendawan Endofit untuk Mengendalikan Penyakit

Antraknosa pada Cabai (Capsicum annum L.). (Disertasi). Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

James, G. 2003. Sugarcane. Blackwell Publishing Company. Oxford.

Jung, JH., Shin, DM., Bae, WC., Hong, SK., Suh, JW., Koo, S., dan Jeong, BC.

2002. Identification of FM001 as Plant Growth-Promoting Substance from

Acremonium strictum MJN1 Culture. J. Microbiol. Biotechnol. 12(2): 327-

330.

Kementrian Pertanian. 2014. Deskripsi Varietas BL (Bululawang).

perundangan.pertanian.go.id/admin/file/SK-322-04.pdf. Diakses pada 25

Februari 2018.

Page 61: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

45

Khuluq, AD., dan Hamida, R. 2016. Produksi Bibit Tebu (Saccharum officinarum

L.) pada Penanaman Bagal 1, 2, dan 3 Mata. J. Teknologi, Inovasi dan

Sumber-daya. 5(1):1-8.

Lovelyana, CY. 2017. Studi Budidaya dan Pengamatan Hama Penyakit Penting

Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PG. Kebon Agung Kabu-

paten Malang. (Magang Kerja). Universitas Brawijaya. Malang.

Lugtenberg, BJJ., and Kravchenko, LV. 1999. Tomato Seed and Root Exudate

Sugars: Composition, Utilization by Pseudomonas Bio-control Strains and

Role in Rhizosphere Colonization. Enviromental Microbiology. 1 (5): 439-

446.

Machmud, M. 2001. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Buletin

AgroBio. 4 (1): 24-32

Marnita, Y., Lisnawita, dan Hasanuddin. 2017. Potensi Jamur Endofit terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum). J. Pertanian

Tropik. 4(2): 1-12.

Masunaka, A., Hyakumachi, M., and Takenaka, S. 2011. Plant Growth Promoting

Fungus, Trichoderma koningi Suppresses Isoflavonoid Phytoalexin Vestitol

for Colonization on/in the Roots of Lotus japonicus. Enviromental

Microbiology. 26 (2): 128-134

Mawanda, HG. 2014. Pengaruh Pemberian Silikat terhadap Serapan Fosfor,

Pertumbuhan Tanaman, Ketahanan Serangan Penggerek dan Hasil Gula Dua

Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.). Tesis. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Meera, MS., Shivanna, MB., Kageyama, K., and Hyakumachi, M. 1994. Plant

Growth Promoting Fungi from Zoysiagrass Rizosphere as Potential Inducers

of Systemic Resistance in Cucumbers. J. Phytopathology. 84(12): 1399-

1405.

Mehta, CM., Emmanuel, B., Kesarwani, A., Sirari, K., and Sharma, AK. 2016.

Nutrient Management Strategies Based on Microbial Function. Dalam

Singh, DP., Singh, HB., and Prabha, R (Ed.). 2016. Microbial Inoculants in

Sustainable Agricultural Productivity, Vol.2: Functional Aplications.

Springer: New Delhi.

Murali, MKN. Amruthesh, Sudisha, J., Niranjana, SR..,and Shetty, HS. 2012.

Screening for Plant Growth Promoting Fungi and Their Ability for Growth

Promotion and Induction Of Resistance in Pearl Millet Against Downy

Mildew Disease. J. of Phytology. 4(5): 30-36.

Page 62: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

46

Muslim, A., Suwandi., dan Hamidson, H. 2006. Evaluasi Cendawan Rizosfer

Lahan Rawa Lebak Sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman. J. Agria.

2(2): 26-33.

Nihorimbere, V., Ongena, M., Smargiassi, M., and Thonart, P. 2011. Beneficial

Effect of the Rhizosphere Microbial Community for Plant Growth and

Health. J. Biotechnologi. Agro. Soc. Environmen. 15(2): 327-337.

Patten, CL. and. Glick, BR. 1996. Bacterial Biosynthesis Of Indole-3-Acetic

Acid. Canadian Journal Of Microbiology. 42: 207-220.

Prabawanti, YW. 2012. Biostematika Keanekaragaman Tanaman Tebu

(Saccharum officinarum) Melalui Pendekatan Morfologi. Skripsi.

Universitas Airlangga, Surabaya.

Prasad, R. 2007. Sugarcane Bud Chips for Seed Multipication. Sugarcane

Breeding Institute. Indian Council of Agriculture Research. Coimbatore.

Pratiwi, BN., Sulistyowati, L., Muhibuddin, A., dan Kristini, A. 2013. Uji

Pengendalian Penyakit Pokahbung (Fusarium moniliformae) pada Tanaman

Tebu (Saccharum officinarum) menggunakan Trichoderma sp. Indigenous

secara In Vitro dan In Vivo. J. HPT. 1(3): 119-129.

Purwantisari, SRB., dan Hastuti. 2009. Isolasi dan Identifikasi Jamur Indigenous

Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di Desa

Pakis, Magelang. J. BIOMA. 11 (2): 45-53.

Purwitasari, S., dan Hastuti, RB. 2009. Isolasi dan Determinasi Jamur Indigenous

Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di Desa

Pakis, Magelang. BIOMA. 11(2): 45-53.

Putri, AD., Sudiarso., dan T. Islami. 2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam

pada Teknik Bud Chip Tiga Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.).

J. Produksi Tanaman. 1(1): 16-23.

Ridge, Ross. 2013. Fertilizing for High Yield and Quality Sugarcane.

International Potash institute, Switzerland.

Rokhman, T., dan Supriyanta. 2014. Jumlah Anakan dan Rendemen Enam Klon

Tebu (Saccharum officinarum L.) Asal Bibit Bagal, Mata Ruas Tunggal,

dan Mata Tunas Tunggal. J. Vegetalika. 3(3): 89-96.

Roziq, F., Sastrahidayat, IR., dan Djauhari, S. 2013. Kejadian Hama dan Penyakit

Tanaman Cabai Kecil yang Dibudidayakan Secara Vertikultur di Sidoarjo.

J HPT. 1(4):30-36.

Page 63: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

47

Sastrahidayat, IR. 2014. Peranan Mikroba bagi Kesehatan Tanaman dan

Kelestarian Lingkungan. Malang : UB Press.

Singh, SN., Yadav, RL., Lal, M., Sinh, AK., Singh, GK., Prakash, O., and Singh,

VK. 2011. Assessing Feasibility of Growing Sugarcane by a Polythene Bag

Culture System for Rapid Multiplication of Seed Cane in Sub-Tropical

Climatic Conditions of India. J. Plant Production Science. 14(3): 229-232

Sulistyoning, ME., Roviq, M., dan Wardiyati, T. 2017. Pengaruh Pemberian

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Pada Pertumbuhan Bud

Chip Tebu (Saccharum officinarum L.). J. Produksi Tanaman. 5(3): 396:403

Supriyanto, Priyatmojo, A., dan Arwiyanto, T. 2011. Uji Penggabungan PGPF

dan Pseudomonas Putida Strain PF-20 Dalam Pengendalian Hayati

Penyakit Busuk Lunak Lidah Buaya Di Tanah Gambut. J. HPT Topika.

1:11-21.

Tahir, M., Khalil, IH., and Rahman, H. 2014. Evaluation of Important Characters

for Improving Cane Yield in Sugarcane (Saccharum sp.). Sarhad J. of

Agriculture. 30 (3): 319-323.

Tanzil, AI., Muhibuddin, A., dan Djauhari, S. 2015. Eksplorasi Jamur Tanah pada

Rizosfir Tomat di Lahan Endemis dan Non Endemis Fusarium oxysporum f.

