tugas farmasi

35
TUGAS FARMASI SEDIAAN INJEKSI” ITA MASITA ARIFIN M. IRWANSYAH SUCI RAHMADANI HANIS ADE ANDREW S. P. MUH. NUR IMAM VILZAH FATIMAH ANDHIKA ANDHIKA YUDHA PRAWIRA YULIANI SUPARMIN PRAWIRA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

Upload: fatma

Post on 05-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

FARMASI

TRANSCRIPT

Page 1: tugas farmasi

TUGAS FARMASI

“SEDIAAN INJEKSI”

ITA MASITA ARIFIN

M. IRWANSYAH

SUCI RAHMADANI HANIS

ADE ANDREW S. P.

MUH. NUR IMAM

VILZAH FATIMAH ANDHIKA

ANDHIKA YUDHA PRAWIRA

YULIANI SUPARMIN PRAWIRA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

Page 2: tugas farmasi

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,

emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum

digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau

selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.

Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau

disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam.

Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan

membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-

bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.

Aminofilin diindikasikan untuk asma bronkial dan untuk bronkospasme reversible yang

berhubungan dengan bronkhitis kronik dan emfisema. Obat-obat xantin terutama teofilin dan bahan-

bahan yang berhubungan dengan teofilin merupakan bronkodilator yang paling banyak digunakan

untuk bronkospasme reversibel sedang atau berat. Juga memperbaiki pertukaran pernafasan dengan

peningkatan kontraktilitas diafragma.

Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau

serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan

dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus

suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik.

Terdapat berbagai macam sediaan injeksi dan rute pemberiannya. Pada hewan, sediaan injeksi

umumnya diberikan melalui rute intravena, intramuscular, dan subcutan. Namun dalam praktik di

laboratorium pemberian obat injeksi dapat disesuaikan dengan kebutuhan, seperti intracerebral,

intracardial, dan sebagainya.

2

Page 3: tugas farmasi

Tujuan

1. Mengetahui rute pemberian sediaan injeksi

2. Mengetahui kandungan berbagai sediaan injeksi

3. Mengetahui penggunaan sediaan injeksi

3

Page 4: tugas farmasi

BAB II

Pembahasan

Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah satu

bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau

volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana

digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL

atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011)

Botol injeksi vial ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum

injeksi untuk menghisap cairan injeksi.

Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :

1. Efek terapi lebih cepat .

2. Dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan.

3. Cocok untuk keadaan darurat.

4. Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.

Sediaan steril untuk sedian perenteral digolongkan menjadi lima jenis yang berbeda yaitu :

a. Obat larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama injeksi, contohnya

adalah injeksi insulin.

b. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan

tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang memenuhi persyaratan

injeksi. Sediaan ini dapat membedakannya dari nama bentuknya yaitu steril, contohnya Ampicilin

Sodium steril.

c. Sediaan seperti tertera pada no b, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan

tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya.yaitu untuk injeksi, contohnya Methicillin

Sodium untuk injeksi.

4

Page 5: tugas farmasi

d. Sediaan berupa susupensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkansacara

intravena atau di dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya yaitu susupensi

steril. Contoh Cortisao Suspensi steril.

e. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi

semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan pembawanya yang sesuai. Dan dapat

membedakannya dari nama bentuknya yaitu steril untuk suspensi. Contohnya Ampicilin steril untuk

suspensi.

Rute-rute Injeksi

1. Parenteral Volume Kecil

a. Intradermal

Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti

sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh

darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan

dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka

penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan

sensitivitas terhadap mikroorganisme.

b.Intramuskular

Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuskular

menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar

daripada rute subkutan.

c. Intravena

Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi, puncak

konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir

sekejap.

d.Subkutan

5

Page 6: tugas farmasi

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral diberikan dengan

rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan

dengan IV atau IM.

e. Rute intra-arterial

Obat disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera

diinginkan dalam daerah perifer tubuh.

f. Intrakardial

Obat disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam dalam

keadaan darurat seperti gagal jantung.

g. Intraserebral

Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan

fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.

h. Intraspinal

Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal.

Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.

i. Intraperitoneal dan intrapleural

Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga

digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.

j. Intra-artikular

Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara

langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.

k.Intrasisternal dan peridual

Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya merupakan

cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.

6

Page 7: tugas farmasi

l. Intrakutan (i.c)

Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum.

Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.

m. Intratekal

Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan injeksi

ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah

peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa

digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun

dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.

2. Parenteral Volume Besar

Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang secara normal

digunakan.

a. Intravena

Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan

bahan tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat

disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari obat yang

terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk

pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.

Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan

volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar;

(2) perkembangan potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari

kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan berair.

b.Subkutan

Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika rute intravena

tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus

diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri

7

Page 8: tugas farmasi

dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan

isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.

Pada hewan, rute injeksi yang paling sering dilakukan dalam penanganan medis ada 3, yaitu

intravena, intramuscular, subcutan dan intraperitonium. Sedangkan dalam kegiatan laboratorium dan

bedah, rute injeksi disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya intracerebral, intracardial, intervertebrale

dan sebagainya.

Injeksi subkutan

Memberikan injeksi subcutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat

kedalam jaringan subcutan di bawah kulit dengan menggunakan spuit. Tujuannya yaitu

memasukkan sejumlah toksik atau obat pada jaringan subcutan di bawah kulit untuk diabsorpsi.

Obat yang diberikan dengan injeksi subkutan adalah obat yang tidak merangsang dan larut dalam

air atau minyak.

Diantara banyak jenis obat yang diberikan secara subcutan adalah vaksin, obat pra bedah,

narkotik, insulin, dan heparin. Area tubuh yang sering digunakan untuk injeksi subcutan pada

hewan adalah daerah cervical bagian dorsal. Area ini sangat sesuai karena secara anatomi kulit

hewan di daerah ini logger dan terdapat banyak lipatan. Area lain yang dapat digunakan adalah

daerah sepanjang vertebrae. Hanya dosis kecil obat yang diinjeksikan melalui rute subcutan.

Area injeksi subcutan perlu dirotasi secara regular untuk meminimalkan kerusakan jaringan,

membantu absorpsi, dan menghindari ketidaknyamanan. Hal ini terutama penting untuk klien

yang harus menerima injeksi berulang, seperti pada penderita diabetes.

Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan

melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena.

Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air. Jaringan SC

sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam

jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri

di bawah kulit. Resiko infeksi dan obat yang mahal.

Jenis spuit yang digunakan untuk injeksi SC bergantung pada obat yang diberikan. Secara

umum, spuit 1 ml digunakan untuk kebanyakan injeksi subcutan. Namun jika insulin akan

8

Page 9: tugas farmasi

diberikan, gunakan spuit khusus insulin, dan jika heparin akan diberikan, spuit tuberculin atau

atau prefilled cartridge dapat digunakan.

Prosedur pemberian obat secara suncutan (SC):

1. Menentukan area penyuntikan

2. Melakukan desinfeksi pada area yang ditentukan

3. Melepaskan tutup jarum dengan menggunakan teknik satu tangan

4. Angkat kulit, masukkan jarum. Pastikan jarum masuk dengan meraba pada bagian kulit

yang diangkat.

5. Memasukkan obat

6. Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan

Absorbsi obat subkutan tergantung dari :

1.      Aliran darah

2.      Permeabilitas kapiler darah

3.      Kepadatan jaringan di daerah penyuntikan

4.      Laju pelepasan zat aktif

5.      Mekanisme absorbs : difusi pasif,filtrasi,dan pinositosis

6.      Adanya vasodilator dan vasokonstriktor.

Pengaruh pembawa

1.     Larutan dalam air: penambahan makromolekul dapat memperlama waktu aksi zat aktif.

Misalnya penambahan PVP pada injeksi insulin. Makromolekul akan

meningkatkanviskositas cairan sehingga menghambat difusi obat dan menghambat

metabolisme enzim proteolitik

2.     Suspensi larut air: aksi obat akan diperlambat karena adanya zat pengsuspensi, tergantung

kepada besarnya obat. (100 μm). Zat pengsuspensi merupakan polimer larut air sehingga

meningkatkan viskositas.

