pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan … · kebugaran secara teratur. menurut santoso dan...

39
POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA SENAM JANTUNG SEHAT WIDIA NURFAUZIAH DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: hoanghanh

Post on 14-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN

STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA

SENAM JANTUNG SEHAT

WIDIA NURFAUZIAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,
Page 3: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Konsumsi, Status

Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Widia Nurfauziah

NIM I14100069

Page 4: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,
Page 5: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

ABSTRAK

WIDIA NURFAUZIAH. Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status

Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat. Dibimbing oleh ALI

KHOMSAN.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dan menganalisis hubungan pola

konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan wanita peserta senam

jantung sehat di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross-

sectional study. Sampel dalam penelitian ini ialah wanita peserta senam jantung

sehat yang berjumlah 41 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan secara

purposive. Hasil analisis deskriptif menunjukkan TKE sampel paling tinggi 36.6%

dan TKP 48.8%. Status gizi sampel berdasarkan IMT termasuk dalam kategori

gemuk. Tingkat stres sampel tergolong dalam kategori depresi ringan. Tekanan

darah sistolik sampel tergolong dalam kategori prehipertensi serta hipertensi tahap

I, sedangkan diastolik tergolong dalam kategori hipertensi tahap II. Kadar gula

darah sewaktu sampel tergolong normal. Keluhan penyakit sendi yang dalam

kurun waktu seminggu terakhir sampel termasuk dalam kategori tidak nyeri. Hasil

uji analisis korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan (p>0.05) antara asupan gizi, tingkat stres, status gizi,

dan status kesehatan.

Kata Kunci : pola konsumsi, status gizi, status kesehatan, tingkat stres, wanita

ABSTRACT

WIDIA NURFAUZIAH. Pattern of Food Consumption, Nutritional Status, Stress

Level, and Health Status in Women Participants of Jantung Sehat Gymnastics.

Supervised by ALI KHOMSAN.

The objective of this study was to learn and analyze the relationship

between the pattern of food consumption, nutritional status, stress level, and

health status in Women Participants of Jantung Sehat Gymnastics at Cianjur, West

Java. This study used cross-sectional study design. Sampling method used was

purposive sampling. Descriptive analysis showed the highest level adequacy of

energy 36.6% and the highest level adequacy of protein 48.8%. Nutritional status

based on BMI were categorized as overweight. Stress level of sample were

categorized as light depression. Systole blood pressure of the sample were

categorized as prehypertension and also hypertension stage I, whereas diastole

was categorized as hypertension stage II. Casual Plasma Glucose os sample was

normal. Osteoarthritis during one week of sample was categorized as no pain. The

Pearson and Spearman correlation test showed that nutritional status with nutrient

intake, stress level, and nutritional status of the sample had no significant

relationship (p>0.05).

Key words : health status, nutritional status, pattern of food consumption, , stress

level, women.

Page 6: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,
Page 7: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN

STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA

SENAM JANTUNG SEHAT

WIDIA NURFAUZIAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,
Page 9: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

Judul Skripsi : Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status

Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat

Nama : Widia Nurfauziah

NIM : I14100069

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 10: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,
Page 11: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia yang senantiasa dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status

Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat.” Banyak pihak yang telah

membantu penulis dalam proses menyusun serta menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua serta kakak tercinta yang senantiasa memberikan kepercayaan

penuh serta dukungan baik moril maupun materil yang tak hentinya tercurah

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran, memberikan semangat,

masukan, arahan, kritik, motivasi, nasihat serta dukungan yang tak terkira

untuk penyelesaian skripsi ini.

2. Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen penguji serta Leily Amalia Furkon,

S.TP, MSi selaku dosen pemandu seminar.

3. Prof Dr drh Clara Meliyanti Kusharto, MSc selaku dosen pembimbing

akademik.

4. Ibu-ibu peserta senam jantung sehat yang telah bersedia menjadi responden

penelitian.

5. dr. Rizki Purwanto sebagai paramedis yang telah membantu dalam

pengambilan gula darah sewaktu sampel.

6. Ketua Madrasah Rancabali yang telah memberikan izin tempat, serta keluarga

besar yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membantu saat

pengambilan data.

7. Keluarga Nayyara sebagai keluarga kedua di Bogor yang menjadi teman

seperjuangan dan senantiasa memberikan motivasi (Mba Dilla, Kak Ipah, Kak

Tita, Kak Eva, Kak Ipit, Ade serta nenek).

8. Sahabat seperjuangan selama menempuh jenjang sarjana, Pvatmaya, Iqbar

Mahendra, M. Taufik Hidayat, Afwin Firdaus, Yoesniasani, Mifthah Faridh,

Wilda, Irmawati Ramadhania, Cahyuning Isnaini, Lidyawati, Ramadhani, Siti

Habibah dan seluruh keluarga besar Gizi Masyarakat Angkatan 47.

9. Nazhif Gifari untuk seluruh doa, dukungan, kritik, motivasi serta kesabaran

dalam membantu proses penyelesaian skripsi ini serta kakak-kakak lainnya

atas doa dan dukungannya (Kak Rahman, Bang Leman, Kak Didik).

10. Keluarga besar HIMAGIZI, kakak serta adik angkatan, seluruh civitas

akademika Departemen Gizi Masyarakat serta pihak lain yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

kesalahan dan kekurangan, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini

bermanfaaat.

Bogor, Oktober 2014

Widia Nurfauziah

Page 12: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,
Page 13: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xxvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 4

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 4

Teknik Penarikan Sampel 4

Jenis dan Cara Pengukuran Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Karakteristik Individu 9

Pola Konsumsi 10

Status Gizi 12

Status Kesehatan 13

Tingkat Stres 15

Aspek Psikologis 16

Hubungan Antar Variabel 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 23

RIWAYAT HIDUP 25

Page 14: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data 5 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan 6 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein 10 4 Rata-rata angka kecukupan dan konsumsi contoh 11 5 Frekuensi rata-rata konsumsi pangan contoh (kali per minggu) 11 6 Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh (gelas per minggu) 12 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan menggunakan IMT 13 8 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik 14 9 Sebaran contoh berdasarkan gadar gula darah sewaktu 14

10 Sebaran contoh berdasarkan penyakit sendi 15 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres 15 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis 16 13 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan pendapatan 18 14 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan gula darah sewaktu 18 15 Nilai signifikansi hasil uji korelasi antar variabel 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator 4

2 Pengukuran tinggi badan sampel 24 3 Pengukuran tekanan darah sampel 24 4 Pengarahan ketika akan dilakukan recall 24 5 Recall kepada salah seorang sampel sampel 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Indikator fisik stres sampel 23

2 Indikator psikis stres sampel 23 3 Hasil uji korelasi antar variabel 23 4 Skala rasa nyeri yang dirasakan selama satu minggu terakhir 24

Page 15: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang terus berusaha untuk maju.

Dewasa ini, pembangunan diarahkan pada peningkatan sosial, ekonomi,

pendidikan maupun kesehatan. Pembangunan dalam bidang ekonomi akan

berdampak pada peningkatan taraf hidup serta pelayanan masyarakat.

Keberhasilan pembangunan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa

perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan akibatnya kualitas hidup manusia

semakin baik. Kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat, menurunnya

mortalitas bayi dan anak, turunnya angka kematian, kemajuan tingkat pelayanan

aparatur kesehatan, perbaikan gizi dan sanitasi serta meningkatnya pengawasan

penyakit infeksi. Dampak positif dari hasil pembangunan ini mengakibatkan

jumlah usia paruh baya semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Usia harapan hidup seseorang adalah pada tahun 1971 jumlah usia lanjut

baru 5.3 juta jiwa, tahun 1995 berjumlah 12.7 juta, tahun 2003 berjumlah 16.1

juta jiwa, tahun 2004 berjumlah 17.7 juta jiwa, pada tahun 2010 sudah mencapai

18.04 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 30 juta jiwa.

Pertambahan jumlah usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup

manusia. Pada tahun 1992 pada angka 61.3; tahun 2000 berada pada angka

64.05; tahun 2010 pada angka 70.4 (Saragih 2012). Berdasarkan gambaran

tersebut, dapat terlihat bahwa usia harapan hidup terus meningkat setiap tahunnya.

