portofolionia

13
Portofolio UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM PENANGANAN KASUS DIABETES MELITUS Disusun oleh: Rahmania Kannesia Dahuri Pendamping:

Upload: rahmania-kannesia-dahuri

Post on 30-Dec-2014

30 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PortofolioNIA

Portofolio

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF

DALAM PENANGANAN KASUS

DIABETES MELITUS

Disusun oleh:

Rahmania Kannesia Dahuri

Pendamping:

dr. Syaifullah

Program Internship Periode November 2012-Oktober 2012

Page 2: PortofolioNIA

RESUME PORTOFOLIO

1

Topik: Diabetes Melitus

Tanggal Kasus: 9 Januari2013 Penulis: Rahmania Kannesia Dahuri

Nama Wahana : Puskesmas Murung Pudak Pembimbing: dr. H. Syaifullah

Objektif Portofolio:

Keilmuan ☐ Keterampilan ☐ Penyegaran ☐ Tinjauan Pustaka

☐ Diagnostik Manajemen ☐ Masalah ☐ Istimewa

☐ Neonatus ☐ Bayi ☐Anak ☐ Remaja Dewasa ☐ Lansia ☐

Bumil

Deskripsi: Tn. H, Laki-laki, usia 50 tahun dengan keluhan lemas , gejala 3 P +

( Poliuri (+), Polidipsi (+), Polifagi (+) ), kaki kiri terdapat luka kemerahan,

sensibilitas ( - ), GDS 420 g/dl

Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka ☐Riset Kasus ☐ Audit

Hasil Pembelajaran:

1. Diagnosis Diabetes Melitus

2. Upaya Promotif dan Preventif Penanganan Kasus Diabetes Melitus

3 Promosi Perilaku Hidup Sehat

4Edukasi Pentingnya Gaya Hidup Sehat dan Kepatuhan Berobat Pasien Diabetes

Melitus

5 Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus

6 Motivasi Kepatuhan Berobat Pasien Diabetes Melitus

Daftar Pustaka1. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.

Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ( PB PERKENI ). 2006

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Dalam: IPD’s CIM: Compendium of Indonesian

Medicine, 1st Edition. Jakarta: IDI, 2009: 13-40.

Page 3: PortofolioNIA

RESUME KASUS

Identitas Pasien:1. Nama : Tn. H2. Usia : 50 tahun3. Pekerjaan : Tidak bekerja4. Alamat : Pembataan RT 075 No. RM : 423 K

SOAP

Subjective

Pasien datang dengan keluhan utama badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sering buang air kecil, terutama pada malam hari ± 5 kali, selain itu pasien juga merasa cepat lapar dan cepat haus. Namun, walaupun pasien merasa cukup banyak makan, berat badan pasien dalam 1 bulan ini mengalami penurunan sebanyak ±4kg. Keluhan lain yang dirasakan, pasien sering mengalami luka-luka kecil di kaki tanpa disadari ( tidak terasa ), kadang-kadang pasien juga merasa kesemutan pada kedua kakinya. Saat datang ke puskesmas pasien mengeluh terdapat luka pada kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh, kemerahan dan bau sejak 3 minggu. Keluhan penglihatan kabur disangkal oleh pasien.Empat tahun yang lalu pasien berobat ke puskesmas dan dinyatakan mengalami kencing manis dengan gula darah yang tinggi. Namun pasien tidak kontrol teratur sampai sekarang. Pasien mengaku hanya kontrol ke puskesmas jika ada keluhan. Pasien berobat dengan glibenklamid, namun tidak teratur. Pasien juga mengaku masih kurang mengetahui tentang penyakitnya, sehingga pasien kurang mengerti dalam perawatan dirinya. Pasien jarang olahraga, jarang memakai alas kaki saat berjalan dan masih mengkonsumsi makanan yang manis-manis.Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengaku ibu pasien juga mengalami penyakit kencing manis ( diabetes mellitus )

Objective

Tanda Vital:Tekanan Darah : 120/80Nadi : 90 kali/menitSuhu : 36,5 oCPernafasan : 18 kali/menit

Status GeneralisMata : Tidak ada kelainanMulut dan Tenggorokan : Tidak ada kelainanJantung : Tidak ada kelainanParu : Tidak ada kelainanAbdomen : Tidak ada kelainanGenitalia : Tidak diperiksaEkstremitas : Tampak luka pada phalanx III proximal pedis sinistra, gangren (-), darah (-), pus (-), nyeri (+), bengkak (+), pada sekitar luka, perabaan hangat (+), Kemerahan (+), sensibilitas (-)

Pemeriksaan LaboratoriumGula Darah Sewaktu : 420 g/dl

2

Page 4: PortofolioNIA

Assessment

Berdasarkan anamnesis di atas pasien mengalami keluhan klasik 3 P diabetes mellitus ( DM ) berupa : poliuri (banyak kencing), polidipsi ( cepat haus), polifagi ( cepat lapar ) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Pasien juga mengalami keluhan lain dari DM yaitu badan lemas dan keluhan luka kaki kiri yang dialami sejak kurang lebih 3 minggu yang tidak kunjung sembuh dan pada pemeriksaan fisik didapatkan sensibilitas yang menurun pada kedua kaki pasien. Dari pemeriksaan lebih lanjut pada pasien didapatkan hasil gula darah sewaktu 420 g/dl dan pada pasien terdapat riwayat gula darah tinggi sejak 4tahun yang lalu dengan monoterapi glibenklamid yang diminum tidak teratur, sehingga pada pasien dapat ditegakan diagnosis DM tipe 2 gula darah belum terkontrol. Pada pasien juga dapat ditegakkan diagnosis kaki DM, karena berdasarkan anamnesis terdapat luka pada kaki pasien yang tidak kunjung sembuh dan pada pemeriksaan fisis didapatkan luka pada kaki kiri yang disertai sensibilitas yang menurun. Pada pasien sudah terjadi komplikasi kronik DM pada tingkat mikrovaskular. Terjadinya masalah kaki DM diawali adanya hiperglikemia pada pasien DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Terdapat faktor yang berpengaruh pada penyulit DM pada pasien, yaitu faktor genetik dari anamnesis ibu pasien juga mengalami DM. Kelompok ini ditunjang oleh penelitian Siperstein yang mendapatkan adanya kelainan pada membran basal otot penderita DM (pada 90%penderita DM ) dan juga mendapatkan kelainan serupa pada 53% orang normal yang kedua orang tuanya mengidap DM.

Plan

Terapi Non-Farmakologis Edukasi kepada pasien mengenai penyakit DM yang dialami

oleh pasien membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang dan memotivasi pasien untuk terus kontrol dan minum obat secara teratur.

Edukasi kepada pasien mengenai komplikasi DM , perawatan kaki DM dan pentingnya memakai alas kaki untuk mencegah terjadinya luka pada kaki pasien.

Edukasi pola makan yang baik pada pasien, hindari makanan yang manis.

Pasien dianjurkan untuk berolahraga Edukasi perlunya deteksi dini penyakit DM pada keluarga,

seperti pengecekan GDS , GDPP dan lainnya, mengingat penyakit DM adalah penyakit yang diturunkan.

Evaluasi Pemeriksaan gula darah puasa / GDPP 2-4 minggu sekali dan pemeriksaan profil lipid untuk mengetahui faktor risiko sindrom metabolik.

Terapi Farmakologis Metformin 2 x 500 mg Glibenklamid 1 x 5 mg

3

Page 5: PortofolioNIA

TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan program pengendalian diabetes mellitus ( DM ) di Indonesia adalah

terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan,

kecacatan dan kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan

pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya

promotif dan preventif

I. Upaya Promotif Penanganan Kasus Diabetes Melitus

Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk

meningkatkan status atau derajat kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah

kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu

meningkatkan kesehatannya. Dalam suatu survey di negara-negara berkembang,

dalam suatu populasi hanya terdapat antara 80%-85% orang yang benar-benar

sehat. Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan bagaimana

memelihara kesehatan, maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan

kelompok orang yang sakit akan meningkat. Berikut adalah berbagai usaha

promotif kasus diabetis melitus :

• PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia)

• PEDI (Perkumpulan Edukator Diabetes Indonesia)

• PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)

• Workshop

• Pelatihan

• Simposium

• Seminar

• Pemberitaan

Promosi Perilaku Sehat Bagi Pasien Diabetes Melitus :

Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan

pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang

optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan

keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat

terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter,

ahi gizi, perawat dan tenaga kesehatan lain. Setiap kali kunjungan diingatkan

4

Page 6: PortofolioNIA

kembali untuk selalu melakukan perilaku sehat. Tujuan perubahan perilaku

adalah agar pasien diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Perilaku yang

diharapkan adalah :

• Pola Makan Sehat

• Mengikuti Kegiatan Jasmani

• Menggunakan obat diabetes dan obat-obatan pada keadaan khusus secara

aman - teratur

• Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data yang

ada

• Perawatan kaki secara berkala

• Kemampuan mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat

• Keterampilan mengatasi masalah sederhana dan bergabung dengan kelompok

penyandang diabetes, serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan

penyandang diabetes

• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Edukasi Perubahan Perilaku Pasien Diabetes Melitus :

Dalam menjalankan tugasnya tenaga kesehatan memerlukan landasan

empati, yaitu kemampuan memahami perasaan orang lain. Prinsip yang perlu

diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah :

• Dukungan dan nasehat positif serta hindari terjadinya kecemasan

• Informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana

• Pendekatan untuk mengatasi masalah dengan simulasi

• Diskusi program pengobatan secara terbuka, berikan penjelasan secara

sederhana dan lengkap, juga diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium

• Lakukan kompromi dan negosiasi

• Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan

• Libatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi

• Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis, serta tingkat pendidikan

• Gunakan alat bantu audio visual

II. Upaya Preventif Penanganan Kasus Diabetes Melitus

5

Page 7: PortofolioNIA

Upaya Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena

penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat. Usaha preventif

penanganan kasus DM dibagi menjadi 3 jenis :

1. Pencegahan Primer : Ditujukan pada kelompok faktor risiko agar tidak

menjadi DM. Diantaranya adalah sebagai berikut :

- Menurunkan berat badan

- Usahakan capai berat badan ideal

- Olahraga

- Hindari suddentary lifestyle

- Farmakologi

2. Pencegahan sekunder : Pada penderita DM, usahakan diagnosis dini, terapi

intensif dan efektif agar tidak muncul komplikasi. Diantaranya adalah sebagai

berikut :

- Diagnosis dini

- Terapi efektif

- Kontrol metabolik yang adekuat

3. Pencegahan Tersier : Mencegah kecacatan memerlukan penanganan multi

disiplin, pemberian aspirin pada DM dengan makro angiopati. Diantaranya

adalah sebagai berikut :

- Penanganan holistik

- Melibatkan disiplin ilmu lain yang terkait seperti bahagian bedah ,

bahagian gizi medik , rehabilitasi medik , kardiologi , nefrologi , dsb.

6

Page 8: PortofolioNIA

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus dan tinjauan pustaka adalah:

1. Diabetes Melitus adalah penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, namun

dapat dikontrol dan penyakit tersebut membutuhkan pengobatan dalam jangka

panjang.

2. Diperlukan edukasi yang baik mengenai penyakit DM kepada pasien, melalui hal

tersebut pasien diharapkan mengerti mengenai penyakitnya, kemungkinan

komplikasi pada penyakitnya dan cara pencegahan terjadinya komplikasi

penyakit.

3. Diperlukan edukasi promosi hidup sehat bagi pasien diabetes mellitus. Pasien

diharapkan dapat termotivasi dan mengerti mengenai gaya hidup yang sehat, pola

makan yang sehat untuk menunjang agar penyakit pasien dapat terkontrol dan

komplikasinya dapat dicegah.

4. Puskesmas selaku unit pelaksana dinas kesehatan dapat melakukan beberapa

upaya promotif dan preventif yang diperlukan dalam penanganan DM :

a. Penyuluhan penyakit DM. Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes

penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup. Penyuluhan diabetes Mellitus

dapat dilakukan untuk pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier. Penyuluhan

mengenai DM dan pengelolaannya sangat penting untuk mendapatkan

ketaatan berobat pasien yang baik dan teratur.

b. Memberdayakan kader-kader puskesmas sebagai agen upaya promotif dan

preventif melalui penyebaran informasi mengenai promosi hidup sehat ,

pentingnya olahraga dan mengurangi konsumsi manis.

c. Melakukan pemeriksaan rutin gula darah 6 bulan sekali secara teratur

d. Menyebarkan media edukasi kesehatan, seperti baliho atau spanduk yang

berisi mengenai edukasi penyakit diabetes melitus

7