askep demensia jiwa

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal mengintensifkan sejumlah proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Penyakit semacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang, demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada faktor penyebabnya, namun demikian demensia sering terjadi pada lansia. Orang awam mengetahui juga adanya gejala demensia yang dinamakannya ‘pikun’. Namun pikun selalu dihubungkan dengan usia yang sudah lanjut. Orang tua dapat menjadi pikun dan hal ini dianggap lazim. Keluarga seorang yang pikun baru membawa kakek dan neneknya ke dokter, karena perangai kakek atau neneknya mengganggu. Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis lainnya (stroke, diabetes mellitus, hipertensi, keganasan). Ilmu kedokteran dan kesehatan mengemban misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam 1

Upload: netii-netiari-arii

Post on 14-Feb-2015

351 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Demensia Jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus dibedakan

dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal mengintensifkan sejumlah

proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Penyakit

semacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang,

demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada faktor penyebabnya, namun

demikian demensia sering terjadi pada lansia.

Orang awam mengetahui juga adanya gejala demensia yang dinamakannya ‘pikun’.

Namun pikun selalu dihubungkan dengan usia yang sudah lanjut. Orang tua dapat menjadi pikun

dan hal ini dianggap lazim. Keluarga seorang yang pikun baru membawa kakek dan neneknya ke

dokter, karena perangai kakek atau neneknya mengganggu. Dari aspek medik, demensia

merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis

lainnya (stroke, diabetes mellitus, hipertensi, keganasan). Ilmu kedokteran dan kesehatan

mengemban misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami

demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan

keluarga dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya, tidak dapat mandiri lagi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan demensia?

C. Tujuan

Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia.

1

Page 2: ASKEP Demensia Jiwa

D. Manfaat

Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar asuhan keperawatan

pada pasien dengan demensia.

E. Metode Penulisan

Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat sekunder.

Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-buku literattur

penunjang masalah yang dibahas.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

A. Konsep Dasar Penyakit

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Bab III Penutup

A. Simpulan

B. Saran

2

Page 3: ASKEP Demensia Jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi/Pengertian

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa

gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu

(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive).

Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,

melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga

terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi

kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi

yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)

Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat

diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan

psikomotor. (Lumbantobing, 2006)

Demensia adalah satu penyakit yang menyebabkan sel-sel otak yang mati secara

abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif

yang progresif. Daya ingat, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia.

Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan maupun

kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan khusus untuk demensia, namun perawatan untuk

menangani gejala boleh dilakukan

3

Page 4: ASKEP Demensia Jiwa

2. Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah

7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia

berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut

65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45

% pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika

jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi

menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer

merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%.

Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia

lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat

penyakit Alzheimer.

3. Etiologi

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya

gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara

sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar

peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit

Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal

dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan

peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua

hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose

– etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti :

hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006)

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.

Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak

tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer

4

Page 5: ASKEP Demensia Jiwa

mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses

berpikir.

4. Klasifikasi

a. Menurut Umur:

1) Demensia senilis (>65th)

2) Demensia prasenilis (<65th)

b. Menurut perjalanan penyakit:

1) Reversibel

2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,

Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)

Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan

serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :

a) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).

b) Inkontinensia urin.

c) Demensia.

c. Menurut kerusakan struktur otak

1) Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang

yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun

1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

a) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

b) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan

fungsi eksekutif,

c) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

d) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

e) Kehilangan inisiatif.

5

Page 6: ASKEP Demensia Jiwa

Faktor resiko penyakit Alzheimer :

a) Riwayat demensia dalam keluarga

b) Sindrom down

c) Umur lanjut

d) Apolipoprotein, E4

Faktor yang memberikan perlindungan terhadap alzheimer :

a) Apolipoprotein E, alele 2,

b) Antioxidans,

c) Penggunaan estrogen pasca menopause, (pada demensia tipe ini lebih sering

pada wanita daripada laki-laki)

d) NSAID

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,

walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose

selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.

a) Pada makroskopik : penurunan volume gyrus pada lobus frontalis dan

temporal.

b) Pada mikroskopik : plak senilis dan serabut neurofibrilaris

Kerusakan dari neuron menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter. Hal ini

sangat mempengaruhi aktifitas fisiologis otak. Tiga  neurotransmiter yang biasanya

terganggu pada Alzheimer adalah asetilkolin, serotorin dan norepinefrin. Pada penyakit

ini diperkirakan adanya interaksi antara genetic dan lingkungan yang merupakan factor

pencetus. Selain itu dapat berupa trauma kepala dan rendahnya tingkat pendidikan.

Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi intelektual :

a) Stadium I (amnesia)

(1) Berlangsung 2-4 tahun

(2) Amnesia menonjol

(3) Gangguan : -  Diskalkulis

6

Page 7: ASKEP Demensia Jiwa

(4) Memori jangka penuh

(5) Perubahan emosi ringan

(6) Memori jangka panjang baik

(7) Keluarga biasanya tidak terganggu

b) Stadium II (Bingung)

(1) Berlangsung 2 – 10 tahun

(2) Kemunduran aspek fungsi luhur (apraksia, afasia, agnosia, disorientasi)

(3) Episode psikotik

(4) Agresif

(5) Salah mengenali keluarga

c) Stadium III (Akhir)

(1) Setelah 6 - 12 tahun

(2) Memori dan intelektual lebih terganggu

(3) Akinetik

(4) Membisu

(5) Inmontinensia urin dan alvi

(6) Gangguan berjalan

Pedoman diagnostik menurut WHO (ICD-X)

a) Lupa kejadian yang baru saja dialami,

b) Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari,

c) Kesulitan dalam berbahasa,

d) Diserorientasi waktu dan tempat,

e) Tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat,

f) Kesulitan berpikir abstrak,

g) Salah menaruh barang,

h) Perubahan suasana hati,

i) Perubahan perilaku / kepribadian,

j) Kehilangan inisiatif.

7

Page 8: ASKEP Demensia Jiwa

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini.

Pengobatan / pencegahan hanya dalam bentuk paliatif yaitu : nutrisi tepat, latihan, 

pengawasan aktifitas, selain itu bisa diberikan obat Memantine (N-metil) 25 mg/hr,

propanolol (InderalR), Holoperidol dan penghambatan dopamin potensi tinggi untuk

kendali gangguan eprilaku akut. Selain itu bisa diberikan “Tracine Hydrocloride”

(Inhibitor asetilkolinesterose kerja sentral) untuk gangguan kognitif dan fungsionalnya.

Pencegahan antara lain bagaimana cara kita lebih awal untuk mendeteksi AD

(Alzheimer Disease) serta memperkirakan siapa yang mempunyai faktor resiko terkena

penyakit ini sehingga dapat dicegah lebih awal. Pencegahan dapat juga berupa

perubahan dari gaya hidup (diet, kegiatan olahraga, aktivitas mental)

Tujuan penanganan Alzheimer :

a) Mempertahankan kualitas hidup yang normal

b) Memperlambat perburukan

c) Membantu keluarga yang merawat dengan memberi informasi yang tepat

d) Menghadapi kenyataan penyakit secara realita

2) Demensia vascular

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer  tetapi 

terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

a) Peningkatan reflek tendon dalam,

b) Respontar eksensor,

c) Palsi pseudobulbar,

d) Kelainan gaya berjalan,

e) Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,

sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer. Pencegahan pada demensia ini

dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya; hipertensi, DM, merokok,

aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.

8

Page 9: ASKEP Demensia Jiwa

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

a) Terdapat gejala demensia

b) Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata

c) Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

3) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

Demensia dengan kumpulan Lewy (Lewy bodies) disebabkan oleh kemunduran dan

matinya sel-sel syaraf diotak. Nama itu berasal dari adanya struktur-struktur abnormal

berbentuk bola, disebut kumpulan Lewy, yang tumbuh di dalam sel-sel syaraf. Diduga

struktur itu ikut menyebabkan kematian sel-sel otak. Orang yang mempunyai demensia

dengan kumpulan Lewy cenderung melihat sesuatu yang tidak ada (mengalami halusinasi

visual), mengalami kekakuan atau gemetar (parkinsonisme) dan kondisi mereka cenderung

berubah-ubah secara cepat, sering dari jam ke jam atau dari hari ke hari. Gejala itu

memungkinkan dibedakannya penyakit ini dari penyakit Alzheimer. Demensia dengan

kumpulan Lewy kadangkadang muncul bersamaan dengan penyakit Alzheimer dan/atau

demensia Vaskuler. Mungkin sulit untuk membedakan demensia dengan kumpulan Lewy

dari penyakit Parkinson dan orang dengan penyakit Parkinson menderita demensia yang

serupa dengan yang terlihat pada demensia dengan kumpulan Lewy.

