plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · studi kasus pada pemerintah kabupaten sleman dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM
MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani
NIM: 112114068
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM
MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani
NIM: 112114068
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
Apapun yang kita mohon dari Tuhan biarlah kita juga berusaha
untuk mencapainya. ( 2Petrus 1.4)
Three grand essentials to happiness in this life are something to do,
something to love, and something to hope for. Tiga hal penting untuk
kebahagiaan dalam hidup ini adalah sesuatu untuk dikerjakan; sesuatu
untuk dicintai, dan sesuatu untuk diharapkan. (Joseph Addison-Penulis
dan penyair Inggris)
Skripsi Ini Kupersembahkan untuk :
Bapakku Vincensius Sumanto dan Ibuku Fransisca Ratganda
Kakak-kakakku dan Keponakanku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM
MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya
aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang
lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan
ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya
sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Maria Margareta Cahyaningrat W.K.P.H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani
Nim : 112114068
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM
MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Maria Margareta Cahyaningrat W. K. P.H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
araham dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada :
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis
2. Dr.Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Akt.,C.A. selaku Dosen Pembimbing
yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. A.Diksa Kuntara,S.E., MFA.,QIA. dan Josephine Wuri, S.E.,M.Si. selaku
dosen penguji skripsi saya.
4. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
5. Drs. Ardani selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Kabupaten Sleman.
6. Erny Maryatun, S.IP, MT selaku Kepala bidang Statistik, Penelitian, dan
Perencanaan yang mengatasnamakan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Dra. Rini Murti Lestari, Akt, MM selaku Kepala Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman .
8. Drs. Harjana selaku Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman.
9. Orangtua penulis dan kakak penulis yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan, doa, dan semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Teman-teman mahasiswa akuntansi angkatan 2011 atas dukungan dan
kebersamaannya selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Maria Margareta Cahyaningrat W.K.P.H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ..................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ......................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................. xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................ xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .......................................................xiii
ABSTRAK ................................................................................................ xiv
ABSTRACT ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 6
E. Sistematika Penulisan .................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Akuntansi Pemerintahan................................................. 8
B. Otonomi Daerah ........................................................... 14
C. Keuangan Daerah ......................................................... 18
D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .................. 31
E. Kerangka Pemikiran ..................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data ................................................ 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................... 42
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 43
D. Teknik Analisis Data ................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Letak Geografis ........................................................... 50
B. Pemerintahan ............................................................... 53
C. Penduduk, Tenaga Kerja, Keluarga Berencana, dan
Transmigrasi ................................................................ 53
D. Sosial ........................................................................... 55
E. Pertanian ...................................................................... 57
F. Industri ......................................................................... 59
G. Pertambangan dan Penggalian ..................................... 60
H. Perdagangan ................................................................ 60
I. Hotel ............................................................................ 60
J. Pariwisata .................................................................... 61
K. Transportasi ................................................................. 61
L. Keuangan dan Perbankan ............................................ 61
M. Produk Domestik Regional Bruto ............................... 62
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data dan Pembahasan .................................... 63
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 92
B. Keterbatasan Penelitian ............................................... 94
C. Penutup ........................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 96
LAMPIRAN ............................................................................................ 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
III.1 Tingkat Kemandirian Daerah ....................................................... 45
III.2 Tingkat Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah ............. 46
III.3 Tingkat Kemampuan Rutin Daerah .............................................. 47
III.4 Tingkat Pertumbuhan Daerah ....................................................... 48
IV.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ............................................. 51
V.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ......................................... 65
V.2 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal .............................................. 67
V.3 Rasio Indeks Kemampuan Rutin .................................................. 69
V.4 Rasio Keserasian .......................................................................... 72
V.5 Rasio Pertumbuhan ....................................................................... 75
V.6 Analisis Trend Rasio Kemandirian Daerah ................................... 77
V.7 Analisis Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ...................... 79
V.8 Analisis Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin .......................... 80
V.9 Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) ................... 82
V.10 Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal) ...................... 83
V.11 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) .................................. 85
V.12 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (TPD) ................................... 86
V.13 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) ................. 88
V.14 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) ................... 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
IV.1 Banyaknya Penduduk Kabupaten Sleman ........................................ 54
IV.2 Banyaknya Industri Kecil di Kabupaten Sleman .............................. 59
V.1 Grafik Tend Rasio Kemandirian Daerah ........................................... 78
V.2 Grafik Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ............................. 80
V.3 Grafik Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin ................................. 81
V.4 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) ............................ 83
V.5 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal ............................... 84
V.6. Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) .......................................... 86
V.7 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (TPD) .......................................... 87
V.8 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) ........................ 89
V.9 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan(Belanja Modal) ........................... 90
V.10 Grafik Trend Pendapatan dan Belanja Daerah ................................. .91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Tentang Penelitian .................................................. 99
Lampiran 2 Surat Izin Tentang Penelitian .................................................. 100
Lampiran 3 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010 ............................... 101
Lampiran 4 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2011 ............................... 103
Lampiran 5 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2012 ............................... 105
Lampiran 6 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2013 ............................... 107
Lampiran 7 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2014 ............................... 109
Lampiran 8 Output Spss Rasio Kemandirian .............................................. 111
Lampiran 9 Output Spss Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ..................... 112
Lampiran 10 Output Spss Rasio Indeks Kemampuan Rutin ......................... 113
Lampiran 11 Output Spss Rasio Keserasian (Belanja Operasi) .................... 114
Lampiran 12 Output Spss Rasio Keserasian (Belanja Modal) ...................... 115
Lampiran 13 Output Spss Rasio Pertumbuhan (PAD) .................................. 116
Lampiran 14 Output Spss Rasio Pertumbuhan (TPD) .................................. 117
Lampiran 15 Output Spss Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) ................ 118
Lampiran 16 Output Spss Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) .................. 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM
MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman
Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani
NIM:112114068
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2015
Tujuan penelitian ini : 1) untuk mengetahui pendapatan Kabupaten Sleman
dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah dari tahun anggaran 2010-2014
dengan dilihat dari rasio kemampuan keuangan daerah, rasio derajat desentralisai
fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, rasio pertumbuhan. 2)
Untuk mengetahui Kabupaten Sleman semakin mampu dalam melaksanakan
otonomi daerah dengan menggunakan analisis trend. Jenis penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan beberapa rasio keuangan.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada pemerintah Kabupaten Sleman.
Data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang
digunakan adalah deskriptif dengan angka indeks kemampuan keuangan sebagai
alat ukur dalam menilai kemampuan keuangan dari satu periode ke periode yang
lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Sleman
belum mampu mendukung pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari analisis rasio
dan analisis trend.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL CAPABILITY IN
SUPPORTING THE IMPLEMENTATION OF REGIONAL AUTONOMY
Case Study on the Sleman District Government
Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani
NIM:112114068
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
The purpose of this research were: 1) to determine whether incomes of
Sleman District has supported the implementation of regional autonomy of fiscal
year 2010-2014 as seen from the ratio of the regional of financial independence,
the degree of fiscal decentralization ratio, the ratio of routine capability index, the
ratio of the harmony, and the growth ratio. 2) To investigate whether Sleman
District is more able to carry out regional autonomy by using analysis of trend.
Types of this research uses quantitative with the use of several financial ratios.
Types of this research is a case study to the Sleman Regency government.
The data was obtained by interview and documentation. The data technical
analysis used is descriptive with the index of financial capabilities as
measurement tools in assessing financial capabilities from one period to another.
Results of these studies show that the Sleman District government has not yet
been able to support implementation of regional autonomy as seen by the analysis
of the ratios and analysis of trend.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam sebuah organisasi tentu memerlukan manajemen yang baik.
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bersama-sama mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berdasarkan tujuan, organisasi dikelompokkan menjadi tiga
menurut Jones dan Pendlebury dalam Sholihin(2015:1), yaitu profit-oriented
merupakan organisasi yang mempunyai tujuan utama memaksimumkan laba,
seperti perusahaan yang melakukan bisnis untuk tujuan utama memperoleh laba,
type A non-profit merupakan organisasi non laba yang seluruh atau hampir seluruh
sumber daya finansialnya diperoleh dari pendapatan penjualan barang dan jasa,
seperti rumah sakit pemerintah yang pendapatannya diperoleh dari jasa pelayanan
kesehatan dan tidak tergantung pendapatannya dari anggaran pemerintah, type B
non-profit merupakan organisasi non laba yang memperoleh sumber daya
finansial dalam jumlah yang signikan dari sumber selain penjualan barang dan
jasa, seperti pemerintah pusat dan daerah.
Pemerintah merupakan sebuah organisasi. Pemerintah ke dalam konteks
negara pastilah bertujuan nirlaba. Tujuan pemerintah tentu melaksanakan tujuan
negara. Oleh sebab itu, dapat dipahami tujuan pemerintah merupakan tujuan
negara. Pemerintah mempunyai tujuan yaitu untuk memajukan kesejahteraan
umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Di dalam pemerintahan daerah terdapat undang-undang yang mengatur
tentang otonomi daerah yang terdapat pada undang-undang nomor 23 tahun 2014.
Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang
dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap
pengelolaan pemerintah yang baik . PP nomor 58 tahun 2005 diganti menjadi PP
nomor 39 tahun 2007 mensyaratkan perlu dilakukannya pertanggungjawaban
dalam bentuk laporan keuangan (neraca, laporan arus kas, laporan realisasi
anggaran dan catatan atas laporan keuangan) oleh kepala daerah.
Kemampuan keuangan daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari
pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya sendiri.
Menurut Munir dkk (2004:105), ciri utama yang menunjukkan suatu daerah
mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah, artinya daerah
otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-
sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang
cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kinerja keuangan merupakan tingkat pencapaian suatu target kegiatan
keuangan pemerintah daerah yang diukur melalui indikator-indikator keuangan
yang dapat dinilai dari hasil pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai
untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam
sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan
ekonomi. Menurut Arsyad (1992), suatu perekonomian bisa dikatakan mengalami
pertumbuhan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari waktu
sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang
dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada
tahun-tahun berikutnya.
Tujuan pelaporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah daerah atas sumber
yang dipercayakan. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas untuk
menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib
menyampaikan laporan pertanggungiawaban keuangan daerahnya untuk dinilai
apakah ia berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat
untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang
telah dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hasil analisis rasio keuangan digunakan sebagai alat ukur dalam menilai
kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi
daerah, mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan
daerah, mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya, mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan
dalam pembentukan pendapatan daerah, melihat pertumbuhan dan perkembangan
perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu
tertentu.
Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam keuangan daerah menjadi salah
satu tolak ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam arti semakin
besar suatu daerah memperoleh dan menghimpun PAD maka akan semakin besar
pula tersedianya jumlah keuangan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Otonomi Daerah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini, adalah:
1. Apakah pendapatan Kabupaten Sleman mampu mendukung pelaksanaan
otonomi daerah dilihat dari rasio kemampuan keuangan daerah, rasio derajat
desentralisai fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, rasio
pertumbuhan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Apakah Kabupaten Sleman semakin mampu melaksanakan otonomi daerah
dengan menggunakan analisis trend sebagai alat ukur dalam menilai
perkembangan kemampuan keuangan daerah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini, antara
lain:
1) Untuk mengetahui pendapatan Kabupaten Sleman mampu mendukung
pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari rasio kemampuan keuangan
daerah, rasio derajat desentralisai fiskal, rasio indeks kemampuan rutin,
rasio keserasian, rasio pertumbuhan.
