plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/16791/2/048114006_full.pdf ·...

114
UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Reni Ismiyati NIM : 048114006 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Reni Ismiyati

    NIM : 048114006

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2008

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Reni Ismiyati

    NIM : 048114006

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2008

    ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X

    Yang diajukan oleh: Reni Ismiyati

    NIM : 048114006

    Skripsi ini telah disetujui oleh

    Pembimbing Christine Patramurti, M.Si., Apt. Tanggal 14 Februari 2008

    iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Pengesahan Skripsi Berjudul

    UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X

    Oleh :

    Reni Ismiyati NIM : 048114006

    Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

    Fakultas Farmasi Sanata Dharma

    pada tanggal : 16 April 2008

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma

    Rita Suhadi, M.Si.,Apt.

    Pembimbing:

    Christine Patramurti,M.Si., Apt.

    Panitia Penguji: Tanda tangan

    1. Christine Patramurti, M.Si., Apt. ....................................

    2. Drs. Sulasmono, Apt. ....................................

    3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. ....................................

    iv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • HALAMAN PERSEMBAHAN

    Persembahan

    Untuk farmasis yang tertarik dan memiliki semangat dalam pelayanan kefarmasian

    Untuk guru yang memiliki visi dan misi dalam menyelenggarakan edukasi

    sehingga tumbuhlah bibit pengetahuan dan semangat pelayanan dalam diriku

    Untuk fakultas farmasi USD yang telah memberikan pondasi bagi masa depanku

    Dan akhirnya untuk keluargaku dan waktu yang telah mereka korbankan sehingga skripsi ini menjadi kenyataan.

    Creating knowledge and discovering our world

    v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, Februari 2008

    Penulis

    Reni Ismiyati

    vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Reni Ismiyati NIM : 048114006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan ke internet atau media lain untuk kepentikan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan yang sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 April 2008 Yang menyatakan Reni Ismiyati

    vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PRAKATA

    Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Uji Keseragaman

    Kandungan Zat Aktif Pulveres Parasetamol dan Fenobarbital serta Pulveres Ketotifen

    Fumarat dan Siproheptadin HCl Rumah Sakit X”.

    Selama penelitian, penulis telah banyak mendapatkan kesempatan untuk

    bertemu dengan berbagai kesulitan dan tantangan, sehingga hal ini menjadi

    pengalaman yang menarik dan berkesan. Penelitian ini dapat selesai karena dukungan

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Yang terhormat Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas

    Farmasi Universitas Sanata Dharma.

    2. Yang terhormat Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen

    pembimbing dan penguji, yang telah memberikan bimbingan, kesempatan

    berdiskusi, informasi, dan saran pada penelitian ini.

    3. Yang terhormat Drs. Sulasmono, Apt. dan Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si.,

    Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran

    kepada penulis untuk menyempurnakan karya tulis ini.

    4. Yang terhormat Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen

    pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama kuliah.

    5. Yang terhormat seluruh dosen Fakultas Farmasi USD, yang telah

    memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan semangat.

    viii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6. Yang terhormat seluruh staff IFRS Rumah Sakit X yang telah bersedia

    bekerjasama dalam melakukan penelitian ini.

    7. Yang terhormat Bapak Mukmin, Bapak Prapto, Mas Parlan, Mas Sarwanto,

    dan segenap staf laboratorium analisis instrumen UGM.

    8. Yang terhormat seluruh Laboran Fakultas Farmasi USD.

    9. Yang terhormat segenap staff sekretariat Fakultas Farmasi atas kerjasama

    dan bantuan administrasi.

    10. Yang terkasih Novi Marrischa, Arian, Tika, Lidia, dan Cin Frengky atas

    kerjasama, suka-duka, dan canda-tawa selama penelitian di laboratorium

    serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

    11. Yang terkasih teman-teman kuliah Made Ayu, Rina, Siska, Atin, Amanda,

    Novi, Wiwid, Pipit, Octav, Retri, dan semua teman-teman Fakultas Farmasi

    yang telah memberikan makna persahabatan.

    12. Yang terkasih Drs. Ant. Mulyo Widodo, Ibu Agnes Sumarni, Rena, Rini,

    dan nenek yang tercinta, yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih

    yang mengalir dalam hidup.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

    skripsi ini, sehingga memohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis

    berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, masyarakat, dan

    perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kefarmasian.

    Yogyakarta, Februari 2008

    Penulis

    ix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • INTISARI

    Pulveres parasetamol-fenobarbital (pulveres A) untuk terapi demam disertai kejang dan pulveres ketotifen fumarat-siproheptadin HCl (pulveres B) sebagai antihistamin diproduksi dalam terapi peresepan obat kombinasi pada anak. Pencampuran yang dilakukan oleh rumah sakit X kurang sesuai dengan Good Compounding Practice (Allen, 2002) karena dilakukan secara sekaligus. Hal ini akan berpengaruh pada keseragaman kadar zat aktif yang terdapat pada pulveres A dan B. Dengan demikian, uji keseragaman kandungan pulveres A dan B perlu dilakukan untuk menjamin mutu dan keamanan produk.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah zat aktif sediaan pulveres A dan sediaan pulveres B pada rumah sakit X memiliki kandungan zat aktif yang seragam.

    Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif. Pulveres A diuji dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lissanta, 2008), sedangkan pulveres B diuji menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi panjang gelombang berganda (Adrianto, 2008). Hasil perhitungan dibandingkan secara deskriptif dengan ketentuan uji keseragaman kandungan menurut Farmakope Indonesia IV.

    Pada pengujian keseragaman kandungan dengan 10 satuan, hanya fenobarbital yang memenuhi persyaratan uji keseragaman kandungan. Pulveres A dan pulveres B pada Rumah Sakit X tidak memenuhi persyaratan uji keseragaman zat aktif pada pengujian 30 satuan.

    Kata kunci : pulveres, parasetamol, fenobarbital, ketotifen, siproheptadin HCl, keseragaman kandungan Farmakope Indonesia IV

    x

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ABSTRACT

    Paracetamol and phenobarbital divided powders (A) is used for child fever theraphy with convulsi. Ketotifen and cyproheptadine HCl divided powders (B) is used for asthma theraphy. Both are manufactured by X hospital to gain combination theraphy. Mixing of divided powder’s on hospital X unappropriates with the Compounding Practice (Allen, 2002) because it’s mixing all at once. It can influence the content uniformity of divided powders, so it’s necessary to doing content uniformity test.

    This research aims to recognize how the content uniformity divided powders A and divided powders B at X Hospital.

    This research is a nonexperimental-descriptive. Divided powders A is analyzed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Divided powders B is analyzed using ultraviolet spectrometry with multivarriate wavelength application. Quantitative result compared to Farmakope Indonesia IV content uniformity test’s with descriptive analysis.

    Based on content uniformity of 10 unit, phenobarbital fulfill the content uniformity criteria. Divided powders A and divided powders B on X Hospital fails to fulfill content uniformity test of 30 unit.

    Keywords : divided powders, paracetamol, phenobarbital, ketotifen fumarat, cyproheptadine HCl, content uniformity test of Farmakope Indonesia IV

    xi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vii

    PRAKATA ................................................................................................. viii

    INTISARI .................................................................................................. x

    ABSTRACT ................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

    BAB I PENGANTAR................................................................................. 1

    A. Latar belakang........................................................................................ 1

    1. Permasalahan ................................................................................ 3

    2. Keaslian penelitian ...................................................................... 3

    3. Manfaat penelitian ..................................................................... 3

    xii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................... 5

    C. Pulveres ................................................................................................. 5

    D. Uji Keseragaman Kandungan ................................................................ 6

    E. Parasetamol dan Fenobarbital .............................................................. 7

    F. Ketotifen dan Siproheptadin-HCl ......................................................... 10

    G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) .......................................... 12

    1. Pengertian KCKT ........................................................................... 12

    2. Peralatan KCKT ............................................................................. 13

    3. Pembagian jenis KCKT .................................................................. 15

    4. Kromatografi partisi fase terbalik ................................................... 16

    5. Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif ...................................... 17

    H. Spektrofotometri Ultraviolet ................................................................. 24

    I. Analisis Campuran Bikomponen secara Spektrofotometri Ultraviolet.. 26

    J. Keterangan Empiris ............................................................................... 28

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 30

    B. Definisi Operasional ............................................................................ 30

    C. Bahan-bahan Penelitian ......................................................................... 31

    D. Alat-alat Penelitian ............................................................................... 31

    E. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 32

    1. Pengambilan sampel ..................................................................... 32

    xiii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2. Optimasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ...................... 33

    3. Uji keseragaman kandungan pulveres A secara KCKT................... 35

    4. Optimasi metode Spektrofotometri Ultraviolet dengan

    Aplikasi Panjang Gelombang Berganda ..................................... 36

    5. Uji keseragaman kandungan pulveres B .................................... 37

    F. Analisis Hasil ....................................................................................... 38

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 39

    A. Pengambilan sampel ............................................................................. 39

    B. Uji Keseragaman Kandungan Pulveres A Secara KCKT ..................... 40

    1. Optimasi metode KCKT ............................................................... 44

    2. Kurva baku ................................................................................... 53

    3. Uji keseragaman kandungan pulveres A secara KCKT............... 49

    C. Uji Keseragaman Kandungan Pulveres B.............................................. 56

    1. Optimasi metode Spektrofotometri UV .......................................... 56

    2. Penentuan daya serap ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl.. ... 59

    3. Uji keseragaman kandungan pulveres B......................................... 61

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 67

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 67

    B. Saran ..................................................................................................... 67

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68

    LAMPIRAN ................................................................................................ 71

    BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 95

    xiv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel I. Uji keseragaman kandungan........................................................... 7

    Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut......................................................... 14

    Tabel III. Hasil perhitungan kurva baku parasetamol ................................. 47

    Tabel IV. Hasil perhitungan kurva baku fenobarbital ................................ 48

    Tabel VI. Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres A

    dengan pengujian 10 satuan............................................................. 51

    Tabel VII . Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres A

    dengan pengujian 30 satuan............................................................. 53

    Tabel VIII. Harga daya serap ( ) dan koefisien korelasi a

    ketotifen fumarat .............................................................................. 60

    Tabel IX . Harga daya serap ( ) dan koefisien korelasi siproheptadin a

    HCl pada tiap panjang gelombang pengamatan .............................. 60

    Tabel X. Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres B

    dengan pengujian 10 satuan ............................................................ 62

    Tabel XI. Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres B

    dengan pengujian 30 satuan ............................................................. 64

    xv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Rumus strukur parasetamol ....................................................... 7

    Gambar 2. Rumus strukur fenobarbital ....................................................... 9

    Gambar 3. Rumus strukur ketotifen ........................................................... 10

    Gambar 4. Rumus strukur Siproheptadin-HCl ............................................ 11

    Gambar 5. Instrumen KCKT ....................................................................... 13

    Gambar 6. Resolusi antara dua puncak yang berdekatan ............................ 19

    Gambar 7. Difusi Eddy ............................................................................... 22

    Gambar 8. Transfer massa fase gerak (kiri) dan fase diam (kanan) ............ 22

    Gambar 9. Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam ...................... 23

    Gambar 10. Diagram eksitasi elektron ........................................................ 24

    Gambar 11. Spektrum serapan tumpang tindih dua daerah ......................... 27

    Gambar 12 . Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol dan

    fenobarbital ............................................................................. 42

    Gambar 13. Spektrum serapan tumpang tindih parasetamol-

    fenobarbital ............................................................................. 43

    Gambar 14. Gugus non polar pada parasetamol dan fenobarbital

    yang berinteraksi dengan fase diam ........................................ 44

    Gambar 15. Kromatogram campuran baku parasetamol

    dan fenobarbital (11,11:1) tanpa pengenceran....................... 46

    Gambar 16. Kromatogram campuran baku parasetamol dan

    xvi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • fenobarbital (11,11:1) dengan pengenceran 80 kali................ 46

    Gambar 17. Kromatogram fenobarbital dalam pulveres A......................... 50

    Gambar 18. Kromatogram parasetamol dalam pulveres A.......................... 50

    Gambar 19. Gugus kromofor dan auksokrom ketotifen

    dan siproheptadin HCl ............................................................ 57

    Gambar 20. Spektrum serapan tumpang tindih ketotifen fumarat

    dan siproheptadin HCl ........................................................... 58

    xvii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Sertifikat analisis parasetamol................................................. 71

    Lampiran 2. Sertifikat analisis fenobarbital ............................................... 72

    Lampiran 3. Sertifikat analisis ketotifen fumarat........................................ 73

    Lampiran 4. Sertifikat analisis Siproheptadin HCl ..................................... 74

    Lampiran 5. Hasil penimbangan baku parasetamol dan fenobarbital ....... 75

    Lampiran 6. Penimbangan sampel pulveres A ............................................ 76

    Lampiran 7. Kromatogram baku parasetamol.............................................. 77

    Lampiran 8. Kromatogram baku fenobarbital............................................. 80

    Lampiran 9. Kromatogram sampel pulveres A............................................ 83

    Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar larutan baku parasetamol ............ 84

    Lampiran 11. Contoh perhitungan kadar larutan baku fenobarbital .......... 85

    Lampiran 12. Contoh perhitungan kadar pulveres A .................................. 86

    Lampiran 13. Tabel hasil penimbangan baku siproheptain HCl dan

    contoh perhitungan seri larutan baku siproheptadin HCl........ 88

    Lampiran 14. Tabel hasil penimbangan baku ketotifen fumarat dan

    contoh perhitungan seri larutan baku ketotifen fumarat ......... 89

    Lampiran 15. Hasil penimbangan sampel pulveres B................................. 90

    Lampiran 16. Contoh perhitungan kadar pulveres B ................................... 91

    Lampiran 17. Hasil pengamatan serapan sampel pulveres B....................... 93

    xviii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar belakang

    Pasien anak membutuhkan bentuk sediaan yang aman, mudah digunakan,

    dan formulasi yang sesuai. Di Amerika, kesulitan anak-anak dalam menelan bentuk

    sediaan tablet diketahui memiliki resiko terkait dengan kematian. Sebanyak 41 anak

    meninggal karena menelan tablet dan umur rata-rata pasien ini adalah 14,8 bulan.

    Tablet dan kapsul biasanya tidak sesuai digunakan pada anak usia kurang dari 4

    tahun (Giacoia, 2007).

    Bentuk sediaan cair umumnya digunakan pada anak karena lebih mudah

    ditelan dibandingkan tablet. Akan tetapi, bentuk cair memiliki kelemahan antara lain

    tidak semua obat larut dalam air, beberapa obat tidak stabil dalam bentuk cair, dan

    bentuk cair jarang tersedia di pasaran. Selain itu, berat dan volume sediaan cair yang

    tidak seragam saat pemakaian obat membuat sediaan cair tidak sesuai digunakan

    pada pasien anak.

    Dari beberapa macam bentuk sediaan oral pada anak selain tablet dan bentuk

    cair, pulveres merupakan bentuk sediaan yang sering digunakan. Kelebihan pulveres

    antara lain sesuai untuk pasien anak yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul,

    lebih stabil dibandingkan bentuk cair, dan memiliki kecepatan dissolusi yang lebih

    cepat dibandingkan tablet atau kapsul sehingga kecepatan serapan menjadi lebih

    besar. Contohnya adalah pulveres yang digunakan pada pasien anak rumah sakit X.

    1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Rumah sakit X menggunakan bentuk sediaan pulveres parasetamol dan

    fenobarbital (pulveres A) untuk terapi demam disertai kejang. Selain itu, kombinasi

    ketotifen dan siproheptadin HCl juga dibuat dalam bentuk pulveres (pulveres B)

    untuk terapi asma dan alergi. Kedua pulveres tersebut diracik untuk terapi peresepan

    obat kombinasi, terutama bagi pasien anak yang memerlukan penyesuaian dosis

    untuk mencapai efek terapi.

    Pada proses peracikan di rumah sakit X, pulveres A dibuat dari sejumlah 40

    tablet parasetamol 500 mg dan 60 tablet fenobarbital 30 mg yang digerus dan

    dicampur sekaligus di dalam mixer yang memiliki pisau. Demikian halnya pulveres

    B yang dibuat dari sejumlah 60 tablet ketotifen fumarat 1 mg dan 30 tablet salut

    siproheptadin HCl 4 mg, juga mengalami proses peracikan yang sama. Serbuk yang

    telah dicampur tersebut dibagi dengan penimbangan menjadi 2 bagian. Dari 2 bagian,

    tiap bagian dibagi menjadi 10 bagian tanpa penimbangan atau secara visual. Dari 10

    bagian, tiap bagian dibagi menjadi 6 bagian kecil dan dimasukkan ke dalam bungkus

    pulveres, sehingga didapatkan 120 bungkus dalam 1 batch.

    Menurut Allen (2002), produk obat jadi (manufactured drug product) seperti

    tablet dan kapsul dapat sebagai sumber bahan aktif dalam proses peracikan. Apabila

    menggunakan bahan aktif tersebut, maka hanya produk obat jadi yang memiliki label

    nomor batch dan tanggal kadaluwarsa dapat diterima. Sehingga, penggunaan bahan

    tablet pada rumah sakit X dapat diterima karena tablet yang digunakan memiliki

    nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

    Akan tetapi, permasalahan yang timbul adalah pada proses peracikan di

    rumah sakit X yaitu pada proses pencampuran. Pencampuran serbuk seharusnya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    dilakukan dengan "doubling" yaitu sejumlah kecil serbuk ditambahkan dengan

    serbuk lain dalam kuantitas yang sama, baru kemudian dicampur, dan ditambahkan

    lagi sehingga serbuk menjadi homogen (Allen, 2002). Pencampuran yang dilakukan

    oleh rumah sakit X kurang sesuai dengan Good Compounding Practice karena

    dilakukan secara sekaligus. Hal ini akan berpengaruh pada keseragaman kadar zat

    aktif yang terdapat pada pulveres A dan B. Dengan demikian, uji keseragaman

    kandungan pulveres A dan B perlu dilakukan untuk mengetahui keseragaman

    kandungan pulveres A dan B hasil peracikan rumah sakit X, sehingga mutu dan

    keamanan produk lebih terjamin.

    1. Permasalahan

    Apakah sediaan pulveres A dan pulveres B memiliki kandungan zat aktif

    yang seragam?

    2. Keaslian penelitian

    Sejauh pengetahuan penulis, uji keseragaman kandungan zat aktif pada

    pulveres parasetamol-fenobarbital dan pulveres ketotifen fumarat-siproheptadin HCl

    pada Rumah Sakit X belum pernah dilakukan. Telah dilakukan penelitian tentang

    Optimasi Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Natrium Fenobarbital secara

    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lissanta, 2008), Analisis Bikomponen Campuran

    Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat secara Spektrofotometri Ultraviolet

    dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda (Adrianto, 2008), dan

    Analisis Bikomponen Campuran Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat secara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Derivatif (Rachmawatie,

    2008).

