portofolio eklampsia gravidarum

11
No. ID dan Nama Peserta : / dr. Andi Rahmat Hidayat No. ID dan Nama Wahana: / Kamar Bersalin RSUD Enrekang Topik: Eklampsia Gravidarum Tanggal (kasus) : 26 Juli 2013 Nama Pasien : Ny. H No. RM : 029342 Tanggal presentasi : September 2013 Pendamping: dr. Hj. Sitti Syuwarni Silipu, M.Kes dr. Hj. Indrawati Kaelan Tempat presentasi: RSUD Massenrempulu Enrekang Obyek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Seorang 28 tahun G1P0A0 gravid ± 37 minggu, HPHT ?-11- 2012, masuk rumah sakit dengan keluhan kejang, frekuensi 1x, durasi > 30 menit, sewaktu kejang pasien tidak sadar. Sebelumnya di rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati. Pasien belum merasakan nyeri perut tembus ke belakang, belum ada pelepasan lender dan darah, riwayat pelepasan air tidak ada. Riwayat ANC 4x di bidan Puskesmas, suntik TT 2x, Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), Asma (-), Alergi (-). Tujuan: memberikan penanganan pertama pada pasien dengan Kejang demam Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos 1

Upload: alinelan

Post on 25-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Andi Rahmat Hidayat

No. ID dan Nama Wahana: / Kamar Bersalin RSUD Enrekang

Topik: Eklampsia Gravidarum

Tanggal (kasus) : 26 Juli 2013

Nama Pasien : Ny. HNo. RM : 029342

Tanggal presentasi : September 2013Pendamping: dr. Hj. Sitti Syuwarni Silipu, M.Kes dr. Hj. Indrawati Kaelan

Tempat presentasi: RSUD Massenrempulu Enrekang

Obyek presentasi :

KeilmuanKeterampilanPenyegaranTinjauan pustaka

DiagnostikManajemenMasalahIstimewa

NeonatusBayiAnak RemajaDewasaLansiaBumil

Deskripsi: Seorang 28 tahun G1P0A0 gravid 37 minggu, HPHT ?-11-2012, masuk rumah sakit dengan keluhan kejang, frekuensi 1x, durasi > 30 menit, sewaktu kejang pasien tidak sadar. Sebelumnya di rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati. Pasien belum merasakan nyeri perut tembus ke belakang, belum ada pelepasan lender dan darah, riwayat pelepasan air tidak ada. Riwayat ANC 4x di bidan Puskesmas, suntik TT 2x, Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), Asma (-), Alergi (-).

Tujuan: memberikan penanganan pertama pada pasien dengan Kejang demam

Bahan bahasan:Tinjauan pustakaRisetKasusAudit

Cara membahas:DiskusiPresentasi dan diskusiE-mailPos

Data Pasien:Nama: Ny. HNo.Registrasi: 046969

Nama klinikKamar Bersalin RSUD Massenrempulu Enrekang

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Seorang 28 tahun G1P0A0 gravid 37 minggu, HPHT ?-11-2012, masuk rumah sakit dengan keluhan kejang, frekuensi 1x, durasi > 30 menit, sewaktu kejang pasien tidak sadar. Sebelumnya di rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati. Pasien belum merasakan nyeri perut tembus ke belakang, belum ada pelepasan lender dan darah, riwayat pelepasan air tidak ada. Riwayat ANC 4x di bidan Puskesmas, suntik TT 2x, Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), Asma (-), Alergi (-).

2. Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya

3. Riwayat kesehatan/penyakit: Tidak ada riwayat penyakit yang sama sebelumnya

4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien

5. Riwayat pekerjaan: Pasien ada seorang Ibu Rumah Tangga

6. Lain-lain:

Daftar Pustaka:

a. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.b. Angsar MD,dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia edisi kedua. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. 2005c. Cunningham, F.G.et al. Hipertensive Disorder in Pregnancy. In: Williams Obstetrics-22nd Edition. USA: Mc Graw Hill co. 2005

Hasil pembelajaran:

1. Menegakkan diagnosis Eklampsia Gravidarum

2. Memberikan penatalaksanaan awal yang tepat terhadap penderita Eklampsia Gravidarum

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:1. SubyektifSeorang 28 tahun G1P0A0 gravid 37 minggu, HPHT ?-11-2012, masuk rumah sakit dengan keluhan kejang, frekuensi 1x, durasi > 30 menit, sewaktu kejang pasien tidak sadar. Sebelumnya di rumah pasien mengeluhkan nyeri kepala, penglihatan kabur, dan nyeri ulu hati. Pasien belum merasakan nyeri perut tembus ke belakang, belum ada pelepasan lender dan darah, riwayat pelepasan air tidak ada. Riwayat ANC 4x di bidan Puskesmas, suntik TT 2x, Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), Asma (-), Alergi (-).

2. Obyektif:Pemeriksaan Fisis Umum Ku : Lemah/Tidak SadarTD : 180/120 mmHg, N: 120x/menit, P: 32x/menit, S: AfebrisPemeriksaan LuarTFU : 32 cmSitus : MemanjangPunggung : KananBagian terendah : KepalaHis : -DJJ : 158x/menitAnak kesan tunggalGerak anak (+) dirasakan ibuTBJ : 32 x 84 : 2688 gramPemeriksaan DalamV/V : tidak ada kelaiananPortio : tebal, mencucuPembukaan : -Panggul dalam kesan normalPelepasan lendir (-), darah (-)

3. AssesmentEklampsia, yang dianggap sebagai komplikasi preeklamsia berat, umumnya didefinisikan sebagai onset baru dari aktivitas kejang tonik-klonik (grand mal seizure) yang dapat disertai dengan koma selama kehamilan atau setelah melahirkan pada wanita yang sebelumnya telah memiliki tanda-tanda atau gejala preeclampsia.Eklampsia sangat erat kaitannya dengan preeklampsia baik ringan maupun berat karena eklampsia merupakan komplikasi dari preeklampsia. Preeklamsia itu sendiri adalah kelainan dari fungsi endotel vaskular dan vasospasme yang luas yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan dapat berlangsung hingga 4-6 minggu masa nifas.Preeklampsia termasuk salah satu bagian dari terminologi hipertensi dalam kehamilan (HDK). Hipertensi dalam kehamilan digunakan untuk menggambarkan spektrum yang luas dari ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan darah yang ringan atau berat dengan berbagai disfungsi organ. Sampai sekarang penyakit HDK masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas.

Klasifikasi Hipertensi Gestational (transient hypertension) adalah hipertensi yang timbul pada awal kehamilan, tidak terdapat proteinuria dan tekanan darah kembali normal kurang dari 12 minggu pasca persalinan. Diagnosis akhir ditegakkan pasca persalinan Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan menetap selama lebih dari 12 minggu Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia ialah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan proteinuria Preeklampsia ringan : Hipertensi 140/90 mmHg, proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+, edema local tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata Preeklampsia berat : Hipertensi 160/110 mmHg, proteinuria 500 mg/24 jam atau 2+ Eklampsia preeklampsia yang disertai dengan kejang dan/atau koma.EpidemiologiHipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu di samping perdarahan dan infeksi. Pada HDK juga didapati angka mortalitas dan morbiditas bayi yang cukup tinggi. Di Indonesia preeklampsia dan eklamsia merupakan penyebab dari 30-40% kematian perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Untuk itu diperlukan perhatian serta penanganan yang serius tehadap ibu hamil dengan penyakit ini.Insidens preeklampsia dan eklamsia berkisar antara 4-9 % pada wanita hamil, 3-7 % terjadi pada nullipara, dan 0,8-5 % pada multipara. Angka kejadian PE di Indonesia berkisar antara 3-10 %.EtiologiWalaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia-eklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi: Usia. Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten Paritas. Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida tua risiko lebih tinggi untuk preeklampsia berat atau eklampsia Faktor gen. Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa preeklampsia merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia. Atau mempunyai riwayat preeklampsia/ eklampsia dalam keluarga Riwayat preeklampsia atau eklampsia sebelumnya Riwayat kehamilan yang terganggu sebelumnya; termasuk perkembangan janin terhambat, solusio plasenta atau kematian janin Gemelli; proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik. Hidrops fetalis dan mola hidatidosa. Pada mola hidatidosa diduga terjadi degenerasi trofoblas berlebihan yang berperan menyebabkan preeklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan preeklampsia. Diet/gizi. Di mana ada penelitian ibu hamil yang kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian preeklampsia yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang overweight.DiagnosisManifestasi KlinisEklampsia dapat terjadi pada masa antepartum (eklampsia gravidarum) yang terjadi sekitar 50%, intrapartum (eklampsia parturientum) yang terjadi sekitar 40%, dan postpartum (eklampsia puerperium) sekitar 10%. Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruhSetelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian.Kejadian tanda-tanda atau gejala sebelum kejang (impending eklampsia) meliputi: Sakit kepala (83%) Hiperaktif refleks (80%) Proteinuria (52%) Edema Generalisata (49%) Gangguan penglihatan (44%) seperti penglihatan kabur dan fotofobia Nyeri kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium (19%) Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Pemeriksaan Penunjang Urinalisa : pada pemeriksaan urin dapat ditemukan proteinuri 0,3g protein dalam urin 24 jam (atau +1 pada uji dipstick) yang dapat mengarahkan kita pada diagnosis preeklampsia. Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, Bilirubin, LDH USG ObstetrikPenatalaksanaan Preeklampsia ringanSecara klinis pastikan usia kehamilan, kematangan serviks dan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Pada pasien rawat jalan : tirah baring (2 jam pada siang hari dan > 8 jam pada malam hari) bila sukar tidur dapat diberikan fenobarbital 1-2 x 30 mg. Dapat juga diberikan asetosal 1 x 80 mg. Lakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk menilai perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin, apakah ada perburukan keluhan subjektif, peningkatan berat badan berlebihan, dan protein urin. Rawat pasien bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, berat badan meningkat (>1 kg/minggu) atau tampak tanda-tanda pre eklampsia berat. Berikan obat antihipertensi metildopa 3 x 125 mg, nifedipin 3 x 10 mg. Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan pemeriksaan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis optimal. Bila sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh rendah dari 120/80 mmHg.Preeklampsia beratUpaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal. Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 bolus 4 gram lanjut maintenance 6 gr dalam d5/Rl 500 ml/ 6 jam (20 tts/menit). Syarat pemberian MgSO4 adalah frekuensi nafas > 16 x/menit, reflex patella kuat, dieresis cukup, dan terdapat antidotum yaitu Ca. Gluconas 10%. MgSO4 diberikan hingga 24 jam pasca persalinan atau 6 jam pasca persalinan jika terdapat perbaikan atau terjadi intoksikasi Pemberian antihipertensi. Tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan darah 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg). Obat antihipertensi yang dapat diberikan adalah : Nifedipin 3-4 x 10 mg dosis maksimum 80 mg/hari. Bila tekanan diastolic 110 mmHg berikan tambahan sublingual. Klonidin (Catapres 0.15 mg/ampul) dosis 0.2-1.5 ug/bb/menit. Cara: 6 ampul dalam d5% awal 12 tts/menit naik 4 tts/menit tiap 15 menit, max 28 tts/menit. Na. Nitroprusside 50 mg/vial dosis 0.25 ug/bb/menit. Cara : 1 vial dalam d5% awal 8 utts/menit naik 4 utts/menit tiap 15 menit. Nicardipine (Perdipine 2 mg, 10 mg/amp) dosis 0.5-6 ug/bb/menit Diltiazem (Herbesser 10 mg, 50 mg/amp) dosis 5-15 ug/bb/menit. Pemberian diuretikum tidak diberikan secara rutin kecuali terdapat tanda-tanda edema paru Kortikosteroid untuk pematangan janin tiak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 1 amp/12 jam/IV selama 2 hari Periksa tekanan darah, nadi, dan pernafasan tiap jam. Pasang kateter dan kantung urin, ukur urin setiap 6 jam. Bila < 100 ml/jam kurangi dosis MgSO4Sikap terhadap kehamilan Penanganan konservatif bila kehamilan