3.     Larutan dan suspensi dalam minyak: pelepasan zat aktif lebih lama dibandingkan dalam

larutan air.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemberian obat melalui subcutan (SC):

9

Page 10: tugas farmasi

1. Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.

2. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.

3. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah

kulit atau dalam bentuk suspensi.

4. Pemberian obat  bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.

Injeksi peritoneum

Injeksi intraperitoneal atau injeksi IP adalah injeksi suatu zat ke dalam peritoneum

(rongga tubuh).  IP injeksi lebih sering digunakan untuk hewan dari pada manusia. Hal ini

umumnya disukai ketika jumlah besar cairan pengganti darah diperlukan, atau ketika tekanan

darah rendah atau masalah lain mencegah penggunaan pembuluh darah yang cocok untuk

penyuntikan. Pada hewan, injeksi IP digunakan terutama dalam bidang kedokteran hewan dan

pengujian hewan untuk pemberian obat sistemik dan cairan karena kemudahan administrasi

parenteral dibandingkan dengan metode lainnya. Pada manusia, metode ini banyak digunakan

untuk mengelola obat kemoterapi untuk mengobati kanker, terutama kanker ovarium.

Penggunaan khusus ini telah direkomendasikan, kontroversial, sebagai standar perawatan.

Obat langsung diinjeksikan langsung ke dalam rongga peritonium. Di sini obat diabsorpsi

ke dalam sirkulasi. Kemoterapi dan antibiotic biasanya dilakukan dengan cara ini. Salah satu

metode dialisis juga menggunakan rute peritoneum untuk memindahkan cairan, elektrolit, dan

produk limbah. Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas sehingga

obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini banyak digunakan di laboratorium

tetapi jarang digunakan di klinik karena adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu.

Mekanisme absorbsi obat dengan cara ini adalah obat diinjeksikanpada rongga perut tanpa

terkena usus atau terkena hati. Di dalam rongga perut ini obat akan langsung diabsorpsi pada

sirkulasi portal dan akan dimetabolisme di dalam hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik.

Namun karena pada mesentrium banyak mengandung pembuluh darah, maka absorpsi

berlangsung lebih cepat dibandingkan per-oral sehingga mula kerja obat pun menjadi lebih cepat.

Injeksi intraperitoneal atau injeksi pada rongga perut tidak dilakukan untuk manusia karena ada

bahaya infeksi dan adesi yang terlalu besar.

10

Page 11: tugas farmasi

Keuntungan menggunakan cara ini adalah efek yang dihasilkan sangat cepat, sedangkan

kerugiannya memiliki resiko yang sangat besar karena obat tidak dapat dikeluarkan bila terjadi

kesalahan. Durasi adalah waktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang.

Durasi dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam waktu tertentu. Pada per oral didapatkan

durasi terpendek, disebabkan karena per oral melewati banyak fase seperti perombakan dihati

menjadi aktif dan tidak aktif. Semakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan turun

sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan durasinya pendek. Sedangkan pada

pemberian secara intraperitonial obat dengan kadar tinggi akan berikatan dengan reseptor

sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena setelah itu

tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor. Pada sub cutan memiliki durasi yang lama,

hal ini disebabkan karena obat akan tertimbun di depot lemak/ jaringan di bawah kulit sehingga

secara perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga durasinya lama. Cara pemberian obat yang

baik, bila onset yang dihasilkan cepat dan durasi dalam obat lama.

