hubungan waktu tanggap (respon time) perawat …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME) PERAWAT
DENGAN KETEPATAN PENANGANAN TRAUMA
DI IGD RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh :
AYU RUSMA HANDAYANI
NPM : 1614201220728
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
i
HUBUNGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME) PERAWAT
DENGAN KETEPATAN PENANGANAN TRAUMA
DI IGD RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2017
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Pada Program Studi S.1 Keperawatan
Oleh :
AYU RUSMA HANDAYANI
NPM. 1614201220728
UNIVERSITAS MUHAMMDIYH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
ii
iii
iv
v
vi
vii
HUBUNGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME) PERAWAT DENGAN
KETEPATAN PENANGANAN TRAUMA
DI IGD RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2017
Ayu Rusma.H.*, Dewi N**, Muhani S***
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Program Studi S.1 Keperawatan
Email : [email protected]
Abstrak
Salah satu indikator mutu pelayanan IGD adalah waktu tanggap. Waktu tanggap adalah
kecepatan pemberian pertolongan yang memadai pada pasien gawat darurat, terutama
pasien trauma. Ketepatan penanganan trauma dapat dioptimalkan dengan cara
memprioritaskan kegawatandaruratan pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan standar
response time yang ditetapkan. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan waktu tanggap
perawat dengan ketepatan penanganan trauma di IGD RSUD Ulin Banjarmasin Tahun
2017.Penelitian ini menggunakan desain Deskriftif Korelasional dengan pendekatan
Croos Sectional, populasi penelitian seluruh pasien trauma, sampel ada 41 responden
dengan teknik accidental sampling. Instrumen penelitian berupa lembar observasi.
Dengan uji korelasi Sperman Rank. Penelitian ini menunjukan bahwa waktu tanggap
perawat dalam kategori cepat sebanyak 95,1%, dan untuk ketepatan penanganan trauma
kategori tepat sebanyak 97,5%. Hasil analisis statistik menunjukan nilai p value dengan
adalah 0,000 < α = 0,05 dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,698 (hubungan kuat).
sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara waktu tanggap (response time)
perawat dengan ketepatan penanganan trauma di IGD RSUD Ulin Banjarmasin tahun
2017.
Kata Kunci :Waktu tanggap, Trauma, Perawat
Daftar Rujukan : 46 (2006-2016)
Abstract
One indicator of IGD service quality is response time. Response time is the rate of
adequate relief for emergency patients, especially trauma patients. The accuracy of
trauma handling can be optimized by prioritizing patient emergency quickly and
accurately in accordance with the standard response time set. This research is to know the
relation of nurse response time with the accuracy of trauma handling at ERG Hospital
Ulin Banjarmasin Year 2017. This research use Correlational Deskriftif design with
Croos Sectional approach, research population of all patient trauma, sample there are 41
respondents with accidental sampling technique. The research instrument is in the form of
observation sheet. With Sperman Rank correlation test. This study shows that the nurse's
response time in the fast category is 95,1%, and for accurate handling of correct category
trauma is 97,5%. The result of statistical analysis shows the value of p value with is 0.000
<α = 0,05 with correlation coefficient value is 0,698 (strong relation). So it can be
concluded there is a relationship between the response time (response time) nurse with
the accuracy of trauma handling at the ERG Ulin Banjarmasin in 2017.
Keywords: Response Time, Trauma, Nurse
Reference List: 46 (2006-2016)
6
PENDAHULUAN
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang standar pelayanan minimal rumah sakit menyatakan ada beberapa indikator mutu
pelayanan rumah sakit khususnya pada bagian Instalasi Gawat Darurat salah satunya
yaitu waktu tanggap atau respons time.
Waktu tanggap adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai pada
penderita/pasien Gawat Darurat, waktu tanggap pelayanan merupakan gabungan dari
waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat atau respon
dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan yaitu waktu yang di
perlukan pasien sampai selesai. Waktu tanggap pelayanan dapat dihitung dengan hitungan
menit dan sangat di pengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun
komponen-komponen lain (Haryatun & Sudarwanto, 2008).
Standar waktu ini dihitung berdasarkan kecepatan pelayanan dokter maupun
perawat di Instalasi Gawat Darurat, waktu ini di hitung dari saat pasien tiba di depan
pintu rumah sakit sampai mendapat respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan
waktu pelayanan yang dibutuhkan pasien sampai selesai proses penanganan gawat darurat
(Haryatun dan Sudaryanto, 2008). Dengan standar waktu 5 menit pasien terlayani setelah
tiba di IGD (Kepmenkes, 2009).