Sp. Lycopersici. J. HPT. 3(1): 11-20.

Watanabe, T. 1994. Pictorial Atlas of Soil and Fungi Morphologies of Cultured

Fungi and Key to Spesies edisi kedua. London. CRC Press.Wijayanti, W. A.

2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) di, Pabrik

Gula Tjoekir Ptpn X, Jombang, Jawa Timur. Skripsi. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Yunita, M., Meiriani, dan Barus, A. 2017. Pertumbuhan Berbagai Umur Bahan

Tanam Bud Set Tebu (Saccharum officinarum L.) dengan konsentrasi NAA

yang Berbeda. J. Agroekoteknologi FP USU. 39: 297-306

Zaini, AH., Baskara, M., dan Wicaksono, P. 2017. Uji Pertumbuhan Berbagai

Jumlah Mata Tunas Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas VMC 76-16

dan PSJT 941. J. Produksi Tanaman. 5(2): 182-190

Zhou, LS., Tang, K., and Gou, SX. 2018. The Plant Growth-Promoting Fungus

(PGPF) Alternaria sp. A13 Markedly Enhances Salvia Miltiorrhiza Root

Growth and Active Ingredient Accumulation Under Greenhouse and Field

Conditions. International J. Mol Science. 19(270): 1-14.

Page 64: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

48

LAMPIRAN

Page 65: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

49

1. Deskripsi Varietas Tebu Bululawang

Varietas Bululawan berasal dari persilangan antara Varietas lokal dari

Bululawang dan Malang Selatan (Kementan, 2014).

Sifat-sifat Morfologis

a. Batang

Bentuk batang : silindris dengan penampang bulat

Warna batang : coklat kemerahan

Lapisan lilin : sedang – kuat

Retakan batang : tidak ada

Cincin tumbuh : melingkar datar diatas pucuk mata

Teras dan lubang : masif

b. Daun

Warna daun : hijau kekuningan

Ukuran daun : panjang melebar

Lengkung daun : kurang dari ½ daun cenderung tegak

Telinga daun :pertumbuhan lemah sampai sedang, kedudukan Serong

Bulu punggung : ada, lebat, condong membentuk jalur lebar

c. Mata

Letak mata : pada bekas pangkal pelepah daun

Bentuk mata : segitiga dengan bagian terlebar dibawah tengah-

tengah mata

Sayap mata : tepi sayap mata rata

Rambut basal : ada

Rambut jambul : ada

Sifat-sifat Agronomis

a. Pertumbuhan

Perkecambahan : lambat

Diameter batang : sedang sampai besar

Pembungaan : berbunga sedikit sampai banyak

Kemasakan : tengah sampai lambat

Kadar sabut : 13 – 14%

Page 66: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

50

Koefisien daya tahan : tengah – panjang

2. Potensi Produksi

Hasil tebu (ton/ha) : 94,3

Rendemen (%) : 7,51

Hablur gula (ton/ha) : 6,90

3. Ketahanan Hama dan Penyakit

Penggerek batang : peka

Penggerek pucuk : peka

Blendok : peka

Pokahbung : moderat

Luka api : tahan

Mosaik : tahan

4. Kesesuaian lokasi : Type lahan geluh berpasir, cukup pengairan,

Page 67: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

51

2. Plot Percobaan Uji Potensi Jamur Rhizosfer

Gambar 1. Plot Percobaan Uji Potensi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

PF4 PF1 PK

P0 PF2 PR

PF1 PF5 PF4

PR PK P0

PF2 PF4 PF3

PF3 P0 PF1

PK PR PF5

PF5 PF3 PF2

U

Keterangan:

P0 (kontrol)

PK (Konvensional)

PR (PGPR Bacillus subtilis)

PF1 (Acremonium sp.)