Injeksi intramuscular (IM)

Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena

pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat

memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke

pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30

menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali

digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone

kelamin. Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot gluteus dan deltoid pada sapi, otot

vastus lateralis pada kucing dan anjing.

Injeksi IM dilakukan dengan cara obat dimasukan ke dalam otot skeletal, biasanya otot

deltoit atau gluteal. Onset of action IM > SK. Absorpsi obat dikendalikan secara difusi dan lebih

cepat daripada SK karena vaskularitas pada jaringan otot lebih tinggi. Kecepatan absorpsi

bervariasi bergantung pada

Sifat fisikokimia larutan yang diinjeksikan dan variasi fisiologi (sirkulasi darah otot dan

aktivitas otot). Pemberian IM ke dalam otot dapat membentuk depot obat di otot dan akan terjadi

11

Page 12: tugas farmasi

absoprsi secara perlahan-lahan. Adapun kekurangan dari cara IM yaitu nyeri di tempat injeksi,

jumlah volume yang diinjeksikan terbatas yang bergantung pada masa otot yang tersedia , dapat

terjadik komplikasi dan pembentukan hematoma serta abses pada tempat injeksi. Faktor yang

mempengaruhi pelepasan obat dari depot otot antara lain kekompakan depot yang mana

pelepasan obat akan lebih cepat dari depot yang kurang kompak dan lebih difuse, konsentrasi

dan ukuran partikel obat dalam pembawa, pelarut yang digunakan, bentuk fisik sediaan,

karakteristik aliran sediaan dan volume obat yang diinjeksikan. Contoh bentuk sediaan yang

dapat diberikan melalui IM diantaranya emulsi minyak dalam air, suspensi koloid, serbuk

rekonstitusi.

Injeksi Intravena

Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat

langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan

efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke

seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk

mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak

untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran

darah.

Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah

dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam

sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar

bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu

pesat.

Pada sapid dan kuda pemberian obat via intravena dilakukan melalui vena jugularis. Pada

kucing dan anjing dapat dilakukan pada vena cephalica di kaki depan dan vena saphena di kaki

belakang. Pada ayam pemberian obat intravena dapat dilakukan melalui vena axilaris yang

terlihat dengan jelas di balik sayap.

12

Page 13: tugas farmasi

Keuntungan injeksi

1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi

pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.

2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat

dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.

3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara

injeksi.

4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus

kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat

menerima obat secara oral.

5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada

gigi dan anestesi.

6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia,

termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin

periode panjang secara i.m.

7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan

elektrolit.

8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi

melalui rute parenteral.

9. Aksi obat biasanya lebih cepat.

10. Seluruh dosis obat digunakan.

11. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan

secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.

13

Page 14: tugas farmasi

12. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika

diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.

13. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan

hidupnya.

Kerugian Injeksi

1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih

lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.

2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik

dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.

3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.

4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih

mahal dibandingkan metode rute yang lain.

5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit

untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.

6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.

7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien

hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk

dikembalikan lagi.

8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau

mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi

phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.

Komposisi Injeksi

Bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan sediaan injeksi terdiri dari:

1. Bahan aktif (obat)

2. Bahan tambahan, terdapat dua macam yaitu esensial dan non esensial

14

Page 15: tugas farmasi

Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah

yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat,

Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.

Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol,

Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-

hidroksibenzoat, Fenol.

Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.

Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).

Gas inert : Nitrogen dan Argon.

Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen

glikol, Lecithin

Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.

Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl

Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.

Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.

3. Bahan pembawa / pelarut

a. Pembawa air

b. Pembawa nonair dan campuran

Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen

Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol 300.

Untuk membuat suatu formula, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah :

1. Aspek terapi (dosis, data farmakokinetika, interaksi obat dengan badan.

2. Sifat fisika kimia obat

Sifat fisika kimia obat meliputi aspek ;

1. Struktur molekul dan berat molekul

2. Organoleptis yang meliputi warna dan bau

3. Titik lebur

4. Profil thermal

5. Ukuran partikel dan bentuk partikel

15

Page 16: tugas farmasi

6. Higroskopisitas

7. Konstanta ionisasi

8. Stabilitas terhadap sinar

9. Aktivitas oprik

10. Kelamtan

11. pH solubility dan stability profile

12. Polimorf

13. Solvate formation

Persyaratan bahan aktif lainnya adalah kemurnian, keamanan, inert dan non toksik. Bahan

tambahan dalam formulasi sediaan injeksi mempunyai beberapa manfaat:

1. Mempertahankan kelarutan obat

2. Mempertahankan stabilitas kimia fisika larutan

3. Mempertahankan sterilitas larutan (pada multiple dose)

4. Memudahkan penggunaan parenteral seperti : mengurangi iritasi jaringan, mengurangi

rasa sakit.

Syarat-syarat Injeksi

Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral

hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :

Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam

sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara

kimia dan sebagainya.

Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril

tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah.

Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling menentukan:

bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris,

bebas bahan melayang.

Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah kondisi yang

kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).

Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

16

Page 17: tugas farmasi

Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.

Sterilitas

Bebas dari bahan partikulat

Bebas dari Pirogen

Kestabilan

Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.

Wadah Injeksi

Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis

tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya dari 1-100 ml.

pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum.

Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan.

Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan

kisaran ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup

karet spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk

cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis.

1. Gelas

Gelas digunakan untuk sediaan parenteral dikelompokkan dalam tipe I, Tipe II, dan Tipe III

(tabel 8). Tipe I adalah mempunyai derajat yang paling tinggi, disusun hampir ekslusif dan

barosilikat (silikon dioksida), membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam dan

basa yang ekstrim. Gelas tipe I, meskipun paling mahal, ini lebih disukai untuk produk

terbanyak yang digunakan untuk pengemasan beberapa parenteral. Gelas tipe II adalah

gelas soda-lime (dibuat dengan natrium sulfit atau sulfida untuk menetralisasi permukaan

alkalinoksida), sebaliknya gelas tipe III tidak dibuat dari gelas soda lime. Gelas tipe II dan

III digunakan untuk serbuk kering dan sediaan parenteral larutan berminyak. Tipe II dapat

digunakan untuk produk dengan pH di bawah 7,0 sebaik sediaan asam dan netral. USP

XXII memberikan uji untuk tipe-tipe gelas berbeda.

Formulator harus mengetahuidan sadar bahwa masing-masing tipe gelas adalah berbeda

dan level bahan tambahannya (boron, sodium, potassium, kalsium, besi, dan magnesium)

yang berefek terhadap sifat kimia dan fisika. Oleh karena itu, formulator sebaiknya

17

Page 18: tugas farmasi

mempunyai semua informasi yang diperlukan dari pembuatan gelas untuk memastikan

bahwa formulasi gelas adalah konsisten dan dari batch dan spesifikasi bahan tambahan

adalah konsisten ditemukan.

Gelas untuk parenteral volume kecil – Tabel 8

TipeDefinisi

UmumTest USP

Batas

Ukuran (ml) ml 0,02 N asam

I Paling resisten,

gelas borosilikat

Gelas

serbuk

Semua 1,0

II Gelas dibuat dari

soda lime

Attack

water

100 atau kurang

lebih 100

0,7

0,2

III Gelas soda lime Gelas

serbuk

Semua 8,5

IV Gelas soda lime-

tujuan umum

Gelas

serbuk

Semua 15,0

Wadah gelas ambar digunakan untuk produk yang sensitif terhadap cahaya.

Warna ambar dihasilkan dengan penambahan besi dan mangan oksida untuk

formulasi gelas. Namun demikian, dapat leach ke dalam formulasi dan

mempercepat reaksi oksidasi.