    3. Manfaat penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat praktis bagi pelayanan

    kefarmasian, yaitu memberikan informasi mengenai keseragaman kandungan zat

    aktif sediaan pulveres A dan sediaan pulveres B pada Rumah Sakit X di Yogyakarta.

    B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah zat aktif sediaan pulveres A dan

    sediaan pulveres B pada rumah sakit X memiliki kandungan zat aktif yang seragam.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Sediaan Pulveres dan Sustained Released

    1. Pulveres

    Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,

    dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok

    (Anief, 2000). Penggunaan pulveres sesuai untuk pasien anak yang tidak dapat

    menelan tablet atau kapsul (Allen, 2002).

    Keuntungan bentuk sediaan ini antara lain lebih stabil dibandingkan bentuk

    cair, sesuai digunakan dalam peracikan dosis besar, memiliki kecepatan dissolusi

    yang lebih cepat dibandingkan tablet atau kapsul, sehingga kecepatan serapan

    menjadi lebih besar. Kelemahan bentuk sediaan pulveres adalah permasalahan rasa

    tidak enak yang tidak tertutupi dan tidak sesuai digunakan pada penghantaran obat

    yang dapat terinaktivasi di dalam cairan lambung atau dapat merusak dinding

    lambung (Aulton, 2002).

    Proses pembuatan pulveres dilakukan dengan pencampuran serbuk

    menggunakan teknik "doubling" yaitu dimulai dengan sejumlah kecil serbuk yang

    ditambahkan dengan serbuk lain dalam kuantitas yang sama, baru kemudian

    dicampur, dan ditambahkan lagi sehingga campuran serbuk menjadi homogen (Allen,

    2002). Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan, pembagiannya dilakukan paling

    banyak hanya 20 bungkus untuk menjamin pembagian yang sama. Apabila lebih dari

    5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    20 bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian dengan cara penimbangan

    dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20 bungkus (Anief, 2000).

    2. Sediaan sustained released

    Sediaan sustained released adalah sediaan yang melepaskan obat secara

    perlahan dan terkontrol untuk jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan bentuk

    sediaan tersebut adalah meningkatkan durasi efek obat dan mempertahankan level

    konstan di dalam darah. Sedangkan kerugiannya adalah fleksibilitas pemberian obat

    berkurang dan dapat terjadi dose dumping. Mekanisme pelepasan obat terkontrol

    dengan sistem polimer antara lain difusi, degradasi, swelling, dan osmotik

    (Liebermann, 1990).

    B. Uji Keseragaman Kandungan

    Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), persyaratan keseragaman

    kandungan dapat ditetapkan apabila zat aktif terdapat dalam jumlah kecil yaitu

    kurang dari 50 mg atau kurang dari 50 % bobot sediaan. Persyaratan yang digunakan

    untuk pulveres disesuaikan dengan menggunakan kriteria kapsul. Persyaratan tersebut

    yaitu kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dari

    keseragaman dosis 10 satuan dipenuhi, jika jumlah zat aktif tidak kurang dari 9 dari

    10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman kandungan terletak

    dalam rentang 85,0 % hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan tidak ada

    satuan yang terletak di luar rentang 75,0 % hingga 125 % dari yang tertera pada

    etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama

    dengan 6,0%.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Tabel I. Uji Keseragaman Kandungan

    Jumlah satuan yang diuji Rentang 10 satuan 30 satuan

    85-115 % dari yang tertera pada etiket

    tidak kurang dari 9 satuan dalam rentang

    tidak lebih dari 3 satuan di luar rentang

    75-125% dari yang tertera pada etiket

    tidak ada satuan diluar rentang

    tidak ada satuan di luar rentang

    Simpangan baku relatif ≤ 6,0% ≤7,8% (Anonim, 1995)

    Jika 2 atau 3 satuan sediaan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115% dari

    yang tertera pada etiket, tetapi tidak di luar rentang 75,0% hingga 125,0 % dari yang

    tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika

    kedua kondisi gagal, maka dilakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi

    jika tidak lebih dari 3 satuan dari 30 terletak di luar rentang 85,0 % hingga 115,0 %

    dari yang tertera pada etiket, dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%

    hingga 125 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan

    sediaan tidak lebih dari 7,8% (Anonim, 1995).

    C. Parasetamol dan Fenobarbital

    1. Parasetamol

    Parasetamol memiliki rumus molekul C8H9NO2 (Anonim,1995). Rumus

    struktur parasetamol adalah sebagai berikut:

    HO NHCOCH3

    Gambar 1. Rumus struktur parasetamol (Anonim, 1995)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Parasetamol berupa serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, rasa sedikit

    pahit (Anonim, 1995). Kelarutan parasetamol adalah satu bagian larut dalam 70

    bagian air, 7-10 bagian etanol dan 13 bagian aseton, agak sukar larut dalam

    kloroform, praktis tidak larut dalam eter (Widdop, 1986). Menurut Clarke (1969),

    parasetamol dalam metanol mempunyai serapan maksimal pada 249 nm. Serapan

    maksimal parasetamol dalam larutan asam 245 nm dan dalam larutan alkali 257 nm

    (Widdop, 1986).

    Parasetamol adalah obat analgesik antipiretik yang efektif menyembuhkan

    rasa sakit ringan sampai sedang, misalnya sakit kepala, mialgia, atralgia, dan nyeri

    yang berasal dari integuman. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat enzim

    siklooksigenase dalam sintesis prostaglandin. Prostaglandin ini yang menyebabkan

    sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Dengan kata lain,

    prostaglandin menyebabkan keluarnya mediator kimiawi seperti bradikinin dan

    histamin yang merangsang dan menimbulkan nyeri (Wilmana, 1995).

    Parasetamol diserapan cepat di usus dan memiliki waktu paruh antara 1-4

    jam (Tjay dan Rahardja, 2002). Kadar tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu

    setengah jam. Dosis sekali pemberian parasetamol untuk anak usia 6-12 tahun sebesar

    150-300 mg, dengan maksimum 1,2 g per hari. Pada anak usia 1-6 tahun dosisnya

    adalah sebesar 60-120 mg dan bayi di bawah 1 tahun sebesar 60 mg dengan

    maksimum pemberian 6 kali sehari (Wilmana, 1995). Toksisitas terjadi pada dosis

    melebihi 140 mg/kg BB pada anak dan 150 mg/kg BB pada dewasa. Akibat dosis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    toksik yaitu terjadinya nekrosis hati yang disebabkan oleh adanya ikatan sel hati

    dengan metabolit parasetamol yang sangat reaktif yaitu N-asetil benzokuinoimin.

    Secara normal, metabolit reaktif ini akan langsung didetoksifikasi oleh glutation.

    Akan tetapi pada dosis toksis, produksi metabolit ini melebihi kapasitas glutation

    (Olson, 1990).

    2. Fenobarbital

    Fenobarbital yang juga disebut luminal memiliki rumus molekul

    C12H12N2O3. Rumus strukturnya adalah sebagai berikut:

    NH

    HN OO

    O

    C2H5

    Gambar 2. Rumus struktur fenobarbital (Widdop, 1986)

    Fenobarbital berupa serbuk hablur putih berkilat, tidak berbau, dan tidak

    berasa (Anonim, 1995). Satu bagian fenobarbital larut dalam 1000 bagian air, dalam

    25 bagian etanol, dan praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

    Fenobarbital dalam larutan dapar borax 0.05M (pH 9.2) memiliki serapan maksimal

    239 nm dan dalam natrium hidroksida (pH 13) memiliki serapan maksimal 254 nm

    (Widdop, 1986).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Fenobarbital digunakan dalam pengobatan antikonvulsi, yaitu untuk

    mencegah dan mengobati serangan epilepsi (Utama, 1995). Senyawa ini terutama

    digunakan pada serangan epileptikus berdasarkan sifatnya yang dapat memblokir

    pelepasan muatan listrik di otak. Fenobarbital memiliki serapan di usus baik (70-90

    %) dan lebih kurang 50% terikat pada protein. Dosisnya 1-2 kali sehari sebanyak 30-

    125 mg, maksimal 400 mg dalam dua kali; pada anak-anak 2 hingga 12 bulan sebesar

    4 mg /kg beratbadan sehari; dan pada stadium epileptikus dewasa 200 hingga 300 mg

    (Tjay dan Rahardja, 2002).

    D. Ketotifen Fumarat dan Siproheptadin-HCl

    1. Ketotifen Fumarat

    Ketotifen fumarat memiliki rumus molekul C19H19NOS.C4H4O4 (Widdop,

    1986). Ketotifen memiliki rumus struktur sebagai berikut:

    S

    N

    O

    CH3

    Gambar 3. Rumus struktur ketotifen fumarat (Widdop, 1986)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Ketotifen fumarat berupa serbuk hablur putih. Ketotifen sedikit larut dalam

    air, larut dalam etanol, dan larut sebagian dalam kloroform. Serapan maksimal yang

    dimiliki ketotifen dalam larutan asam adalah 297 nm dan dalam larutan basa memiliki

    serapan maksimal 302 nm (Widdop, 1986).

    Ketotifen fumarat bersifat anafilaktik karena menghambat penglepasan

    histamin. Ketotifen fumarat juga bersifat sebagai antihistamin kuat dan digunakan

    untuk profilaksis asma bronkial (Dewoto, 1995). Obat ini memiliki waktu paruh 8

    jam dan diekskresikan melalui kemih sebagai glukuronida. Dosis malam hari 1 mg

    selama 1 minggu (Tjay dan Rahardja, 2002). Dosis dewasa ketotifen fumarat untuk

    profilkasis asma bronkial ialah 2 kali 1,38-2,76 mg (Dewoto, 1995).

    2. Siproheptadin-HCl

    Siproheptadin-HCl memiliki rumus molekul C21H21N.HCl. Rumus struktur

    siproheptadin adalah sebagai berikut :

    N

    CH3

    Gambar 4. Rumus struktur siproheptadin (Widdop, 1986)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Siproheptadin-HCl berupa serbuk hablur putih sedikit kekuningan. Senyawa

    ini memiliki titik didih 214° hingga 216°C. Satu bagian siproheptadin-HCl memiliki

    kelarutan dalam 275 bagian air, dalam 35 bagian etanol, dalam kira-kira 16 bagian

    kloroform, dan dalam 1,5 bagian metanol, dan praktis tidak larut dalam eter. Serapan

    maksimal yang dimiliki senyawa ini adalah 286 nm dalam larutan asam dan 284 nm

    dalam larutan basa (Widdop, 1986).

    Siproheptadin-HCl merupakan antagonis histamin (H1). Efek siproheptadin

    adalah menyembuhkan gejala alergi seperti demam dan urtikaria. Dosis untuk anak

    usia 2-6 tahun yaitu 2 mg, 2–3 kali sehari (Anonim, 2006). Siproheptadin HCl dalam

    bentuk tablet 4 mg digunakan untuk dosis dewasa 3-4 kali sehari dengan dosis total

    tidak lebih dari 0,5 mg/ kgBB (Sjamsudin, 1995).

    E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

    1. Pengertian KCKT

    KCKT merupakan salah satu bagian dari kromatografi. Definisi

    kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang

    berdasar pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang

    terpisah pada fase diam di bawah pengaruh pergerakan fase yang bergerak (Mulja dan

    Suharman). Sedangkan KCKT merupakan kondisi kromatografi yang fase geraknya

    dialirkan menuju kolom secara cepat dengan bantuan tekanan dari pompa dan

    hasilnya dapat dideteksi dengan detektor (Hendayana, 2006). Tujuan dari KCKT

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    adalah memperoleh hasil pemisahan yang baik dalam waktu relatif singkat (Mulja

    dan Suharman, 1995).

    2. Peralatan KCKT

    Gambar 5. Instrumen KCKT (Kazakevich, 2004)

    Menurut Gritter (1991), komponen penting yang ada dalam KCKT yaitu :

    a. Detektor. Fungsi detektor adalah mendeteksi adanya komponen yang

    terdapat dalam kolom dan untuk mengukur jumlah komponen yang ada dalam

    cuplikan (Johnson dan Stevenson, 1978). Menurut Mulja dan Suharman (1995)

    beberapa persyaratan detektor antara lain sensitivitas yang sangat tinggi pada kadar

    10-8 g/ml, kestabilan dan reprodusibilitas yang sangat baik, memberikan respon yang

    linier terhadap kadar solut, dapat bekerja dari temperatur kamar sampai 400° C, tidak

    dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut pengembang, mudah

    didapat dan mudah dipakai oleh operator, selektif terhadap macam-macam solut

    dalam pelarut pengembang dan tidak merusak solut. Detektor UV digunakan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    mendeteksi senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor dengan atau tanpa

    adanya gugus auksokrom (Settle, 1997).

    b. Kolom. Kolom merupakan bagian penting karena pemisahan komponen-

    komponen solut terjadi di dalam kolom. Keberhasilan pemisahan bergantung pada

    keadaan kolom (Mulja dan Suharman, 1995).

    c. Fase gerak. Fase gerak harus mempunyai sifat yaitu murni dan tanpa

    cemaran, tidak bereaksi dengan kemasan, sesuai dengan detektor, dapat melarutkan

    solut, viskositas rendah, memungkinkan memperoleh kembali solut dengan mudah

    (jika diperlukan), dan harganya wajar (Johnson dan Stevenson, 1978).

    Kepolaran campuran pelarut yang digunakan, yang bersifat linier dengan

    kepolaran pelarut murninya merupakan bagian terpenting pada pemilihan fase gerak.

    Berikut ini adalah beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang sering

    digunakan :

    Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut

    Eluotropic Values Solvent Index Polarity Alumina C18 Silica

    UV Cut off (nm)

    Hexane 0,1 0,01 - 0,00 195 Cyclohexane 0,2 0,04 - - 200

    Toluene 2,4 0,29 - 0,22 284 Tetrahydrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212

    Ethyl acetate 4,4 0,58 - 0,48 256 Acetone 5,1 0,56 8,8 0,53 330

    Methanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205 Acetonitrile 5,8 0,65 3,1 0,52 190

    Dimethylformamide 6,4 - 7,6 - 268 Dimethyilsulfoxide 7,2 0,62 - - 268

    Water 10,2 - - - 190 (Snyder, 1997)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Nilai kepolaran antara dua campuran pelarut dapat dihitung dengan :

    .....................................(1) P’ = Φa P’a + Φb P’b

    Dimana Φa dan Φb adalah fraksi volume pelarut a dan b dalam campuran

    sedangkan P’a dan P’b adalah angka indeks polaritas (P’) pelarut murni (Gritter dkk.,

    1991).

    3. Pembagian jenis KCKT

    KCKT dibagi menjadi 6 jenis yaitu :

    a. Kromatografi partisi. Pada kromatografi partisi, fase diam dapat polar atau

    nonpolar. Bila fase diam polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi partisi

    fase normal, sedangkan bila fase diam non polar dan fase gerak polar dinamakan

    kromatografi fase terbalik. Solut berkeseimbangan di antara fase diam dan fase gerak.

    b. Kromatografi adsorpsi. Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan

    fase gerak cair atau gas. Solut dapat diadsorpsi pada permukaan partikel padat.

    c. Kromatografi pertukaran ion. Anion atau kation diikatkan secara kovalen

    pada fase diam padat, disebut resin. Ion-ion solut muatan berlawanan menyerang fase

    diam dengan kekuatan elektrostatik dan fase geraknya berupa zat cair.

    d. Kromatografi pasangan ion. Secara umum digunakan pada molekul polar

    dan ionik. Selektivitasnya ditentukan oleh fase gerak yang berupa pelarut organik dan

    dilengkapi reagen pasangan ion yang spesifik (Anonim, 2008).

    e. Kromatografi ekslusi. Pada jenis ini, tidak ada interaksi tarik menarik antara

    fase diam dan solut. Fase gerak cair atau gas bergerak melalui gel berpori. Ukuran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    pori cukup kecil untuk mengeluarkan solut yang besar. Molekul solut yang kecil akan

    masuk ke dalam pori gel, sedangkan molekul besar akan mengalir tanpa memasuki

    pori gel.

    f. Kromatografi afinitas. Kromatografi ini digunakan dalam interaksi yang

    spesifik antara suatu jenis molekul solut dan sebuah molekul lain yang secara kovalen

    terikat pada fase diam. Contohnya untuk pemisahan komponen protein (Harris, 1999).

    Pemilihan jenis KCKT yang tepat dan sesuai dengan komponen solut yang

    dipisahkan akan menghasilkan pemisahan yang baik.

    4. Kromatografi partisi fase terbalik

    Kromatografi fase normal adalah kromatografi dengan fase diam polar dan

    fase gerak kurang polar atau non polar. Sedangkan kromatografi fase terbalik adalah

    kromatografi yang menggunakan fase diam relatif non polar seperti hidrokarbon dan

    fase gerak polar seperti air atau metanol (Gritter, 1991). Istilah fase normal dan fase

    terbalik digunakan dalam kromatografi partisi untuk menggambarkan polaritas efektif

    antara fase diam dan fase gerak (Settle, 1997).

    Menurut Skoog dkk. (1994), jika solut ditambahkan dalam kondisi yang

    terdiri atas dua pelarut yang tidak bercampur dan keseluruhan kondisi dibiarkan

    seimbang, solut akan tersebar antara kedua fase itu menurut persamaan :

    CmCsK = ......................................................(2)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    dimana K adalah koefisien distribusi, Cs adalah kadar solut dalam fase diam, dan Cm

    adalah kadar solut dalam fase gerak.

    Dalam pemilihan metode kromatografi partisi fase terbalik ada beberapa hal

    yang harus diperhatikan, antara lain :

    a. Kolom. Kolom yang digunakan pada jenis kromatografi ini adalah kemasan

    fase terikat. Penyangga pada kemasan fase terikat terbuat dari silika (Gritter dkk.,

    1991). Fase diam yang biasa digunakan dalam kromatografi partisi fase terbalik

    adalah oktadesilsilan (ODS) (Munson, 1991). Menurut Willard dkk (1988), kolom

    oktadesilsilan digunakan pada aplikasi yang membutuhkan retensi maksimal,

    sehingga pemisahan komponen solut dapat lebih optimal. Interaksi antara senyawa

    dengan sisa silanol dapat mengganggu penggunaan kolom fase terbalik. Akibatnya

    waktu retensi dari senyawa standar menjadi lebih sulit ditafsirkan (Watson, 1999).

    b. Fase gerak. Kandungan fase gerak antara lain air, metanol, etanol, asetonitril,

    dioksan, tetrahidrofuran, dan dimetilformamida (Munson, 1991). Metanol sering

    digunakan karena merupakan pelarut yang sangat murni, mudah didapat, dan berhasil

    baik pada banyak pemisahan (Johnson dan Stevenson, 1978).

    5. Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif

    a. Analisis kualitatif. Analisis kualitatif didapatkan dari nilai waktu retensi.

    Waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan oleh solut mulai saat injeksi

    sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor. Waktu retensi

    dinyatakan sebagai tR (Mulja dan Suharman, 1995). Waktu retensi ini bersifat sangat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    khas untuk senyawa tertentu pada kondisi tertentu (kolom, suhu, kecepatan aliran,

    dan sebagainya). Waktu retensi tidak terpengaruh oleh adanya komponen lain (Nair

    dan Bonelli, 1988).

    Analisis kualitatif bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa

    tertentu dalam solut dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dan

    waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam solut.

    b. Analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengeplotkan

    antara konsentrasi solut dengan luas area di bawah puncak yang didapat dari

    integrator (area under curve atau AUC) (Watson, 1999).

    c. Analisis kromatogram. Kemampuan untuk memisahkan dua komponen dalam

    campuran penting dalam pemisahan secara kromatografi. Kemampuan tersebut

    disebut resolusi (Rs) yang didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak dibagi

    dengan rata-rata lebar dasar puncak. Berdasarkan definisi tersebut, persamaan

    resolusi adalah sebagai berikut:

    Persamaan tersebut tam

    )()( 12 tt RR −

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    ...........................................(3)

    pak pada gambar berikut:

    Rs = )()2/1( 21 WW +

  • 19

    Gambar 6. Resolusi antara dua puncak yang berdekatan (Gritter dkk, 1991)

    Apabila nilai resolusi ≥ 1,5 berarti pemisahan telah mencapai 99,7 %

    (Sastroamidjojo, 2002). Dalam prakteknya, pemisahan dengan harga R = 1,0

    dianggap memadai yang berarti kedua puncak berhimpit lebih kurang 2% (Pecsok

    dkk., 1976). Resolusi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terlihat pada

    persamaan berikut:

    ..............................(4)

    Rs = ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛+

    ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛ −

    1''1

    41

    kkN

    αα

    a b c

    Faktor-faktor yang erat hubungannya dengan daya pisah yaitu

    1) Efisiensi kolom (a). Efisiensi kolom adalah nilai yang menunjukkan

    jumlah plat teoritis dari kolom yang digunakan pada sistem KCKT. Daya

    pisah dapat diperbaiki dengan menambah jumlah lempeng teoritis (N).

    2) Faktor selektivitas (b). Faktor selektivitas adalah nilai yang

    menunjukkan relative retention atau perbandingan waktu retensi antara dua

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    komponen. Nilai ini menggambarkan ukuran pemisahan dua komponen.

    Dapat diperbaiki daya pisahnya dengan mengganti pelarut atau mengubah

    komposisi pelarut yang digunakan.

    BMR

    AMR

    tttt

    )()(

    −−

    =α ...............................................(5)

    3) Faktor kapasitas (c). Faktor kapasitas adalah nilai yang menunjukkan

    seberapa kuat solut berinteraksi dengan kolom. Daya pisah dapat diperbaiki

    dengan membuat variasi kekuatan pelarut. Dengan meningkatkan harga k’

    maka akan memperbaiki resolusi (Noegrohati, 1994).

    M

    MR

    tttk −=' ...................................................(6)

    6. Efisiensi kolom

    Teori yang dapat menerangkan tentang efisiensi kolom yaitu :

    a. Teori pelat. Teori ini menyatakan bahwa pelat merupakan tinggi atau panjang

    dari kolom yang cukup dapat mencapai kesetimbangan antara solut dalam fase gerak

    dan fase diam. Semakin banyak pelat yang dimiliki kolom maka akan memberikan

    puncak yang lebih sempit atau dapat dikatakan efisiensi kolom menjadi lebih baik.

    HETP (Height Equivalent to a Theoritical Plates) adalah ketinggian ekivalen

    terhadap jumlah pelat teoritis, L adalah panjang kolom yang digunakan, dan N adalah

    jumlah pelat teoritis dari suatu kolom (Sastroahamidjojo,2002).

    ............................................(7)

    HETP = NL

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Semakin kecil harga L/N atau makin kecil harga HETP maka makin baik

    efisiensi kolom yang digunakan. Tetapi sebagai akibat dari penambahan lempeng

    teoritis yaitu semakin lama solut terelusi, sehingga waktu retensi semakin lama

    (Skoog dkk., 1994).

    Pengukuran secara kuantitatif keefisienan kolom sebagai berikut :

    22 ⎤⎡

    Dari pe

    puncak kromato

    (Anonim, 1995).

    b. Teori k

    parameter transf

    sepanjang kolom

    penentu dalam te

    1). Dif

    terkait dengan u

    banyaknya kem

    solut. Semakin r

    keluar dari kolom

    keluar dari kolo

    kurang efisien (H

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    ….……...(8) N =

    2/1

    54,516 ⎥⎦

    ⎢⎣

    =⎥⎦⎤

    ⎢⎣⎡=

    Wt

    Wtt RRR

    σ

    rsamaan tersebut, tR adalah waktu retensi solut, W adalah lebar alas

    gram, dan W1/2 adalah lebar puncak pada setengah tinggi puncak

    ecepatan. Teori ini dikembangkan berdasarkan pada parameter-

    er massa antara fase diam dan fase gerak, kecepatan difusi solut di

    , kecepatan alir gerak, dan dinamika fase gerak. Ada 3 faktor

    ori ini yaitu :

    usi Eddy. Difusi Eddy adalah perbedaan kecepatan molekul solut

    kuran partikel dan packing kolom. Difusi ini disebabkan karena

    ungkinan celah dalam partikel terpacking yang dapat dilewati oleh

    endah kerapatan pada packing kolom maka solut dapat lebih cepat

    . Semakin tinggi kerapatan packing kolom maka semakin lama solut

    m. Hal ini menyebabkan puncak elusi untuk tiap solut akan menjadi

    endayana, 2006).

  • 22

    Gambar 7. Difusi Eddy (Hendyana, 2006)

    2). Difusi longitudinal. Difusi ini merupakan gerakan molekul solut yang

    cenderung untuk berdifusi ke segala arah secara acak karena adanya perbedaan

    konsentrasi (Noegrohati, 1994) dan mengakibatkan melebarnya puncak kromatogram.

    3). Transfer massa non ekuilibrum. Kondisi ini adalah kondisi aliran fase

    gerak yang terlalu cepat sementara sebagian molekul-molekul solut tidak dapat keluar

    dari fase diam secara cepat sehingga sebagian solut akan terlambat meninggalkan

    kolom sehingga dapat terjadi pelebaran puncak sekaligus membuat pemisahan tidak

    efisien (Hendayana, 2006).

    Gambar 8. Transfer massa fase gerak (kiri) dan fase diam (kanan) (Hendyana, 2006)

    Hubungan antara difusi, kesetimbangan, dan kecepatan dinyatakan dalam

    persamaan Van Deemter yaitu :

    ..........................................(9) HETP = vC

    vBA ++

    HETP adalah tinggi lempeng teoritis. Suku A adalah difusi Eddy, dimana

    harga A yang kecil didapatkan dengan memperkecil diameter dalam packing kolom

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    dan kerapatannya seragam. Suku B adalah difusi longitudinal dan lebih berperan

    dalam kromatografi gas. Pelebaran puncak dapat dikurangi dengan meningkatkan

    flow rate fase gerak (Watson, 1999). Sedangkan harga v adalah kecepatan rata-rata

    dari fase gerak. Suku C adalah transfer massa yang merupakan hasil penjumlahan dari

    nilai transfer masa fase gerak dan fase diam (Noegrohati, 1994).

    Bentuk puncak merupakan ukuran efisiensi kolom. Puncak asimetris dapat

    mengakibatkan ketidakakuratan pengukuran resolusi, ketidaktelitian hasil penelitian

    kuantitatif, dan waktu retensi tidak reprodusibel (Noegrohati, 1994). Bentuk puncak

    asimetris dengan bentuk di belakang turun dengan landai disebut tailing, sedangkan

    bentuk puncak bagian depan naik dengan landai disebut fronting (Kuwana, 1980).

    Gambar 9. Distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    F. Spektrofotometri Ultraviolet

    Spektrofotometri serapan adalah pengukuran suatu interaksi antara radiasi

    elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu senyawa kimia. Jangkauan panjang

    gelombang yang tersedia untuk pengukuran pada daerah ultraviolet yaitu 190 nm

    hingga 380 nm. Spektrum ultraviolet pada umumnya tidak mempunyai derajat

    spesifikasi yang tinggi, tetapi sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan bermanfaat

    sebagai tambahan untuk identifikasi berbagai senyawa (Anonim, 1995).

    Serapan radiasi oleh molekul pada daerah ultraviolet tergantung pada

    struktur elektronik dari molekul tersebut (Sastrohamidjojo, 2001). Ada tiga macam

    distribusi elektron dalam suatu senyawa organik yaitu orbital elektron pi (π), sigma

    (σ), dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada molekul tersebut dikenakan

    radiasi elektromagnetik, maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang

    lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding. Diagram tingkat energi

    elektron pada keadaan dasar dan keadaan terksitasi ditunjukkan pada gambar berikut:

    σ* Anti bonding

    π* Anti bonding

    n Non bonding

    π Bonding

    σ Bonding Gambar 10. Diagram eksitasi elektron (Mulja dan Suharman, 1995)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Transisi elektronik tersebut membutuhkan adanya kromofor dalam struktur

    molekulnya. Kromofor adalah gugus yang mengandung ikatan rangkap tidak jenuh

    yang menyediakan orbital π yang dapat mengserapan pada daerah ultraviolet. Selain

    kromofor dikenal juga auksokrom, yaitu gugus heteroatom yang terikat langsung

    pada gugus kromofor. Gugus tersebut dapat menyebabkan perubahan puncak

    kromofor ke panjang gelombang yang lebih panjang (pergeseran batokromik) atau

    meningkatkan intensitas (efek hiperkromik) bila terikat pada kromofor. Gugus

    auksokrom sedikitnya memiliki sepasang elektron bebas yang dapat berinteraksi

    dengan elektron π, misalnya –OCH3, Cl , –OH, –NH2 (Sastrohamidjojo, 2001; Skoog

    dkk., 1998).