Usia paruh baya merupakan masa dimana seseorang meninggalkan ciri-ciri

jasmani dan perilaku masa dewasanya serta memasuki suatu periode dalam

kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasamani dan perilaku baru.

Penyesuaian yang radikal terhadap peran, pola hidup dan berbagai perubahan fisik

akan cenderung merusak homeostasis disik dan psikologis seseorang dan

kemudian membawanya ke masa stres. Pada umumnya usia paruh baya dipandang

sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya

perubahan fisik, mental, serta perubahan minat (Hurlock 1990).

Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) maupun gagal jantung

meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi PJK tertinggi pada

kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2.0 persen dan 3.6 persen, menurun sedikit

pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun

berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0.5% dan

1.5%). Sedangkan untuk prevalensi gagal jantung tertinggi pada umur 65 – 74

tahun (0.5%) untuk yang terdiagnosis dokter, menurun sedikit pada umur ≥75

tahun (0.4%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada

umur ≥75 tahun (1.1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi

pada perempuan (0.2%) dibanding laki-laki (0.1%), berdasarkan didiagnosis

dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan

(0.3%) (Riskesdas 2013).

Stres pada zaman modern ini disebabkan banyaknya perubahan yang harus

dihadapi yang menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan penyesuaian yang

pesat. Hal ini tidak mudah dilalui oleh setiap orang, terutama oleh usia paruh

baya. Usaha, kesulitan, kegagalan dalam mengikuti perubahan dapat

Page 16: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

2

menimbulkan beraneka ragam keluhan, sepeti keluhan fisik dan keluhan

psikologis (Gunarsa & Gunarsa 2004).

Aktivitas fisik dalam kehidupan merupakan komponen yang sangat penting.

Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang diperhitungkan dalam status

kesehatan seseorang. Kemunduran fisik dapat dicegah dengan melakukan latihan

kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia

madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak, kelenturan, kekuatan otot, dan

daya tahan akan menurun. Latihan fisik yang teratur dapat membantu mencegah

keadaan-keadaan penyakit kronis, seperti osteoporosis, diabetes, tekanan darah

tinggi, penyakit jantung iskemik, dan lain-lain. Latihan fisik atau olahraga pada

usia paruh baya yang dilakukan di luar rumah dinilai baik secara jasmani dan

merupakan kesempatan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesama.

Beberapa uraian yang telah dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa wanita

usia paruh baya memiliki berbagai masalah kesehatan terkait dengan penurunan

kondisi fisiologis. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik

untuk meneliti pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan pada

wanita usia paruh baya.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan

menganalisis hubungan pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status

kesehatan wanita peserta senam jantung sehat di Cianjur, Jawa Barat. Tujuan

khusus antara lain 1) Menganalisis asupan gizi dan status gizi wanita peserta

senam jantung sehat, 2) Menganalisis tingkat stres dan aspek psikologis wanita

peserta senam jantung sehat, 3) Menganalisis status kesehatan wanita peserta

senam jantung sehat, 4) Menganalisis hubungan asupan gizi, tingkat stres, status

gizi, dan status kesehatan wanita peserta senam jantung sehat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola

konsumsi dan status gizi wanita peserta senam jantung dan kaitannya dengan

tingkat stres serta status kesehatannya. Selanjutnya, hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat berguna bagi pemerintah Kabupaten Cianjur untuk menjadi

bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dalam rangka peningkatan

kesejahteraan khususnya di bidang kesehatan dan sebagai bahan masukan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Setiap individu memiliki kebiasaan makan yang berbeda satu sama lain.

Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia paruh baya pun

diasosiasikan dengan karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda dari tahap

usia lainnya. Salah satu karakteristik usia madya adalah bahwa umumnya usia ini

Page 17: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

3

dianggap atau dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan

(Hurlock 1990). Penurunan ketajaman panca indera pada usia paruh baya

berakibat pada pemilihan makanan atau pola konsumsi makan yang akan

berhubungan dengan status gizi.

Keadaan sosial ekonomi seperti usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,

dan besar keluarga juga dapat mempengaruhi pola konsumsi makan kelompok

usia paruh baya. Pada masa usia paruh baya ditandai oleh adanya perubahan fisik,

mental, serta perubahan minat Perubahan fisik yang dialami pada usia madya

antara lain; perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera,

perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan

perubahan seksual.

Konsumsi makan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan

oleh individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kemampuan

tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut. Selain itu, juga merupakan informasi

tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang lebih

beragam dapat memperbaiki kecukupan akan zat-zat gizi. Pola konsumsi makan

ini dapat mempengaruhi status gizi dan lebih lanjut akan mempengaruhi kesehatan

usia paruh baya.

Status gizi adalah kondisi kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang

akibat dari absorpsi konsumsi, dan penggunaan gizi utilasi zat gizi makanan

(Zaddana 2011). Oleh karena itu, dengan menilai status gizi dapat

memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Selain itu, kondisi kesehatan

seseorang juga dapat mempengaruhi stres yang dialaminya karena stres dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi tubuh. Keadaan stres pada seseorang

dapat terjadi akibat berbagai faktor, antara lain keadaan ekonomi dan keadaan

dirinya. Dalam hal ini, seseorang dapat mengalami stres akibat tidak mampu

menerima perkembangan dan keadaan hidup yang sebenarnya. Stres dapat

diakibatkan oleh stres indikator fisik serta stres indikator psikis. Keadaan stres

pada seseorang juga dapat terjadi akibat berbagai faktor. Stres dapat menimbulkan

perubahan-perubahan pada sistem fisik tubuh yang dapat mempengaruhi

kesehatan serta status gizi seseorang. Untuk itu tingkat stres dan status kesehatan

juga diteliti hubungannya.

Gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok

dapat mempengaruhi kesehatan lansia (Zaddana 2011). Aktivitas fisik akan

mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang yang kemudian berpengaruh pula

terhadap status kesehatan seseorang. Aktivitas fisik dalam penelitian ini adalah

kegiatan senam jantung sehat yang biasa dilakukan oleh para peserta secara rutin

dalam kelompokm usia paruh baya namun dalam penelitian ini tidak dijadikan

variabel yang akan diteliti hubungannya. Faktor genetik atau riwayat kesehatan

seseorang dapat mempengaruhi status kesehatan yang dapat menjadikan seseorang

awas diri, namun dalam penelitian ini tidak diteliti hubungannya. Kebiasaan

merokok juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan

seseorang, namun dalam hal ini tidak diteiliti hubungannya.

Page 18: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

4

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan

teknik cross sectional study, yaitu desain penelitian dimana pada bagian exposure

dan outcome diukur pada saat yang bersamaan. Tempat penelitian dilaksanakan di

Desa Sawah Gede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur yang ditentukan secara

purposive. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2014 hingga April

2014.

Teknik Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita peserta senam jantung sehat

dengan usia paruh baya setiap hari Minggu pagi di lapangan Prawatasari, Desa

Sawah Gede, Cianjur. Jumlah contoh diambil seluruh populasi usia paruh baya

wanita peserta senam jantung sehat yaitu sebanyak 43 orang. Penentuan populasi

yang dijadikan contoh dalam penelitian atas dasar pertimbangan: (1) Kemudahan

akses pengambilan data; (2) Keadaan fisik dan psikis peserta yang memadai untuk

Status Gizi

(IMT)

(IMT)

Pola Konsumsi

Makan (TKE,

TKP)

Karakteristik

Individu :

-Usia

-Pendidikan

-Pekerjaan

-Pendapatan

Tingkat

Stres

Status Kesehatan

(tekanan darah,

GDS, penyakit

sendi

Faktor

Genetik

Aktivitas Fisik

(Senam Jantung

Sehat)

Kebiasaan

Merokok

Page 19: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

5

dijadikan contoh sehingga dapat lebih mudah berkomunikasi dengan baik. Kriteria

inklusi yang diterapkan adalah wanita dengan penggolongan usia lansia

berdasarkan WHO (2001) terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu usia

pertengahan (45-59 tahun) dan lansia (60-74 tahun). Kriteria berikutnya ialah

bugar dimana menurut WHO adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan

sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Selain

itu selama sebulan terakhir mengikuti senam jantung sehat; dapat diukur tinggi

dan berat badannya; bersedia dan dapat diwawancarai. Berdasarkan kriteria

inklusi tersebut, terdapat dua contoh yang drop out dikarenakan tidak bersedianya

contoh dalam mengikuti penelitian sehingga total contoh dalam penelitian ini

berjumlah 41 orang.