2. Karet

Formulasi karet digunakan dalam sediaan parenteral volume kecil untuk penutup vial

dan catridge dan penutup untuk pembedahan. Formulasi ini betul-betul kompleks. Tidak

hanya mereka mengandung basis polimer karet, tetapi juga banyak bahan tambahan seperti

bahan pelunak, pelunak, vulkanishing, pewarna, aktivator dan percepatan, dan antioksidan.

Banyak bahan-bahan tambahan ini tidak dikarakteristikkan untuk isi atau pemurnian dan

18

Page 19: tugas farmasi

dapat bersumber dari masalah degradasi fisika dan kimia dalam produk parenteral. Seperti

gelas, formulator harus bekerja dengan tertutup dengan pembuat karet untuk memilih

formulasi karet yang tepat dengan spesifikasi tetap dan karakteristik untuk

mempertahankan kestabilan produk.

Paling banyak polimer karet digunakan dalam penutup sediaan parenteral volume

kecil adalah alami dan butil karet dengan silikon dan karet neopren digunakan jarang. Butil

karet lebih disukai karena ini diinginkan sedikit bahan tambahan, mempunyai penyerapan

uap air rendah (oleh karena itu, baik untuk serbuk kering steril sensitif terhadap

kelembaban) dan sifat sederhana dengan penghormatan penyerapan gas dan reaktivitas

dengan produk farmasetik.

Masalah dengan penutup karet termasuk leaching bahan ke dalam produk,

penyerapan bahan aktif atau pengawet antimikroba oleh elastomer dan coring karet oleh

pengulangan insersi benang. Coring menghasilkan partikel karet yang berefek terhadap

kualitas dan keamanan potensial produk.

Silikonisasi penutp karet adalah umum dilakukan untuk memfasilitasi pergerakan

karet melalui peralatan sepanjang proses dan peletakan ke dalam vial. Akan tetapi, silikon

tidak bercampur dengan obat hidrofilik, khususnya protein. Kontak yang luar biasa dengan

karet tersilikonisasi dapat menghasilkan agregasi protein. Pembuatan elastomer mempunyai

perkembangan formulasi yang tidak menginginkan penggunaan silikon untuk

menggunakan dalam operasi produksi kecepatan tinggi.

3. Plastik

Pengemasan plastik adalah sangat penting untuk bentuk sediaan mata yang

diberikan oleh botol plastic fleksibel, orang yang bersangkutan memeras untuk

mengeluarkan tetesan larutan steril, suspensi atau gel. Wadah plastic parenteral volume

kecil lain dari produk mata menjadi lebih luas dipakai karena pemeliharaan harga, eliminasi

kerusakan gelas dari kenyamanan penggunaan. Seperti formulasi karet, formulasi plastik

dapat berinteraksi dengan produk, menyebabkan masalah fisika dan kimia. Formulasi

plastik adalah sedikit. Kompleks daripada karet dan cenderung mempunyai potensial lebih

rendah untuk bahannya. Paling umum digunakan plastik polimer untuk sediaan mata adalah

19

Page 20: tugas farmasi

polietilen densitas rendah. Untuk sediaan parenteral volume kecil yang lain, formulasi

polyolefin lebih luas digunakan sebaik polivinil klorida, polipropilen, poliamida (nilon),

polikarbonat dan kopolimer (seperti etilen-vinil asetat).

Tabel 9- Komponen karet Dapat Diautoklaf Digunakan Dalam

Sediaan Parenteral Volume Kecil

Tipe Bahan Tambahan Penyerapan Uap AirReaksi Potensial

Dengan Produk

Butil Sederhana Rendah Sederhana

Natural Tinggi Sederhana Tinggi

Neupren Tinggi Sederhana Tinggi

Polisopren Tinggi Sederhana Sederhana

Silikon Sederhana Sangat tinggi Rendah

4. Container / wadah

Tipe wadah yang paling umum digunakan untuk sediaan parenteral volume

kecil adalah gelas atau vial polietilen dengan penutup karet dan besi. Gelas ampul

digunakan paling banyak untuk sistem pengemasan parenteral volume kecil, tetapi jarang

digunakan sekarang karena masalah aprtikel gelas ketika leher ampul dibuka. Masing-

masing pembedahan dan wadah catridge mempunyai peningkatan popularitas dan

penggunaan karena kenyamanan mereka dibandingkan vial dan ampul. Vial dan ampul

menginginkan kemunduran produk dari kemasan. Injeksi, sebaliknya produk-produk dalam

pembedahan dan catridge adalah siap untuk diberikan. Keduanya digunakan untuk

parenteral volume besar (LVP).

20

Page 21: tugas farmasi

Wadah plastik digunakan untuk penggunaan produk mata. Salep dengan tube

logam digunakan untuk kemasan salep mata steril.

Cara Penyegelan Ampul

Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul

sehingga membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan

melelehkan sebagian gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup

bagian yang terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang

berputar di daerah ujungnya kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler

kecil yang dapat diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup.

Cara Pengisian Ampul.

Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena

lubangnya kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher

ampul, tetapi tidak cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam

ampul. Jarum harus dikeluarkan dari ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada

dinding primer dari leher ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan

pengotoran jika ampul disegel.

21

Page 22: tugas farmasi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Obat injeksi atau parenteral merupakan suatu sediaan steril yang pemberiannya dilakukan dari luar

tubuh dengan cara melukai jaringan menggunakan jarum suntik. Sediaan injeksi biasanya berada

dalam wadah tertentu, seperti vial atau gelas yang tertutup. Efek obat biasanya muncul lebih cepat

jika diberikan secara parenteral daripada oral namun pemberiannya harus hati-hati karena sangat

beresiko terjadi kelebihan dosis dan terjadinya kontaminasi, serta adanya ketidaknyamanan saat

pemberian.

Pemberian obat injeksi padda hewan umumnya melalui intravena, intramusculer, subcutan,

intraperitonium. Namun pada kegiatan laboratorium dan prosedur bedah, pemberian obat injeksi

disesuaikan dengan penggunaan dan tujuan seperti intracerebral, intracardial, intervertebral, dan

sebagainya.

Sediaan injeksi umumnya teridiri dari bahan aktif, basis, dan bahan tambahan. Bahan aktif

merupakan bahan obat yang memiliki efek farmakodinamik. Basis merupakan bahan pengantar obat

seperti aquades, minyak dan sebagainya. Sedangkan bahan tambahan merupakan bahan yang

diberikan pada sediaan untuk mendukung kerja obat seperti bahan antimikroba, bahan pengisotonis

dan sebagainya.

Untuk menjamin obat steril, maka media penyimpanan untuk obat injeksi harus tertutup yang

disesuaikan dengan dosis, kandungan obat, dan sebagainya. Media penyimpanan dapat berupah

plastik, kaca, karet, dan sebagainya.

22

Page 23: tugas farmasi

Daftar Pustaka

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess Publishing

Co, USA.

Jenkins, G.L., (1969), Scoville's:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA.

Gennaro, A.R., (1998), Remington's Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck Publishing

Co,Easton.

Tjay, T.H., (2000), Obat-obat Penting, Edisi V, Depkes RI, Jakarta.

Ganiswara, S.B., (1995), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.

Kibbe,A.H., (1994), Handbook of Pharmaceutical Excipient, The Pharmaceutical Press, London.

Lachman, L, et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition, Lea and

Febiger, Philadelphia.

Turco, S.,dkk., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and Febiger, Philadelphia.

Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition, Pharmacy Press.

Groves,M.J., ( ), Parenteral Technology Manual, Second Edition, Interpharm Press.

ISFI, (2004), ISO Indonesia, Volume 39-2004, PT Anem Kosong Anem (AKA), Jakarta.

23