dyah farmasi

Upload: pamburadul

Post on 10-Jul-2015

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1. Asam nitrat asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut sebagai asam nitrat berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam nitrat berasap putih dan asam nitrat berasap merah.

Cara pembuatan:

Asam nitrat dibuat dengan mencampur nitrogen dioksida (NO2) dengan air. Menghasilkan asam nitrat yang sangat murni biasanya melibatkan distilasi dengan asam sulfat, karena asam nitrat membentuk sebuah azeotrop dengan air dengan komposisi 68% asam nitrat dan 32% air. Asam nitrat kualitas komersial biasanya memiliki konsentrasi antara 52% dan 68% asam nitrat. Produksi komersial dari asam nitrat melalui proses Ostwald yang ditemukan oleh Wilhelm Ostwald. Asam nitrat dapat dibuat dengan mereaksikan 200 gram potasium nitrat (KNO3) ke dalam larutan asam sulfat (H2SO4) 96% 106 ml, kemudian mendistilasi campuran ini di titik didih asam nitrat (83 C) sampai hanya tersisa kristal putih potasium hidrogen sulfat (KHSO4), di tabung reaksinya. Cara penetapan kualitatif: Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tak berwarna dengan berat jenis 1.522 kg/m. Ia membeku pada suhu -42 C, membentuk kristal-kristal putih, dan mendidih pada 83 C. Ketika mendidih pada suhu kamar, terdapat dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida sesudah reaksi: 4HNO3 2H2O + 4NO2 + O2 (72 C) yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan di bawah 0 C untuk menghindari penguraian. Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut dalam asam nitrat yang membuatnya berwarna

kuning, atau merah pada suhu yang lebih tinggi. Manakala asam murni cenderung mengeluarkan asap putih ketika terpapar ke udara, asam dengan nitrogen dioksida terlarut mengeluarkan uap berwarna coklat kemerah-merahan, yang membuatnya dijuluki "asam berasap merah" atau "asan nitrat berasap". Asam nitrat berasap juga dirujuk sebagai asam nitrat 16 molar (bentuk paling pekat asam nitrat pada temperatur dan tekanan standar). Asam nitrat bercampur dengan air dalam berbagai proporsi dan distilasi menghasilkan azeotrop dengan konsentrasi 68% HNO3 dan titik didih 120,5 C pada 1 atm. Terdapat dua hidrat padat yang diketahui, yaitu monohidrat (HNO3H2O) dan trihidrat (HNO33H2O). Nitrogen oksida (NOx) larut dalam asam nitrat dan sifat ini memengaruhi semua sifat fisik asam nitrat yang tergantung pada konsentrasi oksida (seperti tekanan uap di atas cair, suhu didih, dan warna yang dijelaskan di atas). Peningkatan konsentrasi asam nitrat dipengaruhi oleh dekomposisi termal maupun cahaya, dan hal ini dapat menimbulkan sejumlah variasi yang tak dapat diabaikan pada tekanan uap di atas cairan karena nitrogen oksida yang diproduksi akan terlarut sebagian atau sepenuhnya di dalam asam. Sebagai mana asam pada umumnya, asam nitrat bereaksi dengan alkali, oksida basa, dan karbonat untuk membentuk garam, seperti amonium nitrat. Karena memiliki sifat mengoksidasi, asam nitrat pada umumnya tidak menyumbangkan protonnya (yakni, ia tidak membebaskan hidrogen) pada reaksi dengan logam dan garam yang dihasilkan biasanya berada dalam keadaan teroksidasi yang lebih tinggi.Karenanya, perkaratan (korosi) tingkat berat bisa terjadi. Perkaratan bisa dicegah dengan penggunaan logam ataupun aloi anti karat yang tepat. Asam nitrat memiliki tetapan disosiasi asam (pKa) 1,4: dalam larutan akuatik, asam nitrat hampir sepenuhnya (93% pada 0.1 mol/L) terionisasi menjadi ion nitrat NO3 dan proton terhidrasi yang dikenal sebagai ion hidronium, H3O+. HNO3 + H2O H3O+ + NO3Sebagai sebuah oksidator yang kuat, asam nitrat bereaksi dengan hebat dengan sebagian besar bahan-bahan organik dan reaksinya dapat bersifat eksplosif. Produk akhirnya bisa bervariasi tergantung pada konsentrasi asam, suhu, serta reduktor. Reaksi dapat terjadi dengan semua logam kecuali deret logam mulia dan aloi tertentu. Karakteristik ini membuat asam nitrat menjadi agen yang umumnya digunakan dalam uji asam. Sebagai kaidah yang umum, reaksi oksidasi utamanya terjadi dengan asam pekat, memfavoritkan pembentukan nitrogen dioksida (NO2). Cu + 4H+ + 2NO3- Cu+2 + 2NO2 + 2H2O Sifat-sifat asam cenderung mendominasi pada asam nitrat encer, diikuti dengan pembentukan nitrogen oksida (NO) yang lebih diutamakan. 3Cu + 8HNO3 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O

