pokok-pokok ketentuan normatif hubungan industrial ketenagakerjaan dan serikat pekerja

62
1 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA MASUKAN LPPM UNISMA BEKASI BAHAN DISKUSI UMR DAN SPSI BEKASI, 19 MEI 2007

Upload: casper

Post on 13-Jan-2016

206 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA. MASUKAN LPPM UNISMA BEKASI BAHAN DISKUSI UMR DAN SPSI BEKASI, 19 MEI 2007. DASAR HUKUM. UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; UU NO. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1

POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

MASUKAN LPPM UNISMA BEKASIBAHAN DISKUSI UMR DAN SPSI

BEKASI, 19 MEI 2007

Page 2: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

22

DASAR HUKUM

UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

UU NO. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Kepmenakertrans No. 16/Men/2001 tentang Pencatatan

Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Page 3: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

33

Pengertian HI

Suatu sistem hubungan Suatu sistem hubungan antara para pelaku dalam antara para pelaku dalam proses produksi barang dan proses produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja, dan pengusaha, pekerja, dan pemerintah yang didasarkan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945UUD 1945

Page 4: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

44

Sarana HI a) Serikat pekerja/serikat buruha) Serikat pekerja/serikat buruh

b) Organisasi pengusahac) Lembaga kerjasama bipartit

d) Lembaga kerjasama tripartit

e) Peraturan perusahaanf) Perjanjian kerja bersama

g) Peraturan per-UUan ketenagakerjaanh) Lembaga PPHI

Page 5: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

55

PKWTT dan

PKWT

Page 6: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

66

PKWT PKWT 1.1. Dibuat atas dasar jangka waktu atau Dibuat atas dasar jangka waktu atau

selesainya suatu pekerjaan tertentu;selesainya suatu pekerjaan tertentu;

2.2. Tertulis, dgn Bhs. Indonesia dan Tertulis, dgn Bhs. Indonesia dan huruf latin;huruf latin;

3.3. Bila dibuat tidak tertulis Bila dibuat tidak tertulis bertentangan dengan UU, dinyatakan bertentangan dengan UU, dinyatakan sebagai PKWTT;sebagai PKWTT;

4.4. Dalam hal dibuat dlm Bhs. Indonesia Dalam hal dibuat dlm Bhs. Indonesia dan bahasa asing, bila terjadi dan bahasa asing, bila terjadi perbedaan penafsiran, yang berlaku perbedaan penafsiran, yang berlaku perjanjian dlm Bhs. Indonesia.perjanjian dlm Bhs. Indonesia.

Page 7: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

77

5.5.Tidak dapat mensyaratkan adanya Tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja, bila masa percobaan kerja, bila dipersyaratkan batal demi hukum;dipersyaratkan batal demi hukum;

6.6.Dibuat untuk pekerjaan tertentu Dibuat untuk pekerjaan tertentu yang jenis atau kegiatan pekerjaan yang jenis atau kegiatan pekerjaan akan selesai pada waktu tertentu, akan selesai pada waktu tertentu, yaitu: yaitu: a.a. Pekerjaan yang sekali selesai/sementara sifatnya, Pekerjaan yang sekali selesai/sementara sifatnya,

b.b. waktunya tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun, waktunya tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun,

c.c. musiman, musiman,

d.d. berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau atau

e.e. produk tambahan yang masih dalam percobaan/ produk tambahan yang masih dalam percobaan/ penjajakan.penjajakan.

(Psl 57 s/d 59 UUKK)(Psl 57 s/d 59 UUKK)

Page 8: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

88

7.7. Tidak dapat diadakan untuk Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap; pekerjaan yang bersifat tetap;

8.8. PKWT berdasarkan waktu, dapat PKWT berdasarkan waktu, dapat diper-panjang atau diperbaharui. diper-panjang atau diperbaharui. Jangka waktu-nya paling lama 2 Jangka waktu-nya paling lama 2 tahun, dan hanya boleh tahun, dan hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu 1 tahun;waktu 1 tahun;

9.9. Perpanjangan PKWT paling lama 7 Perpanjangan PKWT paling lama 7 hari sebelum PKWT berakhir dan hari sebelum PKWT berakhir dan memberi-tahukan secara tertulis;memberi-tahukan secara tertulis;

10.10.Pembaharuan PKWT hanya boleh Pembaharuan PKWT hanya boleh dila-kukan masa tenggang waktu dila-kukan masa tenggang waktu 30 hari ber-akhirnya PKWT lama.30 hari ber-akhirnya PKWT lama.

Page 9: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

99

PKWT yang tidak PKWT yang tidak memenuhi ketentuan, memenuhi ketentuan, demi hukum menjadi demi hukum menjadi

PKWTTPKWTT

Page 10: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1010

PKWTTPKWTTPerjanjian antara Perjanjian antara

pekerja dengan pengusaha pekerja dengan pengusaha

yang memuatyang memuat

syatrat-syarat kerja, syatrat-syarat kerja,

hak dan kewajiban hak dan kewajiban

para pihak para pihak (Psl 1 butir 14 UUKK) (Psl 1 butir 14 UUKK)

Page 11: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1111

Penyerahan Penyerahan sebahagian sebahagian pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan kepada pekerjaan kepada perusahaan lainperusahaan lain

Page 12: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1212

PENYERAHAN PENYERAHAN PEKERJAANPEKERJAAN

1.1.Perusahaan dapat menyerahkan Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui:kepada perusahaan lainnya melalui:

Pemborongan pekerjaanPemborongan pekerjaanPenyediaan jasa pekerjaPenyediaan jasa pekerja

Page 13: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1313

2.2. Dengan syarat terpisah Dengan syarat terpisah dengan kegiatan utama, dengan kegiatan utama, perintah langsung atau tidak perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi langsung dari pemberi pekerjaan, kegiatan pekerjaan, kegiatan penunjang, dan tidak penunjang, dan tidak menghambat proses produksi;menghambat proses produksi;

3.3. Perusahaan penerima Perusahaan penerima pekerjaan harus berbadan pekerjaan harus berbadan hukum;hukum;

Page 14: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1414

4.4. Hubungan kerja diatur dalam per-Hubungan kerja diatur dalam per-janjian kerja secara tertulis janjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dengan antara perusahaan lain dengan pekerja;pekerja;

5.5. Pekerja dari perusahaan Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan untuk boleh digunakan untuk melaksanakan melaksanakan kegiatan pokokkegiatan pokok yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan proses produksi, kecuali jasa proses produksi, kecuali jasa penunjang/ kegiatan yang tidak penunjang/ kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan berhubungan langsung dengan proses produksi;proses produksi;

Page 15: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

1515

6.6. Hubungan kerja antara pekerja Hubungan kerja antara pekerja dengan penyedia jasa, dibuat dengan penyedia jasa, dibuat tertulis, perlindungan upah dan tertulis, perlindungan upah dan kesejah-teraan, syarat kerja, kesejah-teraan, syarat kerja, serta perselisihan menjadi serta perselisihan menjadi tanggung jawab penyedia kerja, tanggung jawab penyedia kerja, dan ada perjanjian antar peru- dan ada perjanjian antar peru-sahaan pengguna dgn penyedia sahaan pengguna dgn penyedia tenaga kerja;tenaga kerja;

7.7. Penyedia jasa pekerja berbadan Penyedia jasa pekerja berbadan hukum dan memiliki izin dari hukum dan memiliki izin dari intansi ketenagakerjaan.intansi ketenagakerjaan.

Page 16: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

16

PEMBORONGAN PEKERJAAN

Pasal 64 s/d 66 UUKK mengatur mengenai penyerahan pekerjaan dari perusahaan kepada perusahaan lain.UUKK sendiri mengakui adanya orang perorangan yang juga dapat menjadi pengusaha (pasal 1 butir (5) UUKK), tetapi oleh pasal 64s/d 66 UUKK, mereka tidak boleh menjadi pemborong diperusahaan.Pasal 65 ayat (3) yang mewajibkan perusahaan pemborong harus berbadan hukum telah dianulir oleh Kepmenakertrans.

Page 17: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

17

S A N K S IDalam Pasal 65 ayat (1) dan 66 ayat (2) butir (d), pemborong dan penyedia jasa pekerja, wajib membuat perjan-jian secara tertulis dengan perusahaan induk (pengguna jasa). UUKK tidak mengatur sanksinya lebih lanjut baik dalam pasal tersebut maupun dalam BAB XVI Ketentuan Pidana dan Sanksi Administrasi.

Page 18: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

18

PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA (PPJP)

Page 19: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

19

Pemberi Kerja Membuat Perjanjian Tertulis Dengan PPPJP, yang

Memuat:

1.Jenis pekerjaan dilakukan oleh pekerja dari PPJP

2.Dalam melaksanakan pekerjaan, hk-nya adalah antara PPJP dengan pekerja yang dipekerjakan perusahaan PPJP:

3. * Upah   * Kesejahteraan   *  Syarat-syarat Kerja   *  Perselisihan menjadi tanggung jawab PPJP

Page 20: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

20

Pekerja PPJP Tidak boleh digunakan untuk:

•Melaksanakan kegiatan pokok,

•Kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi

Page 21: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

21

PPJP BERSEDIA MENERIMA PEKERJA DARI PPJP SEBELUMNYA UNTUK

JENIS-JENIS PEKERJAAN YANG TERUS MENERUS, APABILA TERJADI

PENGGANTIAN PPJP PERJANJIANNYA DIDAFTARKAN,

APABILA TIDAK, IJIN OPERASIONAL PPJP AKAN DICABUT, DAN HAK-HAK PEKERJA TETAP MENJADI

TANGGUNG JAWAB PPJP YANG BERSANGKUTAN

Page 22: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

22

Kegiatan jasa penunjang (kegiatan yang tidak berhubungan langsung

dengan proses produksi) syaratnya:1. HK ANTARA PEKERJA DAN PPJP;2. PK YANG BERLAKU ANTARA

PEKERJA DAN PPJP, ADALAH PKWT/PKWTT YANG DIBUAT SECARA TERTULIS;3.UPAH/KESEJAHTERAAN, SYAKER, PER-SELISIHAN MENJADI TANGGWAB PPJP;

4. PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN PENGGUNA JP DENGAN PPJP, TER-TULIS DAN MEMUAT KETENTUAN DALAM UUKK.

Page 23: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

23

SYAKER BAGI PEKERJA PADA PPJP, YANG BEKERJA PADA PERU-SAHAAN PEMBERI KERJA SAMA DENGAN PK, PP, ATAU PKB ATAS:   UPAH/KESEJAHTERAAN   SYAKER   PERSELISIHAN

DENGAN PEKERJA LAINNYA DI PERUSAHAAN PEMBERI PEKERJAAN/

PER-UU-AN YANG BERLAKU

Page 24: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

24

PPJP WAJIB MEMILIKI IJIN OPERASIONAL DARI INS. KK-AN DI

KABUPATEN/KOTA SESUAI DOMISILI PPJP, dan TELAH:

1.BERBADAN HUKUM2.MEMPUNYAI AD YANG MEMUAT

KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN JASA PEKERJA3. MEMILIKI SIUP4.WAJIB LAPOR KK-AN (UU No. 7/1981)

Page 25: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

25

RESIKO YANG AKAN DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN:

• APABILA TIDAK BER-BH• TIDAK DIPENUHINYA SYAKER MENURUT UUKK

• TIDAK DIBUAT PK TERTULISDEMI HUKUM HK PEKERJA DENGAN

PERUSAHAAN PENERIMA PEMBORONGAN BERALIH MENJADI

HUBUNGAN KERJA PEKERJA (HKWT/HKWTT) DENGAN

PERUSAHAAN PEMBERI PEKERJAAN, SESUAI DENGAN PK YANG DIBUAT

DENGAN PEKERJA.

Page 26: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

26

TANTANGAN

SULIT MENENTUKAN YANG MERUPAKAN PEKERJAAN POKOK, ATAU

KEGIATAN YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN PROSES

PRODUKSIPEMECAHANNYA

SUSUN DAFTAR PEKERJAAN UTAMA YANG TERUS-MENERUS, ATAU YANG SEBALIKNYA

MASUKKAN KEDALAM PP ATAU PKB, SEHINGGA INSTANSI KETENAGAKERJAAN

MENGETAHUI, ADANYA KEGIATAN DIMAKSUD DI DALAM PERUSAHAAN

 

Page 27: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

27

CUTI BESAR

UUKK memberikan kepada pekerja hak untuk dapat menikmati cuti besar (istirahat panjang).Yang berlaku pada perusahaan tertentu, selan-jutnya akan diatur dalam keputusan menteri.Istirahat panjang ini hanya berlaku pada peru-sahaan yang telah melaksanakannya, yang sebelumnya telah diatur dalam PK, PP, atau PKB (Kepemenakertrans no. Kep-51/Men/IV/2004).

Page 28: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

2828

Pengupahan

Page 29: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

2929

UPAH POKOK

TUNJANGAN TETAP

Page 30: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3030

LIBUR

SAKIT

KECELAKAAN KERJA

PESANGON

JAMSOSTEK

BEKERJA

THR & BONUS

CUTI

LEMBUR

UPAH POKOK

UPAH

TUNJANGAN TETAP

Page 31: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

31

UPAH MINIMUM ATAU KENAIKAN UPAH

UUKK menjamin setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

UUKK telah terlalu jauh mencampuri kebijakan pengupahan di dalam perusahaan dengan mengatur struktur dan skala upah diperusahaan.

Page 32: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3232

Komponen UpahKomponen UpahUpah pokok dan tunjangan Upah pokok dan tunjangan

tetaptetapBesarnya upah pokok sedikitnya Besarnya upah pokok sedikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan 75% dari jumlah upah pokok dan

tunjangan tetap.tunjangan tetap.Upah harian, penghasilan sebulan Upah harian, penghasilan sebulan

= = 30 X penghasilan sehari. 30 X penghasilan sehari. Atas dasar satuan hasil, Atas dasar satuan hasil,

penghasilan sehari = rata-rata per penghasilan sehari = rata-rata per hari selama 12 bulan terakhir hari selama 12 bulan terakhir

tidak boleh kurang dari UMP/UMK. tidak boleh kurang dari UMP/UMK. Pekerjaan tergantung cuaca, upah Pekerjaan tergantung cuaca, upah

atas dasar borongan, upah atas dasar borongan, upah sebulan dihitung dari upah rata-sebulan dihitung dari upah rata-

rata 12 bulan terakhir.rata 12 bulan terakhir.

Page 33: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3333

PERJANJIAPERJANJIANNKERJA KERJA BERSAMABERSAMA

Page 34: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3434

Syarat-syarat kerja adalah:Syarat-syarat kerja adalah:

Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban pengusahan dan pekerja pengusahan dan pekerja yang belum diatur dalam yang belum diatur dalam

per-UU-anper-UU-an

Page 35: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3535

PKB-KETERWAKILAN PKB-KETERWAKILAN SP/SBSP/SB1.1. Memiliki anggota > 50% dari jumlah Memiliki anggota > 50% dari jumlah

seluruh pekerja di perusahaan;seluruh pekerja di perusahaan;2.2. ApabilaApabila tidaktidak memiliki anggota memiliki anggota

>50%, SP dapat mewakili pekerja >50%, SP dapat mewakili pekerja dalam perundingan dengan dalam perundingan dengan mendapat dukungan >50% dari mendapat dukungan >50% dari jumlah pekerja;jumlah pekerja;

3.3. SP dapat mengajukan kembali SP dapat mengajukan kembali setelah melampaui jangka waktu 6 setelah melampaui jangka waktu 6 bulan terhitung sejak dilakukannya bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara;pemungutan suara;

4.4. SP dapat berkualisi untuk mencapai SP dapat berkualisi untuk mencapai jumlah 50% dari pekerja;jumlah 50% dari pekerja;

5.5. SP membentuk tim berunding SP membentuk tim berunding secara proposional.secara proposional.

Page 36: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3636

PEMUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJAHUBUNGAN KERJA

Page 37: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3737

PHK MELALUI PPHIPHK MELALUI PPHI

Sejak dikeluarkannya Sejak dikeluarkannya keputusan MK, semua PHK keputusan MK, semua PHK

hanya dapat dilakukan hanya dapat dilakukan setelah mendapat setelah mendapat penetapan PPHI.penetapan PPHI.

Page 38: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

38

PHK KARENA PERUSAHAAN PINDAH

Dalam kasus perusahaan pindah lokasi, pekerja selalu mengalami kerugian eko-nomis, seperti masalah meningkatnya uang transport atau tempat tinggal ditempat yang baru. Ketentuan yang demikian sekarang tidak dicantumkan dalam UUKK (Lihat Pasal 163 ayat (1) UUKK).

Page 39: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

3939

PENGUNDURAN DIRIPENGUNDURAN DIRI1.1. Pekerja/buruh yang mengundurkan Pekerja/buruh yang mengundurkan

diri atas kemauan sendiri;diri atas kemauan sendiri;2.2. Menerima uang penggantian hak Menerima uang penggantian hak

dan uang pisah;dan uang pisah;3.3. Memenuhi syarat: mengajukan Memenuhi syarat: mengajukan

permohonan pengunduran diri 30 permohonan pengunduran diri 30 hari sebelum tanggal mulai hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri, tidak terikat pengunduran diri, tidak terikat dalam ikatan dinas, tetap dalam ikatan dinas, tetap melaksanakan kewajibannya;melaksanakan kewajibannya;

4.4. PHK atas pengunduran diri tanpa PHK atas pengunduran diri tanpa penetapan lembaga PPHI.penetapan lembaga PPHI.

Page 40: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

40

Bagi pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak, diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaanya diatur dalam PK, PP, atau PKB.Dalam pelaksanaanya sulit untuk menyepakati jabatan atau pekerjaan mana yang dapat dianggap fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung.

Page 41: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

41

PERUSAHAAN PAILITPengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja karena perusahaan pilit, dengan ketentuan pekerja berhak atas uang pesangon sebesar satu kali keten-tuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang pengganti hak sesuai ketentuan (Pasal 165 UUKK). UUKK tidak mengatur mengenai tat cara pengaturan dan prioritas atas hak-hak pekerja yang perusahaan-nya pailit.

Padahal upah pekerja adalah sumber nafkah peker-ja, berbeda dengan piutang lainnya.

Page 42: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

4242

PEKERJA MANGKIRPEKERJA MANGKIRPekerja yang 5 hari kerja atau Pekerja yang 5 hari kerja atau

lebih berturut-turut tanpa lebih berturut-turut tanpa keterangan tertulis, setelah keterangan tertulis, setelah dipanggil pengusaha dua kali dipanggil pengusaha dua kali

secara patut dan tertulis, secara patut dan tertulis, dapat di-PHK karena dapat di-PHK karena

dikualifikasikan dikualifikasikan mengundurkan diri.mengundurkan diri.

> Berhak uang penggantian > Berhak uang penggantian hak hak dan uang pisah.dan uang pisah.

Tetap perlu penetapan PPHI?Tetap perlu penetapan PPHI?

Page 43: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

4343

Besarnya uang pisah

1. Rumusan tabel besarnya uang pisah

2. Tingkat pekerja yang berhak atas uang pisah

Page 44: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

4444

KESALAHAN BERATKESALAHAN BERAT

Selama ini telah berlangsung Selama ini telah berlangsung kesalahan berat selain yang kesalahan berat selain yang

diatur dalam per-UU-an, diatur dalam per-UU-an, diatur dalam PP/PKB.diatur dalam PP/PKB.

Tidak semua kesalahan berat Tidak semua kesalahan berat adalah perbuatan pidanaadalah perbuatan pidana

Sejak dicabutnya Pasal 158 oleh Sejak dicabutnya Pasal 158 oleh MK tidak ada lagi PHK jadi karena MK tidak ada lagi PHK jadi karena

alasan kesalahan berat.alasan kesalahan berat.

Page 45: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

45

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Pemecahan masalahnya oleh pemerintah, dengan mengeluarkan Surat Edaran Menakertrans Nomor: SE-13/MEN/SJ-AK/I/2005, yang isi pokoknya adalah sbb:

1. Pengusaha yang melakukan PHK dengan alasan pasal 158 ayat (1), dilakukan setelah ada putusan hakim pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

2. Apabila pekerja ditahan pihak yang berwajib, berlaku ketentuan pasal 160 UUKK;

3. Dalam hal terdapat “alasan mendesak” yang mengakibatkan tidak memungkinkan hubungan kerja dilanjutkan, pengusaha dapat menempuh upaya penyelesaian melalui LPPHI

Page 46: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

4646

PHK PENSIUNPHK PENSIUN

Pengusaha dapat mem-PHK karena Pengusaha dapat mem-PHK karena memasuki usia pensiun;memasuki usia pensiun;

Besarnya jaminan/manfaat pensiun Besarnya jaminan/manfaat pensiun kalau tidak diatur tersendiri kalau tidak diatur tersendiri

mengacu pada peraturan per-UU-mengacu pada peraturan per-UU-anan

Page 47: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

4747

SURAT PERINGATANSURAT PERINGATAN

Per-UU-an tidak merumuskan Per-UU-an tidak merumuskan perbuatan yang dapat SP perbuatan yang dapat SP

pertama, kedua, dan ketiga;pertama, kedua, dan ketiga;Peluang untuk dirumuskan Peluang untuk dirumuskan

secara rinci dan jelas di dalam secara rinci dan jelas di dalam PP/PKB;PP/PKB;

Diatur juga mekanisme Diatur juga mekanisme pelaksanaannya termasuk tata pelaksanaannya termasuk tata cara sanggahan dari pekerja.cara sanggahan dari pekerja.

Page 48: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

48

UPAH SELAMA SKORSINGATAU UPAH PROSES

Rumusan yang paling memenuhi rasa keadilan masyarakat adalah dilakukan dilakukan pem-bedaan berdasarkan kasusnya. Karena UUKK tidak membedakannya, baik selama diskorsing maupun selama dalam masa proses PHK, upah tetap dibayar penuh sehingga tidak ada per-bedaan antara skorsing dan proses PHK yang tidak didahului dengan tindakan skorsing (pencegahan perulangan perbuatan).

Page 49: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

4949

UPAH SELAMA PROSESUPAH SELAMA PROSES

Diatur dalam hal apa,Diatur dalam hal apa,

upah selama proses PHKupah selama proses PHK

tetap dibayartetap dibayar

dan dalam hal dan dalam hal

PHK yang bagaimana PHK yang bagaimana

upah selama proses tidak upah selama proses tidak dibayardibayar

Page 50: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5050

MOGOK KERJAMOGOK KERJA

Mogok kerja sebagai hak dasar Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan SP dilakukan pekerja dan SP dilakukan

secara sah, tertib, dan damai secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat sebagai akibat

gagalnya perundingangagalnya perundingan

Page 51: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

51

MOGOK ILEGAL OLEH SEKELOMPOK PEKERJA

Dalam prakteknya akan sulit sekali meminta pertanggungjawaban terhadap mogok yang dilakukan oleh sekelompok pekerja (bukan SP).Dalam peraturan pelaksanaanya, akibat hukum mo-gok yang tidak sah, pekerja dianggap (dikualifikasi-kan) mangkir, bila mengakibatkan hilangnya nyawa manusia dianggap sebagai kesalahan berat. Sebagai pekerja yang dianggap mangkir, maka peker-ja yang mogok ilegal masih berhak atas uang peng-gantian hak dan uang pisah (Pasal 198 jo. Pasal 162 UUKK).

Page 52: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5252

SERIKASERIKATT

PEKERJPEKERJAA

Page 53: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5353

MAKNA KEBEBASAN BERSERIKAT

PERLINDUNGAN UNDANG-UNDANG TERHADAP PEKERJA

UNTUK MEMBENTUK ATAU TIDAK MEMBENTUK, MENJADI ANGGOTA ATAU TIDAK MENJADI ANGGOTA

SP ATAS PILIHANNYA SENDIRI TANPA

PAKSAAN, ANCAMAN DAN INTERVENSI SIAPAPUN.

Page 54: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5454

Terselenggaranya keseimbangan kepentingan dan tujuan antara pengusaha dengan pekerja di perusahan

Terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan dan meningkatnya kesejahteraan

Kebebasan berserikat di perusahaan memperhatikan:

Page 55: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5555

TUJUAN PEMBENTUKAN SP/SBTUJUAN PEMBENTUKAN SP/SB

MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA PEKERJA/BURUH

PEMBELAAN HAK DAN KEPENTINGAN ANGGOTA

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA

PENYALUR ASPIRASI PEKERJA

Page 56: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5656

TUJUAN KEBEBASANTUJUAN KEBEBASAN BERSERIKAT BERSERIKAT

Untuk meningkatkan potensi Untuk meningkatkan potensi dan kualitas pekerja melalui dan kualitas pekerja melalui organisasiorganisasi

Sebagai sarana pendidikan Sebagai sarana pendidikan pekerja dalam berorganisasipekerja dalam berorganisasi

Sarana menciptakan Sarana menciptakan demokratisasi di perusahaandemokratisasi di perusahaan

Memberikan wawasan kepada Memberikan wawasan kepada pekerja dalam pelaksanaan pekerja dalam pelaksanaan kebebasan berserikatkebebasan berserikat

Page 57: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5757

FUNGSI SERIKAT PEKERJA

1.1. PIHAK DALAM PERSELISIHAN H.I PIHAK DALAM PERSELISIHAN H.I

2.2. PIHAK DALAM PEMBUATAN PKB DAN PHKPIHAK DALAM PEMBUATAN PKB DAN PHK

3.3. WAKIL PEKERJA DALAM KELEMBAGAAN HIWAKIL PEKERJA DALAM KELEMBAGAAN HI

4.4. SEBAGAI SARANA PELAKSANAAN HI SEBAGAI SARANA PELAKSANAAN HI YANG HARMONIS, DINAMIS, DEMOKRATIS YANG HARMONIS, DINAMIS, DEMOKRATIS DAN BERKEADILANDAN BERKEADILAN

5.5. SEBAGAI PERENCANA, PELAKSANA DAN SEBAGAI PERENCANA, PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB PEMOGOKANPENANGGUNG JAWAB PEMOGOKAN

6.6. SEBAGAI WAKIL PEKERJA DALAM SEBAGAI WAKIL PEKERJA DALAM MEMPERJUANGKAN KEPEMILIKAN SAHAM MEMPERJUANGKAN KEPEMILIKAN SAHAM DI PERUSAHAANDI PERUSAHAAN

Page 58: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5858

SIFAT SERIKAT PEKERJA

1.BEBAS2.TERBUKA3.MANDIRI 4.DEMOKRATIS5.BERTANGGUNG JAWAB

Page 59: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

5959

1.1.BebasBebas, tidak dibawah pengaruh atau , tidak dibawah pengaruh atau tekanan dari pihak laintekanan dari pihak lain

2.2.TerbukaTerbuka, tidak membedakan aliran , tidak membedakan aliran politik, agama,suku, dan jenis kelaminpolitik, agama,suku, dan jenis kelamin

3.3.MandiriMandiri, ditentukan oleh kekuatan , ditentukan oleh kekuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lainlain

4.4.DemokratisDemokratis, sesuai dengan prinsip , sesuai dengan prinsip demokrasidemokrasi

5.5.BertanggungjawabBertanggungjawab, dalam mencapai , dalam mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan tujuan dan melaksanakan hak dan kewajiban bertanggungjawab kepada kewajiban bertanggungjawab kepada anggota, masyarakat, dan negaraanggota, masyarakat, dan negara

Page 60: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

6060

HAK SERIKAT PEKERJA1.Membuat PKB2.Mewakili pekerja dlm perselisihan

HI3.Mewakili pekerja dalam lembaga

ketenagakerjaan4.Mewakili lembaga/melakukan

kegiatan dengan usaha peningkatan kese-jahteraan

5.Kegiatan lainnya yang tidak berten-tangan dengan UU ketenagakerjaan

Page 61: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

6161

KEWAJIBAN SERIKAT PEKERJA

1.Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak dan memper-juangkan kepentingannya

2.Memperjuangkan peningkatan kese-jahteraan anggota

3.Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggota (AD/ART))

Page 62: POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

6262

Melaksanakan Tugas Melaksanakan Tugas Serikat PekerjaSerikat Pekerja

Perlu diatur dalam PKB, ijin Perlu diatur dalam PKB, ijin bagi Pekerja yang bagi Pekerja yang

melaksanakan tugas SP/SB atas melaksanakan tugas SP/SB atas persetujuan pengusahapersetujuan pengusaha

Bagaimana mekanisme Bagaimana mekanisme pelaksanaannyapelaksanaannya

Dalam hal apa berupa atau tidak Dalam hal apa berupa atau tidak berupahberupah

Lama waktunyaLama waktunya