plasenta previa tugas

29
BAB I PENDAHULUAN Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup (estimasi kematian maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA tahun 2000). Hal ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia akan meninggal setiap menitnya. Kematian maternal 98% terjadi di negara berkembang dan sebenarnya sebagian besar kematian ini dapat dicegah. 1 Angka kematian maternal di negara – negara maju berkisar antara 20 per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan di negara – negara berkembang angka ini hampir 20 kali lebih tinggi yaitu berkisar antara 440 per 100.000 KH. Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan terdapat 240.000 kematian maternal setiap tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal sebesar 210 per 100.000 KH. Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki angka kematian maternal yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per 100.000 KH dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada SKRT tahun 1995. Sedangkan pada SKRT yang dilakukan pada tahun 2001, angka kematian maternal 1

Upload: anjari-agnesia-sastrowijoyo

Post on 06-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obsgyn

TRANSCRIPT

Page 1: Plasenta Previa Tugas

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai

akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga

diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran

hidup (estimasi kematian maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA tahun 2000).

Hal ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia akan meninggal

setiap menitnya. Kematian maternal 98% terjadi di negara berkembang dan

sebenarnya sebagian besar kematian ini dapat dicegah. 1

Angka kematian maternal di negara – negara maju berkisar antara 20 per

100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan di negara – negara berkembang angka

ini hampir 20 kali lebih tinggi yaitu berkisar antara 440 per 100.000 KH. Di

wilayah Asia Tenggara diperkirakan terdapat 240.000 kematian maternal setiap

tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal sebesar 210 per 100.000

KH. Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki angka kematian

maternal yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per 100.000 KH

dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada SKRT tahun 1995. Sedangkan

pada SKRT yang dilakukan pada tahun 2001, angka kematian maternal kembali

mengalami peningkatan yaitu sebesar 396 per 100.000 KH dan dari SDKI 2002 /

2003 angka kematian maternal menjadi sebesar 307 per 100.000 KH. Hal ini

menunjukkan bahwa angka kematian maternal di Indonesia cenderung stagnan. 1-3

Hampir dua pertiga kematian maternal disebabkan oleh penyebab

langsung yaitu perdarahan (25%), infeksi / sepsis (15%), eklamsia (12%), abortus

yang tidak aman (13%), partus macet (8%), dan penyebab langsung lain seperti

kehamilan ektopik, embolisme, dan hal – hal yang berkaitan dengan masalah

anestesi (8%). Sedangkan sepertiga lainnya disebabkan oleh penyebab tidak

langsung yaitu keadaan yang disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang

sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan dan memberat dengan adanya

kehamilan atau persalinan, seperti terdapatnya penyakit diabetes, hepatitis,

anemia, malaria atau AIDS (19%). 1,2

1

Page 2: Plasenta Previa Tugas

Pada laporan chichaki dan kawan-kawan disebutkan perdarahan obstetrik

pada kehamilan lanjut yang sampai menyebabkan kematian terdiri dari solusio

plasenta (19%) dan koagulopati (14%), robekan jalan lahir termasuk ruptura uteri

(16%), plasenta previa (7%) dan plasenta akreta/inkreta dan perkreta (6%) dan

atonia uteri (15%). Salah satu faktor yang mempengaruhi mortalitas dan

morbiditas maternal dan perinatal adalah faktor keterlambatan pasien menerima

bantuan medik saat pertama pasien mulai sakit di rumah, keterlambatan dalam

pengangkutan ke rumah sakit bahkan sampai di rumah sakit pun masih sering

terjadi keterlambatan.4

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri

internum (OUI). 4,5 Faktor Predisposisinya antara lain multiparitas dan umur lanjut

( >/ = 35 tahun), defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat

perubahan atrofik dan inflamatorotik, cacat atau jaringan parut pada endometrium

oleh bekas pembedahan (SC, Kuret, dll), konsepsi dan nidasi terlambat, plasenta

besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

Plasenta previa sering menjadi penyebab perdarahan pada kehamilan

lanjut ini perlu mendapat perhatian dalam penanganannya agar tidak terjadi

keterlambatan yang menyebabkan mortalitas maupun morbiditas ibu dan janin.

2

Page 3: Plasenta Previa Tugas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai

bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan

beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki

mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup

janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat

energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi

janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan

pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu

proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan

implantasi atau disebut dengan plasenta previa.4

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh

karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas

Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan

normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang

agak ke arah fundus uteri.4,5

2.2 Klasifikasi

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :4,5

1. Plasenta previa totalis : apabila jaringan plasenta menutupi seluruh

ostium uteri internum.

2. Plasenta previa parsialis : apabila jaringan plasenta menutupi sebagian

ostium uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis : plasenta yang tepinya terletak pada pinggir

ostium uteri internum.

3

Page 4: Plasenta Previa Tugas

4. Plasenta previa letak rendah : apabila jaringan plasenta berada kira-kira

3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak

teraba.

2.3 Etiologi

Menurut Sheiner etiologi plasenta previa sampai saat ini belum

diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang

berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya:6,7,8

1) Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim,

menyebabkan plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan

serviks.

2) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau

jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau

aborsi).

3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.

4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

6) Plasenta terbentuk secara tidak normal.

7) Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara

daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan

vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat

persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan

memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir

(Sumapraja dan Rachimhadi, 2005).

8) Ibu merokok atau menggunakan kokain.

9) Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih

besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di

bawah usia 20 tahun (Sheiner, 2001). Hasil penelitian Wardana (2007)

menyatakan usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat

dengan bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Plasenta

4

Page 5: Plasenta Previa Tugas

previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode

trimester ke III. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan usia lebih

dari 35 tahun (Varney, 2006). Prevalensi plasenta previa meningkat 3

kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur

diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat

meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian

Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor

risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan

arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak

merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan

yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.

2.4 Patofisiologi

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding

uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena

permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat

untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta

terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali.4,6

Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang

luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.

Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml

tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada

kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot

selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium

dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang

dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot

menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh

darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblas.4,6

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya

terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih

mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Menurut

Manuaba Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan :4,6

5

Page 6: Plasenta Previa Tugas

a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi

b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk

mampu memberikan nutrisi janin

c. Villi korealis pada korion leave yang persisten

Menurut Davood, Sebuah penyebab utama perdarahan trimester ketiga,

plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit.

Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen

bawah uterus pada trimester ketiga.4,5,6

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih

melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen

bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat

diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari

dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna

merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang

berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang

terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus

marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena

ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi

menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus

menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.

Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,

perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta

letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.4,5,6

2.5 Gejala Klinis

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi pada saat penderita tidur

atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak

akan berakibat fatal dan sering berhenti sendiri. Akan tetapi perdarahan

berikutnya selalu lebih banyak daripada perdarahan sebelumnya dan lebih

berbahaya jika sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun

perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak

6

Page 7: Plasenta Previa Tugas

jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah

uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.4,10

Dengan bertambahnya usia kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih

melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Plasenta yang letaknya lebih tinggi

dapat menyebabkan perdarahan yang baru muncul ketika persalinan dan sering

kali salah didiagnosis dengan solutio plasenta. Darah berwarna merah segar,

berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna

kehitaman. Sumber perdarahan berasal dari sinus uterus yang terobek karena

lepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari

plasenta. Perdarahan yang terjadi tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan

segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak

seperti perdarahan pada kala III dengan letak plasenta yang normal.4,10

Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang

karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi

kepala, kepalanya akan didapatkan belum masuk ke dalam pintu atas panggul

yang mungkin karena plasenta previa sentralis, menggolak ke samping karena

plasenta previa parsialis, menonjol di atas simfisis karena plasenta previa

posterior, atau bagian terendah janin tidak teraba karena plasenta previa anterior.

Pada plasenta previa tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau

letak sungsang.4,9

2.6 Diagnosis

Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester

kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Ini dapat

dilakukan pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin bahkan tetap tidak

terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta previa

sebagian.5,9

1) Anamnesis

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan

perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,

apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta

banyaknya perdarahan.

7

Page 8: Plasenta Previa Tugas

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa

rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida

2) Pemeriksaan luar

Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah

beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis.

Palpasi

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering

dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila

letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau

mengolak di atas pintu atas panggul.

3) Ultrasonografi

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata

sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan

tidak rasa nyeri.

USG abdomen selama trimester kedua menunjukkan penempatan

plasenta previa. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat

mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdominal ultrasonografi

dengan keakuratan berkisar 95%. Dengan USG dapat ditentukan implantasi

plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5

cm disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa,

dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain.

4) Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal

dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila

perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus

dicurigai.

8

Page 9: Plasenta Previa Tugas

2.7 Penatalaksanaan

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah

sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah dan operasi.

Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali, atau boleh dikatakan tidak

pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya

masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit,

sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu lebih banyak daripada

sebelumnya. Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam kecuali dalam

keadaan siap operasi.4,10

Apabila dari penilaian ternyata perdarahan yang telah berlangsung atau

yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan/atau janinnya (yang

masih hidup), dan kehamilannya belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat

janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan

untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik

lagi. Penanganan pasif ini, pada kasus-kasus tertentu sangat bermanfaat untuk

mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas, asal jangan

dilakukan pemeriksaan dalam.4,10

Penganganan pasif ini diperkenalkan oleh Johnson dan Macafee pada

tahun 1945 untuk beberapa kasus plasenta previa yang janinnya masih prematur

dan perdarahannya tidak berbahaya, sehingga tidak diperlukan tindakan

pengakhiran kehamilan segera. Pengalamannya membuktikan bahwa perdarahan

pertama pada plasenta previa jarang sekali fatal apabila sebelumnya tidak

dilakukan pemeriksaan dalam dan perdarahan berikutnya pun jarang sekali fatal

apabila sebelumnya ibu tidak menderita anemia dan tidak pernah dilakukan

pemeriksaan dalam.4,10

Penanganan pasif ini bertujuan untuk memberikan kesempatan janin untuk

dapat hidup dan berkembang lebih lama di dalam uterus sehingga akan

meningkatkan luaran bayi kemungkinan bayi untuk hidup di luar kandungan lebih

besar lagi.4,9 Penanganan pasif ini harus dilakukan secara konsekuen dimana

menuntut fasilitas rumah sakit dan perhatian dokter yang luar biasa. Penderita

harus dirawat di rumah sakit sejak perdarahan pertama sampai pemeriksaan

menunjukkan tidak adanya plasenta previa atau sampai bersalin. Transfusi darah

9

Page 10: Plasenta Previa Tugas

atau operasi harus dapat dilakukan setiap saat apabila diperlukan. Anemia harus

segera diatasi mengingat kemungkinan perdarahan berikutnya. Menilai banyaknya

perdarahan harus lebih didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit

secara berkala, daripada memperkirakan banyaknya darah yang hilang

pervaginam. Ada atau tidaknya plasenta previa diperiksa dengan penentuan letak

plasenta secara tidak langsung.4,10 Penderita dianjurkan untuk melakukan tirah

baring atau bedrest, diberi hematinik, antibiotika, dan tokolitik bila ada his. Bila

umur kehamilan kurang dari 34 minggu diberikan kortikosteroid untuk

mempercepat pematangan paru-paru janin. Jika ibu memiliki tipe darah Rh

negatif, diberikan injeksi Rh immune globulin atau RhoGam.6

Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan, pada pasien dilakukan mobilisasi

bertahap. Setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan, pasien boleh pulang

dengan diinformasikan agar mengurangi aktifitas fisik dan menghindari setiap

manipulasi intravaginal.4,10

Untuk cara penanganan pasif berdasarkan protap di Rumah Sakit Sanglah

adalah sebagai berikut 9,10

a. Observasi di kamar bersalin IRD selama 24 jam.

b. Keadaan umum ibu diperbaiki, berikan transfusi sampai Hb lebih dari 10 gr%.

c. Berikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin (menjaga kemungkinan

penanganan pasif gagal), dengan dexametason 5 mg, 4 kali tiap 6 jam.

d. Bila perdarahan berhenti, penderita dipindahkan ke ruangan setelah

sebelumnya dilakukan USG di IRD.

e. Observasi Hb setiap hari, tensi, nadi, denyut jantung janin, perdarahan setiap 6

jam.

f. Penanganan pasif gagal jika terjadi perdarahan berulang (penanganan aktif).

g. Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang setelah dilakukan

mobilisasi.

h. Waktu pasien pulang, diberi nasehat agar istirahat, tidak melakukan

koitus/manipulasi vagina, bila perdarahan lagi segera datang ke rumah sakit,

dan periksa ulang (ANC) 1 minggu lagi.

Dilakukan penanganan aktif segera dan penanganan pasif harus ditinggalkan,

jika terdapat salah satu dari keadaan dibawah ini :4,14

10

Page 11: Plasenta Previa Tugas

Penurunan kondisi ibu

Perdarahan aktif

Umur kehamilan > 36 minggu

Taksiran berat janin > 2500 gram

Gawat janin pada janin yang viable

Kontraksi uterus yang tidak berespon pada pengobatan

Dalam hal ini pemeriksaan dalam dapat dilakukan di meja operasi dalam

keadaan siap operasi.

Pada umumnya memilih cara persalinan yang terbaik tergantung dari

derajat plasenta previa, paritas dan banyaknya perdarahan. Beberapa hal lain yang

harus diperhatikan pula ialah apakah terhadap penderita pernah dilakukan

pemeriksaan dalam, atau penderita pernah mengalami infeksi seperti seringkali

terjadi pada kasus-kasus kebidanan yang terbengkalai.4,10

Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea,

tanpa menghiraukan faktor-faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada

primigravida sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak, apalagi

berulang, merupakan indikasi mutlak umtuk seksio sesarea karena perdarahan itu

biasanya disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya daripada

apa yang ditemukan pada pemeriksaan dalam, atau vaskularisasi yang hebat pada

serviks dan segmen bawah uterus.4,10

Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis,

atau plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi

dengan pemecahan selaput ketuban. Akan tetapi, apabila ternyata pemecahan

selaput ketuban tidak mengurangi perdarahan yang timbul kemudian, atau setelah

12 jam tidak terjadi persalinan, atau terjadi gawat janin, maka seksio sesarea harus

dilakukan. Dalam memilih cara persalinan per vaginam hendaknya dihindarkan

cara persalinan yang lama dan sulit karena akan sangat membahayakan ibu dan

janinnya.4,10

Pada kasus yang terbengkalai, dengan anemia berat dengan perdarahan

atau infeksi intrauterin, baik seksio sesarea maupun persalinan per vaginam sama-

sama tidak mengamankan ibu maupun janinnya. Akan tetapi, dengan bantuan

transfusi darah dan antibiotika secukupnya, seksio sesarea masih lebih aman

11

Page 12: Plasenta Previa Tugas

daripada persalinan per vaginam untuk semua kasus plasenta previa totalis dan

kebanyakan kasus plasenta previa parsialis. Seksio sesarea pada multigravida

yang telah memiliki anak hidup cukup banyak dapat dipertimbangkan untuk

dilanjutkan dengan histerektomi untuk menghindarkan terjadinya perdarahan

postpartum yang sangat mungkin akan terjadi, atau sekurang-kurangnya

dipertimbangkan untuk dilanjutkan dengan sterilisasi untuk menghindarkan

kehamilan yang berikutnya. Terdapat 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan

per vaginam dan persalinan per abdominal (seksio sesarea). Persalinan per

vaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian

plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan

berhenti. Seksio sesarea bertujuan untuk secepat-nya mengangkat sumber

perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk

menghentikan perdarahannya dan untuk menghindarkan perlukaan pada serviks

dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan per

vaginam.4,10

12

Page 13: Plasenta Previa Tugas

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.Serati Nama Suami : Tn. Memeng

Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Melayu Suku : Melayu

Alamat : Lipat Kain Alamat : Lipat Kain

No. MR : 87.70.51

II. ANAMNESA

Seorang pasien (Ny. S) masuk Kamar Bersalin RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 2 Januari 2014 Jam 03.15 WIB Kiriman Puskesmas Kampar dengan suspek plasenta previa

II.1. Keluhan utama : Keluar darah segar dan bergumpal dari kemaluan

II.2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 13 jam SMRS. Darah

keluar tiba-tiba dari jalan lahir membasahi 2 pembalut. Keluar darah ini tidak

disertai rasa nyeri dan tidak disertai dengan keluar air-air tak tertahankan. Pasien

menyangkal keputihan, trauma, dan terjatuh. Karena keluhan ini pasien berobat ke

Puskesmas lalu dirujuk ke RSUD AA. Pasien mengaku hamil 9 bulan dengan

HPHT 20 April 2014 (36-37 minggu), TP 27 Januari 2015, ANC tiap bulan di

Puskesmas, USG belum pernah. Gerakan janin dirasakan aktif sejak usia

kehamilan 5 bulan.

II.3. R H M : Mual (+), muntah (+), perdarahan (-)

II.4. R H T : Mual (-), muntah (-), perdarahan (+)

II.5. P N C : Teratur di Puskesmas, USG belum pernah

II.6. R. Makan Obat : vitamin (-), penambah darah (-)

II.7. R. Penyakit Dahulu : HT (-), DM (-), Asma (-), Jatung (-)

II.8. R. Penyakit Keluarga : HT (-), DM (-), Asma (-), Jatung (-)

II.9. R. Haid : menarche umur 14 tahun, siklus teratur, lama 5-7 hari, nyeri haid

(-)

13

Page 14: Plasenta Previa Tugas

II.10. R. Perkawinan :1 kali umur 22 tahun

II.11. R. Kehamilan/R. Abortus/R. Persalinan :

I. Hamil saat ini

II.12. R. KB :

Disangkal

II.13. R. Sosial : Suami : Petani

Istri : Ibu rumah tangga

III. PEMERIKSAAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 86 kali/menit

Suhu : 36,5 0C

Napas : 20 kali/menit

Gizi : baik

TB : 155 cm BB : 49 kg

Status generalis

Kepala : konjuctiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-)

Leher : pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP (-)

THT : dalam batas normal

Dada

Paru : Vesikuler (+), Rh(-), Wh(-)

Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Status obstetrikus

Genitalia : Status obstetrikus

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat (+), CRT < 2 detik, motorik 5 5

Sensasi raba (+), nyeri (+), suhu (+) 5 5

14

Page 15: Plasenta Previa Tugas

IV. STATUS OBSTETRIKUS

Muka : Chloasma gravidarum (-/-)

Mammae : Aerola hiperpigmentasi (+/+), mammae membesar dan menegang

(+/+)

Abdomen :

Inspeksi : Perut membesar sesuai usia kehamilan, linea nigra(+), striae (+)

Palpasi :

L1 : teraba massa lunak, bulat, tidak melenting, TFU 3 jari dibawah prosesus

xypoideus

L2 : teraba tahanan terbesar pada sisi kanan, tahanan terkecil sisi kirI

L3 : teraba massa keras, bulat melenting

L4 : belum masuk PAP (5/5)

TFU : 32 cm TBJ: 2945 gr HIS: (-) Auskultasi DJJ: 146 dpm Teratur

Genitalia Eksterna :

Inspeksi/Palpasi : v/u tenang, tampak rembesan darah

Genitalia Interna/Pemeriksaan dalam

Inspekulo :

Vagina : dinding licin, perdarahan aktif (-)

Porsio : Porsio licin, livide, OUE tertutup, fluksus (+), flour (-), darah (+)

tidak aktif

VT/ bimanual palpasi : tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

Darah lengkap : WBC 9,1 /Ul, RBC 3.400.000 /Ul, hB 10,5 g/gL, Ht 32 %,

MCV 85,1 fL, MCH 28,1 pg, MCHC 33,7 g/dl PLT 215.000

Pemeriksaan usg (17-11-14) : kesan janin tunggal, letak kepala, air ketuban

cukup, plasenta corpus kiri, tepi mendekati SBR grade III, hematoma

retroplasentar (-).

15

Page 16: Plasenta Previa Tugas

VI. RESUME PEMERIKSAAN

Pasien mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 13 jam SMRS. Darah

keluar tiba-tiba dari jalan lahir membasahi 2 pembalut. Keluar darah ini tidak

disertai rasa nyeri dan tidak disertai dengan keluar air-air tak tertahankan.

Pasien menyangkal keputihan, trauma, dan terjatuh. Karena keluhan ini

pasien berobat ke Puskesmas lalu dirujuk ke RSUD AA. Pasien mengaku

hamil 9 bulan dengan HPHT 20 April 2014 (36-37 minggu), TP 27 Januari

2015. Menarch usia 14 tahun, menikah usia 22 tahun. Status Obstetrikus TFU

3 jari dibawah prosesus xypoideus, (32cm), punggung kanan, kepala belum

masuk PAP 5/5, his (-), DJJ 146 dpm, TBJ 2945 gr.

Pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal.

Pemeriksaan usg (17-11-14) : kesan janin tunggal, letak kepala, air ketuban

cukup, plasenta corpus kiri, tepi mendekati SBR grade III, hematoma

retroplasentar (-).

VII.DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA : G1 hamil 36-37 minggu dengan plasenta letak rendah +

janin hidup tunggal intrautrein presentasi kepala

VIII.PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK YANG DIUSULKAN :

USG konfirmasi

IX.TERAPI

- Hemodinamik ibu stabil : Observasi tanda vital, kontraksi DJJ, perdarahan

Observasi tanda profuse bleeding

- Management konservatif : Nifedipin 10 mg peroral/15 menit

Ceftriaxone 2x1 gr

X.PEMERIKSAAN PENUNJANG (Jika ada)

- CTG

16

Page 17: Plasenta Previa Tugas

XI.DIAGNOSIS PASTI

G1 hamil 36-37 minggu dengan plasenta letak rendah + janin hidup tunggal

intrautrein presentasi kepala

XII.RENCANA TINDAKAN

• SC elektif

• SC cito jika didapatkan tanda-tanda profuse bleeding

XIII.PROGNOSA

Dubia ad bonam

Mengetahui Mahasiswa yang memeriksa

Dokter Pembimbing

Dr. Renardy Reza, Sp.OG Anjari Agnesia W

17

Page 18: Plasenta Previa Tugas

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health and

Research WHO, 2003.

2. UNFPA, SAFE Research study and impacts. Maternal mortality update 2004,

delivery into good hands. New York, UNFPA; 2004.

3. Saifudin AB. Issues in training for essential maternal healthcare in Indonesia.

Medical Journal of Indonesia Vol 6 No. 3, 1997: 140 – 148.

4. Prawiroharjo S. Ilmu kebidanan. 2009. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo

5. Perkumpulan obstetri dan ginekologi indonesia. Standar pelayanan medik

obstetri dan ginekologi. 2006.

6. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran

Bandung. Obstetri patologi. Bandung: Elstar Offset Bandung; 1984. 110-20.

7. Miller D.A. Obstetric hemorrhage. 2004. [diakses 11 Maret 2012]

http://www.obfocus.com/images/previa.gif.htm.

8. Cunningham F.G, Leveno K.J, Bloom S.L. Obstetrical hemorrhage. Williams

obstetric. Edisi ke-22. McGraw-Hill Companies; 2007

9. Karkata K. Pedoman diagnosis obstetrik dan ginekologik. Denpasar:

Bagian/SMF Kebidanan dan Ilmu Penyakit Kandungan FK Unud/RS Sanglah

10. Saifudin A.B, Wiknjosastro G.H, Affandi B, Waspodo D. Buku panduan

praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Cetakan ke-7. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002. 18-24.

18

Page 19: Plasenta Previa Tugas

Laporan Kasus

PLASENTA PREVIA

Oleh :

Anjari Agnesia Wibowo

0908113646

Pembimbing:

dr. Renardy Reza, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK SENIORBAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAURSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

PEKANBARU2014

19