2) Untuk mengetahui Kabupaten Sleman semakin mampu melaksanakan
otonomi daerah dengan menggunakan analisis trend sebagai alat ukur
dalam menilai perkembangan kemampuan keuangan daerah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.Bagi Instansi pemerintahan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi,
perbandingan, dan bahan acuan bagi instansi pemerintahan dalam rangka
upaya peningkatan kinerja pemerintah daerah untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pengelolaan keuangan daerah demi tercapainya keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang kinerja keuangan daerah
3. Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran
tentang sejauh mana perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah,
dan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan bagi penelitian
selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menjelaskan tentang pengertian akuntansi
pemerintahan, tujuan akuntansi pemerintahan, karakteristik
akuntansi pemerintahan, syarat akuntansi pemerintahan,
teknik pencatatan dalam akuntansi sektor publik, pengertian
otonomi daerah, beberapa komponen yang membentuk
otonomi daerah, prinsip otonomi daerah, tujuan kebijakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
otonomi daerah, kemampuan keuangan daerah, peningkatan
pendapatan daerah, pengelolaan pengeluaran daerah,
penyebab ketergantungan fiskal, anggaran pendapatan dan
belanja daerah, analisis rasio anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian dan sumber data,
waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data
Bab IV Gambaran Umum Kabupaten Sleman
Bab ini menjelaskan tentang keadaan geografis,
pemerintahan, keadaan penduduk, sosial, pertanian, industri,
pertambangan dan penggalian, perdagangan, hotel,
pariwisata, transportasi, keuangan dan perbankan, produk
domestik regional bruto.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang analisis data dan hasil penelitian serta
pembahasannya.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran.
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuntansi Pemerintahan
1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan
Menurut Nordiawan, dkk (2007) Akuntansi Sektor Publik adalah
proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan & pelaporan transaksi
keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi
keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk
pengambilan keputusan.
Menurut Halim, dkk (2012) Akuntansi sektor publik adalah suatu
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi
ekonomi dari suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM,
dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
2. Tujuan Akuntansi Pemerintahan
Menurut Nordiawan, dkk (2007:7), akuntansi pemerintahan mempunyai tiga
tujuan pokok, yaitu :
1) Pertanggungjawaban
Tujuan dari akuntansi pemerintahan adalah memberikan informasi
keuangan yang lengkap, cermat, dan dalam bentuk dan waktu yang
tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab, terkait
kegiatan unit-unit pemerintahan. Fungsi pertanggungjawaban itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengandung implikasi bahwa akuntansi pemerintahan seharusnya
menyediakan informasi tentang berbagai tindakan pemerintah selama
periode bersangkutan. Jadi, dapat dikatakan bahwa fungsi
pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih luas dari sekadar
ketaatan kepada peraturan.
2) Manajerial
Akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan
yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan,
pengambilan keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah. Tujuan
manajerial ini perlu dikembangkan agar organisasi pemerintahan
tingkat atas dan menengah dapat mengandalkan informasi keuangan
atas pelaksanaan sebelumnya untuk membuat keputusan atau
menyusun perencanaan masa yang akan datang.
3) Pengawasan
Akuntansi pemerintah juga harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan
efisien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan
dengan akuntansi bisnis. Menurut Nordiawan,dkk (2007:7), akuntansi
pemerintahan mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut:
1) Investasi pada aset yang tidak menghasilkan pendapatan
Pada umumnya pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat memerlukan investasi yang besar pada aset yang tidak
menghasilkan pendapatan, seperti jalan, jembatan, dan bangunan publik
lainnya.
2) Tidak ada pengungkapan laba
Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat,
bukan pencapaian laba. Dalam sektor pemerintahan, tidak terdapat
hubungan langsung antara pembayaran pajak oleh masyarakat dengan jasa
yang diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, tidak akan terdapat
laporan laba rugi yang mengungkapkan pencapaian sebuah laba.
3) Tidak ada pengungkapan kepemilikan
Pemerintah tidak mempunyai kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan
dan pemerintah tidak dimiliki oleh individu atau golongan. Dengan
demikian, tidak akan terdapat pernyataan atau pengungkapan yang
menunjukkan kepemilikan suatu pihak seperti halnya ditunjukkan oleh
bagian modal sebuah neraca perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4) Penggunaan akuntansi dana
Dengan segala karakteristik yang melekat pada organisasinya, akuntansi
lebih memandang pemerintah sebagai kesatuan dana dengan tujuan dan misi
tertentu, tidak sebagai sebuah entitas organisasi yang mempunyai
kepemilikan.
4. Syarat Akuntansi Pemerintahan
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah sesuai dengan karakteristik
dan bertujuan untuk memenuhi akuntabilitas keuangan negara yang memadai.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan suatu pedoman untuk akuntansi
pemerintahan A Manual Governmental Accounting yang diringkas dalam Bachtiar
Arif (2002: 9) yaitu :
1) Dapat memenuhi persyaratan UUD, UU, dan Peraturan lain.
Akuntansi pemerintahan dirancang untuk persyaratan-persyaratan yang
ditentukan oleh UUD, UU, dan Peraturan lain. Apabila terdapat dua pilihan
yaitu untuk kepentingan efisiensi dan ekonomis di satu sisi, sedangkan disisi
lain hal tersebut bertentangan dengan UUD, UU atau Peraturan lainnya, maka
akuntansi tersebut harus disesuaikan dengan UUD, UU dan Peraturan lainnya.
2) Dikaitkan dengan klasifikasi anggaran
Sistem akuntansi pemerintah harus dikembangkan sesuai dengan klasifikasi
anggaran yang telah disetujui pemerintah dan lembaga legislatif. Fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
anggaran dan akuntansi harus saling melengkapi di dalam pengelolaan
keuangan negara serta harus diintegrasikan.
3) Perkiraan-perkiraan yang harus diselenggarakan
Sistem akuntansi pemerintah harus mengembangkan perkiraan perkiraan untuk
mencatat transaksi uang terjadi. Perkiraan-perkiraan yang dibuat harus dapat
menunjukkan akuntabilitas keuangan negara yang andal dari sisi obyek dan
tujuan penggunaan dana serta pejabat atau organisasi yang mengelolanya.
4) Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur negara
Sistem akuntansi pemerintah yang dikembangkan harus memungkinkan aparat
pemeriksaan untuk melakukan tugasnya.
5) Sistem akuntansi harus terus dikembangkan
Dengan adanya perubahan lingkungan dan sifat transaksi, sistem akuntansi
pemerintahan harus terus disesuaikan dan dikembangkan sehingga tercapai
efisiensi, efektivitas dan relevansi.
6) Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif
Sistem akuntansi pemerintahan harus mengembangkan perkiraan perkiraan
secara efektif sehubungan dengan sifat dan perubahan lingkungan sehingga
dapat mengungkapkan hasil ekonomi dan keuangan dari pelaksanaan suatu
program.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
7) Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan guna
pengembangan rencana dan program.
Sistem akuntansi pemerintahan harus dikembangkan untuk para pengguna
informasi keuangan, yaitu pemerintah, rakyat (lembaga legislatif), lembaga
donor, Bank Dunia, dan lain sebagainya.
8) Pengadaan suatu perkiraan
Perkiraan-perkiraan yang dibuat harus memungkinkan analisis ekonomi atas
data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksi pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan-perkiraan nasional.
5. Teknik pencatatan dalam akutansi sektor publik
Sesuai dengan amanat UU no.17 tahun 2003 dan PP No.71 tahun 2010
maka pemerintah daerah wajib menggunakan basis akrual. Basis akrual adalah
basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar.
Menurut Sholihin(2015:10), basis akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan
dalam Laporan Operasional, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual
untuk pendapatan Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan diakui pada
saat hak untuk memperoleh pendapatan diakui pada saat hak untuk
memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di
rekening kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah
terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah
atau entitas pelaporan.
Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Secara ringkas,
basis akrual adalah basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transakasi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.
B. Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6, pengertian
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Mardiasmo (2002: 25) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Beberapa komponen yang membentuk otonomi daerah yaitu:
1) Kewenangan Otonomi Luas
Yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan
daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua
bidang pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta kewenangan dibidang
lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu
keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam
penyelenggaraan mulai dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
2) Otonomi Nyata
Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan
diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah.
3) Otonomi Yang Bertanggung Jawab
Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan
pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan
kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa
peningkatan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah serta antar daerah
dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 8,9,10,11 tentang
Pemerintah Daerah, ada 4 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah
yaitu :
a) Desentralisasi yaitu penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
b) Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau
kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum.
c) Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga
pemerintah nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang
tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam
rangka Dekonsentrasi.
d) Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi
kepada Daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Prinsip otonomi Daerah
Kuncoro(2014:6), perkembangan prinsip dan tingkatan otonomi
pemerintah daerah di Indonesia pada dasarnya dibedakan menjadi: 1)
rumah tangga secara materiil, di mana terdapat pembagian kewenangan
secara terperinci antara tugas pemerintah pusat dan daerah; 2) rumah
tangga secara riil, suatu sistem rumah tangga yang didasarkan pada
keadaan, faktor, tindakan dan kebijakan yang nyata, sehingga terdapat
harmoni antara tugas, kemampuan dan kekuatan baik dalam daerah itu
sendiri maupun dengan pemerintah pusat; 3) rumah tangga secara formal,
dimana tidak terdapat perbedaan dari sisi sifat dan urusan yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah, sehingga perbedaan
tugas yang dilaksanakan dengan kesanggupan daerah yang bersangkutan.
4. Tujuan kebijakan Otonomi Daerah
Kuncoro (2014:30), Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya,
sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien,
cepat, dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pemerintah
kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai
kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka dari pemerintah pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Keuangan Daerah
1. Kemampuan Keuangan Daerah
Kriteria penting yang lain untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan
daerah dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan
merupakan faktor yang penting dalam mengatur tingkat kemampuan daerah
dalam melaksanakan otonomi daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 39
tahun 2007, menyebutkan bahwa Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan
yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, APBD sebagai
salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-
undang tentang Otonomi Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang
akan menimbulkan perbedaan antar daerah yang satu dengan yang lainnya,
terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah, antara lain (Nataluddin,
2001: 167):
1) Daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah.
2) Daerah yang mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.
3) Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah
4) Daerah yang kurang mampu melaksanakan urusan otonomi daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Selain itu ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu
melaksanakan otonomi daerah adalah sebagai berikut (Nataluddin, 2001:167):
1) Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan
dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan
menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahannya.
2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar
Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan
terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan
daerah, sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.
Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah yaitu berkaitan dengan pelimpahan
wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan
pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat, maka peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja
yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik
perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan
analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat
kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk melihat kemampuan /
kemandirian daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pola hubungan daerah menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam
Halim (2002:169) mengemukakan pola hubungan antara pemerintah pusat dan
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
1) Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari
pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan
otonomi daerah).
2) Pola Hubungan Konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai
berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi.
3) Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu
melaksanakan urusan otonomi.
4) Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah. Bertolak dari teori tersebut, karena adanya potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola
hubungan dan tingkat kemandirian antar daerah.
Menurut Kuncoro (2014:8), berpijak pada tiga asas desentralisasi
(dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas perbantuan), pengaturan hubungan
keuangan pusat daerah didasarkan atas 4 prinsip yaitu urusan yang merupakan
tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan
atas beban APBN, urusan yang merupakan tugas pemerintah sendiri dalam rangka
desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD, urusan yang merupakan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya yang dilaksanakan dalam
rangka tugas perbantuan dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau
oleh pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban APBD sebagai pihak yang
menugaskan, sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum
mencukupi pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.
