plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileiii persetujuan pembimbing pengaruh stres...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
Yang diajukan oleh :
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
telah disetujui oleh :
Pembimbing
(Drs. Mulyono, Apt.)
tanggal : …………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
Oleh:
Severinus Yan Bertiyanto
NIM : 058114014
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 20 Maret 2009
Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan Rita Suhadi, M. Si., Apt. Dosen Pembimbing:
Drs. Mulyono, Apt. ………………………..
Panitia Penguji:
1. Drs. Mulyono, Apt. …………………..
2. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. …………………..
3. Ipang Djunarko, S. Si., Apt. …………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Seseorang yang Menyerah di Tengah Jalan Tidak Akan Pernah Tahu
Bahwa Selangkah Lagi Ia Akan Mencapai Keberhasilan
(Anonim)
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, bimbingan, semangat, dan
kemampuan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini
Bapak dan Ibuku tercinta, kak Siska, dik Sela atas kepedulian, motivasi, dan
kasih sayangnya yang besar kepadaku
Christina Maharani Tri Intani, terima kasih untuk kasih sayangmu
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Severinus Yan Bertiyanto
Nomor Mahasiswa : 058114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH STRES TERHADAP EFEK ANALGESIK PARASETAMOL PADA MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN METODE RANGSANG KIMIA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Juni 2009
Yang menyatakan
(Severinus Yan Bertiyanto)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang maha mulia atas
segala rahmat dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Stres Terhadap Efek
Analgesik Parasetamol pada Mencit Putih Jantan Dengan Metode Rangsang
Kimia”. Skripsi ini dipersiapkan dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
berupa bimbingan, doa, saran, dukungan, semangat, dan nasehat, oleh karena itu
dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
mengarahkan serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt.
selaku dosen penguji atas kesediaan menguji serta saran-saran yang
diberikan.
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium
Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas
Laboratorium Farmakologi demi terselesaikannya skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta atas cinta, doa, motivasi, dan kasih
sayang yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Christina Maharani Tri Intani, atas dukungan, doa, perhatian, dan kasih
sayangmu.
7. Stefanus Dani, Nixon Fernando, Widdy Kurniawan, Ines Septi, dan Rias,
teman-teman seperjuangan dalam bimbingan dan menemani berdiskusi.
8. Teman-teman kuliahku (Yoyok, Berto, Made, David, Gebi, Budi, Fian,
Hadian, Sinta, Sekar, Erlin, Mia, Dewi, Aster, dan Prima) atas dukungan
kalian.
9. Teman-teman UKK A dan angkatan ’05 atas dukungannya.
10. Teman-teman mudika atas dukungannya, terutama Retno yang telah
membantu menyempurnakan skripsi ini.
11. Laboran Laboratorium (Mas Kayat, Mas Parjiman, dan Mas Heru) yang
telah banyak membantu penyediaan sarana dan prasarana penelitian.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 4 April 2009
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 April 2009
Penulis
Severinus Yan Bertiyanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
INTISARI ......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ........................................................................................................ xviii
BAB I. PENGANTAR ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1. Permasalahan .................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian .......................................................................... 3
3. Manfaat penelitian .......................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 7
A. Stres ....................................................................................................... 7
B. Pendekatan-Pendekatan Stres ............................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
C. Reaksi Terhadap Stres ........................................................................... 12
D. Stres Memicu Timbulnya Nyeri ............................................................ 14
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin ............................................ 14
F. Nyeri ..................................................................................................... 15
G. Mekanisme Terjadinya Nyeri ................................................................ 17
H. Mekanisme Penghantaran Impuls, Lokalisasi Rasa Nyeri serta
Inhibisi Nyeri Endogen ......................................................................... 20
I. Analgetika ............................................................................................. 22
J. Parasetamol ........................................................................................... 24
K. Metode Pengujian Daya Analgesik Secara in-vivo ............................... 27
L. Pengujian Analgesik Secara in-vitro ..................................................... 30
M. Landasan Teori ...................................................................................... 31
N. Hipotesis ............................................................................................... 32
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 33
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 33
C. Bahan Penelitian ................................................................................... 35
D. Alat Penelitian ....................................................................................... 35
E. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 35
F. Analisis Hasil ........................................................................................ 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41
A. Hasil Uji Pendahuluan .......................................................................... 41
1. Penentuan kriteria geliat ................................................................ 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Penetapan dosis asam asetat .......................................................... 42
3. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat ........................... 45
B. Hasil Uji Pengaruh Stres Terhadap Efek Analgesik Parasetamol
Dosis Terapi .......................................................................................... 47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 55
A. Kesimpulan ........................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56
LAMPIRAN ...................................................................................................... 59
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Rata-rata jumlah geliat mencit pada pemilihan dosis asam asetat .. 43
Tabel II Rata-rata jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu
pemberian asam asetat dengan dosis 100 mg/kg BB ...................... 45
Tabel III Rara-rata jumlah geliat mencit ± SE dan % daya analgesik ± SE
setelah perlakuan beserta hasil Uji Anova ...................................... 49
Tabel IV Hasil analisis variansi satu arah (Anova) kontrol, perlakuan I
dengan pemberian parasetamol tanpa pra perlakuan stres, dan
kelompok perlakuan II dengan pemberian stres .............................. 52
Tabel V Hasil uji Scheffe daya analgesik kelompok kontrol, kelompok
perlakuan I dengan pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa
pra-perlakuan stres, dan kelompok perlakuan II dengan pemberian
parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-perlakuan stres .................... 53
Tabel VI Perubahan % daya analgesik terhadap perlakuan I dengan
pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra perlakuan stres ..... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Stres sebagai suatu stimulus .......................................................... 10
Gambar 2. Stres sebagai suatu respon ............................................................ 11
Gambar 3. Skema General Adaptation Syndorme (GAS) .............................. 13
Gambar 4. Hubungan stres dengan sistem endokrin ....................................... 15
Gambar 5. Mediator yang dapat menimbulkan rangsang nyeri setelah
kerusakan jaringan ........................................................................ 18
Gambar 6. Mekanisme terjadinya nyeri .......................................................... 19
Gambar 7. Mekanisme penghantaran impuls, lokalisasi, dan rasa nyeri
serta inhibisi nyeri endogen .......................................................... 21
Gambar 8. Struktur parasetamol ..................................................................... 25
Gambar 9. Skema kerja metode percobaan rangsang kimia ........................... 38
Gambar 10. Diagram batang dosis asam asetat 1% v/v vs rata-rata jumlah
geliat mencit pada orientasi dosis asam asetat .............................. 44
Gambar 11. Diagram batang selang waktu vs rata-rata jumlah geliat mencit
pada orientasi selang waktu pemberian asam asetat dengan
dosis 100 mg/kg BB ...................................................................... 46
Gambar 12. Kurva jumlah geliat mencit pada kelompok kontrol, perlakuan I,
dan perlakuan II terhadap waktu ................................................... 50
Gambar 13. Diagram batang perlakuan vs rata-rata jumlah geliat mencit
pada uji daya analgesik ................................................................. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 14. Diagram batang perlakuan vs rata-rata % daya analgesik
parasetamol pada uji daya analgesik ............................................. 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto geliat mencit .......................................................................... 60
Lampiran 2. Foto pipa pralon yang digunakan untuk memberi kondisi stres ... 60
Lampiran 3. Foto mencit yang diberi perlakuan stres dalam pipa pralon ......... 61
Lampiran 4. Konversi dosis parasetamol dari manusia ke mencit 20 g BB ...... 61
Lampiran 5. Contoh perhitungan % daya analgesik pada pemberian
parasetamol tanpa pra-perlakuan stres .......................................... 62
Lampiran 6. Contoh perhitungan perubahan % daya analgesik terhadap
perlakuan I, pemberian parasetamol tanpa pra-perlakuan stres .... 62
Lampiran 7. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
penetapan konsentrasi asam asetat ................................................ 63
Lampiran 8. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat ........................... 64
Lampiran 9. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada
kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dan II........................... 66
Lampiran 10 Rata-rata jumlah geliat kelompok kontrol, perlakuan I, dan
perlakuan II ................................................................................... 69
Lampiran 11. Data % daya analgesik serta hasil analisis variansi satu arah
pada kelompok parasetamol tanpa stres dan dengan pemberian
stres ............................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang disebabkan oleh
stres dapat meningkatkan rasa sakit/nyeri. Penelitian ini menggunakan senyawa uji berupa parasetamol karena parasetamol merupakan obat analgesik yang penggunaannya cukup luas dan banyak digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa stres dapat menurunkan efek analgesik parasetamol.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode rangsang kimia, menggunakan subyek uji mencit putih jantan. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol dengan pemberian CMC-Na 1%, kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB tanpa perlakuan stres, dan kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan stres, dengan memasukkan mencit ke dalam pipa pralon yang kedua ujungnya ditutup kawat kasa. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 1 jam dengan mengamati jumlah geliat. Jumlah komulatif geliat kemudian digunakan untuk menghitung persen proteksi geliat dengan persamaan Handerson-Forsaith. Data kuantitatif penghambatan terhadap geliat tersebut dianalisis menggunakan analisis one-way Anova test dan dilanjutkan Post Hoc test (uji Scheffe) dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres mampu menurunkan efek analgesik parasetamol. Persen proteksi geliat kelompok perlakuan parasetamol tanpa pra-perlakuan stres dan dengan pra-perlakuan stres berturut-turut sebesar 47.94% dan 25.29%.
Kata kunci : stres, parasetamol, analgesik, metode rangsang kimia, Anova.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Some evidences show that anxiety caused by stress can increase the pain. This research uses paracetamol because paracetamol is one of analgesic drugs which have used widely. The aim of this research is to prove that stress will decrease the analgesic activity of paracetamol.
This research is a pure experimental research with a complete random one direction research design. The method used in this research is writhing test method. The research uses white male mice. The mice are divided into 3 groups based on its treatment, i.e: control group is given CMC-Na 1%; paracetamol treatment group is given paracetamol 91 mg/kg BB without any stress; and paracetamol 91 mg/kg BB treatment group is given stress. The output data of this experiment is data of writhe every 5 minutes in 1 hour which later is used to calculate the percentage of writhe protection by Handerson-Forsaith equation. Percentage of writhe protection is analyzed statistically with one-way Anova tests and Post Hoc tests (Scheffe) with interval 95%.
The result of this research shows that stress can decrease paracetamol’s effect. The percentage of writhe protection in paracetamol treatment group without any stress and paracetamol treatment group given stress in a series is 47.94% and 25.29%.
Key words: stress, paracetamol, analgesic, writhing test, Anova.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Anggapan bahwa stres merupakan ciri masyarakat modern tidaklah
sepenuhnya benar, karena stres dapat dialami oleh setiap orang, dimanapun,
kapanpun dan di lingkungan masyarakat apapun.
Stres adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang harus kita jalani dan kemampuan
untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita
memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat
mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres,
merasakan distres atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).
Stressor adalah kejadian ataupun keadaan yang dapat memicu terjadinya
stres. Stressor dapat berupa situasi yang menyangkut hidup dan mati seseorang
(contohnya perang) dan dapat pula berupa keadaan yang positif dan
menyenangkan (contohnya pernikahan atau promosi jabatan) karena hal tersebut
membutuhkan perubahan atau adaptasi (Morris, Maisto, dan Levine, 2002).
Stres bukanlah penyakit, tetapi banyak penyakit manusia modern bila
ditelusuri berakar pada kondisi stres sang pengidap. Efek stres pada tiap individu
berlainan, ada yang bersifat psikologis; misalnya menjadi cemas, panik, takut, dan
menurunkan daya ingat atau konsentrasi kerja secara drastis. Ada pula yang
bersifat fisik, contoh efeknya adalah sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berlebihan, jadwal menstruasi mundur/maju terus, mual, muntah, diare,
kelumpuhan/paralisis, kesulitan mengunyah, halusinasi, kebutaan, ketulian,
bahkan kehilangan kesadaran (Looker dan Gregson, 2005).
