bab 2 askep jiwa

39
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Beberapa ahli pskiatri mengemukakan pengertian tentang menarik diri, diantaranya Revlin dan Evans (1993) yang mengemukakan pengertian tentang menarik diri adalah suatu prilaku yang menghidari berinteraksi dengan orang lain atau pihak lain. Menyadari (Solitude) adalah merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah- langkah selanjutnya (Stuart dan Largia , 1998). 4

Upload: lestarimardiansyah

Post on 17-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep menarik diri

TRANSCRIPT

BAB II

PAGE 24

BAB II

TINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar

1. Pengertian

Beberapa ahli pskiatri mengemukakan pengertian tentang menarik diri, diantaranya Revlin dan Evans (1993) yang mengemukakan pengertian tentang menarik diri adalah suatu prilaku yang menghidari berinteraksi dengan orang lain atau pihak lain.

Menyadari (Solitude) adalah merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya (Stuart dan Largia , 1998).

Prilaku yang teramati pada respon sosial maladaptip mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan rasa tidak nyaman (Stuart dan Suudeen, 1995).Dari beberapa ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa menarik diri adalah prilaku maladaptive yang di tandai dengan prilaku menghindari berinteraksi dengan orang lain, sebagai upaya individu untuk mengevaluasi diri atau mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak nyaman .

Sckizropenia adalah suatu depresi sindroma dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (Tidak terlalu sifat kronik ) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (PPDGJ III 2000: 46).

Sckizropenia timbul ditandai dengan gangguan proses fakir, gangguan afek dan emosi, gangguan kemauan, gangguan psikomotor, waham dan halusinasi. (Catatan ilmu kedokteran jiwa 1995: 215).

Dari beberapa ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa sckrizoprenia adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik, fisik, sosial budaya yang ditandai dengan gangguan proses pikir, gangguan efek, emosi, kemauan, psikomotor, waham dan halusinasi.

2. Respon klien

Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan respon adaptif dan maladaptife.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyadari -rasa sendiri -Merasa sunyi

- tonomi - Manipulasi -Pemerasan

Bekerjasama -Tergantung -Menarik diri

Interdependen -Curiga -ParanoidRespon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat dalam menyelesaikan masalahnya masih dalam batas-batas normal , reapon adaptif meliputi : a.Menyadari (Solitute) adalah respon yang dibutuhkan individu untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungannya sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah berikutnya .

b. Otonomi adalah kemapuan indivudu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubunga sosial.

c. Bekerjasama adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana indipidu tersebut untuk saling memberi dan menerima.

d. Interdependen adalah saling kertergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal . Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat .

Respon maladaptif yang ditemukan :

a. Menarik diri terjadi apabila individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain .

b. Tergantung (dependen) terjadi apabila gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan berfungsi secara khusus .c. Manipulasi terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek , individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalan .

d. Curiga terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri (Basic Trust) dengan orang lain .

(Depkes RI, 1996).Psikodinamika Menarik Diri.

a. Tahapan-tahapan perkembangan dalam berhubungan. Erick Erickson mengemukakan bahwa kehidupan adalah suatu rentetan dengan setiap fase perkembangan dan mempunyai tugas-tugas secara umum memberikan pengalaman biologis, soial dan pesikologis yang spesifik sesuai dengan tugas setiap individu. Kematangan dalam mengadakan hubungan interpersonal dipengaruhi oleh tahapan-tahapan perkembangan yang meliputi :

1.Masa Bayi.

Tergantung orang lain yang memenuhi kebutuhan biologis. Hubungan ibu dengan orang lain yang mengasuhnya akn menimbulkan kepercayaan bayi terhadap orang lain selain dirinya. Kegagalan dalam berhubungan akan mempengaruhi sikapnya terhadap orang lain dalam masa yang akan datang.2.Masa Anak-Anak.