2. Peningkatan Pendapatan Daerah
Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan agar pendapatan daerah dapat
ditingkatkan antara lain sebagai berikut (Nirzawan, 2001: 75):
1) Intensifikasi, dilaksanakan antara lain dengan cara sebagai berikut :
a) Melaksanakan tertib penetapan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak,
tertib dalam pemungutan kepada wajib pajak, tertib dalam administrasi
serta tertib dalam penyetoran.
b) Melaksanakan secara optimal pemungutan pajak dan retribusi daerah
sesuai dengan potensi yang obyektif berdasarkan peraturan yang berlaku.
c) Melakukan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan
berkelanjutan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam
pelaksanaan pemungutan di lapangan oleh petugas.
d) Membentuk tim satuan tugas (satgas) pada dinas terkait yang bertugas
mengawasi pemungutan di lapangan oleh petugas.
e) Memberikan insentif secara khusus kepada aparat pengelola PAD yang
dapat melampaui penerimaan dari target yang telah ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
f) Mengadakan pendekatan persuasif kepada wajib pajak agar memenuhi
kewajibannya melalui kegiatan penyuluhan.
g) Melakukan langkah-langkah pengendalian lain guna menghindari
timbulnya penyimpangan terhadap pelaksanaan peraturan daerah
mengenai pengelolaan maupun penetapan pajak dan retribusi daerah.
2)Ekstensifikasi, dilaksanakan dengan cara antara lain sebagai berikut:
a) Menyusun program kebijakan dan strategi pengembangan dan menggali
obyek pungutan baru yang potensial dengan lebih memprioritaskan
kepada retribusi daerah untuk ditetapkan dan dijabarkan dalam peraturan
daerah.
b) Meninjau kembali ketentuan tarif dan pengembangan sasaran sesuai
dengan peraturan daerah yang ada dan mengkaji ulang peraturan daerah
untuk diajukan perubahan.
c) Mengadakan studi banding ke daerah lain guna mendapat informasi
terhadap jenis-jenis penerimaan pajak dan retribusi lain yang
memungkinkan untuk dikembangkan.
3 Pengelolaan Pengeluaran Daerah
Dalam Peraturan pemerintah No. 39 tahun 2007, menyebutkan bahwa
Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Menurut Sholihin (2015:31) berdasarkan
karakteristiknya, belanja dikelompokkan menjadi belanja rutin (belanja
operasi), belanja pembangunan (belanja modal) dan belanja tidak terduga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1) Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun
barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang diberikan kepada pejabat daerah, Pegawai Negeri Sipil (PNS),
dan pegawai yang dipekerjakan oleh Pemda yang belum berstatus
PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
b. Belanja Barang
Merupakan pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan
belanja perjalanan. Belanja barang dapat dibedakan menjadi belanja
barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan dinas.
1. Belanja Barang dan Jasa
Merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk
membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan/
penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-
lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
nonfisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan
fungsi SKPD, pengadaan inventaris kantor yang nilainya
tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang
diatur oleh pemda dan pengeluaran jasa nonfisik seperti
pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian.
2. Belanja Pemeliharaan
Merupakan pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada
ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar
kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi
antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan
bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas,
perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan
irigasi, peralatan mesin, dan lain-lain sarana yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
3. Belanja Perjalanan Dinas
Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai
perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan
jabatan.
c. Belanja Bunga
Belanja bunga adalah pengeluaran pemda untuk pembayaran
bunga(interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
outstanding) yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panajang
d. Belanja Subsidi
Belanja Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan/ lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang
banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau
masyarakat.
e. Hibah
Hibah adalah pengeluaran pemda dalam bentuk uang/barang atau
jasa kepada pemda lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan
organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus.
f. Bantuan Sosial
Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial.
2) Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Suatu belanja dapat dikategorikan sebagai belanja modal jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang dengan demikian menambah aset pemda, pengeluaran tersebut
melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah
ditetapkan oleh pemda, perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk
dijual.
Belanja modal terdiri meliputi antara lain: belanja modal untuk
perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi
dan jaringan, dan aset tetap lainnya
3) Belanja tidak terduga
Menurut pasal 48 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Tak Terduga
adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun sebelumnya yang telah ditutup.
Pengeluaran daerah tersebut harus dikelola dengan memperhatikan beberapa
prinsip yang harus dipertimbangkan antara lain (Nirzawan,2001: 77):
1) Akuntabilitas
Akuntabilitas pengeluaran daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan segala aktivitas
dan kegiatan yang terkait dengan penggunaan uang publik kepada pihak yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(DPRD dan masyarakat luas). Aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh
para manajer daerah adalah :
a) Aspek legalitas pengeluaran daerah yaitu setiap transaksi pengeluaran yang
dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya.
b) Pengelolaan (stewardship) atas pengeluaran daerah yang baik, perlindungan
aset fisik dan finansial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus.
Prinsip-prinsip akuntabilitas pengeluaran daerah :
a) Adanya sistem akuntansi dan sistem anggaran yang dapat menjamin bahwa
pengeluaran daerah dilakukan secara konsistensi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Pengeluaran daerah yang dilakukan dapat menunjukkan tingkat pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
c) Pengeluaran daerah yang dilakukan dapat berorientasi pada pencapaian visi,
misi, hasil dan manfaat yang akan diperoleh.
2) Value of Money
Pengeluaran daerah harus mendasarkan konsep value of money,yaitu:
a) Ekonomi, adalah hubungan antara pasar (nilai uang) dan masukan (input).
Ekonomi adalah pembelian barang dan jasa pada kualitas yang diinginkan
dan pada harga terbaik yang memungkinkan. Pengertian ekonomi sebaiknya
mencakup juga pengeluaran daerah yang berhati-hati atau cermat dan
penggunaan keuangan daerah secara optimal tanpa pemborosan (tepat guna).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan
atau mengurangi biaya yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian pada
hakekatnya ada pengertian yang serupa antara efisiensi dan ekonomi, karena
kedua-keduanya menghendaki penghapusan dan penurunan biaya.
b) Efisiensi, berhubungan erat dengan konsep efektivitas, yaitu rasio yang
membandingkan antara output yang dihasilkan terhadap input yang
digunakan. Proses kegiatan operasional dapat dilakukan secara efisiensi
apabila suatu target kinerja tertentu dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya dan biaya yang serendah-rendahnya.
c) Efektivitas, merupakan kaitan atau hubungan antara keluaran suatu pusat
pertanggung jawaban dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapainya.
Efektivitas dalam Pemerintah Daerah dapat diartikan penyelesaian kegiatan
tepat pada waktunya dan didalam batas anggaran yang tersedia, dapat berarti
pula mencapai tujuan dan sasaran seperti apa yang telah direncanakan.
Namun demikian, walaupun ada yang dilaksanakan menyimpang dari rencana
semula, tetapi mempunyai dampak yang menguntungkan pada kelompok
penerima sasaran manfaat, maka dapat dikatakan efektif. Semakin besar
kontribusi pengeluaran yang dilakukan terhadap nilai pencapaian tujuan atau
sasaran yang ditentukan dapat dikatakan efektif proses kerja dari unit kerja
dimaksud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Penyebab Ketergantungan Fiskal
Menurut Kuncoro (2014:13), Penyebab utama rendahnya Pendapatan Asli
Daerah yang menyebankan tingginya ketergantungan terhadap subsidi dari
pusat adalah Pertama, kurang berperannya perusahaan daerah sebagai
sumber pendapatan daerah, seperti Daerah Tingkat 1 bagian laba BUMD
selama tahun 1988-1993 meningkat pesat (tahun 1988 berjumlah Rp16,7
milyar meningkat menjadi Rp 40,2 milyar pada tahun 1993), namun
sumbangannya terhadap pendapatan daerah relatif masih kecil.
Kedua, tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan. Semua
pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung dan tak langsung
ditarik oleh pusat. Pajak penghasilan badan maupun perorangan, Pajak
Pertambahan Nilai, bea cukai, PBB, royalti/IHH/IHPH (atas minyak,
pertambangan, kehutanan) semua diadministrasi dan ditentukan tarifnya oleh
pusat.
Ketiga, kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang
bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan. Pajak daerah yang ada saat ini
berjumlah 50 jenis pajak, tetapi yang bersifat ekonomis bisa dilakukan
pemungutannya hanya terdiri dari 12 jenis pajak. Sekitar 90% pendapatan
Daerah Tingkat I hanya berasal dari dua sumber: Pajak Kendaraan Bermotor
dan Balik Nama. Di Daerah Tingkat II, sekitar 85% pendapatan daerah hanya
berasal dari enam sumber: pajak hotel dan restauran, penerangan jalan,
pertunjukan, reklame, pendaftaran usaha, ijin penjualan/ pembikinan petasan
dan kembang api. Pajak yang dapat diandalkan di Daerah Tingkat II hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Balik Nama. Pajak-pajak daerah lainnya
sulit sekali untuk diharapkan karena untuk mengubah kebijakan pajak daerah
memerlukan persetujuan dari Departemen Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan.
Keempat, ada yang khawatir apabila daerah mempunyai sumber
keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan
separatisme. Yugoslavia dan Uni Soviet sering ditunjuk sebagai contoh
negara yang cerai berai karena dorongan dari daerah yang merasa cukup kuat
dalam sumber keuangan untuk berdiri sendiri sebagai sebuah negara.
Kelima, kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah. Selama ini pemerintah memberikan subsidi dalam
bentuk blok dan spesifik. Subsidi yang bersifat blok terdiri dari Inpres Dati I,
Inpres Dati II dan Inpres desa. Subsidi yang bersifat spesifik meliputi Inpres
pengembangan wilayah, Sekolah Dasar, kesehatan, penghijauan dan
reboisasi, jalan serta jembatan. Perbedaan utama antara subsidi blok dengan
subsidi spesifik adalah daerah memiliki keleluasaan dalam penggunaan
subsidi blok, sedangkan penggunaan dana subsidi spesifik sudah ditentukan
oleh pemerintah pusat dan daerah tidak mempunyai keleluasaan dalam
menggunakan dana tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Menurut Sholihin (2010:3) anggaran pemerintah merupakan dokumen
formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang
diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang
diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.
Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat yang
memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab. Dengan demikian maka APBD harus benar-
benar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah.
Atas dasar tersebut, penyusunan APBD hendaknya mengacu pada norma-
norma dan prinsip anggaran sebagai berikut (Nirzawan, 2001: 79) :
a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu persyaratan
untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggungjawab.
Mengingat anggaran daerah merupakan salah satu sarana evaluasi
pencapaian kinerja dan tanggung jawab pemerintah menyejahterakan
masyarakat, maka APBD harus dapat memberikan informasi yang jelas
tentang tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Selain itu setiap dana yang
diperoleh, penggunaannya harus dapat dipertanggung jawabkan.
b. Disiplin Anggaran
Anggaran yang disusun harus dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat
guna, tepat waktu dan dapat dipertanggung jawabkan. Pemilihan antara
belanja yang bersifat rutin dengan belanja yang bersifat pembangunan /
modal harus diklasifikasikan secara jelas agar tidak terjadi
pencampuradukan kedua sifat anggaran yang dapat menimbulkan
pemborosan dan kebocoran dana. Pendapatan yang direncanakan merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos /
pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
c. Keadilan Anggaran
Pembiayaan pemerintah dapat dilakukan melalui mekanisme pajak dan
retribusi yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat, untuk itu
pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi
dalam pemberian pelayanan.
d. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal
guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu
ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan
diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang diprogramkan.
e. Format Anggaran
Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran defisit (defisit
budget format). Selisih antara pendapatan dan belanja mengakibatkan
terjadinya surplus atau defisit anggaran. Apabila terjadi surplus, daerah
dapat membentuk dana cadangan, sedangkan bila terjadi defisit, dapat
ditutupi melalui sumber pembiayaan pinjaman dan penerbitan obligasi
daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) disusun dengan
pendekatan kinerja dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 1 (satu)
bulan setelah APBN ditetapkan, demikian juga halnya dengan perubahan APBD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya tahun anggaran. Sedangkan perhitungan APBD ditetapkan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.