Individu yang mengalami stres akan merasakan nyeri yang lebih hebat.
Penderita pasca bedah elektif yang mengalami kecemasan merasakan nyeri lebih
tinggi daripada yang tidak mengalami kecemasan. Pada individu yang diberi
perlakuan restrain test (diletakkan dalam sebuah kurungan) yang merupakan
stresor psikososial, ditemukan adanya inhibisi proliferasi limfosit dan penurunan
ambang nyeri, sehingga intensitas nyeri dinyatakan lebih tinggi (Suwito, Putra,
Sudiana, Mu’afiro, 2004).
Parasetamol merupakan salah satu obat analgesik yang banyak digunakan
pada nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, sakit gigi, otot, perut, haid,
dan lain-lain. Parasetamol termasuk analgetika golongan perifer/non-narkotik
yang bekerja dengan mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP). Salah satu
keunggulan dari parasetamol adalah karena tidak menyebabkan ketergantungan
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Salah satu efek dari stres di dalam tubuh kita adalah meningkatkan aliran
darah dalam otot, yang pada akhirnya akan menyebabkan ketegangan pada otot
sehingga terjadi nyeri (Bishop, 1994). Metode pengujian analgesik dengan
rangsang kimia menggunakan zat kimia seperti asam asetat maupun fenil kuinon
yang diinjeksikan pada hewan uji secara intraperitoneal akan menimbulkan rasa
nyeri dalam rongga perut hewan uji. Pemberian obat analgesik pada metode ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
akan mengurangi rasa nyeri pada hewan uji, namun karena adanya stres yang
dapat meningkatkan rasa nyeri maka obat analgesik yang diberikan pada hewan
uji perlu diteliti lebih lanjut mengenai khasiatnya sebagai obat analgesik (Turner,
1965).
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini penulis ingin mengamati
pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol sehingga diharapkan
informasi yang diperoleh dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat
mengenai keefektifan penggunaan obat-obat analgesik dalam kondisi stres.
1. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui:
1.) Apakah stres dapat menurunkan efek analgesik parasetamol pada mencit putih
jantan?
2.) Berapakah perubahan persen daya analgesik antara kelompok parasetamol
dosis 91 mg/kg BB (tanpa pra-perlakuan stres) dengan kelompok perlakuan
parasetamol dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan stres?
2. Keaslian penelitian
Sepanjang penelusuran penulis, sampai saat ini belum ada penelitian
tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol. Penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
a. Pengaruh Stresor Psikososial Terhadap Peningkatan Kadar Kortisol dan IL-1
Beta Serum Pada Tikus Jantan Galur Wistar (Suwito et al, 2004).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar kortisol dan IL-1 beta pada
kelompok perlakuan berbeda secara nyata dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah stresor psikososial restraint test
meningkatkan kadar kortisol dan IL-1 beta serum pada tikus jantan galur
wistar.
b. Interaksi Farmakokinetik Kombinasi Obat Parasetamol dan
Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai Komponen Obat Flu (Rusdiana,
Sjuib, dan Asyarie, 2004)
Hasil menunjukkan bahwa jika parasetamol dan fenilpropanolamin
hidroklorida diberikan bersama maka Cmaks dan AUC0-∞ kedua obat tersebut
lebih kecil, sedangkan t1/2β fenilpropanolamin hidroklorida lebih besar dari
pada jika diberikan secara tersendiri.
c. Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Batang Brotowali [Tinospora crispa [L.]
Miers.] Pada Mencit Putih Betina Swiss Dengan Metode Rangsang Kimia
(Filirida, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol batang brotowali mempunyai
efek analgesik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis
91 mg/kg BB sebesar 57,86% dan ekstrak etanol batang brotowali dosis 66
mg/kg BB; 132 mg/kg BB; 264 mg/kg BB; 528 mg/kg BB berturut-turut
sebesar 38,81%; 61,19%; 80,95%; dan 84,05%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
d. Pengaruh Praperlakuan Pentagamavunon-0 Terhadap Profil Farmakokinetika
Parasetamol pada Tikus Jantan Wistar (Wahyono dan Hakim, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan praperlakuan PGV-0 peroral dosis 20 dan 40
mg/kg BB tidak mempengaruhi parameter farmakokinetika parasetamol dosis
150 mg/kg BB yang diberikan peroral pada tikus jantan (P>0,05).
e. Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel [Stelechocarpus burahol [bi]
hook.f.& th.] Pada Mencit Putih Jantan Swiss Dengan Metode Rangsang
Kimia (Perdana, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kepel mempunyai efek
analgesik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis 91
mg/kg BB sebesar 55,71% dan ekstrak etanol daun kepel dosis 35 mg/kg BB;
140 mg/kg BB; 560 mg/kg BB; dan 2240 mg/kg BB berturut-turut sebesar
38,04%; 58,21%; 77,75%; dan 43,24%.
3. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitin tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik
parasetamol ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis. Manfaat teoritis yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang
kefarmasian mengenai pengaruh stres terhadap efek analgesik.
b. Manfaat praktis. Manfaat praktis yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu
memberikan informasi baru dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat
tentang pengaruh stres terhadap efek analgesik parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
c. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
metode alternatif untuk pengujian pengaruh stres terhadap efek analgesik
suatu obat di mana metode alternatif ini merupakan gabungan dua buah
metode yaitu metode perlakuan stres dan metode rangsang kimia.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi mengenai
pengaruh stres terhadap efek analgesik.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa adanya stres
dapat menurunkan efek analgesik dari suatu obat khususnya parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Stres
Stres adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk
mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang
tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua
tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres
atau eustres (Looker dan Gregson, 2005).
Stressor merupakan peristiwa maupun keadaan yang memicu terjadinya
stres. Stressor dapat beraneka ragam dalam hal intensitas dan durasinya, mulai
dari yang ringan, peristiwa dalam jangka waktu yang singkat, maupun peristiwa
atau keadaan yang terjadi dalam waktu yang lama. Biasanya stres dialami ketika
kita mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan kita (Morris et al,
2002).
Hans Selye menemukan bahwa terdapat dua jenis stres, yang pertama
adalah stres akut yang terjadi apabila seseorang mengalami kejadian dalam
hidupnya yang membutuhkan respon secara cepat. Jenis stres yang kedua adalah
stres kronik yang kebanyakan dialami oleh para manager dan profesional. Stres
kronis terjadi ketika krisis situasi yang terjadi terus-menerus tanpa henti terhadap
tubuh. Hal tersebut dapat terjadi ketika suatu krisis diikuti krisis lain tanpa jeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
waktu yang lama, sehingga tubuh belum sempat mengatasi stres sebelumnya saat
menghadapi stres yang baru (Leatz and Stolar, 1993).
Stres merupakan sebuah pengalaman yang unik bagi kita semua. Apa
yang mengesalkan (distressful) bagi seseorang dapat menjadi menyenangkan
(eustressful) bagi orang lain. Dengan sengaja menempatkan diri ke dalam situasi-
situasi yang menantang dapat mengesalkan sekaligus menyenangkan. Seseorang
yang akan melakukan terjun payung untuk pertama kali mungkin saja dirasuki
rasa takut dan tidak mampu melompat (distress). Seorang penerjun payung akan
melompat tanpa merasa cemas tentang situasi yang berpotensial mengancam
jiwanya dan menikmati tantangan lompatan itu-tetapi dengan respon stres mereka,
dalam gairah yang tinggi, mereka akan waspada dan siap untuk menghadapi
masalah-masalah yang mungkin muncul (eustress) (Looker dan Gregson, 2005).
Ketika kita menghadapi jumlah tuntutan yang semakin meningkat atau
memandang tuntutan-tuntutan yang menghadang kita sebagai sulit atau
mengancam dan kita tidak dapat mengatasinya maka akan terjadi distress.
Sebaliknya bila kita merasakan kemampuan yang kita miliki lebih besar dari
tuntutan-tuntutan yang dihadapi maka eustress akan terjadi (Looker dan Gregson,
2005).
Stres tidak terbatas pada keadaan yang berhubungan dengan hidup dan
mati seseorang, namun juga dapat terjadi karena pengalaman yang tidak
menyenangkan. Peristiwa yang menyenangkan juga kadang-kadang merupakan
stressor karena memaksa kita untuk berubah atau beradaptasi untuk memenuhi
kebutuhan kita (Morris et al, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Stres bukanlah penyakit itu sendiri, tetapi banyak penyakit manusia
modern bila ditelusuri berakar pada kondisi stres sang pengidap. Stres yang tidak
terkontrol akan memicu berbagai jenis penyakit mulai dari insomnia, gangguan
pencernaan, tekanan darah tinggi, asma, migrain, sampai depresi, dan penyakit
kronis lainnya (Looker dan Gregson, 2005).
Pengalaman nyeri seseorang secara signifikan dipengaruhi oleh emosi
orang tersebut dan tingkat stres yang dimiliki. Psychogenic pain merupakan
pengalaman nyeri yang terjadi bukan karena luka fisik, namun karena psikologis
pasien terganggu (Bishop, 1994).
Salah satu efek paling signifikan dari stres yang lama adalah penekanan
sistem kekebalan yang dimunculkan oleh kortisol. Dalam jumlah yang besar
sekali, kortisol akan mengurangi jumlah limfosit-limfosit dan eosinofil (sel-sel
darah yang membantu menyerang infeksi), menyebabkan nodus-nodus timus dan
limpa (tempat limfosit dibentuk) menjadi layu, dan menekan produksi antibodi-
antibodi (agen-agen yang menyerang infeksi) (Looker dan Gregson, 2005).
Restrain test dapat meningkatkan kadar plasma kortisol. Pada kelompok
tikus dengan ekor dijepit (stresor fisik) serta kelompok tikus lain yang diberi
aroma kucing (stresor psikososial) keduanya menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar dopamin dan kortikosteron. Stres akan meningkatkan sekresi IL-1 beta yang
akan menstimulasi nerve ending medula spinalis dan mensekresi substansi-P lebih
banyak, sehingga memacu cell signaling nyeri (Suwito et al, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Pendekatan-Pendekatan Stres
1. Stres sebagai ’stimulus’
Pendekatan yang pertama menitikberatkan pada lingkungan dan
menggambarkan stres sebagai suatu stimulus. Berikut adalah gambar yang
menunjukkan stres sebagai suatu stimulus :
Gambar 1. Stres sebagai suatu stimulus (Smet, 1994)
Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus menerus
sumber-sumber stressor yang potensial yang ada di dalam lingkungan. Contoh :
kejadian pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat stres yang
tinggi. Orang demikian akan merasa tegang dan tidak nyaman (Smet, 1994).
Kelemahan model ini ditunjukkan dengan tidak adanya kriteria yang
obyektif yang bisa mengukur situasi yang penuh stres, kecuali ukuran pengalaman
individu (Smet, 1994).
R
Ketegangan
stres
LINGKUNGAN
stres
stres
stress S = stimulus
R = respon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Stres sebagai ’respon’
Pendekatan yang kedua memfokuskan pada reaksi individu terhadap
stressor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon. Berikut adalah gambar
bagan stres sebagai suatu respon:
Gambar 2. Stres sebagai suatu respon (Smet, 1994)
Dalam konteks ini sering terdapat contoh sebagai berikut: seseorang akan
merasa stres bila akan berpidato di depan suatu pertemuan. Respon yang dialami
itu mengandung dua komponen yaitu: komponen psikologis yang meliputi:
perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stres; dan komponen fisiologis, berupa
rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat seperti: jantung berdebar-debar,
mulut menjadi kering, perut mules, badan berkeringat. Respon-respon psikologis
dan fisiologis terhadap stressor ini disebut juga strain atau ketegangan. Stres
sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat. Hanya akibatnya saja yang bisa
dilihat (Smet, 1994).