Waktu tanggap harus mampu dimanfaatkan untuk memenuhi prosedur utama
dalam penanganan kasus gawat darurat atau prosedur ABCD (Airway, Breathing,
Circulation, Disability). Airway berarti penanganan pada saluran nafas yang terhambat
karena kecelakaan/penyakit. Breathing penanganan terhadap kemampuan paru-paru
dalam memompa keluar masuknya udara. Circulation berarti penanganan terhadap
kemampuan jantung untuk mrmompa darah dan Disability berarti penanganan terhadap
kemungkinan terjadinya cacat permanen akibat kecelakaan.
Adapun indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat
adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai pada penderita gawat darurat
baik pada keadaan rutin sehari-hari atau waktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap
sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan
untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam
perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Moewardi, 2008).
Sutawijaya (2009) dalam Maatilu (2014) mengatakan bahwa dalam kondisi gawat
darurat pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit. Nafas berhenti dalam
waktu 2-3 menit sehingga dapat menyebabkan kematian yang fatal. Wilde (2009) telah
membuktikan secara jelas bahwa respon time sangat penting bahkan pada selain penderita
penyakit jantung. Waktu tanggap yang panjang dapat mengakibatkan resiko kematian
ataupun cedera parah. Kenaikan 1 menit waktu tanggap, dapat meningkatkan angka
kematian rata-rata 17% setelah 1 hari kejadian.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian masih tedapat keterlambatan waktu
tanggap di beberapa RS. Penelitian yang dilakukan oleh Maatilu (2014) tentang faktor
faktor yang berhubungan dengan response time pada penanganan pasien gawat darurat di
IGD RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado bahwa hasil penelitian didapatkan response
time perawat dalam penanganan kasus gawat darurat rata-rata lambat (>5 menit). Hasil
7
penelitian diatas, menunjukkan adanya keterlambatan waktu tanggap perawat yaitu lebih
dari 5 menit, menunjukkan belum terpenuhinya standar IGD sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan tahun 2009.
Maatilu (2014) dalam penelitiannya membuktikan waktu tanggap perawat pada
penanganan pasien gawat darurat yang memanjang dapat menurunkan usaha
penyelamatan pasien dan terjadinya perburukan kondisi pasien. Jika waktu tanggap
lambat akan berdambak pada kondisi pasien seperti rusaknya organ-organ dalam atau
komplikasi, kecacatan bahkan kematian, dan apabila waktu tanggap cepat maka akan
berdampak positif yaitu mengurangi beban pembiayaan, tidak terjadi komplikasi dan
berkurangnya angka mortalitas dan morbiditas (Kepmenkes, 2009).
Penyebab keterlambatan waktu tanggap pada penanganan pasien di IGD dapat
dicegah dengan cara memprioritaskan kegawatdaruratan pasien secara cepat dan tepat,
sesuai dengan standar yang di tetapkan yaitu paling lambat 5 menit sehingga tidak
terjadinya waktu tunggu yang lama, komplikasi, kecacatan bahkan kematian.
kegawatdaruratan pasien adalah kondisi dimana seseorang membutuhkan
pertolongan dengan segera untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko
kecacatan dan kematian (Musliha, 2010). Klasifikasi kegawatdaruratan terdiri dari pasien
gawat darurat, pasien darurat tidak gawat, dan pasien tidak gawat tidak darurat
(Kartikawati, 2013)
Terdapat tipe kasus yang sering terjadi di Instalasi Gawat Darurat ialah trauma
dan non-trauma. Trauma yang menurut definisi American Heritage Dictionary adalah
luka, khususnya yang disebabkan oleh cedera fisik yang tiba-tiba. Trauma merupakan
penyebab utama kematian pada pasien di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab
utama kematian nomor empat pada orang dewasa selain penyakit kanker. Cedera yang
tidak disengaja merupakan penyebab utama trauma terbesar mencakup tabrakan
kendaraan bermotor (MVC, motor vehicle crashes), jatuh, tenggelam, atau luka bakar.