Pada masa ini anak berusaha tumbuh sebagai individu yang lepas dari ketergantungan terhadap orang tua yang selama ini sering membantu dalam usaha pemenuhan kebutuhannya. Anak akan berusaha keras untuk menetapkan dirinya sebagai individu yang mandiri, yaitu berpisah dari orang tua yang telah memenuhi segala kebutuhannya.

3. Masa Pra Remaja dan Remaja.

Seseorang menjadi terlibat dalam suatu hubungan akrab dengan teman-temannya sesama jenis yang biasa disebut sahabat. Hubungan seperti ini mencakup saling berbagi rasa. Hal ini memberikan peluang lain guna menjelaskan nilai-nilai mengenai bermacam-macam orang, ini biasanya suatu hubungan yang sangat independent.

4. Masa Dewasa Muda.

Masa remaja berakhir apabila seseorang mampu menjadi dirinya sendiri dan mampu menjaga hubungan saling ketergantungannya dengan orang tua maupun teman. Keputusan yang di buatnya merupakan keputusanya sendiri dengan pendapat serta nasehat dari orang lain yang diandalkanya.5.Masa Dewasa Pertengahan.

Persahabatan antara orang tua dengan orang dewasa akan menguji kemampuan seseorang untuk membantu mengembangkan perasaan tidak saling ketergantungan pada orang lain. Hal ini mencakup suatu keperluan untuk menghentingan beberapa ketergantungan kepada orang lain sehingga ia dapat tembus.

6.Masa Akhir Dewasa.

Perubahan-perubahan tersebut terus berlangsung selama masa dewasa akhir, seperti perubahan usia, kematian orang tua, hilangnya pekerjaan karena pensiun, kematian teman-teman dan kematian suami atau istri. Kebutuhan akan hubungan masih akan memberikan kepuasan, orang dewasa merasa sedih atas kehilangan ini dan mengenal bahwa orang lain dapat membantu menyelesaikan kesedihan tersebut.

b. Perjalanan Menarik Diri.

Pada mulanya individu akan merasa rendah diri, tidak berharga dan tidak berguna, sehingga tidak merasa aman dalam membina hubungan dengan orang lain. Prilaku menarik diri biasanya berasal dari keluarga yang penuh permasalahan, ketegangan dan kecemasan yang tidak menjamin untuk mengembangkan kehangatan emosional dengan hubungan yang spesifik dengan orang lain yang dapat menimbulkan rasa aman karena adanya penghayatan diri serta mampu mempelajari cara berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan menarik diri sering melakukan kegiatan yang di tujukan untuk mencapai kepuasan dirinya dan keadaan seperti ini dipengaruhi obat perkembangan sebulumnya. Klien berusaha untuk melindungi diri sehingga ia menjadi pasif dan berkepribadian kaku. Klien tidak mau mencari penyebabnya dan berusaha beradaptasi dengan kenyataan, tapi ia mengembangkan rasionalisasi dan mengabarkan ralitas.3.Dampak manarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia

a. Kebutuhan nutrisi

Klien dengan menarik diri biasanya akan kehilangan nafsu makan atau sebaliknya akhirnya menyebabkan perubahan keadaan fisiknya, gangguan intake atau pola nutrisi.

b. Kebutuhan istirahat tidur

Klien dengan menarik diri biasanya tidur berlebih, berdiam diri di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama dan sering tidur siang maka terjadi gangguan pola tidur.

c. Kebutuhan aktivitas

Klien dengan menarik diri biasanya mengalami penurunan aktivitas, imobilisasi atau berdiam diri, gangguan mobilitas fisik.

d. Kebutuhan rekreasi atau hobi

Klien dengan menarik diri tidak memiliki atau keterkaitakn untuk berekreasi dan bahkan acuh tak acuh, gangguan mood.

e. Kebutuhan seksual

Klien dengan menarik diri biasanya memiliki gangguan pemenuhan kebutuhan seksual.

f. Kebutuhan sosial

Klien dengan menarik diri sebenarnya ingin berkomunikasi dengan orang lain tapi mereka takut akan adanya penolakan dari orang lain sehingga klien cenderung diam.g. Kebutuhan rasa nyaman

Perasaan sendirian, kecemasan, ketakutan akan menyebabkan kurang terpenuhinya rasa nyaman klien. h. Harga diri

Perasaan diri tidak berguna akan membuat klien merasa harga dirinya berkurang atau menurun.

i. Peran

Kerusakan peran sosial karena diam sering menyebabkan gangguan peran.4.Tinjauan Teoritas Asuhan Keperawatan Jiwa

Asuhaan keperawatan adalah proses teurapentik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawatan dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Budi Anna Keliat, 1992 : 2).

Proses keperawatan terdiri dari :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dalam proses keperawatan. Pengolompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat berupa faktor predisposisi, faktor prepitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (struat dan suadeen, 1995 dikutip oleh keliat, 1999 : 3)a. Identitas

Nama klien, umur, jenis kelamin, sukubangsa, alamat, penanggung jawab meliputi nama, pekerjaan, alamat.b. Faktor prepitasi (pencetus)

Faktor prepitasi terjadinya ganggguan dalam hubungan sosial juda dapat di timbulkan oleh faktor internal dan eksternal dari sekarang. Faktor prepitasi ini di kelompokan sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Contohnya adalah stressor psikologik yaitu stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan individu. 2. Faktor Eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya yaitu stress yang ditimbulkan oeh faktor sosial budaya yang antara lain yaitu keluarga.c.Faktor predisposisi

Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial adalah :

1.Faktor tumbuh berkembang

Pada masa tumbuh kembang seorang individu ada perkembangan tugas yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas perkembangan ini pada masing-masing tahap tumbuh kembang mempunyai spesifik tersendiri bila tugas-tugas dalam tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya misalnya dalam fase oral apabila tugas perkembangan dalam membentuk rasa saling percaya tidak terpenuhi, dapat mengakibatkan individu tersebut tidak percaya pada dirinya dan orang lain (curiga).

2. Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk komunikasi yang tidak tidak jelas (double blind) dimana seorang angggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga, membatasi untuk berhubungan keluarga di luar lingkungan keluarga (pingit).

3.Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial, hal ini disebabkan oleh norma-norma yang diatur oleh keluarga yang salah, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya) misalnya pada usia lanjut, penyakit kronis dan penyandang cacat. Tidak nyatanya harapan dalam hubungan sosial dengan orang lain merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial. 4.Faktor biologis

Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah otak, menurunkan berat otak secara drastic, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbie dan daerah kortikal.d.Pengkajian fisik

Pemeriksaan system

Pemeriksaan fisik pada klien klien dengan kerusakan inteaksi sosial : menarik diri dapat ditemukan adanya :1)Sistem Integument

Pada system integument di temukan adanya gangguan kebersihan kuku, kulit dapat terlihat lengket dan kotor, serta dapat tercium bau badan. Gangguan kebersiahan kulit terjadi karena kecenderungan klien menarik diri sehingga kurang minatnya untuk peratawatan diri.2)Sistem kardiovasculer

Pada system kardiovaskuler biasanya tidak terdapat kelainan atau adanya keluhan terkecuali klien mempunyai riwayat gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, aritmia dll.3) Sistem pernafasan

Pada system respirasi biasanya tidak terdapat keluhan, kecuali sebelumnya klien mempunyai riwayat gangguan respirasi seperti asma, tubert calotis, dll.4) Sistem digestivus

Pada system ini didapat data berapa klien menolak walau, nafsu makan berkurang atau bertambah. Terutama pada klien paramoid biasanya menolak makan karena takut makannya di bumbuhi racun, sedangkan pola buang air besar biasanya tidak ada perubahan.

5) Sistem urogenitalia

Pada system perkemihan biasanya di temukan pola buang air kecil normal tidak ada keluhan.6) Sistem persyarafan

Pada system ini untuk klien gangguan jiwa yang mendapat therapy obat anti psikotik ada kemungkinan mendapat gejala ekstra pyramidal diluar satu program terapi di luar program karena adanya strees dan ansietas tinggi.

7) Sistem muskulo skeletal

Pada system ini biasanya klien aktivitas lambat, tampak malas dan tidak bersemangat.

8) Sistem haemopoetik

Pada system ini mungkin didapat data seperti konjungtiva anemis atau pucat karena prilaku menolak makan atau kurang tidur dalam jangka waktu lama dan tidak teratasi.

9) Sistem endokrin

Pada system ini tidak terdapat keluhan dan tidak terdapat data menyimpang seperti pembesaran kelenjar tyroid terkecuali klien mempunyai riwayat gangguan system endrohin. 10) Sistem penginderaan

Pada system ini dapat di temukan adanya halusinasi lihat dan dengar. Hal ini karena klien mengalami gangguan efektif dan kognitif sehingga klien tidak mampu untuk membedakan stimulus internal dan eksternal akibat kecemasannya yang meningkat.

11) Sistem reproduksi

Pada system ini biasanya tidak di temukan adanya keluhan

e.Psikososial

Genogram

Untuk menggambar hubungan keluarga dengan klien dan pola asuhan keluarga terhadap klien.Tanda dan gejala

Observasi yang di lakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :

1. Apatis, ekspresi sedih, Afek tumpul.

2. Menghindari dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.

3. Komunikasi kurang/tidak ada klien tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.

4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering mununduk.

5. Berdiam diri di kamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya.

6. Menolak berhubungan dengan oranglain klien memutuskan percakapan atau pergi jika di ajak bercakap-cakap.

7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawat diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan

8. Posisi janin pada sat tidur Data subjektif asuhan didapat jika klien menolak berkomunikasi beberapa data subjektif adalah : menjawab dengan singkat kata-kata tidak, ya , tidak tahu.

1.Masalah keperawatan

a. Isolasi sosial menarik diri

b. Gangguan harga diri rendah

c. Persiko pembahas sensori persepsi

Pohon masalah

Resiko Perubahan Sensori Persepsi

Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan Harga diri : Rendah

Dx Keperawatan

a. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri

b. Isolasi sosial : Manarik diri berhubungan dengan menarik diri.

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah intivilasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik actual maupun potensial (Stuart dan Sundeen, 1995 dikutip oleh Keliat, 1999 : 6)

Masalah keperawatan sehubungan dengan gangguan hubungan sosial sangat bervariasi tingkatnya, mulai dari yang riangan sampai yang berat sesuai dengan rentang respon sosial.

Diagnosa keperawatan menurut NANDA (The American Nursing Diagnosis Association) :

a. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan kurang percaya dengan orang lain.

b. Isolasi sosial sehubungan dengan tidak adekuat kemampuan dalam hubungan interpersonal.c. Tidak efektif koping mrkanisme sehubungan dengan kurang percaya dalam mengambil keputusan.

d. Isolasi sosial sehubungan dengan tidak mampu menerima kelemahan orang lain, sangat mengkritik orang lain

e. Ganguan proses pikir, proyeksi impul yang agresif sehubungan dengan waham.

f. Gangguan proses pikir ; Neologisme dan disasosiasi pembiacaraan sehubungan dengan perubahan fisiologis.

g. Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah sehubungan denganpersepsi keluarga yang tidak realitas dalam hubungan sosial.

h. Menarik diri sehubungan dengan waham curiga.

i. Kebersihan diri yang kurang sehubungan dengan kurang energi.

j. Menurunya kemampuan untuk mengekspresikan perasaan sehubungan dengan isolasi sosial.

k. Gangguan hubungan sosial sehubungan dengan tingkah laku yang manipulatif.

l. Menurunnya aktivitas monorik sehubungan dengan acuh tak acuh terhadap lingkungannya.

m. Potensial gangguan keseimbangan cairan dan makanan sehubungan dengan tidak mampu merawat diri.

n. Potensial untuk kecelakaan sehubungan dengan upahan curiga.

o. Potensial amuk sehubungan dengan tingkah laku yang impulsive (Depkes RI. 1996).

3.Rencana Tindakan Kperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus (Keliat, 1999 : 14). Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri dari tindakan kesehatan dan tindakan kolaborasi, rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan klien dengan menarik diri adalah sebagai berikut :

a).Psikoteurapeutik

1).Bina hubungan saling percaya

a. Buat kontral dengan pasien, memperkenalkan diri perawat dan waktu interaksi tujuan dengan pasie.

b. Ajak pasien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan pasien untuk menunjukan penghargaan yang tulus.

c. Jelaskan kepada klien bahwa infeormasi tentang pribadi pasien yidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.

2).Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka.a. Bicaa dengan pasien tentang suatu yang nyata dn pakai istilah yang sederhana.

b. Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang sesuai, singkat, jelas dan teratur.

c. Bersama pasien menilai mamfaat dari pembicaraan dengan perawat.

d. Tunjukan sifat empati dan beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasannya.

3).Kenal dan dukung kelebihan pasien

a.Tanyakan cara menyelesaikan masalah (koping yang konstruksif).

b.Dukung koping pasien yang konstruktif.

c.Bahas bersama pasien tentang koping yang konstruktif

d.Anjurkan pada klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.

4).Bantu klien mengurangi anuitas ketika berhubungan interpersonal.

a.Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien pada awal teurapi.

b.Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.

c.Temani pasien beberapa saat dengan duduk disampingnya.d.Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap mulai dari satu pasien lain seterusnya.

e.Libatkan pasien dalam aktiviatas kelompok .b)Pendidikan Kesehatana. Jelaskan pada pasien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti denan menulis, menggambar, berolahraga, bermain musik.

b. Bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkannya menarik diri.

c. Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan dukungan dengan pasien.

d. Anjurkan kepada keluarga agar mengikut sertakan pasien dalam aktivitas dilingkungan masyarakat.

c) Kegiatan Hidup Sehari-Haria. Bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksankannya secara mandiri.b. Bimbing pasien berpakaian.c. Batasi kesempatan untuk tidur siang.d. Sediakan sarana informasi dan hiburan.

d) Therapi somatik a. Berikan obat sesuai dengan prinsip lima benar (Benar klien, obat, dosis, waktu dan caranya).b. Pantau reaksi obat.

c. Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan

d. Pastikan apakah obat telah diminum, periksa tempat yang memungkinkan pasien menyimpan obat.

e) Lingkungan Teurapentika. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupu orang lain cari ruangan pasien.b. Cegah agar pasien tidak berada diruangannya sendiri dalam janka waktu lama.c. Beri rangsangan sensori seperti suara musik, gambar hiasan diruangan pasien. (TIM Direktorat Kesehatan Jiwa, 1997).

4.Implementasi tindakan keperawatan

Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan rencana tindakan keperawatan, sebelum melaksankan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini (Keliat, 1999 : 15). Perawat juga harus menilai diri sendiri, apakah mempunyai keterampilan interpersonal, intelektual, telknikal, sesuai dengan tindakan yang telah dilaksanakan.5.Evaluasi

a.Evaluasi poses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksakan tindakan.

b.Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan kusus dan umum yang telah dintentukan.

Focus evaluasi pada asuhan keperawatan selain dapat membina saling percaya dapat diungkapkan tentang perasaannya mampu berdiskusi dan membuat jadwal kegiatan diruangan, mampu menggunakan obat dengan prinsip lima benar (benar klien, obat, dosis, cara dan waktu).

4PAGE