LINGKUNGAN
Agen stres
Respon stres
Psikologi
Fisiologi
Tingkah Laku
Stimulus Respon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan
Pendekatan ketiga menggambarkan stres sebagai suatu proses yang
meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara
individu dengan lingkungan. Di sini stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah
respon saja tetapi juga suatu proses dimana seseorang adalah pengantara (agen)
yang aktif yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi-strategi perilaku,
kognitif dan emosional (Smet, 1994).
Dengan kata lain stres dapat diartikan sebagai suatu proses tawar-menawar
antara individu dan lingkungannya dimana terjadi penilaian dari individu tersebut
terhadap tantangan yang dihadapinya dengan sumber-sumber coping (cara
mengatasi stres) yang dimilikinya seiring respon fisiologi dan psikologi yang
dirasakan saat itu (Bishop, 2004).
C. Reaksi Terhadap Stres
Menurut ahli fisiologi Hans Selye, terdapat tiga tahap reaksi terhadap
stres secara fisik dan psikologi yang disebut general adaptation syndrome (GAS).
1. Reaksi alarm
Reaksi ini terjadi ketika otak dan tubuh kita merasa bahwa suatu bahaya
membutuhkan perhatian kita secara cepat. Tubuh mengenali bahwa harus ada
perlawanan fisik dan psikologis terhadap bahaya yang terjadi. Adrenalin secara
cepat disekresi dan dikeluarkan untuk mendorong tubuh mempersiapkan diri
melakukan aksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Proses pertahanan / resistance
Hal ini terjadi ketika tubuh mulai melakukan perlawanan untuk keluar dari
situasi stres. Contoh perlawanan yang dilakukan tubuh adalah berlari, memukul
sesuatu, dan lain-lain. Jika tubuh tidak bisa melakukan apapun terhadap situasi
stres, seperti bila terjadi percekcokan dengan teman kerja maupun suami/istri,
tubuh kita mungkin mengalihkan respon stres ke jantung atau perut. Tahap kedua
ini sangat penting untuk mengatasi stres dan mencegah kerusakan jaringan. Jika
stres dapat diselesaikan pada tahap ini, maka proses GAS berakhir di sini, namun
bila situasi stres tidak dapat diatasi oleh tubuh maka respon tubuh akan mengenali
situasi stres yang kronik dimana adrenalin dan steroid mulai disekresi dalam
jumlah yang besar.
3. Exhaustion (mulai terjadinya kelelahan )
Tahap ini terjadi jika situasi stres tidak dapat diatasi oleh tubuh pada tahap
2 dimana dengan adanya tambahan stressor, individu sudah tidak mampu lagi
bertahan dan melawan karena individu sudah tidak mampu lagi mengatasi situasi
yang terjadi dengan coping yang dimilikinya. Oleh karena itu, kebanyakan
individu mulai berusaha melarikan diri dari situasi tersebut dan mulai muncul
perilaku yang tidak wajar yang dapat membahayakan dirinya dan tidak menutup
kemungkinan mulai muncul gejala penyakit pada dirinya (Leatz and Stolar, 1993).
Berikut adalah bagan General Adaptation Syndrome (GAS) menurut
Hans Seyle secara skematis :
Gambar 3. Skema General Adaptation Syndorme (GAS) (Bishop, 1994)
Stressor Alarm Pertahanan Keletihan Penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
D. Stres Memicu Timbulnya Nyeri
Tanpa mengetahui sumbernya dari mana, nyeri juga dapat dipengaruhi
oleh adanya stres. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang
disebabkan oleh stres dapat meningkatkan rasa sakit/nyeri. Penjelasan yang masuk
akal mengenai fenomena ini adalah bahwa emotional stress mungkin
meningkatkan rasa sakit/nyeri dengan peningkatan kecemasan dimana terjadi
ketegangan otot dan respon fisiologik yang lain, yang memicu timbulnya sensasi
nyeri (Bishop, 1994).
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin
Stres dapat mempengaruhi sistem saraf simpatik dan hipotalamus.
Adrenalin (epinefrin) dan norepinefrin dikeluarkan saat terjadi stres akut, kedua
pembawa pesan kimia tersebut diproduksi oleh tubuh kita untuk mengurangi
waktu reaksi dan menajamkan indera kita, untuk persiapan melakukan perlawanan
terhadap situasi stres. pelepasan epinefrin dan norepinefrin ini menyebabkan
peningkatkan aktivitas kardiovaskular, peningkatkan respirasi, peningkatkan
perspirasi, membawa darah menuju otot, menstimulasi aktivitas mental, dan
meningkatkan metabolisme (Leatz and Stolar, 1993).
Korteks adrenal akan memproduksi hormon glukokortikoid (steroid)
dalam usaha untuk menolong tubuh menghadapi situasi stres yang kronik.
Glukokortikoid berpotensi untuk melukai tubuh. Jika adrenalin dan norepinefrin
mudah dan cepat dimetabolisme oleh tubuh, steroid memiliki struktur yang besar
dan membutuhkan waktu yang lama untuk dieliminasi. Steroid dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyebabkan peningkatkan pelepasan energi, menekan respon inflamasi, dan
menekan respon imun (Leatz and Stolar, 1993).
Gambar 4. Hubungan stres dengan sistem endokrin (Bishop, 1994)
F Nyeri
Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial. Nyeri merupakan suatu fungsi biologis sebagai penanda adanya bahaya
eksternal (misal: panas atau trauma fisik) dan proses patologi internal (misal:
inflamasi atau penyumbatan saluran kemih oleh batu ginjal) (Greene dan Harris,
2000).
Stres
Sistem Syaraf Simpatik
Hipotalamus
Medula Adrenal menghasilkan Epinefrin dan Norepinefrin : - meningkatkan aktivitas
kardiovaskular - meningkatkan respirasi - meningkatkan perspirasi - mengalirkan darah menuju otot - menstimulasi aktivitas mental - meningkatkan metabolisme
Kelenjar Pituitari
Korteks Adrenal menghasilkan kortikosteroid : - meningkatkan pelepasan energi - menekan respon inflamasi - menekan respon imun
Sistem Hypothalmic-pituitary-adrenocortical (HPAC)
Sistem Sympathoacdreno-medullary (SAM)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Nyeri dikatakan pula sebagai suatu perasaan pribadi dimana ambang
toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan
sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Jadi intensitas
rangsangan yang terrendah saat seseorang merasakan nyeri. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan gejala, yang berfungsi melindungi tubuh (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Nyeri dapat dibedakan berdasarkan durasi (waktu) timbulnya nyeri yaitu:
nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut merupakan sinyal bahaya yang diperoleh
dari sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Nyeri akut menimbulkan
refleks untuk menghindari sumber nyeri. Nyeri kronik tidak memberi
perlingungan dan tidak memberikan peringatan terhadap jaringan yang terluka.
Nyeri kronik biasanya terjadi karena kerusakan syaraf, seperti: luka pada otak,
pertumbuhan tumor, respon abnormal karena kerusakan sistem saraf pusat
(Anonim, 2001).
Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik
dan nyeri viseral. Nyeri somatik yang muncul dari kulit, hal tersebut dinamakan
nyeri superficial (permukaan) sedangkan nyeri yang muncul dari otot, sendi, atau
jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan
berbeda bermakna dengan nyeri somatik (Anonim, 2001).
Nyeri berdasarkan intensitasnya dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: nyeri
ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri kanker. Nyeri ringan sampai nyeri
sedang misalnya nyeri sakit kepala, gigi, otot, sendi (rematik), perut, haid, nyeri
akibat benturan atau kecelakaan (trauma) efektif diobati dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
analgetika perifer. Nyeri berat misalnya nyeri setelah pembedahan atau fraktur
(patah tulang) yang lebih efektif bila diobati menggunakan analgetika narkotik
atau opioid (Tjay dan Rahardja, 2002).
G. Mekanisme Terjadinya Nyeri
Tahap awal dari timbulnya sensasi nyeri adalah adanya rangsangan atau
stimulasi pada reseptor yang dikenal dengan nosiseptor. Reseptor ini terdapat
pada struktur somatik dan viseral, serta diaktivasi oleh rangsang kimia, suhu, dan
mekanis. Stimulasi noksius dapat memicu pelepasan mediator seperti brandikinin,
K+, prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi P yang nantinya
akan mengaktivasi nosiseptor (Baumann, 2005).
Tahapan selanjutnya adalah tahap transmisi. Rangsang bahaya atau
noksius diteruskan menuju sistem saraf pusat dan menyebabkan eksitasi neuron
sehingga menimbulkan nyeri. Aktivitas serabut C memicu pelepasan Calcitonin
Gene-Related Peptide (CGRP), sedangkan pada jaringan inflamasi akan
dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin,
serotonin, prostaglandin, dan lain-lain (Rang, Dale, Ritter dan Flower, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Noksius
(rangsang bahaya)
Kerusakan Jaringan
Pembebasan: Pembentukan:
H+ (pH<6) Kinin (mis: bradikinin)
K+ (>20 mmol/L) Prostaglandin
Asetilkolin
Serotonin Sensibilitasi reseptor
Histamin
Nyeri pertama Nyeri lama Gambar 5. Mediator yang dapat menimbulkan rangsang nyeri setelah
kerusakan jaringan (Mutschler, 1986)
Seseorang akan merasakan nyeri secara sadar ketika proses transmisi nyeri
menuju otak berjalan dengan baik. Sensasi nyeri yang dirasakan oleh setiap
individu akan berbeda walaupun mendapatkan rangsangan yang sama, dan hal ini
disebut dengan persepsi nyeri. Tubuh secara alamiah juga dapat menangani
rangsangan nosiseptif melalui tahapan modulasi. Tahapan ini melibatkan sistem
opiat endogen yang terdiri dari neurotransmiter (contoh: enkefalin, dimorfin, dan
β-endorfin) dan reseptornya (antara lain mu, kappa, dan delta). Proses modulasi
alami yang dilakukan tubuh menghambat proses transmisi nyeri. Sistem saraf
pusat juga mempunyai suatu sistem menurun yang terorganisasi untuk mengontrol
transmisi nyeri, neurotransmiter yang penting dalam proses ini antara lain opiat
endogen, serotonin, noradrenalin, asam γ-aminobutirat (GABA) dan neurotensin
(Baumann, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 6. Mekanisme terjadinya nyeri (Rang et al, 2007)
Fosfolipid
Dihambat Glukokortikoid
Liso-gliseril- fosforilkolin
Dihambat agonis PAF
Arakhidonat
Fosofolipase A2
5-HPETE
LTA4
LTB4
LTC4
LTD4
LTE4
(bronkokonstriktor, meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah)
12-HETE (Kemotaksin)
Lipoksin A dan B
12-Lipoksigenase
15-Lipoksigenase Endoperoksida
siklik
siklooksigenase
TXA2 (trombotik,
vasokonstriktor)
PGI2 ( vasodilator, hiperalgesik, stops platelet aggregation)
Induksi penghambatan glukokortikoid
PGF2α (bronkokonstriktor,
kontraksi miometrial)
PGD2 (menghambat
platelet aggregation, vasodilator)
Dihambat NSAID 5-lipooksigenase
PGE2 (vasodilator, hiperalgesik)
Dihambat Antagonis
PG
Penghambat 5- lipooksigenase
(contoh : zileutin)
Penghambat TXA2 synthase
Dihambat oleh agonis reseptor
Leukotrien (Contoh : zafirukast,
montelukast)
PAF (vasodilator,
meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, bronkokonstriksi,
kemotaksin)
Dihambat Antagonis
TXA2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
H. Mekanisme Penghantaran Impuls, Lokalisasi Rasa Nyeri serta Inhibisi Nyeri Endogen
Potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri
diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang.
Pada tempat kontak awal ini, bertemu tidak hanya serabut aferen, yang impulsnya
tumpang tindih, tetapi di sini juga terjadi refleks somatik dan vegetatif awal
(misalnya menarik tangan pada waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya
eritema lokal) melalui interneuron (Mutschler, 1986).
Pembentukan impuls nyeri terjadi melalui interneuron pada neuron-neuron
selanjutnya yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju ke arah pusat dalam
tractus spinothalamicus. Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah formatio
reticularis menimbulkan terutama reaksi vegetatif (misalnya penurunan tekanan
darah, pengeluaran keringat). Tempat lain yang penting dari serabut nyeri adalah
thalamus opticus. Di sini diteruskan tidak hanya perangsangan pada serabut yang
menuju ke gyrus postcentralis (celah sentral belakang), tempat lokalisasi nyeri,
melainkan dari sini juga impuls diteruskan ke sistem limbik, yang terutama
terlibat pada penilaian emosional nyeri. Otak besar dan otak kecil bersama-sama
melakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi
(Mutschler, 1986).
Sistem penghambatan nyeri endogen terutama terjadi dalam batang otak
dan dalam sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri dan
dengan demikian menurunkan rasa nyeri. Dengan sistem ini dapat dijelaskan
mengapa nyeri dalam situasi tekanan (stress) (misalnya setelah suatu luka pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kecelakaan lalu lintas) mula-mula tidak terasa, dan baru disadari setelah
berhentinya ketegangan (Mutschler, 1986).
Rasa nyeri Penilaian nyeri Lokalisasi nyeri
Reaksi pertahanan terkoordinasi
Reaksi vegetatif
Refleks pertahanan
Pembebasan zat mediator
Rangsang nyeri
Impuls penghantar nyeri yang mengikat Reaksi nyeri
Inhibisi nyeri endogen
Gambar 7. Mekanisme penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri serta inhibisi nyeri endogen (Mutschler, 1986)
korteks
Otak kecil Sistem
i bik
Thalamus optikus
Formatio
Sumsum tulang
Reseptor nyeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
I. Analgetika
Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi
atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Anonim, 2001).
Efek analgesik dapat tercapai dengan berbagai cara, seperti menekan kepekaan
reseptor terhadap rangsang nyeri mekanik, kimiawi, termik atau listrik di pusat
atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator
sensasi nyeri (Anonim, 1991).
Berdasarkan proses terjadinya, rangsang nyeri dapat dilawan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis
prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer
2. Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris
3. Blokade pusat nyeri susunan saraf pusat dengan analgesik sentral
4. Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai
anastetika lokal
Nyeri ringan dapat diatasi dengan obat perifer, seperti parasetamol,
asetosal, atau propifenazon. Nyeri sedang dapat ditambahkan kofein atau kodein,
sedangkan nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu
analgesik antiradang seperti aminofenazon dan NSAID. Nyeri yang hebat diobati
dengan morfin atau opiat lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002).
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja, dan efek samping,
analgetika dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1. Analgetika kuat (hipoanalgetika “kelompok opiat”)
Analgetika kuat atau sering disebut analgetika narkotik adalah zat yang
bekerja terhadap reseptor opioid di susunan saraf pusat (SSP), hingga persepsi
nyeri dari respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Atas dasar cara
kerjanya, golongan ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Agonis opiat, dibagi menjadi alkaloida candu misalnya morfin, kodein, heroin,
dan zat-zat sintetis seperti metadon, derivat metadon, dan petidin
b. Antagonis opiat misalnya nalokson, nalorfin
c. Kombinasi (mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya
dengan sempurna) (Tjay dan Rahardja, 2002)
2. Analgetika perifer (non narkotik)
Obat-obat analgetika perifer mencegah pembentukan prostaglandin yang
muncul akibat rangsang nyeri, sehingga mengurangi jumlah impuls nyeri yang
diterima oleh susunan saraf pusat (SSP) (Baumann, 2005).
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa
mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan. Kebanyakan juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena
itu obat-obat analgetika perifer tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri saja
tetapi juga pada gangguan demam dan peradangan. Obat-obat analgetika perifer
ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, sakit
gigi, otot, perut, haid, dan lain-lain (Tjay dan Rahardja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Secara kimiawi, analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, yaitu:
1. derivat para amino fenol misalnya parasetamol
2. derivat salisilat misalnya asetosal dan salisilamida
3. derivat antranilat misalnya mefenamat
4. derivat pirazolon misalnya aminofenazon dan metamizol (Tjay dan Rahardja,
2002).
J. Parasetamol
Parasetamol atau N-asetil-para-aminofenol merupakan suatu obat non-
opiat derivat para amino fenol yang memiliki khasiat sebagai analgesik-
antipiretik. Parasetamol biasanya digunakan secara luas untuk mengobati nyeri
dan demam ringan hingga sedang. Parasetamol tidak mengiritasi, mengerosi, dan
menyebabkan pendarahan pada lambung (Anonim, 2005).
Parasetamol merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, dan memiliki
rasa pahit. Parasetamol larut dalam air mendidih, NaOH, dan mudah larut dalam
etanol. Bobot molekul parasetamol adalah 151,16 dengan rumus molekul
C8H9NO2 dan rumus bangunnya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
NH
OH
C
O
H3C
Gambar 8. Struktur parasetamol (Anonim, 1995)
Parasetamol sudah digunakan sejak tahun 1893 dan diabsorbsi dengan
baik secara oral. Parasetamol biasa disajikan dalam bentuk tablet, kapsul, suspensi
liquid, maupun supositoria. Sediaan yang paling umum untuk parasetamol adalah
bentuk tablet (Anonim, 2008). Adanya makanan dapat mengurangi kecepatan
absorpsi parasetamol. Disolusi parasetamol lebih cepat pada pH basa dalam usus
jika dibandingkan dengan pH lambung yang lebih asam (Anonim, 2005).
Pada dosis yang dianjurkan parasetamol tidak memiliki efek samping.
Parasetamol aman dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui dan juga aman
dikonsumsi oleh anak-anak dan bayi pada dosis yang dianjurkan. Keunggulan lain
dari parasetamol adalah tidak menyebabkan ketergantungan (Anonim, 2008).
Mekanisme kerja parasetamol adalah menghambat enzim
siklooksigenase (COX). Parasetamol bekerja dengan menghambat biosintesis
prostaglandin terutama di hipotalamus sehingga obat ini memiliki aktivitas
antiinflamasi yang relatif rendah dan lebih efektif bila digunakan sebagai
analgetik-antipiretik (Rang et al, 2007).
Konsentrasi puncak plasma parasetamol meningkat dalam waktu
setengah hingga satu jam, dengan waktu paruh plasma sekitar 1–3 jam (Buck,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2000). Parasetamol memiliki kekurangan berupa hepatotoksisitas yang mungkin
terjadi pada overdosis. Dosis sediaan oral berupa tablet konvensional yang biasa
digunakan untuk nyeri dan demam pada orang dewasa atau anak-anak berumur 12
tahun atau lebih yaitu 650 mg hingga 1 gram setiap 4 – 6 jam, dosis sebaiknya
tidak melebihi 4 gram sehari (Anonim, 2005).
Oksidasi parasetamol yang melalui fase I mengubah parasetamol menjadi
metabolit yang bersifat toksik (intermediat kuinon reaktif) yaitu N-asetil-para-
benzoquinone imin yang sering disebut NABQI. Parasetamol banyak
dimetabolisme di hati menjadi bersifat tidak aktif dengan konjugasi sulfat dan
glukuronida (sulfatasi dan glukuronidasi) yang kemudian akan dikeluarkan
melalui urin. Hanya sebagian kecil dari parasetamol yang dimetabolisme oleh
sistem enzim sitokrom P-450 di hati (khususnya CYP2E1) menjadi metabolit
toksik NABQI yang akan berikatan dengan gugus sulfidril. Pada dosis terapi,
metabolit toksik tersebut cepat dinetralkan dengan berikatan secara irreversible
pada gugus sulfidril dari glutation untuk memproduksi konjugat non-toksik yang
akan disekresi melalui urin (Chen et al., 1998).
Proses glukuronidasi dan sulfatasi pada dosis tinggi menjadi tersaturasi
dan selanjutnya obat dikonjugasi dengan glutation. Parasetamol dosis tinggi
menurunkan simpanan glutation hati yang menyebabkan asupan glutation
berkurang, maka terjadi akumulasi metabolit hepatotoksik yang reaktif dan
berpotensi letal karena N-asetil-para-benzoquinone imin (NABQI) akan terikat
secara kovalen dengan gugus tiol pada protein sel dan membunuh sel (Neal,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
K. Metode Pengujian Daya Analgesik Secara in-vivo
Turner (1965) membagi metode pengujian daya analgesik menjadi dua,
yaitu berdasarkan jenis analgesiknya.
1. Golongan analgesik opioid (narkotik)
a. Metode rangsang panas
Alat yang digunakan dalam metode ini berupa sebuah lempeng panas (hot
plate) yang bersuhu antara 50oC sampai 55oC, dilengkapi dengan penangas yang
berisi campuran sebanding antara aseton dan etil formiat dengan perbandingan 1 :
1. Hewan uji yang telah diberi larutan uji secara subkutan atau per oral diletakkan
pada hot plate, kemudian diamati reaksinya ketika hewan uji mulai menjilat kaki
belakang dan kemudian melompat.
b. Metode jepit ekor
Sekelompok mencit diinjeksi dengan larutan uji dengan dosis tertentu.
Setelah itu pangkal ekor mencit dijepit dengan penjepit yang terbuat dari karet
tipis selama 30 detik. Respon mencit yang tidak diberi analgesik akan berusaha
untuk melepaskan diri dari kekangan penjepit tersebut, akan tetapi mencit yang
diberi analgesik akan mengabaikan kekangan tersebut karena rasa sakit tidak
begitu dirasakannya. Respon positif adanya daya analgesik dapat dicatat jika ada
usaha dari mencit untuk melepaskan diri dari jepitan (selama 15 menit). Metode
ini lebih baik daripada metode rangsang panas, karena rangsang yang diberikan
tidak bersifat merusak (pada hot plate panas yang diberikan bersifat merusak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Metode pengukuran tekanan
Alat yang digunakan pada metode ini menggunakan dua buah syringe
yang dihubungkan pada kedua ujungnya, bersifat elastis, fleksibel, serta terdapat
pipa plastik yang diisi dengan cairan. Sisi dari pipa dihubungkan dengan
manometer. Syringe yang pertama diletakkan dengan posisi vertikal dengan
ujungnya menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah penghisap syringe,
ketika tekanan diberikan pada syringe kedua, maka tekanan akan terhubung pada
sistem hidrolik pada syringe yang pertama lalu pada ekor tikus. Tekanan yang
sama pada syringe kedua akan meningkatkan tekanan pada ekor tikus, sehingga
akan menimbulkan respon dan akan terbaca pada manometer. Respon tikus yang
pertama adalah meronta-ronta kemudian akan mengeluarkan suara (mencicit)
sebagai tanda kesakitan.
d. Metode antagonis nalorpin
Metode ini menggunakan mencit, tikus, atau anjing yang diberi obat pada
dosis toksik, kemudian segera diikuti pemberian nalorpin yang berkisar antara
0,5-1,0 mg/kg secara intravena. Nalorpin memiliki kemampuan untuk meniadakan
aksi dari morfin. Teori menyebutkan nalorpin dapat menggantikan ikatan morfin
dengan reseptornya. Peristiwa tersebut menyebabkan ikatan antara morfin dengan
reseptornya terlepas, sehingga meniadakan efek morfin. Jadi, uji analgesik dengan
metode ini dibuat untuk menunjukkan aksi dari obat-obat seperti morfin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
e. Metode potensiasi petidin
Metode ini kurang baik karena dibutuhkan hewan uji yang cukup banyak,
tiap kelompok terdiri dari tikus sebanyak 20 ekor, setengah kelompok dibagi
menjadi 3 bagian yang diberi petidin dengan dosis 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah
kelompok lainnya diberi senyawa uji dengan dosis 20% dari LD50. Persen daya
analgesik dihitung dengan metode rangsang panas.
f. Metode kejang oksitosin
Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari
posterior, yang dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga menimbulkan
kejang pada tikus. Responnya berupa kontraksi abdominal, sehingga menarik
pinggang dan kaki ke belakang. Penurunan jumlah kejang diamati dan ED50 dapat
diperkirakan. Selain morfin senyawa analgesik yang dapat diuji dengan
menggunakan metode ini adalah heroina, metadon, kodein, dan meperidina.
g. Metode pencelupan pada air panas
Tikus disuntik secara intraperitonial dengan senyawa uji, kemudian ekor
tikus dicelupkan pada air panas (suhu 58oC). Respon tikus terlihat dari hentakan
ekornya menghindari panas.
2. Golongan analgetika non narkotika
a. Metode rangsang kimia
Metode ini menggunakan zat kimia yang diinjeksikan pada hewan uji
secara intrapertioneal, sehingga akan menimbulkan rasa nyeri. Beberapa zat kimia
yang biasanya digunakan antara lain asam asetat dan fenil kuinon. Metode ini
cukup peka untuk menguji senyawa analgesik dengan daya analgesik lemah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
selain itu metode ini sederhana. Pemberian analgesik akan mengurangi rasa nyeri
sehingga jumlah geliat dalam jangka waktu tertentu akan berkurang. Daya
analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen penghambatan terhadap geliat
menggunakan persamaan menurut Handerson dan Forsaith.
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−= %100%100lg% x
KOesikanadaya
keterangan: O = jumlah kumulatif geliat mencit kelompok perlakuan K = jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol
b. Metode pedodolorimetri
Hewan uji diletakkan pada kandang yang bagian alasnya terbuat dari
kepingan metal sehingga bisa dialiri arus listrik. Respon yang timbul yaitu ketika
hewan uji mengeluarkan teriakan dengan pengukuran dilakukan tiap 10 menit
selama 1 jam.
c. Metode rektodolorimetri
Tikus diletakkan di sebuah kandang yang dibuat dari alas tembaga yang
dihubingkan dengan sebuah penginduksi berupa gulungan. Ujung lain dari
gulungan tersebut dihubungkan dengan silinder elektrode tembaga. Sebuah
voltmeter yang sensitif untuk mengubah 0,1 volt dihubungkan dengan konduktor
pada gulungan di bagian atas. Pada penggunaan tegangan 1 sampai 2 volt akan
menimbulkan teriakan pada tikus.
L. Pengujian Analgesik Secara in-vitro
Hampir semua analgesik perifer memiliki kemampuan anti inflamasi dan
anti piretik disamping kemampuannya sebagai analgesik. Kebanyakan dari obat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
obat tersebut memiliki aksi penghambatan siklooksigenase (COX) pada jalur
prostaglandin. Namun analgesik perifer baru harus diuji tidak hanya pada aktifitas
in-vitro di sikloogsigenase saja tetapi juga harus diuji aktivitasnya secara in-vivo
(Vogel, 2002).
Parasetamol bekerja paling tidak sebagian dengan mengurangi tonus
peroksida sitoplasmik: peroksida penting untuk mengaktivasi enzim hem menjadi
bentuk ferri. Pada daerah inflamasi akut, parasetamol tidak begitu efektif karena
neutrofil dan monosit menghasilkan kadar H2O2 dan peroksida lipid yang tinggi,
yang mengalahkan kerja obat. Akan tetapi, parasetamol merupakan analgesik
efektif pada kondisi dimana infiltrasi leukosit rendah atau tidak ada (Neal, 2005).
M. Landasan Teori
Asam asetat merupakan zat perangsang nyeri yang diinjeksikan secara
intraperitoneal sehingga menyebabkan pelepasan ion H+ dan timbul respon pada
subyek uji berupa geliat. Parasetamol merupakan analgesik non-narkotik yang
bekerja pada perifer, dapat mengurangi rasa nyeri akibat pemberian asam asetat
(Mutschler, 1986). Parasetamol diabsorpsi dengan baik secara oral dalam keadaan
lambung yang kosong (Anonim, 2005).
Dalam pustaka yang ditemukan diketahui bahwa restrain test dapat
meningkatkan kadar plasma kortisol (Suwito et al, 2004). Stres juga dapat
meningkatkan aliran darah dalam otot yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa
nyeri (Leatz and Stolar, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
N. Hipotesis
Stres dapat menurunkan efek analgesik parasetamol dosis terapi pada
mencit putih jantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni, dimana
dilakukan manipulasi atau perlakuan terhadap seluruh subyek uji dan bersifat
eksploratif yaitu untuk mengetahui pengaruh stres terhadap efek analgesik
parasetamol.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
pola searah. Acak berarti pengelompokkan mencit dilakukan secara random,
setiap subyek uji memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan ke dalam
kelompok perlakuan. Termasuk penelitian rancangan lengkap karena variabel
yang terdapat dalam penelitian ini sudah diperhitungkan sebelumnya baik bahan
uji, sampel uji maupun hewan uji yang akan digunakan. Termasuk penelitian pola
searah karena variabel bebas pada penelitian ini hanya ada satu yaitu kondisi
mencit yang mengalami stres/tidak yang menentukan variabel tergantungnya yaitu
berupa data jumlah geliat mencit tiap selang waktu 5 menit selama 1 jam.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1) Variabel penelitian
Variabel-variabel yang ada dalam penilitian ini, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
a. Variabel bebas, yaitu pengaruh pra-perlakuan stres terhadap parasetamol.
Kondisi stres diberikan dengan memasukkan mencit ke dalam pipa pralon
yang kedua ujungnya ditutup dengan kawat kasa.
b. Variabel tergantung, yaitu jumlah geliat mencit setiap 5 menit selama 1 jam.
c. Variabel pengacau terkendali meliputi : jenis kelamin mencit (mencit putih
jantan galur lokal), berat badan mencit (20-30 gram), umur mencit (2-3 bulan).
d. Variabel pengacau tak terkendali meliputi : kondisi patologis dari mencit yang
digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian ini, status kesehatan, cahaya,
dan kelembaban.
2). Definisi operasional
a. Stres dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada
sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan
kemampuan untuk mengatasinya.
b. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan dan
yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan.
c. Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum.
d. Parasetamol merupakan salah satu obat golongan analgesik perifer (non-
narkotik).
e. Metode rangsang kimia merupakan salah satu metode pengujian efek
analgesik dimana yang diukur yaitu jumlah geliat mencit setiap 5 menit
selama 1 jam setelah mencit diinjeksi senyawa kimia secara i.p.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
C. Bahan Penelitian
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: hewan uji
mencit putih jantan dewasa sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30
gram sebanyak tujuh ekor setiap kelompok perlakuan, asam asetat, parasetamol,
aquades, dan CMC-Na. Seluruh bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
D. Alat Penelitian
Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pipa
pralon dengan ukuran diameter internal 2,6 cm dan panjang 10,7 cm yang kedua
ujungnya ditutup dengan kawat kasa; timbangan mencit; timbangan analitik; alat
suntik oral; alat suntik parenteral (intraperitonial); alat-alat- gelas; dan alat
pencatat waktu (stopwatch).
E. Tata Cara Penelitian
Pada penelitian ini peneliti melakukan rangkaian proses sebagai berikut :
1. Penentuan metode uji
Pada percobaan ini penulis memilih metode uji yang digunakan adalah
metode uji rangsang kimia. Penulis memilih metode ini karena metode
rangsang kimia sangat mudah dikerjakan dengan hasil yang cukup akurat.
Selain itu, pada pengerjaanya relatif tidak dibutuhkan waktu yang lama karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
total waktu yang diperlukan adalah selama 105 menit. Hasil yang ditunjukkan
juga mudah diamati yaitu pengamatan jumlah geliat mencit saja.
2. Pembuatan sediaan
a. Pembuatan larutan asam asetat 1% dengan dosis 100 mg/kg BB
Larutan asam asetat 1% dibuat dengan mempipet asam asetat 100%
sebanyak 0,25ml lalu dilarutkan dalam aquades secukupnya, kemudian
diencerkan dengan aquades hingga volumenya 25ml.
b. Pembuatan larutan CMC-Na 1% 100 ml
Timbang dengan seksama serbuk CMC-Na sebanyak 1 gram
dilarutkan dengan air panas secukupnya sambil diaduk sampai 100,0 ml. CMC
yang digunakan yaitu Natrium karboksil metil selulose. Senyawa ini berwarna
putih sampai krem, berbentuk serbuk, dan bersifat higroskopik (Anonim,
1995).
c. Pembuatan suspensi parasetamol dalam CMC-Na 1%
Larutan parasetamol dibuat dengan mensuspensikan parasetamol
sebanyak 0,1 gram dalam CMC-Na 1% yang telah dibuat dengan langkah
seperti di atas hingga volumenya 10 ml.
3. Penentuan dosis
a. Penentuan dosis asam asetat
Penetapan dosis asam asetat menggunakan 2 variasi dosis untuk
memperoleh dosis efektif sehingga memudahkan pengamatan. Variasi dosis
yang digunakan yaitu 50 mb/kg BB dan 100 mg/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Subyek uji diinjeksi secara intraperitonial dengan asam asetat pada
masing-masing dosis yang telah ditentukan. Amati geliatnya setiap interval
waktu 5 menit selama 60 menit. Dosis yang dipilih adalah dosis yang
memberikan geliat yang tidak terlalu banyak sehingga memudahkan dalam
pengamatan, tetapi juga tidak terlalu sedikit geliatnya sehingga apabila
sebelumnya diberi perlakuan dengan analgesik lemah masih menunjukkan
respon hingga waktu 60 menit.
b. Penentuan dosis parasetamol
Parasetamol yang akan digunakan berbentuk serbuk, dosis parasetamol
yang biasa digunakan sebesar 500 mg/50 kg BB. Dosis ini kemudian
dikonversikan ke mencit, sehingga diperoleh dosis 91 mg/kg BB.
Pada penelitian ini digunakan dosis parasetamol 91 mg/kg BB yang
merupakan dosis terapeutik karena penelitian ini dibatasi untuk mengetahui
pengaruh stres terhadap daya analgesik parasetamol pada dosis terapeutik.
4. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Pada penelitian ini senyawa uji yang digunakan adalah suspensi
parasetamol dalam CMC-Na 1% dengan dosis 91 mg/kg BB. Variasi selang
waktu pemberian asam asetat yang dicobakan yaitu 10 dan 15 menit. Selang
waktu pemberian yang dipilih adalah selang waktu pemberian yang
memberikan jumlah geliat paling sedikit dibandingkan dengan kelompok
perlakuan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
5. Perlakuan pada hewan uji
mencit (secara acak)
kontrol perlakuan I perlakuan II
pipa pralon (stressor)
CMC-Na parasetamol parasetamol 1% b/v 91 mg/kg BB 91 mg/kg BB
asam asetat 1% v/v asam asetat 1% v/v asam asetat 1% v/v
jumlah geliat jumlah geliat jumlah geliat
Gambar 9. Skema kerja metode percobaan rangsang kimia
a) Pipa pralon disiapkan untuk stressor dengan ukuran diameter internal 2,6 cm
dan panjang 10, 7 cm yang kedua ujungnya ditutup dengan kawat kasa. Pipa
pralon diletakkan horisontal dalam posisi stabil sehingga tidak berubah
posisinya.
b) Hewan percobaan dipuasakan makan selama lebih kurang 18 jam, minum
tetap diberikan.
c) Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara rawu, kelompok kontrol,
kelompok perlakuan 1, dan kelompok perlakuan 2, masing-masing 7 ekor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d) Kelompok kontrol diberi CMC-Na 1% (p.o) kemudian diinjeksikan larutan
asam asetat (i.p) sebagai rangsang nyeri kemudian dicatat jumlah geliat yang
timbul setiap interval waktu 5 menit selama 60 menit.
e) Kelompok perlakuan I diberi injeksi larutan parasetamol (p.o) dengan dosis 91
mg/kg BB. Setelah 15 menit, mencit diberi injeksi larutan asam asetat (i.p)
sebagai rangsang nyeri kemudian dicatat jumlah geliat yang timbul setiap
interval waktu 5 menit selama 60 menit.
f) Kelompok perlakuan II dimasukkan ke dalam stressor (pipa pralon) selama 30
menit. Setelah dikeluarkan dari pralon, mencit kemudian diinjeksi larutan
parasetamol (p.o) dengan dosis 91 mg/kg BB. Setelah 15 menit, mencit
diinjeksi larutan asam asetat (i.p) sebagai rangsang nyeri kemudian dicatat
jumlah geliat yang timbul setiap interval waktu 5 menit selama 60 menit.
g) Dibuat kurva mean jumlah kumulatif geliat masing-masing kelompok
perlakuan vs waktu (menit).
h) Persen daya analgesik dihitung dengan rumus:
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−= %100%100lg% x
KOesikanadaya
dimana: O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesik (perlakuan) K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi CMC-Na 1% (kontrol)
i) Daya analgesik perlakuan I dan II dibandingkan, daya analgesik yang baik
ditunjukkan dengan semakin sedikitnya jumlah geliat mencit. Bila pada
kelompok perlakuan 2 (diberi stressor), parasetamol memiliki daya analgesik
yang lebih buruk maka stressor menurunkan efek analgesik parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
j) Perubahan persen daya analgesik terhadap perlakuan I yaitu pemberian
parasetamol tanpa pra-perlakuan stres dapat dihitung menggunakan rumus:
%100)(lg% xKp
PKpesikanadayaPerubahan −=
Keterangan: P = % daya analgesik pada setiap kelompok perlakuan Kp = rata-rata % daya analgesik pada perlakuan I, pemberian parasetamol
tanpa pra-perlakuan stres
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh berupa jumlah geliat mencit pada kelompok
kontrol, kelompok perlakuan I, dan kelompok perlakuan II. Kemudian dihitung
daya analgesik pada tiap-tiap kelompok mencit. Nilai daya analgesik tersebut
dibandingkan antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan I, dan kelompok
perlakuan II.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan metode Anova.
Bila daya analgesik kelompok perlakuan I lebih besar bila dibandingkan dengan
daya analgesik kelompok perlakuan II, maka stresor psikososial dapat
menurunkan efek analgesik parasetamol. Pada penelitian ini digunakan taraf
kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Pendahuluan
Dalam pengujian daya analgesik terlebih dahulu dilakukan uji
pendahuluan. Uji pendahuluan tersebut dilakukan untuk mempersiapkan hal-hal
yang perlu dalam pengambilan data, supaya memperoleh hasil yang baik pada saat
pengambilan data yang sebenarnya. Uji pendahuluan yang dilakukan meliputi
penetapan kriteria geliat, penetapan dosis asam asetat, dan penetapan selang
waktu pemberian asam asetat. Berkaitan dengan pengujian tersebut, hewan uji
yang akan digunakan juga perlu dipersiapkan. Hewan uji yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu mencit putih jantan, berumur 2-3 bulan, dan berat badannya
antara 20-30 gram. Sebelum perlakuan, semua mencit yang akan digunakan
dipuasakan terlebih dahulu selama lebih kurang 18 jam.
1. Penentuan kriteria geliat
Penentuan kriteria geliat dalam penelitian ini perlu dilakukan untuk
menentukan tipe geliat yang relatif sama sehingga memudahkan dalam
pengamatan. Respon geliat yang diamati yaitu ketika kaki belakang dijulurkan ke
arah belakang serta perut menempel ke bagian alas pada tempat pengamatan.
Geliat yang diamati pada saat menjulurkan kaki belakang tidak perlu kedua
kakinya asalkan gerakan tersebut terlihat sebagai gerakan menggeliat.
Pada penentuan kriteria geliat ini digunakan zat pengiritasi asam asetat 1%
v/v dengan dosis 100 mg/kg BB yang disuntikkan secara intraperitonial, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
akan mengiritasi pada rongga perut sehingga timbul respon berupa gerakan
menggeliat. Respon menggeliat dilakukan oleh mencit karena adanya rasa sakit
yang ditimbulkan akibat pemberian asam asetat 1% v/v dengan dosis 100 mg/kg
BB. Asam asetat menyebabkan kontraksi otot pada rongga perut sehingga timbul
usaha mencit untuk melakukan relaksasi otot rongga perut tersebut dalam bentuk
geliat.
Respon menggeliat pada setiap mencit tidak selalu sama karena rasa sakit
bersifat subyektif. Subyektifitas penilaian rasa nyeri yang dilakukan oleh mencit
dipengaruhi oleh ketahanan yang berbeda dari masing-masing mencit terhadap
rangsang nyeri yang diwujudkan dalam respon menggeliat yang berbeda pula.
Pengamatan geliat mencit dilakukan setiap 5 menit setelah pemberian rangsang
asam asetat dan pengamatan tersebut berlangsung selama 60 menit. Pedoman
dalam pencatatan jumlah geliat mencit berdasarkan kriteria geliat mencit yang
telah ditetapkan di bagian awal.
2. Penetapan dosis asam asetat
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji daya analgesik
yaitu metode induksi secara kimia. Metode ini dilakukan dengan cara
menginjeksikan rangsang nyeri (asam asetat, fenilkuinon, dan p-benzokuinon)
secara i.p pada mencit putih jantan dengan selang waktu tertentu. Rangsang yang
digunakan untuk pengujian ini yaitu asam asetat.
Asam asetat merupakan iritan yang dapat merusak jaringan secara lokal.
Setelah pemberian secara i.p, asam asetat akan menyebabkan nyeri di dalam
rongga perut. Dengan adanya perubahan pH di dalam rongga perut akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pembebasan ion H+ dari asam asetat, maka akan menyebabkan luka pada
membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan melepaskan asam arakhidonat
yang pada akhirnya akan membentuk prostaglandin (Wilmana, 1995). Secara
teoritis, peningkatan dosis rangsang dapat menimbulkan derajat nyeri yang lebih
besar yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah geliat mencit. Maka, uji
pendahuluan ini dilakukan untuk mencari dosis efektif asam asetat yang akan
digunakan dalam percobaan.
Dalam percobaan ini dicobakan dua variasi dosis pada 3 ekor mencit putih
jantan pada setiap kelompok. Kedua variasi dosis yang diuji adalah 50 mg/kg BB
dan 100 mg/kg BB yang disuntikkan secara i.p. Respon geliat mencit diamati dan
dicatat setiap 5 menit, pengamatan dilakukan selama 60 menit. Data geliat mencit
dan hasil statistik yang diperoleh terlampir dalam lampiran dan telah diringkas
pada tabel I.
Tabel I. Rata-rata jumlah geliat mencit pada pemilihan dosis asam asetat
Dosis asam asetat Rata-rata jumlah geliat (M ± SE) 50 mg/kg BB 64 ± 1,5
100 mg/kg BB 107 ± 0,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dosis2.001.00
Mea
n ge
liat
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Error bars: +/- 1 SE
Gambar 10. Diagram batang dosis asam asetat 1% v/v vs rata-rata jumlah geliat mencit pada orientasi dosis asam asetat
Pada uji Shappiro-Wilk, didapatkan bahwa data tersebut memiliki sebaran
data yang normal karena nilai p > 0,05. Setelah dilakukan uji sebaran data,
kemudian dilakukan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui apakah data
tersebut memiliki perbedaan yang bermakna atau tidak. Dari test levene diketahui
bahwa data tersebut memiliki nilai p 0,116 yang berarti memiliki variansi yang
sama (karena p > 0,05). Nilai p pada uji t adalah 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rata-rata jumlah geliat yang
bermakna antara mencit yang diberi asam asetat dosis 100 mg/kg BB dengan
mencit yang diberi dosis 50 mg/kg BB, dimana jumlah geliat pada mencit dengan
dosis asam asetat 100 mg/kg BB lebih banyak daripada mencit yang diberi dosis
50 mg/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dosis asam asetat yang dipilih adalah dosis 100 mg/kg BB karena
memberikan rata-rata jumlah geliat yang optimum dan masih terjadi geliat hingga
akhir waktu pengamatan sehingga memudahkan dalam pengamatan dan
pencatatan jumlah geliat mencit. Dengan demikian kesalahan dalam pengamatan
dan pencatatan dapat diminimalkan.
3. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat perlu dilakukan terlebih
dahulu untuk mencari waktu yang paling tepat agar parasetamol bekerja secara
optimal. Adanya aksi obat ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah geliat
mencit yang diamati dan dicatat pada waktu tertentu. Jika jumlah geliat yang
terjadi lebih sedikit maka menunjukkan adanya kerja obat yang lebih baik.
Pada penelitian ini, senyawa uji yang digunakan adalah parasetamol
dengan dosis 91mg/kg BB. Variasi selang waktu pemberian asam asetat yang
dicobakan yaitu 10 menit dan 15 menit. Data yang diperoleh dari hasil statistik
terlampir pada lampiran dan telah diringkas pada tabel II.
Tabel II. Rata-rata jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dengan dosis 100 mg/kg BB
Selang waktu Rata-rata jumlah geliat (M ± SE)
10 menit 57,0 ± 3,8 15 menit 32,7 ± 3,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
waktu15 menit10 menit
Mea
n ge
liat
60.00
40.00
20.00
0.00
Error bars: +/- 1 SE
Gambar 11. Diagram batang selang waktu vs rata-rata jumlah geliat mencit pada orientasi selang waktu pemberian asam asetat dengan dosis 100 mg/kg BB
Pada uji Shappiro-Wilk, didapatkan bahwa data tersebut memiliki sebaran
data yang normal karena nilai p > 0,05. Setelah dilakukan uji sebaran data,
kemudian dilakukan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui apakah data
tersebut memiliki perbedaan yang bermakna atau tidak. Dari test levene diketahui
bahwa data tersebut memiliki nilai p 0,847 yang berarti memiliki variansi yang
sama (karena p > 0,05). Nilai p pada uji t adalah 0,008 (p < 0,05) sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rata-rata jumlah geliat yang
bermakna antara mencit yang diberi parasetamol dengan selang waktu 15 menit
dengan mencit yang diberi parasetamol dengan selang waktu 10 menit, dimana
jumlah geliat pada mencit dengan selang waktu pemberian parasetamol 15 menit
lebih sedikit daripada mencit dengan selang pemberian parasetamol 10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kelompok dengan selang waktu 10
menit dan 15 menit memiliki perbedaan yang bermakna sehingga digunakan
selang waktu 15 menit karena diasumsikan parasetamol yang diberikan ke mencit
sudah terabsorpsi sepenuhnya sehingga efek analgesiknya lebih baik.
B. Hasil Uji Pengaruh Stres Terhadap Efek Analgesik Parasetamol Dosis Terapi
Pada penelitian ini, daya analgesik diteliti dengan menggunakan metode
induksi secara kimia dengan pemberian asam asetat. Asam asetat merupakan
iritan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan secara lokal. Asam asetat
disuntikkan secara intraperitoneal karena diharapkan nyeri yang timbul bersifat
lokal terutama di daerah peritoneal.
Mencit yang disuntik dengan asam asetat secara i.p akan memberikan
respon berupa gerakan menggeliat yaitu gerakan menempelkan perut ke lantai dan
menarik kedua kaki ke belakang. Senyawa yang mempunyai daya analgesik akan
menurunkan frekuensi atau jumlah gerakan menggeliat yang dilakukan oleh
mencit. Maka, dalam penelitian ini gerakan menggeliat mencit pada berbagai
perlakuan diamati dan dicatat kemudian dianalisis. Adanya peningkatan jumlah
geliat mencit menunjukkan adanya pengaruh stres terhadap efek analgesik
parasetamol. Metode analisis yang digunakan adalah uji one way anova dan post
hoc test (uji scheffe).
Pengujian daya analgesik dilakukan dengan ketentuan seperti pada hasil
uji pendahuluan dengan menggunakan asam asetat 1% dosis 100 mg/kg BB serta
selang waktu pemberiannya 15 menit. Subyek uji yang digunakan adalah mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
putih berkelamin jantan. Sebelum perlakuan, mencit dipuasakan terlebih dahulu
selama ±18 jam dengan diberi air minum. Mencit yang akan digunakan ditimbang
terlebih dahulu untuk mendapatkan keseragaman bobot dalam satu kelompok
perlakuan. Pengumpulan data dilakukan pada waktu yang kurang lebih sama yaitu
antara pukul 07.00-13.00 WIB.
Pada pengujian yang menggunakan parasetamol, larutan parasetamol
dibuat dalam bentuk sediaan suspensi dalam larutan CMC-Na 1% karena
parasetamol sukar dibuat dalam bentuk larutan yang disebabkan kelarutannya
dalam air kecil. Jadi, CMC-Na 1% hanya berfungsi sebagai suspending agent
dalam pembuatan suspensi parasetamol. Artinya, CMC-Na 1% dalam fungsinya
sebagai suspending agent bagi parasetamol tidak memberikan pengaruh terhadap
daya analgesik parasetamol. Dengan kata lain CMC-Na 1% bersifat netral dan
terbukti tidak mempunyai efek analgesik (Lylya, 2000; Ariyanti, 2000).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pralon dengan
diameter dalam 2,6 cm dan panjang 10,7 cm, parasetamol sebagai obat analgesik
dengan dosis penggunaan 91 mg/kg BB, CMC-Na 1% sebagai kontrol, dan asam
asetat dosis 100 mg/kg BB sebagai rangsang nyeri yang diberikan secara
intraperitoneal dengan selang waktu pemberian 15 menit. Pemberian jarak waktu
asam asetat dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada parasetamol untuk
terabsorbsi secara sempurna sehingga dapat menimbulkan efek. Geliat mencit
kemudian diamati dan dicatat setiap 5 menit selama 60 menit.
Data jumlah geliat mencit pada berbagai perlakuan beserta hasil uji
statistik yang diperoleh terlampir pada lampiran dan telah diringkas pada tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel III. Rata-rata jumlah geliat mencit ± SE dan % daya analgesik ± SE setelah perlakuan beserta hasil Uji Anova.
Kelompok
Rata-rata jumlah geliat
(M ± SE)
Rata-rata % daya analgesik
± SE
Pembanding Perbedaan rata-rata jumlah geliat (I-J)
Kontrol 86,4 ± 3,6 - Perlakuan I Perlakuan II
41,4(*) 21,9(*)
Perlakuan I 45,0 ± 4,9 47,94 ± 5,73 Kontrol Perlakuan II
-41,4(*) -19,6(*)
Perlakuan II
64,6 ± 3,2
25,29 ± 3,73
Kontrol Perlakuan I
-21,9(*) 19,6(*)
Keterangan: Kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na 1% Perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan
stres Perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-
perlakuan stres
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah geliat mencit pada kontrol
CMC-Na 1% paling banyak dibandingkan dengan kelompok uji lainnya, rata-rata
jumlah geliat pada kontrol CMC-Na 1% yaitu 86,4. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa CMC-Na 1% sebagai kontrol tidak memiliki daya analgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
02468
10121416
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
rata
-rat
a ju
mla
h ge
liat
kontrolperlakuan Iperlakuan II
Keterangan: kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan
stres perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-
perlakuan stres
Gambar 12. Kurva jumlah geliat mencit pada kelompok kontrol, perlakuan I, dan perlakuan II terhadap waktu
Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa jumlah geliat mencit yang paling
banyak terjadi pada kurang lebih menit ke-10 hingga menit ke-15. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rasa nyeri yang dialami oleh subyek uji paling tinggi
dirasakan pada menit-menit tersebut yang mungkin disebabkan karena tingginya
kadar asam asetat dalam rongga perut sehingga timbul respon oleh mencit dalam
bentuk geliat.
Penurunan jumlah geliat mencit karena pemberian parasetamol dan
perlakuan pemberian stres pada mencit dapat dilihat pada gambar 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
perlakuan+ stressorparasetamolkontrol
Mea
n ge
liat
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Error bars: +/- 1 SE
Keterangan: Kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na 1% Perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan
stres Perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-
perlakuan stres
Gambar 13. Diagram batang perlakuan vs rata-rata jumlah geliat mencit pada uji daya analgesik
Daya analgesik dari pemberian parasetamol dan perlakuan pemberian stres
pada mencit dapat dilihat pada gambar 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
perlakuan+ stressorparasetamol
Mea
n ge
liat
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Error bars: +/- 1 SE
Keterangan: Perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan
stres Perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-
perlakuan stres
Gambar 14. Diagram batang perlakuan vs rata-rata % daya analgesik parasetamol pada uji daya analgesik
Persen penghambatan pada masing-masing kelompok kemudian dianalisis
menggunakan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%,
dilanjutkan dengan post hoc test (uji Scheffe). Setelah dianalisis, hasilnya dapat
dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil analisis variansi satu arah (Anova) kontrol, perlakuan I dengan pemberian parasetamol tanpa pra perlakuan stres, dan kelompok perlakuan II dengan pemberian stres
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6013.238 2 3006.619 27.067 .000 Within Groups 1999.429 18 111.079
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dari data tersebut terlihat bahwa probabilitasnya 0,000 (lebih kecil dari
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa antar kelompok perlakuan terdapat
perbedaan, oleh karena itu untuk melihat perbedaan tersebut dilanjutkan dengan
post hoc test (uji Scheffe), ringkasan hasilnya dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Hasil uji Scheffe daya analgesik kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dengan pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan stres, dan kelompok perlakuan II
dengan pemberian parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-perlakuan stres
Kelompok I II III Kontrol B B
Perlakuan I B B Perlakuan II B B
Keterangan: Kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na 1% Perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan
stres Perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-
perlakuan stres
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kelompok kontrol berbeda
bermakna dengan kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan
penambahan stres. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah geliat yang
dihasilkan akibat pemberian CMC-Na 1% berbeda bermakna dengan semua
kelompok perlakuan, karena tidak bisa menghambat rangsang nyeri sehingga
jumlah geliat yang terjadi lebih banyak. Pemberian parasetamol pada kelompok
perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan pemberian stres dapat
menghasilkan efek analgesik berupa penghambatan terhadap nyeri dengan
ditandai menurunnya jumlah geliat dibandingkan kontrol.
Kelompok perlakuan I tanpa pemberian pra-perlakuan stres menggunakan
parasetamol dosis 91 mg/kg BB berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan II
dengan pemberian stres, berarti bahwa stres yang diberikan pada mencit dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mempengaruhi efek analgesik parasetamol berupa penghambatan efek analgesik
parasetamol sehingga efeknya berkurang.
Perubahan % daya analgesik terhadap perlakuan I yaitu pemberian
parasetamol tanpa pra-perlakuan stres dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Perubahan % daya analgesik terhadap perlakuan I dengan pemberian parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra perlakuan stres
Kelompok Perubahan % daya analgesik
Kontrol 100,00(-) Perlakuan I 0,00(-) Perlakuan II 47,25(-)
Keterangan: Kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na 1% Perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan
stres Perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pra-
perlakuan stres (-) : terjadi penurunan % penghambatan nyeri dibanding perlakuan I
Berdasarkan data tabel dapat diketahui pada kontrol terjadi penurunan
penghambatan geliat sebesar 100%, ini menunjukkan bahwa efek analgesiknya
menurun sebesar 100% dibandingkan perlakuan I dengan pemberian parasetamol
tanpa pra perlakuan stres, karena pada kontrol tidak terjadi penghambatan
rangsang nyeri atau sama sekali tidak menghasilkan efek analgesik. Sedangkan
pada kelompok perlakuan II dengan pemberian stres pada mencit terjadi
penurunan sebesar 47,25% atau jumlah geliat yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan perlakuan I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis data dan pembahasan adalah:
1. Stres dapat menurunkan efek analgesik parasetamol dosis 91 mg/kg BB
(dosis terapi) yang ditandai dengan terjadinya penurunan % proteksi geliat
tiap interval waktu pada kelompok perlakuan parasetamol dosis 91 mg/kg BB
yang diberi pra-perlakuan stres terhadap kelompok perlakuan parasetamol
dosis 91 mg/kg BB (tanpa diberi pra-perlakuan stres).
2. Perubahan % daya analgesik antara kelompok parasetamol dosis 91 mg/kg
BB (tanpa pra-perlakuan stres) dengan kelompok perlakuan parasetamol
dosis 91 mg/kg BB yang diberi pra-perlakuan stres ternyata menunjukkan
hasil yang berbeda bermakna, yaitu sebesar 47,25%.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan kadar mediator
nyeri yaitu interleukin pada pemberian obat analgesik tanpa pra-perlakuan stres
dan pada pemberian obat analgesik setelah diberi pra-perlakuan stres terlebih
dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka: Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 3-5, 49, Yayasan Pengembagan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 649-650, 1066, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2001, Professional’s Handbook of Drug Therapy for Pain, 21-24,
Sprignhouse, Pennsylvania. Anonim, 2005, AHFS Drug Information, 2096-2097, American Society of Health
System Pharmacist, USA. Anonim, 2008, Patient Information On Paracetamol, Australian Rheumatology
Association,http://www.rheumatology.org.au/community/documents/paracetamol130508.pdf, diakses tanggal 16 Februari 2009.
Ariyanti, V.N.W., 2000, Daya Analgesik Infusa dan Ekstrak Etanol Kulit Batang
Pulasari (Alyxia reindwartii BL) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Baumann, T.J., 2005, Pain Management, dalam Dipiro, J.T., Tabert, R.L., Yee,
G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. dan Posey, L.M., 2005, Pharmacotheraphy: A Patophysiologic Approach, Sixth edition, 1089-1091, McGraw Hill, Medical Publishing Division, USA.
Bishop, G.D., 1994, Health Psychology : Integrating Mind and Body, 127, 129-
130, 395-396, Allyn and Bacon, Boston London Toronto Sydney Tokyo Singapore.
Buck, M. L., 2000, Preventing Acetaminophen Overdosage, Pediatric
Pharmacotherapy volume 6 number 3, 142. Chen, W., Koenigs, L.L., Thompson, S.J., Peter, R.M., Rettie, A.E., Trager, W.F.,
et al., 1998, Oxidation of acetaminophen to its toxic quinone imine and nontoxic catechol metabolites by baculovirus-expressed and purified human cytochromes P450 2E1 and 2A6. Chem. Res. Toxicol., 11, 295–301
Filirida. M, 2008, Uji analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali [Tinospora
crispa [L.] Miers.] pada mencit putih betina swiss dengan metode rangsang kimia, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Greene, R.J. dan Harris, N.M., 2000, Pathology and Therapeutics for Pharmacist: A Basic for Clinical Pharmacy Practise, Second edition, 572-576, Pharmaceutical Press, UK.
Lylya, M.R., 2000, Daya Analgesik Infusa dan Ekstrak Aseton Daun Pulasari
(Alyxia reindwartii BL) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Leatz, C.A. and Stolar M.W, 1993, Career Success/Personal Stress, 30-32,
McGraw-Hill, Inc., USA. Looker, T., dan Gregson, O., 2005, Managing Stress, 1-2, 44, 48-50, Penerbit
Baca, Yogyakarta. Morris, C.G., Maisto, A.A., Levine, A., 2002, Psychology: an Introduction, 11th
ed., 479-480, Prentice Hall, USA. Mutschler, E., 1986, Arzneimittelwirkugen, edisi kelima, diterjemahkan oleh
Widianto M. B dan Ranti A. S., hal 21-25, 177-197, Penerbit ITB, Bandung.
Neal, M. J, 2005, Medical Pharmacology at a Glance, ed 5, diterjemahkan oleh
Surapsari. J, hal 15, 70-71, 94-95, Erlangga, Jakarta. Perdana, I, 2008, Uji analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali [Tinospora
crispa [L.] Miers.] pada mencit putih betina swiss dengan metode rangsang kimia, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Flower, R.J., 2007, Pharmacology, 6th
ed., 215, Churcill Livingstone, London. Rusdiana T, Sjuib F, dan Asyarie S, 2004, Interaksi Farmakokinetik Kombinasi
Obat Parasetamol dan Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai Komponen Obat Flu, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/ 02/interaksi_farmakokinetik.pdf, diakses tanggal 25 April 2009.
Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, 107-118, PT Grasindo, Jakarta. Suwito, J., Putra, S.T., Sudiana, I.K., Mu’afiro, A., 2004, Pengaruh Stresor
Psikososial Terhadap Peningkatan Kadar Kortisol dan IL-1 Beta Serum Pada Tikus Jantan Galur Wistar, Artocarpus, 4 (1), 14-20.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Edisi 5, 297, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Turner, P.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, 100-107, Academic Press, New York.
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery Evaluation Pharmacological Assays, 671-
672, 716, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New York. Wahyono D. dan Hakim A.R, 2006, Pengaruh Praperlakuan Pentagamavunon-0
Terhadap Profil Farmakokinetika Parasetamol pada Tikus Jantan Wistar http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/6._17-4-2007-pak_joko.pdf diakses tanggal 25 April 2009.
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai dalam
Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 207-210, 214, 215, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 1. Foto geliat mencit
Lampiran 2. Foto pipa pralon yang digunakan untuk memberi kondisi stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 3. Foto mencit yang diberi perlakuan stres dalam pipa pralon
Lampiran 4. Konversi dosis parasetamol dari manusia ke mencit 20 g BB
kgBBmg
50500 =
kgBBmg
70700
kgBBmg
70700 x 0,0026 = 1,82 mg/20 g BB
= 0,091 mg/g BB
= 91 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 5. Contoh perhitungan % daya analgesik pada pemberian parasetamol tanpa pra-perlakuan stres Perhitungan pada subyek uji 1.
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−= %100%100lg% x
KOesikanadaya
jumlah geliat (P) = 47
rata-rata jumlah geliat kelompok kontrol (K) = 86,43
% daya analgesik = 100 – [(47/86,43) x 100] = 45,62 %
Lampiran 6. Contoh perhitungan perubahan % daya analgesik terhadap perlakuan I, pemberian parasetamol tanpa pra-perlakuan stres Perhitungan pada subyek uji 1 perlakuan II.
%100)(lg% xKp
PKpesikanadayaPerubahan −=
% daya analgesik (P) = 21,32
rata-rata % daya analgesik pada perlakuan I (Kp) = 47,94
maka =
%10094,47
)32,2194,47(lg% xesikanadayaPerubahan −= = 55,53%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 7. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada penetapan konsentrasi asam asetat
Orientasi dosis asam asetat
Menit Dosis 50 mg/kg BB Dosis 100 mg/kg BB S1 S2 S3 S1 S2 S3
5 8 3 8 10 7 6 10 12 5 9 15 16 21 15 13 11 11 16 21 15 20 11 11 9 14 13 16 25 5 7 7 13 13 13 30 6 6 7 10 8 12 35 1 5 4 8 6 11 40 3 2 2 6 5 5 45 1 2 2 5 3 5 50 4 4 3 4 6 6 55 1 3 3 4 4 4 60 0 2 1 3 4 3
jumlah 65 61 66 108 106 107
Explore Tests of Normality
dosiss
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. geliat 50 .314 3 . .893 3 .363
100 .175 3 . 1.000 3 1.000a Lilliefors Significance Correction T-Test Group Statistics
dosiss N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean geliat 50 3 64.0000 2.64575 1.52753
100 3 107.0000 1.00000 .57735
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Independent Samples Test
geliat
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F 4.000Sig. .116
t-test for Equality of Means
t -26.332 -26.332df 4 2.560Sig. (2-tailed) .000 .000Mean Difference -43.00000 -43.00000
Std. Error Difference 1.63299 1.6329995% Confidence Interval of the Difference
Lower -47.53392 -48.74066Upper -38.46608 -37.25934
Lampiran 8. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat Orientasi selang waktu pemberian asam asetat
Menit Selang waktu 10 menit Selang waktu 15 menit S1 S2 S3 S1 S2 S3
5 5 0 2 1 3 1 10 10 6 17 11 6 11 15 14 15 7 7 9 12 20 11 8 3 5 2 4 25 7 6 1 1 2 1 30 6 6 2 4 2 0 35 2 7 3 2 0 1 40 2 2 2 5 3 0 45 2 2 3 2 2 0 50 1 1 3 0 0 0 55 3 2 4 0 0 0 60 1 1 4 1 0 0
jumlah 64 56 51 39 29 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Explore Tests of Normality
waktu
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. geliat 10menit .227 3 . .983 3 .747
15menit .353 3 . .824 3 .174a Lilliefors Significance Correction
T-Test Group Statistics
waktu N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean geliat 10menit 3 57.0000 6.55744 3.78594
15menit 3 32.6667 5.50757 3.17980
Independent Samples Test
geliat
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F .043Sig. .847
t-test for Equality of Means
t 4.922 4.922df 4 3.884Sig. (2-tailed) .008 .009Mean Difference 24.33333 24.33333
Std. Error Difference 4.94413 4.9441395% Confidence Interval of the Difference
Lower 10.60622 10.44319Upper 38.06045 38.22348
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 9. Data jumlah geliat serta hasil analisis variansi satu arah pada kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dan II Data geliat pada perlakuan Waktu (menit)
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
5 6 7 5 4 16 - 3 - 4 2 3 - 4 1 6 9 1 11 3 4 - 10 13 15 16 14 17 8 15 3 6 9 10 4 10 12 10 15 7 6 12 10 10 15 11 13 11 14 14 10 11 2 7 19 3 11 6 12 14 10 15 4 13 4 18 20 12 8 12 10 8 6 8 3 3 9 4 7 5 8 10 11 10 6 10 6 9 25 8 8 9 11 4 4 8 - 2 5 3 6 5 4 8 7 6 8 3 5 3 30 6 5 8 9 5 6 11 7 2 4 6 4 4 6 6 3 10 2 4 3 4 35 7 6 7 6 5 10 9 4 1 5 - 2 2 3 4 1 8 6 6 4 1 40 9 4 4 7 4 5 4 8 3 4 5 3 - 7 4 2 3 2 3 2 1 45 5 3 4 7 6 2 4 9 - 3 1 1 - 3 3 6 3 5 2 2 2 50 8 6 3 4 1 7 5 6 2 2 - - - 1 1 3 3 6 6 2 1 55 6 5 3 6 4 4 6 2 - 3 1 1 - 1 2 1 4 7 5 6 3 60 5 3 3 3 5 6 5 3 - 1 2 - - 1 - 2 2 3 4 3 2
jumlah 96 83 85 95 89 68 89 47 30 66 38 39 36 59 68 70 72 66 71 51 54 Keterangan: Kelompok kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na Kelompok perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan stres Kelompok perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pemberian pra-perlakuan stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tests of Normality
perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. geliat kontrol .215 7 .200(*) .881 7 .232 Perlakuan I .248 7 .200(*) .912 7 .407 Perlakuan II .281 7 .101 .811 7 .053* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives
geliat Kelompok
kontrolKelompok perlakuan I
Kelompok perlakuan II
Total
N 7 7 7 21 Mean 86.4286 45.0000 64.5714 65.3333 Std. Deviation 9.41377 13.11488 8.52168 20.01583Std. Error 3.55807 4.95696 3.22089 4.36781
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 77.7223 32.8708 56.6902 56.2222 Upper Bound 95.1349 57.1292 72.4527 74.4444
Minimum 68.00 30.00 51.00 30.00 Maximum 96.00 66.00 72.00 96.00
Test of Homogeneity of Variances geliat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.057 2 18 .368 ANOVA geliat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6013.238 2 3006.619 27.067 .000 Within Groups 1999.429 18 111.079 Total 8012.667 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: geliat Scheffe
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound Kontrol Perlakuan I 41.42857(*) 5.63356 .000 26.4079 56.4493
Perlakuan II 21.85714(*) 5.63356 .004 6.8364 36.8779Perlakuan I kontrol -41.42857(*) 5.63356 .000 -56.4493 -26.4079 Perlakuan II -19.57143(*) 5.63356 .010 -34.5921 -4.5507Perlakuan II kontrol -21.85714(*) 5.63356 .004 -36.8779 -6.8364 Perlakuan I 19.57143(*) 5.63356 .010 4.5507 34.5921
* The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets geliat Scheffe
perlakuan N
Subset for alpha = .05
1 2 3 Perlakuan I 7 45.0000 Perlakuan II 7 64.5714 Kontrol 7 86.4286Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 10. Rata-rata jumlah geliat kelompok kontrol, perlakuan I, dan perlakuan II
Waktu (menit)
Kelompok Perlakuan Kontrol Perlakuan I Perlakuan II
5 5,9 2 4,9 10 14 7,7 10 15 12 8,6 11,1 20 9,1 5,6 8,9 25 7,4 3,6 5,7 30 7,1 4,7 4,6 35 7,1 2,4 4,3 40 5,3 4,3 2,4 45 4,4 2,4 3,3 50 4,9 1,6 3,1 55 4,9 1,1 4 60 4,3 1 2,3
Keterangan: kontrol : subyek uji diberi larutan CMC-Na perlakuan I : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB tanpa pra-perlakuan stres perlakuan II : subyek uji diberi larutan parasetamol 91 mg/kg BB dengan pemberian pra-perlakuan stres Lampiran 11. Data % daya analgesik serta hasil analisis variansi satu arah pada kelompok parasetamol tanpa stres dan dengan pemberian stres
Subyek uji Perlakuan I Perlakuan II
1 45,62 21,32 2 65,29 19,01 3 23,64 16,70 4 56,03 23,64 5 54,88 17,85 6 58,35 40,99 7 31,74 37,52
Rata-rata 47.94 25.29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Descriptives
perlakuan Statistic Std. Error geliat Perlakuan I Mean 47.9357 5.73484
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 33.9031 Upper Bound
61.9684
5% Trimmed Mean 48.3213 Median 54.8800 Variance 230.219 Std. Deviation 15.17297 Minimum 23.64 Maximum 65.29 Range 41.65 Interquartile Range 26.61 Skewness -.760 .794Kurtosis -.766 1.587
Perlakuan II Mean 25.2900 3.7261295% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 16.1725 Upper Bound
34.4075
5% Trimmed Mean 24.8950 Median 21.3200 Variance 97.188 Std. Deviation 9.85838 Minimum 16.70 Maximum 40.99 Range 24.29 Interquartile Range 19.67 Skewness 1.057 .794Kurtosis -.783 1.587
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 8
Januari 1987, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan F. X. Subarjono dan M. I
Sunarti yang diberi nama Severinus Yan
Bertiyanto. Penulis menempuh pendidikan di SD
Kanisius Demangan Baru, Yogyakarta pada tahun
1993 – 1999. Pada tahun 1999 – 2002 menempuh
pendidikan di SLTP Stella Duce 1 Yogyakarta, kemudian melanjutkkan ke SMU
Kolese De Britto Yogyakarta dan tamat pada tahun 2005. Setelah itu melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
menempuh kuliah, penulis aktif dalam kepanitiaan di tingkat fakultas (Dampok
TITRASI 2006) maupun di tingkat universitas (Dampok INSADHA 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI