plasenta previa ami

Upload: prashana-velayutham

Post on 07-Jul-2015

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.1 Plasenta previa adalah salah satu perdarahan antepartum yang bersumber pada plasenta. Plasenta letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus yang normalnya terletak dibagian atas uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.2 Angka kejadian plasenta previa meningkat pada setiap kehamilan dan diperkirakan terjadi pada 1 diantara 20 wanita yang memiliki faktor resiko, dan meningkat 2 kali lipat pada kehamilan ganda.4 Plasenta previa merupakan komplikasi dalam kehamilan 28 minggu atau lebih serta bisa menyebabkan komplikasi yang serius terhadap ibu dan janinnya.3 Faktor predisposisi terjadinya plasenta previa sangatlah bervariasi, hal ini menyebabkan seorang ibu hamil mudah dan beresiko untuk mengalami kejadian plasenta previa.2 Patofisiologi terjadinya plasenta previa tidak diketahui secara pasti. Kondisi ini bersifat multifaktorial dan diperkirakan berhubungan dengan multiparitas, kehamilan kembar, usia lanjut, riwayat persalinan seksio sesaria, dan riwayat abortus.3 Terdapat 4 derajat abnormalitas plasenta previa yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta letak rendah.2 Gambaran klinis yang tampak berupa perdarahan pervaginam yang berwarna merah segar, tidak nyeri, dan muncul pada wanita hamil tanpa tandatanda peringatan sebelumnya.2 Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obsterik, serta dapat dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi yang memiliki nilai keakuratan 98%.1

1

Penanganan plasenta previa dapat dilakukan secara pasif yaitu penanganan secara konservatif dan secara aktif dengan terminasi kehamilan tergantung dari kasus yang dihadapi.6

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Pada keadaan yang normal plasenta terletak dibagian atas uterus.1 II.2.Epidemiologi Di USA, plasenta previa terjadi kira-kira 5 dari 1000 kelahiran dan memiliki angka kematian 0,03%. Data terbaru yang tercatat tahun 1989-1997 plasenta previa terjadi 2,8 per 1000 kelahiran di USA. Wanita 30 tahun keatas 3 kali lebih besar peluangnya mengalami plasenta previa daripada wanita yang lebih muda. Beberapa studi menduga plasenta previa meningkat pada ras Afrika, Amerika, dan Asia, akan tetapi hal ini masih menjadi kontroversial.3 II.3. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah:2 1. Multiparitas 2. Usia lanjut 3. Riwayat persalinan seksio sesaria 4. Uterus yang abnormal 5. Plasenta yang besar 6. Bentuk plasenta yang abnormal II.4. Patofisiologi Mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diketahui. Vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atropi pada desidua akibat parsalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi.

3

Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.1 II.5. Klasifikasi Ada 4 derajad abnormalitas yang diketahui yaitu: 1. Plasenta Previa Totalis Ostium uteri internum tertutup sama sekali oleh jaringan plasenta. 2. Plasenta Previa Parsialis Ostium uteri internum tertutup oleh sebagian oleh jaringan plasenta. 3. Plasenta Previa Marginalis Tepi plasenta terletak pada bagian pinggir ostium uteri internum. 4. Plasenta Letak Rendah Plasenta tertanam dalam segmen baewah uterus sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium uteri internum tetapi terletak sangat berdekatan dengan ostium tersebut. Pinggir plasenta letaknya kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir ostium uteri internum, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.2 II.6. Gambaran Klinis Gambaran klinis yang tampak pada plasenta previa adalah:1,5 1. Kehamilan 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam yang sifatnya tidak nyeri dan darah berwarna merah (segar). Perdarahan terjadi tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri. Walaupun perdarahan sering terjadi pada trimester ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen

4

bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat ditempat tersebut tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Sumber perdarahan adalah sinus uteru yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus aatu karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada Kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan lebih dini terjadi daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai. 2. Keadaan umum sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. 3. Sering disertai dengan kelainan letak janin. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang. 4. Bagian terendah janin masih tinggi atau tidak masuk Pintu Atas Panggul. Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan didapatkan belum masuk ke pintu atas panggul.

5

II.7.Diagnosis Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya adalah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan tersebut salah.1 1. Anamnesa Hamil 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam tanpa rasa nyeri, berulang, dan berwarna merah segar.4 Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan keadaan umum pasien, kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu rektal. 3. Status general Pemeriksaan general meliputi kepala, mata, telinga, hidung, tenggorok, leher, dada (jantung, paru, abdomen), tungkai bawah. 4. Pemeriksaan obstetri Pemeriksaan ini meliputi: a. Inspeksi Pemerikasaan dengan menggunakan inspekulo. Bertujuan untuk mengetahui perdarahan berasal dari ostium ueri eksternum atau dari serviks dan vagina seperti erosi porsio, polip serviks, varises vulva dan trauma. b. Palpasi Dengan pemeriksaan leopold dapat mengetahiu letak janin, apakah normal atau tidak.Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.

6

c. His His perlu diketahui apakah ada his atau tidak, klau terdapat his adekuat atau tidak. d. Auskultasi Denyut Jantung Janin harus didengarkan untuk mengetahui keadaan janin didalam rahim. e. Pemeriksaan Dalam Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa adalah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat

menimbulkan perdarahan banyak. Oleh karena itu pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan siap operasi. Pemeriksaan dalam dimeja operasi dilakukan dengan: Perabaan forniks, yang dilakukan bila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul, perlahanlahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat apabila tidak terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama tidak adanya plasenta previa. Pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan kedalam kanalis servikalis, dengan tujuan kalau-kalau meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon teraba, segera jari

7

telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan sekali-kali berusaha menelusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan.1 5. Pemeriksaan Penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalh dengan pemeriksaan laboratorium, dan penentuan diagnosis pasti dengan pemeriksaan menggunakan USG. Penggunaan USG merupakan pemeriksaan dengan metode sederhana, paling tepat dan paling aman untuk menentukan lokasi plasenta dengan ketepatan yang cukup meyakinkan (98%). Hasil positif palsu sangat besar kemungkinannya disebabkan oleh distensi kandung kemih. Karena itu pemeriksaan skrining USG pada kasus-kasus yang tampak positf harus diulang segera setelah kandung kemih dikosongkan.2 II.8.Penatalaksanaan Pasien dengan plasenta previa dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok yaitu: Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat kebutuhan yang mendesak untuk melahirkan janin tersebut. Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang aterm. Kelompok yang berada dalam proses persalinan. Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga uterus harus dikosongkan meskipun janin masih matur.2 Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2500 gram,tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri dari:6 Penanganan konservatif sampai umur kehamilan aterm berupa tirah baring, hematinik, antibiotika, dan tokolitik bila ada his. Bila

8

selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan , pasien boleh pulang. Pengurangan aktifitas fisik Penghindaran setiap manipulasi intravaginal. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan aktif. Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih dan taksiran berat janin 2500 gram maka dilikukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan baik secara pervaginam atau perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta previa marginalis, plasenta letak rendah, dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih. Pada kasus tersebut bila tidak banyak perdarahannya maka dapat dilakukan pemecahan kulit ketuban.6 Pemecahan selaput ketuban adalah cara terpilih untuk melangsungkan persalinan pervaginam karena bagian bawah janin akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah, dan bagian plasenta yang berdarah itu dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapt dihindari. Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka ada 2 cara lain yang lebih keras menekan plasenta dan mungkin pula lebih cepat menyelesaikan persalinan, yaitu pemasangan cunam willet dan versi Braxton Hicks, akan tetapi cara ini sudah lama ditinggalkan karena cara seksio sesaria jauh lebih aman. Semua cara ini mungkin mengurangi atau menghentikan perdarahan dengan menimbulkan tekanan yang terus menerus pada plasenta akan mengurangi sirkulasi darah antara uterus dan plasenta, sehingga juga menyebabkan anoksia serta kematian janin. Oleh karena itu, cara ini senderung dilakukan pada janin yang telah mati, atau yang prognosisnya untuk hidup diluar uterus tidak baik. Cara ini, apabila akan dilakukan lebih tepat dilakukan pada multiparakarena persalinan nya dijamin lancar, dengan demikian penekanan pada plasenta tidak berlangsung lama.1Bila his tidak adekuat dapat diberikan oksitosin drip. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesaria.

9

Persalinan seksio sesaria diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana pembukaannya kurang dari 4 cm atau serviks belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan plasenta previa dengan gawat janin.6 Gawat janin tidak boleh merupakan halangan intuk melakukan seksio sesaria, demi keselamatan ibu, akan tetapi gawat ibu mungkin menunda seksio sesaria sampai keadaannya dapat diperbaiki apabila fasilitas memungkinkan. Pada seksio sesaria hendaknya perdarahan yang banyak dari pihak ibu dan janin. 1 II.9. Komplikasi Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi. Komplikasi pada ibu dapat berupa: perdarahan post partum dan syok karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim, infeksi dan trauma uterus atau serviks. Komplikasi pada bayi berupa prematuritas dengan angka kematian 5%.6 II.10. Prognosis Dengan penanggulangan yaing baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekalio. Sejak diperkenalkan cara pasif, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama. Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu, yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah air kita, sehingga beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan terpaksa digunakan, seperti paemasangan cunam willet dan versi Braxton Hicks. Tindakan-tindakn ini sekurang-kurangnya masioh dianggap pentingh untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitas seksio sesaria belum ada. Dengan demikian tindakan-tindakan ini lebih banyak ditujukan demi keselamatan ibu dari pada janinnya.

10

BAB III LAPORAN KASUS III.1. Identitas kasus Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan suami Agama Alamat No. Reg No. RM MRS III.2. Anamnesa Penderita kiriman Puskesmas Narmada dengan G2P1A0, APB. Penderita mengeluh keluar darah sejak tanggal 8 Desember 2005, dan memeriksakan diri di Puskesmas Narmada. Di Puskesmas tersebut penderita mendapatkan rawat inap selama 4 hari. Penderita mengeluh sakit perut (-), keluar air (-), gerak anak (+). HPHT: 20 Mei 2005, TP: 27 Februari 2006 Riwayat Penyakit Jantung (-), riwayat Hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat Asma (-) Riwayat kehamilan: I. II. Menikah 1 kali selama 5 th Riwayat pemakaian KB: Suntik stop 1 th yang lalu. Rencana KB:IUD III.3.Pemeriksaan Fisik Status Present (12 Desember 2005) Keadaan Umum Baik Perempuan, 2800gr,spt,dukun,4 th ini Jro Widarne 30 th Perempuan SD Swasta Hindu Dusun Suranadi Selatan Narmada Lombok Barat 05.12.5079 69.73.76 12 Desember 2005 (jam 13.30, UGD)

Pemeriksaan kehamilan di bidan teratur

11

Kesadaran Tekanan Darah Frekuensi Nadi Frekuensi Pernafasan Suhu rektal Berat badan Tinggi badan III.4. Status General Kepala Mata Telinga Hidung Tenggorokan Leher Dada -Jantung -Paru -Abdomen Tungkai bawah III.5. Pemeriksaan Obstetri Inspeksi Palpasi His Auskultasi Vag Pemeriksaan Dalam III.6. Pemeriksaan penunjang Laboratorium: Hb: 7,5 gr% WBC: 7,2.103 /L HCT: 22,5% PLT: 242.103/L BT: 300 CT: 600 III.7. Diagnosis:

Kompops mentis 120/80mmHg 80 X/mnt 20 X/mnt 36.70 C 55 kg 158 cm

Normal Anemis (+), Ikt (-) Normal Normal Normal Normal S1S2 tunggal, Murmur (-) Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Hepar dan lien sulit dievaluasi Odem -/Perut membesar Fundus Uteri 20cm, letak bujur (-) DJJ (+) 12.12.13 Perdarahan aktif (-) Tidak dikerjakan

12

G2P1A0, 290-30 mg, T/H, Let.bujur, APB (Susp. Plasenta Previa)+anemia TBJ: 800gr III.8. Rencana Penatalaksanaan Rencana Diagnosis: USG tgl 13 Desember 2005 Rencana Terapi: Konservatif -Bed rest 3 hari -Mobilisasi 3 hari -infus RL -Dexamethason 2X10mg -SF 2XI III.9. Perjalanan Penyakit Tgl: 12 Desember 2005 Pkl.15.00 (VK) Observasi his, djj. Pkl.16.00 Diinjeksikan Dexamethason 10mg im Diberikan obat oral SF Tgl: 13 Desember 2005 S: keluhan (-) O: St. present: KU: baik T:120/80mmHg, N:80 X/mnt, R:20X/mnt, t:36,70C St.general: Mata: anemis (+) Cor/po:dbn St.obst : Abd: Fut 20 cm, let.bujur His (-),djj (+)12.13.13 Vag: Ass: Perdarahan aktif (-)

13

G2P1A0, 29-30mg,T/H, Let.bujur, APB (susp.Plasenta Previa) +Anemia+Bed Rest hari ke I P: -Konservatif -Bed rest -USG hari ini. Hasil USG Plasenta di korpus Posterior sampai Segmen Bawah Rahim BPD ~29mg AC ~31mg FL ~31mg EFW~1500gr Kesan: Plasenta Letak Rendah Tgl 14 Desember 2005 S: keluhan (-) O: St. present: KU: baik T:120/80mmHg, N:80 X/mnt, R:20X/mnt, t:36,50C St.general: Mata: anemis (+) Cor/po:dbn St.obst : Abd: Fut 20 cm, let.bujur His (-),djj (+)12.13.13 Vag: Ass: G2P1A0, 29-30mg,T/H, Let.bujur, APB (Plasenta Letak Rendah) +Anemia+Bed Rest hari ke II Perdarahan aktif (-) -infus RL -injeksi dexametason 10mg Pk.04.00

14

P:

-Konservatif -Bed rest -SF 2x1 Pasien pindah ke ruangan -infus RL

15 Desember 2005 S: keluhan (-) O: St. present: KU: baik T:120/80mmHg, N:80 X/mnt, R:20X/mnt, t:36,50C St.general: Mata: anemis (+) Cor/po:dbn St.obst : Abd: Fut 20 cm, let.bujur His (-),djj (+)12.12.13 Vag: Ass: G2P1A0, 29-30mg,T/H, Let.bujur, APB (Plasenta Letak Rendah) +Anemia+Bed Rest hari ke III P: -Konservatif -Bed rest -infus RL -SF 2x1 Perdarahan aktif (-)

tgl 16 Desember 2005 S: keluhan (-) O: St. present:

15

KU: baik T:120/80mmHg, N:80 X/mnt, R:20X/mnt, t:36,50C St.general: Mata: anemis (-) Cor/po:dbn St.obst : Abd: Fut 20 cm, let.bujur His (-),djj (+)12.13.13 Vag: Ass: G2P1A0, 29-30mg,T/H, Let.bujur, APB (Plasenta Letak Rendah) +Anemia+Mobilisasi hari I P: -Konservatif -Mobilisasi -SF 2x1 Tgl 17 Desember 2005 S: keluhan (-) O: St. present: KU: baik T:110/80mmHg, N:80 X/mnt, R:20X/mnt, t:36,80C St.general: Mata: anemis (-) Cor/po:dbn St.obst : Abd: Fut 20 cm, let.bujur His (-),djj (+)12.12.13 Vag: Perdarahan aktif (-) Perdarahan aktif (-)

16

Ass: G2P1A0, 29-30mg,T/H, Let.bujur, APB (Plasenta Letak Rendah) +Anemia+Mobilisasi hari ke II P: -Konservatif -Mobilisasi -SF 2x1 tgl 18 Desember 2005 S: keluhan (-) O: St. present: KU: baik T:120/80mmHg, N:80 X/mnt, R:20X/mnt, t:36,50C St.general: Mata: anemis (-) Cor/po:dbn St.obst : Abd: Fut 20 cm, let.bujur His (-),djj (+)12.13.13 Vag: Perdarahan aktif (-)

Ass: G2P1A0, 29-30mg,T/H, Let.bujur, APB (Plasenta Letak Rendah) +Anemia+Mobilisasi hari III P: -Konservatif -Mobilisasi -SF 2x1 Pasien BPL

17

BAB IV PEMBAHASAN Pasien, Jro Widane,30th, dari Dusun Suranadi Selatan Narmada Lombok Barat, MRS tanggal 12 Desember 2005 pada pk. 13.00 wita.Pasien merupakan kiriman dari Puskesmas Narmada dengan G2P1A0 APB. Pasien datang ke Puskesmas karena mengalami perdarahan yang mendadak tanpa nyeri perut sejak tanggal 8 Desember 2005. Di Puskesmas pasien mendapatkan pertolongan berupa infus RL dan obat oral SF. Karena perdarahannya tidak berhenti, bidan merujuk ke RSU Mataram. Keadaan umum saat itu baik, status present dalam batas normal, pada status general tampak mata anemis dan yang lainnya dalam batas

18

normal. Pemeriksaan obstetri didapatkan tinggi fundus uteri 20 cm, letak bujur, tidak terdapat his, djj baik, dan VT tidak dikerjakan.Pemeriksaan vagina dengan inspekulo ditemukan perdarahan yang tidak aktif. Dari semua gejala klinis dan pemeriksaan yang didapat menunjukan kalau diagnosisnya mengarah ke Antepartum Bleeding, dengan suspek plasenta previa. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan Darah Lengkap dan didapatkan Hb 7,5 gr%. Dari pemeriksaan ini dan mata yang anemis pasien didiagnose anemia. Sehingga diagnose sementara yang didapat adalah G2P1A0,29-30mg, T/H, letak bujur,APB (PlasentaPrevia) +anemia. Rencana terapi yang akan dilakukan adalah konservatif dengan melakukan bed rest selama 3 hari, injeksi dexamethason 2x10mg, infus RL, pemberian obat oral SF serta direncanakan USG. Sebelum USG pasien diobservasi his dan djj. Tanggal 13 Desember dilakukan USG oleh untuk memastikan diagnosis APB dan hasilnya didapatkan kesan plasenta letak bawah. Selanjutnya pasien bed rest di VK dan tanggal 14 pindah keruangan setelah dipastikan status present, status general dalam batas normal serta perdarahan sudah minimal. Diruangan dilakukan pula observasi djj dan his. Pada tanggal 15 Desember, pasien melakukan bedrest hari III, dan tgl mulai tanggal 16 Desember, perdarahan tidak ada dan mata anemis (-) mulai dilakukan mobilisasi selama 3 hari. Dan tanggal 18 pasien pulang. BAB V KESIMPULAN Semua wanita dengan perdarahan pervaginam selama kehamilan sebaiknya ditangani oleh spesialis. Peranan USG sangatlah penting untuk membantu mendiagnose plasenta previa dengan tepat, sehingga penangananya bisa dilakukan dengan cepat dan tepat. Ibu dan keluarga harus menyadari sepenuhnya mengenai permasalahan plasenta previa dan selalu dalam keadaan yang siap untuk membawa pasien ke rumah sakit dengan segera sehingga kesulitannya dapat segera diketahui oleh petugas rumah sakit

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Sarwono Prawiroharjo,Ilmu Kebidanan ,Plasenta previa,hal:365376 2. Williams Obsteric 18th, Plasenta previa,hal:846-851 3. Patricks ko;Placenta Previa;in http:www..emedice.com (6 Jan 2005) 4. SharonRoseane;PlacentaPrevia;in:http:www.medistore.com/cyber man.com(19 Ags 2005) 5. Kornia Karkata:Pedoman Diagnosis Obstetrik dan Ginekologik;Plasenta Previa hal 22-24

20

6. Perdarahan Selama Kehamilan;in:http:www.kalbefarma.com (21 Okt 2005)

LAMPIRAN

a. b. c. d.

Plasenta previa totalis Plasenta previa parsilis Plasenta previa marginalis Plasenta letak rendah

21