Untuk angka kejadian di Amerika Serikat pada tahun 2000 cedera yang tidak disengaja
menyebabkan 97.300 kematian dan 20.500.000 cedera yang menimbulkan kecacatan
(Morton, dkk, 2013). Cedera yang tidak disengaja merupakan penyebab terbanyak
kematian pada individu antara usia 1 dan 34 tahun. Pada kisaran usia 35 hingga 44 tahun,
cedera yang tidak disengaja adalah penyebab kematian kedua hanya setelah kanker
sebagai penyebab kematian terbanyak. (Morton, dkk, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 05 Agustus 2016 di
dapatkan data jumlah pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin
Banjarmasin dari bulan januari-desember 2015 berjumlah 21422 orang pasien, januari-
nopember 2016 berjumlah 2386 orang pasien. Rata-rata jumlah pasien setiap hari yang
masuk mencapai 70 pasien. (Rekam Medis RSUD Ulin Banjarmasin, 2016). Dari 10
besar kasus kegawatdaruratan yang terjadi di IGD Ulin Banjarmasin yang terdiri dari 6
kasus trauma yang terbagi menjadi beberapa jenis seperti Cedera Kepala ( ringan,
sedang, berat) Fraktur, Vulnus Laceratum, Vulnus Ictum dan Vulnus Excoriasi. (Sumber
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2017)
Dari data SPM IGD Ulin Banjarmasin pada bulan maret 2016 telah didapatkan
indikator untuk kemampuan menangani life saving di gawat darurat serta waktu tanggap
pelayanan di gawat darurat, tidak terdapat keterlambatan dalam waktu tanggap tindakan
8
pertama dari waktu yang telah ditetapkan untuk perawat yaitu < 5 menit dan untuk dokter
< 15 menit. (Sumber RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016).
Angka kejadian kasus kegawatdaruratan di IGD Ulin Banjarmasin yang meliputi
kasus trauma dari bulan januari-desember 2014 sampai januari-Nopember 2016 seperti
Venus Laceratum sebanyak 830, 636 jumlah keseluruhan 1466 kasus, Venus Ictum
sebanyak 364, 76 total keseluruhan 440 kasus, Venus Excoriasi sebanyak 146, 170
total keseluruhan 316 kasus, Fraktur sebanyak 523, 408 total keseluruhan 931 kasus,
CKR sebanyak 713, 738 total keseluruhan 1451 kasus, CKS sebanyak 230, 176 total
keseluruhan 406 kasus, CKB sebanyak 186, 182 total keseluruhan 368 kasus. (Sumber
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016).
Kasus trauma seharusnya mendapatkan waktu tanggap yang sama. Waktu
tanggap ini dapat berbeda jika pertimbangan waktu tanggap didasarkan pada tingkat
kegawatan dengan menggunakan metode triage,yaitu proses penggolongan pasien
berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmermann & Heer,2008).
Waktu tanggap di IGD Ulin Banjarmasin terhadap penanganan trauma berbeda
sesuai dengan kondisi pasien, apabila kondisi pasien termasuk dalam keadaan gawat
darurat (Merah) maka waktu tanggap 0-5 menit, gawat tidak darurat/ darurat tidak gawat
(Kuning) bisa menunggu dengan waktu tunggu 10 menit, tidak gawat dan tidak darurat.
Berdasarkan data diatas waktu tanggap perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin
sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan yaitu <5 menit. Dari
laporan tahunan IGD untuk pasien Bedah didapatkan jumlah kunjungan pasien dari tahun
2015-2016 sebanyak 5519, 5276 orang. Dan dari data laporan tahun 2015-2016 diperoleh
angka kematian pasien sebanyak 404, 375. Dari data tersebut terdapat selisih antara angka
kunjungan pasien dan angka kematian pasien, namun terdapat kecenderungan
peningkatan kasus kematian pasien di IGD sejak tahun 2015-2016. Sementara itu
penyebab kematian di IGD merupakan pasien dalam keadaan gawat darurat. Hal ini
dianggap perlu untuk dilakukan penelitian terkait dengan waktu tanggap perawat.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui waktu tanggap penanganan pada pasien trauma.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu tanggap (Respon
time) perawat dengan ketepatan penanganan trauma di IGD RSUD Ulin Banjarmasin
TINJAUAN PUSTAKA
Waktu tanggap pelayanan merupakan gabungan dari waktu
tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat
tanggapan atau respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan
waktu pelayanan yaitu waktu yang di perlukan pasien sampai selesai. Waktu
tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan
tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada. (Haryatun dan Sudarwanto,
2008).
9
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut
digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang.
Trauma dalam istilah kedokteran berarti cidera atau perlukaan atau cedera pada
jaringan. Trauma atau yang disebut injury atau wound, dapat juga diartikan
sebagai kerusakan atau luka yang disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan
terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.
Trauma juga diartikan sebagai kejadian yang tidak terduga karena kontak
yang keras dengan suatu benda sehingga kemungkinan menyebabkan trauma
seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat paparan zat kimia tertentu,
akibat ledakan, gigitan hewan, sengatan listrik maupun penyebab lainnya.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif korelasi dengan pendekatan
cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Notoatmodjo, 2010).
Tempat penelitian penelitian ini dilakukan di IGD RSUD Ulin Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Selatan.Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Maret - 28
April 2017. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang datang dengan keadaan
trauma di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin pada periode Maret- April
2017 sebanyak 41 orang. Instrument pengumpulan data yang digunakan berupa lembar
observasi yang telah disiapkan peneliti sebelumnya. Peneliti mengobservasi responden
secara langsung untuk mendapatkan data waktu tanggap dan ketepatan penanganan
trauma, Setelah semua data lengkap dan terkumpul kemudian data di analisis.
Tabel 1Distribusi Waktu Tanggap (respon time) Perawat di IGD RSUD Ulin
Banjarmasin
No Kategori Responden
(Pasien)
Persentase (%)
1 Cepat 39 95,1%
2 Lambat 2 4,8 %
Jumlah 41 100 %
Pada tabel 1 menunjukan bahwa hasil dari penelitian didapatkan mayoritas waktu tanggap
perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin yaitu waktu tanggap dalam kategori cepat
sebanyak 39 orang (95,1%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ketepatan Penanganan Fraktur di IGD RSUD Ulin
Banjarmasin
N
o
Ketepatan Penanganan trauma Jumlah Persentase
(%)
1 Tepat 40 97,5%
2 Tidak tepat 1 2,4%
Total 41 100
10
Pada Tabel 4.9 Analisis distribusi ketepatan penanganan trauma yang terjadi di
IGD RSUD Ulin Banjarmasin dalam kategori tepat berjumlah 40 orang (97,5%).
Analisa Bivariat
Hubungan Waktu Tanggap (Response Time) Perawat Dengan Ketepatan
Penanganan Trauma
Tabel 4.10 Tabel silang hubungan waktu tanggap (response time)
perawat dengan ketepatan penanganan trauma
Ketepatan penanganan trauma Total
Tepat Tidak tepat
F % F % F %
Waktu
Tanggap
Cepat 39 97,5% 0 0% 39 95,1%
Lambat 1 2,4% 1 2,4 % 2 4,8%
Jumlah 40 97,5 % 1 4,8 % 41 100
uji sperman rank (Rho) p= 0,698 Nilai p value 0,000
Tabel 4.10 Hasil analisis menggunakan uji statistik Spearman Rho,
didapatkan hasil p value adalah 0,000 dengan nilai α =0,05 sehingga
hasilnya p < α, dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,698 (hubungan
kuat). Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima, yang
artinya ada hubungan antara waktu tanggap (response time) perawat
dengan ketepatan penanganan trauma di IGD RSUD Ulin Banjarmasin
Tahun 2017.
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian waktu tanggap perawat di IGD RSUD Ulin
Banjarmasin yaitu berada di kategori cepat, dimana penanganan pasien
dilakukan dengan cepat dan tepat, hal ini dibuktikan dengan cepatnya
penanganan terhadap 39 responden (95,1%), meskipun ada penanganan
yang tidak tepat sebanyak 2 responden (4,8%).
2. Berdasarkan hasil penelitian tingkat penanganan trauma di IGD RSUD
Ulin Banjarmasin baik hal ini dibuktikan dengan tepatnya penanganan
trauma terhadap 40 responden (97,5%) meskipun ada penanganan yang
tidak tepat sebanyak 1 responden (2,4%).
3. Hasil ananlisis menggunakan uji statistik Sperman Rho, didapatkan hasil p
value 0,000 dengan nilai α= 0,05 sehingga hasilnya p < α, dengan nilai
koefisien korelasi yaitu 0,698 (hubungan kuat)
Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada
hubungan antara waktu tanggap (response time) perawat dengan ketepatan
penanganan trauma di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2017.
11
Saran
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Bagi ilmu keperawatan semoga hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa untuk memberikan wawasan
mengenai waktu tanggap penanganan di Instalasi Gawat Darurat
b. Bagi Penulis Selanjutnya
Agar dapat dijadikan bahan literatur untuk penelitian selanjutnya
mengenai masalah waktu tanggap (respon time) perawat dengan
ketepatan penanganan trauma
2. Manfaat Secara Praktis
a. Manfaat Bagi Praktisi Keperawatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya untuk perawat IGD untuk lebih
terus meningkatkan kinerja pelayanan agar terwujud pelayanan
yang cepat, tanggap dan tepat pada setiap pasien.
b. Manfaat Bagi RSUD Ulin Banjarmasin
1) Agar terus meningkatkan lagi mutu pelayanan sesuai dengan
visi dan misi Rumah Sakit.
2) Dengan masih adanya keterlambatan waktu tanggap perawat,
diharapkan pada pihak RS untuk meningkatkan kompetensi
petugas IGD dan memperbaiki waktu tanggap penanganan
yang belum tepat. Dengan cara melakukan pelatihan semakin
cepat waktu tanggap dalam melakukan penanganan pasien dan
akan mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pasien di
IGD.
c. Peneliti yang akan datang
1) Bagi peneliti selanjutnya peneliti menyarankan diteliti lebih
lanjut tentang penelitian kegawatdaruratan pasien dengan
waktu tanggap perawat di IGD, dikarenakan peneliti belum
melakukan penelitian pada variabel tersebut
2) Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan variabel
penelitian yang mempengaruhi waktu tanggap (response time)
maupun variabel ketepatan penanganan trauma sesuai SOP.
12
DAFTAR RUJUKAN
Abdul, W. (2013). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.
Trans Info Media: Jakarta
Achmad, (2012) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lamanya Waktu
Tanggap Perawat Pada Penanganan Asma Di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Penumbahan Senopati Bantul. Jurnal Keperawatan Universitas
Respati Yogtakarta
American Assosiation. (2009). Advance Trauma Life Support Doctor.
Apley, G & Solomon L. 2013. Buku Ajar Ortoprdi dan Fraktur Sistem Apley.
Jakarta: Widya Medika. hlm. 240 -63.
Arikunto, S. (2006). “ Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik ”. Jakarta :
PT
RINEKA CIPTA.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Australasian College for Emergency Medicine: The Australian Triage
Scale.http://www.acem.org.au/ open/documents/triage.htm. Diunduh 17
Desember 2014.
Binafsi, A. (2015). Buku Saku Keperawatan Pada Pasien Fraktur. Jakarta: EGC
Budiman, A dan Riyanto, A. 2013. Kuesioner Dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta :
Salemba Medika
DepKes. (2008). Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta
DepKes, RI. (2008). Peraturan Manteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor
1171/MENKES/PER/III/2011. Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.
Kartikawati, N. Dewi. 2013. Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat
Darurat.Salemba Medika: jakarta.
Hardisman. (2014). Penatalaksanaan Orthopedi Terkini untuk Dokter Layanan
Primer. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Haryatun, Sudarwanto. (2008). Buku Keperawatan Waktu Tanggap. Yogyakarta.
13
Haryatun (2008), Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan Pasien
Cidera Kepala Kategori I-V Di Instalasi Gawat Darurat Di IGD RSUP
PROF.DR R.D KANDOU MANADO, jurnal universitas Sumatra Barat.
Helmi. (2008). Buku Ajar Gangguan Musuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisa Data.
Surabaya: Salemba Medika.
Kartikawati, N. Dewi. (2013). Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat
Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kementrian Kesehatan. (2008). Ketepatan Pelayanan di IGD. Jakarta.
Kepmenkes. (2009). Tentang Standar IGD Rumah Sakit.
Keputusan Mantri Kesehatan. (2009). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit. Jakarta: Mentri Kesehatan Republik Indonesia.
Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambat
LeMone. (2008). Medical-Surgical Nursing Clien Fraktur. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Lewis. (2006). Medical Surgical Nursing. Philadelpia : Mosby Elsevier Inc.
Lukman & Ana. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur.
Jakarta: Salemba Medika
Mahyawati. (2015). Konsep Keterkaitan Waktu Tanggap dan Respon Time.
Morton, dkk. (2013). Keperawatan Krisis Volume. 2 Buku Kedokteran. Jakarta.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mutaqqin, A. (2008). Buku Saku Keperawatan Fraktur Praktik Aplikasi Pada
Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoadmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Puneka Cipta.
Noor,(2009), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Response Time Pada
Penanganan Pasien Instalasi Gawat Darurat RSUP Persahabatan
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oman, Kathelen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta:
EGC.
Pusponegoro, D Aryono. et al. (2010). Buku Panduan Basic Trauma and Cardiac
Output. Jakarta.
14
Rekam Medis RSUD Ulin Banjarmasin. (2016).
Rosjidi, C. H. (2007). Asuhan Keperawatan Klien dengan Cidera Kepala.
Yogyakarta: Ardana Media
Rosyidi. (2013). Buku Ajar Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sabriyanti, W. O. N. I. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus Pada Respon Time I di
Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non Bedah RSUP DR. Wahidin
Sudirohusudo.
Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfa Beta.
Suhartati. (2011). Konsep Waktu Tanggap. Jakarta: EGC.
Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009. Konsep Rumah Sakit. Jakarta.
Wijaya. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta: EGC.