PF2 (Penicillium sp. isolat 1)

PF3 (Penicillium sp. isolat 2)

PF4 (Trichoderma sp. isolat 1)

PF5 (Trichoderma sp. isolat 2)

Ukuran Plot 1,2×1,5 m

Jarak Antar Petak Perlakuan 10 cm

Jarak Antar Ulangan 15 cm

Page 68: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

52

3. Analisis Ragam Seleksi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Presentase Perkecambahan Tanaman

Mentimun Unttuk Seleksi Jamur Rhizosfer

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Perlakuan 2446,29 9 271,81 3,60 ** 2,39

Galat 1510,46 20 75,52

Total 3956,74 29 136,44

Koefisien Keragaman: 11,01 %

Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Tinggi kecambah Mentimun Untuk

Seleksi Jamur Rhizosfer

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Perlakuan 58,66 9 6,52 2,09 tn 2,39

Galat 62,47 20 3,12

Total 121,14 29 4,18

Koefisien Keragaman: 27,40 %

Lampiran 4. Analisis Ragam Uji Potensi Jamur Rhizosfer sebagai PGPF

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Presentase Tunas Tumbuh Tanaman

Tebu

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 109,54 2 54,77 0,27 3,74

Perlakuan 2035,47 7 290,78 1,41 tn 2,76

Galat 2893,40 14 206,67

Total 5038,42 23 219,06

Koefisien Keragaman: 20,80 %

Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Waktu Tumbuh Tunas Tanaman Tebu

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 1,59 2 0,79 0,32 3,74

Perlakuan 61,89 7 8,84 3,59 * 2,76

Galat 34,44 14 2,46

Total 97,91 23 4,26

Koefisien Keragaman: 16,71 %

Page 69: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

53

Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 3 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 5,27 2 2,63 0,65 3,74

Perlakuan 253,97 7 36,28 8,97 ** 2,76

Galat 56,61 14 4,04

Total 315,85 23 13,73

Koefisien Keragaman: 16,50 %

Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 5 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 30,96 2 15,48 2,11 3,74

Perlakuan 448,07 7 64,01 8,71 ** 2,76

Galat 102,90 14 7,35

Total 581,92 23 25,30

Koefisien Keragaman: 13,01 %

Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 7 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 41,34 2 20,67 2,41 3,74

Perlakuan 550,80 7 78,69 9,18 ** 2,76

Galat 119,95 14 8,57

Total 712,09 23 30,96

Koefisien Keragaman: 9,73 %

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tebu saat 9 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 56,49 2 28,25 2,12 3,74

Perlakuan 544,90 7 77,84 5,85 ** 2,76

Galat 186,37 14 13,31

Total 787,76 23 34,25

Koefisien Keragaman: 8,93 %

Tabel Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 3 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,0041 2 0,0021 1,02 3,74

Perlakuan 0,0826 7 0,0118 5,84 ** 2,76

Galat 0,0283 14 0,0020

Total 0,1150 23 0,0050

Koefisien Keragaman: 15,19 %

Page 70: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

54

Tabel Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 5 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,0036 2 0,0018 0,97 3,74

Perlakuan 0,0827 7 0,0118 6,40 ** 2,76

Galat 0,0257 14 0,0018

Total 0,1120 23 0,0049

Koefisien Keragaman: 9,48%

Tabel Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 7 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,0022 2 0,0011 1,07 3,74

Perlakuan 0,0847 7 0,0121 12,01 ** 2,76

Galat 0,0141 14 0,0010

Total 0,1010 23 0,0044

Koefisien Keragaman: 5,13%

Tabel Lampiran 12. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Tanaman Tebu 9 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,0045 2 0,0023 2,71 3,74

Perlakuan 0,0598 7 0,0085 10,28 ** 2,76

Galat 0,0116 14 0,0008

Total 0,0759 23 0,0033

Koefisien Keragaman: 4,17%

Tabel Lampiran 13. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 3 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,81 2 0,41 1,76 3,74