4) Demensia Lobus frontal-temporal

Ini adalah nama yang diberikan kepada sebuah kelompok demensia jika terjadi proses

kemunduran dalam satu atau keduanya dari lobus frontal atau lobus temporal otak.

Termasuk dalam kelompok ini adalah Fronto Temporal lobus frontal dan lobus temporal),

Progressive non-Fluent Aphasia (Afasia Progresif non-Fluent, penderita secara berangsur-

angsur kehilangan kemampuan berbicara), Semantic Demensia (Demensia Semantik,

penderita tidak mengerti arti kata-kata) dan penyakit Pick. Lebih dari 50% orang penderita

FTLD mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tersebut. Mereka yang mewarisinya

sering mengalami mutasi gen pada protein tau dalam kromosom 17 yang menyebabkan

diproduksinya protein tau yang abnormal. Tidak diketahui adanya faktor risiko lain.

5) Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)

9

Page 10: ASKEP Demensia Jiwa

6) Morbus Parkinson

Demensia ini disebabkan adanya penyakit parkinson yang menyertai dengan gejala :

a) Disfungsi motorik.

b) Gangguan kognitif / demensia bagian dari gangguan.

c) Lobus frontalis dan defisit daya ingat.

d) Depresi.

7) Morbus Huntington

Demensia ini disebabkan penyakit herediter yang disertai dengan degenoivasi

progresif pada ganglia basalis dan kortex serebral. Transmisi terdapat pada gen autosomal

dominan fragmen G8 dari kromosom 4. Onset terjadi pada usia 35 – 50 tahun. Gejalanya :

a) Demensia progresif.

b) Hipertonisitas mascular.

c) Gerakan koreiform yang aneh.

8) Morbus Pick

Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi mental dan perilaku yang terjadi secara

progresif dan lambat. Kelainan terdapat pada kortikal fokal pada lobus frontalis. Penyakit

ini juga sulit dibedakan dengan Alzheimer hanya bisa dengan otopsi, dimana otak

menunjukkan inklusi intraneunoral yang disebut “badan Pick” yang dibedakan dari serabut

neurofibrilaris pada Alzheimer.

Pedoman diagnostik penyakit demensia penyakit Pick

a) Adanya gejala demensia yang progresif.

b) Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol

disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi, apatis,

gelisah.

c) Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat.

9) Morbus Jakob-Creutzfeldt

10

Page 11: ASKEP Demensia Jiwa

Penyakit ini disebabkan oleh degeneratif difus yang mengenai sistim piramidalis dan

ekstrapiramidal. Pada penyakit ini tidak berhubungan dengan proses ketuaan. Gejala

terminal adalah :

a) Demensia parah.

b) Hipertonisitas menyeluruh.

c) Gangguan bicara yang berat.

Penyakit ini dsiebabkan oleh virus infeksius yang tumbuh lambat. (misal transplantasi

kornea). Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini :

a) Demensia yang progresif merusak.

b) Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus.

c) Elektroensephalogram yang khas.

10) Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

11) Prion disease

12) Palsi Supranuklear progresif

13) Multiple sklerosis

14) Neurosifilis

15) Tipe campuran

Menurut sifat klinis:

1) Demensia proprius

2) Pseudo-demensia

11

Page 12: ASKEP Demensia Jiwa

5. Patofisiologi

Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab

spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal

itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah

efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau

imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis

struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak

amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama

asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan

hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.

Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih

besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan

awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani

penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP

lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah

diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan

menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat

sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul

tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia

yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter

menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf.

Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada

penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit

Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel

tersebut.

Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi.

Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang

menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral

multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer,

12

Page 13: ASKEP Demensia Jiwa

orang-orang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari

sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di

antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.

Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy

yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15

sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya

menderita demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley,

2006)

13

Page 14: ASKEP Demensia Jiwa

6. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala secara umum yaitu:

a. Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.

b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.

c. Pelupa

d. Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings

e. Sering mengulang kata-kata

f. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan

g. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang

h. Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia

i. Agnosia, apraxia, afasia

j. ADL (Activities of Daily Living) susah

k. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan

l. Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian

m. Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting

n. Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang

o. Mudah terjatuh, keseimbangan buruk

p. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru

q. Kurang konsentrasi

r. Kurang kebersihan diri

s. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

t. Mudah terangsang

u. Tremor

v. Kurang koordinasi gerakan

7. Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

a. Pembedaan antara delirium dan demensia

b. Bagian otak yang terkena

14

Page 15: ASKEP Demensia Jiwa

c. Penyebab yang potensial reversibel

d. Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

e. Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

f. Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

g. Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC

h. Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

8. Pengobatan

Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional

dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya.

Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak

yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu

penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.

Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan

medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis

untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik

pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan

dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk

pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap

masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi

saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan

pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah

psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.

Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit

kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut

adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan

alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok

disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif

15

Page 16: ASKEP Demensia Jiwa

Obat untuk demensia

a. Cholinergic-enhancing agents

Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian

cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita;

namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh

defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya.

Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian

obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem

kardiovaskular.

b. Cholinedan lecithin

Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis

tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan

perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan

salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal

yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual.

Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga

kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58

persen.

c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH

Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.

Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan

kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki

daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.

d. Nootropic agents

Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam

terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh

16

Page 17: ASKEP Demensia Jiwa

terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara

mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini

memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi

lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.

e. Dihydropyridine

Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels

menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi

kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan

fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin

memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan

demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap

hipertensi esensial

Membantu penderita demensia dan keluarganya:

a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki

orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka

yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.

b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu

mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.

c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa

memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk

keadaan.

e. Meminta bantuan Organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan

sangat membantu.

17

Page 18: ASKEP Demensia Jiwa

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi:

1) Identitas klien dan penanggung

2) Alasan dirawat

3) Riwayat penyakit

4) Aspek fisik, pskososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping,

masalahpsikososial dan lingkungan.

a) Aktifitas /istirahat

Merasa lelah; kelemahan dapat meningkatkan bahaya gejala, khususnya pada

malam hari terbalik mengira siang/malam, terjaga sepanjang malam

/keluyuran tanpa tujuan, gangguan irama tidur.

Letargi; penurunan ketertarikan pada aktivitas sehari-hari, hobi;

ketidakmampuan untuk mengulang apa yang di baca/mengikuti cerita acara

televisi; kemungkinan dipaksa untuk pensiun hambatan ktrampilan motorik;

ketidakmampuan melekukan gerakan yang lazim dan bertujuan.

Sering duduk dan mengamati orang lain.

Aktivitas utama mungkin mengumpulkan benda-benda mati; pengulangan

gerakan (mis.melipat-membuka-melipat kembali kain), menyembunyikan

benda, atau keluyuran.

b) Sirkulasi

Kemungkinan riwayat penyakit vaskuler sistemik/ serebral, hipertensi,

episode embolik (factor predisposisi).

c) Integritas Ego

Prilaku sering tidak konsisten; prilaku verbal/non verbal mungkin tidak

sesuai.Curiga atau ketakutan pada orang atau situasi yang dkhayalkan;

berpegangan tangan dengan orang terdekat.Salah mempersepsikan lingkungan,

mengidentifikasi objek atau orang, mengumpulkan benda-benda; benda yang salah

di simpan di percaya sebagai di curi.Kehilangan bertubi-tubi; perubahan pada citra

18

Page 19: ASKEP Demensia Jiwa

tubuh dan harga diri.Labilitas emosional (mudah menangis, tertawa dengan tidak

tepat); perubahan suasana hati yang bervariasi (apatis, letargi, sukar istirahat,

rentang perhatian yang pendek, iritabilitas); tiba-tiba marah meledak-ledak (reaksi

katastropik).

Dapat menyangkal perubahan /gejala awal signifikan, terutama perubahan

kognitif, dan /atau penjelasan yang tidak jelas, keluhan hipokondrial (lemah, diare,

pusing, sakit kepala tiba-tiba).Dapat menyembunyikan keterbatasan (membuat

alasan jika tidak mampu, menyelesaikan tugas; mengisap ibu jari saat memegang

buku tanpa membacanya).

Merasa tidak berdaya; kuat, depresi; delusi, paranoid.

d) Eliminasi

Urgensi (dapat mengindikasi hilangnya tonus otot).

Inkontinensia urine atau veses.

Cenderung konstipasi atau inpaksi, dengan diare.

e) Makan atau Minum

Episode hipoglikemik(factor predisposisi).

Kurang minat pada atau melupakan waktu makan; bergantung pada orang

lain untuk memasak makanan dan menyiapkan makanan di meja, selera;

menyangkal sedang lapar atau menolak makan (dapat mencoba

menyembunyikan kehilangan ktrampilan).

Kehilangan kemampuan untuk mengunyah (aspirasi samar).

Penurunan berat badan; masa otot; menjadi kurus (vase lanjut).

f) Hygiene

Mungkin bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan kebersihan

dasar.

Terlihat tidak di cukur, rambut tidak di sisir; bau badan tidak sedap;

kebiasaan pribadi yang rendah.

Berpakaian tidak sesuai dengan situasi atau kondisi cuaca.

Salah menginterpretasikan atau mengabaikan isyarat internal, lupa langkah

dalam memenuhi kebutuhan toileting, atau tidak ammpu mencari kamar

mandi.

19

Page 20: ASKEP Demensia Jiwa

g) Neurosensori

Menyembunyikan ketidakmampuan (dapat membuat alas an saat tidak

menyelesaikan tugas,menghisap ibu jari saat memegang buku tanpa

membacanya)

Anggota keluarga dapat melaporkan adanya penurunan bertahap dalam

kemampuan kognitif,kerusakan penilaian/keputusan yang tidak

tepat,hambatan ingatan baru tetapi ingatan baik,perubahan prilaku/perubahan

sifat kepribadian individu atau menjadi berat

Kehilangan kemampuan persepsi (lokasi tubuh/bagian tubuh dalam ruang)

h) Interaksi Sosial

Kemungkinan pembicaraan terkotak-kotak, afasia, dan disfasia.

Dapat mengabaikan aturan kontak social atau prilaku tidak tepat.

Factor psikososial resiko sebelumnya (secara individu dan pribadi

mempengaruhi adanya perubahan pola prilaku).

Peran keluarga mungkin berubah atau kebalikan karena individu jadi lebih

tergantung.

i) Pengajaran atau Pembelajaran

Riwayat keluarga dengan DTA (4 kali lebih besar dibandingkan populasi

umum); angka insiden demensia degeneratife primer lebih sering pada wanita

(yang hidup lebih lama) dibandingkan pada pria; demensia vascular timbul lebih

sering pada pria dibandingkan pada wanita.Dapat menunjukkan gambaran

kesehatan total kecuali untuk ingatan atau perubahan prilaku.Menggunakan ataau

menyalahgunakan obat, obat yang di jual bebas, alcohol.

b. Daftar masalah keperawatan

1) Gangguan proses pikir

2) Resiko jatuh

3) Ketergantungan dalam ADL

4) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

5) Resiko kekurangan volume cairan

6) Kemunduran daya ingat

20

Page 21: ASKEP Demensia Jiwa

7) Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

c. Pohon Masalah

Core Problem

21

Gangguan proses pikir

Kemunduran Daya Ingat

Ketergantungan

Dalam ADL

Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang

dari kebutuhan tubuh

Resiko kekurangan

volume cairan

Resiko Jatuh

Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak

efektif

Page 22: ASKEP Demensia Jiwa

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan proses pikir

b. Resiko jatuh

c. Ketergantungan dalam ADL

d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

e. Resiko kekurangan volume cairan

f. Kemunduran daya ingat

g. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

22

Page 23: ASKEP Demensia Jiwa

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir

TUM TUK Intervensi

Setelah dilakukan

intervensi 4x 15

menit selama 6 jam

dalam 12 pekan

berturut turut

gangguang proses

pikir teratasi atau

diadaptasi melalui

tuk

Pasien mampu

mengenal/

berorientasi

terhadap waktu

orang dan tempat.

1. Beri kesempatan bagi pasien untuk

mengenal barang milik pribadinya

misalnya

tempat tidur, lemari, pakaian dll.

2. Beri kesempatan kepada pasien untuk

mengenal waktu dengan

menggunakan

jam besar, kalender yang mempunyai

lembar perhari dengan tulisan besar.

3. Beri kesempatan kepada pasien untuk

menyebutkan namanya dan anggota

keluarga terdekat

4. Beri kesempatan kepada klien untuk

mengenal dimana dia berada.

5. Berikan pujian jika pasien bila pasien

dapat menjawab dengan benar.

Pasien mampu

melakukan aktiftas

sehari-hari secara

optimal.

a. Observasi kemampuan pasien untuk

melakukan aktifitas sehari-hari

b. Beri kesempatan kepada pasien untuk

memilih aktifitas yang dapat

dilakukannya.

c. Bantu pasien untuk melakukan

kegiatan yang telah dipilihnya

d. Beri pujian jika pasien dapat

melakukan kegiatannya.

e. Tanyakan perasaan pasien jika

23

Page 24: ASKEP Demensia Jiwa

mampu melakukan kegiatannya.

f. Bersama pasien membuat jadwal

kegiatan sehari-hari.

Keluarga mampu

mengorientasikan

pasien terhadap

waktu, orang dan

tempat

a. Keluarga mampu mengorientasikan

pasien terhadap waktu, orang dan

tempat

b. Diskusikan dengan keluarga cara-cara

mengorientasikan waktu, orang dan

tempat

pada pasien

c. Anjurkan keluarga untuk menyediakan

jam besar, kalender dengan tulisan

besar

d. Diskusikan dengan keluarga

kemampuan yang pernah dimiliki

pasien

e. Anjurkan kepada keluarga untuk

memberikan pujian terhadap

kemampuan yang masih dimiliki oleh

pasien

f. Anjurkan keluarga untuk memantau

kegiatan sehari-hari pasien sesuai

dengan jadwal yang telah dibuat.

g. Anjurkan keluarga memberikan pujian

jika pasien melakukan kegiatan sesuai

dengan jadwal kegiatan yang sudah

dibuat

Menyediakan

saran yang

dibutuhkan pasien

a. Menyediakan saran yang dibutuhkan

pasien untuk melakukan orientasi.

24

Page 25: ASKEP Demensia Jiwa

untuk melakukan

orientasi realitas

b. Anjurkan keluarga untuk membantu

pasien melakukan kegiatan sesuai

kemampuan yang dimiliki.

Membantu pasien

dalam melakukan

aktiftas sehari-hari.

a. Membantu pasien dalam melakukan

aktiftas sehari-hari.

b. Anjurkan keluarga untuk memantu

lansia melakukan kegiatan sesuai

kemampuan

yang dimiliki

c. Bantu keluarga memilih kemampuan

yang dilakukan pasien saat ini

25

Page 26: ASKEP Demensia Jiwa

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

a. Pasien mampu mengenal/ berorientasi terhadap waktu orang dan tempat.

b. Pasien mampu melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.

c. Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat

d. Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas

e. Pasien mampu dalam melakukan aktiftas sehari-hari.

26

Page 27: ASKEP Demensia Jiwa

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara

perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan

perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Demensia yang berasal dari beberapa stroke

kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi

atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.

Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga

keadaan ini pada mulanya tidak disadari.Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk

mengingat waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.Penderita memiliki

kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran Abstrak

(misalnya dalam pemakaian angka).Sering terjadi perubahan kepribadian.

Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar. Gejala awal

biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa juga bermula sebagai

depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya

B. SARAN

Sebagaimana yang kita diketahui gangguan jiwa termasuk demensia ini dapat

menyebabkan hal yang tidak diinginkan,maka dari itu mulai sekarang belajarlah memilah –

milah pikiran,perkataan maupun perbuatan kita supaya terhindar dari terjerumus dan mengalami

gangguan jiwa.

27

Page 28: ASKEP Demensia Jiwa

28

Page 29: ASKEP Demensia Jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E.2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. 2010.Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC

Nugroho,Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC.

Prof.DR.Mahar Mardjono, Prof DR. Priguna Sidharta. 2009. Neurologi Klinis Dasar.

Jakarta Dian Rakyat cetakan 14

29