polarimetri
DESCRIPTION
laporan polarimetriTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN
“ Polarimeter ”
DISUSUN OLEH :
NAMA : MULYANI
NIM : G 701 11 083
KELAS : B
HARI/TANGGAL : SABTU, 22 DES 2012
KELOMPOK : CETAR MEMBAHANA
ASISTEN : MUH. ARFAH
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
DESEMBER, 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Polarimeter adalah alat untuk mengukur besarnya putaran
berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis aktif. Zat yang bersifat
optis aktif adalah zat yang memiliki struktur transparan dan tidak simetris
sehingga mampu memutar bidang polarisasi radiasi. Materi yang bersifat
optis aktif contohnya adalah kuarsa, gula, dan sebagainya. Pemutaran
dapat berupa dextrorotatory (+) bila arahnya sesuai dengan arah putar
jarum jam ataupun levo-rotatory bila arahnya berlawanan dengan jarum
jam.
Skema kerja polarimeter adalah cahaya dinyalakan dan tabung
sampel kosong, prisma penganalisis diputar sehingga berkas cahaya yang
terpolarisasi oleh prisma pemolarisasi benar-benar terhalangi dan bidang
pandang menjadi gelap. Pada saat ini sumbu prisma dari prisma
pemolarisasi dan prisma penganalisis tegak lurus satu dengan lainnya.
Sekarang sampel diletakkan pada tabung sampel. Jika zat bersifat inaktif
(tidak aktif) optis (optically inactive) ,tidak ada perubahan yang terjadi.
Bidang pandang tetap gelap. Akan tetapi, jika zat bersifat aktif optis
(optical active) diletakkan pada tabung, zat memutar bidang polarisasi, dan
sebagian cahaya akan melewati penganalisis ke arah pengamat. Dengan
memutar prisma penganalisis searah jarum jam atau berlawanan jarum
jam, pengamat akan sekali lagi menghalangi cahaya dan mengembalikan
medan yang gelap.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah
praktikum ini untuk mengetahui instrumen Polarimeter sehingga dapat
diketahui komponen alatnya, fungsi masing-masing komponennya dan
cara menggunakan alat tersebut yang sangat bermanfaat khususnya dalam
bidang farmasi. Dalam kefarmasian alat ini digunakan untuk identifikasi
2
maupun penentuan kadar suatu sediaan obat yang termasuk kedalam
senyawa organik yang dapat dioksidasi maupun direduksi.
I.2 Maksud Percobaan
Mengenal instrumen polarimeter
I.3 Tujuan Pecobaan
1. Menentukan sudut putar jenis larutan optik aktif dengan menggunakan
polarimeter.
2. Menentukan konsentrasi larutan optik aktif dengan menggunakan
polarimeter.
I.4 Prinsip Percobaan
Pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan
terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Cahaya dari lampu
sumber, terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang disebut
polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif
yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu.
Prisma Nicol kedua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat
melalui celah secara maksimum. Rotasi optis yang diamati / diukur dari
suatu larutan bergantung kepada jumlah senyawa dalam tabung sampel,
panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya, temperatur pengukuran, dan
panjang gelombang cahaya yang digunakan.
I.5 Manfaat Percobaan
Dapat mengetahui dan memahami instrumen modern, yaitu
polarimeter yang dapat digunakan untuk analisis kualitaif dan kuantitatif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polarimeter adalah alat yang didesain untuk mempolarisasikan cahaya
dan kemudian mengatur sudut rotasi bidang polarisasi cahaya oleh suatu senyawa
aktif optis yang prinsip kerjanya didasarkan pada pemutaran bidang polarisasi
(Jamaludin, 2012).
Interferensi dan difraksi dapat terjadi pada semua jenis gelombang,
misalnya gelombang bunyi, gelombang tali, gelombang pada permukaan cairan
ataupun gelombang cahaya. Polarisasi hanya dapat diamati pada gelombang
transversal.yang terdapat pada gelombang tali dan cahaya dan tidak terdapat pada
gelombang bunyi, karena gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal.
Percobaan sederhana yang membuktikan bahwa cahaya adalah gelombang
transversal yang paling mudah yaitu dengan menggunakan lempeng polaroid
identis seperti yang digunakan pada kaca mata hitam. Setiap lempeng cukup
transparan dan bila suatu lempeng ditempatkan di atas yang lain, maka yang
terlihat masih transparan. Tetapi bila salah satu diputar perlahan-perlahan daerah
yang tumpang tindih akan menjadi gelap. Berabad-abad sebelum penemuan
lempeng polaroid, peristiwa tersebut diamati dengan menggunakan Kristal
tertentu yang secara alamiah seperti kalsit (Poedjiadi, A., 1994)
Polarisasi merupakan proses mengurung vibrasi vektor yang menyusun
gelombang transversal menjadi satu arah. Dalam radiasi tak terkutubkan, vektor
berosilasi ke semua arah tegak lurus pada arah perambatan. Polarisasi cahaya
merupakan vektor gelombang cahaya ke satu arah. Dalam cahaya tak terpolarisasi,
medan listrik bervibrasi ke semua arah, tegak lurus pada arah perambatan.
Sesudah dipantulkan atau ditransmisikan melalui zat tertentu, maka medan listrik
terkurung ke satu arah dan radiasi dikatakan sebagai cahaya terkutub – bidang.
Bidang cahaya yang terkutub-bidang dapat diputar bila melewati zat tertentu
(Foster, B., 1999).
4
Menurut Ismail, K (2002), polarisasi dapat dibagi menjadi dua , yaitu :
1. Polarisasi konsentrasi yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi di sekitar
elektroda.
2. Polarisasi over voltage atau tegangan lebih yang disebabkan oleh jenis elektrode
dan proses yang terjadi di permukaan.
Gelombang cahaya terpolarisasi terletak pada satu bidang yaitu bidang
getar cahaya. Apabila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan salah satu
enansiomer, maka bidang getarnya akan mengalami perubahan posisi, yaitu
berputar ke arah kanan atau kiri. Proses pemutaran bidang getar cahaya
terpolarisasi, yang untuk selanjutnya disebut pemutaran cahaya terpolarisasi
dinamakan juga rotasi optik, sedangkan senyawa yang dapat menyebabkan
terjadinya pemutaran cahaya terpolarisasi itu dikatakan mempunyai aktivitas optik
(Poedjiadi, A., 1994).
Menurut Anonim (2012), Komponen-komponen alat polarimeter adalah:
1. Sumber Cahaya monokromatis. yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar
monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium
dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap
raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Lensa kolimator, berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari
sumber cahaya sebelum masuk ke polarisator.
3. Polarisator dan Analisator, polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar
terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang
terpolarisasi, yang digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma
Nikol. Prisma setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan
setengah yaitu bayangan terang gelap dan gelap terang.
4. Skala lingkar, merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan
skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur - baur.
5. Wadah sampel ( tabung polarimeter ), wadah sampel ini berbentuk silinder yang
terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain
5
berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah
sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak boleh ada gelembung udara
yang terperangkap didalamnya.
6. Detektor, pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata,
sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik. Sinar
monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa kolimator sehingga berkas
sinarnya dibuat paralel. Kemudian dipolarisasikan oleh prisma kalsit atau prisma
Nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan ke prisma setengah
Nikol untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan melewati sampel yang
terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua ujungnya yang panjangnya
diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang getar sinar terpolarisasi ke kanan
atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator. Besarnya sudut putaran oleh sampel
dapat dilihat pada skala lingkar yang diamati dengan mata.
6
BAB III
METODODLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan bahan
a. Alat
1. Polarimeter Optika ® Model Pol-1
2. Gelas piala 100 mL
3. Batang pengaduk
4. Neraca Ohaus
5. Botol semprot
b. Bahan
1. Aquadest
2. Sukrosa
3.2. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan alat polarimeter dan memanaskannya selama 5 – 10 menit.
3. Membuat larutan sukrosa 1 % dengan cara menimbang sukrosa
sebanyak 1 g menggunakan neraca analitik dan melarutkannya dengan
air suling sebanyak 100 ml. Mengaduk larutan dengan menggunakan
batang pengaduk hingga larut.
4. Menyiapkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya.
5. Mengisi tabung sampel dengan air suling sepenuh mungkin sampai
tidak ada gelembung udara dalam tabung.
6. Memutar prisma analisator sampai terlihat bidang yang paling terang.
Keadaan ini dicatat sebagai keadaan nol (zero).
7. Mengganti isi tabung dengan larutan sukrosa 1 %.
8. Memutar prisma analisator sampai terlihat bidang yang paling terang
dan mencatat skalanya.
9. Menghitung rotasi optik larutan sukrosa dari perbedaan rotasi larutan
sukrosa dengan zero poin.
7
10. Mengganti isi tabung dengan larutan sukrosa yang tidak diketahui
konsentrasinya.
11. Memutar prisma analisator sampai terlihat bidang yang paling terang
dan mencatat skalanya.
12. Menghitung konsentrasi larutan sukrosa dengan menghitung rotasi
spesifiknya.
8
3.3 Skema Kerja
9
Menyiapkan alat polarimeter dan memanaskannya selama 5 - 10 menit.
Membuat larutan sukrosa 1 % dengan cara menimbang sukrosa sebanyak 1 g menggunakan neraca analitik dan melarutkannya dengan air suling sebanyak 100
ml. Mengaduk larutan dengan menggunakan batang pengaduk hingga larut
Menyiapkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
Mengisi tabung sampel dengan air suling sepenuh mungkin sampai tidak ada gelembung udara dalam tabung
Memutar prisma analisator sampai terlihat bidang yang paling terang. Keadaan ini dicatat sebagai keadaan nol (zero).
Mengganti isi tabung dengan larutan sukrosa 1 %
Memutar prisma analisator sampai terlihat bidang yang paling terang dan mencatat skalanya
Menghitung rotasi optik larutan sukrosa dari perbedaan rotasi larutan sukrosa dengan zero poin
Mengganti isi tabung dengan larutan sukrosa yang tidak diketahui konsentrasinya
Memutar prisma analisator sampai terlihat bidang yang paling terang dan mencatat skalanya
Menghitung konsentrasi larutan sukrosa dengan menghitung rotasi spesifiknya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No Sampel Sudut putar ( o )
1 Aquadest 110,8
2 Larutan sukrosa 1% 70,3
3 Larutan sukrosa yang tidak diketahui
konsentrasinya
62,1
4.2. Perhitungan
1. Larutan sukrosa 1%
Dik : L = 10 cm
¿ = 66,52 cm2 °C / gram
∅ = 70,3° – 110,8° = -40,5°
Dit : C = ?
Peny :
∅ = α ¿20D . L . C
40,5 = 66,52 cm2 °C / gram x 10 cm x C
40,5 = 6652 cm3 °C x C
C = 40,5 °6652
= 0,0061 g / mL
10
2. Larutan sukrosa yang tidak diketahui konsentrasinya
Dik : L = 10 cm
¿ = 66,52 cm2 °C / gram
∅ = 62,1° – 110,8° = -48,7°
Dit : C = ?
Peny :
∅ = α ¿20D . L . C
48,7 = 66,52 cm2 °C / gram x 10 cm x C
48,7 = 6652 cm3 °C x C
C = 48,7 °6652
= 0,0073 g / mL
11
4.3. Pembahasan
Polarimeter adalah dasar ilmiah alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran ini, walaupun ini istilah yang jarang digunakan
untuk menjelaskan sebuah polarimetri proses yang dilakukan oleh komputer,
seperti dilakukan di polarimetric sintetis kecepatan rana radar. Polarimetri
film yang tipis dan permukaan yang umum dikenal sebagai ellipsometri
(Jamaludin, 2012).
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan menentukan sudut
putar jenis larutan optik aktif dengan menngunakan polarimeter dan
menentukan konsentrasi larutan optik aktif dengan menggunakan
polarimeter. Polarimeter dapat digunakan untuk mengukur berbagai sifat
optis suatu material, termasuk bias-ganda linier, bias-ganda lingkar (juga
mengenal sebagai putar optis atau dispersi putar berhubung dengan mata),
dikroisme linier, dikroisme lingkar dan menyebar.
Prinsip kerja dari polarimeter adalah cahaya dari lampu sumber,
terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang disebut
polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif
yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma
Nicol kedua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui
celah secara maksimum. Rotasi optis yang diamati / diukur dari suatu
larutan bergantung kepada jumlah senyawa dalam tabung sampel, panjang
jalan/larutan yang dilalui cahaya, temperatur pengukuran, dan panjang
gelombang cahaya yang digunakan. Untuk mengukur rotasi optik,
diperlukan suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang diartikan suatu
rotasi optik yang terjadi bila cahaya terpolarisasi melewati larutan dengan
konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1 desimeter (Poedjiadi, A., 1994).
Komponen-komponen alat polarimeter adalah sumber cahaya
monokromatis, lensa kolimator, polarisator dan analisator, skala lingkar dan
detector. Sumber Cahaya monokromatis yaitu sinar yang dapat
memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan
12
biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm.
Lampu Na digunakan karena lampu Na merupakan gas Natrium pijar yang
akan menghasilkan lampu berwarna kuning (spektrum) dengan panjang
gelombang 589,3 nm yang memancarkan sinar monokromatis dan
merupakan gelombang transversal. Selain itu juga dapat digunakan lampu
uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm. Lensa kolimator, berfungsi
mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber cahaya sebelum
masuk ke polarisator. Polarisator dan analisator,polarisator berfungsi untuk
menghasilkan sinar terpolarisir, sedangkan analisator berfungsi untuk
menganalisa sudut yang terpolarisasi, yang digunakan sebagai polarisator
dan analisator adalah prisma Nikol. Prisma setengah nikol merupakan alat
untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan
gelap terang. Skala lingkar, merupakan skala yang bentuknya melingkar dan
pembacaan skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-
baur. Wadah sampel ( tabung polarimeter ), wadah sampel ini berbentuk
silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran
besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang
0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak
boleh ada gelembung udara yang terperangkap di dalamnya. Komponen
yang terakhir adalah detektor, pada polarimeter manual yang digunakan
sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan
detektor fotoelektrik. Sinar monokromatis dari lampu natrium akan melewati
lensa kolimator sehingga berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian
dipolarisasikan oleh prisma kalsit atau prisma Nikol polarisator. Sinar yang
terpolarisasi akan diteruskan keprisma setengah Nikol untuk mendapatkan
bayangan setengah dan akan melewati sampel yang terdapat dalam tabung
kaca yang tertutup pada kedua ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel
tersebut akan memutar bidang getar sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri
dan dianalisa oleh analisator. Besarnya sudut putaran oleh sampel dapat
dilihat pada skala lingkar yang diamati dengan mata (Anonim, 2012)
13
Percobaan yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah
mengukur kadar larutan sukrosa. Untuk memulai penggunaan polarimeter
pastikan tombol power pada posisi ON dan biarkan selama 5-10 menit agar
lampu natriumnya siap digunakan. Selanjutnya dimulai dengan menentukan
keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung sampel dengan pelarut saja
yaitu pada praktikum ini digunakan pelarut aquadest. Keadaan nol ini perlu
untuk mengkoreksi pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung
sampel harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang diisikan
tidak terkontaminasi zat lain. Pembacaan / pengamatan bergantung kepada
tabung sampel yang berisi larutan / pelarut dengan penuh, saat menutup
tabung sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat
gelembung udara, karena dapat mengganggu polarisasi cahaya. Setelah
tabung diisi larutan diputar analisator sampai didapat keadaan terang.
Selanjutnya isi tabung diganti dengan larutan sukrosa 1% kemudian diganti
lagi dengan larutan yang akan di uji atau ditentukan kadarnya.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
yang diuji adalah sebagai berikut :
∅ = ¿ . L . C
Dimana : C = Konsentrasi larutan
L = Panjang kolom larutan
¿ = Sudut putar jenis larutan optik aktif untuk sinar D
natrium pada temperatur (t)
Berdasarkan hasil pembacaan pada polarimeter dan hasil
perhitungan, diperoleh sudut putar pada larutan sukrosa 1 % adalah 40,5°,
dan sudut putar larutan sukrosa yang tidak diketahui konsentrasinya adalah
48,7°, sedangkan pada literatur sudut putar sukrosa murni adalah +66.5°.
Maka diperoleh konsentrasi larutan optik dari larutan sukrosa 1 % adalah
0.00061 g/mL dan larutan sukrosa yang tidak diketahui konsentrasinya
adalah 0,0073 g/mL
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sudut putar pada larutan sukrosa 1 % adalah 40,5°, sedangkan sudut
putar larutan sukrosa yang tidak diketahui konsentrasinya adalah 48,7°.
2. Konsentrasi larutan optik dari larutan sukrosa 1 % adalah
0.00061 g / mL dan larutan sukrosa yang tidak diketahui konsentrasinya
adalah 0,0073 g/mL
5.2 Saran
Disarankan agar pembacaan skala dilakukan beberapa kali, agar
hasil yang diperoleh lebih baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Tugas Instrumen Polarimeter,
[http://tugasinstrumen.blogspot.com/2012/10/polarimeter-], Diakses
Tanggal 20/12/2012, Pukul 21.35 WITA.
Jamaludin, 2012, Analisis Instrumen, Program Studi Farmasi FMIPA Untad, Palu.
Ismail, K., 2002, Pengantar Analisis Instrumental. Sekolah Menengah Analis
Kimia Bogor. Bogor.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press. Jakarta.
Tim Penyusun Modul Praktikum Analisis Instrumen, 2012, Panduan Praktikum
Analisis Instrumen, Program Studi Farmasi FMIPA Untad, Palu.
16
LAMPIRAN
1. Gambar alat polarimeter WXG - 4
2. Skema kerja polarimeter
17
18