pola hubungan perawat
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
A. BAB II
PEMBAHASAN ETIKA HUBUNGAN TIM KEPERAWATAN
Dari semua individu yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung pada tenaga keperawatan
yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan program pendidikan keperawatan yang
berafiliasi/ kerjasama Faktor-faktor tim keperawatanyang diarahkan terhadap kualitas asuhan
keperawatan .Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat harus berprinsip dan ingat
bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan kepentingan pasien
serta kualitas asuhan keperawatan dan semua perawat harus mampu mengadakan komunikasi
secara efektif. Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun kemampuan bervariasi,
maka dalam pemberian tugas asuhan keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai kategori,
misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal, kepala unit perawat, kepala seksi perawatan
(supervisor), dan kepala bidang keperawatan (direktor president of nursing). Dalam
memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu mengkomunikasikan dengan
perawat anggota lain, dimana permasalahan etis dapat didiskusikan dengan sesama perawat
atau atasannya.
B. PERAWAT, PASIEN, DAN DOKTER
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan
selama mereka terkait dalam hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat
dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua kedua profesi ini, tidak terlepas dari
sejarah, sifat ilmu/ pendidikan, latar belakang personal dan lain- lain.
Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus
pada manusia, mempunyai beberapa perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistic, yang
mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgment).
Sedangkan keperawatan lebih bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang ibu
(mother instink) dalam memberikan asuhan keperawatan, kasih saying, dan bantuan (helping
relationship).
Berbagai model hubungan antara perawat, dokter dan pasien telah dikembangkan,
berikut ini model hubungan perawat, dokter, dan pasien yang dikembangkan oleh: Szasz dan
Hollander mengembangkan tiga model hubungan dokter, perawat, dimana model ini terjadi
pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat dan dokter. Model
mereka kembangkan meliputi :
a. Model Aktivitas- Pasivitas
Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif.
Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat.
Dokter berada pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas
pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.
b. Model Hubungan Membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau praktik
kedokteran. Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan
perawat atau dokter yang mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat
dan dokter memberi bantuan dalam bentuk perlakuan/ perawatan atau pengobatan. Timbal
baliknya pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran perawat atau dokter.
Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien, memegang
apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistik
walau sedikit lebih rendah.
c. Model Partisipasi Mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara
umat manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses
demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak.
Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada layanan kesehatan saat ini.
Peran dokter dalama model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.
Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting untuk mengenal
dari pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat
individu yang unik, berbeda satu sama lain dan membantu kemampuan dalam menentukan
dan mengatur diri sendiri ( Bandman and Bandman,1999. dikutip dari American Nurses
Assocication, Nursing: Asocial Policy. Kansas City. MO: 1980. hal:6 ).
C. HUBUNGAN PERAWAT DAN PASIEN DALAM KONTEKS ETIS
Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu. Seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan tertentu. Kondisi
yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap pasien ( Husted dan
Husted, 1990 ).
Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang
mengacu pada pandangan dasar Helldegard .E Pepley, tentang hubungan perawat dan pasien
dalam asuhan keperawatan, merupakan rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah (
Problem Solving ), dan kolaborasi.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan Sebagai
konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya.
Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak),
saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.
Penerapan Hubungan Antara Perawat Dan Pasien, Perawat Dan Perawat, Perawat Dan
Profesi Lain, Dan Perawat Dengan Masyarakat
Bentuk-bentuk penerapan, Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat
berperan Sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang
penyakitnya. Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien
anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.
Perawat dan perawat memiliki etika khusus mengatur tanggung jawab moral perawat
yang disusun oleh organisasi perawat itu sendiri. berdasarkan suatu sumber yang ada
dilingkungan baik lingkungan kesehatan, lingkungan konsumen dan lingkungan Komunitas
Keperawatan. Contoh penerapannya yaitu :
1. Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal:
O2 -> diteruskan / di stop.
Program pengobatan diteruskan / tidak
Suport terapi ( RJP ) sampai kapan.
dalam kondisi MBO.
2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent.
Pasien teriminal
Status vegetatif
pasien HIV /AID
pasien mendapat terapi diet
pasien menghadapi tindakan medik
operasi, pemakaian obat yangharganya mahal dll.
3. Bioetika :aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ dll.
4. Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.
permintaan informasi data pasien,
Catatan medik,
Pembicaraan kasus pasien.
penerapan hubungan antara perawat dan profesi lain yang memiliki bidang kesehatan
yang saling berketergantungan satu sama lain misalnya seorang dokter pasti membutuhkan,
perawat, apoteker dan lain-lain , yang saling berkaitan satu sama lain.
Selain penerapan-penerapan dengan perawat dan profesi lain, perawat juga harus
menerapkan hubungan antara perawat dan masyarakat Perawat mengemban tugas tanggung
jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan medukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.dan tetap menghargai privasi yang ada dalam
masyarakat berupa Privasi pasien. Menghargai harkat martabat pasien,Sopan santun dalam
pergaulan,saling menghormati, saling membantu, peduli terhadap lingkung
Fokus utama dari perhatian etis dalam keputusan tindakan asuhan keperawatan
seharusnya adalah kesejahteraan individu, dan walaupun pasien mempunyai peran integral
dan bahan peran sentral dalam pengambilan keputusan, maka pasien tidak lagi mempunyai
hak untuk memaksa perawat, sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Bila perbedaan antara perawat dan pasien tidak dapat di selesaikan, maka pelaksana
asuhan keperawatan harus menarik diri dari pelaksana asuhan keperawatan dan untuk
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan dari pasien. Bagaimanapun perawat tidak
mempunyai kewajiban khusus untuk mencoba mengisi semua (atau beberapa) keinginan
asuhan keperawatan dari individu, meskipun perawat dapat melakukannnya tetapi tidak ada
kewajiban moral secara khusus untuk melakukannya.
Terlebih lagi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tidak mempunyai
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pasien yang diluar bidang keahliannya, dan
mempunyai hak untuk mengakhiri tindakan asuhan keperawatan yang diluar batas
kemampuannya.
Oleh sebab itu, hubungan parawat dan pasien sebenarnya merupakan keputusan–
keputusan yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sebagai pencerminan suatu
penghargaan terhadap value dari kedua belah pihak. Disamping itu dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien , perawat juga mempunyai hubungan dengan dokter
dalam peran dependen (tergantung) mengingat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
didalamnya terdapat program kesehatan dimana pertanggung jawaban dipegang oleh dokter,
disamping peran kolaborasi (interdependen) yang dilaksanakan dalam mengatasi
permasalahan secara team work dengan tim kesehatan lain.
Untuk membuat keputusan terdapat permasalahan etika keperawatan secara tepat,
maka perawat perlu mengetahui dan memahami konsep dasar etika keperawatan. Berbagai
permasalahan etika dapat terjadi dalam tatannan tindakan asuhan keperawatan, dimana terjadi
intervensi antara pasien dengan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kamatian.
Upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan berbagai sector lain,
dan penerapan asuhan keperawatan yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalahan
kesehatan pasien. Dalam membuat keputusan terhadap dua masalah yang dihadapi, perawat
dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan dirinya, yang
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh pas.