    Intensitas dari serapan dapat dinyatakan sebagai transmitan (T) yang

    didefinisikan sebagai berikut :

    .............................................................(10) 0/ II

    Dengan T sebagai persen transmitan, I0 sebagai intensitas radiasi yang datang, I

    sebagai intensitas radiasi yang diteruskan. Rumusan yang lebih tepat untuk intensitas

    serapan adalah yang diturunkan dari hukum Lambert dan hukum Beer yang dikenal

    dengan hukum Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan hubungan antara transmitan

    dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi bahan yang menyerap. Hubungan tersebut

    dinyatakan sebagai berikut :

    b

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    A = log = ε c 0/ II

    T=

    .............................................(11)

  • 26

    Dengan A adalah serapan, ε sebagai daya serap molar (L.mol-1cm-1), c adalah

    konsentrasi larutan (mol.L-1), dan b adalah tebal larutan (cm). Jika konsentrasi zat

    terlarut dinyatakan dalam gram per liter (g/L) maka persamaan menjadi :

    .....................................................(12) A = a b c

    Dimana adalah daya serap dan berhubungan dengan daya serap molar yang

    dinyatakan sebagai berikut:

    a

    ....................................................(13) ε = M a

    dimana M adalah bobot molekul zat terlarut (Silverstein et al, 1991). Nilai daya serap

    molar dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

    ............................................(14) ε = . BM . 10 %)1,1( cmA -1

    Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut dalam sel

    dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A (1 cm,1%) (Anonim,1995) dan BM

    adalah massa molekul relatif senyawa (Mulja dan Suharman, 1995).

    G. Analisis Bikomponen secara Spektrofotometri Ultraviolet

    Prinsip analisis bikomponen secara spektrofotometri adalah mencari serapan

    tiap-tiap komponen yang memberikan korelasi linier terhadap konsentrasi sehingga

    dapat dihitung konsentrasi masing-masing komponen secara serentak atau salah satu

    komponen dalam campurannya dengan komponen lain (Mulja dan Suharman, 1995).

    Pemilihan metode analisis bikomponen berdasarkan profil kurva serapan masing-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    masing komponen. Pada spektrum yang tumpang tindih dua daerah, yaitu bila tidak

    dapat ditentukan panjang gelombang dimana masing-masing komponen menyerap

    secara eksklusif, sehingga dibutuhkan pemecahan dua persamaan simultan dengan

    dua variabel yang tidak diketahui (Day dan Underwood, 1996). Spektrum tumpang

    tindih pada dua daerah ini adalah sebagai berikut:

    s Ac(λ 2) e

    r Ac(λ 1) a AY(λ 2) Y p AX(λ1) a X n AX(λ 2) AY(λ 1) λ 1 λ2 Panjang gelombang

    Gambar 11. Spektrum serapan senyawa X dan Y dimana serapan kedua komponen saling mempengaruhi (Sastroamidjojo, 2001)

    Massart (cit. Zainuddin, 1999) memperkenalkan analisis campuran

    bikomponen dengan prinsip persamaan regresi berganda (multivariate regression)

    melalui operasi matriks dengan pengamatan pada panjang gelombang berganda

    (multiple wavelengths). Pengukuran serapan dilakukan pada multi panjang gelmbang

    dengan jumlah melebihi jumlah komponen dan dikenal dengan istilah over-

    determined system (Day dan Underwood, 1996).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Massart (cit. Zainuddin, 1999) menjelaskan bahwa metode operasi matriks

    didapatkan dari persamaan yang diperoleh dari pengamatan pada multi panjang

    gelombang yaitu:

    Ac1 = a 11.c1 + a 21.c2 Ac2 = a 12.c1 + a 22.c2 ……………………... Acj = a 1j.c1 + a 2j.c2 ……...……………………(15)

    Acj = harga serapan campuran pada panjang gelombang ke-j a 1j = daya serap komponen ke-1 pada panjang gelombang ke-j a 2j = daya serap komponen ke-2 pada panjang gelombang ke-j c1 = konsentrasi komponen ke-1c2 = konsentrasi komponen ke-2 j = panjang gelombang ke-1,2,3,……dst Dari persamaan tersebut akan diperoleh persamaan matriks sebagai berikut :

    [Ac] = [ a ij] x [cim]……………………………....(16)

    Dari persamaan tersebut, harga c1 dan c2 dapat diperoleh dari persamaan berikut:

    [ ] [ ] [ ][ ] [ ] [ ]Acxaxaxac 1' −= ............................................(17) Keterangan [ ]c = matriks konsentrasi komponen dalam campuran [ ]a = matriks daya serap komponen campuran [ ]'a = transpose matriks daya serap komponen campuran [ ] [ ][ 1' −axa ] = invers matriks daya serap x transpose matriks daya serap [ ]Ac = serapan campuran (Zainuddin, 1999).

    H. Keterangan Empiris

    Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan keseragaman kandungan

    zat aktif pulveres A dan pulveres B yang digunakan dalam terapi anak pada Rumah

    Sakit X.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Parasetamol memiliki serapan maksimal 245 nm dan fenobarbital memiliki

    memiliki serapan maksimal 239 nm (Widdop, 1986). Oleh karena itu, parasetamol

    dan fenobarbital dapat dideteksi menggunakan detektor UV yang terdapat pada

    KCKT. Metode yang dipilih untuk pengujian keseragaman pulveres A adalah metode

    KCKT yang telah dioptimasi (Lissanta, 2007) dengan sistem fase gerak campuran

    buffer dan metanol dengan perbandingan 90:10, fase diam oktadesilsilan C18 (panjang

    30 cm, diameter 5-10 mm), dan kecepatan alir 1,5 ml/menit. Sistem KCKT ini

    memiliki akurasi, presisi, dan liniearitas yang baik, nilai LOD parasetamol dan

    fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,006 mg/ml dan 0,124 mg/ml, dan nilai

    LOQ parasetamol dan fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,020 mg/ml dan

    0,414 mg/ml.

    Ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl diketahui memiliki serapan

    maksimum 297 nm untuk ketotifen fumarat dan 286 nm untuk siproheptadin HCl

    (Widdop, 1986) sehingga kedua senyawa tumpang tindih pada daerah ultraviolet.

    Oleh karena itu, metode yang dipilih untuk pengujian keseragaman kandungan

    pulveres B adalah metode spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi panjang

    gelombang berganda yang telah dioptimasi dan memiliki akurasi, presisi, dan

    liniearitas yang baik, nilai LOD ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl secara

    berturut – turut adalah 0,30 ppm dan 2,54 ppm, serta nilai LOQ ketotifen fumarat dan

    siproheptadin HCl secara berturut – turut adalah 0,87 ppm dan 10,26 ppm (Adrianto,

    2007).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental deskriptif

    karena tidak ada manipulasi perlakuan pada subjek uji.

    B. Definisi Operasional

    1. Pulveres A rumah sakit X adalah serbuk parasetamol dan fenobarbital (dengan

    bahan pengisi), yang dibuat dari penggerusan dan pencampuran sejumlah 40

    tablet parasetamol 500 mg dan 60 tablet fenobarbital 30 mg sekaligus, yang

    dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama untuk 120 bungkus pulveres.

    2. Pulveres B rumah sakit X adalah serbuk ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl

    (dengan bahan pengisi), yang dibuat dari penggerusan dan pencampuran sejumlah

    60 tablet ketotifen fumarat 1 mg dan 30 tablet siproheptadin HCl 4 mg, yang

    dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama untuk 120 bungkus pulveres.

    3. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada uji

    keseragaman kandungan pulveres A adalah seperangkat instrumen KCKT dengan

    fase diam kolom Reverse Phase C18 (30 cm ; 5 mm) dan fase gerak campuran

    metanol dan buffer fosfat (10:90).

    4. Buffer fosfat yang digunakan adalah campuran garam dinatrium hidrogen fosfat

    dan asam asetat.

    30

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    5. Aplikasi metode spektrofotometri ultraviolet adalah analisis simultan campuran

    ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dengan persamaan regresi berganda

    (multivariate regression) melalui perhitungan matriks.

    6. Pulveres A dan pulveres B dikatakan seragam kandungan zat aktifnya apabila

    jumlah zat aktif 9 dari 10 satuan pulveres A dan B terletak dalam rentang 85,0 %

    hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan KV ≤ 6,0%.

    7. Apabila tidak memenuhi uji keseragaman 10 satuan, dilakukan pengujian 20

    satuan tambahan. Pulveres A dan pulveres B dikatakan seragam kandungan zat

    aktifnya apabila tidak lebih dari 3 satuan dari 30 sediaan pulveres A dan B

    terletak di luar rentang 85,0 % hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan

    KV dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.

    C. Bahan-bahan Penelitian

    Bahan-bahan dalam penelitian ini meliputi pulveres A, pulveres B,

    parasetamol kualitas working standard (Brataco), natrium fenobarbital (Ion),

    ketotifen fumarat kualitas working standard (Dankos), siproheptadin HCl kualitas

    working standard (Pharos), metanol p.a (E .Merck), natrium dihidroksi sulfat kualitas

    teknis, asam asetat glasial p.a (E. Merck), akuabidestilata (Laboratorium Kimia

    Organik, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma).

    D. Alat-alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : spektrofotometer

    UV/Vis merek Genessis 10; HPLC merek Shimadzu dengan LC-10AD No.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    C20293309457 J2, detektor UV/Vis SPD-10AV No. C20343502697 KG, CBM-101

    merk Shimadzu Cat No.223-03750-94 serial No. C50363502311 SA, kolom

    oktadesilsilan merek Waters BondapacTM C18 (panjang 30 cm; P61271B02 P/N

    27324; diameter 5-10 mm), injektor jenis katup suntik, model 7725i, seperangkat

    komputer merek Acer; syringe No. 046-00038-01, jarum syringe No. 228-18216-91;

    degassing ultrasonic merek Restch tipe T460 No. V935922013 EY; vakum merek

    Gast model DOA-P104-BN; organic solvent membrane filter merek Whatman

    (ukuran pori 0,5 µm; diameter 47 mm); inorganic solvent membrane filter merek

    Whatman (ukuran pori 0,45 µm; diameter 47 mm); membrane filter holder merek

    Whatman (kapasitas 300 ml) Cat. No. 1960 004 ; penyaring milipore; mikropipet

    Socorex ukuran 200-1000 µl, 100-1000 µl, dan 500-5000 µl, neraca electrik merek

    Scaltec SBC 22; sentrifuge; tabung sentrifuge; mortir dan stamper; seperangkat alat-

    alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.

    E. Tata Cara Penelitian

    1. Pengambilan sampel

    Sampel yang diambil merupakan pulveres A dan pulveres B rumah sakit X

    di Yogyakarta. Sediaan pulveres yang diambil sebagai sampel merupakan dua jenis

    pulveres yang paling sering digunakan di rumah sakit X. Masing-masing jenis

    pulveres diambil secara random untuk pengujian keseragaman 10 satuan terlebih

    dahulu. Apabila persyaratan keseragaman 10 satuan tidak terpenuhi, dilakukan

    pengujian 20 satuan tambahan yang diambil secara random pada kelompok dengan

    nomor batch yang sama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    2. Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    a. Pembuatan buffer fosfat. Buffer dibuat dengan melarutkan 7,5 gram

    Na2HPO4 dalam 500 mL akuabides. Nilai pH kemudian dibuat sampai 3,2 dengan

    asam asetat glassial p.a menggunakan alat potensiometer. Dan kemudian ditambah

    aquabidest hingga 1000 ml. Buffer fosfat harus selalu dibuat baru.

    b. Pembuatan fase gerak buffer : metanol (90 : 10). Fase gerak yang digunakan

    dalam penelitian menggunakan campuran buffer dan metanol dengan perbandingan

    90 : 10. Fase gerak dibuat dalam labu takar 1,0 liter kemudian digojog dan disaring

    dengan penyaring Whatman anorganik dengan bantuan pompa vakum. Fase gerak

    kemudian didegassing selama 15 menit.

    c. Pembuatan larutan baku parasetamol dan fenobarbital.

    1) Pembuatan larutan stok dan intermediet parasetamol. Parasetamol

    ditimbang lebih kurang 50,0 mg secara seksama, dimasukkan dalam labu

    ukur 10 ml, dilarutkan dengan 3 ml metanol p.a, kemudian ditambah buffer

    fosfat pH 3,2 hingga tanda. Larutan stok diambil 5,0 ml, dimasukkan dalam

    labu ukur 10,0 ml, kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 hingga

    tanda (larutan intermediet).

    2) Pembuatan larutan stok fenobarbital. Natrium fenobarbital ditimbang

    lebih kurang 55,0 mg secara seksama, yang setara dengan 50,24 mg

    fenobarbital, dimasukkan dalam labu ukur 25,0 ml, dilarutkan dengan 5 ml

    metanol p.a, kemudian ditambah dengan buffer fosfat pH 3,2 hingga tanda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    3) Pembuatan seri kurva baku parasetamol. Larutan intermediet

    parasetamol diambil sebanyak 0,28 ml dan 0,56 ml, dan larutan stok

    parasetamol diambil sebanyak 0,42; 0,56; dan 0,70 ml. Masing-masing

    larutan tersebut kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 dalam

    labu takar 10 ml hingga tanda dan didapatkan 5 seri baku yaitu 0,07; 0,14;

    0,21; 0,28 dan 0,35 mg/ml. Seri baku parasetamol disaring dengan milipore

    dan didegassing selama 15 menit. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

    4) Pembuatan seri kurva baku fenobarbital. Larutan stok fenobarbital

    diambil sebanyak 2,3; 2,8; 3,4; dan 4 ml. Masing-masing larutan tersebut

    kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 dalam labu takar 5 ml

    hingga tanda. Sedangkan seri ke-5 menggunakan larutan stok. Seri baku

    fenobarbital disaring dengan milipore dan didegassing selama 15 menit.

    Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

    d. Penetapan panjang gelombang pengamatan antara parasetamol dan

    fenobarbital dengan spektrofotometer UV. Parasetamol dan fenobarbital masing-

    masing ditimbang lebih kurang 10,0 mg secara seksama, dimasukkan dalam labu

    takar 10 ml, dilarutkan dengan 3 ml metanol p.a, kemudian ditambah buffer fosfat pH

    3,2 hingga tanda. Larutan stok diambil sebanyak 50, 70 dan 90 µl, dimasukkan dalam

    labu takar 10 ml, kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 hingga tanda.

    Larutan ini dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200-300 nm dengan

    spektrofotometer UV. Spektra parasetamol dan fenobarbital ditumpangtindihkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    untuk mengetahui panjang gelombang pengamatan pada deteksi dengan KCKT fase

    terbalik.

    e. Pengamatan waktu retensi parasetamol dan fenobarbital baku. Larutan

    parasetamol baku dengan konsentrasi 0,21 mg/ml dan larutan fenobarbital baku

    dengan konsentrasi 1,5 mg/ml disaring dengan milipore dan didegassing selama 15

    menit. Kemudian sebanyak 50,0 µl larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT yang

    telah dioptimasi.

    f. Pembuatan persamaan kurva baku parasetamol. Sebanyak 50,0 µl masing-

    masing seri larutan baku disuntikkan ke dalam sistem KCKT yang telah dioptimasi.

    Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali, dipilih persamaan kurva baku parasetamol yang

    paling baik.

    g. Pembuatan persamaan kurva baku fenobarbital. Sebanyak 50,0 µl masing-

    masing seri larutan baku disuntikkan ke dalam sistem KCKT yang telah dioptimasi.

    Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali, dipilih persamaan kurva baku fenobarbital yang

    paling baik.

    3. Uji keseragaman kandungan zat aktif pulveres A secara KCKT

    Sebanyak satu bungkus pulveres A ditimbang secara seksama, dimasukkan

    dalam labu ukur 10,0 ml, dilarutkan dengan 3,0 ml metanol p.a, kemudian ditambah

    buffer fosfat pH 3,2 hingga tanda. Larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung

    sentrifuge, ditutup dengan parafilm, dan disentrifuge selama 10 menit, kecepatan

    3500 rpm. Larutan ini selanjutnya disebut larutan X dan digunakan untuk menetapkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    konsentrasi fenobarbital. Sebanyak 125 µl larutan X diambil, dimasukkan ke dalam

    labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan buffer hingga tanda, selanjutnya larutan ini

    disebut larutan Y dan digunakan untuk menetapkan konsentrasi parasetamol. Larutan

    X dan Y disaring dengan milipore dan didegassing selama 15 menit. Kemudian

    sebanyak 50,0 µl larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT dengan kolom ODS (5

    mm x 30 cm), menggunakan perbandingan fase gerak buffer : metanol (90:10) dan

    kecepatan alir 1,5 ml/ menit. Waktu retensi sampel kemudian diamati.

    4. Optimasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Panjang

    Gelombang Berganda

    a. Pembuatan larutan baku ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl. Ketotifen

    fumarat dan siproheptadin HCl masing-masing ditimbang lebih kurang 10,0 mg

    secara seksama, dimasukkan dalam labu ukur 10,0 ml, dan dilarutkan dengan metanol

    p.a hingga tanda. Selanjutnya, masing-masing larutan tersebut diambil sebanyak

    0,100; 0,125; 0,150; 0,175; 0,200; 0,225; dan 0,250 ml, kemudian dimasukkan dalam

    labu ukur 10,0 ml. Larutan tersebut diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda

    sehingga diperoleh larutan baku ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl masing-

    masing dengan seri konsentrasi 10,00; 12,50; 15,00; 17,50; 20,00; 22,50; dan 25,00

    ppm.

    b. Penentuan panjang gelombang pengamatan. Tiga seri konsentrasi larutan

    ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl yang telah dibuat, masing-masing diukur

    absorbansinya pada rentang panjang gelombang 220-380 nm. Pada spektra serapan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl yang diperoleh, ditentukan panjang

    gelombang yang akan digunakan dalam penelitian yaitu 7 panjang gelombang yang

    berada pada daerah tumpang tindih antara spektra serapan tersebut. Panjang

    gelombang ini adalah panjang gelombang pengamatan yang akan digunakan untuk

    mengukur serapan seri konsentrasi baku dan larutan sampel.

    c. Penentuan daya serap ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl. Seri larutan

    baku ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl yang telah dibuat masing-masing

    diukur serapannya pada 7 panjang gelombang pengamatan yang telah dipilih.

    Kemudian, harga daya serap ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl pada masing-

    masing panjang gelombang pengamatan dihitung dengan menggunakan persamaan

    regrasei linier. Harga daya serap pada masing-masing panjang gelombang merupakan

    koefisien regresi (b) dari persamaan regresi Y = bX + a; dimana Y adalah harga, X

    adalah konsentrasi (ppm), dan a adalah konstanta.

    5. Uji keseragaman kandungan zat aktif pulveres B secara spektrofotometri

    ultraviolet berganda

    Sebanyak satu bungkus pulveres B ditimbang secara seksama, dimasukkan

    dalam labu ukur 10,0 ml, dilarutkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan

    sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, ditutup dengan parafilm, dan

    disentrifuge selama 10 menit, kecepatan 3500 rpm. Sebanyak 2400 µl larutan yang

    telah disentrifuge diambil, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan

    dengan buffer hingga tanda, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

    pengamatan yang telah dipilih. Kemudian dilakukan perhitungan konsentrasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl berdasarkan serapancampuran dengan

    menggunakan persamaan matriks.

    F. Analisis Hasil

    1. Analisis hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres A

    a. Luas area kromatogram (AUC = Area Under The Curve) dari berbagai seri

    baku digunakan untuk membuat kurva baku menggunakan persamaan

    regresi linear y = bx + a yang merupakan hubungan antara konsentrasi

    dengan luas area yang dihasilkan.

    b. Penetapan konsentrasi parasetamol dan luminal dalam sampel menggunakan

    persamaan kurva baku yang diperoleh, dengan memasukkan AUC yang

    diperoleh sebagai y.

    c. Konsentrasi parasetamol dan fenobarbital hasil perhitungan selanjutnya

    dibandingkan secara deskriptif dengan ketentuan uji keseragaman

    kandungan menurut Farmakope Indonesia IV.

    2. Analisis hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres B

    a. Konsentrasi ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl hasil perhitungan

    persamaan matriks digunakan untuk menghitung konsentrasi ketotifen

    fumarat dan siproheptadin HCl dalam sampel pulveres.

    b. Konsentrasi ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl hasil perhitungan

    selanjutnya dibandingkan secara deskriptif dengan ketentuan uji

    keseragaman kandungan menurut Farmakope Indonesia IV.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pengambilan Sampel

    Pada proses produksi, pulveres A dan B dibuat dengan penggerusan dan

    pencampuran serbuk dalam jumlah banyak secara sekaligus. Sehingga, uji

    keseragaman kandungan zat aktif bertujuan untuk mengetahui keseragaman kadar zat

    aktif dalam pulveres A dan pulveres B rumah sakit X. Uji ini dilakukan untuk

    menjamin kualitas dan keamanan pulveres ketika digunakan pada pasien anak rumah

    sakit X.

    Menurut Farmakope Indonesia IV, keseragaman sediaan dapat dilakukan

    dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman

    kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat ditetapkan pada produk yang

    mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot

    satuan sediaan. Keseragaman zat aktif jika ada dalam jumlah lebih kecil ditetapkan

    dengan persyaratan keseragaman kandungan.

    Pada etiket, fenobarbital pada pulveres A terdapat dalam jumlah kecil yaitu

    15 mg. Pada etiket pulveres B tertulis bahwa kandungan ketotifen fumarat adalah

    sebesar 0,5 mg dan kandungan siproheptadin adalah 1 mg dalam tiap pulveres.

    Jumlah zat aktif pulveres A dan B tersebut terdapat dalam jumlah kecil kurang dari

    50 mg, maka digunakan persyaratan keseragaman kandungan.

    39

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Pada penelitian ini, sampel yang digunakan merupakan dua jenis pulveres

    anak yang paling sering digunakan di Rumah Sakit X. Pulveres A memiliki

    perbandingan 11.11:1 yaitu 166,7 mg parasetamol dan 15 mg fenobarbital. Pulveres

    B memiliki perbandingan 1:2 yaitu 0,5 mg ketotifen fumarat dan 1 mg siproheptadin

    HCl. Pada penelitian ini, setiap satuan pulveres dalam 1 batch yang sama memiliki

    kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (random) pada pengujian

    keseragaman kandungan.

    B. Uji Keseragaman Kandungan Pulveres A secara KCKT

    1. Optimasi metode KCKT

    Penelitian ini mengacu pada penelitian Lissanta (2008) mengenai optimasi

    penetapan kadar campuran parasetamol dan fenobarbital dengan metode KCKT yang

    memiliki akurasi, presisi, dan liniearitas yang baik, nilai LOD parasetamol dan

    fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,006 mg/ml dan 0,124 mg/ml, dan nilai

    LOQ parasetamol dan fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,020 mg/ml dan

    0,414 mg/ml.

    Sistem KCKT fase terbalik tersebut adalah:

    Instrumen : Shimadzu LC-10 AD

    Kolom : C18 merk Waters Bondapac dengan panjang kolom

    30 cm No. P61271B02

    Fase gerak : buffer fosfat pH 3,2 : metanol (90 : 10)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Kecepatan alir : 1,5 ml/menit

    AUFS/Attenuation : 0,01/7 untuk fenobarbital dan 0,01/9 untuk

    parasetamol

    Detektor : UV pada 236 nm

    Sistem kromatografi ini adalah kromatografi partisi fase terbalik. Alasan

    pemilihan sistem ini adalah senyawa yang digunakan yaitu parasetamol dan

    fenobarbital bersifat polar dan larut dalam pelarut yang lebih polar seperti air,

    metanol, dan asetonitril. Dengan demikian, fase gerak yang digunakan lebih polar

    dibandingkan fase diamnya. Fase gerak tersebut adalah campuran fase gerak metanol

    dan buffer fosfat pH 3,2. Sedangkan fase diam yang digunakan lebih nonpolar

    dibanding fase geraknya, yaitu berupa kolom oktadesilsilan (C18).

    Pada penelitian ini, fase gerak yang digunakan adalah campuran buffer fosfat

    pH 3,2 dan metanol dengan perbandingan 90:10 yang merupakan kondisi optimum.

    Zat aktif pada pulveres A memiliki kelarutan yang baik dalam metanol, sehingga

    metanol digunakan dalam campuran fase gerak.

    Buffer fosfat dibuat hingga pH 3,2 dan memiliki fungsi dalam

    mempertahankan pH dengan cara mempertahankan kesetimbangan rasio konsentrasi

    asam dan konsentrasi garamnya. Penggunaan buffer fosfat pH 3,2 bertujuan untuk

    meminimalkan ionisasi sampel. Buffer fosfat dibuat dengan menggunakan

    potensiometer yang telah dikalibrasi dan selalu dibuat baru supaya tidak ditumbuhi

    mikroorganisme.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Kecepatan alir pada sistem KCKT elusi isokratik ini adalah 1,5 ml/menit.

    Elusi isokratik merupakan elusi yang memiliki komposisi fase gerak yang tetap

    selama analisis. Kecepatan alir sistem KCKT ini adalah kondisi optimum yang

    mampu menghasilkan waktu retensi lebih pendek dengan adanya tekanan yang lebih

    besar pada kolom. Kondisi ini penting dalam efisiensi waktu kerja saat analisis.

    Parasetamol dan fenobarbital memiliki gugus kromofor yang bertanggung

    jawab mengserapan radiasi ultraviolet. Ikatan rangkap pada gugus kromofor senyawa

    tersebut mengandung elektron π yang akan mudah tereksitasi ke tingkat yang lebih

    tinggi yaitu orbital π* apabila dikenai sinar radiasi elektromagnetik. Selain itu,

    terdapat pula gugus auksokrom pada parasetamol yang dapat meningkatkan intensitas

    serapan senyawa tersebut. Pada gambar berikut dapat dilihat gugus kromofor dan

    auksokrom masing-masing senyawa.

    (a) (b)

    Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom (a) parasetamol dan (b) fenobarbital Keterangan : Gugus kromofor =

    Gugus auksokrom =

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Pada penelitian, didapatkan spektrum tum ang tindih parasetamol dan

    fenobarbital pada daerah ultraviolet yang tampak pada gambar berikut.

    p

    Gambar 13. Spektrum serapan tumpang tindih Keterangan 09mg/ml

    Pada gambar di atas, panjang gelombang serapan maksimum spektrum

    parasetamol adalah 245 nm. Menurut Widdop (1986), parasetamol dalam larutan

    asam memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 245 nm. Dengan

    demikian pada penelitian ini, panjang gelombang serapan maksimum parasetamol

    sesuai dengan teoritis.

    Panjang gelombang serapan maksimum spektrum fenobarbital pada gambar

    di atas adalah 236 nm. Panjang gelombang 236 nm dipilih sebagai panjang

    gelombang pengamatan. Tujuannya adalah supaya fenobarbital dapat terdeteksi

    karena serapan fenobarbital lebih kecil dibandingkan parasetamol. Pada gambar di

    atas, parasetamol dapat memberikan serapan pada panjang gelombang pengamatan

    236 nm.

    : a = fenobarbital 0,09mg/ml; b = parasetamol 0,0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    2. Pembuatan kurva baku parasetamol dan fenobarbital

    Pemisahan parasetamol dan fenobarbital pada penelitian ini menggunakan

    senyawa yang bersifat

    lebih po

    n fase

    diam ya

    jenis kromatografi partisi fase terbalik. Hal ini mengakibatkan

    lar akan terelusi lebih dahulu pada fase gerak yang bersifat polar, sedangkan

    senyawal yang cenderung nonpolar akan lebih lama tertambat pada fase diam yang

    bersifat nonpolar, dan waktu retensinya akan lebih