Jenis dan Cara Pengukuran Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer meliputi karakteristik

responden, status gizi, tingkat stres, penyakit sendi, dan pola konsumsi (pangan

dan cairan). Data primer diperoleh dengan cara teknik wawancara langsung

menggunakan kuisioner dan pengukuran. Data sekunder yang diambil merupakan

jumlah contoh, data tekanan darah, serta data gula darah sewaktu berdasarkan

pemeriksaan rutin.

Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan

1. Karakteristik

responden

Nama, umur, agama, pendidikan terakhir,

pekerjaan, status pernikahan saat ini ,

tinggal bersama dan pendapatan

Wawancara

dengan kuesioner

2. Status gizi Berat badan (kg), tinggi badan (cm), IMT

(kg/m2) Berat badan

diukur

menggunakan

timbangan

dengan derajat

ketelitian 0.1 kg

Tinggi badan

diukur dengan

staturemeter

IMT dihitung

dengan

membagi BB

(kg) dengan TB

(m2) kemudian

dikategorikan

dengan cut off

status gizi

berdasarkan

WHO 2005

3. Status

kesehatan

Tekanan darah, gula darah sewaktu,

penyakit sendi Tekanan darah

dan gula darah

sewaktu diukur

secara langsung

oleh paramedis

Page 20: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

6

Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data (lanjutan)

No Variabel Jenis Data Cara

Pengumpulan

Penyakit sendi

diukur selama

satu minggu

terakhir melaui

wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

4. Pola

konsumsi

Tingkat kecukupan energi dan

protein, frekuensi konsumsi

makanan dan cairan

Recall

makanan dan

cairan 2 x 24

jam

FFQ (sumber

protein

hewani,

sayuran, buah-

buahan, dan

cairan)

5. Tingkat

stres

Indikator fisik dan psikologis Wawancara

menggunakan

kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan tahapan pengolahan

data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data ini

diolah dan dianalisis secara deskriptif dan korelasi menggunakan Microsoft Excel

2010 dan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) version

16.0 for Windows. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman

dan Pearson. Berikut disajikan pada Tabel 2 jenis dan kategori variabel

pengolahan.

Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan

Data Kategori Sumber

Usia 45-59 tahun

60-74 tahun

WHO (2001)

Status pernikahan Menikah

Janda

Tidak menikah

Pendidikan Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi (PT)

Pekerjaan Tidak bekerja

Ibu rumah tangga (IRT)

Page 21: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

7

Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan (lanjutan)

Data Kategori Sumber

Pedagang

Pensiunan

Buruh

Swasta

Lainnya

Pendapatan/ bulan <Rp 500.000/bulan

Rp 500.000 – Rp 1.000.000/ bulan

Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000/bulan

Zaddana (2011)

Tingkat Kecukupan Energi

dan Protein

Defisit Berat (<70%)

Defisit Sedang (70-79%)

Defisit Ringan (80-89%)

Normal (90%-119%)

Lebih (≥120%)

Depkes (1996)

Status Gizi IMT <14.9 (sangat kurus)

IMT 15.0-22.9 (normal)

IMT 23.0-27.5 (gemuk)

IMT 27.6-40.0 (obesitas I)

IMT >40.0 (obesitas II)

WHO (2005)

Tingkat Stres Tidak Depresi (11-19)

Depresi Ringan (20-27)

Depresi Sedang (28-35)

Depresi Berat (36-44)

Khomsan et al.

(2013)

Tekanan Darah Sistolik Normal (<120 mmHg)

Prehipertensi (120-139 mmHg)

Hipertensi Tahap I (140-159 mmHg)

Hipertensi Tahap II (≥ 160 mmHg)

JNC (2003)

Tekanan Darah Diastolik Normal (<80 mmHg)

Prehipertensi (80-89 mmHg)

Hipertensi Tahap I (140-159 mmHg)

Hipertensi Tahap II (≥100 mmHg)

JNC (2003)

Gula Darah Sewaktu Tinggi (≥ 200 mg/dl) Marks et al. (2000)

Pola konsumsi sampel dinilai secara kualitatif dan juga secara kuantitatif.

Secara kualitatif konsumsi sampel dinilai untuk mengetahui frekuensi makan,

frekuensi pangan yang dikonsumsi, dan menggali informasi tentang kebiasaan

makan serta cara memperoleh pangan, dalam hal ini dilakukan dengan

menggunakan FFQ (Food Frequency Quetionare). Sedangkan secara kuantitatif

dilakukan untuk mengetahui jumlah pangan yang dikonsumsi dengan metode

recall 2x24 jam.

Perhitungan AKE dan AKP dilihat berdasarkan AKG 2013 sebagai acuan.

AKE untuk wanita berusia 50-64 tahun adalah 1900 kkal dan untuk wanita berusia

65-80 tahun sebesar 1550 kkal dan untuk usia 80 tahun keatas sebesar 1425 kkal.

Sedangkan untuk AKP wanita berusia 50-64 tahun sebesar 57 gram per hari,

untuk usia 65-80 tahun sebesar 56 gram per hari dan untuk usia >80 tahun sebesar

55 gram protein per hari. Kategori tingkat kecukupan energi dan protein

didapatkan dari klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut

Departemen Kesehatan (1996). Data jumlah makanan yang dikonsumsi responden

Page 22: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

8

dikonversikan dari ukuran rumah tangga (URT) ke dalam berat dengan

menggunakan acuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) 2010. Secara

umum rumus untuk menghitung kandungan zat gizi dalam pangan yang

dikonsumsi ialah sebagai berikut.

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)}

Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)

Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j

BDDj = Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (%BDD)

Untuk menentukan tingkat kecukupan energi dan protein, maka digunakan rumus

sebagai berikut.

TKj = (K/AKj) x 100%

Keterangan:

TKj = Tingkat kecukupan zat gizi

K = Konsumsi zat gizi

AKj = Angka kecukupan zat gizi

Status gizi sampel ditentukan dengan menghitung indeks massa tubuh

(IMT). IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat

dari tinggi badan (m2). Kemudian hasil perhitungan IMT yang didapat,

dikategorikan berdasarkan kategori WHO (2005).

Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Khomsan

et al. (2013). Kategori stres secara fisik dan psikologis diukur selama 6 bulan

terakhir dengan kategori pengalaman tidak pernah dengan skor 1, jarang dengan

skor 2, sering dengan skor 3 atau sangat sering dengan skor 4. Seluruh skor

indikator fisik dan psikologis kemudian akan diakumulasi dan dikelompokkan

menjadi 4 kelompok stres antara lain tidak depresi dengan rentang skor 11-19,

depresi ringan dengan rentang skor 20-27, depresi sedang dengan rentang skor 28-

35, dan depresi berat dengan rentang skor 36-44.

Status kesehatan yang diukur ialah tekanan darah dan gula darah sewaktu.

Pengukuran dilakukan oleh paramedis dan biasa dilakukan secara rutin. Penyakit

sendi diukur selama satu minggu terakhir dilihat dari keluhan yang dirasakan

dibagi kedalam tiga kategori tidak yaitu tidak nyeri (0-4.5), sedang (5.0-5.5), dan

sangat nyeri (6.0-10.0).

Definisi Operasional

Orang Paruh Baya adalah masa usia antara 45 sampai 65 tahun, bugar, tidak

bungkuk, dapat diukur tinggi dan berat badannya, serta tidak mengalami

gangguan pendengaran.

Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani contoh

yang diukur lamanya pendidikan atau jenjang pendidikan.

Tingkat Pendapatan adalah jumlah pendapatan contoh yang didapatkan per

bulan dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, ataupun pemberian dari

orang lain dalam satuan rupiah.

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang ditimbang

menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg.

Page 23: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

9

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan contoh dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan

menggunakan staturemeter.

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein adalah perbandingan antar konsumsi

energi dan protein dengan Angka Kecukupan Energi dan Protein menurut

AKG (2013).

Tingkat Stres adalah keadaan stres yang dialami oleh seseorang yang diukur

secara fisik dan psikologis dan diukur menggunakan kuesioner yang

diadaptasi dari Khomsan et al. (2013).