Karena asam nitrat merupakan oksidator, hidrogen (H2) jarang terbentuk. Hanya magnesium (Mg), mangan (Mn), dan kalsium (Ca) yang bereaksi dengan asam nitrat dingin dan encer yang dapat menghasilkan hidrogen: Mg(s) + 2HNO3(aq) Mg(NO3)2(aq) + H2(g) Asam nitrat mampu menyerang dan melarutkan semua logam yang ada pada tabel periodik, kecuali emas dan platina Ketika asam nitrat bereaksi dengan berbagai unsur non-logam, terkecuali silikon serta halogen, biasanya ia akan mengoksidasi non-logam tersebut ke keadaan oksidasi tertinggi dengan asam nitrat menjadi nitrogen dioksida untuk asam pekat dan nitrogen monoksida untuk asam encer. C + 4HNO3 CO2 + 4NO2 + 2H2O ataupun 3C + 4HNO3 3CO2 + 4NO + 2H2O Cara penentuan Kuntitatif Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :

Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri. Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat Gambar 15.16.

Gambar 15.16. Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7 10 (Tabel 15.2).

Tabel 15.2. Indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300 mg kedalam 100 ml air. Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat, proses titrasi

dilakukan dengan cara melarutkan 250 mg sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda. Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan secara meluas misalnya dalam pengujian boraks yang seringa dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses analisis dilakukan dengan melaruitkan sampel seberat 500 mg kedalam 50 mL air dan ditambahkan beberapa tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi dengan HCl 0.1 N.

Asam nitrat adalah larutan asam kuat yang mempunyai nilai pKa sebesar -2. Di dalam air, asam ini terdisosiasi menjadi ion-ionnya, yaitu ion nitrat NO3 dan ion hidronium (H3O+). Garam dari asam nitrat disebut sebagai garam nitrat (contohnya seperti kalsium nitrat atau barium nitrat). Dalam temperatur ruangan, asam nitrat berbentuk uap berwarna merah atau kuning. Asam nitrat dan garam nitrat adalah seseatu yang berbeda dengan asam nitrit dan garamnya, garam nitrit. Khasiat Asam nitrat biasanya digunakan di laboratorium sebagai reagen. Larutan ini juga dipakai untuk memproduksi bahan-bahan yang meledak seperti nitrogliserin, trinitrotoluena (TNT) dan Siklotrimetilenatrinitramin (RDX), dan juga untuk pembuatan amonium nitrat. Asam nitrat juga digunakan di bagian metalurgi dan pengilangan karena dapat bereaksi dengan metal. Ketika dicampurkan dengan asam klorida, maka campuran ini akan membentuk aqua regia, satu dari sedikit reagen yang dapat melarutkan emas dan platinum. Asam nitrat juga merupakan komponen dari hujan asam. Akibat toksisitas Umumnya asam kuat bersifat merusak, sifat ini disebabkan oleh sifat ion negatifnya yang mudah berikatan dengan ion positif dari suatu logam. Misalnya asam fluorida (HF) yang dituangkan ke dalam gelas kaca, kaca akan meleleh seketika karena mengandung ion logam bermuatan positif. Ketika asam fluorida ) akan bereaksi dengan ion dituangkan ke gelas kaca, ion negatif dari HF (ion F