Sholihin (2010:3), fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai
pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain karena
anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik, anggaran merupakan target
fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan
pembiayaan yang diinginkan, anggaran menjadi landasan pengendalian yang
memiliki konsekuensi hukum, anggaran memberi landasan penilaian kinerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pemerintah, hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan
pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
2. Analisis Rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis,
efektif, efisien dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan
walaupun perakuntasian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang
dimiliki perusahaan swasta. Analisis rasio pada APBD dilakukan dengan
membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan
periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang
terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio
keuangan yang dimiliki suatu pemerintah tertentu dengan rasio keuangan daerah
lain yang terdekat maupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat
bagaimana posisi rasio keuangan Pemerintah Daerah tersebut terhadap Pemerintah
Daerah lainnya. Adapun pihak-pihaknya yang berkepentingan dengan rasio
keuangan pada APBD ini adalah:
1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah (masyarakat).
2. Pemerintah eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya.
3. Pemerintah pusat / provinsi sebagai bahan masukan dalam pembinaan
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
4. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham
pemerintah daerah, bersedia memberi pinjaman ataupun membeli obligasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Beberapa rasio yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data keuangan
yang bersumber dari APBD diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan
oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah
yang berasal dari sumber lain (pihak ekstern) antara lain : Bagi hasil pajak,
Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Pinjaman, (Halim, 2012:L-5).
Rumus yang digunakan adalah:
Rasio Kemandirian =
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber
dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal semakin
rendah dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi
rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli
daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Semakin tinggi rasio Kemandirian, maka semakin tinggi pula kemampuan
keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah.
b) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Derajat Desentralisasi Fiskal adalah kemampuan pemerintah daerah dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna membiayai pembangunan.
Derajat Desentralisasi Fiskal, khususnya komponen PAD dibandingkan dengan
Total Pendapatan Daerah.
Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
DDF =
Keterangan :
DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal
PADt =Total PAD tahun t
TPDt = Total Penerimaan Daerah Tahun t
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal menggambarkan besarnya campur tangan
pemerintah pusat dalam pembangunan daerah yang menunjukkan tingkat
kesiapan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Semakin
tinggi rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, maka semakin tinggi pula
kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
c) Rasio Indeks Kemampuan Rutin
Indeks Kemampuan Rutin yaitu : Proporsi antara PAD dengan pengeluaran
rutin . Sedangkan dalam menilai Indeks Kemampuan Rutin daerah (IKR)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus :
IKR =
Keterangan :
IKR = Indeks Kemampuan Rutin
PAD = Pendapatan Asli Daerah
Rasio Indeks Kemampuan Rutin menggambarkan besarnya kemampuan
pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahanya. Semakin tinggi rasio Indeks Kemampuan Rutin,
maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung
otonomi daerah.
d) Rasio Keserasian
Keserasian ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.
Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti
presentase belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana
prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2007: 235).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Secara sederhana rasio keserasian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Rasio Belanja Rutin =
Rasio Belanja Pembangunan =
Rasio Keserasian menggambarkan keseimbangan antara alokasi dana
pemerintah daerah pada belanja rutin dan belanja pembangunan. Semakin
tinggi rasio Keserasian, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan
daerah dalam mendukung otonomi daerah.
e) Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah
daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai
dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan APBD dilihat dari berbagai
komponen penyusun APBD yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Total
Pendapatan, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan, (Halim, 2012: L-9).
Rumus yang digunakan adalah :
r =
Keterangan :
Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n
Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0
r = Pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Data yang dihitung adalah PAD, TPD, Belanja Rutin, Belanja
Pembangunan. Apabila semakin tinggi nilai PAD, TPD dan Belanja
Pembangunan yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka
pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah
mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu
ke periode yang berikutnya.
Selanjutnya jika semakin tinggi nilai PAD, TPD, dan Belanja Rutin yang
diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Pembangunan, maka pertumbuhannya
adalah negatif, artinya bahwa daerah yang bersangkutan belum mampu
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode yang satu ke
periode yang berikutnya. Semakin tinggi rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli
Daerah, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam
mendukung otonomi daerah.
f) Trend
Purwanto (2007:176), Trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau
turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu
ke waktu dan nilainya cukup rata. Trend data berkala bisa berbentuk trend yang
meningkat dan menurun. Trend yang meningkat disebut trend positif dan trend
yang menurun disebut trend yang negatif. Trend menunjukkan perubahan
waktu yang relatif panjang dan stabil. Trend positif dan negatif :
a. Trend Positif
Trend positif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) meningkat
dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend positif adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Y’= a + bX
Dimana a= konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila X naik
1 satuan, maka Y’ akan naik sebesar b satuan. Trend positif mempunyai
slope/ gradien/ kemiringan garis yang positif dari bawah ke atas.
b. Trend Negatif
Trend negatif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) menurun
dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend negatif adalah:
Y’ = a - bX
Dimana a=konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila X naik 1
satuan, maka Y; akan turun sebesar b satuan. Trend negatif mempunyai
slope/ gradien/ kemiringan garis yang negatif dari atas ke bawah.
E. Kerangka Pemikiran
Satu ciri utama daerah mampu dalam melaksanakan otonomi daerah adalah
terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah
pusat mempunyai proporsi yang semakin mengecil dan diharapkan bahwa PAD
harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi
yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam pelaksanaan
otonomi daerah, dalam arti semakin besar suatu daerah memperoleh dan
menghimpun PAD maka akan semakin besar pula tersedianya jumlah keuangan
daerah yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Otonomi
Daerah.
Beberapa kemungkinan permasalahan keuangan daerah yang dihadapi
Pemerintah yang disebabkan oleh ketidaksiapan dalam melaksanakan otonomi
daerah, yaitu: ketergantungan pemerintah daerah kepada subsidi dari pemerintah
pusat yang tercermin dalam besarnya bantuan pemerintah pusat baik dari sudut
anggaran rutin, yaitu subsidi daerah otonom maupun dari sudut anggaran
pemerintah daerah, rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi
sumber-sumber pendapatan asli daerah yang tercermin dari penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif kecil dibanding total penerimaan
daerah, kurang serasinya antara anggaran belanja rutin dengan belanja
pembangunan yang menyebabkan lambannya pembangunan daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan menggunakan metode kuantitatif. Di dalam penelitian kuantitatif
menggunakan beberapa rasio keuangan, yaitu: rasio kemandirian keuangan
daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio
keserasian, rasio pertumbuhan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh bersumber dari hasil wawancara, sedangkan
data sekunder berasal data keuangan APBD Kota Yogyakarta Kabupaten
Sleman.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2015. Penelitian
dilaksanakan di Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman dengan memperoleh
data melalui DPKAD (Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah) Kabupaten Sleman, dan BPS(Badan Pusat Statistik) Kabupaten
Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.Metode Dokumentasi
Pencatatan, pengumpulan dan pengelompokan data berkaitan dengan
permasalahan penelitian dari sumber data sekunder.
2. Observasi
Mengadakan tinjauan secara langsung terhadap objek penelitian dengan
cara mengamati, meneliti dan mempelajari tentang data-data sekunder dari
APBD Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Periode 2010-2014.
D. Teknik analisis Data
1. Untuk menjawab permasalahan yang pertama dilakukan dengan
menghitung rasio sebagai berikut:
a. Rasio Kemampuan Keuangan Daerah yang terdiri dari Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah yaitu (pendapatan asli daerah
dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain/
pihak ekstern),
Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kemandirian daerah
adalah
Tingkat Kemandirian Daerah
= X100%
Rasio kemandirian daerah menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana di luar PAD. Selain itu, rasio kemandirian daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah.
Pola hubungan daerah menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard
dalam Halim (2002:169) mengemukakan pola hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
1) Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan
dari pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu
melaksanakan otonomi daerah)
2) Pola Hubungan Konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah
mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu
melaksanakan otonomi.
3) Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin
berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya
mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi.
4) Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah
tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah. Bertolak dari teori tersebut, karena
adanya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola hubungan dan tingkat
kemandirian antar daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel III.1
Tingkat Kemandirian Daerah
Rasio Kemandirian Tingkat Kemandirian Pola Hubungan
0% - 25% Sangat Rendah Instruktif
25% - 50% Rendah Konsultatif
50% - 75% Sedang Partisipatif
75% - 100% Tinggi Delegatif
Sumber: Tangkilisan ( 2005:82)
Kabupaten Sleman semakin mampu dalam menghadapi otonomi daerah
jika rasio kemandirian sudah lebih dari 75%.
b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal yaitu kemampuan pemerintah daerah
dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli daerah guna membiayai
pembangunan (komponen PAD dibandingkan dengan Total Pendapatan
Daerah),
Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
DDF=
Keterangan:
DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal
PADt = Total PAD tahun t
TPDt = Total Penerimaan Daerah Tahun t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel III.2
Tingkat Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah
PAD/TPD (%) Kemampuan Keuangan Daerah
0,00-10,00 Sangat Kurang
10,01-20,00 Kurang
20,01-30,00 Cukup
30,01-40,00 Sedang
40,01-50,00 Baik
>50,00 Sangat Baik
Sumber: Tangkilisan (2005:83)
Kabupaten Sleman semakin mampu dalam menghadapi otonomi daerah
jika dilihat dari rasio derajat desentralisasi fiskal yaitu lebih dari 50%.
c. Rasio Indeks Kemampuan Rutin yang menggambarkan besarnya
kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran rutin
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahannya (Perbandingan antara
proporsi PAD dengan Total Pengeluaran Rutin)
IKR = X 100%
Keterangan:
IKR = Indeks Kemampuan Rutin
PAD = Pendapatan Ali Daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel III.3
Tingkat Kemampuan Rutin Daerah
PAD/Pengeluaran Rutin (%) Kemampuan Keuangan Daerah
0,00-10,00 Sangat Kurang
10,01-20,00 Kurang
20,01-30,00 Cukup
30,01-40,00 Sedang
40,01-50,00 Baik
>50,00 Sangat Baik
Sumber : Tangkilisan (2005:84)
Kabupaten Sleman mampu dalam menghadapi otonomi daerah jika
dilihat dari rasio indeks kemampuan rutin yaitu lebih dari 50%.
d. Rasio Keserasian yang menggambarkan keseimbangan antara alokasi
dana pemerintah daerah pada belanja rutin dan belanja pembangunan.
Secara sederhana rasio dapat diformulasikan sebagai berikut:
Rasio Belanja Rutin =
Rasio Belanja pembangunan =
e. Rasio Pertumbuhan yang menggambarkan seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya.
Rumus yang digunakan adalah:
r =
Keterangan:
Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n
Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0
r = Pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel III.4
Tingkat Pertumbuhan Daerah
Pertumbuhan (%) Kemampuan Keuangan Daerah
0,00-10,00 Sangat Kurang
10,01-20,00 Kurang
20,01-30,00 Cukup
30,01-40,00 Sedang
40,01-50,00 Baik
>50,00 Sangat Baik
Sumber : Tangkilisan 2005:84
Kabupaten Sleman mampu dalam menghadapi otonomi daerah jika
dilihat dari rasio pertumbuhan yaitu lebih dari 50%.
2. Untuk menjawab permasalahan yang kedua dilakukan perbandingan
perhitungan antar periode dari 2010 sampai dengan 2014 sehingga
dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya dalam setiap
periode dengan menggunakan analisis trend sebagai tolak ukur dalam
menilai perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam
mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Pemerintahan Kabupaten
Sleman. Di dalam analisis trend, jika koefisien b positif (b>0) berarti
disimpulkan mengalami peningkatan dan daerah semakin mampu
dalam melaksanakan otonomi daerah . jika koefisisen b negatif (b<0)
berarti disimpulkan mengalami penurunan dan daerah belum mampu
dalam melaksanakan otonomi daerah.
Semakin tinggi rasio mengindikasikan bahwa tingkat
ketergantungan daerah terhadap sumber pendapatan daerah selain PAD
semakin rendah dan semakin tingginya tingkat pertisipasi masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen
utama Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan demikian pula sebaliknya.
Dalam analisis trend, digunakan analisis time series dengan persamaan
trend sebagai berikut (Purwanto, 2007) :
Y’ = a + bX
Besarnya a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut :
a = b =
Keterangan :
Y’ = Nilai trend
a = Nilai konstanta yaitu nilai Y pada saat nilai X=0
b = Nilai kemiringan yaitu tambahan nilai Y, apabila X bertambah satu
satuan
X = Nilai periode tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN
A. Letak Geografis
Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 1100 13’00” sampai
dengan1100
33’00’’ Bujur Timur, dan mulai 70 34’51’’ sampai dengan 7
0
47’03’’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 100-2.500 meter di atas
permukaan air laut. Jarak terjauh Utara-Selatan kira-kira 32 km, Timur-Barat
kira-kira 35 km, terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 padukuhan.
Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah,
bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa tengah,
bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta,
provinsi D.I.Yogyakarta dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah.
Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang
bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan
perkarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan
batas paling utara adalah Gunung Merapi. Di lereng selatan Gunung Merapi
terdapat dua buah bukit, yaitu bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang
merupakan bagian dari Kawasan Wisata Kaliurang. Beberapa sungai yang
mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai
Progo, Krasak, Sempor, Kuning, Boyong, Winongo, Gendol, dan Opak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel IV.1
Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Sleman
Sebelah
Side
Letak Geografis
Geographical
Batas Wilayah
Border Area
(1) (2) (3)
1. Utara/ North 70 34’51”LS Kabupaten Boyolali,
Provinsi Jawa Tengah/
Boyolali Regency, Jawa
Tengah Province
2. Timur/East 1100 13’ 00” BT Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah/
Klaten Regency, Jawa
Tengah Province
3. Selatan/ South 70 47’03”LS Kabupaten Bantul,
Provinsi D.I. Yogyakarta,
Kota Yogyakarta,
Provinsi D.I. Yogyakarta/
Bantul Regency,
D.I.Yogyakarta Province,
Yogyakarta City, D.I.
Yogyakarta Province
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4. Barat/West 1100 33’00”BT Kabupaten Kulonprogo,
Provinsi D.I.Yogyakarta,
Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah/
Kulonprogo Regency,
D.I. Yogyakarta
Province, Magelang
Regency, Jawa Tengah
Province
Sumber : Badan Pusat Statistik Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
B. Pemerintahan
Jumlah pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten Sleman pada Tahun
2013 sebanyak 12.032 orang. Dari Jumlah tersebut, 192 orang adalah pegawai
Golongan I, 1.784 orang pegawai golongan II, 4609 orang pegawai golongan III,
dan 5.447 orang adalah pegawai golongan IV. Menurut tingkat pendidikan yang
ditamatkan pegawai otonom terdiri dari 95 pegawai berijasah SD, 232 berijasah
SMP, 2.486 berijasah SMA, 6.712 pegawai berijasah DI-DIII, dan1.475 pegawai
berijasah DIV-S2.
Jumlah pegawai instansi vertikal yang ada di Kabupaten Sleman adalah
sebanyak 1.545 orang, terdiri dari 7 pegawai golongan I, 151 pegawai golongan
II, 900 pegawai golongan III, dan 487 pegawai golongan IV. Bila dilihat dari
pendidikannya, pegawai instansi vertikal tersebut terdiri dari 3 pegawai berijasah
SD, 13 pegawai berijasah SMP, 272 pegawai berijasah SMA, 108 pegawai
berijasah DI-DIII, dan 1.139 berijasah DIV-S2.
C. Penduduk, Tenaga Kerja, Keluarga Berencana dan Transmigrasi
1. Banyaknya Penduduk
Berdasarkan hasil proyeksi berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah
penduduk Sleman Tahun 2013 sebesar 1.141.718 jiwa, terdiri dari 574.913
laki-laki dan 566.805 perempuan. Dengan luas wilayah 574,82 km2, maka
kepadatan penduduk kabupaten Sleman adalah 1.986 jiwa per km2 . Beberapa
kecamatan yang relatif padat penduduknya adalah Depok dengan 5.260 jiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
per km2, Mlati dengan 3.740 jiwa per km
2 serta Gamping dan Ngaglik dengan
masing-masing 3.491 jiwa dan 2.837 jiwa per km2.
Gambar IV.1 Banyaknya penduduk Kabupaten Sleman
2. Keluarga Berencana
Sebagai upaya untuk mengendalikan banyaknya penduduk, Pemerintah
melancarkan program KB. Program ini di samping untuk menekan ledakan
jumlah penduduk, juga dimaksudkan sebagai usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Pasangan usia subur yang merupakan salah satu sasaran program KB pada
tahun 2013 tercatat sebanyak 193.421 pasangan. Mereka tersebar pada 17
kecamatan dengan jumlah terbesar di Kecamatan Gamping sebanyak 18.147
pasangan(9,38%), disusul Kecamatan Depok 17.652 (9,13%) pasangan dan
Kecamatan Ngaglik sebanyak 15.864 pasangan (8,20%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3. Tenaga Kerja
Dari 13.307 pencari kerja, sebanyak 2.963 orang telah ditempatkan bekerja
yang tersebar pada berbagai sektor tahun 2013. Dilihat menurut wilayah
penempatan, para pencari kerja disalurkan melalui tiga kelompok yakni antar
lokal(AKAL), antar daerah (AKAD), dan antar negara(AKAN). Sebanyak
2.573 pencari kerja(85,03%) disalurkan melalui AKAL, serta masing-masing
sebanyak 288 orang (9,52%) dan 165 orang (5,45%) melalui AKAD dan
AKAN.
4. Transmigrasi
Penempatan transmigrasi menurut daerah penempatannya dibedakan dua
kawasan yaitu Kawasan Barat dan Kawasan Timur, Kawasan Barat terdiri
dari Nangroe Aceh, Riau, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat
dan Sumatera Selatan. Sementara kawasan Timur terdiri dari Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Sulawesi Selatan.
D. Sosial
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pengembangan sumber
daya manusia. Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas
pendidikan penduduknya. Beberapa faktor utama yang mendukung
penyelenggaraan pendidikan adalah ketersediaan sekolah yang memadai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dengan sarana prasarananya, pengajar dan keterlibatan anak didik, maupun
komite sekolah.
Pada jenjang SD, Kabupaten Sleman pada tahun 2013/2014 memiliki
sebanyak 501 unit sekolah yang terdiri dari 377 SD swasta. Banyaknya guru
SD mencapai 4.156 orang di SD negeri dan 1.655 orang di SD swasta.
Adapun peserta didik yang sedang mengenyam pendidikan tercatat sebanyak
87.264 anak yang terbagi menjadi 63.352 anak bersekolah di SD negeri dan
22.912 anak di SD swasta
Pada jenjang SMP, jumlah sekolah tercatat sebanyak 110 sekolah, yang
terdiri dari 54 SMP negeri dan 56 SMP swasta. Banyaknya guru yang
mengajar di SMP tercatat sebanyak 2.743 orang. Sebagian dari mereka 1.618
orang mengajar di SMP negeri, sedangkan selebihnya di SMP swasta.
Adapun murid yang bersekolah di SMP pada tahun 2013/2014 mencapai
34.923 orang yang terdiri dari 22.983 orang di SMP negeri dan SMP swasta
sebanyak 11.940 orang.
Pada jenjang SMA, tersedia sebanyak 42 sekolah dengan 17 SMA negeri
dan 25 SMA swasta. Dilihat dari banyaknya kelas, SMA swasta memiliki 155
kelas dan SMA negeri memiliki 267 kelas. Banyaknya guru di SMA negeri
640 orang dan banyaknya guru di SMA swasta 535 orang, dengan murid di
SMA negeri sebanyak 7.735 orang dan di SMA swasta sebanyak 3.232 orang.
Untuk jenjang pendidikan menengah lainnya yakni SMK, terdapat sebanyak
58 sekolah yang didominasi oleh SMK swasta yakni sebanyak 50 sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Agama
Komposisi penduduk menurut agama yang dipeluk di Kabupaten Sleman
pada tahun 2013 mencatat sekitar 1.034.100 orang beragama Islam, Katholik
sebanyak 63.637 orang, disusul oleh agama Kristen sebanyak 25.929 orang.
Adapun penduduk beragama Hindu dan Budha masing-masing tercatat
sebanyak 1.483 orang dan 905 orang.
E. Pertanian
Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budi daya tanaman pangan
hortikultura, perkebunan,perikanan, kehutanan dan peternakan.
1. Tanaman Pangan
Tanaman pangan meliputi padi dan palawija. Tanaman palawija
mencakup komoditas jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kedelai
serta kacang hijau. Adapun hortikultura terdiri dari sayur- sayuran, buah-
buahan, tanaman hias dan tanaman obatan. Produksi padi sawah dan padi
ladang Kabupaten Sleman pada tahun 2013 tercatat sebanyak 307.869
ton. Dibandingkan tahun 2012 terjadi penurunan produksi sebesar 1,58
persen dengan produksi sebanyak 312.815 ton.
2. Peternakan
Pembangunan peternakan diprioritaskan pada pengembangan peternakan
rakyat guna mendorong diversifikasi pangan dalam rangka mencukupi
kebutuhan protein hewani yaitu daging, telur dan susu melalui kegiatan
pemuliaan ternak dan inseminasi buatan. Populasi ternak besar pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tahun 2013 terdiri dari sapi potong ±51.642 ekor, sapi perah ±3.614 ekor,
kerbau ±671 ekor dan kuda ±347 ekor. Sedangkan populasi ternak kecil
meliputi domba dengan populasi 71.412 ekor, kambing 36.789 ekor, dan
babi ± 6.673 ekor.
3. Perkebunan
Produksi tanaman perkebunanan yang dominan di Kabupaten Sleman
adalah tebu dan kelapa dengan produksi masing-masing 596.343 kuintal
dan 78.444,04 kuintal. Kemudian diikuti oleh mendong(untuk bahan
baku tikar) dengan produksi sekitar 23.673,38 kuintal.
4. Perikanan
Budidaya ikan di Kabupaten Sleman terdiri dari budidaya ikan di kolam
air tawar dan budidaya ikan di kolam air sawah yang dikenal dengan
mina padi. Sedangkan untuk budidaya di perairan umum masih digabung
dengan penangkapan ikan di perairan umum.
5. Kehutanan
Potensi kehutanan di Kabupaten Sleman adalah relatif kecil. Hal ini
karena dari sekitar luas kabupaten Sleman 57.482 hektar hanya memiliki
hutan seluas 6.149,92 hektar atau 10,69%. Kawasan hutan tersebut terdiri
dari 4.42052 hektar hutan rakyat dan selebihnya merupakan hutan negara
dan cagar alam yakni sekitar 1.728,38 hektar dan 1.02 hektar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
F. Industri
Industri dikelompokkan ke dalam 2 sektor, yaitu Sektor Industri Kecil
dan Sektor Industri Besar-Menengah. Kelompok Sektor Industri Kecil
merupakan perusahaan yang mempunyai nilai aset kurang dari Rp200 juta,
sedangkan perusahaan yang mempunyai nilai aset lebih dari Rp 200 juta
dikelompokkan menjadi Sektor Industri Besar-Menengah.
Pada tahun 2012, jumlah perusahaan industri kecil adalah15.707 dan
bertambah pada tahun 2013 menjadi 15.850 perusahaan. Banyaknya
perusahaan industri besar menengah mencapai 136 perusahaan pada tahun
2013.
Gambar IV.2 Banyaknya Industri Kecil di Kabupaten Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
G. Pertambangan dan Penggalian
Komoditas terbesar hasil usaha pertambangan bahan galian golongan di
Kabupaten Sleman adalah pasir. Sebagian besar galian tersebut
dihasilkan di Kecamatan Cangkringan. Jumlah pemegang ijin
penggunaan air bawah tanah di Kabupaten Sleman sebanyak 348, dengan
jumlah sumur bor dan gali sebanyak 358 sumur. Jumlah sumur terbanyak
ada di Kecamatan Depok yaitu sebesar 119 sumur.
H. Perdagangan
Pada tahun 2013, realisasi ekspor mencapai 32.415.786,53 USD dengan
volume 1.403.973,76 kilogram. Pakaian Jadi, Sarung tangan sintesis dan
sarung tangan kulit memberikan kontribusi yang dominan terhadap nilai
export di Kabupaten Sleman. Komoditi tersebut memberikan kontribusi
sebesar 82,21% dari jumlah nilai export pada tahun 2013. Menurut
negara tujuan, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor terbesar
yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap nilai ekspor(40,76%) dan
diikuti Jepang(25,03%), dan Belanda(6,55%).
I. Hotel
Banyaknya hotel/penginapan di Kabupaten Sleman pada tahun 2013
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar
387 hotel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
J. Pariwisata
Banyaknya wisatawan asing dapat digolongkan menjadi 4 kategori sesuai
dengan asal benua. Jumlah wisatawan asing yang terbanyak berasal dai
Benua Asia yaitu 34.555 wisatawan yang didominasi oleh wisatawan dari
Jepang dan Singapura. Banyaknya wisatawan dari Benua Eropa adalah
19.663 wisatawan yang didominasi oleh wisatawan dari jerman dan
Italia. Selain itu, 4.817 wisatawan dari Benua Amerika dan .992
wisatawan dari Benua Australia dan sekitarnya.
K. Transportasi
Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di wilayah hukum Polres
Sleman pada akhir tahun 2013 mencapai 53.922 kendaraan. Dari jumlah
tersebut terinci menjadi 448 kendaraan merupakan kendaraan umum
perusahaan, 53.261 kendaraan merupakan kendaraan pribadi, dan 213
kendaraan merupakan kendaraan milik pemerinrah.
L. Keuangan dan Perbankan
Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun
anggaran 2013 mencapai 1.899,497 milyar rupiah atau naik sebesar 19,48
persen dibanding tahun anggaran 2012. Pendapatan terbesar berasal dari
bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 992,782 milyar rupiah(52,26%).
Realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2013 mencapai
455.998 milyar rupiah atau sekitar 24,01% penyumbang penerimaan
daerah, dengan penerimaan terbesar berasal dari pajak daerah, yaitu
mencapai 281,38 milyar rupiah pada tahun anggaran 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
M. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator makro
ekonomi yang menggambarkan kinerja perekonomian suatu wilayah. Pada
tahun 2013, PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sleman mencapai
19, 105 trilyun rupiah, sementara PDRB atas dasar harga konstan tahun
2000 sebesar 7,472 trilyun rupiah.Dalam menilai PDRB atas dasar harga
berlaku, digunakan data harga tahun 2013,sedang dalam menilai PDRB
atas dasar harga konstan 2000, data harga yang digunakan adalah harga
tahun 2000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data dan Pembahasan
Salah satu cara untuk menilai kemampuan keuangan Daerah yaitu dengan
mengukur kemampuan keuangan daerah tersebut menggunakan analisis rasio.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam mendukung pelaksanaan otonomi
daerah.
Dalam melakukan penelitian ini, data yang peneliti dapatkan adalah
data Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2014. Berdasarkan
data tersebut, peneliti menghitung Rasio kemandirian keuangan daerah, Rasio
derajat desentralisasi fiskal, Rasio indeks kemampuan rutin, Rasio keserasian,
Rasio pertumbuhan untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah dalam
pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dari keuangan daerah Kabupaten Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan kondisi data tentang PAD, bantuan pemerintah pusat dan laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Sleman, maka untuk rasio
kemandirian pemerintah Kabupaten Sleman tahun 2009-2014 adalah sebagai
berikut halim (2012: L-5)
1. Rasio Kemandirian =
Perhitungan Rasio Kemandirian :
Rasio Kemandirian Tahun 2010 =
=17,48%
Rasio Kemandirian Tahun 2011 =
= 20,90%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel V.1
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber: Data Diolah
Tahun
Anggar
an
Total Pendapatan
PAD SPE
Rasio
Kemandiria
n
(%)
Pola
Rp Perkemban
gan
(%)
Rp Perkembang
an (%)
2010 1.095.628.887.559,93 163.056.459.137,93 - 932.572.428.422,00 - 17,48 Instruktif
2011 1.311.473.547.855,47 226.723.271.088,47 39,05 1.084.750.276.767,00 16,32 20,90 Instruktif
2012 1.589.722.974.409,13 301.069.539.284,13 32,79 1.288.653.435.125,00 18,80 23,36 Instruktif
2013 1.899.525.636.838,83 449.270.304.864,83 49,22 1.450.255.331.974,00 12,54 30,98 Konsultatif
2014 2.076.820.131.084,13 573.337.599.560,11 27,62 1.503.482.531.524,02 3,67 38,13 Konsultatif
Rata-Rata 37,17 12,83 26,17 Konsultatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Dari tabel diatas rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Sleman
selama 5 tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat rasio
kemandirian daerah pada tahun 2010, 2011, 2012 sebesar 17,48% , 20,90%, dan
23,36% dengan pola instruktif yang berarti peranan pemerintah pusat masih
dominan terhadap kemandirian pemerintah daerah. Pada tahun 2013 dan 2014
sebesar 30,98% dan 38,13% dengan pola konsultatif dimana peran pemerintah
pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit mampu dalam
melaksanakan otonomi.
Selama lima tahun anggaran rata-ratanya sebesar 26,17 %, berada pada skala
interval (25%-50%) yang berarti Kabupaten Sleman belum mampu untuk
menghadapi otonomi daerah.
2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
DDF=
Keterangan:
PADt = Total PAD tahun t
TPDt = Total Penerimaan Daerah tahun t
Total penerimaan daerah adalah penjumlahan dari PAD, transfer pusat ke
daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Perhitungan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal :
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tahun 2010 =
= 14,88%
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tahun 2011 =
=17,29%
Tabel V.2
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun
Anggaran
Pendapatan Asli
Daerah
Total Pendapatan
Daerah
Rasio Derajat
Desentralisasi
Fiskal
(%)
Keterangan
2010 163.056.459.137,93 1.095.628.887.559,93 14,88 Kurang
2011 226.723.271.088,47 1.311.473.547.855,47 17,29 Kurang
2012 301.069.539.284,13 1.589.722.974.409,13 18,94 Kurang
2013 449.270.304.864,83 1.899.525.636.838,83 23,65 Cukup
2014 573.337.599.560,11 2.076.820.131.084,13 27,61 Cukup
Rata-rata 20,47 Cukup Sumber :Data diolah
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio desentralisasi fiskal pada
tahun 2010 ,2011, dan 2012 sebesar 14,88% , 17,29%, dan18,94%. Ini termasuk
dalam kategori kurang yang maksudnya campur tangan pemerintah pusat sangat
besar dalam pembangunan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 23,65% dan 27,61%. Ini termasuk dalam
kategori cukup yang berarti cukup besar campur tangan pemerintah pusat dalam
pembangunan daerah. Dengan kata lain, berdasarkan perhitungan rasio derajat
desentralisasi fiskal pemerintah Kabupaten Sleman selama lima tahun anggaran
dalam kategori cukup, karena berada pada interval 20,01% sampai 30,00%, rata-
rata rasio derajat desentralisasi fiskal sebesar 20,47%, termasuk dalam kategori
cukup yang berarti cukup besar campur tangan pemerintah pusat dalam
pembangunan daerah . Dilihat dari derajat desentralisasi fiskal, pemerintah daerah
Kabupaten Sleman belum mampu menghadapi otonomi daerah.
3. Rasio Indeks Kemampuan rutin
Rumus :
IKR = x100%
Keterangan :
IKR = Indeks Kemampuan Rutin
PAD = Pendapatan Asli Daerah
Perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin
Rasio Indeks kemampuan Rutin tahun 2010 = x100%
= 16,48%
Rasio Indeks Kemampuan Rutin tahun 2011 = X100%
= 19,85%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel V.3
Rasio Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun
Anggaran
Pendapatan Asli
Daerah
Belanja Rutin Rasio Indeks
Kemampuan
Rutin
(%)
Keterangan
2010 163.056.459.137,93 989.131.133.924,33 16,48 Kurang
2011 226.723.271.088,47 1.142.118.624.078,58 19,85 Kurang
2012 301.069.539.284,13 1.241.689.260.072,05 24,25 Cukup
2013 449.270.304.864,83 1.420.339.683.204,62 31,63 Sedang
2014 573.337.599.560,11 1.542.922.443.616,11 37,16 Sedang
Rata-rata 25,87 Cukup
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio indeks kemampuan
rutin pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 16,48% dan 19,85%., ini termasuk
tergolong dalam kategori kurang, sehingga pemerintah daerah kurang mampu
untuk membiayai pengeluaran rutin dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahannya dan campur tangan pemerintah pusat masih sangat besar.
Selanjutnya pada tahun 2012 sebesar 24,25%, ini termasuk dalam kategori
cukup yaitu pemerintah daerah cukup mampu untuk membiayai pengeluaran
rutin dalam melaksanakan kegiatan pemerintahannya. Pada tahun 2013 dan 2014
sebesar 31,63% dan 37,16%, ini termasuk dalam kategori sedang yaitu
pemerintah daerah mampu untuk membiayai pengeluaran rutin dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahannya. Jadi, selama lima tahun anggaran
pemerintah Kabupaten Sleman meiliki rasio IKR dalam kategori cukup karena
masih berada dalam skala interval antara 20,01%-30,00% yaitu dengan rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sebesar 25,87%. Dilihat dari Rasio Indeks Kemampuan rutin, pemerintah daerah
Kabupaten Sleman belum mampu untuk mendukung pelaksanaan otonomi
daerah.
4. Rasio Keserasian:
Rasio Belanja Rutin = X100%
Rasio Belanja pembangunan = X100%
Perhitungan Rasio Keserasian tahun 2010
Rasio Belanja Rutin Tahun 2010
=
= 87,41%
Jadi belanja yang dikeluarkan dari kas umum daerah Kabupaten Sleman dalam
rangka menyelenggarakan operasional pemerintah pada tahun 2010 sebesar
87,41%.
Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2010
=
= 12,59%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Jadi belanja yang dikeluarkan dalam rangka membeli barang modal
daerah Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar 12,59%.
Perhitungan rasio keserasian tahun 2011
Rasio Belanja Rutin Tahun 2011
=
= 89,36%
Jadi belanja yang dikeluarkan dari kas umum daerah Kabupaten
Sleman dalam rangka menyelenggarakan operasional pemerintah pada
tahun 2011 sebesar 89,36%
Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2011
=
= 10,64%
Jadi belanja yang dikeluarkan dalam rangka membeli barang modal
daerah Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar 12,59%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel V.4
Rasio Keserasian Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber :Data Diolah
Tahu
n
Angg
aran
Total Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer Rasio
Belanja
Operasi
(%)
Rasio
Belanja
Modal
(%)
Rp Perke
mban
gan
(%)
Rp Perkem
bangan
(%)
Rp Perkemb
angan
(%)
Rp Perkem
bangan
(%)
2010 1.131.602.398.904,14 989.131.133.924,33 - 99.812.269.370,81 - 4.404.090.314 - 38.254.905.295 - 87,41 12,59
2011 1.278.055.164.511,30 1.142.118.624.078,58 15,47 96.111.399.134,72 (3,71) 498.223.000 (88,69) 39.335.918.298 2,83 89,36 10,64
2012 1.421.401.170.875,33 1.241.689.260.072,05 8,72 132.536.252.044,00 37,90 1.193.672.563 139,59 45.981.986.196,28 16,90 87,36 12,64
2013 1.693.528.297.005,79 1.420.339.683.204,62 14,39 206.859.865.136,17 56,08 0 (100,00) 66.328.748.665 44,25 83,87 16,13
2014 1.896.630.249.448,36 1.542.922.443.616,11 8,63 282.849.371.259,00 36,73 841.163.588 70.017.270.985,25 5,56 81,35 18,65
Rata-rata 85,87 14,13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dari tabel V.4 dapat disimpulkan bahwa rasio keserasian pemerintah
Kabupaten Sleman tahun anggaran 2010-2014 lebih memprioritaskan
belanjanya pada belanja operasi daripada belanja modal. Sehingga
pemerintah Kabupaten Sleman perlu menekan besarnya alokasi dana
untuk belanja operasi guna dialokasikan untuk belanja modal untuk
menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat.
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan yang menggambarkan seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya.
Rumus yang digunakan adalah:
r =
Keterangan:
Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n
Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0
r = Pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Perhitungan Rasio Pertumbuhan tahun 2010
Rasio Pertumbuhan PAD tahun 2010
=
= 39,05%
Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan tahun 2010
=
=19,70%
Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi tahun 2010
=
= 15,47%
Rasio Pertumbuhan Belanja Modal tahun 2010
=
= -3,71%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel V.5
Rasio Pertumbuhan Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
TA PAD Total Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal Pertumb
uhan
PAD
(%)
Pertumbuh
an
Pendapata
n
(%)
Pertumbuha
n Belanja
Operasi
(%)
Pertumbuh
an Belanja
Modal
(%)
2010 163.056.459.137,93 1.095.628.887.559,93 989.131.133.924,33 142.471.264.979,81 - - - -
2011 226.723.271.088,47 1.311.473.547.855,47 1.142.118.624.078,58 135.936.540.432,72 39,05 19,70 15,47 (3,71)
2012 301.069.539.284,13 1.589.722.974.409,13 1.241.689.260.072,05 179.711.910.803,28 32,79 21,22 8,72 37,90
2013 449.270.304.864,83 1.899.525.636.838,83 1.420.339.683.204,62 273.188.613.801,17 49,22 19,49 14,39 56,08
2014 573.337.599.560,11 2.076.820.131.084,13 1.542.922.443.616,11 353.707.805.832,25 27,62 9,33 8,63 36,73
Sumber: Data Diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Selama lima tahun anggaran rasio pertumbuhan PAD mengalami
penurunan dan kenaikan. Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan pada
tahun 2013 sebesar 49,22%, yang pada tahun sebelumnya sebesar 32,79%.
PAD mengalami 2 kali penurunan pada tahun 2012 sebesar 32,79% dan
pada tahun 2014 sebesar 27,62%. Pendapatan asli daerah berada pada
kategori sedang yang berarti pemerintah daerah Kabupaten Sleman belum
mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
Total pendapatan daerah juga mengalami peningkatan pada tahun 2012
sebesar 21,22% yang sebelumnya sebesar 19,70%, total pendapatan daerah
juga mengalami 2 kali penurunan pada tahun 2013 dan 2014 sebesar
19,49% dan 9,33%. Total pendapatan berada pada kategori kurang yang
berarti pertumbuhan total pendapatan daerah masih buruk dan belum
mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
Belanja Operasi mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar
14,39% yang sebelumnya sebesar 8,72% dan mengalami 2 kali penurunan
pada tahun 2012 dan 2014 sebesar 8,72% dan8,63%. Belanja Modal
mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 37,90%
dan56,08 %, belanja Modal mengalami penurunan sebesar 36,73%. Dilihat
dari rasio pertumbuhan belanja operasi dan belanja Modal, Kabupaten
Sleman belum mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Rendahnya pertumbuhan Pendapatan asli daerah, total pendapatan
daerah, dan belanja pembangunan diikuti oleh peningkatan pertumbuhan
belanja rutin maka pertumbuhannya adalah negatif, artinya pemerintah kota
belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari
satu periode ke periode berikutnya. Dilihat dari rasio pertumbuhan,
Kabupaten Sleman belum mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
Tabel V.6
Analisis Trend Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun
Anggaran
Tingkat
Kemandirian
(Y)
X XY X2
2010 17,48 -2 -34,96 4
2011 20,90 -1 -20,90 1
2012 23,36 0 0 0
2013 30,98 1 30,98 1
2014 38,13 2 76,26 4
Total 130,85 0 51,38 10
Sumber: Data diolah
Nilai a dan b dicari dengan formula:
a =
=
= 26,17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
b =
=
= 5,14
Jadi persamaan trend dilihat dari tingkat kemandirian keuangan
daerah Y’ = 26,17 + 5,14 X
Jika dilihat dari trend rasio kemandirian daerah besarnya b lebih
dari no( b>0) maka daerah Kabupaten Sleman semakin mampu
dalam melaksanakan otonomi daerah.
Gambar V.1 Grafik Trend Rasio Kemandirian Daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel V.7
Analisis Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah
Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun
Anggaran
Derajat
Desentralisasi
Fiskal
(Y)
X XY X2
2010 14,88 -2 -29,76 4
2011 17,29 -1 -17,29 1
2012 18,94 0 0 0
2013 23,65 1 23,65 1
2014 27,61 2 55,21 4
Total 102,37 0 31,81 10 Sumber : Data diolah
a = = 20,47
b = = = 3,18
Jadi, persamaan trend dari derajat desentralisasi fiskal daerah
kabupaten Sleman menjadi Y’= 20,47 + 3,18X
Jika dilihat dari trend rasio derajat desentralisasi fiskal
besarnya b lebih dari nol (b>0) , maka daerah Kabupaten
Sleman semakin mampu dalam melaksanakan otonomi
daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar V.2 Grafik Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Tabel V.8
Analisis Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin
Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun
Anggaran
IKR
(Y)
X XY X2
2010 16,48 -2 -32,96 4
2011 19,85 -1 -19,85 1
2012 24,25 0 0 0
2013 31,63 1 31,63 1
2014 37,16 2 74,32 4
Total 129,37 0 53,14 10 Sumber : Data diolah
a = = = 25,87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
b = = = 5,31
Sehingga, persamaan trend dari rasio indeks kemampuan rutin daerah
kabupaten Sleman menjadi Y’= 25,87 + 5,31 X
Jika dilihat dari trend rasio indeks kemampuan rutin besarnya b lebih
dari nol (b>0) , maka daerah Kabupaten Sleman semakin mampu
dalam melaksanakan otonomi daerah.
Gambar V.3 Grafik Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel V.9
Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber : Data diolah
a = = = 85,87
b = = = -1,76
Sehingga, persamaan trend dari rasio keserasian (belanja operasi)
Kabupaten Sleman menjadi Y’=85,87 - 1,76X
Jika dilihat dari trend rasio keserasian (belanja Operasi) besarnya b
kurang dari nol (b<0) , maka daerah kabupaten sleman semakin mampu
untuk menghadapi otonomi daerah karena pada saat ini belanja operasi
lebih besar dibandingkan dengan belanja modal. Jika pertumbuhan
belanja operasi semakin menurun menuju ke belanja modal, maka
keserasian belanja operasi dan belanja modal menjadi semakin baik.
Tahun
Anggaran
Belanja
Operasi (Y)
X XY X2
2010 87,41 -2 -174,82 4
2011 89,36 -1 -89,36 1
2012 87,36 0 0 0
2013 83,87 1 83,87 1
2014 81,35 2 162,7 4
Total 429,35 0 -17,61 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar V.4 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi)
Tabel V.10
Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal) Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber: Data diolah
a = = = 10,56
Tahun
Anggaran
Belanja
Modal (Y)
X XY X2
2010 8,82 -2 -17,64 4
2011 7,52 -1 -7,52 1
2012 9,32 0 0 0
2013 12,21 1 12,21 1
2014 14,91 2 29,82 4
Total 52,78 0 16,87 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
b = = =1,69
Sehingga persamaan trend dari belanja modal di dalam rasio keserasian
belanja modal Kabupaten Sleman menjadi Y’ = 10,56 + 1,69X
Jika dilihat dari trend rasio indeks kemampuan rutin besarnya b lebih dari
nol (b>0) , maka daerah kabupaten sleman semakin mampu dalam
melaksanakan otonomi daerah karena pada saat ini belanja modal lebih
kecil dibandingkan dengan belanja operasi. Jika pertumbuhan belanja
modal semakin meningkat menuju ke belanja operasi, maka keserasian
belanja operasi dan belanja modal akan menjadi semakin baik.
Gambar V.5 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel V.11
Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber: Data diolah
a = = = 37,17
b = = = -0,89
Sehingga persamaan trend Rasio Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Sleman
menjadi Y’=37,17-0,89 X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (PAD) besarnya b kurang dari nol
(b<0), maka pertumbuhan asli daerah Kabupaten Sleman semakin buruk dan
belum mampu dalam melaksanakan otonomi daerah.
Tahun PAD (Y) X XY X2
2010-2011 39,05 -3 -117,15 9
2011-2012 32,79 -1 -32,79 1
2012-2013 49,22 1 49,22 1
2013-2014 27,62 3 82,86 9
Total 148,68 0 -17,86 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar V.6 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Pendapatan Asli
Daerah)
Tabel V.12
Analisis Trend Rasio Pertumbuhan ( Total Pendapatan Daerah)
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun Pendapatan(Y) X XY X2
2010-2011 19,70 -3 -59,1 9
2011-2012 21,22 -1 -21,22 1
2012-2013 19,49 1 19,49 1
2013-2014 9,33 3 27,99 9
Total 69,74 0 -32,84 20 Sumber: Data diolah
a = = = 17,44
b = = = -1,64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Sehingga persamaan trend Rasio Pertumbuhan (Pendapatan)
Kabupaten Sleman menjadi Y’ =17,44 - 1,64X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (pendapatan) besarnya b
kurang dari nol (b<0) , maka total pertumbuhan daerah kabupaten
sleman semakin buruk dan belum mampu dalam melaksanakan
otonomi daerah.