Status Kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami contoh yang diukur dari

keluhan penyakit sendi dan hasil pengukuran tekanan darah serta gula darah

sewaktu.

Status Gizi adalah keadaan contoh yang diukur secara antropometri berdasarkan

kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan kategori World Health

Organization (2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klub Jantung Sehat yang berada di Kabupaten Cianjur yang biasa

dilaksanakan setiap hari Minggu bertepatan pada saat car free day berada dibawah

naungan Dinas Kesehatan wilayah setempat. Kegiatan rutin ini berlokasi di

lapangan Prawatasari, Desa Sawah Gede, Cianjur. Olahraga yang dilaksanakan

terfokus pada senam jantung sehat. Peserta kegiatan ini tidak terbatas untuk

golongan usia tertentu, namun didominasi oleh dewasa dan usia paruh baya.

Lokasi dilaksanakannya senam jantung sehat ini terdapat di jantung kota, sehingga

memudahkan akses bagi warga yang ingin mengikutinya. Peserta yang mengikuti

kegiatan ini terbagi menjadi dua kategori, peserta rutin dan peserta sukarela.

Peserta rutin yang biasa mengikuti kegiatan ini mendapatkan fasilitas lebih seperti

adanya seragam bagi anggota dan adanya pemeriksaan rutin. Instruktur senam

jantung sehat ini terdapat dua sampai tiga orang, perempuan dan laki-laki.

Instruktur dipilih berdasarkan kinerja dan pengalaman yang cukup baik

dibidangnya.

Karakteristik Individu

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 usia paruh baya wanita yang

tinggal di rumah masing-masing. Penggolongan usia sampel dilakukan

berdasarkan WHO (2001) yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu usia

pertengahan (45-59 tahun) dan lansia (60-74 tahun). Karakteristik usia responden

menunjukkan sebanyak 56.1% tergolong usia pertengahan, dan sisanya termasuk

kelompok usia lansia. Tingkat pendidikan sampel sebanyak 48.8% menempuh

pendidikan SD, 24.4% SMA, 22.0% SMP, dan perguruan tinggi serta tidak

sekolah masing-masing 2.4%. Pekerjaan sampel didominasi sebagai ibu rumah

tangga (80.5%), sebagai pedagang, swasta dan pensiunan masing-masing 4.9%,

dan sisanya tidak bekerja dan atau pekerjaan lainnya sebanyak 2.4%. Kategori

status pernikahan sampel sebanyak 63.4% menikah sedangkan 36.6% lainnya

sebagai janda. Sebanyak 58.5% responden tinggal bersama suami dan anak,

Page 24: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

10

sebanyak 26.8% tinggal bersama anak, responden tinggal bersama suami, tinggal

sendiri serta lainnya masing-masing sebesar 4.9%. Kategori pendapatan

responden terbesar sebesar 48.8% pada kelompok Rp 1.000.000 – Rp

3.000.000/bulan.

Pola Konsumsi

Pola konsumsi sampel dinilai secara kualitatif dan juga secara kuantitatif.

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi sampel

paling tinggi adalah sebesar 36.6% tergolong pada kategori normal dan yang

terkecil tergolong pada kategori defisit ringan sebanyak 12.2%. Sedangkan tingkat

kecukupan protein sampel terbesar tergolong pada kategori defisit berat sebanyak

48.8% dan yang terkecil sebanyak 7.3% tergolong dalam kategori defisit sedang.

Berdasarkan angka kecukupan protein sampel terbanyak pada kategori defisit hal

ini diduga akibat rendahnya konsumsi protein sampel disebabkan sampel kurang

mengonsumsi pangan hewani yang merupakan sumber protein utama (Triatmaja

et al. 2013).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein

Kategori TKE TKP

n % n %

Defisit Berat 7 17.1 20 48.8

Defisit Sedang 8 19.5 3 7.3

Defisit Ringan 5 12.2 5 12.2

Normal 15 36.6 9 22.0

Kelebihan 6 14.6 4 9.8

Tingkat kecukupan energi dan protein dengan angka yang kecil dugaan

lainnya adalah diakibatkan kebanyakan sampel sudah beberapa tahun terakhir

menjalani diet khusus. Diet khusus ini sendiri bukan bedasarakan tipe diet yang

dianjurkan oleh ahli gizi namun dengan kesadaran usia dan faktor risiko penyakit

yang cukup banyak dihadapi. Oleh karenanya, kebanyakan sampel sudah jarang

mengonsumsi protein yang dapat meningkatkan kadar kolesterol, mengurangi

konsumsi garam serta pengolahan masakan hanya direbus untuk mengurangi

kenaikan tekanan darah, dan menghindari sayuran yang berpotensi menimbulkan

asam urat atau reumatik. Informasi kesehatan ini didapatkan dari mulut ke mulut

atau karena riwayat kesehatan keluarga. Kesadaran ini diterapkan dengan diet

yang dijalankan dan diimbangi dengan keikutsertaan senam jantung sehat. Diet

yang dijalankan ini dikenal di masayarakat setempat dengan istilah ‘niis’. Istilah

ini digunakan dari bahasa lokal yakni Bahasa Sunda. “Niis” berarti sudah jarang

atau bahkan tidak sama sekali merasakan cita rasa gurih atau terlalu asin/manis

pada makanan yang dimakan.

Tabel 4 menunjukkan rata-rata konsumsi energi dan protein sampel.

Rataan tingkat kecukupan energi (TKE) sampel berdasarkan konsumsi sampel

sebesar 96.4% atau dapat dikatakan masuk dalam kategori normal, dan sedangkan

tingkat kecukupan protein (TKP) sampel sebesar 85.5% atau dapat dikategorikan

defisit ringan. Konsumsi energi rata-rata dalam sehari ialah sebesar 1779 kkal dan

protein sebesar 48.0 gram per hari.

Page 25: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

11

Tabel 4 Rata-rata angka kecukupan dan konsumsi contoh

Zat Gizi Nilai Rata-rata

TKG (%) AKG Konsumsi

Energi (Kal) 1851 1779 96.4

Protein (g) 56.8 48.0 85.5

Pengukuran secara kualitatif dapat menggambarkan kebiasaan konsumsi

seseorang. Dalam penelitian ini digunakan Simple FFQ dimana hanya dilihat

kebiasaan konsumsinya saja tanpa memperhitungkan seberapa banyak porsi yang

dikonsumsi. Pengukuran ini dibedakan dalam empat bagian, FFQ protein hewani,

sayuran, buah-buahan, dan cairan. Konsumsi jenis pangan yang diambil hanya 5

jenis pangan yang dianggap masih sering dikonsumsi oleh sampel, sedangkan

cairan diambil 8 jenis asupan cairan. Konsumsi pangan dan asupan cairan ini

kemudian dilihat rata-rata frekuensi konsumsi dalam kurun waktu minggu. Hasil

rata-rata frekuensi konsumsi pangan serta asupan cairan sampel disajikan dalam

berikut.

Tabel 5 Frekuensi konsumsi pangan contoh (kali per minggu)

Jenis Pangan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu)

Protein Hewani

Daging 0.2

Ayam 1.0

Ikan 2.0

Telur 4.0

Susu 3.0

Sayuran

Wortel 3.0

Bayam 0.3

Kangkung 0.5

Kol 1.0

Daun singkong 1.0

Buah-buahan

Jeruk 2.0

Pepaya 2.0

Pisang 4.0

Semangka 1.0

Melon 1.0

Frekuensi konsumsi pangan protein hewani dilihat dari lima jenis pangan,

yakni daging, ayam, ikan telur, dan susu. Hasil frekuensi rata-rata pada kelompok

ini terlihat bahwa susu paling banyak dikonsumsi yakni sebanyak 3 kali per

minggu, sedangkan sumber protein hewani yang paling sedikit dikonsumsi ialah

daging. Kelompok sayuran yang dilihat ialah jenis sayuran wortel, bayam,

kangkung, kol, serta daun singkong. Pada kelompok sayuran, frekuensi rata-rata

dalam satuan kali per minggu paling banyak dikonsumsi ialah wortel sebanyak 3

kali per minggu, sedangkan bayam tercatat sebagai sayuran yang paling sedikit

Page 26: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

12

dikonsumsi hanya sebanyak 0.3 kali per minggu. Kebiasaan konsumsi buah-

buahan dilihat dari lima jenis buah diantaranya adalah buah jeruk, pepaya, pisang,

semangka, serta melon. Pada kebiasaan konsumsi buah ini dapat dilihat bahwa

sampel paling banyak mengonsumsi buah pisang sebanyak 4 kali per minggu

sedangkan paling sedikit ialah buah semangka serta melon sebanyak 1 kali per

minggu.

