pole end line

5
TINJAUAN PUSTAKA Salah satu cara untuk meningkatkan produksi perikanan laut adalah pengusahaan unit  penangkapan yang produktif, baik dalam jumlah maupun nilai hasil tangkapan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka nelayan harus memiliki alat tangkap yang tingkat efisiennya tinggi, baik dari segi teknis maupun ekonomis serta sesuai dengan daerah penangkapan ikan (Pane, 1979). A. Aspek Teknis Monintja, dkk (1986) menyatakan bahwa aspek teknis dari suatu usaha penangkapan yang perlu diperhatikan adalah jenis alat dan ukurannya, jenis kapal (termasuk jenis penggerak yang digunakan), kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan, metode penangkapan, lama trip, daerah  penangkapan, waktu penangkapan dan k apasitas tangkap dari unit usaha yang digunakan. Berdasarkan tingkat produksi fisik yang dihasilkan untuk suatu alat tangkap, dapat disimpulkan  bahwa untuk meningkatkan hasil perikanan dapat dilakukan dengan cara pen ambahan jumlah trip (khusus pada musim puncak). Selain itu ditunjang oleh daya tahan alat dan harga hasil  penangkapan yang layak. Faktor lain yang turut menentukan penin gkatan produksi adalah  penyempurnaan alat, metode dan teknik penangkapan (Monintja, 1986). B. Alat Tangkap Monintja (1968) mengatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap  pole and line terdiri dari tiga  bagian yakni : tangkai pancing (  pole), tali pancing ( line) dan mata pancing ( hookless). Pole atau tangkai pancing dibuat dari bambu yang ruas-ruasnya banyak sehingga banyak buku-buku yang memperkuatnya atau dibuat dari  fiberglass. Line atau tali pancing yang dibuat dari nylon multifilament  biasanya panjangnya 2/3 dari pada panjang tangkai pancing.  Hookless atau mata  pancing terdiri dari timah pemberat, pembungkus, bulu ayam, dan mata pancing yang tidak  berkait balik (Monintja, 1968).  Pole and line yaitu pancing yang digunakan untuk menangkap jenis ikan cankalang, tuna, tongkol, pancing ini terdiri dari joran, tali pancing dan umpan. Dioperasikan secara bersama diatas kapal. pole and line biasa disebut dengan huhate. Sebagai penangkap ikan alat ini sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari joran, tali, dan mata pancing. Tetapi sesungguhnya cukup kompleks karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976) Secara umum alat tangkap  pole and line terdiri dari joran (bambu atau lainnya) untuk tangkai  pancing, polyethylene untuk tali pancing dan mata pancing yang tidak berkait terbalik (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008). Diskripsi alat tangkap pole and line ini adalah sebagi berikut : - Joran (galah). Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup tua dan mempunyai tingkat elastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah bambu yang berwarna kuning. Panjang joran  berkisar 2  2,5 m dengan diameter pada bagian pangkal 3  4 cm dan bagian unjuk sekitar 1   1,5 cm. Sebagaimana telah banyak digunakan joran dari bahan sintesis seperti plastik atau  fibres.

Upload: edhy-jun-adhy

Post on 30-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pole End Line

7/15/2019 Pole End Line

http://slidepdf.com/reader/full/pole-end-line 1/5

TINJAUAN PUSTAKA 

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi perikanan laut adalah pengusahaan unit penangkapan yang produktif, baik dalam jumlah maupun nilai hasil tangkapan. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka nelayan harus memiliki alat tangkap yang tingkat efisiennya tinggi, baik 

dari segi teknis maupun ekonomis serta sesuai dengan daerah penangkapan ikan (Pane, 1979).

A. Aspek Teknis 

Monintja, dkk (1986) menyatakan bahwa aspek teknis dari suatu usaha penangkapan yang perlu

diperhatikan adalah jenis alat dan ukurannya, jenis kapal (termasuk jenis penggerak yangdigunakan), kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan, metode penangkapan, lama trip, daerah

 penangkapan, waktu penangkapan dan kapasitas tangkap dari unit usaha yang digunakan.