positif logam. Reaksi inilah yang mengakibatkan gelas kaca meleleh, dapat dibayangkan bahaya apa yang terjadi jika sampai kulit kita yang terpapar atau mungkin terhirup ataupun tertelan masuk kedalam tubuh kita. Sejumlah besar produk industri dan komersial mengandung konsentrasi asam kuat yang berbahaya dan dapat menyebabkan rasa terbakar pada tubuh. Mekanisme Toksisitas Asam kuat menghasilkan nekrosis koagulasi karena efeknya terhadap protein. Namun demikian, koagulum akan membatasi penetrasi asam dan efeknya terutama pada jaringan yang dangkal. Hal ini berlawanan dengan sifat alkali yang akan membentuk nekrosis liquefaktif dimana nekrosisnya tidak membeku dan akan menimbulkan jaringan yang makin dalam. Penatalaksanaan Keracunan karena Asam Kuat 1. Stabilisasi pada Keadaan Darurat Di rumah sakit umumnya dilakukan stabilisasi pada pasien keracunan asam kuat dengan memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung. 2. Dekontaminasi a. Tertelan Berikan air minum atau susu (1-2 cangkir untuk dewasa, - cangkir untuk anak-anak), walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa cairan yang diminum jangan terlalu banyak karena dapat menginduksi muntah sehingga akan terpapar kembali saluran pencernaan tersebut. Tidak di rekomendasikan untuk dirangsang muntah dan diberikan arang aktif, hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam endoskopi. Kumbah lambung : masih kontroversial, beberapa literatur masih menyarankan tetapi literatur lain tidak menyarankan. Untuk batere yang tertelan :

- Jika batere ada di esofagus, segera mengeluarkan batere tersebut. - Jika batere ada di lambung atau usus, tidak perlu dikeluarkan kecuali terjadi perforasi atau obstruksi. b. Kontak mata Segera cuci mata yang terkena asam dengan air bersih mengalir atau larutan garam minimal 30 menit. Jika mata juga terkontaminasi dengan partikel padat, buka kelopak mata dan keluarkan partikel tersebut segera mungkin. c. Kontak kulit Segera lepaskan pakaian atau perhiasan kemudian mencuci bagian kulit yang terkena dengan air bersih yang mengalir sampai tidak ada lagi asam yang tertinggal dan gejala keracunan mereda. d. Terhirup Segera pindahkan ketempat terbuka yang berudara segar, jika sulit bernapas berikan napas buatan dan segera bawa ke rumah sakit terdekat. 3. Antidotum Tidak ada antidotum untuk keracunan asam kuat 4. Peningkatan eliminasi Untuk keracunan asam kuat tidak direkomendasikan dilakukan peningkatan eliminasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_nitrat

2. Asam asetat Asam Asetat ( Acetic Acid, Ethanoic Acid, Methyl Carboxylic Acid ) adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CH3COOH, berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Bahan kimia ini memiliki titik didih sekitar 117,9 C pada tekanan 1 atm, dan pada konsentrasi tinggi akan menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka[2] adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.

Cara Pembuatan

Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.[7] Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a.[8][9] Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese

dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.

Karbonilasi metanolKebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat CH3OH + CO CH3COOH Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua. (1) CH3OH + HI CH3I + H2O (2) CH3I + CO CH3COI (3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925.[10] Namun, kurangnya bahanbahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode sebelumnya[11], sehingga menggantikan proses Monsanto.

Oksidasi asetaldehidaSebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini. 2 C4H10 + 5 O2 4 CH3COOH + 2 H2O

Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada umumnya sekitar 150 C and 55 atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih banyak lagi. Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat. 2 CH3CHO + O2 2 CH3COOH Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah melalui distilasi. Cara Penetapan kualitatifAsam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.

Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua. (1) CH3OH + HI CH3I + H2O (2) CH3I + CO CH3COI (3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925.[10] Namun, kurangnya bahan-bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan

kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode sebelumnya[11], sehingga menggantikan proses Monsanto. Cara penetapan kualitatif http://marohchemistry.blogspot.com/2011/01/penentuan-kadar-asam-asetat.htmlLarutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini. Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar. Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama yaitu, jika V1 x N2 = V2 x N2. Dalam hubungan ini kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volum, satuan-satuan itu dapat dipilih secara sembarang. Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang diketahui sangat berguna walaupun hanya satu di antara pereaksi itu yang terlarut. Dalam hal ini jumlah gram ekuivalen (atau miliekuivalen) pereaksi yang tidak terlarut dapat dihitung dengan cara biasa, yaitu dengan membagi massa contoh dalam gram (atau miligram) dengan bobot ekuivalennya. Jumlah g-ek (atau mek) satu pereaksi tetap harus sama dengan g-ek (atau mek) zat yang lain (Brady, 1999). Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999). Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri. Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu: 1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,

kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer. 2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder. Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah ini : 1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 % 2. Harus stabil 3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990). Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi persyaratan berikut : 1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. 2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan. 3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna. 4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990). Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam

reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah Khasiat Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Pengatur keasaman pada industri makanan Pelunak air Minuman fungsional misal: cuka apel Sebagai bahan baku Vinil asetat, Selulosa asetat, Asetat Anhidrit, Ester Asetat, dan Garam Asetat