Gambar V.7 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan ( Total Pendapatan
Daerah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel V.13
Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)
Tahun anggaran 2010-2014
Tahun Belanja
Operasi (Y)
X XY X2
2010-2011 15,47 -3 -46,41 9
2011-2012 8,72 -1 -8,72 1
2012-2013 14,39 1 14,39 1
2013-2014 8,63 3 25,89 9
Total 47,21 0 -14,85 20
a = = = 11,80
b = = = -0,74
Sehingga Persamaan Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)
Kabupaten Sleman menjadi Y’=11,80- 0,74X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (belanja operasi) besarnya
b kurang dari nol (b<0) , maka pertumbuhan belanja operasi daerah
Kabupaten Sleman semakin mampu menghadapi otonomi daerah
karena pemerintah mulai menyeimbangkan antara belanja operasi
dan belanja modal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar V.8 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)
Trend V.14
Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal)
tahun anggaran 2010-2014
Tahun Belanja
Modal (Y)
X XY X2
2010-2011 -3,71 -3 -11,13 9
2011-2012 37,90 -1 -37,90 1
2012-2013 56,08 1 56,08 9
2013-2014 36,73 3 110,19 1
Total 127 0 117,24 20
a = = = 31,75
b = = = 5,86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Sehingga Persamaan Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) Kabupaten
Sleman menjadi Y’=31,75 + 5,86 X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (belanja modal) besarnya b lebih
dari nol (b>0) , maka total pertumbuhan daerah kabupaten sleman semakin
mampu dalam melaksanakan otonomi daerah karena pemerintah mulai
menyeimbangkan antara belanja operasi dan belanja modal.
Gambar V.9 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Trend Rasio Pertumbuhan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Sleman
Grafik V.10 Grafik Trend Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber: Data APBD 2010-2014 (data diolah)
Berdasarkan data dari tahun 2010-2014, dapat dilihat tingkat pertumbuhan
TPD,PAD, Belanja Operasi, dan Belanja Modal. Semakin tingginya nilai
TPD, PAD , dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya
Belanja Modal, maka pertumbuhan trendnya adalah negatif, artinya bahwa
Kabupaten Sleman belum mampu mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode yang berikutnya, dan
Kabupaten Sleman belum mampu menghadapi otonomi daerah.
0.00
500,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
1,500,000,000,000.00
2,000,000,000,000.00
2,500,000,000,000.00
2010 2011 2012 2013 2014
PAD
Total Pendapatan
Belanja Operasi
Belanja Modal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemerintah Kabupaten Sleman tahun anggaran 2010-
2014 belum mampu dalam melaksanakan otonomi
daerah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perhitungan
rasio:
a. Rasio kemandirian daerah yang berada pada kategori
rendah yang berarti pemerintah daerah masih sangat
tergantung terhadap sumber-sumber dana bantuan dari
pemerintah pusat.
b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal yang berada pada
kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah Kabupaten Sleman belum mampu
membiayai pengeluarannya sendiri dan masih
bergantung kepada pemerintah pusat.
c. Berdasarkan kemampuan PAD untuk membiayai
pengeluran rutin daerah yang disebut dengan Rasio
Indeks Kemampuan Rutin yang masih berada pada
kategori kurang berarti PAD Kabupaten Sleman
belum cukup mampu membiayai belanja rutin dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
d. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Keserasian,
pemerintah Kabupaten Sleman lebih memprioritaskan
belanja rutin dibandingkan dengan belanja
pembangunan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana
yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Sleman
sehingga pemerintah lebih berkonsentrasi pada
pemenuhan belanja rutin dan penghematan pada
belanja lainnya.
e. Rendahnya pertumbuhan Pendapatan asli daerah, total
pendapatan daerah, dan belanja pembangunan diikuti
oleh peningkatan pertumbuhan belanja rutin maka
pertumbuhannya adalah negatif, artinya pemerintah
daerah belum mampu mempertahankan dan
meningkatkan pertumbuhannya dari satu periode ke
periode berikutnya. Dilihat dari rasio pertumbuhan,
Kabupaten Sleman belum mampu untuk
melaksanakan otonomi daerah.
2. Kabupaten Sleman belum mampu dalam menghadapi
otonomi daerah dilihat dari analisis trend menunjukkan
pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah yang negatif
meskipun rasio yang lain menunjukkan perkembangan
yang positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
B. Keterbatasan penelitian
1. Penelitian ini hanya mengambil sampel 5 tahun sehingga
kurang mampu menggambarkan secara penuh
kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sleman.
2. Penelitian ini tidak dapat menganalisis keseluruhan unsur
perkembangan APBD, sehingga tidak didapatkan hasil
analisis yang lengkap dan menyeluruh
C .Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan tersebut, maka
hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah seharusnya menyeimbangkan
pengeluaran belanja rutin daerah dengan belanja
pembangunan, jika belanja rutin lebih besar dari belanja
pembangunan, maka alokasi dana untuk belanja rutin dan
belanja pembangunan menjadi tidak seimbang.
2. Pemerintah Kabupaten Sleman harus mengurangi tingkat
ketergantungan kepada pemerintah pusat yaitu dengan
mengoptimalkan potensi-potensi sumber daya yang ada
khususnya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
atau dengan meminta kewenangan yang lebih luas
untuk mengelola sumber pendapatan lain yang
masih dikuasai oleh pemerintah daerah, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
keuangan pemerintah daerah tidak tergantung dana
transfer dari pemerintah pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin.1992. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN
Badan Pusat Statistik.2014. Kabupaten Sleman Dalam Angka 2014. Sleman:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman
Bahtiar Arif, Muchlis, Iskandar.2002. Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta:Penerbit Salemba Empat.
Halim, Abdul.2002. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat
Halim,Abdul.2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:UPP STIM
YKPN
Halim, Abdul.2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat
Halim,Abdul.2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta:Salemba
Empat
Joko Tri Haryanto.2008. Potret PAD dan Relevansinya terhadap
kemandirian daerah. Sinposium nasional akuntansi. Januari: Jakarta
Kuncoro, Mudrajad.2014. Otonomi Daerah: Menuju Era Baru
Pembangunan Daerah. Jakarta : Erlangga
Mardiasmo.2002. Teori Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi
Mentari Yosephen Sijabat, Choirul Saleh, Abdul Wachid. “Analisis Kinerja
Keuangan Serta Kemampuan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah”. Jurnal Administrasi Publik. Universitas Brawijaya
Malang.
Munir, Dasri, H.A.Djuanda, Hessel N S.T. 2004. Kebijakan dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta:YPAPI
Nataluddin,2001. Potensi Dana Perimbangan pada Pemerintah Daerah di
Propinsi Jambi, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:UPP
YKPN
Nirzawan. 2001, Tinjauan Umum terhadap Sistem Pengelolaan Keuangan
Daerah di Bengkulu Utara, Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta : UPP YKPN.
Nordiawan,Deddi. Iswahyudi Sondi Putra,dan Maulidah Rahmawati. 2007.
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta :Salemba Empat
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode
Penelitian Kuantitatif :Untuk Administrasi Publik dan Masalah-
Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Shiddiqy, Mohammad Hasbi Ash. “Analisis Perkembangan Kemampuan
Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di
Kabupaten Bantul”. Skripsi. 2012. Universitas Negeri Yogyakarta
Sholihin, Mahfud dan Dwi Ratmono.2015. Akuntansi Keuangan Daerah
Berbasis Akrual. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo
Ulum,Ihyaul. 2009. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Malang: Bumi
Aksara
Yin, Robert.k. 2014. Studi Kasus-Desain & Metode. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Wuryanti, David Efendisri. “Analisis Perkembangan Kemampuan
Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi daerah di
Kabupaten Nganjuk”. Jurnal Akuntansi Sektor Publik. Fakultas
Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
UU RI.2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah.
UU RI. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2007 Tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 8
RASIO KEMANDIRIAN DAERAH
tingkat kemandirian(Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,976 ,952 ,936 2,111
The independent variable is x.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 263,990 1 263,990 59,224 ,005
Residual 13,372 3 4,457
Total 277,363 4
The independent variable is x.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X 5,138 ,668 ,976 7,696 ,005
(Constant) 26,170 ,944 27,717 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 9
RASIO DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL
Derajat Desentralisasi Fiskal (Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,983 ,966 ,955 1,087
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 101,251 1 101,251 85,756 ,003
Residual 3,542 3 1,181
Total 104,793 4
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X 3,182 ,344 ,983 9,260 ,003
(Constant) 20,474 ,486 42,133 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 10
RASIO INDEKS KEMAMPUAN RUTIN
Indeks Kemampuan Rutin (Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,991 ,982 ,975 1,328
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 282,386 1 282,386 160,066 ,001
Residual 5,293 3 1,764
Total 287,679 4
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X 5,314 ,420 ,991 12,652 ,001
(Constant) 25,874 ,594 43,559 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 11
RASIO KESERASIAN (BELANJA OPERASI)
Belanja Operasi(Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,868 ,753 ,670 1,843
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 31,011 1 31,011 9,129 ,057
Residual 10,191 3 3,397
Total 41,202 4
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X -1,761 ,583 -,868 -3,021 ,057
(Constant) 85,870 ,824 104,179 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 12
RASIO KESERASIAN(BELANJA MODAL)
Belanja Modal(Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,896 ,803 ,737 1,527
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 28,460 1 28,460 12,211 ,040
Residual 6,992 3 2,331
Total 35,452 4
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X 1,687 ,483 ,896 3,494 ,040
(Constant) 10,556 ,683 15,461 ,001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 13
RASIO PERTUMBUHAN (PENDAPATAN ASLI DAERAH)
PAD(Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,248 ,062 -,408 11,027
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 15,949 1 15,949 ,131 ,752
Residual 243,175 2 121,587
Total 259,124 3
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X -,893 2,466 -,248 -,362 ,752
(Constant) 37,170 5,513 6,742 ,021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 14
RASIO PERTUMBUHAN (TOTAL PENDAPATAN DAERAH)
Total pendapatan Daerah( Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,777 ,603 ,405 4,210
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 53,923 1 53,923 3,042 ,223
Residual 35,447 2 17,724
Total 89,370 3
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X -1,642 ,941 -,777 -1,744 ,223
(Constant) 17,435 2,105 8,283 ,014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 15
RASIO PERTUMBUHAN (BELANJA OPERASI)
Belanja Operasi (Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,527 ,278 -,084 3,787
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 11,026 1 11,026 ,769 ,473
Residual 28,686 2 14,343
Total 39,712 3
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X -,742 ,847 -,527 -,877 ,473
(Constant) 11,803 1,894 6,233 ,025
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 16
RASIO PERTUMBUHAN (BELANJA MODAL)
Belanja Modal (Y)
Model Summary
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
,713 ,509 ,263 21,668
The independent variable is X.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 973,012 1 973,012 2,073 ,287
Residual 938,971 2 469,485
Total 1911,983 3
The independent variable is X.
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
X 6,975 4,845 ,713 1,440 ,287
(Constant) 31,750 10,834 2,931 ,099
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI