portofolio 2

23
BORANG LAPORAN KASUS MEDIKOLEGAL Topik : Visum et Repertum Kasus Vulnus Excoriatum Tanggal (kasus) : 28 Oktober 2014 Presenter : dr. Ahmad Syaukat Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Fitri Isneni Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah Objektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □ Neonatus Bayi □ Anak Remaja □ Dewasa Lansia □ Bumil Deskripsi : Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang □ Tujuan : Menentukan cara pembuatan Visum et Repertum yang tepat Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas : Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos Data Pasien : Nama : Tn. YA, laki- laki , 24 thn No. Registrasi : 0070771 Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah Telp : (0733) 451902 Terdaftar sejak : Data Utama untuk Bahan Diskusi : 1

Upload: ahmad-syaukat-bsa

Post on 16-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

portofolio kidi

TRANSCRIPT

Page 1: Portofolio 2

BORANG LAPORAN KASUS MEDIKOLEGAL

Topik : Visum et Repertum Kasus Vulnus Excoriatum

Tanggal (kasus) : 28 Oktober 2014 Presenter : dr. Ahmad Syaukat

Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Fitri Isneni

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah

Objektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang

□ Tujuan : Menentukan cara pembuatan Visum et Repertum yang tepat

Bahan

Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara

Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

Data Pasien : Nama : Tn. YA, laki-laki , 24 thn No. Registrasi : 0070771

Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah Telp : (0733) 451902 Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

Diagnosis/Gambaran Klinis : Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang dengan keluhan

luka lecet di dahi, telinga kiri, bahu kiri, dan anggota gerak. Satu jam sebelum datang ke

rumah sakit, pasien berkelahi dengan teman sehingga menimbulkan luka di beberapa lokasi

di tubuh. Benturan di kepala tidak ada. Penurunan kesadaran disangkal. Mual muntah

disangkal. Pasien lalu datang ke kepolisian dan dibawa ke RSSA untuk dibuat permintaan

visum.

1. Riwayat Pengobatan : -

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Tidak diketahui

3. Riwayat Keluarga : Tidak diketahui

4. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang pelajar

5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tidak ada yang berhubungan.

6. Riwayat sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi cukup

7. Lain-lain : -

Daftar Pustaka :

1

Page 2: Portofolio 2

1. R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), (Bandung: Tarsito, 1981) hal. 18

2. R. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum dalam aspek hukum acara pidana, (bandung: mandar maju, 2002) hal. 98

3. Eddy Hiariej, teori hukum pembuktian, (jakarta :erlangga 2012) hal. 1074. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.

5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya.

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga. 2010.

Hasil Pembelajaran :

1. Membuat Visum et Repertum yang tepat

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

• Subjektif :

Keluhan Utama: Luka lecet di dahi, telinga, bahu, lengan dan anggota gerak bawah

Satu jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien berkelahi dengan teman sehingga

menimbulkan luka di beberapa lokasi di tubuh. Benturan di kepala tidak ada.

Penurunan kesadaran disangkal. Mual muntah disangkal. Pasien lalu datang ke

kepolisian dan dibawa ke RSSA untuk dibuat permintaan visum.

1. Objektif :

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis, GCS: E4M6V5 (15)

Tekanan Darah : 120/70

Nadi : 72 x/menit

2

Page 3: Portofolio 2

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,8 0C

Status Internus

Kepala : Normocepali

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Kulit : Pucat (-), Sianosis (-)

Thoraks

o Paru

Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan

Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru,

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki -/-, wheezing -/-

o Jantung

Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat

Palpasi : Iktus jantung tidak teraba

Perkusi : Batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas

kiri linea midklavikularis sinistra

Auskultasi : HR 80x/m, S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat (-), Refilling capiller baik, edema pretibial (-/-).

Status Lokalis

Di dahi kanan, nampak luka lecet dengan ukuran 4x3 cm

Di telinga kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 1x1 cm

Di bahu kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 12mm x 14 mm

3

Page 4: Portofolio 2

Di lengan bawah kiri bagian dalam Nampak luka lecet dengan ukuran 3 cm x

2 cm

Di pangkal jari kelingking kanan Nampak luka lecet dengan ukuran 1 x 2 cm

Di jempol kaki kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 7mm x 10 mm.

2. Assesment (penalaran klinis) :

Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang dengan keluhan luka lecet di dahi, telinga

kiri, bahu kiri, dan anggota gerak. Satu jam sebelum datang ke rumah sakit, pasien

berkelahi dengan teman sehingga menimbulkan luka di beberapa lokasi di tubuh.

Benturan di kepala tidak ada. Penurunan kesadaran disangkal. Mual muntah

disangkal. Pasien lalu datang ke kepolisian dan dibawa ke RSSA untuk dibuat

permintaan visum. Berdasarkan  anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini

adalah multipel vulnus excoriatum. Kasus ini disertai dengan tindakan yang berkaitan

medikolegal berupa pembuatan Visum et Repertum. Pasien dibawa dengan surat

permintaan yang dibawa langsung oleh kepolisian yang menjadi syarat utama seorang

dokter untuk bisa membuat visum. Visum et Repertum ini dibuat sebagaimana yang

sesuai dengan kondisi pada tubuh pasien.

Plan :

DIAGNOSIS KERJA

Multiple Vulnus Ekskoriatum

TERAPI

Wound toilet

Asam mefenamat 3 x 500 mg/hari p.o

Ciprofloxacin 2 x 250 mg/hari p.o

PRO JUSTICIA

VISUM ET REPERTUM

No: / RSUD SA / VER / / 2014

Yang bertandatangan dibawah ini, dr. Meta, Dokter Umum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk

4

Page 5: Portofolio 2

Linggau, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari surat saudara KA,

Pangkat AIPTU NRP. 65110779, Jabatan Kanit SPK SHIEF “A”, mengatasnamakan Kepala

Kepolisian Resor Lubuk Linggau, tanggal dua puluh delapan bulan Oktober tahun dua ribu

empat belas, Nomor Polisi: LP/B-1020/X/2014/SUMSEL/RES LUBUK LINGGAU, maka

dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh sembilan bulan Oktober tahun dua

ribu empat belas pukul delapan belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat

bertempat di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk Linggau, telah dilaksanakan pemeriksaan

terhadap korban dengan nomor registrasi 0070771 yang menurut surat tersebut adalah:

Nama : Tn. YA

Jenis Kelamin : laki-laki

Tempat/ Tgl lahir : Lubuk Linggau, 24 tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Jl Marga Mulya belakang Asrama Haji No. 38 Lubuk Linggau

HASIL PEMERIKSAAN

Dari hasil pemeriksaan didapatkan :

Kepala :

Di dahi kanan, nampak luka lecet dengan ukuran 4x3 cm

Di telinga kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 1x1 cm

Leher : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Dada :

• Tampak luka sayat pada payudara sebelah kanan ukuran 3 x 2 x 2 cm

• Tampak luka sayat pada dada sebelah kanan ± 2 cm ke bawah dari luka sayat pertama dan ± 4 cm dari ketiak sebelah kanan ke kiri dengan ukuran 8 x 2 x 2 cm.

Perut : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Anggota gerak :

Di bahu kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 12mm x 14 mm

Di lengan bawah kiri bagian dalam Nampak luka lecet dengan ukuran 3 cm x

5

Page 6: Portofolio 2

2 cm

Di pangkal jari kelingking kanan Nampak luka lecet dengan ukuran 1 x 2 cm

Di jempol kaki kiri Nampak luka lecet dengan ukuran 7mm x 10 mm.

Lain-lain : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan korban perempuan berusia dua puluh empat tahun ini ditemukan luka lecet

di dahi, telinga, dan anggota gerak yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka

tersebut telah mengakibatkan penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari

untuk sementara waktu. Demikianlah Visum Et Repertum ini saya buat dengan sejujur-

jujurnya dan menggunakan ilmu yang sebaik-baiknya mengingat sumpah jabatan sesuai

dengan KUHP.

Lubuk Linggau, 28 Oktober 2014

Dokter Pemeriksa

dr. Yuanita

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Pengertian arti harafiah dari Visum et Repertum yakni berasal dari kata “visual” yang

berarti melihat dan “repertum” yaitu melaporkan.Sehingga jika digabungkan dari arti harafiah

ini adalah apa yang dilihat dan diketemukan sehingga Visum et Repertum merupakan suatu

6

Page 7: Portofolio 2

laporan tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat

dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain,kemudian

dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. Dalam Stbl tahun 1937

No 350 dikatakan bahwa “visa et reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter

yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya di Indonesia.

1.2.Jenis dan Bentuk Visum et Repertum

Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk

keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et

repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai

tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan

jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu

tindak pidana.

Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas

sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan,

dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing,

bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.

1. Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan.

Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat

permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas semua

hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk

pembuatan visum et repertum. Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter

setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et repertum.

Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke

penyidik, sehingga surat permintaan datang terlambat. Keterlambatan dapat diperkecil

dengan komunikasi dan

kerjasama antara institusi kesehatan dengan penyidik.

Di dalam bagian pemberitaa biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu datang,

luka-luka atau cedera atau penyakit yang diketemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian

tentang letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan

7

Page 8: Portofolio 2

medis yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat

perawatan selesai. Gejala yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan,

sedangkan yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan tidak dimasukkan ke dalam visum et

repertum.

2. Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila

Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya pada dokter

adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP (meliputi

perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya, persetubuhan

dengan wanita yang belum cukup umur, serta perbuatan cabul).

Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya

persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia

korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan,

dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut. Dokter tidak dibebani

pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum yang

harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.

Dalam kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya

tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada atau

tidaknya tanda kekerasan. Bila ditemukan adanya tanda-tanda ejakulasi atau adanya tanda-

tanda perlawanan berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban mencari identitas

tersangka melalui pemeriksaan golongan darah serta DNA dari benda-benda bukti tersebut.

3. Visum et Repertum Jenazah

Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat

identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian

tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan

yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan

dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).

Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :

1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan

jenazah secara teliti dan sistematik.

8

Page 9: Portofolio 2

2. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka rongga

tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan pemeriksaan penunjang

yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologi, dan sebagainya.

Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan

penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di atas.

4. Visum et Repertum Psikiatrik

Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang

berbunyi ”Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit,

tidak dipidana”. Jadi selain orang yang menderita penyakit jiwa, orang yang retardasi mental

juga terkena pasal ini.

Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan bagi

korban sebagaimana yang lainnya. Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi

kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Karena menyangkut masalah dapat

dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka adalah lebih

baik bila pembuat visum ini hanya dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa

atau rumah sakit umum.

Dalam Keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia

diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala hakim

juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et repertum psikiatrik.

1.3. Fungsi dan tujuan Visum et Repertum

Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang

sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan

berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai

dengan KUHP pasal 184.

Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:

- Keterangan saksi

- Keterangan ahli

- Keterangan terdakwa

- Surat-surat

9

Page 10: Portofolio 2

- Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:

- Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim

- Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat

- Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat

kesimpulan VeR yang lebih baru

Bila VeR belum dapat menjernihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat

meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang memberi kemungkinan dilakukannya

pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan

dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.

1.4. Bagian bagian dari Visum et Repertum

Sudut kanan atas:

- alamat tujuan SPVR(Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.

- Rumah sakit (Direktur) :

* Kepala bagian / SMF Bedah

* Kepala bagian / SMF Obgyn

* Kepala bagian / SMF Penyakit dalam

* Kepala bagian I.K.Forensik.

Sudut kiri atas:

- alamat peminta VetR,

- nomor surat, hal dan

- lampiran.

Bagian tengah :

- Disebutkan SPVR korban hidup / mati

- Identitas korban (nama, umur, kelamin,

kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).

- Peristiwanya (modus operandi) antara lain

*Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . .

*Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).

*Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).

*Mati karena (listrik, tenggelam, senjata

10

Page 11: Portofolio 2

api/tajam/tumpul dsb).

1.PEMBUKAAN

Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak

perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.

2. PENDAHULUAN.

Bagian ini memuat antara lain :

- Identitas pemohon visum et repertum.

- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.

- Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).

- Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.

- Identitas korban.

- Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu

korban meninggal.

- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu

saat korban diterima dirumah sakit.

3. PEMBERITAAN.

- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan

umum.

- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.

- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.

- Hasil pemeriksaan tambahan.

Syarat-syarat :

- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awm.

-Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).

- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka,(luka bacok, luka tembak dll).

- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata

- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan)

4. KESIMPULAN.

- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil

pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.

11

Page 12: Portofolio 2

- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran,

perasa, penciuman dan perabaan).

- Sifatnya subjektif.

5. PENUTUP.

- Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada

waktu menerima jabatan”.

- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

1.5. Prosedur, permintaan, penerimaan dan penyerahan Visum et Repertum

Pihak yang berhak meminta Ver:

- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk

menjalankan undang-undang.

- Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.

- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.

- Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.

Syarat pembuat VeR:

- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)

- Di wilayah sendiri

- Memiliki SIP

- Kesehatan baik

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk

membuat VeR korban hidup, yaitu: Harus tertulis, tidak boleh secara lisan; Langsung

menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarganya. Juga

tidak boleh melalui jasa pos.Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan

Dokter. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter. Ada identitas korban. Ada

identitas pemintanya. Mencantumkan tanggal permintaan. Korban diantar oleh polisi atau

jaksa.

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk

membuat VeR jenazah, yaitu: Harus tertulis, tidak boleh secara lisan. Harus sedini mungkin.

Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar. Ada keterangan terjadinya

12

Page 13: Portofolio 2

kejahatan. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki. Ada identitas

pemintanya. Mencantumkan tanggal permintaan. Korban diantar oleh polisi.

aat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,

penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas

waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum

selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.

Lampiran visum

- Fotografi forensic

- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut

- Penjelasan istilah kedokteran

- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)

1.6. Perbedaan Visum et Repertum dengan catatan medis lainya.

Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta

tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan

oleh dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari

pasien atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis

ini berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam

pasal 322 KUHP.

Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120,

179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan

meskipun Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan

dari penyidik dan digunakan untuk kepentingan peradilan.

1.7. Ketentuan ketentuan hukum dalam Visum et Repertum

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

13

Page 14: Portofolio 2

Selanjutnya,keberadaan Visum et Repertum tidak hanya diperuntukkan kepada seorang

korban (baik korban hidup maupun tidak hidup) semata, akan tetapi untuk kepentingan

penyidikan juga dapat dilakukan terhadap seorang tersangka sekalipun seperti VR Psikiatris.

Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan dalam KUHAP yaitu :

Pasal 120 (1) KUHAP

Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang

yang memiliki keahlian khusus.

Apabila pelaku perbuatan pidana tidak dapat bertanggung jawab, maka pelaku dapat dikenai

pidana. Sebagai perkecualian dapat dibaca dalam Pasal 44 KUHP sebagai berikut:

Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya,

disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu

karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana.

Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan

karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat

memerintahkan supaya orang itu dimasukkan dalam Rumah Sakit Jiwa, paling lama satu tahun

sebagai waktu percobaan. Ketentuan tersebut dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah

Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.

Dalam menentukan adanya jiwa yang cacat dalam tumbuhnya dan jiwa yang

terganggu karena penyakit, sangat dibutuhkan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu ahli

dalam ilmu jiwa (dokter jiwa atau kesehatan jiwa), yang dalam persidangan nanti muncul

dalam bentuk Visum et Repertum Psychiatricum, digunakan untuk dapat mengungkapkan

keadaan pelaku perbuatan (tersangka) sebagai alat bukti surat yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu

sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini

adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara

RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan

dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena Visum et Repertum adalah keterangan ahli

mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai

negeri sipil tidak berwenang meminta Visum et Repertum , karena mereka hanya mempunyai

wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing

(Pasal 7(2) KUHAP). Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat

dikenakan sanki pidana :

Pasal 216 KUHP :

14

Page 15: Portofolio 2

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut

undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar-

kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak

pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau

mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling

lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

DAFTAR PUSTAKA

1. R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), (Bandung:

Tarsito, 1981) hal. 18

2. R. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum dalam aspek hukum acara

pidana, (bandung: mandar maju, 2002) hal. 98

3. Eddy Hiariej, teori hukum pembuktian, (jakarta :erlangga 2012) hal. 107

15

Page 16: Portofolio 2

4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.

5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Surabaya. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga. 2010.

16