Berdasarkan tingkat produksi fisik yang dihasilkan untuk suatu alat tangkap, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil perikanan dapat dilakukan dengan cara penambahan jumlah

trip (khusus pada musim puncak). Selain itu ditunjang oleh daya tahan alat dan harga hasil penangkapan yang layak. Faktor lain yang turut menentukan peningkatan produksi adalah penyempurnaan alat, metode dan teknik penangkapan (Monintja, 1986).

B. Alat Tangkap 

Monintja (1968) mengatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap pole and line terdiri dari tiga bagian yakni : tangkai pancing ( pole), tali pancing (line) dan mata pancing (hookless). Pole atau

tangkai pancing dibuat dari bambu yang ruas-ruasnya banyak sehingga banyak buku-buku yang

memperkuatnya atau dibuat dari fiberglass. Line atau tali pancing yang dibuat dari nylon

multifilament  biasanya panjangnya 2/3 dari pada panjang tangkai pancing. Hookless atau mata

 pancing terdiri dari timah pemberat, pembungkus, bulu ayam, dan mata pancing yang tidak  berkait balik (Monintja, 1968).

 Pole and line yaitu pancing yang digunakan untuk menangkap jenis ikan cankalang, tuna,

tongkol, pancing ini terdiri dari joran, tali pancing dan umpan. Dioperasikan secara bersama

diatas kapal. pole and line biasa disebut dengan huhate. Sebagai penangkap ikan alat ini sangatsederhana desainnya, hanya terdiri dari joran, tali, dan mata pancing. Tetapi sesungguhnya cukup

kompleks karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang

kebiasaan menyambar mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976)

Secara umum alat tangkap pole and line terdiri dari joran (bambu atau lainnya) untuk tangkai

 pancing, polyethylene untuk tali pancing dan mata pancing yang tidak berkait terbalik (DinasPerikanan Jawa Barat, 2008). Diskripsi alat tangkap pole and line ini adalah sebagi berikut :

- Joran (galah). Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup tua dan mempunyai tingkatelastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah bambu yang berwarna kuning. Panjang joran

 berkisar 2 – 2,5 m dengan diameter pada bagian pangkal 3  – 4 cm dan bagian unjuk sekitar 1  –  

1,5 cm. Sebagaimana telah banyak digunakan joran dari bahan sintesis seperti plastik atau fibres.

Page 2: Pole End Line

7/15/2019 Pole End Line

http://slidepdf.com/reader/full/pole-end-line 2/5

- Tali utama (main line). Terbuat dari bahan sintesis polyethylene dengan panjang sekitar 

1,5 – 2 m yang disesuaikan dengan panjang joran yang digunakan, cara pemancingan, tinggi

haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali 0,5 cm dan nomor tali adalah No 7.

- Tali sekunder. Terbuat dari bahan monopilament berupa tasi berwarna putih sebagai

 pengganti kawat baja (wire leader ) dengan panjang berkisar 20 cm. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terputusnya tali utama dengan mata pancing sebagai akibat gigitan ikan cangkalang.

- Mata pancing (hook ) yang tidak berkait balik. Nomor mata pancing yang digunakanadalah 2,5 – 2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk slinder dengan panjang

sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm dan dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik 

 perhatian ikan cangkalang. Selain itu, pada sisi luar silender terdapat cincin sebagai tempatmengikat tali sekunder. Di bagian mata pancing dilapisi dengan guntingan tali rapia berwarna

merah yang membungkus rumbia-rumbia tali merah yang juga berwarna sebagai umpan tiruan.

Pemilihan warna merah ini disesuaikan dengan warna ikan umpan yang juga berwarna merah

sehingga menyerupai ikan umpan.

Sebelum pemancingan, dilakukan penyomprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan

terhapap kapal atau para pemancing. Adanya faktor umpan hidup inilah yang membuat cara penangkapan ini menjadi agak rumit. Hal ini disebabkan karena umpan hidup harus sesuai dalam

ukuran dan jenis tertentu, disimpan, dipindahkan, dan dibawa dalam keadaan hidup. Ini berarti

diperlukan sistem penangkapan umpan hidup dan disain kapal yang sesuai untuk penyimpananumpan supaya umpan hidup dapat tahan sampai waktu penggunaannya (Ayodhyoa, 1981)

Dalam pelaksanaan operasi dengan alat pole and line ini disamping digunakan umpan tiruan berupa sobekan-sobekan kain, guntingan tali rafia, ataupun bulu ayam juga digunakan umpan

hidup. Umpan hidup ini dipakai untuk lebih menarik perhatian ikan cakalang agar lebih

mendekat pada areal untuk melakukan pemancingan. Sedangkan dalam melakukan operasi pemancingan digunakan pancing tanpa umpan. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitasalat tangkap, karena ikan cakalang termasuk pemangsa yang rakus. Hal ini sesuai dengan

 pendapat Ayodhyoa (1981) bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan umpan,

maka dipakai pancing tanpa umpan dan mata pancing ini tidak beringsang (tidak berkait).

Teknik operasi penangkapan ikan menggunakan pole and line yaitu;

- Setelah semua persiapan telah dilakukan, termasuk penyediaan umpan hidup, maka

dilakukan pencarian gerombolan ikan oleh seorang pengintai yang tempatnya dianjungan kapal,

dan menggunakan teropong. Pengoperasian bisa juga dilakukan didekat rumpon yang telahdipasang terlebih dahulu. Setelah menemukan gerombolan ikan harus diketahui arah renang ikan

tersebut baru kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut. Sementara pemancing sudah harus

 bersiap masing-masing pada sudut kiri kanan dan haluan kapal. Cara mendekati ikan harus darisisi kiri atau kanan dan bukan dari arah belakang.

- Pelemparan umpan dilakukan oleh boi-boi setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan pelemparan, kemudian ikan dituntun kearah haluan kapal. Pelemparan umpan

ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan menuju

Page 3: Pole End Line

7/15/2019 Pole End Line

http://slidepdf.com/reader/full/pole-end-line 3/5

haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan tersebut, mesin penyomprot sudah difungsikan agar 

ikan tetap berada didekat kapal. Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal, maka

mesin kapal dimatikan. Sementara jumlah umpan yang dilemparkan kelaut dikurangi, mengingatterbatasnya umpan hidup. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan diupayakan secepat mungkin

mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan yang

 berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas.Pemancingan biasanya berlangsung 15  – 30 menit.

- Waktu pemancingan tidak perlu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing disebabkan pada saat joran disentakkan ikan akan jatuh keatas kapal dan terlepas sendiri dari mata pancing

yang tidak berkait. Berdasarkan pengalaman atau keahlian memancing nelayan, pemancing

kadang dikelompokkan kedalam pemancing kelas I, II, dan III. Pemancing kelas I (lebih

 berpengalaman) ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II ditempatkan disamping kapal,dekat kehaluan, sedangkan pemancing kelas III ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk 

memudahkan pemancingan, maka pada kapal Pole and Line dikenal adanya  flying deck atau

tempat pemancingan (Kristjonson,1959).

Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat pemancingan adalah menghindari ikan yang telah

terpancing, jatuh kembali kelaut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan yang ada akanmelarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan kapal, sehingga mencari lagi

gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil waktu. Disamping itu, banyaknya ikan-ikan

kecil diperairan sebagai natural bait akan menyebabkan kurangnya hasil tangkapan. Jenis-jenis

ikan tuna, cakalang, dan tongkol merupakan hasil tangkapan utama dari alat tangkap pole and line (Kristjonson, 1959).

C. Kapal Pole and Line  

Fyson (1985) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan kapal ikandapat dikelompokkan sebagai berikut:

1.  Sumberdaya yang tersedia2.  Alat dan metode penangkapan ikan

3.  Karakteristik daerah penangkapan

4.  Dalil-dalil dan peraturan yang digunakan dalam desain5.  Pemilihan material yang digunakan

6.  Aspek ekonomi

Menurut Malangjoedo (1978) letak dan kayanya fishing ground yang akan dijadikan daerahoperasi penangkapan akan menentukan pula jenis dan ukuran kapal yang akan dipergunakan.

Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga ukuran kapal pole and line yakni :

- Kapal ukuran kecil yakni 7 – 15 GT, jarak operasinya kurang dari 30 mil dan tanpa

 pengawetan.

- Kapal ukuran sedang yakni 15 – 50 GT, jarak operasinya 30 – 50 mil dengan pengawetan es

dan lama operasinya kurang dari 5 hari.

Page 4: Pole End Line

7/15/2019 Pole End Line

http://slidepdf.com/reader/full/pole-end-line 4/5

- Kapal ukuran besar yakni 100 GT ke atas, lama operasinya bias sampai 40 hari atau lebih.

Kapal ikan dipakai untuk menangkap, menyimpan dan mengangkut ikan serta kegiatan lain yang berhubungan dengan tujuan usaha perikanan. Mengingat fungsi operasional kapal ikan ini,

diperlukan suatu persyaratan khusus yang merupakan keistimewaan dan karakteristik kapal ikan.

Keistimewaan pokok yang dimiliki kapal ikan, antara lain ialah tentang kecepatan kapal,kemampuan olah gerak, kelaik lautan, luas lingkup area pelayaran, tenaga penggerak, peralatan

kapal dan lain lain. Dengan demikian desain konstruksi kapal ikan memerlukan pertimbangan

khusus agar kapal yang dibangun dapat mengakomodasi keinginan operasional usaha penangkapan ikan (Ayodhyoa, 1972).

Ayodhyoa (1972) mengemukakan bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan bentuk yang beranekaragam, dikarenakan tujuan usaha keadaan perairan dan lain sebagainya, yang dengan demikian

 bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari

 panjang kapal (L), lebar kapal (B), tinggi kapal (D), dan draft (d). Besar kecilnya ukuran utama

kapal berpengaruh pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau

operasi penangkapan, dimana :

- Nilai L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement , seperti letak kamar mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, palka, kamar ABK, perlengkapan alat tangkap dan

 peralatan lainnya.

- Nilai B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal.

- Nilai D (dalam/tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan barang dan stabilitas

kapal.

Menurut Ayodhyoa (1972), yang dimaksud dengan kapal pole and line adalah kapal ikan yangtujuan usahanya menangkap ikan cakalang ( Katsuwonus Pelamis), tapi dalam pengoperasiannya

tidak menutup kemungkinan ikan lain ikut tertangkap.

Bentuk kapal pole and line memiliki bebrapa kekhususan antara lain ;

- Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form) yang digunakan sebagai

tempat memancing.

- Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup

- Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi dengan sistem semprotan air (water splinkers system) yang dihubungkan dengan satu pompa.

Kapal pole and line adalah kapal yang penggunaannya untuk menangkap ikan cakalang dengan

 pancing. Ukuran kapal diantara 5  – 300 GT yang dianggap potensial. Kapal ini dilengkapi

dengan bak umpan hidup yang dapat menyimpan dan membawa umpan dengan baik, dan penyemprot air pada flying deck yang diperlukan waktu operasi penangkapan ikan, dimana

Page 5: Pole End Line

7/15/2019 Pole End Line

http://slidepdf.com/reader/full/pole-end-line 5/5

fungsinya untuk memecahkan permukaan air dan mengaburkan penglihatan ikan sehingga ikan-

ikan yang dipancing akan terkonsentrasi pada umpan (Tampubolon, 1980).

Biaya pengelolaan kapal tergolong besar dan sifatnya rutin, oleh karena itu perlu dilakukan

 pertimbangan teknis yang bertujuan terhadap efisiensi ekonomis sehingga dapat menjamin daya

tahan serta memperpanjang penggunaan kapal dan dapat menekan biaya operasional. Hargakapal ikan relatif lebih mahal dari kapal dagang dan umumnya diartikan sebagai jumlah tahun

selama kapal di pelabuhan. Perhitungan umur kapal ini dimulai saat peluncuran sampai dengan

waktu kapal ikan tidak mampu dipakai atau dipelihara. Umur atau ketahanan kapal dapat ditinjaudari beberapa faktor yaitu kekuatan fisik, faktor ekonomis dan peraturan pemerintah (Monintja

dkk, 1986).