Kebiasaan asupan cairan dalam penelitian ini juga turut dihitung dengan

menggunakan alat ukur yang sama dengan kebiasaan konsumsi pangan. Jenis

cairan yang dinilai frekuensi asupannya diantaranya adalah air putih, susu, teh

tawar, teh manis, kopi, sirup (sari buah), jus buah, serta jamu. Rata-rata frekuensi

asupan cairan contoh paling banyak air putih sebanyak 48 gelas per minggu, teh

tawar pun cukup sering dikonsu msiyakni sebanyak 13 gelas per minggu.

Konsumsi cairan paling sedikit ialah jenis jus buah hanya sebanyak 0.2 gelas per

minggu atau dengan kata lain tidak setiap minggu sampel mengonsumsi jus buah.

Frekuensi rata-rata asupan cairan disajikan dalam kurun waktu minggu dengan

satuan gelas per minggu, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh (gelas per minggu)

Jenis Cairan Frekuensi Rata-rata Asupan

(gelas/minggu)

Air putih 48.0

Susu 2.0

Teh tawar 13.0

Teh manis 3.0

Kopi 4.0

Sirup (sari buah) 1.0

Jus buah 0.2

Jamu 1.0

Kebiasaan makan sampel dengan hasil secara kuantitatif maupun kualitatif

demikian dikarenakan sebagian besar sampel makan tidak teratur dengan porsi

yang sedikit dan dikarenakan selera makan sebagian besar sampel sudah menurun.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kennedy (2006) yang menyatakan bahwa

kebanyakan usia lanjut terjadi penurunan konsumsi makanan dikarenakan

terjadinya penurunan sensitivitas rasa terhadap makanan sehingga beberapa

kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi. Selain itu, faktor lain yang dapat

mempengaruhi defisiensi beberapa zat gizi adalah dikarenakan terjadinya

ketidakseimbangan konsumsi makanan dengan asupan zat gizi yang diperlukan

oleh tubuh (Bouillanne 2005).

Status Gizi

Penentuan status gizi didasarkan pada indeks massa tubuh (IMT) sampel.

Tabel 7 menunjukkan data jumlah dan persentase status gizi sampel. Data status

gizi sampel menunjukkan sebanyak 48.8% tergolong dalam status gizi gemuk,

24.4% tergolong dalam status gizi normal, dan sisanya sebanyak 4.8% tergolong

dalam kategori kurus. Golongan status gizi sampel terbanyak adalah pada status

gizi gemuk atau berat badan lebih dengan rata-rata status gizi sebesar 24.9 kg/m2.

Page 27: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

13

Hasil ini sejalan dengan penelitian status gizi usia lanjut yang dilakukan terhadap

lansia di daerah Pennsylvania. Hasil penelitian tersebut yaitu sebanyak 44%

subjek mempunyai status gizi overweight dan 35% subjek mempunyai status gizi

obesitas (Ledikwe et al. 2003 diacu dalam Triatmaja et al. 2013).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan menggunakan IMT

Kategori IMT n %

Sangat Kurus <14.9 0 0.0

Kurus 15.0-18.4 2 4.9

Normal 18.5-22.9 10 24.4

Gemuk 23.0-27.5 20 48.8

Obesitas 1 27.6-40.0 9 22.0

Obesitas 2 >40.0 0 0.0

Berat badan lebih merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan

nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor

biologik yang spesifik. Selain itu yang dapat mempengaruhi berat badan lebih

pada sebagian besar sampel adalah menurunnya intensitas dan kuantitas aktivitas

fisik yang tidak diimbangi dengan perubahan pola makan. Pada usia lanjut juga

terjadi perubahan proporsi lemak dan otot dimana terjadinya peningkatan proporsi

lemak dan penururan massa otot sehingga menyebabkan banyaknya berat badan

berlebih pada sampel. Seseorang dengan status gizi gemuk atau berat badan

berlebih memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit degeneratif, seperti

diabetes, hipertensi, penyakit jantung, kanker serta struk (Soekirman 2006).

Metode antropometri untuk menilai status gizi pada orang dewasa dinilai

sederhana, murah dan cukup dapat diandalkan. Namun, masalah timbul ketika

mengevaluasi populasi usia lanjut karena ada informasi yang terbatas untuk

menafsirkan data antropometrik dalam kelompok usia ini (Garcia et al. 2007).

Pengukuran menggunakan antropometri juga memiliki kelemahan dalam

pengukuran sampel yang berusia diatas 55 tahun karena seluruh aspek fisik,

biologis, dan mental lansia telah mengalami penurunan disebabkan oleh

penurunan metabolisme tubuh dengan adanya faktor usia yang telah lanjut

(Arisman 2004).

Status Kesehatan

Status kesehatan sampel diukur melalui tiga jenis pengukuran, yaitu

pengukuran tekanan darah, gula darah sewaktu serta penyakit sendi. Hal ini

dilakukan karena menurut Pilger (2011) hipertensi, diabetes dan arthritis /

arthrosis adalah penyakit yang paling umum, yang menegaskan pengamatan studi

yang menangani populasi usia lanjut. Pada usia lanjut kondisi fisiologis serta

biologis seseorang mengalami penurunan kualitas, seperti penurunan fungsi organ

dan jaringan tubuh yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan

(Kurniasih 2010). Tabel 8 menunjukkan data jumlah dan persentase tekanan darah

sampel. Tekanan darah sampel diukur tidak langsung setelah melakukan senam

jantung sehat karena akan menyebabkan tekanan darah berubah sehingga

menyebabkan bias. Antisipasi ini dilakukan sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Raphael et al. (2012) yang menyatakan bahwa tekanan darah diastolik

Page 28: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

14

cenderung menurun, seperti yang ditunjukkan oleh pengukuran pada menit 30

setelah sesi latihan dilakukan.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik

Kategori Tekanan

Darah

Sistolik Diastolik

Cut off

(mmHg) N %

Cut off

(mmHg) n %

Normal <120 5 12.2 <80 9 22.0

Prehipertensi 120-139 14 34.1 80-89 11 26.8

Hipertensi Tahap I 140-159 14 34.1 90-99 7 17.1

Hipertensi Tahap II ≥ 160 8 19.5 ≥100 14 34.1

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada sampel yang dilakukan

oleh paramedis melalui pemeriksaan rutin kemudian dikategorikan berdasarkan

empat kategori dan dibedakan antara sistolik dan diastolik. Data hasil pengukuran

tekanan darah menunjukkan melalui pengukuran sistolik terdapat 34.1% sampel

termasuk dalam kategori prehipertensi dan hipertensi tahap I, 19.5% tergolong

dalam hipertensi tahap II, dan hanya 12.2% sampel yang memiliki tekanan darah

normal. Sedangkan menurut hasil pengukuran diastolik, paling besar tergolong

dalam kategori hipertensi tahap II yakni sebanyak 34.1%, sebanyak 26.8%

tergolong dalam prehipertensi, 22.0% tergolong normal, dan sebanyak 17.1%

tergolong dalam kategori hipertensi tahap I. Hipertensi pada lansia juga sejalan

dengan penelitian Triatmaja et al. (2013) yang menyatakan bahwa tingginya kasus

hipertensi pada usia lanjut dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Setiap kenaikan

usia satu tahun maka tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar 0.369 mmHg

dan sebesar 0.283 mmHg untuk tekanan darah diastolik (Widyaningsih & Latifah

2008 diacu dalam Triatmaja et al. 2013). Proses penuaan dapat menyebabkan

katup jantung menebal dan menjadi kaku, perikardium dapat tertutupi oleh lemak,

dan terjadinya penuruan elastisitas pembuluh darah (Soekirman 2006). Selain itu,

selama penuaaan biasanya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, tetapi tidak

terjadi banyak perubahan pada diastolik.

Pengukuran rutin yang dilakukan lainnya ialah pengukuran gula darah

sewaktu. Gula darah sewaktu dalam penelitian ini diukur dua hari setelah senam

jantung sehat. Berikut disajikan data hasil pengukuran gula darah sewaktu.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan gadar gula darah sewaktu

Hasil pengukuran gula darah sewaktu pada sampel menunjukkan sebanyak

95.1% tergolong dalam kategori normal dan hanya sebanyak 4.9% tergolong

dalam kategori tinggi. Pengukuran gula darah menjadi penting dilakukan karena

pada kelompok usia ini cenderung terjadi tidak teraturnya pola makan, kurangnya

aktivitas fisik, penurunan fungsi fisiologis tubuh, dan meningkatnya risiko terkena

penyakit degeneratif. Hasil pengukuran gula darah sewaktu pada sampel

menunjukkan hasil yang baik, yakni sebagian besar sampel memiliki kadar gula

Kategori Gula Darah Sewaktu n %

Normal < 200 mg/dl 39 95.1

Tinggi ≥ 200 mg/dl 2 4.9

Rata-rata kadar gula darah sewaktu (mg/dl) 129.4±64.9

Page 29: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

15

darah sewaktu yang tergolong normal. Sebanyak 4.9% sampel menunjukkan hasil

yang tinggi dapat menjadi dugaan awal bahwa sampel mengidap penyakit

diabetes. Dugaan ini biasanya dilihat dengan gejala-gejala yang dialami sampel.

Gejala klasik dugaan awal seseorang mengidap penyakit diabetes dengan gejala

polyuria, polydipsia, kehilangan BB abnormal (Franz 2008).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan penyakit sendi

Penyakit sendi diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan

pertanyaan terkait keluhan penyakit sendi selama satu minggu terakhir yang

dialami sampel. Hal ini dilakukan agar keluhan sampel masih dalam kategori akut

bukan kronis. Keluhan penyakit sendi yang dialami oleh sampel menunjukkan

sebagian besar sampel tidak mengalami penyakit sendi (tidak nyeri) sebanyak

48.8%, mengalami penyakit sendi kategori sedang sebanyak 39.0% dan yang

mengalami sangat nyeri sebanyak 12.2%. Masalah kesehatan yang dialami lansia

selain penyakit degeneratif, acap kali terjadinya penyakit sendi atau arthritis

(Khomsan et al. 2013). Gandhi et al (2010) dalam Triatmaja et al. (2013)

menyatakan bahwa wanita lebih banyak menyimpan lemak di daerah ekstremitas

bawah sehingga menyebabkan beban berlebih pada lutut. Sejalan dengan hasil

penelitian Triatmaja et al. (2013) yang menyatakan sebagian besar sampel yang

mengalami keluhan sendi adalah wanita. Soeroso et al. (2005) dalam Triatmaja et

al. (2013) menyatakan bahwa usia >50 tahun merupakan salah satu faktor risiko

osteoarthritis lutut di Indonesia.

Tingkat Stres

Stres pada dewasa ini kerap kali disebabkan banyaknya perubahan yang

harus dihadapi yang menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan penyesuaian

yang pesat. Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik

tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Stres pada sampel diukur melalui

wawancara dengan kuesioner, stres secara fisik dan psikologis diukur selama 6

bulan terakhir melalui keluhan yang disampaikan. Hasil pengukuran stres pada

sampel disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres

Data pengukuran tingkat stres pada sampel menunjukkan sebanyak 68.3%

sampel mengalami depresi ringan, 4.9% mengalami depresi, dan 26.8% tidak

Kategori Nyeri Sendi n %

Tidak Nyeri 20 48.8

Nyeri 16 39.0

Sangat Nyeri 5 12.2

Kategori Depresi Skor n %

Tidak Depresi 11-19 11 26.8

Depresi Ringan 20-27 28 68.3

Depresi Sedang 28-35 2 4.9

Depresi Berat 36-44 0 0.0

Page 30: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

16

mengalami stress atau tidak depresi. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang

kesehatan, kesehatan psikis/mental merupakan salah satu poin penting yang

berpengaruh terhadap kesehatan yang optimum dalam kehidupan bermasyarakat.

Indikator terhadap stres dikategorikan menjadi dua kategori yaitu secara fisik dan

psikologis. Stres secara fisik diantaranya seperti berkeringat secara berlebih,

mengalami sakit kepala, sakit perut, batuk dan meningkatnya frekuensi buang air

kecil. Meningkatnya frekuensi buang air kecil pada usia lanjut disebabkan karena

melemahnya otot vesica urinaria (Ismayadi 2004 diacu dalam Khomsan et al.

2013). Sedangkan stres secara psikologis antara lain seperti menjadi lebih sensitif

(mudah tersinggung), sulit tidur, merasa tidak percaya diri, merasa lemah dan

lesu, mudah marah serta ragu dalam mengambil keputusan (Khomsan et al. 2013).

Sulit tidur pada lansia biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan

pada lingkungan sosial, peningkatan penggunaan obat-obatan, dan terjadinya

perubahan ritme biologis pada tubuh (Anwar 2010 dalam Khomsan et al. 2013).

Dalam hal ini dukungan dari keluarga sebagai care giver diharapkan menjadi

kunci utama untuk kesejahteraan lansia (Depsos RI 1998 diacu dalam Rusilanti et

al. 2006).

Aspek Psikologis

Tingkat stres seseorang selain dipengaruhi karena kesehatan juga

dipengaruhi oleh aspek psikologis. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran

aspek psikologis dengan sistem wawancara menggunakan kuesioner sama halnya

dengan tingkat stres. Aspek psikologis diukur hanya dengan melihat dua

kemungkinan jawaban, yaitu “Ya” dan “Tidak”. Aspek yang diukur dilihat dari

berbagai aspek, antara lain menerima diri sendiri, hubungan positif dengan orang

lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, serta perkembangan

pribadi. Hasil pengukuran aspek psikologis pada sampel akan disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis

Psikologis n %

Menerima Diri Sendiri

Puas dengan kondisi hidup 36 87.8

Selalu bersyukur atas kondisi diri 41 100.0

Merasa bersalah atas kejadian masa lalu 34 82.9

Optimis dengan masa yang akan datang 40 97.6

Mengetahui kelebihan diri sendiri 31 75.6

Mengetahui kekurangan diri sendiri 33 80.5

Hubungan Positif Dengan Orang Lain

Bersikap ramah kepada orang lain 41 100.0

Jujur pada diri sendiri dan orang lain 38 92.7

Merasa prihatin atas kejadian buruk yang menimpa orang lain 41 100.0

Memiliki sifat hormat terhadap orang lain 39 95.1

Memiliki sifat “berbagi” dengan orang lain 40 97.6

Merasa kesepian dalam hidup ini 6 14.6

Senang bergaul dengan orang lain 36 87.8

Page 31: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

17

Berdasarkan data pengukuran aspek psikologis yang dilakukan pada sampel

dapat terlihat pada bagian aspek menerima diri sendiri terdapat enam poin utama,

dan pada bagian selalu bersyukur atas kondisi diri seluruh sampel menyatakan

jawaban “Ya” atau dapat dikatakan seluruh sampel selalu besyukur atas kondisi

dirinya masing-masing. Hasil terendah pada aspek ini ialah sebesar 75.6% pada

aspek mengetahui kelebihan diri. Aspek psikologis berikutnya yang dinilai ialah

aspek hubungan positif dengan orang lain. Pada aspek ini dilihat dari tujuh

penilaian, dan sebanyak 100.0% pada bagian bersikap ramah kepada orang lain

serta bagian merasa prihatin atas kejadian buruk yang menimpa orang lain. Nilai

terkecil adalah sebesar 14.6% pada bagian merasa kesepian dalam hidup ini, atau

dengan kata lain pada point ini sebanyak 85.4% sisanya tidak merasa kesepian

dalam hidup ini.

Aspek psikologis lainnya yang dinilai ialah bagian kemadirian dengan

hanya satu pertanyaan yakni mengenai melakukan sesuatu didasarkan pada

pendapat / perintah orang lain hanya sebesar 36.6% sampel menyatakan “Ya”,

kebanyakan sampel lainnya melakukan sesuatu didasarkan atas kemauan sendiri

bukan berdasarkan perintah orang lain. Aspek penguasaan lingkungan, sebanyak

97.6% sampel terlibat pada kegiatan-kegiatan yang ada di luar lingkungan, dan

sebanyak 100.0% sampel peduli dengan keadaan di lingkungan sekitar. Aspek

selanjutnya ialah mengenai tujuan hidup, sebanyak 80.5% sampel masih memiliki

tujuan hidup. Aspek psikologis terakhir yang dinilai ialah bagian perkembangan

pribadi, terdapat dua poin utama yang dinilai. Poin pertama pada aspek terakhir

ini ialah mengenai senang mencoba sesuatu/ pengalaman yang baru, dan hanya

sebanyak 43.9% sampel yang masih senang mencoba sesuatu yang baru. Poin

terakhir menyatakan sebanyak 36.6% sampel suka berbagi keahlian atau

pengetahuan yang dimiliki untuk kepentingan orang lain. Adanya dukungan

keluarga, masyarakat, dan pemerintah dapat menciptakan kondisi usia lanjut yang

tidak terganggu aspek psikososialnya (hidup puas dan tidak depresi) (Rusilanti et

al. 2006). Stres berbeda-beda terkait dengan domain kesehatan yang berbeda,

tergantung pada jenis kelamin. Oleh karena itu, untuk mempelajari stres dan

kesehatan secara memadai, penilaian yang komprehensif harus mencakup status

subjektif kesehatan, status fungsional, kualitas hidup, gangguan psikososial,

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis (lanjutan)

Psikologis n %

Kemandirian

Melakukan sesuatu lebih didasarkan pada pendapat / perintah orang

lain 15 36.6

Penguasaan Lingkungan

Terlibat pada kegiatan-kegiatan yang ada di luar lingkungan 40 97.6

Peduli dengan keadaan di lingkungan sekitar 41 100.0

Tujuan Hidup

Memiliki tujuan hidup 33 80.5

Perkembangan Pribadi

Senang mencoba sesuatu/ pengalaman yang baru 18 43.9

Suka berbagi keahlian atau pengetahuan yang dimiliki untuk

kepentingan orang lain 15 36.6

Page 32: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

18

pemanfaatan layanan, gejala fisik, obat-obatan, pemeriksaan laboratorium yang

relevan dan pemeriksaan kesehatan, serta diagnosis medis dan perilaku kesehatan

tertentu (Zhang 2006).

Hubungan antar Variabel

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan sampel

dengan status gizi kurus / normal ialah sebesar Rp 2.143.750/kap/bulan sedangkan

sampel dengan status gizi gemuk berpenghasilan rataan sebesar Rp

3.878.276/kap/bulan. Setelah dilakukan uji korelasi Spearman menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan

pendapatan (p = 0.677). Uji korelasi menunjukkan hasil yang sama antara variabel

pendapatan dengan TKE maupun TKP, tidak terdapat hubungan antara kedua

variabel tersebut dengan nilai signifikansi masing-masing 0.752 dan 0.942. Hal ini

sejalan dengan penelitian Zaddana (2011) yang menyatakan bahwa status gizi

tidak berhubungan signifikan dengan pendapatan.

Tabel 13 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan pendapatan

Status Gizi Rata-rata Pendapatan (Rp/kap/bln)

Kurus / Normal 2.143.750

Gemuk 3.878.276

Tabel 14 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan gula darah sewaktu

Status Gizi Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl)

Kurus / Normal 131.3

Gemuk 128.7

Berdasarkan Tabel 14 sampel dengan status gizi kurus / normal memiliki

rataan kadar gula darah sewaktu sebesar 131.3 mg/dl sedangkan sampel dengan

status gizi gemuk memiliki rataan kadar gula darah sewaktu sebesar 128.7 mg/dl.

Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Isworo et.al (2013)

yang menyatakan bahwa hubungan IMT dengan kadar gula darah sewaktu

berbanding lurus, semakin tinggi IMT semakin tinggi pula kadar gula darahnya.

Uji korelasi antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan nilai gula darah sewaktu (p =

0.575). Uji korelasi Spearman pada status gizi juga dilakukan pada tekanan darah

sistolik dan diastolik yang menunjukkan hasil yang sama yakni tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara keduanya (p = 0.169 dan p = 0.156).

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi

tidak berhubungan dengan status gizi dan status kesehatan namun berhubungan

dengan tingkat stres. Sedangkan tingkat kecukupan protein tidak ada

hubungannya dengan status gizi, tingkat stres, maupun status kesehatan. Hal ini

sejalan dengan penelitian Zaddana (2011) yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein

dengan status gizi contoh (p>0.05). Namun hal ini tidak sejalan dengan studi yang

dilakukan Jauhari (2003) pada lansia di Panti Werdha Budi Mulia 4 Jakarta

Page 33: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

19

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara status gizi

dan rematik (p=0.05; r=0.27).

Tabel 15 Nilai signifikansi hasil uji korelasi antar variabel

Variabel Nilai signifikasi (p)

Status Gizi Tingkat Stres Status Kesehatan

Tingkat Kecukupan Energi 0.693 0.025* 0.326

Tingkat Kecukupan Protein 0.295 0.378 0.670

Status Gizi - 0.216 0.134

Tingkat Stres 0.216 - 0.809 *nilai signifikan (p<0,05)

Variabel status gizi juga tidak memiliki hubungan yang signifkan dengan

tingkat stres maupun dengan status kesehatan. Demikian dengan variabel tingkat

stres tidak memiliki hubungan dengan status kesehatan Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian Zaddana (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan (p<0.05) antara tingkat stres contoh dengan banyaknya penyakit

non infeksi yang dideritanya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sampel dalam penelitian ini ialah wanita peserta senam jantung sehat yang

berjumlah 41 orang. Penelitian dilakukan di Desa Sawah Gede, Cianjur, Jawa

Barat. Cara pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Tingkat kecukupan

energi sampel paling tinggi adalah sebesar 36.6% tergolong pada kategori normal

dan yang terkecil tergolong pada kategori defisit ringan sebanyak 12.22%.

Sedangkan tingkat kecukupan protein sampel terbesar tergolong pada kategori

defisit berat sebanyak 48.8% dan yang terkecil sebanyak 7.3% tergolong dalam

kategori defisit sedang. Rata-rata konsumsi energi sampel sebesar 1779 kkal dan

protein sebesar 48 gram. Rataan TKE dalam kategori normal dan TKP dalam

kategori defisit ringan. Status gizi sampel berdasarkan Indeks Massa Tubuh

termasuk dalam kategori gemuk. Tingkat stres berdasarkan aspek fisik dan psikis

pada sampel menunjukkan sebanyak 68.3% sampel mengalami depresi ringan,

4.8% mengalami depresi, dan 26.8% tidak mengalami stress atau tidak depresi.

Data hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan melalui pengukuran sistolik

terdapat 34.1% sampel termasuk dalam kategori prehipertensi dan hipertensi tahap

I, sedangkan menurut hasil pengukuran diastolik, paling besar tergolong dalam

kategori hipertensi tahap II yakni sebanyak 34.1%. Kadar gula darah sewaktu

kebanyakan sampel tergolong normal (< 200mg/dl). Keluhan penyakit sendi yang

dalam kurun waktu seminggu terakhir sampel termasuk dalam kategori tidak

nyeri. Hasil uji analisis korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara asupan gizi, tingkat stres,

status gizi, dan status kesehatan.

Page 34: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

20

Saran

Sebaiknya perlu adanya program mengenai pengetahuan tentang konsumsi

makan yang baik dan aktivitas fisik pada kelompok jantung sehat ini,

memanfaatkan kegiatan rutin yang dilakukan dapat menjadi ajang pemberian

penyuluhan kesehatan. Penyesuaian bahasa penting dilakukan saat pengambilan

data agar tidak terjadi bias yang berarti dalam penelitian. Senam jantung sehat

yang biasa dilakukan perlu dikembangkan seperti dari segi lokasi agar tidak hanya

terpusat di wilayah yang cukup berkembang saja agar semua kalangan masyarakat

dapat merasakan manfaatnya. Untuk keberlanjutan dari penelitian ini sebaiknya

faktor genetik serta aktivitas fisik menjadi variabel yang juga diteliti

hubungannya, selain itu protein nabati menjadi pangan tambahan pada

perhitungan FFQ.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.

Anwar Z. 2010. Penanganan Gangguan Tidur pada Lansia. Malang (ID):

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Bouillanne O, Gilles M, Claire D, Isabelle C, Jean-Pierre V, Ioannis N, Simone B,

Luc Cynober, and Christian A. 2005. Geriatric nutritional risk index: a

new index for evaluating at risk elderly medical patients. Am J Clin Nutr

[Internet]. [diunduh 2013 Nov 10]; 82: 777-783. Tersedia pada:

www.ajcn.nutrition.org.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Pengaturan Makan. Jakarta

(ID): Departemen Kesehatan.

[Depsos] Departemen Sosial RI. 1998. Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial

Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Sosial.

Franz MJ. 2008. Medical Nutrition Therapy for Diabetes Mellitus and

Hypoglicemia of Nondiabetic Origin. Canada (CA) : Saunders Elsevier.

Garcia S, Pena C, Lopez M, Cedilo T, Nunez A, Beaman S. 2007. Anthropometric

measures and nutritional status in a healthy elderly population. Bio Med

Central [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17]; 10.1186/1471-2458-7-213.

Tersedia pada: www.biomedcentral.com.

Gunarsa SD, Gunarsa YS. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.

Jakarta (ID): Gunung Mulia.

Hurlock EB. 1990. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta (ID): Erlangga.

Isworo JT, Mulyati T, Adnan M. 2013. Hubungan indeks massa tubuh (imt)

dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus (dm) tipe 2 rawat

jalan di rs tugurejo semarang. Jurnal Unimus. [Internet]. [diunduh 2014

Sept 19]; 2013, 2(1).

Page 35: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

21

Jauhari M. 2003. Status Gizi. Kesehatan dan Kondisi Mental Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta. [Tesis]. Bogor (ID): Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor.

JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Am J Clin

Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Sept 10]; 289, 2560—2571. Tersedia pada:

www.ajcn.nutrition.org.

Ledikwe JH et al. 2003. Nutritional risk assessment and obesity in rural older

adults: a sex difference. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Sept

10]; 77, 551—558. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Pilger C, Menon MH, Mathias T. 2011. Socio-demographic and health

characteristics of elderly individuals support for health services.

International Journal of Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014

Juli 17];19(5):1230-8. Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.

Kennedy E T. 2006. Evidence for nutritional benefits in prolonging wellness. Am

J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Sept 17]; 83: 410S-414S. Tersedia

pada: www.ajcn.nutrition.org.

Khomsan A, Patriasih R, Widiaty I, Sukandar D. 2013. A Study on Nutritional

Status, Health Characteristics and Psychosocial Aspects of the Elderly

Living with Their Familiy and of Those Living in Nursing Home. Bogor

(ID): IPB Press.

Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah

pendekatan klinis, Edisi 1. Jakarta (ID) : EGC.

Raphael MC, Macedo BC, Araujo SFM, Santos J, Borges V, Soares A, Ayres F,

Prifmer M. Subacute blood pressure response in elderly hypertensive

women after a water exercise session, a controlled clinical trial.

International Journal of Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014

Juli 17]; 19 (4): 223-227. Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Rusilanti, Kusharto C, Wahyuni E. 2006. Aspek psikososial, aktivitas fisik, dan

konsumsi makanan lansia di masyarakat. J.Gizi dan Pangan [Internet].

[diunduh 2014 Sept 19]; November l (2): 1-7.

Santoso H, Ismail A. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta (ID): Gunung

Mulia.

Soekirman. 2006. Hidup Sehat: Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia

(Healthy Life: Balance Diet in Life Cycles). Jakarta (ID): PT Gramedia.

Triatmaja NT, Khomsan A, Dewi M. 2013. Asupan kalsium, status gizi, tekanan

darah dan hubungannya dengan keluhan sendi lansia di panti werdha

bandung. J.Gizi dan Pangan [Internet]. [diunduh 2014 Sept 19]; Maret

2013, 8(1): 25—32.

Page 36: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

22

[WHO] World Health Organization. 2005. Cut off point nutritional status.

[Internet]. [diunduh 2013 Maret 30]; Tersedia pada: www.euro.who.

intnutrtion-20030507_1.

Zaddana, C. 2011. Keadaan Sosial Ekonomi, Pola Konsumsi Makan, Status Gizi,

Tingkat Stres, dan Status Kesehatan Lansia Wanita Peserta Pemberdayaan

Lansia di Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Zhang J, Vitaliano P, Lin H. 2006. Relations of caregiving stress and health

depend on the health indicators used and gender. International Journal of

Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17]; 13 : 2, 173–18.

Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.

Page 37: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator fisik stres sampel

No Pernyataan TP JR S SS

1 Berkeringat secara berlebihan 1 2 3 4

2 Merasa pusing 1 2 3 4

3 Sakit perut 1 2 3 4

4 Batuk 1 2 3 4

5 Frekuensi buang air kecil / buang

air besar

1 2 3 4

Ket : TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS= Sangat Sering

Lampiran 2 Indikator psikis stres sampel

No Pernyataan TP JR S SS

1 Mudah tersinggung 1 2 3 4

2 Ragu dalam mengambil keputusan 1 2 3 4

3 Sulit tidur (insomnia) 1 2 3 4

4 Tidak percaya diri 1 2 3 4

5 Mudah marah 1 2 3 4

6 Merasa lemah dan lesu 1 2 3 4 Ket : TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS= Sangat Sering

Lampiran 3 Hasil uji korelasi antar variabel

Status

Kesehatan TKE TKP

Status

Gizi

Tingkat

Stress

Status

Kesehatan

Correlation

Coefficient 1.000 .157 .069 .238 .039

Sig. (2-tailed) . .326 .670 .134 .809

N 41 41 41 41 41

TKE Correlation

Coefficient .157 1.000 .689

** -.032 -.375

*

Sig. (2-tailed) .326 . .000 .843 .016

N 41 41 41 41 41

TKP Correlation

Coefficient .069 .689

** 1.000 .203 -.160

Sig. (2-tailed) .670 .000 . .204 .317

N 41 41 41 41 41

Status Gizi Correlation

Coefficient .238 -.032 .203 1.000 .197

Sig. (2-tailed) .134 .843 .204 . .216

N 41 41 41 41 41

Tingkat Stress Correlation

Coefficient .039 -.375

* -.160 .197 1.000

Sig. (2-tailed) .809 .016 .317 .216 .

N 41 41 41 41 41

Page 38: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

24

Lampiran 4 Skala rasa nyeri yang dirasakan selama satu minggu terakhir

TIDAK NYERI SEDANG SANGAT NYERI

0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0

Dokumentasi

Gambar 2 Pengukuran tinggi

badan subjek

Gambar 3 Pengukuran tekanan darah

subjek

Gambar 4 Pengarahan ketika akan

dilakukan recall

Gambar 5 Recall kepada salah seorang

sampel subjek

Page 39: POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak,

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 07 November 1991, sebagai anak

kedua dari pasangan bapak Koko, S.Pd dan ibu NE. Rohanah, S.Pd dan sebagai

adik dari dr. Muhammad Rizki Purwanto. Penulis menempuh pendidikan formal

di SDN Ciherangkencana tahun 1998-2004, SMPN 4 Cianjur tahun 2004-2007,

dan SMAN 1 Cianjur tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan studi Ilmu Gizi,

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor.

Selama Kuliah di IPB penulis aktif di kegiatan-kegiatan kemahasiswaaan.

Penulis menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI), Paduan suara

Agriaswara, dan sebagai anggota di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA)

khususnya Himpunan Mahasiswa Cianjur. Penulis juga aktif serta pada berbagai

kepanitiaan besar yang diadakan di internal kampus maupun diluar kampus, skala

nasional hingga internasional.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukalaksana,

Kecamatan Samarang Garut Jawa Barat pada tahun 2012. Internship Dietetic di

Rumah Sakit Ciawi pada tahun 2014. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Gizi di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Konsumsi,

Status Gizi, Tingkat Stres, dan Status Kesehatan Lansia Wanita Peserta Senam

Jantung Sehat” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS.