portofolio jiwa 2

17
BAB I PENDAHULUAN Gangguan penyesuaian adalah salah satu diagnosis psikiatrik yang paling sering pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena masalah medis atau bedah. Dalam satu penelitian, 5 persen perawatan di rumah sakit selama periode tiga tahun diklasifikasikan sebagai menderita gangguan penyesuaian. Gangguan paling sering didiagnosis pada remaja tetapi dapat terjadi pada setiap usia. Dalam satu survey pasien psikiatrik, 10 persen populasi sampel ditemukan menderita gangguan penyesuaian. Rasio wanita berbanding laki-laki adalah 2:1. Wanita yang hidup sendirian biasanya secra jelas dinyatakan sebagai yang paling berisiko. Di antara remaja dari kedua jenis kelamin, bentuk stress pencetus yang paling sering adalah masalah sekolah, penolakan orangtua, perceraian orangtua, dan penyalahgunaan zat. Di antara orang dewasa, stress pencetus yang sering adalah masalah perkawinan, perceraian, pindah ke lingkungan yang baru, dan masalah finansial. Pasien dalam kasus ini menunjukkan gejala yang termasuk ke dalam gangguan penyesuaian, gangguan penyesuaian yang dialaminya dicetuskan oleh adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Penting pada pasien untuk menyadari kondisi yang dialaminya, agar dapat segera kembali ke fungsi sosial awalnya dengan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

Upload: eyesheild

Post on 11-Feb-2016

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gangguan penyesuaian

TRANSCRIPT

Page 1: PORTOFOLIO JIWA 2

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan penyesuaian adalah salah satu diagnosis psikiatrik yang paling sering pada

pasien yang dirawat di rumah sakit karena masalah medis atau bedah. Dalam satu penelitian,

5 persen perawatan di rumah sakit selama periode tiga tahun diklasifikasikan sebagai

menderita gangguan penyesuaian. Gangguan paling sering didiagnosis pada remaja tetapi

dapat terjadi pada setiap usia.

Dalam satu survey pasien psikiatrik, 10 persen populasi sampel ditemukan menderita

gangguan penyesuaian. Rasio wanita berbanding laki-laki adalah 2:1. Wanita yang hidup

sendirian biasanya secra jelas dinyatakan sebagai yang paling berisiko. Di antara remaja dari

kedua jenis kelamin, bentuk stress pencetus yang paling sering adalah masalah sekolah,

penolakan orangtua, perceraian orangtua, dan penyalahgunaan zat. Di antara orang dewasa,

stress pencetus yang sering adalah masalah perkawinan, perceraian, pindah ke lingkungan

yang baru, dan masalah finansial.

Pasien dalam kasus ini menunjukkan gejala yang termasuk ke dalam gangguan

penyesuaian, gangguan penyesuaian yang dialaminya dicetuskan oleh adanya tindak

kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Penting pada pasien untuk menyadari kondisi yang

dialaminya, agar dapat segera kembali ke fungsi sosial awalnya dengan mendapatkan

pengobatan yang sesuai.

Page 2: PORTOFOLIO JIWA 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan suatu reaksi maladaptif

terhadap suatu stresor yang dikenali dan berkembang beberapa bulan sejak munculnya

stresor, yang ditandai dengan adanya hendaya fungsi atau tanda-tanda distres emosional yang

lebih dari biasa (Nevid, dkk, 2005). Gangguan ini termasuk kelompok gangguan yang paling

ringan yang dapat terjadi pada semua usia. Orang awam menyebutnya sebagai nasib malang

pribadi, sedangkan ahli psikiatrik menyebut gangguan ini sebagai stresor psikososial (Kapita

Selekta, 2001).

Hendaya yang muncul dari reaksi maladaptif ini adalah hendaya yang bermakna

(signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis. Diagnosis gangguan penyesuaian

bisa ditegakkan bila reaksi terhadap stres tersebut tidak memenuhi kriteria diagnostik

sindrom klinis yang lain seperti gangguan mood atau gangguan kecemasan (Nevid dkk,

2005).

Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini mungkin teratasi bila

stresor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stresor. Bila reaksi maladaptif ini masih

berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian

perlu diubah (Nevid dkk, 2005).

2.2 Etiologi

Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya stresor tidak

selalu meramalkan keparahan gangguan. Stresor pada masalah penyesuaian atau keadaan

stres ini dapat bersumber pada frustasi, tekanan, konflik, atau krisis (Maramis, 2005).

Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan kita),

misalanya bila kita mau berpiknik kemudian mendadak hujan turun atau mobil mogok.

Frustasi dapat datang dari luar atau pun dari dalam. Contoh frustasi yang datangnya dari luar

antara lain, bencana alam, kecelakaan, kematian seorang yang tercinta, peperangan, norma-

norma, adat-istiadat, kegoncangan ekonomi, diskriminasi rasial atau agama, pengagguran,

dan ketidakpastian sosial. Sedangkan frustasi yang datang dari dalam dapat berupa cacat

badaniah, kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat

tidak enak dan merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri

(Maramis, 2005).

Page 3: PORTOFOLIO JIWA 2

Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan

atau tujuan. Memilih yang satu berarti frustasi terhadap yang lain. Umpamanya seorang

pemuda ingin menjadi dokter, tetapi sekaligus takut akan tanggung jawab kelak bila sudah

jadi dokter. Atau jika kita harus memilih antara sekolah terus atau menikah (mengurusi

rumah tangga). Contoh lain lagi berupa konflik yang terjadi bila kita harus memilih antara

beberapa hal yang semuanya tidak kita ingini, misalnya pekerjaan yang tidak menarik atau

menganggur (Maramis, 2005).

Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stres

yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi dapat berasal dari dalam ataupun dari luar. Tekanan

dari dalam datang dari cita-cita atau norma-norma kita yang kita gantungkan terlalu tinggi

dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga kita terus menerus berada di bawah tekanan.

Contohnya adalah orang tua yang menuntut anaknya prestasi anaknya terlalu tinggi, istri yang

setiap hari mengeluh pada suaminya mengenai uang belanja, dan lain-lain (Maramis, 2005).

Krisis adalah suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada seorang individu

ataupun suatu kelompok, seperti suatu kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, dan

masuk sekolah untuk pertama kali (Maramis, 2005).

2.3 Gejala dan Tanda

Gejala gangguan penyesuaian sangat bervariasi, dengan depresi, kecemasan, dan

gangguan campuran adalah yang paling sering pada orang dewasa (Kapita Selekta

Kedokteran, 2001). Manifestasi juga termasuk perilaku menyerang dan kebut-kebutan,

minum berlebihan, melarikan diri dari tanggung jawab hukum, dan menarik diri. Gangguan

penyesuaian memiliki beberapa suptipe dengan reaksi maladaptif yang bervariasi (dapat

dilihat pada Tabel 2.1).

Tabel 2.1:  Subtipe gangguan penyesuaian

Gangguan Ciri-ciri utama

Gangguan Penyesuaian dengan Mood

Depresi

Kesedihan, menangis, merasa tidak punya

harapan.

Gangguan Penyesuaian dengan

Kecemasan

Khawatir, gelisah, dan gugup (atau pada anak

takut berpisah dari figur utama).

Gangguan Penyesuaian dengan Gejala

Campuran antara Kecemasan dan Mood

Depresi

Kombinasi dari kecemasan dan depresi.

Gangguan Penyesuaian dengan Melanggar hak orang lain atau melanggar

Page 4: PORTOFOLIO JIWA 2

Gangguan Tingkah Laku norma sosial yang sesuai usianya. Contoh

perilaku meliputi vandalisme, membolos,

berkelahi, mengebut, dan melalaikan kewajiban

hukum (misalnya menghentikan pembayaran

tunjangan).

Gangguan Penyesuaian dengan Gejala

Campuran antara Gangguan Emosi dan

Tingkah Laku

Gabungan dari gangguan emosi, seperti depresi

atau kecemasan, dan gangguan tingkah laku

(seperti yang dijelaskan di atas).

Gangguan Penyesuaian Tak

Tergolongkan

Kategori residual yang dapat diterapkan pada

kasus-kasus yang tidak dapat digolongkan

dalam salah satu dari subtipe lainnya.

Sumber: diadaptasi dari DSM-IV-TR (Nevid dkk, 2005)

2.4  Diagnosis

Dalam PPDGJ-III, gangguan penyesuaian termasuk dalam kriteria diagnosis F.43.

F.43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian

Karekteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas identifikasi dasar simtomatologi dan

perjalanan penyakit, akan tetapi juga atas dasar salah satu dari dua faktor pencetus:

1. Suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stres akut. Atau

2. Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang

berkelanjutan. Stres yang terjadi atau keadaan tidak nyaman yang berkelanjutan

merupakan faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu gangguan tersebut tidak akan terjadi.

Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons maladaptif terhadap stres berat atau

stres berkelanjutan. Dimana mekanisme penyesuaian (coping mechanism) tidak berhasil

mengatasi sehingga menimbulkan masalah dalam fungsi sosialnya.

F.43.2 Gangguan Penyesuaian

1. Diagnosis tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap hubungan antara:

a.         Bentuk, isi, dan keparahan gejala

b.        Riwayat dan kepribadian sebelumnya, dan

c.         Kejadian atau situasi yang penuh stres atau krisis kehidupan

2. Adanya ketiga faktor ini harus ditetapkan dengan jelas dan harus mempunyai bukti yang

kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami gangguan tersebut.

3.    Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas, campuran

ansietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin

Page 5: PORTOFOLIO JIWA 2

sehari-hari. Tidak ada satu pun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung

diagnosis.

4.    Onset biasanya terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang “stresful” dan

gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif

berkepanjangan (F.43.21) (PPDGJ III, 2001)

Berdasarkan DSM-IV TR (APA 2000), Gangguan Penyesuaian memiliki kriteria diagnosis

sebagai berikut:

A. Perkembangan emosional atau perilaku sebagai respons stressor yang dapat dikenali

yang terjadi dalam tiga bulan onset stresor.

B. Gejala atau perilaku tersebut adalah bermakna secara klinis seperti yang ditunjukkan

oleh salah satu berikut:

(1) Penderitaan yang jelas melebihi apa yang diperkirakan dari pemaparan

stressor.

(2) Gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan (akademik).

C. Gangguan berhubungan stress tidak memenuhi criteria untuk gangguan aksis I atau

aksis II yang telah ada sebelumnya.

D. Gejala tidak mencerminkan kehilangan.

E. Jika stressor (dan akibatnya) telah berhenti, gejala tidak menetap selama lebih dari 6

bulan lagi.

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Terapi Non-Farmakologis

Psikoterapi merupakan pengobatan terpilih untuk sebagai terapi gangguan

penyesuaian. Terapi kelompok merupakan cara yang sangat bermanfaat. Terapi ini bertujuan

untuk membantu orang dengan gangguan penyesuaian memecahkan situasi dengan cepat

dengan teknik suportif, sugesti, penentraman, modifikasi lingkungan, dan bahkan perawatan

di rumah sakit (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

2.5.2 Terapi Farmakologis

Pasien dengan gangguan penyesuaian dapat diterapi dengan obat antiasietas atau

antidepresan, tergantung jenis gangguan. Jika pasien mengalami kecemasan yang berat, dapat

diberikan obat antipsikosi dosis kecil. Jika pasien memiliki gejala menarik diri, dapat

diberikan obat psikostimulan singkat (Kapita Selekta, 2001).

Page 6: PORTOFOLIO JIWA 2

2.6 Prognosis

Gangguan penyesuaian termasuk kelompok gangguan yang paling ringan sehingga

prognosisnya baik dengan pengobatan yang sesuai. Sebagaian besar pasien kembali ke

tingkat fungsi sebelumnya dalam waktu tiga bulan. Akan tetapi, remaja biasanya memerlukan

waktu lebih lama untuk pulih dibandingkan orang dewasa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

Namun tidak boleh juga mengabaikan hasil penelitian terkini yang menyatakan

peningkatan kecenderungan melakukan percobaan bunuh diri pada pasien dengan gangguan

penyesuaian (Carta et al, 2009).

Bila reaksi maladaptif ini masih berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor

dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Nevid dkk, 2005).

Page 7: PORTOFOLIO JIWA 2

BAB III

PORTOFOLIO KASUS JIWA

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dasan Lekong, Sweta

Status : Sudah Menikah

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Suku : Sasak

MRS : 6 Juli 2014

2. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Keluhan Utama

Pasien merasa sedih sejak 3 bulan yang lalu.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar keluarganya ke RS karena berkali-kali dipukuli oleh suaminya. Pasien

mengatakan ia dipukul oleh suaminya dengan tangan kosong pada daerah kepala dan

wajah, hingga pingsan. Ketika sadar pasien langsung menelpon keluarganya untuk

menjemputnya.

Pasien mengaku perlakuan kasar suaminya ini telah berlangsung selama ± 6 bulan,

dipicu oleh kecemburuan suaminya terhadap teman kerja pasien. Suami pasien

menuduh pasien berselingkuh dengan teman kerjanya.

Kekerasan yang terjadi terus menerus ini membuat pasien bersedih, hingga tidak

bersemangat melakukan apa-apa, termasuk bekerja. Sejak kejadian itu keluarga

mengatakan pasien juga menjadi pendiam dan sering melamun. Pasien mengatakan ia

sering melamun karena memikirkan perbuatan kasar suaminya terhadapnya.

Saat ini pasien mengatakan ia sulit tidur, tidur tidak pulas. Ia khawatir suaminya tiba-

tiba datang dan memukulnya lagi. Pasien mengatakan bila perasaan khawatir itu

muncul ia menjadi berdebar-debar dan berkeringat dingin.

Page 8: PORTOFOLIO JIWA 2

Pasien menyangkal melihat bayangan datau mendengar suara suaminya saat ia

ketakutan. Pasien juga menyangkal adanya mimpi buruk mengenai kejadian

pemukulan terhadapnya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien menyangkal pernah memiliki gangguan serupa sebelumnya.

Riwayat cedera kepala (-), demam tinggi (-), kejang (-).

Riwayat penggunaan NAPZA (-), minuman keras (-).

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan dikatakan lahir secara

normal ditolong dukun.

Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Riwayat

sakit yang berat disangkal.

Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien termasuk anak yang cukup aktif dalam bergaul. Prestasi di sekolah

baik. Pasien hanya bersekolah hingga tamat SD dan tidak melanjutkan ke

SMP karena tidak memiliki biaya.

Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)

Setamat SD pasien mulai bekerja untuk membantu orang tuanya. Pasien

mulai menjadi buruh.

Dewasa

Pasien telah menikah dengan suaminya yang dikenalnya dari sms. Pasien

mengaku baru bertemu satu kali dengan suaminya sebelum akhirnya memutuskan

untuk menikah. Pasien mengatakan ia memutuskan menikah dengan orang yang

baru dikenalnya karena bosan melajang. Pasien belum memiliki anak.

E. Riwayat Keluarga

Riwayat keluhan serupa (-).

F. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal bersama suaminya di sebuah rumah kontrakan yang jauh dari

keluarga mereka. Pasien termasuk golongan menengah ke bawah.

3. STATUS MENTAL

Page 9: PORTOFOLIO JIWA 2

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien wanita berusia 23 tahun, wajah sesuai umur. Berpakaian cukup rapi.

2. Kesadaran

Jernih.

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cukup tenang, kontak mata (+) cukup.

4. Pembicaraan

Spontan. Volume cukup, artikulasi cukup jelas, cukup relevan.

5. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif.

B. Alam Perasaan dan Hidup Emosi

1. Mood

Hipotimik.

2. Afek

Terbatas.

3. Keserasian

Ekspresi emosional sesuai dengan isi pikir.

4. Empati

Dapat diraba rasa.

C. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan

Pengetahuan dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

2. Daya Konsentrasi

Cukup.

3. Orientasi

Waktu : baik.

Tempat : baik.

Orang : baik.

4. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang : cukup.

Daya ingat masa lalu belum lama : cukup.

Daya ingat baru saja : cukup.

Daya ingat segera : cukup.

Page 10: PORTOFOLIO JIWA 2

5. Pikiran Abstrak

Cukup.

6. Kemampuan menolong diri sendiri

Cukup, pasien mampu merawat dirinya sendiri.

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi (-)

2. Depersonalisasi (-), derealisasi (-).

E. Proses Pikir

1. Bentuk Pikir

Realistik.

2. Arus Pikir

Produktivitas: cukup.

Kontinuitas pikiran : koheren.

Hendaya berbahasa : (-).

3. Isi Pikiran

Preokupasi : (-).

Waham : (-)

F. Pengendalian Impuls

Cukup.

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial : cukup.

2. Uji daya nilai : cukup.

H. Tilikan

Tilikan V.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Cukup dapat dipercaya.

4. PEMERIKSAAN FISIK UMUM

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CM

Tanda vital

a. Tensi : 100/60 mmHg.

Page 11: PORTOFOLIO JIWA 2

b. Nadi : 80 x/menit.

c. Pernapasan : 18 x/menit.

d. Suhu : 36,5˚C.

Kepala-leher

a. Kepala: cephal hematom regio parietal dekstra ukuran 4x4 cm, nyeri tekan

(+); hematom regio mandibula sinistra ukuran 5x4 cm, nyeri tekan (+),

deformitas (-)

b. Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.

c. Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).

Thoraks

a. Cor: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop(-).

b. Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).

Abdomen

Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.

Sistem urogenital: tidak dievaluasi.

Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-).

B. Status Neurologis

Pupil: bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+).

Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan.

Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan.

Fungsi sensorik dan motorik: dalam batas normal.

Tonus otot: dalam batas normal.

Sensibilitas : baik

Refleks:

o Fisiologis: (+).

o Patologis: tidak ditemukan.

5. RESUME

Wanita, 23 tahun, datang dengan keluhan merasa sedih karena perlakuan kasar suaminya.

Pasien merasa tidak bersemangat melakukan apa-apa, tidak bekerja, sering melamun, dan

lebih banyak diam. Keluhan ini dirasakan sekitar 3 bulan terakhir.

Pasien merasa khawatir suaminya tiba-tiba datang dan memukulnya kembali, bila

kekhawatiran itu muncul pasien menjadi berdebar-debar dan berkeringat dingin.

Page 12: PORTOFOLIO JIWA 2

Keluhan-keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.

Status mental: mood/afek hipotimik/terbatas, lain-lain dbn.

Pemeriksaan fisik umum didapatkan hematoma daerah parietal dekstra dan mandibulla

sinistra.

6. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Penyesuaian (F43.2)

Aksis II : (-)

Aksis III : Hematom region parietal dekstra dan mandibula sinistra

Aksis IV : Masalah dengan suami (suami pencemburu dan melakukan kekerasan

dalam rumah tangga

Aksis V : 80 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial dan

pekerjaan)

7. DIAGNOSIS

Gangguan Penyesuaian (F43.2)

8. DIAGNOSIS BANDING

- Reaksi stress akut (F43.0)

- Episode Depresif Sedang (F32.1)

9. PENATALAKSANAAN

A. Psikofarmasi (konsul dr. Sp.KJ):

Clobazam tab 2x5 mg

Fluoxetin caps 20 mg (pagi hari)

Alprazolam tab 0,5 mg (malam, jika susah tidur)

B. Psikoedukasi: Memberi penjelasan kepada pasien atas gangguan yang dialaminya,

pentingnya mengkonsumsi obat secara teratur untuk mengurangi gejala yang

dialami pasien dan mencegah memberatnya gejala serta kekambuhan gejala, serta

edukasi tentang efek samping obat

C. Psikoterapi: Memberi ventilasi kepada pasien agar dapat menceritakan masalah

yang mengganggunya selama ini. Memberikan motivasi kepada pasien bisa hidup

dan berinteraksi seperti orang lain. Memotivasi pasien untuk memiliki kegiatan di

luar rumah, berjalan-jalan, atau mencari pekerjaan.

Page 13: PORTOFOLIO JIWA 2

D. Sosioterapi: Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien

sehingga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi pemulihan pasien, serta

dapat menjadi pengawas minum obat bagi pasien serta mengetahui mengenai efek

samping obat.