Perlakuan 9,15 7 1,31 5,69 ** 2,76

Galat 3,22 14 0,23

Total 13,17 23 0,57

Koefisien Keragaman: 18,67%

Tabel Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 5 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,95 2 0,48 1,66 3,74

Perlakuan 9,86 7 1,41 4,93 ** 2,76

Galat 4,00 14 0,29

Total 14,82 23 0,64

Page 71: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

55 Koefisien Keragaman: 15,03%

Tabel Lampiran 15. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 7 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,82 2 0,41 1,12 3,74

Perlakuan 10,48 7 1,50 4,09 * 2,76

Galat 5,12 14 0,37

Total 16,43 23 0,71

Koefisien Keragaman: 12,04%

Tabel Lampiran 16.Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Tebu 9 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,76 2 0,38 0,97 3,74

Perlakuan 7,72 7 1,10 2,82 * 2,76

Galat 5,47 14 0,39

Total 13,95 23 0,61

Koefisien Keragaman: 10,54%

Tabel Lampiran 17. Hasil Analisis Ragam Jumlah Anakan Tanaman Tebu 9 mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 0,02 2 0,01 1,00 3,74

Perlakuan 0,06 7 0,01 0,71 tn 2,76

Galat 0,16 14 0,01

Total 0,24 23 0,01

Koefisien Keragaman: 282,84%

Tabel Lampiran 18. Hasil Analisis Ragam Kejadian Penyakit Tanaman Tebu 9

mst

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat

Tengah

F Hitung F Tabel 5%

Kelompok 7,58 2 3,79 2,45 3,74

Perlakuan 13,33 7 1,90 1,23 tn 2,76

Galat 21,64 14 1,55

Total 42,56 23 1,85

Koefisien Keragaman: 72,52%

Page 72: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

56

5. Hasil Seleksi Jamur Rhizosfer

b

a

c

Gambar Lampiran 2. Seleksi Jamur Rhizosfer pada Benih Mentimun: a. Ulangan 1; b.

Ulangan 2; c. Ulangan 3

Page 73: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

57

b a

d c

f e

h g

j i

Gambar Lampiran 3. Benih mentimun 7 hst (Ulangan 1) pada perlakuan perendaman: a.

Aquades; b. Acremonium sp.; c. Aspergillus sp.; d. Gongronella sp.;

e. Penicillium sp. isolat 1; f. Penicillium sp. isolat 2; g. Penicillium

sp. isolat 3; h. Trichoderma sp. isolat 1; i. Trichoderma sp. isolat 2;

j. Mortierella sp.

b a

d c

f e

h g

j i

Page 74: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

58

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Gambar Lampiran 4. Pembibitan Single Bud Set Tanaman Tebu untuk Uji Potensi Jamur

Rhizosfer: a. Pemilihan Batang tebu; b. Pemotongan Batang sesuai

ukuran; c. Perendaman bibit sesuai dengan perlakuan; d. Penana-

man bibit pada media tanam; e. Polybag yang berisi media tanam

dan bibit; f. Plot Percobaan

b a

e d

c

f

Gambar Lampiran 5. Kenampakan Tanaman yang Terserang Penyakit: a. Tanaman

Sehat yang Menunjukkan Gejala Klorosis pada Daun;

b. Tanaman Mati c. Tanaman Mati

b c a

Page 75: POTENSI JAMUR RHIZOSFER SEBAGAI PLANT GROWTH …repository.ub.ac.id/12684/1/CHICHA YAYAN LOVELYANA.pdf · pertumbuhan tanaman tebu khususnya pada waktu tumbuh tunas tebu, tinggi tanaman,

59

a

d

g

b

e

h

c

f

i

Gambar Lampiran 6. Kondisi Plot Percobaan pada setiap pengamatan: a. 1 MST;

b. 2 MST; c. 3 MST; d. 4 MST; e. 5 MST; f. 6 MST; g. 7 MST;

h. 8 MST; i. 9MST