Akibat toksisitas

Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 C (102 F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosif Konsentrasi Molaritas Klasifikasi Frase-R berdasar berat 10%25% 1.674.16 mol/L Iritan (Xi) R36/38 25%90% 4.1614.99 mol/L Korosif (C) R34 >90% >14.99 mol/L Korosif (C) R10, R35 Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia

maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat 3. Asam karboksilat 4. Nacl

5. Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO 3. Senyawa ini adalah prekursor serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya, seperti yang digunakan dalam fotografi. Hal ini jauh kurang sensitif terhadap cahaya dari halida. Hal ini pernah disebut bulan kaustik karena perak disebut luna oleh alkemis kuno, karena mereka percaya perak yang dikaitkan dengan bulan. Dalam nitrat perak padat, ion perak tiga dikoordinasikan dalam suatu pengaturan trigonal planar

Cara Pembuatan: Khasiat: Garam perak memiliki sifat antiseptik. Sampai pengembangan dan adopsi luas dari antibiotik, larutan encer dari AgNO3 digunakan untuk dibuang ke mata bayi yang baru lahir 'pada saat lahir untuk mencegah kontraksi gonore dari ibunya. Infeksi mata dan kebutaan bayi baru lahir yang dikurangi dengan metode ini, dosis yang tidak benar, bagaimanapun, dapat menyebabkan kebutaan pada kasus-kasus ekstrim. Perlindungan ini pertama kali digunakan oleh Crede pada tahun 1881. [8] [9] [10] perak nitrat Fused, dibentuk menjadi tongkat, secara tradisional disebut "bulan kaustik". Hal ini digunakan sebagai agen cauterizing, misalnya untuk menghilangkan jaringan granulasi sekitar stoma. Dokter gigi kadang-kadang menggunakan penyeka perak nitrat untuk menyembuhkan bisul diinfus lisan. Perak nitrat juga digunakan oleh beberapa podiatris untuk membunuh sel-sel yang terletak di dasar kuku. Perak nitrat juga digunakan untuk membakar pembuluh darah superfisial di hidung untuk membantu mencegah pendarahan hidung. Para dokter Kanada CA Douglas Ringrose meneliti penggunaan perak nitrat untuk prosedur sterilisasi pada perempuan. Seorang spesialis kebidanan dan ginekologi, Ringrose percaya bahwa sifat korosif perak nitrat dapat digunakan untuk memblokir dan menimbulkan korosi

pada saluran tuba, dalam proses yang ia sebut "kantor sterilisasi tuba" [11] Teknik ini tidak efektif;. Pada kenyataannya di Setidaknya dua wanita menjalani aborsi. Ringrose digugat malpraktek, meskipun ini cocok tidak berhasil. Disinfeksi Banyak penelitian telah dilakukan dalam mengevaluasi kemampuan dari ion perak di E. coli menonaktifkan, mikroorganisme yang umum digunakan sebagai indikator kontaminasi tinja dan sebagai pengganti untuk patogen dalam pengolahan air minum. Konsentrasi perak nitrat dievaluasi dalam rentang inaktivasi percobaan 10-200 mikrogram per liter sebagai Ag +. Sifat antimikroba dari perak pertama kali diamati ribuan tahun yang lalu ketika kontainer perak digunakan untuk menyimpan air untuk pelestarian. Kemampuan desinfeksi yang secara ilmiah telah dipelajari selama lebih dari satu abad. Aktivitas antimikroba Silver melihat banyak aplikasi sebelum penemuan antibiotik farmasi, ketika jatuh ke dalam tidak digunakan dekat. Hubungannya dengan Argyria membuat konsumen waspada dan memimpin mereka untuk berpaling dari itu ketika diberikan alternatif. Sejak saat itu, sebagai antibiotik-tahan mikroorganisme telah muncul, minat dalam menggunakan ion perak untuk anti-mikroba tujuan telah kembali [Sunting] Kinetika Sebelum desinfektan dapat digunakan secara efektif sebagai disinfektan air, kinetika inaktivasi yang harus ditetapkan. Kinetika umumnya tergantung pada kedua dosis disinfektan dan waktu aplikasi. Hal ini penting untuk memahami kinetika sehingga dosis minimal disinfektan dapat diterapkan untuk jumlah waktu minimum sementara masih efektif menonaktifkan patogen dalam air. Karena ada banyak mikroorganisme hadir dalam air, kinetika inaktivasi dari masingmasing tidak dapat dipelajari secara ekstensif. Oleh karena itu, indikator organisme umumnya lebih resisten terhadap inaktivasi daripada yang lain digunakan untuk memperkirakan kinetika mikroorganisme secara keseluruhan. Escherichia coli, juga disebut sebagai E. coli, adalah organisme indikator yang umum digunakan. Hal ini juga mencatat bahwa ion perak efektif dalam inaktivasi E. coli [14]. [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24 ] [25] Namun, ada banyak ketidakkonsistenan dalam literatur mengenai kinetika inaktivasi E. coli oleh ion perak. Dengan data yang tidak konsisten, adalah mustahil untuk mengatakan apa kinetika inaktivasi sejati, dan karena itu tidak mungkin untuk melaksanakan segala macam skala besar pengolahan air. Cara penetapan kualitatif: Akibat toksisitas:

Sebagai oksidator, perak nitrat harus benar disimpan jauh dari senyawa organik. Meskipun digunakan dalam konsentrasi rendah untuk mencegah gonore dan berdarah kontrol hidung, perak nitrat beracun dan korosif [31] paparan Singkat untuk bahan kimia tidak akan menghasilkan efek

langsung atau bahkan sisi lain dari noda kulit ungu, coklat atau hitam;. Namun dengan eksposur yang lebih, efek samping yang akan menjadi lebih terlihat, termasuk luka bakar. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan mata. Hubungi pendek dapat menyebabkan pengendapan perak noda hitam pada kulit. Selain sangat merusak selaput lendir, itu adalah kulit dan iritasi mata. Meskipun perak nitrat saat ini tidak diatur di dalam sumber air oleh Badan Perlindungan Lingkungan, ketika antara 1-5 g perak telah terakumulasi dalam tubuh, suatu kondisi yang disebut Argyria dapat berkembang. Argyria adalah suatu kondisi kosmetik permanen di mana kulit dan organ internal mengubah warna biru abu-abu. Amerika Serikat Environmental Protection Agency memiliki batas maksimum untuk kontaminan dalam air perak sampai tahun 1990, tetapi pada tekad yang Argyria tidak mempengaruhi fungsi dari organ yang terkena, dihapus peraturan [27]. Argyria lebih sering dikaitkan dengan konsumsi koloid perak solusi dibandingkan dengan perak nitrat, terutama pada konsentrasi yang sangat rendah hadir untuk desinfeksi air. Namun, masih penting untuk dipertimbangkan sebelum menelan apapun perak-ion solusi http://en.wikipedia.org/wiki/Silver_nitrate

6. 7. 8. 9.

Pbso4 Mgso4 Nh3 Asam stearat

Asam stearat, atau asam oktadekanoat,wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata stearat berasal dari bahasa Yunani stear, yang berarti "lemak padat" (Ing. tallow). Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Titik lebur asam stearat 69.6 C dan titik didihnya 361 C. Reduksi asam stearat menghasilkan stearil alkohol.

Cara pembuatan: Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol . Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul

gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air .

asam lemak jenuh yang mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak Cara Penetapan Kualitatif: Dengan menggunakan reaksi saponifikasi Cara Penetapan Kuantitatif:

Khasiat: Asam stearat digunakan sebagai bahan baku kosmetik, lilin, plastik, untuk memperkeras sabun, dsb. Senyawa ester dari asam stearat digunakan sebagai bahan baku shampoo, sabun, dan kosmetik lainnya. Asam stearat juga digunakan dalam industri makanan dalam pembuatan permen. Akibat toksisitas:

10. Hcl

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern. Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimia organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya